This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 22 September 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/I REMEMBER YOU/REMEMBER ME EPILOG

Tittle: I REMEMBER YOU *REMEMBER ME EPILOG*

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-mpreg-lalalala~


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Dan ketika kau menutup hati akanku, haruskah aku menyerah? Menyerah untuk mendapatkan hatimu, menyerah untuk mengejarmu, dan menyerah akan dirimu?”

.
.
.

BIP.

BIP.

BIP.


Suara alat pendetektor denyut jantung itu terdengar nyaring.
Ruangan berfuniture mewah dengan aksen klasik itu terlihat nyaman di mata siapa saja.
Tapi tidak untuk sosok tampan yang sedang duduk di samping ranjang berukuran King Size ini.
Yunho mengerjapkan matanya sendu.
Kedua tangannya berpangku di sisi dagunya.
Nafasnya terlihat memburu.
Pikirannya berkecamuk.

Mengingat sosok cantik yang sedang terpejam di sana saat ini adalah sosok yang pernah singgah di hatinya selama beberapa bulan yang lalu.
Yunho memindahkan pandangannya.
Menatap tubuh Jaejoong yang terbalut oleh selimut hangat.
Perutnya tampak rata.
Ia keguguran setelah tertimpa runtuhan batu bata itu.

Yunho meringis.
Benihnya.
Buah hatinya.
Darah dagingnya.
Pergi karena kebodohannya sendiri.

Seandainya waktu itu ia tidak memungkiri Jaejoong.
Seandainya waktu itu ia tidak melupakan Jaejoong.
Seandainya waktu itu ia tidak mengkhianati Jaejoong.

Mungkin namja cantik ini sedang tersenyum kepadanya bersama bayi yang dikandungnya.

8 bulan.
Jaejoong koma selama 8 bulan setelah insiden itu.
Dokter mengatakan bahwa semangat hidup namja cantik itu semakin menipis setiap kali melewati detik kelancaran operasi.
Otaknya telah memerintah dirinya untuk terus memejamkan mata.
Terpejam dari bayang seorang namja yang telah menghancurkan hatinya.

Yunho mengusap wajahnya sekarang.
Mencoba meredam emosinya.
Kemudian ia melirik ke arah pintu yang mendadak terbuka.
Jung Keybum melangkah masuk perlahan.

Well, yeoja cantik itu yang memerintahkan rumah sakit untuk memindahkan Jaejoong di rumah mereka sendiri.
Agar Yunho bisa selalu memantau keadaan namja cantik itu.

  “Otte? Ada perkembangan?” Tanya Keybum tersenyum kecil.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya menghela nafasnya.
Membuat Keybum cukup tahu jawaban dari putra tunggalnya itu.

  “Kemarin Ahra menemui Umma” Bisik Key lirih.

Yunho tertegun.
Mata musangnya bergerak pelan.

  “Apa lagi yang diinginkannya? Bukankah surat cerai kami sudah disahkan oleh pengadilan?” Tanya Yunho pelan.

Keybum mengangkat bahunya.
Ia menepuk pelan pundak putranya.

  “Sepertinya ia masih tidak bisa melepaskan ikatan pernikahan kalian Yunho ah”

  “Tapi Umma tahu kalau---”

  “Ne Yun, Umma tahu kalau kau mencintai namja cantik ini, dan kau tidak ingin berpisah dengannya untuk yang kedua kalinya..”

  “…”

  “Umma hanya ingin yang terbaik untukmu Yunho ah, apa yang membuatmu merasa nyaman, sekalipun sebenarnya Umma lebih memilih kau bergandengan dengan Ahra dari pada dengan---”

  “Umma”

  “Maaf”

Namja tampan itu mendengus.
Ia mengerutkan dahinya.

Kemudian ia menjulurkan tangannya untuk mengelus perut Jaejoong.

