This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 22 April 2017

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/SLIPPIN AWAY/PART 9 *END*



I dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve gotten over me boy

Cause lately I realized without you
I can’t live another day

  “Karena orang yang paling banyak tersenyum adalah orang yang paling banyak terluka”

PART 9.

PLAKK!

Changmin tidak bereaksi. Namja berwajah kekanakan itu hanya terdiam pasrah saat Jaejoong menampar keras pipinya. Ia sudah menyiapkan diri untuk keadaan ini—saat di mana Jaejoong mengetahui segala hal yang telah disimpan rapat olehnya. Sementara namja cantik itu menatap penuh amarah wajah Changmin yang tidak balas menatap matanya.

Mereka berdua bahkan mengabaikan bisik-bisik pelanggan cafe milik Donghae tempat Jaejoong bekerja dulu.

  “Baca!” Geram Jaejoong seraya membanting amplop cokelat yang dipegangnya sejak mereka bertemu di cafe ini.

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/SLIPPIN AWAY/PART 8



I dont want you to go even if you’re tellin’ me
You’ve gotten over me boy

Cause lately I realized without you
I can’t live another day

  “Karena orang yang paling banyak tersenyum adalah orang yang paling banyak terluka”

PART 8.

Junsu tidak bisa berhenti memperhatikan wajah Jaejoong sejak ia tiba di rumah besar ini.
Namja imut itu tersenyum diam-diam—melihat rona bahagia yang terpancar dengan jelas dari raut wajah namja cantik itu.
Sedikit banyak ia bangga pada dirinya sendiri, ternyata keputusannya untuk segera menghubungi Yunho dan memberi kabar mengenai namja cantik itu membuahkan hasil yang begitu manis.
Kemudian Junsu beralih melirik Shim Changmin yang jelas-jelas terlihat tidak nyaman sama sekali di kursinya.

  “Ada masalah, Min?” Tanya Junsu penasaran.

Namja berwajah kekanakan itu menggeleng.
Ia mencibir kepada Junsu dengan penuh kekesalan.
Ini semua karena Junsu! Karena mulut Junsu yang tidak pernah bisa berbohong walau untuk kebaikan! Geram Changmin dalam hatinya.
Ia menghela nafas—lalu memandang Jaejoong yang masih sibuk mengerjakan soal-soalnya.

Tapi...Tidak buruk juga. Pikir Changmin tersenyum tanpa sadar.

  “Kau merengut lalu kau tersenyum, kau yakin kau baik-baik saja?” Tegur Junsu lagi.

Selasa, 17 Januari 2017

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/CHAOS/PART 1



Tittle: CHAOS

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-fluffy-posessive-hurt-mpreg-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

Yey! Ide paling anti mainstream yang bikin capek ngetiknya! Ahahaha, sebenarnya mau Identity Disorder aja, tapi lebih capek lagi nanti *ngakak setan*. Okedeh, enjoy!


-------


Ketika tiga jatuh kepada satu.

PART 1.

  “Kajja, Joongie”

Namja cantik itu mengangguk patuh. Ia segera merapikan pakaiannya dan berjalan mengikuti Umma dan Appanya. Sementara Karam—dongsaengnya yang masih duduk di bangku menengah atas berlari kecil mengikuti langkah kakinya. Kim Jaejoong mendesah pendek diam-diam.

Menunduk memperhatikan kedua tangannya yang saling meremas satu sama lain. Orang tuanya akan menjodohkan dirinya malam ini. Tapi ia tidak tahu siapa—karena ia baru saja pindah ke Seoul untuk berkuliah setelah selama bertahun-tahun ia dibesarkan di Jepang bersama nenek dan kakeknya. Kim Heechul—Ummanya berhenti melangkah dan berbalik menunggu putra sulungnya yang terlalu lama.Wanita cantik itu terlihat tidak sabar dengan sikap Jaejoong yang seolah-olah mengulur waktu.

  “Umma, kurasa aku belum siap” Gumam Jaejoong saat wanita cantik itu menarik lengannya.

  “Kasihan sekali, harus menikah di usia yang begitu muda, hahaha” Kekeh Karam yang mendengar ucapan kakaknya.

  “Karam Kim, jaga sopan santunmu” Tegur Heechul tidak senang.

