This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 09 Maret 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/TEN


Tittle: TEN

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship-mpreg-posessive-violence

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*



-------


Dan aku bergumam di antara ribuan rintik hujan, bukankah cinta itu saling menjaga?

  Four, three, two, one…”.
.
.
.

Namja cantik bernama Jung Jaejoong itu tampak sibuk siang ini.
Bibir cherry-nya yang penuh bergumam tidak jelas dengan kedua mata besarnya yang memperhatikan tulisan yang ada pada majalah tersebut.
Tubuh mungilnya yang tampak ringkih bersandar pada troli belanjaan miliknya.

Ah, membeli bahan masakan eoh?

  “Hmm, lalu beri rum satu sendok makan” Namja cantik itu mengangguk-anggukkan kepalanya lucu.

Ia menutup majalah tersebut dan mendorong trolinya menuju bagian bahan makanan.
Namun mendadak langkah kakinya terhenti.
Ia mengerutkan dahinya seraya berpikir.
Aigoo, mendadak ia ingin makan gulali rasa melon.

Jaejoong merogoh saku celananya dan meraih ponsel layar sentuhnya.
Menghubungi sang kekasih yang mungkin saat ini sedang sibuk di kantor.

  Yeoboseyo?

  “Yunnie, Joongie mau gulali rasa melon!”

Terdengar suara helaan nafas pelan dari sana.
Membuat namja cantik itu mempoutkan bibirnya tanpa sadar.

  Ne, Siwon akan mengantarkannya untukmu

  “Ani! Joongie mau Yunnie yang antar!”

  Boo---

  “Titik!”

Sambungan telepon itu putus seketika.
Jaejoong mendengus kesal untuk yang kedua kalinya.
Namja cantik itu mendorong trolinya dengan kasar dan segera berjalan menuju kasir.
Aish, persetan dengan rum sialan itu! Mood-nya hilang seketika.

Dasar beruang!

  “Ini saja, Nyonya?”

Jaejoong semakin mengerutkan dahinya mendengar sebutan itu.
Namja cantik itu merasakan jemarinya bergetar.
Ia baru saja hendak membentak wanita yang menjadi kasir itu, namun rasa sakit yang menyerang perutnya mendadak membuatnya kelu.
Jaejoong merasakan kedua kakinya lemas.

Ia mengerjapkan mata besarnya menyadari beberapa pengawal yang mengikutinya sejak tadi kini berteriak panik memanggil namanya.
Jaejoong menunduk, membulatkan kedua mata besarnya dalam lemah.

Selangkangannya berdarah.


-------


  “Ngh..”

Jaejoong mengerjap-kerjapkan mata besarnya seraya mengeluh.
Kepalanya terasa pening.
Pelipisnya berkeringat.
Namja cantik itu menolehkan wajah cantiknya ke arah kanan.
Menatap sesosok lelaki tampan yang tampak gagah sedang menatap tajam dokter yang masih memeriksa tubuhnya.

Dokter berkacamata itu tampak gugup menyuntik pasiennya kali ini.
Demi Tuhan, mata musang yang tajam itu terus mengintimidasinya tanpa henti!
Bahkan pria berjas mahal itu memerintahkannya agar tidak menyentuh kekasihnya yang terbaring lemah.
Bagaimana ia bisa?

  “Yunnie..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Namja tampan itu menoleh.
Menatap dingin Jaejoong yang memanggil namanya.
Kemudian ia kembali memperhatikan sang dokter yang mulai berkeringat dingin.

  “Akh!” Rintih Jaejoong memekik.

Jarum suntik itu menusuk tajam venanya.
Dokter tersebut terkejut. Ia sontak menarik kembali suntik tersebut.
Darah Jaejoong merembes pelan dari lengannya.
Yunho yang melihat itu segera menarik kerah kemeja sang dokter dan meninjunya tanpa ampun.
Membuat ruang lengang itu menjadi berisik dalam sekejap.