  “Aku bahkan masih sulit untuk percaya kalau saat itu ada anakku disini..” Bisik Yunho lirih.

Suaranya nyaris tidak terdengar.
Keybum mengulas senyum kecutnya.
Well, ia juga merasakan hal yang sama saat Yunho berkata seperti itu.
Bukankah dulunya yang berada di dalam sana adalah cucunya juga?
Cucu yang selalu didambakannya dari Ahra dan Yunho tapi tidak pernah bisa didapatkannya karena kondisi yeoja berambut hitam itu?

  “Kka, kau belum makan malam”

Yunho mengangguk.
Ia segera beranjak berdiri dari duduknya.
Namja tampan itu menundukkan tubuhnya dan mengecup lembut dahi Jaejoong sebelum melangkah mengikuti Ummanya.


-------


Yeoja cantik berambut hitam itu mengerutkan dahinya.
Mata sipitnya bergerak tajam memperhatikan Yunho yang kembali duduk di samping ranjang itu.
Giginya menggertak sinis.
Ahra membenci saat-saat dimana Yunho melimpahkan kasih sayangnya terhadap Jaejoong yang sedang terpejam itu!
Benci!
Sangat benci!

Go Ahra mendengus kesal.
Ia mengepalkan kedua jemarinya.
Masih belum merelakan perceraian yang telah menghancurkan pernikahannya dengan Yunho.

Seandainya saja namja sialan itu mati!

Ahra menghembuskan nafas panjang.

  “Sedang apa kau disana?”


DEG.


Ahra tersentak kaget.
Namun ia segera bersikap senormal mungkin.

  “Aku..Hanya merindukan rumah ini” Ujar Ahra tersenyum.

Yunho tidak menyahut.
Hanya mengacuhkan Ahra yang mulai melangkah mendekatinya.

  “Ia masih belum sadar?” Tanya Ahra pelan.

Yunho mengangguk.
Nafasnya mulai memberat.
Jemarinya dengan setia membelai lembut setiap jengkal jemari lentik Jaejoong.

  “Sudah hampir setahun”

  “…”

  “Menurutmu dia akan bangun suatu hari nanti?”

  “Apa maksudmu?”

  “Well, aku hanya berpikir bagaimana kalau ternyata Kim Jaejoong tidak akan bangun lagi untuk selamanya”


DEG.


Yunho terhenyak.
Mata musangnya menyipit tajam.
Ia beranjak dari duduknya dan menoleh menatap Ahra yang tersenyum kepadanya.

  “Kalau kau datang kesini hanya untuk mempengaruhi pikiranku dan menjelekkan Jaejoong lebih baik kau pergi sekarang juga” Ujar Yunho emosi.

Ahra menaikkan alisnya.

  “Aku belum ingin pulang, Umma Jung menyuruhku tinggal selama ia membeli furniture baru bersama para Maid” Sahutnya acuh.

Yunho kembali duduk di kursinya.
Jemarinya semakin mencengkram erat tangan lembut Jaejoong.

Tanpa menyadari Go Ahra yang mengulas seringai tajamnya yang terlihat sendu.


-------


Sinar matahari terbenam tampak menelusup dari celah-celah jendela kamar yang besar itu.
Cahaya emas bercampur orange terlihat manis sekaligus hangat.
Redup terakhirnya melewati garis tangan Jaejoong yang terbaring di ranjang.
Perlahan jemari itu bergerak pelan.
Suara lenguhan terdengar lirih.
Dan kerutan di dahi namja cantik itu terlihat jelas.

Mata beningnya bergerak tidak nyaman.
Berusaha menyesuaikan cahaya yang menerobos pupilnya secara menghujam.
8 bulan setengah ia telah memejamkan matanya.
Dan sekarang kedua mata bening itu kembali terbuka lebar.