Karam langsung terdiam. Sementara Jaejoong tersenyum tipis melihat adiknya yang bungkam. Yah, ia memang tidak dekat dengan bocah berambut hitam itu walaupun darah mereka sama. Karam itu—uh—bagaimana menjelaskannya ya?

Namja berambut hitam itu memiliki sikap yang bertolak belakang dengan kemanisan wajahnya. Usil, egois, manja, licik, menyebalkan—seolah-olah segala hal negatif berpusat pada namja berambut hitam itu.

Dulu sekali—mereka pernah menjadi sahabat dekat. Tapi itu tidak berlangsung lama, ketika Jaejoong berusia 12 tahun, ia telah diasuh oleh nenek dan kakeknya karena alasan kesepian. Membuat Karam menjadi putra tunggal untuk sementara waktu. Jadi wajar saja jika namja berwajah manis itu kurang menyukai kehadiran kakaknya setelah sekian lama ia dimanja.

Mata bulatnya melirik kesal kepada Kim Heechul yang terus memeluk lengan si sulung Kim. Karam menghela nafas.

  “Maaf atas keterlambatan kami, Tuan dan Nyonya Jung”

Namja berambut hitam itu mengintip dari balik punggung kakaknya melihat siapa yang disapa oleh ayahnya. Sepasang kekasih yang semula duduk di kursi mereka kini bangkit dan balas menunduk sopan kepada Hangeng dan Heechul.

  “Kami juga baru datang, aih, panggilan apa itu eoh? Kau ini” Tegur sang Nyonya Besar—Jung Keybum sinis.

Dan detik itu pula tawa dari para pasangan suami istri yang ada meledak. Mereka saling berpelukan akrab dan memakai bahasa banmal satu sama lain. Jaejoong dan Karam saling melirik dalam diam. Oh—sepertinya ayah dan ibu mereka berteman lama dengan pasangan suami istri Jung ini.

  “Ini anak sulungku, Kim Jaejoong, otte? Yeoppo anitji?” Ujar Heechul menarik Jaejoong dengan bangga.

Mata kucing Keybum mengerjap. Ia segera tersenyum manis menyambut si cantik Jaejoong.

  “Omo—ia lebih cantik daripada foto yang kau berikan kepadaku!” Ujar Keybum senang.

  “Anyeong haseyo, Ahjumma” Ujar Jaejoong menunduk sopan.

  “Ahjumma? Kau pikir aku penjual buah di pasar eoh? Panggil aku Ommonim, sayang!” Pekik Keybum mencubit pipi Jaejoong hingga namja cantik itu meringis.

Heechul dan Jinki tertawa mendengar ucapan si cantik Keybum. Mereka semua sibuk untuk tertawa dan saling mengobrol hingga membuat Karam kesal. Namja berambut hitam itu dengan cepat menarik jas ayahnya.

  “Oh, ini putra kedua kami, ia yang terakhir, Karam Kim” Ujar Hangeng tersenyum.

  “Selamat malam” Sapa Karam menunduk.

Jinki tersenyum memperhatikan namja berambut hitam itu.

  “Anakmu cantik-cantik, padahal semuanya laki-laki” Ujar Jinki setelah mereka semua duduk di kursi.

  “Anakmu juga semuanya laki-laki” Balas Hangeng ikut tersenyum.

  “Ya, tapi mereka jauh berbeda dengan Jaejoong dan Karam, kau tahu maksudku”

  “Putra-putraku memang memiliki keistimewaan yang diwarisi dari keluarga ayahku, jarang sekali ada kasus seperti ini, bukan?”

Jaejoong dan Karam kembali melirik—lalu memalingkan wajah masing-masing. Namja cantik itu mengerjapkan mata bulatnya menatap tiga kursi kosong yang tersedia di hadapannya. Ia menaikkan alis. Eoh? Apakah putra dari keluarga Jung ada tiga orang? Lalu siapa yang akan menikah dengannya nanti? Apakah si sulung? Tengah, atau bungsu?

Jaejoong meneguk air mineral yang tersedia di mejanya.

  “Oh, itu mereka, yeobo!” Ujar Keybum menyenggol bahu suaminya.

Membuat keluarga Kim sontak menoleh ke belakang.

DEG.

