Tittle: TEN
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship-mpreg-posessive-violence
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Dan aku bergumam di antara ribuan rintik hujan,
bukankah cinta itu saling menjaga?
“Four,
three, two, one…”.
.
.
.
Namja cantik bernama Jung Jaejoong itu tampak sibuk
siang ini.
Bibir cherry-nya
yang penuh bergumam tidak jelas dengan kedua mata besarnya yang memperhatikan
tulisan yang ada pada majalah tersebut.
Tubuh mungilnya yang tampak ringkih bersandar pada
troli belanjaan miliknya.
Ah, membeli bahan masakan eoh?
“Hmm, lalu
beri rum satu sendok makan” Namja
cantik itu mengangguk-anggukkan kepalanya lucu.
Ia menutup majalah tersebut dan mendorong trolinya
menuju bagian bahan makanan.
Namun mendadak langkah kakinya terhenti.
Ia mengerutkan dahinya seraya berpikir.
Aigoo, mendadak ia ingin makan gulali rasa melon.
Jaejoong merogoh saku celananya dan meraih ponsel
layar sentuhnya.
Menghubungi sang kekasih yang mungkin saat ini sedang
sibuk di kantor.
“Yeoboseyo?”
“Yunnie,
Joongie mau gulali rasa melon!”
Terdengar suara helaan nafas pelan dari sana.
Membuat namja cantik itu mempoutkan bibirnya tanpa
sadar.
“Ne, Siwon akan mengantarkannya untukmu”
“Ani! Joongie
mau Yunnie yang antar!”
“Boo---”
“Titik!”
Sambungan telepon itu putus seketika.
Jaejoong mendengus kesal untuk yang kedua kalinya.
Namja cantik itu mendorong trolinya dengan kasar dan
segera berjalan menuju kasir.
Aish, persetan dengan rum sialan itu! Mood-nya
hilang seketika.
Dasar beruang!
“Ini saja,
Nyonya?”
Jaejoong semakin mengerutkan dahinya mendengar sebutan
itu.
Namja cantik itu merasakan jemarinya bergetar.
Ia baru saja hendak membentak wanita yang menjadi
kasir itu, namun rasa sakit yang menyerang perutnya mendadak membuatnya kelu.
Jaejoong merasakan kedua kakinya lemas.
Ia mengerjapkan mata besarnya menyadari beberapa
pengawal yang mengikutinya sejak tadi kini berteriak panik memanggil namanya.
Jaejoong menunduk, membulatkan kedua mata besarnya
dalam lemah.
Selangkangannya berdarah.
-------
“Ngh..”
Jaejoong mengerjap-kerjapkan mata besarnya seraya
mengeluh.
Kepalanya terasa pening.
Pelipisnya berkeringat.
Namja cantik itu menolehkan wajah cantiknya ke arah
kanan.
Menatap sesosok lelaki tampan yang tampak gagah sedang
menatap tajam dokter yang masih memeriksa tubuhnya.
Dokter berkacamata itu tampak gugup menyuntik
pasiennya kali ini.
Demi Tuhan, mata musang yang tajam itu terus
mengintimidasinya tanpa henti!
Bahkan pria berjas mahal itu memerintahkannya agar
tidak menyentuh kekasihnya yang terbaring lemah.
Bagaimana ia bisa?
“Yunnie..”
Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Namja tampan itu menoleh.
Menatap dingin Jaejoong yang memanggil namanya.
Kemudian ia kembali memperhatikan sang dokter yang
mulai berkeringat dingin.
“Akh!” Rintih
Jaejoong memekik.
Jarum suntik itu menusuk tajam venanya.
Dokter tersebut terkejut. Ia sontak menarik kembali
suntik tersebut.
Darah Jaejoong merembes pelan dari lengannya.
Yunho yang melihat itu segera menarik kerah kemeja
sang dokter dan meninjunya tanpa ampun.
Membuat ruang lengang itu menjadi berisik dalam
sekejap.
“Jo-josonghamnida
Tuan! S-saya tidak sengaja!” Erang dokter itu berusaha melindungi wajahnya dari
pukulan Yunho.
Cih.
Yunho menunjang tubuh dokter itu dengan keras.
Ia mengambil suntik yang tergeletak di atas lantai dan
menusukkannya dengan tajam di leher pria malang itu.
“AAKKHH!!”
Jerit dokter tersebut kesakitan. Tubuhnya menggigil dalam sekejap. Ia berteriak
memohon ampun. Namun Yunho membalasnya dengan senyum remeh.
“Kau menyakiti
kekasihku, brengsek!” Desis Yunho dingin.
Namja tampan itu berbalik dan segera menghentikan
pendarahan pada lengan Jaejoong yang menangis sejak tadi.
