This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 14 September 2012

FF/YAOI/YUNJAE/TWOSHOOT/REMEMBER ME/PART 1



Tittle: REMEMBER ME

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: TWOSHOOT

Rating: family-romance-hurt-angst-friendship-mpreg-cakar dinding


WARNING: BOY x BOY! Yang ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


PART 1.


  “Kau tidak ingat siapa aku?”

.
.
.

Sesosok namja tampan  bernama Jung Yunho itu tampak sedang fokus memperhatikan lembaran-lembaran riset untuk proyek barunya nanti.
Oh well.
Siapa yang tidak kenal dengan Direktur muda ini huh?
Satu-satunya pemimpin termuda yang berhasil menjalankan 120 proyek pembangunan dalam jangka waktu dua tahun.
Ck.
Perfect.

  “Anyeong”

Ah.
Namja tampan itu menolehkan wajahnya.
Tersenyum kecil menatap sekretarisnya yang bernama Gong Minzy.
Yeoja berambut pendek itu melangkah masuk dan menundukkan kepalanya perlahan.

  “Ini proposal yang diajukan rekan kerja kita” Ujarnya santai.

Yunho mengangguk.
Well, ia sudah terbiasa menerima proyek pembangunan lebih dari satu sekaligus.
Banyak Dewan Direksi atau pengusaha yang mempercayai kemampuannya yang memang sudah tidak diragukan lagi.

  “Shim’s Corp? Mereka mengajukan pembangunan gedung hotel dimana kali ini?” Tanya Yunho datar.

Yeoja berambut pendek itu tersenyum kecil.

  “Chungnam, Presdir” Sahutnya pelan.

Ah.

Yunho mengangguk tanda mengerti.


TOK TOK TOK.


  “Masuk”


CKLEK.


  “Permisi Presdir, sekarang waktunya rapat bersama Hwang’s Corp”



------


  “RAMEN PEDAS BAWANG PUTIH DUA PORSI!!”

Kedai mie kecil yang terletak di pinggiran daerah Chungnam itu terlihat riuh.
Banyak para pekerja bangunan yang sedang menghabiskan makan malam mereka di sana.
Oh well.
Proyek pengerjaan gedung hotel yang diperintahkan itu cukup membuat mereka lelah dan lapar.

  “JOONGIE HYUNG! RAMEN TANPA KUAHNYA SATU!” Teriak Junsu, pelayan satu-satunya yang ada di kedai mie itu.

Tukang masak berwajah cantik itu melebarkan senyum manisnya.
Ia mengangguk dan mengangkat jempolnya tanda mengerti.
Membuat Junsu tertawa kecil dan kembali berjalan menelusuri para pelanggan yang baru saja duduk di kedai mie itu.

  “Hyung, Ahjuma Lee menghubungiku tadi pagi, ia bilang tenggat waktumu untuk melunaskan hutang sewa rumah padanya sudah jatuh tempo”

Eoh?

Namja cantik bernama Kim Jaejoong itu menaikkan alisnya.
Menoleh menatap Yoochun, tukang cuci piring di kedai mie itu.

  “Aish, tidak bisakah ia bersabar? Aku tidak hanya berhutang kepadanya Yoochun ah!” Rutuk Jaejoong kesal.

Namja chubby itu mengangkat bahunya.

  “Makanya jangan suka berhutang! Kalau kau kaya sih tidak masalah, tapi ini? Untuk makan saja belum tentu uangmu cukup”

  “Ya! Jangan mengomentariku! Itu salah pemilik kedai mie ini apa kau tahu itu eoh? Aku bekerja lebih dari 12 jam tapi gajiku hanya 30% dari penjualan mie!”

  “Kau pikir gajiku lebih besar darimu? Kenapa kau sewot seperti itu? Semua orang tahu kalau mencari uang di daerah kecil seperti ini sangat susah”

  “AKU BOSAN JADI ORANG MISKIN!!”