Jaejoong tertegun selama beberapa detik.
Ia menatap langit-langit kamar dengan berbagai bayangan masa lalu yang terlintas di benaknya.
Semuanya.
Desa Chungnam.
Kedai mie kecil bersama Yoochun dan Junsu.
Rumah mungilnya yang sederhana.
Dan sosok tampan yang pernah mengisi harinya.

Yunho.

Jung Yunho.


SSRAK!


Jaejoong menyibakkan selimut dengan kasar.
Dadanya berdegup kencang.
Emosinya menyeruak saat ia mengingat wajah tampan itu.
Terlebih saat ia menyadari keberadaan tempat yang tidak dikenalnya ini.
Jaejoong bingung.


CKLEK.


PPRANG!!


Jaejoong tersentak kaget.
Ia sontak menolehkan wajahnya dan menatap sosok yeoja bermata kucing yang terpaku di depan pintu kamar.
Nampan berisi cairan obat Jaejoong terjatuh di lantai.
Kaki Keybum bergetar pelan.
Wajahnya pucat.
Mata kucingnya mengerjap tidak percaya.

  “Yu—Yu—YUNHOOOOOOO!!!”

Keybum berteriak lantang.
Membuat suara derap langkah yang sedang menuruni tangga itu terdengar riuh.
Yunho berlari sekencang mungkin saat mendengar suara teriakan Ummanya.
Namja tampan itu melihat punggung Keybum di pintu kamar Jaejoong.

Ia segera berhenti dan hendak bertanya, namun suaranya hilang saat mata musangnya menangkap sosok cantik yang terduduk di atas ranjang itu.

  “Bo—BOOJAE?!” Teriak Yunho membulatkan mata musangnya.

Jaejoong terdiam.
Ia tidak bereaksi banyak.
Matanya mengerjap beberapa kali.

Yunho segera mengumpulkan kesadarannya dengan cepat dan berlari menuju Jaejoong.
Mengacuhkan Key yang berlari di belakangnya.


GREPP!


Namja tampan itu segera memeluk erat tubuh Jaejoong.
Membuat namja cantik itu melebarkan mata beningnya.
Sementara Keybum menangis di samping mereka.

  “Akhirnya kau bangun, Joongie ah” Bisik Yunho lirih.

Mata musangnya terasa panas.
Ada sesuatu yang menggenang di sana.

  “Aku menunggumu..8 bulan kau menutup mata dari apa yang telah terjadi selama ini..Aku minta maaf, aku minta maaf karena pernah menyakitimu..Aku minta maaf untuk semua kebodohanku..” Ujar Yunho bergetar.

Jaejoong menarik nafas pendek.
Ia menggerakkan mata beningnya.

  “Kau mengingatku? Kau masih ingat siapa aku kan Joongie?” Tanya Yunho melepas pelukannya.

Jaejoong masih tidak bergeming.
Ia hanya diam seraya memutar pandangannya.
Namun gerakannya terhenti saat ia menyadari perutnya yang telah rata.
Mata Jaejoong melebar.

  “A..Anakku..” Bisiknya lirih.


DEG.


Yunho dan Keybum saling terhenyak satu sama lain.
Jaejoong mengusap perutnya dengan ekspresi yang tidak bisa digambarkan.

  “Kau keguguran Joongie ah..” Ujar Keybum.

Jaejoong terkesiap.
Dadanya berdegup kencang.
Matanya bergerak tidak tenang.

  “Ani..Ani..Anakku..Bayiku..Aku tidak mungkin---”

  “Reruntuhan batu bata itu menimpa keras perutmu Joongie ah”


DEG.


Jaejoong menggeleng pelan.
Tangisnya mulai mengalir.
Ia terisak lirih.
Wajahnya menunduk dalam dengan kedua tangan yang mencengkram perutnya.
Sakit.
Perih.
Jaejoong menumpahkan tangisnya dalam diam.

Mengacuhkan Keybum yang ikut terisak dan Yunho yang diam memandangi Jaejoong.

Hening.