Ia memerintahkan bawahannya yang berdiri di dekat
pintu untuk membunuh dokter bodoh itu.
“Kita pulang”
Gumam Yunho terdengar jelas oleh Jaejoong.
Namja cantik itu menggeleng.
Tangisnya semakin pecah.
Ia tahu setelah ini tidak akan ada lagi kesempatan
untuknya melihat dunia.
Yunhonya adalah seorang yang sangat posesif.
Kejam, dan penuh kasih sayang di saat yang bersamaan.
Namja tampan itu tidak akan membiarkan kejadian ini
terulang untuk yang kedua kalinya, tentu saja.
Membiarkan Jaejoong kelelahan tanpa pengawasannya dan
pendarahan seperti tadi.
Tidak, sama sekali.
“Jangan
membantahku, Jung Jaejoong” Bisik Yunho kesal.
Jaejoong masih menggeleng.
Ia terisak hebat.
Namja cantik itu beringsut mundur hingga punggungnya
bersandar pada kepala ranjang rawat tersebut.
Yunho menatapnya tajam.
“I’m warning you, BooJae”
“Ani..Hiks..Hiks..”
Namja tampan itu mulai menggertakkan giginya tidak
senang.
“Five” Ujarnya mulai menghitung mundur.
Jaejoong menggeleng.
“Four”
“Yunnie, please..Hiks..”
“Three”
Yunho masih menunggu.
Ia tahu Jaejoong tidak akan berani melawannya lebih
dari ini.
Namja cantik itu selalu tahu akibatnya.
“Two, One”
“TEN!”
Jaejoong berteriak ketakutan.
Ia bergerak cepat memeluk Yunho dengan erat.
Namja tampan itu tersenyum kecil dibuatnya.
Yunho sudah tahu ini akan terjadi.
Jaejoongnya selalu melakukan hal itu agar hitungan
kembali mundur.
Cukup pintar huh?
“Kita pulang?”
Tanya Yunho seraya mengusap kepala kekasihnya lembut.
Jaejoong masih terisak. Ia mengangguk dalam pelukan
Yunho.
“Ung..Hiks..Take me home, Yunnie..Take me..” Balasnya berbisik.
-------
“Yunnie, uri
aegya otteyo?”
Namja tampan itu menoleh memandang Jaejoong yang
bertanya padanya.
Jaejoong tampak cemas menggigit bibir bawahnya.
Yunho menurunkan pandangannya pada perut namja cantik
itu dan tersenyum kecil.
“Dia baik-baik
saja”
“Oh..”
“Selama
Ummanya tidak nakal”
Jaejoong merinding.
Yunho berjalan mendekati dirinya yang sedang duduk di
pinggir ranjang.
Namja tampan itu mencengkram kedua sisi wajah Jaejoong
dengan erat, hingga membuat namja cantik itu meringis kesakitan.
Mata musang Yunho menatap nyalang wajah Jaejoong.
“Berapa kali
harus kukatakan kepadamu huh? Jangan pernah berani membuat bayi kita terancam!”
Bentak Yunho marah.
Jaejoong merasakan kedua matanya panas.
Ia bisa merasakan pipinya basah sekarang.
“Mi-Mianhae
Yunnie ah..Hiks..Mian..” Gumam Jaejoong terisak.
“Kau
seharusnya ingat kalau kandunganmu itu lemah karena kau bukan seorang wanita!
Kenapa kakimu jalang sekali eoh?!”
“Hiks..Jo-Joongie bukan jalang Yunnie yah..Hiks..Hiks..”
“Oh, benarkah?
Kau tidak hm?”
“N-Ne..Hiks..”
“Kenapa kita
tidak membuktikannya langsung, Boo? Aku ingin sekali melihat kedua kakimu itu
jera sekali saja”
Tubuh Jaejoong menegang dalam sekejap.
Yunho menyeringai seraya menggulung celana Jaejoong
sampai lutut.
Ia mengikat kedua tangan kekasihnya dengan tali yang
selalu tersedia di atas nakas, untuk menghukum namja cantik itu jika ia berbuat
nakal.
Tangis Jaejoong pecah.
Ia menggeleng ketakutan melihat Yunhonya kini memegang
cambuk kecil yang sangat lucu.
Oh, trust me,
rasa dari benda itu tidak semanis kelihatannya.
CTASH!
Jaejoong berteriak lantang.
Wajahnya memerah padam.
Pipinya basah akan air mata.
CTASH!
Bunyi cambukan itu membuat Jaejoong memejamkan matanya
erat.
Ia merintih kesakitan.
Ekor matanya menangkap bayang Yunho yang terus
memukuli kakinya dengan cambuk tersebut.