Yoochun hanya menatap remeh ke arah Jaejoong.
Seolah mengatakan kalau ia juga satu pendapat dengan namja cantik itu.
Yah, namja chubby itu benar.
Jaejoong adalah namja miskin yang bekerja sebagai tukang masak di kedai mie kecil ini.
Orang tuanya tidak diketahui.
Namja cantik itu adalah seorang yatim piatu.

Tapi ia tidak pernah bersedih tentang hal itu.
Karena ia tahu, Tuhan itu adil.
Semenderitanya ia pasti suatu hari nanti secuil kebahagiaan akan datang kepadanya.

  “JAEJOONGIE! TAMBAH RAMEN KERUPUKNYA!!”

Namja cantik itu tersentak kaget.
Kemudian ia segera menoleh dan menatap tukang bangunan yang sudah dikenalnya itu.

  “ARASSEO KANGIN HYUNG!” Sahutnya lantang.


------


TAP TAP TAP.


Namja tampan yang sedang membaca koran di kursinya itu menolehkan wajahnya.
Menatap sosok yeoja berambut hitam yang melangkah menuruni tangga rumah mereka yang besar itu.

  “Pagi sayang” Sapa Ahra tersenyum manis.

Yunho mengangguk.
Ia balas tersenyum.
Yeoja berambut hitam itu beranjak duduk di samping suaminya dan menyeduh teh madunya yang hangat.

  “Kau akan berangkat mengecek proyek lagi hari ini?” Tanya Ahra menaikkan alisnya.

Yunho mengangguk.
Ia menyibakkan korannya dan menutupnya.
Kemudian ia beralih menyesap coffee hangatnya.

  “Aku harus mengejar proyek pembangunan Hotel milik Shim Changmin itu secepatnya, setelah itu melanjutkan pembangunan lima cabang supermarket milik Tiffany Hwang”

  “Omo, kau sangat sibuk”

  “Kau keberatan?”

Eoh?

Yeoja cantik berambut hitam itu mengerutkan dahinya.
Ia menggeleng seraya tertawa kecil.

  “Aniyaaa, ani, gwenchana, aku sudah terbiasa ditinggal olehmu, yah, sejak 7 bulan kita menikah”

  “Mianhae Ahra ah, setelah menyelesaikan seluruh proyek yang ada di bulan ini aku berjanji kita akan berlibur ke Paris dua bulan penuh, otte?”

  “Aigoo, aku meragukan janjimu, Direktur Jung”

Hmp.
Yunho hanya tersenyum kecil.
Ia beranjak berdiri dari duduknya dan mengecup lembut dahi istrinya itu.
Membuat Ahra mengulas senyum manisnya.

  “Kali ini berapa lama?” Tanya yeoja berambut hitam itu.

  “Um, mungkin sekitar 3 hari” Sahut Yunho masih tersenyum.

Oh yeah?

  “Dimana?”

Yunho mengacak rambut hitam istrinya.
Kemudian ia meraih tas kerjanya seraya menyahut lantang.

  “Chungnam”


------


Mata musang itu menatap nyalang ratusan pekerja yang  sedang bekerja itu.
Sesekali matanya tampak menyipit, karena teriknya matahari yang bersinar.

  “Presdir, susunan desain untuk dinding bagian luar gedung sudah selesai”

Namja tampan itu menoleh.
Menatap Choi Minho, kepala pembangunan yang berjalan ke arah Yunho.

  “Sini” Ujar namja tampan itu meraih gulungan yang diberikan Minho kepadanya.

Choi Minho mengangguk.
Namja bermata kodok itu berdiri di samping Yunho.
Sesekali ia mengeluarkan suaranya menyahut setiap pertanyaan dari Presiden Direktur muda itu.

Seluruh pekerja termasuk Yunho yang mengawasi tetap berada di sekitar kawasan pembangunan Hotel sampai jam menunjukkan pukul 10 malam.
Turunnya suhu menjadi semakin dingin membuat para pekerja merasa lelah dan kedinginan.
Mereka memutuskan untuk beranjak pulang dan pamit kepada Yunho.