  “Jo-josonghamnida Tuan! S-saya tidak sengaja!” Erang dokter itu berusaha melindungi wajahnya dari pukulan Yunho.

Cih.
Yunho menunjang tubuh dokter itu dengan keras.
Ia mengambil suntik yang tergeletak di atas lantai dan menusukkannya dengan tajam di leher pria malang itu.

  “AAKKHH!!” Jerit dokter tersebut kesakitan. Tubuhnya menggigil dalam sekejap. Ia berteriak memohon ampun. Namun Yunho membalasnya dengan senyum remeh.

  “Kau menyakiti kekasihku, brengsek!” Desis Yunho dingin.

Namja tampan itu berbalik dan segera menghentikan pendarahan pada lengan Jaejoong yang menangis sejak tadi.
Ia memerintahkan bawahannya yang berdiri di dekat pintu untuk membunuh dokter bodoh itu.

  “Kita pulang” Gumam Yunho terdengar jelas oleh Jaejoong.

Namja cantik itu menggeleng.
Tangisnya semakin pecah.
Ia tahu setelah ini tidak akan ada lagi kesempatan untuknya melihat dunia.
Yunhonya adalah seorang yang sangat posesif.
Kejam, dan penuh kasih sayang di saat yang bersamaan.

Namja tampan itu tidak akan membiarkan kejadian ini terulang untuk yang kedua kalinya, tentu saja.
Membiarkan Jaejoong kelelahan tanpa pengawasannya dan pendarahan seperti tadi.
Tidak, sama sekali.

  “Jangan membantahku, Jung Jaejoong” Bisik Yunho kesal.

Jaejoong masih menggeleng.
Ia terisak hebat.
Namja cantik itu beringsut mundur hingga punggungnya bersandar pada kepala ranjang rawat tersebut.
Yunho menatapnya tajam.

  I’m warning you, BooJae

  “Ani..Hiks..Hiks..”

Namja tampan itu mulai menggertakkan giginya tidak senang.

  Five” Ujarnya mulai menghitung mundur.

Jaejoong menggeleng.

  Four

  “Yunnie, please..Hiks..”

  Three

Yunho masih menunggu.
Ia tahu Jaejoong tidak akan berani melawannya lebih dari ini.
Namja cantik itu selalu tahu akibatnya.

  Two, One

  TEN!

Jaejoong berteriak ketakutan.
Ia bergerak cepat memeluk Yunho dengan erat.
Namja tampan itu tersenyum kecil dibuatnya.
Yunho sudah tahu ini akan terjadi.

Jaejoongnya selalu melakukan hal itu agar hitungan kembali mundur.
Cukup pintar huh?

  “Kita pulang?” Tanya Yunho seraya mengusap kepala kekasihnya lembut.

Jaejoong masih terisak. Ia mengangguk dalam pelukan Yunho.

  “Ung..Hiks..Take me home, Yunnie..Take me..” Balasnya berbisik.


-------


  “Yunnie, uri aegya otteyo?”

Namja tampan itu menoleh memandang Jaejoong yang bertanya padanya.
Jaejoong tampak cemas menggigit bibir bawahnya.
Yunho menurunkan pandangannya pada perut namja cantik itu dan tersenyum kecil.

  “Dia baik-baik saja”

  “Oh..”

  “Selama Ummanya tidak nakal”

Jaejoong merinding.
Yunho berjalan mendekati dirinya yang sedang duduk di pinggir ranjang.
Namja tampan itu mencengkram kedua sisi wajah Jaejoong dengan erat, hingga membuat namja cantik itu meringis kesakitan.
Mata musang Yunho menatap nyalang wajah Jaejoong.

  “Berapa kali harus kukatakan kepadamu huh? Jangan pernah berani membuat bayi kita terancam!” Bentak Yunho marah.