Wajahnya terlihat dingin, dengan kedua lengan kemeja
yang tergulung sampai siku.
Namja cantik itu ambruk begitu saja di atas ranjang
ketika ia sampai pada batasnya.
Deru nafasnya terdengar tidak beraturan.
Air matanya terus meleleh tanpa henti.
Ia bisa merasakan seprai di sekitar kakinya basah akan
darahnya sendiri.
Jaejoong terisak.
“Yu-Yunnie..”
Lirihnya memanggil sang suami.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia meletakkan cambuk tersebut di atas nakas dan
berjalan keluar kamar.
Meninggalkan Jaejoong sendiri di sana.
“Mianhae
Yunnie ah..Hiks..”
Namja cantik itu melihat seorang maid bernama Nana memasuki kamar dan berjalan tergesa ke arahnya.
Yeoja blonde itu mendesah prihatin akan keadaan
Tuannya.
Ia berlutut di pinggir ranjang dan segera membasuh
kaki Jaejoong dengan air hangat yang dibawanya.
Jaejoong berteriak kesakitan untuk yang kesekian
kalinya.
Ia mendesah panjang mengintip apa yang dilakukan
wanita tersebut pada kedua kakinya yang terluka.
“Yunnie..Yunnie eodisseo?” Desah Jaejoong lirih.
Nana mengangkat wajahnya.
“Tuan Jung
sedang di ruang kerjanya, Ma’am”
Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya ketika
Nana mulai mengelap bekas lukanya dengan alkohol secara perlahan.
Jemarinya bergerak untuk mengelus perutnya yang mulai
menonjol.
Mianhae..Mulai sekarang Umma akan menjagamu dengan benar..
-------
Jaejoong memperhatikan penampilannya melalui cermin
raksasa yang ada di sudut kamar besarnya saat ini.
Ia tersenyum puas dan segera berjalan keluar kamar,
menyusul suaminya yang menunggu di ruang tengah.
Namja cantik itu melangkah perlahan menuruni tangga.
Well, kehamilannya memang baru menginjak bulan kedua, namun
bukan itu hal utama yang membuatnya berjalan dengan sangat hati-hati.
Ia sedang berusaha untuk tidak menimbulkan rasa sakit
yang berdenyut-denyut dari kakinya yang diperban di balik celananya itu.
“Yunnie”
Panggilnya lembut.
Yunho yang sedang membaca laporan pekerjaannya
menoleh, balas tersenyum kepada Jaejoong yang terlihat sangat cantik malam ini.
Ah, mereka akan menghadiri sebuah pesta besar antar
kolega perusahaan Yunho.
Namja tampan itu meraih wajah Jaejoong dan mengecup
dalam bibir ranumnya.
Menghisapnya sedikit sebelum ia menjauhkan wajahnya.
“Kkaja” Ajak
Jaejoong tersenyum lebar.
Yunho terkekeh melihat wajah kekasihnya memerah padam.
Ia tidak habis pikir bagaimana bisa namja cantiknya
itu selalu saja merona setiap kali mereka berciuman.
Benar-benar menggemaskan.
Sementara itu Jaejoong tidak melepaskan pandangannya
dari wajah tampan sang kekasih.
Yunho tertawa.
Yunhonya tertawa.
Dan ia terlihat seratus kali lebih tampan dari
biasanya.
Ah, Jaejoong sangat mencintai lelaki posesif ini.
Mereka berdua memasuki mobil mewah milik Yunho.
Keduanya duduk di belakang sementara Minho sang supir melajukan
mobil tersebut.
Yunho merengkuh pinggang kekasihnya posesif.
Ia mengendus wangi vanilla
pada leher dan rambut Jaejoong sesekali.
“Yunnie”
“Um?”
“Bo-boleh
Joongie cium?”
Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Menatap Jaejoong yang mulai memerah kembali.
Namja cantik itu menggigit bibirnya berharap.
Yunho mengangguk dan memejamkan kedua mata musangnya.
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia mencengkram bahu Yunho gugup dan sedikit
menggerakkan tubuhnya untuk mendekati Yunho.
CUP.
Yunho bisa merasakan kecupan manis yang malu-malu itu.
Ia membuka bibirnya dan melumat lembut bibir ranum
kekasihnya.
Tidak biasanya Jaejoong berinisiatif untuk memulai
duluan seperti saat ini.
Hmm, mungkin bawaaan bayi. Pikir Yunho.
“Mmh..Mckk..ck..”
Suara lenguhan dan decakan antar bibir itu terdengar
jelas hingga ke telinga Minho yang mulai gugup memegang setir mobil.