Jaejoong dan adiknya tertegun menatap sesosok namja yang sangat tampan sedang berjalan ke arah mereka dengan senyuman yang bertengger di bibir seksinya. Pipi kedua Kim itu merona hangat—tanpa sadar meremas jemari mereka. Semakin pria itu mendekat, semakin berdebar pula jantung kedua Kim itu. Jaejoong menggigit bibir bawahnya tanpa sadar—omo—inikah pria yang akan menikah dengannya nanti?

Karam menatap Hyungnya diam-diam. Dari pengamatannya sepertinya keluarga Jung memiliki tiga putra. Bisa saja Jaejoong menikah dengan yang lain, bukan yang ini. Uh! Karam suka pria tampan ini! Ia tidak akan rela kalau sampai Hyungnya merebut namja yang ia suka ini!

  “Anyeong haseyo, Jung Yunho imnida”

Pipi kakak beradik Kim itu semakin merona ketika suara bariton itu terdengar. Keduanya mengerjap melihat Yunho yang sudah tersenyum kepada mereka berdua. Jaejoong dan Karam baru saja akan balas tersenyum kepada namja tampan itu. Tapi Keybum sudah bersuara dan membuat mereka berdua terkejut setengah mati.

  “Yunho, jangan bermain-main, beri salam dengan benar” Tegur wanita cantik itu.

Sang namja tampan tertawa—namun suara tawanya terdengar ramai. Keluarga Kim menahan nafas mereka ketika pria tampan itu bergeser ke kanan. Jantung Jaejoong dan Karam seolah berhenti menatap tidak percaya seorang pria yang tersembunyi di balik punggung Yunho sejak tadi.

  “Ke-kembar?!” Desis Jaejoong dan Karam kompak.

Tapi Jung Keybum sudah kembali menginterupsi.

  “Yunho, Umma bilang jangan main-main” Keluhnya kesal.

Pria yang baru saja terlihat itu tertawa bersama kembarannya. Kemudian ia bergeser ke kiri dan membuat keluarga Kim melotot kaget. Ada seorang pria tampan lagi yang berdiri di paling belakang dan kini berdiri di tengah. Jaejoong dan Karam menatap Keybum dengan intens hingga membuat wanita cantik itu tertawa.

  “Ani, ani, ini saja, sudah tidak ada lagi” Ujarnya geli.

Jaejoong dan Karam saling menatap, kemudian mereka berteriak tanpa sadar.

  “Kembar tiga?!” Pekik keduanya kaget.

Ketiga namja tampan itu tertawa heboh. Mereka saling merangkul dan kembali tertawa. Sementara Keybum dan Jinki sudah menggeleng melihat kelakuan ketiga putra mereka. Mereka itu suka sekali mengerjai orang lain—aih.

  “Duduklah” Perintah Jinki menatap ketiga putranya.

Namja-namja tampan itu mengangguk patuh. Mereka segera menempati ketiga kursi kosong yang ada dan tersenyum manis dengan posisi sopan. Membuat Jaejoong yang duduk di hadapan mereka bertiga merona malu. Uh, Karam menggeram kesal dalam diam.

Memandang iri kakaknya yang duduk di kursi ujung. Seharusnya ia duduk di samping Jaejoong saja tadi, bukannya duduk di samping Heechul.
Aish.

  “Kenalkan, ini ketiga putraku, Jung Yunho” Ujar Keybum tersenyum bangga.

Heechul dan Hangeng menaikkan alis mereka.

  “Jung Yunho?” Tanya pasangan Kim itu kompak.

Jinki mengangguk. Ia tertawa renyah.

  “Ya, semuanya bernama Jung Yunho, hahaha, unik bukan? Kami sengaja menamai mereka seperti itu agar tidak perlu repot-repot untuk membedakan” Ujar Jinki tersenyum lebar.

  “La-lalu, Yunho yang mana yang akan dijodohkan dengan putraku?” Tanya Hangeng memandang ketiga namja tampan itu.

Tuhan—mereka sungguh identik, gumam Hangeng dalam hati. Ketiga pria itu memakai pakaian yang sama persis, bahkan sampai tatanan rambutnya juga—mustahil sekali rasanya untuk membedakan ketiga pria ini.

  “Masalah itu kuserahkan kepada anak-anakku, mereka yang akan memilih” Ujar Jinki lagi.