Jaejoong merasakan kedua matanya panas.
Ia bisa merasakan pipinya basah sekarang.

  “Mi-Mianhae Yunnie ah..Hiks..Mian..” Gumam Jaejoong terisak.

  “Kau seharusnya ingat kalau kandunganmu itu lemah karena kau bukan seorang wanita! Kenapa kakimu jalang sekali eoh?!”

  “Hiks..Jo-Joongie bukan jalang Yunnie yah..Hiks..Hiks..”

  “Oh, benarkah? Kau tidak hm?”

  “N-Ne..Hiks..”

  “Kenapa kita tidak membuktikannya langsung, Boo? Aku ingin sekali melihat kedua kakimu itu jera sekali saja”

Tubuh Jaejoong menegang dalam sekejap.
Yunho menyeringai seraya menggulung celana Jaejoong sampai lutut.
Ia mengikat kedua tangan kekasihnya dengan tali yang selalu tersedia di atas nakas, untuk menghukum namja cantik itu jika ia berbuat nakal.

Tangis Jaejoong pecah.
Ia menggeleng ketakutan melihat Yunhonya kini memegang cambuk kecil yang sangat lucu.
Oh, trust me, rasa dari benda itu tidak semanis kelihatannya.

CTASH!

Jaejoong berteriak lantang.
Wajahnya memerah padam.
Pipinya basah akan air mata.

CTASH!

Bunyi cambukan itu membuat Jaejoong memejamkan matanya erat.
Ia merintih kesakitan.
Ekor matanya menangkap bayang Yunho yang terus memukuli kakinya dengan cambuk tersebut.
Wajahnya terlihat dingin, dengan kedua lengan kemeja yang tergulung sampai siku.

Namja cantik itu ambruk begitu saja di atas ranjang ketika ia sampai pada batasnya.
Deru nafasnya terdengar tidak beraturan.
Air matanya terus meleleh tanpa henti.
Ia bisa merasakan seprai di sekitar kakinya basah akan darahnya sendiri.

Jaejoong terisak.

  “Yu-Yunnie..” Lirihnya memanggil sang suami.

Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia meletakkan cambuk tersebut di atas nakas dan berjalan keluar kamar.
Meninggalkan Jaejoong sendiri di sana.

  “Mianhae Yunnie ah..Hiks..”

Namja cantik itu melihat seorang maid bernama Nana memasuki kamar dan  berjalan tergesa ke arahnya.
Yeoja blonde itu mendesah prihatin akan keadaan Tuannya.
Ia berlutut di pinggir ranjang dan segera membasuh kaki Jaejoong dengan air hangat yang dibawanya.

Jaejoong berteriak kesakitan untuk yang kesekian kalinya.
Ia mendesah panjang mengintip apa yang dilakukan wanita tersebut pada kedua kakinya yang terluka.

  “Yunnie..Yunnie eodisseo?” Desah Jaejoong lirih.

Nana mengangkat wajahnya.

  “Tuan Jung sedang di ruang kerjanya, Ma’am

Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya ketika Nana mulai mengelap bekas lukanya dengan alkohol secara perlahan.
Jemarinya bergerak untuk mengelus perutnya yang mulai menonjol.

Mianhae..Mulai sekarang Umma akan menjagamu dengan benar..


-------


Jaejoong memperhatikan penampilannya melalui cermin raksasa yang ada di sudut kamar besarnya saat ini.
Ia tersenyum puas dan segera berjalan keluar kamar, menyusul suaminya yang menunggu di ruang tengah.
Namja cantik itu melangkah perlahan menuruni tangga.

Well, kehamilannya memang baru menginjak bulan kedua, namun bukan itu hal utama yang membuatnya berjalan dengan sangat hati-hati.
Ia sedang berusaha untuk tidak menimbulkan rasa sakit yang berdenyut-denyut dari kakinya yang diperban di balik celananya itu.

  “Yunnie” Panggilnya lembut.