Ia mengintip sekilas dari kaca spion tengah dan
mendapati Jaejoong yang kini duduk di pangkuan namja tampan itu.
Yunho baru saja meninggalkan sebuah kissmark yang sangat jelas di leher
kanan kekasihnya saat Minho memberitahu mereka kalau mobil sudah sampai di
tempat tujuan.
Namja tampan itu menurunkan Jaejoong dari pangkuannya
dan meraih jemarinya seraya keluar dari mobil.
Suara blitz kamera
segera menghujani keduanya sampai mereka memasuki ruang pesta.
Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Ia merasa gugup.
Namja cantik itu tidak terbiasa dengan keadaan seperti
ini.
Ia tidak pernah menghadiri pesta sebesar ini seumur
hidupnya.
Namja cantik itu dulunya hanya seorang pelayan kafe
kecil di daerah Myeongdong sebelum ia
bertemu dengan Yunho dan dipaksa untuk menikah dengan namja tampan itu.
“Senang
bertemu denganmu di sini, Jung Yunho-ssi”
Jaejoong mendongakkan wajah cantiknya.
Menatap sesosok lelaki bertubuh tinggi yang menyapa
kekasihnya.
“Ne, Choi
Seunghyun-ssi” Balas Yunho pelan.
“Cantik
sekali” Puji Seunghyun menatap Jaejoong yang berdiri di samping Yunho.
Namja tampan itu memicingkan mata tajamnya.
Ia tidak suka mendengar namja yang ada di hadapannya
ini berkata seperti itu.
“Jung Jaejoong
imnida” Ucap Jaejoong menundukkan wajahnya.
Namja bertubuh tinggi itu menyunggingkan senyum
mautnya.
Membuat Yunho ingin sekali menusukkan pisau di mulut
itu dan menariknya sampai ke telinga.
“Jung? Istrimu
eoh?” Ujar Seunghyun seraya menatap Yunho.
Namja tampan itu mengangguk.
“Aku tidak
pernah tahu kalau kau sudah menikah”
“Kami memang
tidak ingin membesar-besarkan hal itu”
“Oh ya? Sayang
sekali, orang-orang pasti akan memuja istrimu kalau mereka tahu”
Rahang Yunho mengeras.
Cukup.
Ia tahu kalau lelaki yang berdiri di hadapannya saat
ini tertarik kepada istrinya.
“Yunnie” Gumam
Jaejoong menarik lengan Yunho pelan.
Yunho menoleh, memandang kekasihnya yang terlihat
sangat menggemaskan dengan pout lucu itu.
“Joongie mau
makan kue, tapi setelah itu ke toilet, boleh?” Tanya Jaejoong memiringkan
kepalanya.
“Tidak” Sahut
Yunho datar.
Jaejoong mendengus.
Ia kembali menarik-narik lengan kemeja Yunho dengan
gemas.
Membuat Yunho kembali memandangnya dan mengangguk
dengan sangat terpaksa.
Ia mengecup dahi Jaejoong sebelum memperhatikan namja
cantik itu berjalan menghampiri meja penuh kue itu.
“Tuan Jung,
suatu kehormatan bisa bertemu denganmu di pesta ini”
Yunho berbalik, mengangguk hormat pada pria chubby yang menyapanya.
Tender besar pemegang saham yang sangat terkenal, Park
Yoochun.
Sementara itu, Jaejoong tampak sibuk menikmati kue-kue
lezat yang terhampar di hadapannya.
Namja cantik itu terus mencoba satu persatu kue yang
ada tanpa menyadari sepasang mata kagum yang mengawasi gerak-geriknya sejak
tadi.
Tapi itu tidak berlangsung lama, pandangan lembut itu
berubah menjadi luapan amarah ketika pupil cokelatnya menangkap sebuah tanda
yang menyala di leher namja cantik itu.
A Kissmark by Jung Yunho eoh?
“Anda mau ke
mana, Ma’am?” Tanya salah seorang
pengawal yang menjaga Jaejoong.
Namja cantik itu tersenyum lucu dengan krim kue yang
masih melekat di sudut bibirnya.
“Toilet,
hehehe~”
Jaejoong memasuki toilet yang terletak di ujung ruang
pesta dan menutup pintunya kembali.
Ia terkejut menyadari ada krim yang menempel di
bibirnya saat mata besarnya melihat cermin yang tergantung di dinding.
Aigoo, memalukan, rutuknya kesal.
Namja cantik itu mencuci kedua tangannya dan mengusap
bibirnya pelan.
Menghembuskan nafas panjang dan mengeringkan telapak
tangannya di bawah mesin pengering.
CKLEK.
Jaejoong menoleh ke arah pintu dan tersenyum kecil.