Namja tampan itu hanya mengangguk seraya memperhatikan satu persatu pekerja yang sudah meninggalkan kawasan pembangunan gedung.

Mengacuhkan dua pekerja yang sedang berbincang itu.

  “Seunghyun ah, kau sudah mengembalikan posisi balok kayu itu ke lantai ania?”

  “Sudah”

  “Kau yakin? Sepertinya tadi aku melihat tali pengikat balok itu masih bergantung di udara”

  “Aish, tenang saja, kalau pun masih tergantung tali itu tidak akan putus!”

  “Jeongmall?”

  “Lagi pula kalau jatuh sekali pun tidak ada yang perlu dikhawatirkan, daerah di bagian balok itu tidak ada apa pun, semua batu bata sudah dipindahkan ke gedung kanan”

Sementara itu, Yunho yang masih berada di kawasan pembangunan proyek terlihat sedang berkeliling memeriksa apakah ada yang kurang atau tidak.
Sesekali ia berjongkok hanya untuk memastikan partitur semen berukir yang dikerjakan itu menempel dengan erat.


KRT.

KRT.


Eoh?

Namja tampan itu mengernyitkan dahinya.
Gerakannya terhenti seketika.
Mata musangnya bergerak awas.
Mencoba mendalami pendengarannya yang kurang jelas itu.

Suara apa itu?

Seperti suara sesuatu yang tidak kuat menahan beban.

Wait.

Beban?


SRET!


Sontak Yunho menengadahkan kepalanya.
Menatap tali tambang yang tampak bergoyang pelan itu.
Jantung Yunho berdebar.
Mata musangnya terbuka lebar ketika ia menyadari satu tali dari penahan itu terputus.


------


BRAAAKKK!!


  “KKKKYYYAAAAAA!!!!”

Suara teriakan  nyaring milik namja cantik yang baru saja pulang dari kedai mie tempat ia bekerja itu terdengar memecahkan kesunyian malam.
Kim Jaejoong sontak melangkahkan kakinya berlari mendekati sosok tampan yang jatuh tertimpa balok kayu berukuran besar itu.

  “Tuan! Kau baik-baik saja?!” Pekik Jaejoong panik.

Namja cantik itu merasakan jantungnya berdebar-debar tidak karuan.
Ia berusaha mendorong balok kayu yang menimpa tubuh Yunho dengan sekuat tenaga.
Setelah berhasil ia segera berlari ke ujung jalan dan memanggil taksi yang lewat.
Lalu membawa namja tampan itu ke rumah sakit terdekat.


CKLEK!


Pintu ruang ICU itu tertutup rapat.
Membuat Jaejoong terduduk lemas di kursi tunggu.
Sungguh.
Jantungnya berdebar tidak karuan saat ini.
Seakan mau lepas dari tempatnya.
Keringat dinginnya bercucuran.

Ya tuhan, semoga namja tampan itu selamat.

Cukup lama namja cantik itu duduk diam di kursi tunggu.
Sampai kemudian pintu kaca itu terbuka dan menampilkan sesosok yeoja berambut ikal dari sana.

  “Apakah ada keluarga pasien disini?” Tanya yeoja berambut ikal itu.

Jaejoong tersentak.
Ia segera berdiri dan menghampiri yeoja cantik itu.

  “Anu, aku bukan keluarganya, tapi aku yang menemukan dia”

  “Omo”

  “O..Otte? Dia baik-baik saja ania? Apakah dia masih hidup?”

Dokter berambut ikal itu menghela nafasnya.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Pasien mengalami benturan pada otak bagian belakangnya, ia mengalami amnesia sementara untuk saat ini” Sahut yeoja ikal itu.

MWO?!

Jaejoong membulatkan mata beningnya.
Amnesia sementara?

  “A..Anu, kalau begitu aku pulang dulu, aku yakin keluarganya akan---”

  “Anda harus melunasi biaya administrasi terlebih dahulu”


DEG!