Hanya suara isak tangis yang mendominasi ruangan mewah itu.


-------


  “Anyeong Joongie ah”

Namja cantik itu menoleh.
Menatap Jung Keybum yang tersenyum dengan sebuah nampan berisi bubur di atasnya.
Jaejoong mengangguk.
Ia masih tidak sanggup untuk tersenyum.

  “Kau merasa lebih baik? Dokter Choi bilang kondisimu sudah mulai mendekati normal”

  “Mmm..”

  “Yunho harus ke kantor hari ini”

Mata Jaejoong mengerjap sendu.
Ada jutaan rasa sakit yang menyeruak saat mendengar nama itu disebut.
Jaejoong memalingkan pandangannya.
Ia tahu Keybum adalah Umma dari Yunho.
Ia tahu yeoja cantik itu yang membawanya ke rumah ini.
Dan ia tahu kalau Keybum mulai menerimanya sebagai orang yang dicintai Yunho.

Tapi ia memilih untuk melupakan semuanya.

Meninggalkan kenangan yang pernah terajut bersama Yunho.
Meninggalkan rasa yang mendera yang pernah terlukis bersama Yunho.
Meninggalkan harapan manis yang pernah terulas bersama Yunho.

  “Jaejoongie”

  “Um..”

  “Lihat Umma..”

Jaejoong meringis.
Menolehkan wajahnya menatap wajah cantik yeoja bermata kucing itu.

  “Yunho sudah pernah menceritakan apa yang terjadi di antara kalian selama ini, dan Umma ingin kau untuk mengerti, bahwa waktu itu bukan salah Yunho sepenuhnya..Ia kehilangan memorinya saat bersama denganmu Joongie ah” Ujar Keybum lirih.

Huh.

  “Tentu saja Umma akan membelanya, dia putra Umma” Balas Jaejoong sinis.

Keybum menggeleng.

  “Aniya, ani..Memang seperti itu kenyataannya Joongie ah..”

  “…”

  “Jaejoongie”

  “…”

  “Maukah kau membuka hatimu kembali? Jangan bersikap seperti ini..Kau tidak tahu kalau Yunho tidak pernah mau meninggalkan dirimu semenit pun saat kau sedang koma..Ia menjagamu Joongie ah..Yunho mencintaimu, dan ia menyesal pernah menyakiti dirimu..”

  “Rasa sakit tidak bisa dihilangkan, Umma..Rasa sakit itu berbekas..Sekalipun telah terpendam sekian lama..”

  “Yunho memupuk harapannya saat kau terpejam, ia ingin semuanya kembali normal..Tapi ia tersakiti dengan sikapmu yang seperti ini..Umma mohon, berhenti mengacuhkan Yunho ne?”

Jaejoong menghela nafasnya.
Ia menggeleng pelan.

  “Rasa sakitku masih terlalu besar untuk menjadi sebuah bekas..”

Keybum tertegun.
Mata kucingnya bergerak pelan.
Kemudian ia memalingkan wajahnya.
Memandang hamparan taman dari balik jendela kaca yang besar itu.

Lama mereka saling berbicara satu sama lain.

Menceritakan apa saja yang bisa dijadikan bahan pembicaraan.
Sampai kemudian Yunho pulang dan membuka pintu kamar Jaejoong.

  “Yunho ah” Panggil Keybum tersenyum.

Jaejoong mengacuhkan pandangannya.

Namja tampan itu mengulas senyum manisnya.
Ia berjalan memasuki ruangan dan memeluk Ummanya.
Keybum menepuk punggung Yunho dan beranjak keluar dari kamar.
Meninggalkan mereka berdua.

  “Apa kabarmu hari ini?” Tanya Yunho lembut.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya diam.

  “Kau dan Umma berbicara banyak? Apa kau sudah makan?”

Hening.