  “Mwo? Jadi perjodohan ini sendiri belum pasti? Tapi kau bilang—”

  “Ani, bukan seperti itu, Hangeng-ssi, aku sudah memberikan foto Jaejoong kepada mereka, dan tidak ada yang menolak perjodohan ini, tapi aku ingin mereka bertemu langsung dengan Jaejoong terlebih dahulu”

Karam tidak ambil pusing dengan obrolan ayahnya dan si tuan Jung itu. Ia terlalu sibuk mencuri pandang kepada tiga pemuda berwajah sama yang duduk di hadapan kakaknya itu. Duh, ia suka semuanya! Ia akan meminta kepada Ibunya untuk dijodohkan juga dengan salah satu dari mereka nanti, yang mana yang dipilih Jaejoong nanti tidak masalah, toh—ketiganya tidak terlihat berbeda sedikitpun.

Karam jadi tidak sabar!

  “Salam kenal, aku Jung Yunho, putra pertama dari keluarga Jung” Ujar namja tampan yang duduk di paling ujung.

Jaejoong mengangguk kaku.

  “Aku Jung Yunho, putra kedua dari keluarga Jung” Ujar namja tampan yang duduk di tengah.

Jaejoong kembali mengangguk kaku.

  “Hai, namaku Jung Yunho, putra ketiga dari keluarga Jung” Ujar namja tampan yang duduk di dekat Keybum.

Untuk ketiga kalinya, Jaejoong mengangguk dengan kaku. Tapi kemudian ia tersenyum tipis.

  “Salam kenal juga, namaku Kim Jaejoong, dan itu adikku, Karam Kim” Ujar Jaejoong menunjuk adiknya.

Ketiga namja tampan itu melirik Karam sekilas, kemudian mereka kembali memandang Jaejoong.

  “Kau baru saja pindah ke Jounant kan? Kami juga berkuliah di sana” Ujar Yunho yang pertama.

  “Iya, aku jurusan ekonomi” Sahut Jaejoong tersenyum.

  “Oh, kita sama, aku juga di sana” Ujar Yunho yang kedua.

  “Mohon bantuannya kalau begitu”

  “Sayang sekali aku di jurusan seni dan Yunho Hyung yang pertama di jurusan bisnis, ckckck” Keluh Yunho yang ketiga.

  “Oh, kupikir kalian bertiga ada di jurusan yang sama” Ujar Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Kami sudah bersama-sama sejak kecil, ini saatnya untuk berpisah” Sahut ketiganya kompak.

Jaejoong terpesona dibuatnya. Ia suka sekali ketika suara bariton itu bergabung. Membuatnya tanpa sadar tersenyum manis.

  “Ibuku bilang kalau selama ini kau bersekolah di Jepang, ya? Kami suka ke Jepang untuk berlibur” Ujar Yunho yang pertama tersenyum.

  “Ramennya enak! Aku suka!” Seru Yunho ketiga.

  “Sushi lebih enak menurutku” Celetuk Yunho kedua.

Jaejoong kembali menaikkan alisnya. Ia tertawa lucu dan mengangguk membenarkan.

  “Aku juga suka ramen dan sushi, hontouni oishii” Jawab Jaejoong tersenyum.

  Suki!” Seru Yunho ketiga.

Membuat si cantik Jaejoong dan kedua Yunho yang lain tertawa bersamaan. Pasangan suami istri Kim dan Jung saling melirik seraya memperhatikan anak-anak mereka yang akrab begitu cepat. Mereka tersenyum dan mengangguk dalam diam. Tidak ada yang menyadari bahwa Karam kini sedang menggertakkan giginya kesal.

Ia tidak suka melihat Jaejoong Hyungnya begitu cepat untuk dekat dengan ketiga namja tampan itu! Aish, Hyungnya itu! Tamak sekali! Ia juga ingin bercengkrama bersama mereka!

  “Ah, kami permisi ke toilet dulu” Ujar ketiga namja tampan itu kompak.

Jaejoong mengangguk. Sementara Keybum memicingkan mata kucingnya tajam.

  “Awas saja kalau kalian kabur” Tegurnya mengancam.

Ketiga namja tampan itu tertawa. Mereka menyentuh pundak sang Umma seraya melewati wanita paruh baya itu.

  “Umma bisa memotong uang saku Yunho yang terakhir kalau kami tidak kembali dalam waktu lima menit” Ujar Yunho pertama tertawa.

  “Ya!” Seru Yunho ketiga kesal.