Aish!
Jaejoong merutuk kesal dalam hatinya.
Ini yang ia hindari sejak tadi.
AARRRGGHHH!!
Masa uang gajiannya hari ini harus ia gunakan untuk melunasi biaya administrasi namja malang yang sama sekali tidak dikenalnya itu?!

  “Fuuuhhh..Baiklah” Gumam Jaejoong lemas.

Well, tidak apa-apa Kim Jaejoong.
Hitung-hitung amal.
Lagi pula kalau bukan karena kau, mungkin namja itu sudah mati.

  “Ngomong-ngomong, kami tidak bisa menahan namja itu disini, kami harap anda bisa segera membawa pulang pasien setelah ini” Sambung dokter itu.

APA?!

Jaejoong melotot menatap yeoja itu.

  “YYAA! AKU KENAL SAJA TIDAK DENGAN NAMJA ITU!! BAGAIMANA KALAU KELUARGANYA MENCARINYA EOH?!”

  “Kalau begitu kami akan menyimpan data tentang ciri-cirinya, jadi kalau ada keluarga yang mencarinya kami bisa menyerahkan data tersebut”

GILA!

Jaejoong mengerutkan dahinya kesal.
Gosh.
Satu kesialannya bertambah sekarang.
Bagaimana caranya ia merawat dan menjaga namja asing itu?
Kalau uangnya hanya tersisa dua ribu won?

Ck.

Semoga Ahjuma Lee yang cerewet itu tidak menagih hutang uang sewa rumah lagi hari ini.
Amin.


------


Jaejoong mendengus.
Mata beningnya menatap tajam mata musang yang sedang beradu tatap dengannya saat ini.
Yunho mengerutkan dahinya.

  “Jadi, kau benar-benar tidak mengingat apa pun?” Tanya Jaejoong lirih.

Namja tampan itu mengangguk.
Ia berbisik lirih.

  “Sepertinya begitu”

  “AAAARRRGGGHHHH!!!!”

Namja tampan itu terlonjak kaget.
Mata musangnya membulat menatap Jaejoong yang tiba-tiba berteriak frustasi itu.

  “Ottokhhheeeeee!! Ottokhe ottokhe! Aishhhh!” Rutuk Jaejoong kesal.

Namja cantik itu memukul-mukul kepalanya.
Membuat Yunho tanpa sadar menarik senyum kecilnya.
Aigoo.
Namja cantik ini benar-benar aneh dan menggemaskan disaat yang bersamaan.

  “Baiklah, tenang Kim Jaejoong, tenang” Gumam Jaejoong menghembuskan nafasnya.

Ia mengelus lembut dadanya.
Sementara pipinya menggembung lucu mengumpulkan nafas.

  “Hal pertama yang harus kulakukan saat ini adalah memberimu nama, NE! Nama! Siapa namamu?”

  “Aku tidak tahu”

  “Ah, tentu saja! Kau hilang ingatan! Aish, ckk”

  “Hmm, bagaimana kalau kau saja yang memberi nama untukku? Kau keberatan?”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia terdiam menatap Yunho.
Kedua mata beningnya berkedip-kedip lucu.

  “Kau tampan” Ucapnya tanpa sadar.

Membuat namja tampan itu tertegun kaget sejenak.
Mendadak debaran kecil menyeruak dari dalam dadanya.

  “Badanmu juga besar, kau seperti beruang madu” Lanjut Jaejoong geli.

Namja cantik itu terkekeh kecil dan menepuk-nepuk pundak Yunho.

  “Arrata, namamu sekarang Yunnie bear, hehehehe~” Kekehnya manis.

Huh?
Yunho mengernyitkan dahinya.
Namja tampan itu menatap risih ke arah Jaejoong.
Tapi saat mata bening itu mendelik padanya Yunho segera menarik senyum tanpa dosanya.

  “Oke, Yunnie, mulai saat ini kau tinggal denganku sampai keluargamu datang mencarimu, sekarang aku harus pergi, jadi kau jangan kemana-mana, arraseo?”