“Seunghyun-ssi” Sapanya lembut.
Namja bertubuh tinggi itu balas tersenyum.
Ia mendekati Jaejoong dan terkekeh.
“Tidak perlu
seformal itu, Jaejoongie, kau bisa memanggilku Seunghyun saja” Ujarnya.
Eoh?
Alis Jaejoong bertaut.
Apa?
Namja itu memanggilnya apa barusan? Jaejoongie?
“Ne Seunghyun
ah” Ucap Jaejoong mulai tidak nyaman.
Namja cantik itu mengambil tissue dan membungkukkan
tubuhnya hendak melangkah keluar toilet.
Namun genggaman erat pada lengannya membuatnya sontak
berbalik dan mengerutkan dahinya.
“S-Seunghyun
ah?” Rintih Jaejoong ketakutan.
Namja bertubuh tegap itu menyeringai.
Ia mendekati Jaejoong yang terjebak di pintu toilet.
“Suaramu indah
sekali hm? Pasti akan terdengar lebih indah kalau kau mengucapkan namaku sambil
mendesah, Joongie ah” Bisik Seunghyun pelan.
Air mata Jaejoong merebak.
Ia ketakutan.
“Mi-Mianhae,
Joongie ingin keluar” Ujar Jaejoong bergetar.
Namja bertubuh tinggi itu tertawa mendengar nada
khawatir pada suara merdu itu.
Ia mengusap pipi Jaejoong lembut.
“Waeyo? Kau tidak
ingin berlama-lama denganku? Aku lebih baik daripada nama sombong bermarga Jung
itu”
Jaejoong tersentak, merasakan jemari Seunghyun
mengusap bekas kissmark yang
diberikan Yunho pada lehernya.
Ia semakin ketakutan.
“A-andwae..Jangan lakukan ini..Hiks..” Isak Jaejoong lirih.
Hum?
Namja bertubuh tinggi itu menaikkan alisnya.
Terkekeh geli mendapati reaski menggemaskan dari namja
cantik ini.
Ah, ia jadi tidak sabar untuk mencicipi tubuhnya.
“Lakukan apa,
Joongie sayang? Lakukan ini, maksudmu?” Desah Seunghyun seraya menggerakkan
jemarinya turun menikmati lekuk tubuh Jaejoong.
Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya
ketakutan.
Ia mendorong namja tinggi itu dengan sekuat tenaganya.
Membuat Seunghyun tersentak hingga punggungnya
membentur westafel.
“Oh, kau ingin
bermain-main denganku dulu, ternyata” Desis namja itu menakutkan.
-------
“Di mana
Jaejoong?”
“Toilet, Tuan
besar”
“Masih di
sana?”
Yunho mengerutkan dahinya.
Namja tampan itu berjalan diikuti para pengawalnya
menuju toilet.
Dahi Yunho mengernyit mendengar suara teriakan
Jaejoong dan suara benturan dari dalam sana.
Namja tampan itu segera menggebrak pintu tersebut dan
membulatkan mata musangnya kaget.
“Ungh..Hh…Yunnie..Hiks..”
Jaejoong terhempas di lantai.
Wajahnya basah akan air mata.
Darah merembes dari selangkangannya.
BRUKK!
Yunho tersentak, ia refleks menoleh ke samping saat
salah satu pengawalnya menahan serangan dari seseorang untuknya.
Namja tampan itu menatap Seunghyun yang terlihat
berantakan.
“Apa yang kau
lakukan bersama istriku, Seunghyun-ssi?” Desisnya tajam.
Namja bertubuh tinggi itu terkekeh pelan.
Ia menaikkan alisnya. Mengacuhkan kemejanya yang
terkena noda darah.
“Aku ingin
melenyapkan anak sialan itu terlebih dahulu dari perut istrimu sebelum aku
menidurinya” Sahutnya berani.
Rahang Yunho mengeras.
Tubuhnya tegang.
Emosinya membludak seketika.
Membuat pelipisnya berdenyut kencang.
Namja tampan itu segera menunjang dada Seunghyun
hingga lelaki bertubuh tinggi itu terhempas membentur westafel untuk yang kedua
kalinya.
Terdengar suara retakan pada tulang punggungnya.
Yunho menoleh, berjalan menghampiri Jaejoong yang
terbaring lemah.
Ia menatap tajam namja cantik itu.
“Dan kau,
bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga bayi kita eoh? Kenapa kau
membiarkan ia mengganggumu?!” Bentak Yunho marah.
Jaejoong merasakan perutnya berdenyut.
Ia tidak sanggup untuk menjawab.
Bibirnya membiru.
Wajahnya pucat.