Membuat Jaejoong tidak bisa menahan tawanya melihat kembar tiga itu sampai mereka menghilang di balik pilar koridor restoran.

  “Namamu Karam, kan? Sudah kelas berapa?” Tanya Keybum ketika suasana kembali tenang.

Si bungsu Kim tersenyum manis. Ia harus bisa membuat Keybum terpesona kepadanya.

  “Ne, aku kelas dua, Ommonim” Sahut Karam lembut.

  “Karam! Jaga sopan santunmu! Jangan memanggilnya seperti itu!” Tegur Heechul merengut.

  “Tapi tadi—”

  “Hyungmu akan menjadi menantunya, tentu saja ia harus memanggil Ahjumma Jung dengan sebutan Ommonim, aih, kau ini”

Karam menyatukan alisnya menatap Heechul. Ia menggertakkan giginya diam-diam. Kemudian dengan cepat namja berwajah manis itu beralih kepada Keybum dan tersenyum manis.

  “Maafkan aku, Ahjumma Jung” Ujarnya.

  “Tidak apa, kau masih belajar, wajar saja kalau kau tidak mengerti” Balas Keybum tersenyum cantik.

Karam baru saja akan kembali bersuara, tapi ia kalah cepat oleh suara langkah kaki dari ketiga Jung yang tampan itu.

  “Hyung” Sapa Karam dengan cepat.

Jung Yunho menoleh memandang si bungsu Kim. Mereka mengangguk dan balas tersenyum kepada Karam. Membuat senyuman di bibir Karam melebar dengan cepat.

  “Bagaimana? Apa kalian sudah memutuskan?” Tanya Jinki kepada ketiga putranya.

  “Maksud Appa?” Tanya Yunho yang kedua menoleh memandang sang ayah.

  “Sudah berapa tahun kalian hidup bersama Appa, eh? Kalian pikir Appa tidak tahu?” Ujar Jinki tersenyum sombong.

Membuat Yunho ketiga tertawa geli di kursinya.

  “Yunho, jaga sikapmu” Tegur Yunho yang kedua melirik si bungsu.

Sementara Yunho yang pertama hanya diam memperhatikan kembarannya.

  “Kami akan memutuskan kalau Jaejoong bisa membedakan kami bertiga, Appa” Ujar Yunho yang kedua menatap Jaejoong.

Namja cantik itu terkejut. Ia refleks memandangi seluruh wajah yang duduk di sekitar meja restoran.

  “Apa-apaan ini eoh? Ini bukan waktunya untuk bermain tebak-tebakan, Jung Yunho, Umma saja susah untuk membedakan kalian kalau kalian bermain curang” Ujar Keybum menajamkan matanya.

Yunho yang pertama tersenyum manis.

  “Penikahan ini tidak untuk sehari-dua hari, Umma, Jaejoong harus bisa membedakan kami kalau ia ingin menjadi menantu dari keluarga Jung” Ujarnya sopan.

Duh—Jung Keybum segera memijat pelipisnya. Ia tidak akan pernah menang kalau ketiga putranya sudah kompak seperti ini.

  “Aku! Aku tahu!”

Eoh? Seluruh mata refleks menatap si bungsu Kim yang sudah mengangkat tangannya dengan yakin. Membuat Jaejoong menahan nafasnya. Sementara Heechul sudah melotot menatap putranya yang tidak sopan. Tapi Karam tidak peduli.

Ia terus tersenyum manis menatap ketiga namja tampan yang memandangnya itu. Kalau ia berhasil, ia bisa menggantikan Jaejoong untuk menikah dengan salah satu dari mereka!  Kim Jaejoong yang selalu hilang fokus itu pasti sudah lupa urutan duduk ketiga Jung tampan itu saat perkenalan diri mereka! Yes! Pekik Karam dalam hatinya.

  “Yang duduk di paling ujung adalah Yunho Hyung yang pertama, yang di tengah yang kedua, lalu yang di samping Ahjumma Jung itu yang ketiga!” Seru Karam percaya diri.

Eoh?
Ketiga namja tampan itu menaikkan alis mereka. Kemudian mereka saling berpandangan satu sama lain. Lalu Yunho yang duduk di kursi tengah mengangkat tangannya. Ia tersenyum tipis dan hendak menjawab ucapan Karam. Namun suara merdu Jaejoong sudah lebih dulu terdengar.