Yunho yang sedang membaca laporan pekerjaannya menoleh, balas tersenyum kepada Jaejoong yang terlihat sangat cantik malam ini.
Ah, mereka akan menghadiri sebuah pesta besar antar kolega perusahaan Yunho.
Namja tampan itu meraih wajah Jaejoong dan mengecup dalam bibir ranumnya.
Menghisapnya sedikit sebelum ia menjauhkan wajahnya.

  “Kkaja” Ajak Jaejoong tersenyum lebar.

Yunho terkekeh melihat wajah kekasihnya memerah padam.
Ia tidak habis pikir bagaimana bisa namja cantiknya itu selalu saja merona setiap kali mereka berciuman.
Benar-benar menggemaskan.

Sementara itu Jaejoong tidak melepaskan pandangannya dari wajah tampan sang kekasih.
Yunho tertawa.
Yunhonya tertawa.
Dan ia terlihat seratus kali lebih tampan dari biasanya.

Ah, Jaejoong sangat mencintai lelaki posesif ini.

Mereka berdua memasuki mobil mewah milik Yunho.
Keduanya duduk di belakang sementara Minho sang supir melajukan mobil tersebut.
Yunho merengkuh pinggang kekasihnya posesif.
Ia mengendus wangi vanilla pada leher dan rambut Jaejoong sesekali.

  “Yunnie”

  “Um?”

  “Bo-boleh Joongie cium?”

Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Menatap Jaejoong yang mulai memerah kembali.
Namja cantik itu menggigit bibirnya berharap.
Yunho mengangguk dan memejamkan kedua mata musangnya.
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia mencengkram bahu Yunho gugup dan sedikit menggerakkan tubuhnya untuk mendekati Yunho.

CUP.

Yunho bisa merasakan kecupan manis yang malu-malu itu.
Ia membuka bibirnya dan melumat lembut bibir ranum kekasihnya.
Tidak biasanya Jaejoong berinisiatif untuk memulai duluan seperti saat ini.

Hmm, mungkin bawaaan bayi. Pikir Yunho.

  “Mmh..Mckk..ck..”

Suara lenguhan dan decakan antar bibir itu terdengar jelas hingga ke telinga Minho yang mulai gugup memegang setir mobil.
Ia mengintip sekilas dari kaca spion tengah dan mendapati Jaejoong yang kini duduk di pangkuan namja tampan itu.

Yunho baru saja meninggalkan sebuah kissmark yang sangat jelas di leher kanan kekasihnya saat Minho memberitahu mereka kalau mobil sudah sampai di tempat tujuan.
Namja tampan itu menurunkan Jaejoong dari pangkuannya dan meraih jemarinya seraya keluar dari mobil.

Suara blitz kamera segera menghujani keduanya sampai mereka memasuki ruang pesta.

Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Ia merasa gugup.
Namja cantik itu tidak terbiasa dengan keadaan seperti ini.
Ia tidak pernah menghadiri pesta sebesar ini seumur hidupnya.

Namja cantik itu dulunya hanya seorang pelayan kafe kecil di daerah Myeongdong sebelum ia bertemu dengan Yunho dan dipaksa untuk menikah dengan namja tampan itu.

  “Senang bertemu denganmu di sini, Jung Yunho-ssi”

Jaejoong mendongakkan wajah cantiknya.
Menatap sesosok lelaki bertubuh tinggi yang menyapa kekasihnya.

  “Ne, Choi Seunghyun-ssi” Balas Yunho pelan.

  “Cantik sekali” Puji Seunghyun menatap Jaejoong yang berdiri di samping Yunho.

Namja tampan itu memicingkan mata tajamnya.
Ia tidak suka mendengar namja yang ada di hadapannya ini berkata seperti itu.

  “Jung Jaejoong imnida” Ucap Jaejoong menundukkan wajahnya.