Namja tampan itu mengangguk.
Membuat Jaejoong ikut mengangguk dan berdiri dari duduknya.
Namun mendadak namja tampan itu menahan tangannya dengan erat.
Namja cantik itu terhenyak kaget.
Darahnya mendadak berdesir hangat saat jemari tegas itu mencengkram jemarinya.

Ia menunduk menatap Yunho yang mendongak.

  “Kau mau kemana?”

Omooooo!
Tatapan polos itu benar-benar membuat Yunho terlihat seperti seorang anak kecil yang takut ditinggal Ibunya kau tahu itu? Aish jeongmall.

  “Aku bekerja Yunnie ah, memasak mie ramen di kedai kecil, wae? Kau mau ikut?”

  “Ah..Ani, aku di rumah saja”

  “Baiklah, kalau nanti ada yang berteriak memanggil namaku, kau berpura-pura saja seperti tidak ada orang di rumah arasseo? Aku belum punya cukup uang untuk melunasi hutang”

  “Ne”

Jaejoong tersenyum lebar.
Ia menepuk-nepuk lembut kepala Yunho dan segera melepas tautan tangan mereka.
Kemudian ia beranjak meninggalkan namja tampan yang terdiam itu.


DEG DEG DEG.


Yunho menundukkan wajahnya.
Jemarinya terangkat menyentuh dada kirinya.

Omo.
 
  “Kenapa debarannya keras sekali?” Gumamnya lirih.


------


Sudah seminggu sejak kedua namja itu tinggal bersama.
Dan yeah, hari ini Jaejoong pulang terlambat.
Ia harus membantu Yoochun mencuci piring dan mangkuk kotor yang menumpuk.
Ck, sebenarnya ia bisa saja meninggalkan Yoochun begitu saja disana.
Tapi ia tidak tega melihat namja chubby itu menangis di kakinya -___-


CKLEK!


  “Aku pulang---OMO! YUNNIE AH!” Teriak Jaejoong kaget.

Namja cantik itu segera menutup kasar pintu depannya dan melesat ke hadapan Yunho.
Jemarinya segera meraih kedua telapak tangan Yunho yang tampak memerah dan lecet.
Jaejoong merasakan hatinya sakit.
Ada rasa yang menyeruak ketika ia memandang kedua telapak tangan tegas itu terluka.

  “Apa yang terjadi padamu?” Tanya Jaejoong lirih.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum kecil dan menarik kembali kedua tangannya dari genggaman Jaejoong.

  “Ternyata menjadi seorang tukang bangunan tidak semudah yang kita bayangkan ania?” Ujar Yunho akhirnya.

Eoh?

Namja cantik itu menatap dalam mata musang itu.

  “Kau menjadi tukang bangunan Yunnie ah? Untuk apa?” Tanya Jaejoong tercekat.

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Ia balas menatap dalam mata bening itu.

  “Aku hanya tidak enak padamu, kau bekerja keras untuk menghidupi aku, lagi pula hutangmu juga masih menumpuk ania? Setidaknya aku bisa membalas kebaikanmu sedikit demi sedikit”

  “Ke..Kenapa..”

  “…”

  “Kenapa kau melakukan hal bodoh seperti itu huh? Aku sama sekali tidak menuntutmu Yunnie ah, lagi pula kesehatanmu belum pulih sepenuhnya ania?”

Hmp.

Namja tampan itu mengulas senyum sendunya.
Ia mengulurkan jemarinya mengusap lembut pipi namja cantik itu.

  “Jangan menangis” Bisiknya lirih.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Hatinya terasa sakit.
Terselip haru disana.
Oh my.
Ia benar-benar bingung dengan rasa yang menderanya saat ini.
Kenapa ia menangis?

  “Jangan menangis Joongie” Ulang Yunho lembut.