  “Kau salah total, Karam Kim” Ujarnya lembut.

DEG.

Seluruh mata terutama ketiga Jung itu membulat kaget. Karam sudah mendelik kepada Hyungnya. Tapi Jaejoong malah melebarkan senyumnya dan tertawa geli. Ia menunjuk Yunho yang duduk di samping Keybum dengan santai.

  “Kau Yunho yang kedua”

Lalu Jaejoong mengarahkan telunjuknya ke kursi tengah.

  “Kau Yunho yang sulung, lalu yang paling ujung adalah Yunho yang bungsu”

Ketiga namja tampan itu terdiam beberapa saat. Mereka menatap Kim Jaejoong penuh penilaian. Kemudian mereka menyeringai kompak.

  “Kau salah” Ujar ketiganya serentak.

  “Aku tidak salah, kalian mungkin berpikir kalau aku hanya asal menebak, tapi sebenarnya kalian itu sungguh jauh berbeda, tidak ada kemiripan sama sekali” Balas Jaejoong cepat.

Jung Jinki dan Jung Keybum saling memandang, kemudian mereka kembali menatap Jaejoong penuh minat. Sementara si kembar tiga masih menatap Jaejoong menuntut jawaban.

  “Selama kalian berbicara denganku aku melihat banyak sekali perbedaan. Yunho yang sulung terkesan tidak peduli kalau yang lain bersuara, ia beberapa kali hilang fokus, cara berbicaranya juga formal, seperti kebanyakan anak sulung, Yunho yang pertama selalu yang lebih dulu membuka topik pembicaraan untuk mencairkan suasana” Ujar Jaejoong tersenyum manis.

Karam mengerutkan dahinya. Melirik Keybum yang sudah tersenyum di hadapannya.
Oh tidak—

  “Lalu, Yunho yang kedua terlalu cuek, ia selalu berbicara sesingkat mungkin, tapi ia yang paling sopan di antara yang lain, dan selalu bersikap sesuai dengan aturan” Ujar Jaejoong melirik gelas anggur milik Yunho yang kedua.

Ketiga Jung itu masih menatap Jaejoong dengan datar. Menilai setiap ucapan yang keluar dari bibir ranum itu.

  “Dan Yunho yang bungsu—oh—ia nyaris seperti Karam, hahaha, berbicara dan bersikap sesukanya, dan selalu tersenyum, cocok sekali, ya? Di jurusan Seni?” Tawa Jaejoong geli.

Jaejoong menutup mulutnya dengan punggung tangan. Ia menaikkan alisnya mengejek ketiga Jung tampan itu.

  “Saat kalian kembali dari toilet kalian sengaja bertukar tempat duduk dan berpura-pura menjadi Yunho yang lain, iya kan?” Tawanya lagi.

Hangeng dan Heechul memiringkan wajah mereka tidak percaya. Apakah Jaejoong benar? Bagaimana bisa? Pasangan suami istri itu segera menatap ketiga Jung yang sudah tersenyum di kursi mereka masing-masing. Jung Yunho menoleh menatap Jinki dan Keybum secara bersamaan.

  “Appa, kami setuju untuk menikah dengan Jaejoong” Ujar ketiganya kompak.

  “MWO?!” Pekik semua anggota keluarga Kim kaget.

Jaejoong membulatkan matanya tidak percaya.

  “Baru kali ini ada yang bisa membedakan kami selain Umma dan Appa” Ujar Yunho yang pertama tersenyum.

  “Ya, itu membuat kami terkesan” Sahut Yunho yang kedua ikut tersenyum.

  “Satu di antara seratus! Kami sudah sepakat untuk menikah dengan Jaejoong bersama!” Seru Yunho yang ketiga tersenyum lebar.

  “I—ini sama sekali diluar rencana, seharusnya hanya satu yang—Kim Jaejoong, bagaimana denganmu?” Ujar Jinki menatap si sulung Kim.

DEG.

Jaejoong terkejut. Ia meremas tangannya yang sudah basah.

  “A—Aku—”

Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya ketika mata besarnya bertemu dengan keenam mata musang yang tajam itu. Ya Tuhan—Apakah tidak apa kalau ia egois kali ini saja?

  “Aku setuju..” Gumam Jaejoong dengan pipinya yang merona.

Karam melotot kepada Jaejoong. Sementara Heechul sudah menaikkan alisnya tidak percaya.