Namja bertubuh tinggi itu menyunggingkan senyum mautnya.
Membuat Yunho ingin sekali menusukkan pisau di mulut itu dan menariknya sampai ke telinga.

  “Jung? Istrimu eoh?” Ujar Seunghyun seraya menatap Yunho.

Namja tampan itu mengangguk.

  “Aku tidak pernah tahu kalau kau sudah menikah”

  “Kami memang tidak ingin membesar-besarkan hal itu”

  “Oh ya? Sayang sekali, orang-orang pasti akan memuja istrimu kalau mereka tahu”

Rahang Yunho mengeras.
Cukup.
Ia tahu kalau lelaki yang berdiri di hadapannya saat ini tertarik kepada istrinya.

  “Yunnie” Gumam Jaejoong menarik lengan Yunho pelan.

Yunho menoleh, memandang kekasihnya yang terlihat sangat menggemaskan dengan pout lucu itu.

  “Joongie mau makan kue, tapi setelah itu ke toilet, boleh?” Tanya Jaejoong memiringkan kepalanya.

  “Tidak” Sahut Yunho datar.

Jaejoong mendengus.
Ia kembali menarik-narik lengan kemeja Yunho dengan gemas.
Membuat Yunho kembali memandangnya dan mengangguk dengan sangat terpaksa.
Ia mengecup dahi Jaejoong sebelum memperhatikan namja cantik itu berjalan menghampiri meja penuh kue itu.

  “Tuan Jung, suatu kehormatan bisa bertemu denganmu di pesta ini”

Yunho berbalik, mengangguk hormat pada pria chubby yang menyapanya.
Tender besar pemegang saham yang sangat terkenal, Park Yoochun.

Sementara itu, Jaejoong tampak sibuk menikmati kue-kue lezat yang terhampar di hadapannya.
Namja cantik itu terus mencoba satu persatu kue yang ada tanpa menyadari sepasang mata kagum yang mengawasi gerak-geriknya sejak tadi.

Tapi itu tidak berlangsung lama, pandangan lembut itu berubah menjadi luapan amarah ketika pupil cokelatnya menangkap sebuah tanda yang menyala di leher namja cantik itu.
A Kissmark by Jung Yunho eoh?

  “Anda mau ke mana, Ma’am?” Tanya salah seorang pengawal yang menjaga Jaejoong.

Namja cantik itu tersenyum lucu dengan krim kue yang masih melekat di sudut bibirnya.

  “Toilet, hehehe~”

Jaejoong memasuki toilet yang terletak di ujung ruang pesta dan menutup pintunya kembali.
Ia terkejut menyadari ada krim yang menempel di bibirnya saat mata besarnya melihat cermin yang tergantung di dinding.
Aigoo, memalukan, rutuknya kesal.

Namja cantik itu mencuci kedua tangannya dan mengusap bibirnya pelan.
Menghembuskan nafas panjang dan mengeringkan telapak tangannya di bawah mesin pengering.

CKLEK.

Jaejoong menoleh ke arah pintu dan tersenyum kecil.

  “Seunghyun-ssi” Sapanya lembut.

Namja bertubuh tinggi itu balas tersenyum.
Ia mendekati Jaejoong dan terkekeh.

  “Tidak perlu seformal itu, Jaejoongie, kau bisa memanggilku Seunghyun saja” Ujarnya.

Eoh?
Alis Jaejoong bertaut.
Apa?
Namja itu memanggilnya apa barusan? Jaejoongie?

  “Ne Seunghyun ah” Ucap Jaejoong mulai tidak nyaman.

Namja cantik itu mengambil tissue dan membungkukkan tubuhnya hendak melangkah keluar toilet.
Namun genggaman erat pada lengannya membuatnya sontak berbalik dan mengerutkan dahinya.

  “S-Seunghyun ah?” Rintih Jaejoong ketakutan.

Namja bertubuh tegap itu menyeringai.
Ia mendekati Jaejoong yang terjebak di pintu toilet.