Bibir cherry itu masih terkatup rapat.
Yunho menghela nafasnya.
Ia duduk di samping Jaejoong dan menatap wajah cantik yang menghadap lurus ke depan itu.
Mengacuhkan dirinya.

Namja tampan itu menggerakkan mata musangnya.
Memperhatikan tetes bening yang menggenang di pelupuk mata mantan kekasihnya.
Bibir Jaejoong bergetar pelan.
Seakan sedang menahan sakit yang amat sangat.

  “BooJae..”

  “Tutup mulutmu”

  “…”

  “Jangan pernah memanggilku dengan sebutan itu lagi!”

  “Dengarkan aku”

  “Tidak ada yang perlu kudengar!”

  “Kau harus mengerti..Ini semua bukan keinginanku..”

  “…Hiks..”

  “Aku mencintaimu Boo..Dan rasa cintaku padamu sama sekali tidak pernah berubah..”

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Membiarkan pipinya basah karena tangisnya yang mengalir.
Sementara Yunho mengerutkan dahinya.
Menahan rasa sakit yang menyeruak memandang ekspresi penuh sakit dari wajah namja cantik itu.

Yunho mencondongkan tubuhnya.
Ia menyurukkan wajahnya di pinggiran dahi Jaejoong.
Menempelkan hidungnya di samping telinga namja cantik itu.
Kemudian ia memejamkan mata musangnya.
Dengan satu tangan yang mengelus lembut kepala Jaejoong.

Hening.

Tidak terdengar pembicaraan apa pun lagi.
Hanya suara isak tangis milik namja cantik itu yang mendominasi kesunyian.


-------


Yunho mengerjapkan matanya sendu saat ini.
Mengingat Jaejoong yang mendadak pingsan dengan nafas yang menderu tidak teratur.
Dokter Choi bilang ia tertekan dengan pikiran-pikiran berat yang menjadi beban.
Namja tampan itu berdesah pendek.
Memandang Jaejoong yang kembali terpejam di ranjang.
Sebuah inhalasi terpasang di hidungnya.

  “Jangan khawatir, Dokter Choi bilang ia hanya kelelahan” Ujar Keybum tersenyum.

Yunho mengangguk.
Ia beranjak keluar kamar dan memasuki kamarnya.
Mengganti pakaian kantornya dengan piyama tidurnya.

Sementara yeoja bermata kucing itu berjalan ke pintu depan saat mendengar suara bel yang berbunyi.
Ia membuka pintu itu dan menaikkan alisnya menatap Ahra yang berkunjung bersama sebungkus pie hangat di genggamannya.

  “Aku hanya sebentar, kebetulan mobilku lewat sini Umma” Ujar Ahra tersenyum.

Keybum balas tersenyum.
Ia mengangguk dan meraih bungkusan plastik itu.

Kemudian ia berjalan ke dapur dan memisahkan kotak pie Cherry yang mengepul hangat.
Tanpa menyadari Ahra yang menghilang di belakangnya.


TAP TAP TAP.


Yeoja berambut hitam itu berjalan pelan menuju kamar dengan pintu berwarna putih yang ada di ujung lorong.
Mata sipitnya mengerling.
Seringai tajamnya terulas.


CKLEK.


Ahra menutup pintu dengan pelan.
Ia tahu kondisi Jaejoong kembali menurun saat ini.
Keybum sempat menghubunginya beberapa jam yang lalu ketika Jaejoong jatuh pingsan.

Huh.

Yeoja berambut hitam itu melangkah mendekati Jaejoong.
Ia melepaskan jepitan pendetektor denyut jantung di ibu jari kanan Jaejoong dan mematikan layar monitor itu.

  “Kau pantas mendapatkan ini, Kim! Karena kau telah merusak rumah tanggaku!” Desis Ahra emosi.