Jaejoong terisak.
Ia meraih kedua tangan Yunho dan mendekapnya dengan erat.
Wajahnya yang tampak memerah menunduk dalam.
Berharap ia bisa menyembuhkan luka di kedua telapak tangan itu.

  “Hiks..”

Yunho tersenyum kecil.
Ia berlutut dan meraih tubuh ringkih itu ke dalam pelukannya.
Namja tampan itu memeluk erat tubuh Jaejoong.
Memejamkan matanya sejenak.
Berusaha menenangkan perasaannya yang menggebu-gebu saat ini.

  “Jaejoongie”

  “…Hiks..”

  “Aku mencintaimu”


DEG.


Namja cantik itu terdiam.
Mendadak nafasnya tercekat.
Sesak.
Ia lupa caranya untuk bernafas.

Yunho melonggarkan pelukan mereka.
Ia menatap dalam mata bening yang berhenti meneteskan air mata itu.
Jaejoong mengerjapkan matanya pelan.
Berusaha menyadari apa yang baru saja didengar olehnya.

Namja tampan itu tersenyum.
Ia mengusap wajah cantik Jaejoong perlahan dan mengecup dahinya.
Membuat Jaejoong sontak memejamkan mata beningnya.

Dan mata bening itu kembali terbuka saat Yunho mendorongnya berbaring di atas karpet.
Menatap dalam mata musang yang seakan mengintimidasinya itu.

  “Aku tidak peduli lagi dengan ingatanku yang tidak kunjung pulih..Aku tidak ingin mengingat apa pun..Aku tidak ingin berpisah darimu..Aku..Aku mencintaimu Joongie ah..”

Jaejoong masih diam.
Hanya mata beningnya yang kini bergerak-gerak pelan.
Yunho mendekatkan wajahnya.
Kemudian ia menempelkan bibirnya dengan bibir ranum Jaejoong.
Selang beberapa detik tidak mendapatkan perlawanan apa pun dari namja cantik itu, Yunho membuka bibirnya.

Melumat kasar bibir manis itu dan menggigitnya sesekali.
Menghisapnya tidak sabaran, membuat suara lenguhan manis bercampur desahan sesak milik namja cantik itu menguar mendominasi keheningan rumah mungil itu.

Jaejoong memejamkan matanya dengan erat.

Sangat erat.

Ia tidak tahu harus berkata apa.
Suaranya mendadak hilang.
Tenggelam dalam perasaan yang membuncah di hatinya.

Satu yang Jaejoong tahu saat ini adalah, kalau ia juga mencintai namja tampan itu.


-------


  “Kau masih bekerja di pembangunan pusat perbelanjaan itu?”

Uh?
Yunho menoleh.
Menaikkan selimut tipis yang membalut tubuh polos mereka berdua.
Ia tersenyum kecil dan mendekap namja cantik itu.

  “Masih sayang, dan kurasa pembangunan itu akan berlangsung lama” Ujar Yunho santai.

Jaejoong menghela nafasnya.
Ia memejamkan matanya dan menghirup wangi segar dari tubuh namja yang telah menjadi kekasihnya saat ini.

  “Bisakah mulai sekarang kau pulang lebih awal Yunnie ah?” Bisik Jaejoong lirih.

  “Wae?” Tanya Yunho pelan.

  “Aku..Aku takut..Orang-orang daerah ini menatapku dengan tatapan yang tidak biasa..Sepertinya mereka membenciku”

  “Mwo?”

  “Aku takut terjadi sesuatu, kau tahu? Kemarin Junsu mengatakan padaku kalau banyak penduduk yang tidak suka dengan hubungan kita..”

  “…”

  “Aku tahu hubungan yang kita jalin ini salah..Aku tahu apa yang kita lakukan saat ini tidak be----”


CUP!


Namja cantik itu tertegun kaget.
Mata beningnya menatap diam Yunho yang mendadak mencium bibirnya.
Kemudian namja tampan itu memandang intens mata bening milik kekasihnya.