  “Suaramu indah sekali hm? Pasti akan terdengar lebih indah kalau kau mengucapkan namaku sambil mendesah, Joongie ah” Bisik Seunghyun pelan.

Air mata Jaejoong merebak.
Ia ketakutan.

  “Mi-Mianhae, Joongie ingin keluar” Ujar Jaejoong bergetar.

Namja bertubuh tinggi itu tertawa mendengar nada khawatir pada suara merdu itu.
Ia mengusap pipi Jaejoong lembut.

  “Waeyo? Kau tidak ingin berlama-lama denganku? Aku lebih baik daripada nama sombong bermarga Jung itu”

Jaejoong tersentak, merasakan jemari Seunghyun mengusap bekas kissmark yang diberikan Yunho pada lehernya.
Ia semakin ketakutan.

  “A-andwae..Jangan lakukan ini..Hiks..” Isak Jaejoong lirih.

Hum?
Namja bertubuh tinggi itu menaikkan alisnya.
Terkekeh geli mendapati reaski menggemaskan dari namja cantik ini.
Ah, ia jadi tidak sabar untuk mencicipi tubuhnya.

  “Lakukan apa, Joongie sayang? Lakukan ini, maksudmu?” Desah Seunghyun seraya menggerakkan jemarinya turun menikmati lekuk tubuh Jaejoong.

Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya ketakutan.
Ia mendorong namja tinggi itu dengan sekuat tenaganya.
Membuat Seunghyun tersentak hingga punggungnya membentur westafel.

  “Oh, kau ingin bermain-main denganku dulu, ternyata” Desis namja itu menakutkan.


-------


  “Di mana Jaejoong?”

  “Toilet, Tuan besar”

  “Masih di sana?”

Yunho mengerutkan dahinya.
Namja tampan itu berjalan diikuti para pengawalnya menuju toilet.
Dahi Yunho mengernyit mendengar suara teriakan Jaejoong dan suara benturan dari dalam sana.
Namja tampan itu segera menggebrak pintu tersebut dan membulatkan mata musangnya kaget.

  “Ungh..Hh…Yunnie..Hiks..”

Jaejoong terhempas di lantai.
Wajahnya basah akan air mata.
Darah merembes dari selangkangannya.

BRUKK!

Yunho tersentak, ia refleks menoleh ke samping saat salah satu pengawalnya menahan serangan dari seseorang untuknya.
Namja tampan itu menatap Seunghyun yang terlihat berantakan.

  “Apa yang kau lakukan bersama istriku, Seunghyun-ssi?” Desisnya tajam.

Namja bertubuh tinggi itu terkekeh pelan.
Ia menaikkan alisnya. Mengacuhkan kemejanya yang terkena noda darah.

  “Aku ingin melenyapkan anak sialan itu terlebih dahulu dari perut istrimu sebelum aku menidurinya” Sahutnya berani.

Rahang Yunho mengeras.
Tubuhnya tegang.
Emosinya membludak seketika.
Membuat pelipisnya berdenyut kencang.

Namja tampan itu segera menunjang dada Seunghyun hingga lelaki bertubuh tinggi itu terhempas membentur westafel untuk yang kedua kalinya.
Terdengar suara retakan pada tulang punggungnya.

Yunho menoleh, berjalan menghampiri Jaejoong yang terbaring lemah.
Ia menatap tajam namja cantik itu.

  “Dan kau, bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga bayi kita eoh? Kenapa kau membiarkan ia mengganggumu?!” Bentak Yunho marah.

Jaejoong merasakan perutnya berdenyut.
Ia tidak sanggup untuk menjawab.
Bibirnya membiru.
Wajahnya pucat.

Yunho merebut pisau yang tersimpan di dalam saku jas pengawalnya, namja tampan itu menerjang Choi Seunghyun dan menusuk mulutnya kemudian merobeknya hingga ke telinga.
Mengacuhkan suara-suara teriakan yang memekakkan telinga dari sana.