Ia melepas inhalasi Jaejoong dan melemparnya ke lantai.
Kekehannya terdengar lirih.
Kemudian ia menggunting selang infus Jaejoong.
Mengacuhkan tetesan infus yang merembes di lantai.
Mata sipitnya menatap darah Jaejoong yang tersedot menelusuri ujung selang yang terpotong dan merembes membasahi ranjang.

Tubuh Jaejoong tersentak.
Matanya terbuka mendadak.
Nafasnya tersengal.

Seluruh dunia seakan berputar saat ia tersadar.

Jaejoong hendak berteriak.
Namun Ahra lebih dulu membungkamnya dengan bantal.
Namja cantik itu mencoba melawan.
Darahnya bermuncratan kemana-mana.

Dan disaat nyawanya berada di ujung rambut, pintu kamar itu terbuka pelan.

Ahra tersentak kaget.
Sontak ia memalingkan wajahnya dan membulatkan matanya mendapati Yunho yang terpaku di tempat.

  “APA YANG KAU LAKUKAN, GO AHRA??!!” Teriak Yunho emosi.

Mata musangnya melebar.
Wajahnya memerah.
Urat lehernya tercetak jelas.

Ahra memundurkan langkahnya.
Wajahnya terlihat sangat pucat sekarang.

Yunho menampar yeoja itu dengan keras dan membanting punggungnya ke dinding dengan kasar.
Membuat Ahra terhempas di lantai.
Kemudian ia segera menghampiri Jaejoong dan mengeluarkan ponselnya.
Menghubungi Dokter Choi agar segera datang ke sana.

  “HH…HH…HHNNGGHH…”

Nafas Jaejoong tersendat.
Tangisnya mengalir.
Tubuhnya mati rasa.

Namja tampan itu meringis.
Ia ikut merasa sesak.

  “YA TUHAN! YUNHO AH!!”

Keybum berteriak lantang saat mendapati keadaan kamar yang berantakan.
Yeoja cantik itu melirik Jaejoong yang meringis dan Ahra yang hendak beranjak berdiri.
Key berteriak geram.
Ia menjambak rambut hitam yeoja cantik itu dan menampar pipinya dengan keras.

Mengacuhkan sudut bibir yang tersobek dan meneteskan darah kental itu.

  “APA YANG KAU PERBUAT EOH?! AKU TIDAK PERNAH MENYANGKA TINGKAH LAKUMU SEBURUK INI, NONA GO!!” Bentak Key emosi.

Ahra terbatuk.
Ia meringis memegangi pipinya.

Beberapa menit kemudian terdengar suara derap langkah.
Yunho mengalihkan pandangannya.
Menatap Dokter Choi yang sudah tiba bersama 4 perawatnya.

  “Umma, hubungi polisi!” Ujar Yunho menatap Keybum.

Yeoja bermata kucing itu mengangguk.
Ia berdecih dengan nafas yang memburu.


-------


Suara kicauan burung gereja terdengar merdu.
Mengisi keheningan kamar luas berfuniture mewah ini.
Yunho tidak berhenti menatap Jaejoong sejak tadi.

Namja cantik itu tampak rapuh.
Wajahnya pucat.
Pergelangan tangannya terbalut perban.

Yunho menundukkan wajahnya.

  “Aku minta maaf atas kelakuan Ahra beberapa hari yang lalu..”

  “…”

  “Seharusnya aku tidak meninggalkanmu saat itu..”

  “…”

  “Seharusnya aku---”

  “Apa kau tahu?”


DEG.


  “…”

  “Apa kau tahu berapa banyak luka yang telah tergores di hatiku hanya karenamu? Apa kau tahu Yunho ah?”

  “…”

  “Aku hancur..Aku remuk seperti boneka rusak Yunho ah..”

Yunho terdiam.
Ia tidak menyahut.
Jaejoong mengusap wajahnya.

  “Rasa takut menyergapku setiap kali kau mengatakan kalau kau mencintaiku..Aku takut hal yang sama akan terulang kembali..Dimana istrimu kembali mengecamku..Dimana ingatanmu kembali hilang akanku..Dan dimana benihmu kembali hidup di dalam tubuhku..”