  “Tidak ada yang salah..Tidak ada yang tidak benar..Rasa yang kita miliki saat ini adalah hal yang nyata, sayang..Dan selama kita masih saling menjaga satu sama lain, tidak akan ada yang bisa menghakimi kita, arasseo?”

Namja cantik itu tidak menyahut lagi.
Ia hanya mengangguk pelan dan menyurukkan wajahnya di dada bidang Yunho.

Mengacuhkan namja tampan yang menghela nafasnya perlahan itu.


------


Sesosok yeoja cantik berambut hitam itu menggigit bibir bawahnya gelisah.
Mata sipitnya menatap pemandangan yang terlihat dari jendela mobil mewahnya.
Menyembunyikan rasa geram dan kesal yang bercampur aduk di dalam pikirannya saat ini.
Suaminya sudah menghilang hampir tiga bulan!
Dan kepolisian Seoul sama sekali tidak berguna!

Ckk.

  “Nona! Itu! Bukankah itu Tuan Muda Jung?!”

Jung Ahra membulatkan mata sipitnya.
Mendadak jantungnya berdebar tidak karuan.
Oh my gosh!
Yeoja berambut hitam itu segera melompat dari mobilnya ketika kendaraan mewah itu berhenti di pinggir jalan.

  “YUNHO!!” Teriak Ahra lantang.

Yeoja cantik itu berlari kencang menuju sesosok namja tampan yang sedang mengaduk semen itu.
Ia terlihat acuh dengan kepanikan istrinya.

  “YUNHO AH! APA YANG KAU LAKUKAN DISINI?! KENAPA KAU TIDAK PULANG KE RUMAH?!” Teriak Ahra lagi.

Namja tampan itu mengangkat wajahnya.
Ia mengerutkan dahinya menatap yeoja cantik yang berteriak di hadapannya dengan air mata yang mengalir deras itu.

  “Kau siapa?”


DEG.


Jung Ahra tersentak kaget.
Matanya membulat sempurna.
Tatapannya menatap tajam ke arah namja tampan itu.
Yunho semakin mengerutkan dahinya.

  “Kau tidak mengingatku?” Bisik Ahra gemetar.

Yunho mendengus.

  “Sama sekali tidak, kurasa kau salah orang, Nona” Sahutnya datar.

  “A..Ani..Aniya” Gumam Ahra menggeleng.

Yeoja berambut hitam itu menyeka air matanya.
Ia menarik lengan Yunho dan menumpahkan tangisnya.

  “Apa yang terjadi padamu Yunho ah? Hiks..Kenapa kau tidak mengingatku? Aku istrimu..Hiks..”

  “MWO? Istri? Aku tidak pernah menikah dengan siapa pun! Lepaskan tanganmu!”

  “Yunho ah!”

Namja tampan itu menyentak kasar tangan Ahra.
Ia menatap kesal ke arah yeoja itu.
Kemudian ia berbalik dan hendak masuk ke dalam posko peristirahatan para tukang bangunan, namun mendadak yeoja berambut hitam itu menarik kasar tangannya.
Membuat tubuhnya kehilangan keseimbangan dan menubruk fondasi kayu yang ada di belakangnya.

  “YUNHO!!”

Ahra berteriak lantang saat matanya menangkap satu fondasi itu bergoyang keras dan jatuh menubruk fondasi di sebelahnya.
Yunho yang terduduk di tanah mengangkat wajahnya.
Mata musangnya mengerjap.
Menatap reruntuhan fondasi bangunan yang berjatuhan ke arahnya.


------


Jaejoong baru saja kembali dari kedai mie kecil itu.
Ia bersenandung lirih seraya menapakkan kakinya.
Uh.
Perasaannya tidak enak, ige mwoeyo?


TAP.


Langkah kaki Jaejoong berhenti ketika mata beningnya menatap tetangga sekitar rumah petaknya yang berdiri di depan rumah mungil itu.
Jaejoong tertegun.
Debaran kencang menyeruak di dadanya.
Oh gosh.