Yunho merebut pisau yang tersimpan di dalam saku jas
pengawalnya, namja tampan itu menerjang Choi Seunghyun dan menusuk mulutnya
kemudian merobeknya hingga ke telinga.
Mengacuhkan suara-suara teriakan yang memekakkan
telinga dari sana.
“Kau akan
mengingat hal ini, Tuan Choi, karena telah berani mengusik istriku” Ujarnya
emosi.
Yunho menggendong istrinya dan segera meninggalkan
toilet tersebut.
Mengacuhkan Seunghyun yang berteriak-teriak kesakitan.
Darah segar membasahi lehernya.
-------
DRAP DRAP DRAP!
Langkah panik Yunho dan pengawalnya mengisi koridor
sepi itu.
Ia segera menggebrak ruang unit gawat darurat dan
merebahkan istrinya di atas ranjang rawat.
Memaki para dokter dan perawat yang tidak cepat
tanggap padanya.
“Nyawa kalian
akan menjadi bayarannya jika sampai terjadi sesuatu pada istriku” Desis Yunho
penuh amarah.
Ia beranjak keluar.
Pintu ruangan tertutup.
.
.
.
Yunho memperketat penjagaan kamar rawat Jaejoong sejak
seminggu yang lalu.
Namja tampan itu berjalan menelusuri koridor rumah
sakit mewah itu dengan pandangan fokus pada berkas kerjanya.
Saham perusahaan milik Choi Seunghyun telah berpindah
kepadanya.
Namja bertubuh tinggi itu dipaksa Yunho untuk
menandatangani berkas sebelum ia menembak mati dirinya.
“Tuan Jung”
Sapa para pengawal yang berjejer di pintu rawat tersebut.
Yunho mengacuhkannya.
Ia membuka kenop pintu dan memasuki ruangan tersebut.
Mata musangnya menangkap sosok cantik yang terlihat
bagaikan tanpa nyawa di atas ranjang.
Ia terduduk menyender pada kepala ranjang dengan
tatapan tidak fokus.
“Hei” Bisik
Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong.
Namja cantik itu tidak membalas.
Hanya air matanya yang menjawab kehadiran Yunho.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia duduk di samping kekasihnya dan mengecup-kecup
lembut wajah namja cantik itu.
Mengendus lehernya yang wangi.
“Jangan
mengabaikanku, BooJae” Bisik Yunho pelan.
Huh.
Jaejoong menoleh.
Memandang dingin mata musang Yunho.
“Kalau
sekarang Yunnie ingin membunuh Joongie, tidak apa..Joongie terima” Lirihnya
pelan. Nyaris tidak terdengar.
Yunho mengangkat wajahnya.
Mengecup dagu namja cantik itu sekali.
“Joongie tidak
bisa menjaga uri aegya dengan baik..Joongie membunuhnya..Hiks..”
Tangis Jaejoong pecah.
Yunho segera merengkuh raga rapuh kekasihnya dengan
erat.
Mata musangnya ikut berkaca-kaca.
Ia kehilangan bayi yang akan menjadi calon penerusnya
nanti.
“Maafkan
Joongie..Hiks..Hiks..Joongie yang salah..” Isak Jaejoong lantang.
Yunho mengusap lembut punggung Jaejoong.
“Aku akan
memaafkanmu, kalau mulai saat ini kau bersumpah kepadaku, tidak akan pernah
lagi membantahku dan mengecewakanku”
“Hiks..Joongie
bersumpah…Hiks..”
-------
Ini semua memang nyata, atau hanya perasaannya saja?
Yunho berubah.
Ia tidak lagi sama sejak saat itu.
Namja tampan itu mengurung Jaejoongnya di dalam kamar.
Membatasi pelayan yang melayani istrinya.
Ia tidak lagi mudah terbujuk oleh rayuan-rayuan manja
istrinya agar menuruti kemauan namja cantik itu.
Awalnya Jaejoong memaklumi hal ini.
Mungkin Yunho ingin melindunginya sebaik mungkin
setelah kejadian menyakitkan itu.
Tapi kemudian, Jaejoong mulai berpikir.
Menciptakan sugesti untuk dirinya sendiri.
Yunho tidak mencintainya lagi.
Jaejoong berdiri di hadapan meja riasnya.
Mata besarnya yang membengkak memandangi foto-foto
hasil USG beberapa bulan yang lalu.
Foto calon bayinya yang telah pergi.
Ia tahu Yunho pasti sangat kecewa.
Namja tampan itu berharap banyak pada kehamilannya.
Air mata Jaejoong kembali mengalir untuk yang kesekian
kalinya.
Ia meringis.
Tidakkah Yunho tahu kalau ia juga sama terlukanya?