  “Sekarang semuanya sudah berbeda BooJae ah..Tidak lagi sama..Aku bersumpah padamu..”

  “Bagaimana kalau hatiku telah menolak kehadiranmu?”


DEG.


  “…”

  “Bagaimana kalau pikiranku telah membuang bayangmu?”

  “Joongie?”

Jaejoong  menghembuskan nafas panjang.
Ia mengangkat wajahnya menatap Yunho.
Menatap mata musang yang sendu itu dengan mata beningnya yang penuh dengan luka.

  “Aku tidak mencintaimu lagi, bear..Rasaku hilang olehmu..”


DEGG.


Mata musang Yunho melebar.
Jantungnya seakan berhenti berdetak.
Nafasnya sesak.
Paru-parunya seakan berhenti bekerja.

Namja tampan itu merasakan dunianya redup.
Sakit.
Perih.
Menghujam.

  “Akan kubuktikan padamu, kalau kau tidak akan pernah bisa menghapus rasa cintamu untukku” Desis Yunho tajam.


-------


Namja cantik itu sudah boleh turun dari ranjang hari ini.
Ia dibantu oleh Keybum untuk menuruni tangga dan duduk di ruang tengah.
Yeoja bermata kucing itu menuntunnya dengan penuh senyuman.

  “Sepi sekali” Ujar Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Hari minggu adalah hari libur untuk para Maid, Jaejoongie, dan Yunho juga tidak ada di rumah, ia pergi keluar sejam yang lalu” Sahut Key terkekeh.

Jaejoong mengangguk.

Kemudian ia duduk di samping Keybum dan menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
Lama mereka saling terdiam menatap layar plasma televisi raksasa itu.
Sampai kemudian pintu depan terbuka dan Yunho melangkah masuk ke dalam.
Namja tampan itu tersenyum dengan bungkusan makanan yang digenggamnya.


SSRAK.


  “Aku beli mie ramen, kau suka makan mie ramen pedas kan Boo?” Ujar Yunho lembut.

Jaejoong mengangguk.
Ia menahan nafasnya untuk sesaat.
Menghindari debaran jantung yang mulai menyeruak ketika mata mereka saling berbentur tatap.
Tidak.
Ia tidak boleh terhanyut!

  “Kka, yang ini untuk Umma”

Jaejoong melirik Keybum yang menuangkan ramennya ke dalam mangkuk.
Kemudian ia meraih bungkusannya dan hendak menuangkannya ke dalam mangkuk miliknya.
Namun mendadak pergelangan tangannya terkena cipratan kuah panas itu.
Jaejoong memekik kecil.
Yunho segera meraih pergelangan tangan Jaejoong dan meniupnya perlahan.

  “Kulitmu bisa melepuh” Ujar Yunho mengernyitkan dahinya.

Jaejoong hanya diam.
Menatap Yunho yang mendadak menjilat cipratan kuah ramen itu.
Jaejoong merinding.
Bulu kuduknya meremang saat lidah hangat Yunho bergerak pelan di kulitnya.

Omo.

Ia dejavu.

  “Go..Gomawo..”

Yunho tersenyum.
Ia beranjak dari duduknya dan mengambil minum di kulkas.
Meninggalkan Jaejoong yang merona tanpa sadar.

Sementara Key hanya mengulas senyum gelinya.

Aigoo.

Jeongmall.

Mereka bertiga menghabiskan makan malam dengan santai dan nyaman.
Sampai kemudian jam menunjukkan pukul 11 malam.
Key beranjak dari duduknya.
Ia melangkah masuk ke dalam kamarnya setelah meletakkan mangkuk ramennya di westafel.

Sementara Jaejoong terdiam.

Menunggu Yunho yang meletakkan mangkuk mereka berdua di westafel dan kembali ke arahnya.