  “A..Anu..Ada apa?” Tanya Jaejoong memberanikan diri.

Para Ahjuma itu tidak menyahut.
Mereka hanya menatap tajam sekaligus jijk ke arah Jaejoong.
Membuat namja cantik itu semakin merasa takut.

  “Desas desus tentang kau dan pasangan gay-mu itu sudah tersebar kemana-mana, Kim Jaejoong” Ujar salah satu Ahjuma.

Jaejoong terdiam.

  “Kami tidak bisa berdiam diri lagi! Kau merusak nama baik kota kecil ini apa kau tahu itu?”

  “A..Ahjuma, aku----”

  “Kami ingin kau segera meninggalkan tempat ini, menghilang dari kota ini dan jangan pernah kembali lagi!”


DEG.


Mata bening Jaejoong membulat sempurna.
Menatap Ahjuma Lee yang menatap tajam ke arahnya.
Nafas Jaejoong tercekat.
Tubuhnya gemetar.
Ia ketakutan.

  “Kau tidak perlu merisaukan tentang hutangmu Jaejoong, semuanya aku anggap lunas asalkan kau segera pergi dari sini” Ujar Ahjuma Lee tajam.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Kedua jemarinya mengepal erat.
Gosh.
Sakit.
Rasanya sakit sekali.
Mata bening yang berkaca-kaca itu tampak mengerjap pelan.

Namja cantik itu masih terdiam di tempatnya sampai para Ahjuma itu beranjak pergi meninggalkannya.

  “Hiks..”

Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Ia butuh Yunho sekarang.


TAP TAP TAP!


CKLEK!


BLAM!


Jaejoong segera membanting pintu rumah mungil itu.
Ia terduduk di lantai dan menangis histeris.
Nafasnya sesak.
Kemana lagi ia harus pergi?
Ia hanya memiliki rumah ini.

Namja cantik itu meringis.
Ia merasakan kepalanya pusing.
Perutnya bergejolak.
Jaejoong segera berlari ke kamar mandi dan memuntahkan isi lambungnya.


------


  “Mianhae Jaejoongie, tapi boss bilang kau dipecat, kau tidak bisa bekerja disini lagi”

Kalimat Yoochun cukup membuat jantung Jaejoong seperti ditusuk pisau.
Namja cantik itu mematung di depan kedai mie kecil itu.
Ia melirik Junsu yang menangis di dalam kedai.


SRET.


Jaejoong segera menyeka air matanya yang hendak jatuh.
Kemudian ia mengangkat wajahnya dan tersenyum kepada Yoochun.

  “Arasseo Chun ah..Terima kasih selama ini sudah bekerja bersama denganku..Sa..Sampaikan salamku untuk Junsu nee” Ujarnya bergetar.

Yoochun menahan nafasnya.
Ia mengangguk dengan mata berkaca-kaca.

Oh mom.

Namja cantik itu segera berjalan menjauh meninggalkan kedai itu.
Kemudian ia berlari dengan kencang.
Berlari sekuat mungkin.
Mencoba mengacuhkan hatinya yang terasa nyeri.


BRUKK!


Nafas Jaejoong terengah.
Keringatnya menetes.

Namja cantik itu duduk di atas kursi taman kecil yang ada di sana.
Ia mendongakkan wajahnya.
Menatap langit dengan air mata yang menetes dalam tempo lambat.


SRK.


Jaejoong merogoh saku celananya.
Kemudian ia membuka kertas yang ada di genggamannya dan membaca isinya.

  “Hiks..”

Kau dimana Yunnie ah?
Kenapa kau menghilang?

  “Hiks..Hiks..”

Jaejoong menutup wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
Meringis sakit.
Tenggorokannya tercekat.

Apa yang harus kulakukan sekarang?

Jaejoong menghela nafas berat.
Mata beningnya melirik kalimat yang tercetak jelas di surat itu.

  Kim Jaejoong, Male Pregnancy (+)

Ia hamil.


TBC

Tidak ada komentar:

Posting Komentar