Bahkan ia ikut kehilangan sebagian sisi manis
suaminya.
Namja cantik itu hendak melangkah lebih jauh, namun ia
tersentak ketika menyadari kalau kaki kanannya terantai.
Yunho yang memasangnya.
Jaejoong bergerak mundur, kemudian duduk di pinggir
ranjang.
Mengusap pelan perutnya.
CKLEK.
Pintu besar itu terbuka.
Yunho menutupnya kembali dan memperhatikan sang
kekasih yang duduk manis di ranjang mereka.
Mengenakan kemeja putih yang tampak kebesaran di tubuh
mungilnya.
Pergelangan kaki kanannya terantai.
“Aku pulang”
Ujar Yunho.
“Selamat
datang..” Jawab Jaejoong pelan.
Namja tampan itu duduk di samping Jaejoong.
Dalam sekejap namja cantik itu beralih memeluk erat
tubuh tegapnya.
Ia mengulurkan jemarinya, balas mengusap lembut kepala
namja cantiknya.
“Love you so much, Yunnie ah..” Bisik
Jaejoong.
Yunho tersenyum mendengarnya.
Ia mengecup puncak kepala namja cantik itu.
“Apakah Yunnie
masih mencintai Joongie?” Tanya Jaejoong dengan suaranya yang pecah.
Yunho meregangkan pelukan mereka.
Ia menatap bingung wajah cantik itu.
“Kenapa Yunnie
berubah? Kenapa Yunnie seperti ini?”
“Aku
melakukannya karena aku sangat mencintaimu, Jung Jaejoong..Cukup bayi kita yang
pergi, aku tidak ingin sampai kehilangan kau juga”
“Tapi Yunnie
tahu kalau Joongie tidak akan pergi ke mana-mana lagi..”
“Jangan
menyahutku lagi, Boojae”
Jaejoong meringis.
Ia melepaskan pelukannya pada Yunho dan beralih
membaringkan dirinya di atas ranjang.
Yunho beranjak, menindih Jaejoong, mengecup-kecup
leher jenjangnya.
Mengacuhkan kedua mata besar Jaejoong yang
berkaca-kaca.
-------
Jaejoong terbangun dengan kakinya yang bebas siang
ini.
Namja cantik itu menolehkan kepalanya, menyadari Yunho
tidak lagi di sisinya.
Ia terduduk memandangi jendela.
Mendung.
Pantas saja terasa dingin.
Namja cantik itu beranjak keluar dari kamar setelah
mengganti pakaiannya.
Ia menuruni tangga dan melihat Yunho yang sedang
mengecek paspornya.
Tulang punggung Jaejoong dingin.
Mata besarnya bergerak gelisah memperhatikan koper
yang tergeletak di depan pintu rumah.
“Yunnie”
Panggilnya lirih.
Sangat lirih hingga Yunho tidak bisa mendengarnya.
Namja tampan itu mengangkat wajahnya ketika mobil
mewah tersebut terparkir di depan teras.
Minho segera keluar dari mobil dan membawa koper milik
tuan besar itu masuk ke dalam bagasi.
“Yunnie yah!”
Panggil Jaejoong panik.
Mau kemana Yunhonya?
Kenapa ia tidak memberitahu Jaejoong?
Kenapa kopernya sebesar itu?
Apakah Yunho akan meninggalkannya?
“Aish Choi
Minho, kau tidak lihat hujannya sangat deras?” Cetus Yunho kesal.
“Mianhamnida, Tuan” Sahut Minho menundukkan
wajahnya.
Namja tampan itu membuka pintu mobil dan segera masuk
ke dalam.
Tidak menyadari Jaejoong rapuhnya yang berlari dari
ruang tengah yang luas itu.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia ketakutan.
Ketakutan amat yang amat sangat.
Melihat Yunho pergi begitu saja.
“YUNNIE!”
Teriak Jaejoong lantang.
Namja cantik itu menerobos hujan yang sangat deras.
Mata besarnya mengerjap memandangi mobil mewah yang
sudah melaju itu.
Jaejoong terisak keras.
Apa salahnya?
Apa lagi salahnya?
Ia sudah berusaha menjadi anak baik untuk Yunho selama
ini.
Ia sudah berusaha menjadi penurut untuk Yunho selama
ini.
Ia sudah berusaha menjadi istri yang tidak menyusahkan
untuk Yunho selama ini.
Kenapa Yunho ingin pergi meninggalkannya?
“Hiks..Hiks..Yunnie yah..Hiks..”
Tangis Jaejoong pecah bercampur hujan.
Ia kembali berlari dan tersandung batu hingga terjatuh
di halaman luas itu.
Wajahnya terlihat pucat dengan bibirnya yang mulai
membiru.