  “Hup!”

Namja tampan itu memapah tubuh Jaejoong dan membantunya berjalan.
Kondisi Jaejoong masih sedikit lemah.
Yunho membawa Jaejoong ke dalam kamar namja cantik itu.
Ia merebahkan Jaejoong di sana dan duduk di samping Jaejoong.

Namja tampan itu menyelimuti Jaejoong dengan pelan.

Membuat namja cantik itu tertegun.
Mata beningnya bergerak pelan.

  “Aku mengingatmu” Bisik Yunho tiba-tiba.

Jaejoong terkesiap.

  “Aku tidak akan pernah melupakanmu untuk yang kedua kalinya..Aku bersumpah..”

  “Aku tidak pernah mempermasalahkan hal itu lagi..”

  “Oh ya? Kupikir kau selalu digerogoti rasa takut akan masa lalu”

Huh.

Jaejoong mengulas senyum kecutnya.

  “Masa lalu yang mana? Aku sudah menutup hatiku..”


DEG.


Yunho tertegun.
Namun ia segera menyahut.

  “Dan ketika kau menutup hati akanku, haruskah aku menyerah? Menyerah untuk mendapatkan hatimu, menyerah untuk mengejarmu, dan menyerah akan dirimu?”

Hening.

Hanya terdengar suara detak jam yang mengalun nyaring.
Yunho dan Jaejoong saling merapatkan bibir.
Hanya mata mereka yang bergerak saling mengerti.

Namja tampan itu tersenyum kecil.

  “Kau bilang kau terluka..Kau bilang kau tidak ingin merasakan sakit..Kau bilang kau tidak mencintaiku lagi..Tapi kenapa kau tidak ingin aku menyerah?” Ujar Yunho setengah berbisik.

Jaejoong tidak menyahut.

Mata beningnya terlihat berkaca-kaca saat ini.

  “Aku ingin membuatmu mengerti! Aku ingin kau belajar dari apa yang pernah terjadi! Aku tidak ingin kisah kita rusak seperti yang lalu Yunho ah..Hiks..”

  “Aku belajar banyak, BooJae ah..Sangat banyak..”

  “Hiks..”

  “Aku mencintaimu”

Hening.

Tidak terdengar sahutan apa pun.

Yunho mengulas senyum kecutnya.
Ia mengusap punggung Jaejoong yang bergetar dan membantu namja cantik itu untuk berbaring.
Namja tampan itu baru saja akan beranjak meninggalkan Jaejoong.
Namun mendadak gerakannya terhenti saat ia mendengar bisikan lirih dari namja cantik itu.

  “I love you more than you know..”

Namja tampan itu berbalik.
Menatap Jaejoong yang tersenyum disela tangisnya.
Yunho balas tersenyum.
Ia menundukkan wajahnya dan meraih bibir ranum itu.
Jaejoong memejamkan matanya perlahan.
Membiarkan Yunho merengkuh lembut dirinya.
Menghisap manis rasa yang ada pada bibirnya.
Dan mengisi kembali ruang kosong di hatinya.

Tidak akan kembali setengah penuh.

Yang ada hanya keadaan penuh.

Penuh dengan bayang namja tampan bernama Jung Yunho itu.


END.

4 komentar:

  1. akhirnyaaaaaa~
    duh rasanya pas baca yg remember me tuh pengen nenggelemin appa bear ke sungai aja...
    untung happy end disini hiihi

    BalasHapus
  2. hweeeeee hiksssss happyy enddd

    BalasHapus
  3. Huhhhh.. akhirnya.. :D
    Aku udah sedih baca part sebelum nya.. eh ternyata happy ending juga
    Gomawo ne

    BalasHapus
  4. Huhhhh.. akhirnya.. :D
    Aku udah sedih baca part sebelum nya.. eh ternyata happy ending juga
    Gomawo ne

    BalasHapus