  “Uhm, mereka memang berbeda—tapi—justru itu yang membuatku tidak bisa memilih” Lanjut Jaejoong lagi. Kali ini seluruh wajahnya sudah memerah tomat.

Karam mengepalkan tangannya. Ia menatap tajam si sulung Kim dengan penuh kekesalan.

Dasar tamak! Benar-benar tamak!
Kenapa kau tidak menyisakan satu untukku?!
Kim Jaejoong jalang!!

  Take it or not at all, gampang sekali, bukan?” Ujar Yunho yang ketiga.

Heechul dan Hangeng menghela nafas. Namja berperawakan cina itu tersenyum tipis kepada ketiga namja bermata musang itu.

  “Yah, apa boleh buat, Jaejoong juga tidak keberatan, kan? Otte Jinki-ssi?”

  “Aku dan istriku mendukung segala pilihan ketiga putra kami”

Keybum dan Heechul tersenyum manis. Mereka mengangguk dengan antusias.

  “Baiklah, kalau begitu sudah diputuskan, acara pernikahan akan segera diadakan dalam waktu dekat” Ujar Heechul masih dengan senyum manisnya.

Ketiga namja tampan itu menghela nafas.

Yunho yang pertama segera melonggarkan dasinya dan mengacak sedikit tatanan rambutnya.
Yunho yang kedua segera mengeluarkan kacamata minusnya dan memakainya tanpa mengubah apapun yang ada padanya malam ini.
Yunho yang ketiga mengacak rambutnya dengan kasar dan melepaskan dasi yang ia pakai seraya membuka dua kancing pertama kemeja putihnya.

  “Ah, leganya” Seru mereka bertiga kompak.

Mata besar Jaejoong mengerjap cepat. Terpesona akan ketiga namja tampan itu. Omo, jadi inikah pernampilan asli ketiganya?

Mereka—

Mereka sungguh tampan!! Jerit Jaejoong dalam hatinya. Namja cantik itu tersenyum begitu manis saat mata bulatnya kembali bertemu dengan keenam mata musang yang tajam itu. Ia melirik Karam yang terlihat pucat di samping Heechul, kemudian ia menyeringai tipis. Mengejek Karam dengan matanya.

Ia tahu sekali watak adik bungsunya itu. Walaupun mereka tinggal berjauhan, Karam tidak pernah bisa berhenti untuk meniru segala gaya Jaejoong dari foto-foto yang ada di akun jejaring sosialnya. Bahkan Jaejoong memperhatikan kalau Karam selalu menyukai apa yang ia sukai sejak kecil—yang selalu memicu pertengkaran di antara mereka berdua.

Uh—Jaejoong tahu ia tidak boleh seperti ini. Tapi sekali saja tidak apa, kan?

Akhirnya tiba juga saat di mana bocah manja itu tidak bisa menyetarakan diri dengannya. Ia akan menikah! Dengan tiga pemuda yang Jaejoong tahu sekali kalau adiknya itu tertarik kepada mereka semua.

Sayang sekali, ya, Karam Kim?

Namja berwajah manis itu menggertakkan giginya dalam diam. Ia bisa membaca dengan jelas gerakan mulut namja cantik itu. Menyebalkan! Kim Jaejoong menyebalkan! Jemari Karam meremas ujung lengan bajunya tanpa sadar. Sementara Jaejoong sudah mengalihkan pandangannya dari adiknya dan menenggak anggur hitamnya.

Karam tidak rela. Namja berwajah manis itu menatap penuh amarah wajah cantik Hyungnya. Uh. Lihat saja, ia tidak akan pernah membiarkan Kim Jaejoong tertawa di atas kesedihannya. Ia akan memastikan kalau hubungan rumah tangga Kim Jaejoong nanti tidak akan pernah bisa bahagia.

Karena Kim Jaejoong tidak boleh bersenang-senang tanpanya. Karena Kim Jaejoong tidak boleh menang darinya.

Lihat saja nanti! Janji Karam dalam hatinya.
.
.
.
Namja berwajah manis itu tidak sadar—kalau ia tidak sedang berada dalam dunianya sendiri. Ada enam pasang mata tajam yang memperhatikannya dalam diam. Kemudian ketiga bibir seksi itu menyeringai kejam.

Oh—oh—

TBC :D