Telapak kaki dan lututnya berdarah.
Bibir ranumnya bergetar.
Bergumam tidak jelas.
“Kenapa Yunnie
pergi? Hiks..Hiks..Bukankah..Bukankah cinta itu saling menjaga?”
Mobil mewah itu berhenti mendadak sebelum melesat
keluar gerbang.
Membuat Yunho menatap tajam supir muda itu.
“Aku bisa
ketinggalan pesawat, Minho!” Bentak Yunho marah.
Choi Minho menelan salivanya takut.
Ia berbalik ke belakang.
“Mi-Mian,
Tuan..Tapi, bukankah itu Ma’am?”
DEG.
Yunho refleks membalikkan tubuhnya.
Membulatkan mata musangnya menatap sosok cantik yang
terduduk di tengah guyuran hujan itu.
Namja tampan itu segera membuka pintu mobil dan
berlari menyusul kekasihnya.
“Dasar bodoh!”
Gumam Yunho kesal.
Yunho berlutut di hadapan Jaejoong.
Mencengkram kedua sisi wajahnya dengan kasar.
Membentak emosi namja cantik itu.
“Apa yang kau
lakukan di sini eoh!? Kau bisa sakit, Jung Jaejoong!!”
Tangan Yunho meraba luka pada lutut dan pergelangan
kaki namja cantik itu.
Ia mendesah kesal.
Namja tampan itu hendak menggendong Jaejoong dan
membawanya masuk ke dalam rumah.
Namun Jaejoong sudah lebih dulu menahannya.
“Joongie tidak
mau masuk” Lirih Jaejoong menggeleng.
Rahang Yunho mengeras.
Ia menatap tajam mata besar itu.
“Tubuhmu
dingin dan kakimu terluka, Jaejoong! Masuk!”
“Ani..”
“Kau dengar
aku, BooJae! Aku memperingatkanmu!”
“…”
“Four, three, two, one..”
Jaejoong meringis.
Mengangkat wajahnya menatap langsung mata musang
kekasihnya.
“Ten..” Isaknya kemudian.
Yunho terdiam saat Jaejoong berujar padanya.
“Yunnie masih
mencintai Joongie?” Tanya Jaejoong bergetar.
“Oh Boo, tentu
saja. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu” Sahut Yunho kesal.
“Lalu..Lalu
kenapa Yunnie pergi? Kenapa Yunnie meninggalkan Joongie?”
“…”
“Yunnie pergi
karena Joongie? Ka-karena Joongie sudah membunuh bayi kita?”
Yunho terkejut.
Ia menangkup wajah Jaejoong dan mengusap pipi
basahnya.
“Bayi kita
pergi bukan karenamu, BooJae. Jangan pernah berpikir kalau kau yang membuatnya
pergi”
“Hiks..Hiks..”
“Dan aku akan
pergi ke Jepang hanya sampai besok, ada masalah pekerjaan di sana. Siapa yang
bilang kalau aku akan meninggalkanmu huh?”
“Ta-Tapi..Hiks..Kopernya besar..”
“Kau tidak
ingat kita tidak punya koper yang kecil karena kau selalu membawa banyak baju
kalau kita pergi berlibur hm?”
“Hiks..Hiks..”
“Jja, kita
masuk sekarang, kau bisa sakit kalau lama-lama di tengah hujan seperti ini”
“Joongie..Dirantai lagi?”
“Ne”
“Kenapa?”
“Karena kau
milikku”
Namja tampan itu berdiri dari posisinya.
Ia menatap Jaejoong yang masih terduduk di antara
bebatuan itu.
Hujan mulai mereda.
Yunho mendesah pendek.
“I’ll count you, BooJae” Ujarnya.
Jaejoong masih tidak bergeming.
“Four”
“…”
“Three”
“Yunnie”
“Two, One..”
“Ten”
Jemari Jaejoong mencengkram erat celana Yunho.
Ia mendongak, meminta namja tampan itu menggendongnya.
Yunho tersenyum kecil dan segera merengkuh tubuh basah
kekasihnya.
“Joongie
dirantai karena Joongie milik Yunnie anitji?” Bisik Jaejoong pelan.
Yunho mengangguk.
Mengecup lembut dahi kekasihnya.
“Joongie milik
Yunnie, selamanya” Gumam Jaejoong.
“Kita coba
buat baby lagi?” Tanya Yunho
menaikkan alisnya.
“Ne, kita buat
yang banyak” Sahut Jaejoong tersenyum.
Yunho tertawa.
I believe, when you hug me,
I were your little prince.
It’s still insufficient you are my destiny.
I love like the way you are baby..
END.
TVXQ - Ten