  “Kau akan mengingat hal ini, Tuan Choi, karena telah berani mengusik istriku” Ujarnya emosi.

Yunho menggendong istrinya dan segera meninggalkan toilet tersebut.
Mengacuhkan Seunghyun yang berteriak-teriak kesakitan.
Darah segar membasahi lehernya.


-------


DRAP DRAP DRAP!

Langkah panik Yunho dan pengawalnya mengisi koridor sepi itu.
Ia segera menggebrak ruang unit gawat darurat dan merebahkan istrinya di atas ranjang rawat.
Memaki para dokter dan perawat yang tidak cepat tanggap padanya.

  “Nyawa kalian akan menjadi bayarannya jika sampai terjadi sesuatu pada istriku” Desis Yunho penuh amarah.

Ia beranjak keluar.
Pintu ruangan tertutup.
.
.
.

Yunho memperketat penjagaan kamar rawat Jaejoong sejak seminggu yang lalu.
Namja tampan itu berjalan menelusuri koridor rumah sakit mewah itu dengan pandangan fokus pada berkas kerjanya.
Saham perusahaan milik Choi Seunghyun telah berpindah kepadanya.
Namja bertubuh tinggi itu dipaksa Yunho untuk menandatangani berkas sebelum ia menembak mati dirinya.

  “Tuan Jung” Sapa para pengawal yang berjejer di pintu rawat tersebut.

Yunho mengacuhkannya.
Ia membuka kenop pintu dan memasuki ruangan tersebut.
Mata musangnya menangkap sosok cantik yang terlihat bagaikan tanpa nyawa di atas ranjang.
Ia terduduk menyender pada kepala ranjang dengan tatapan tidak fokus.

  “Hei” Bisik Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong.

Namja cantik itu tidak membalas.
Hanya air matanya yang menjawab kehadiran Yunho.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia duduk di samping kekasihnya dan mengecup-kecup lembut wajah namja cantik itu.
Mengendus lehernya yang wangi.

  “Jangan mengabaikanku, BooJae” Bisik Yunho pelan.

Huh.
Jaejoong menoleh.
Memandang dingin mata musang Yunho.

  “Kalau sekarang Yunnie ingin membunuh Joongie, tidak apa..Joongie terima” Lirihnya pelan. Nyaris tidak terdengar.

Yunho mengangkat wajahnya.
Mengecup dagu namja cantik itu sekali.

  “Joongie tidak bisa menjaga uri aegya dengan baik..Joongie membunuhnya..Hiks..”

Tangis Jaejoong pecah.
Yunho segera merengkuh raga rapuh kekasihnya dengan erat.
Mata musangnya ikut berkaca-kaca.
Ia kehilangan bayi yang akan menjadi calon penerusnya nanti.

  “Maafkan Joongie..Hiks..Hiks..Joongie yang salah..” Isak Jaejoong lantang.

Yunho mengusap lembut punggung Jaejoong.

  “Aku akan memaafkanmu, kalau mulai saat ini kau bersumpah kepadaku, tidak akan pernah lagi membantahku dan mengecewakanku”

  “Hiks..Joongie bersumpah…Hiks..”


-------


Ini semua memang nyata, atau hanya perasaannya saja?
Yunho berubah.
Ia tidak lagi sama sejak saat itu.
Namja tampan itu mengurung Jaejoongnya di dalam kamar.
Membatasi pelayan yang melayani istrinya.
Ia tidak lagi mudah terbujuk oleh rayuan-rayuan manja istrinya agar menuruti kemauan namja cantik itu.

Awalnya Jaejoong memaklumi hal ini.
Mungkin Yunho ingin melindunginya sebaik mungkin setelah kejadian menyakitkan itu.
Tapi kemudian, Jaejoong mulai berpikir.
Menciptakan sugesti untuk dirinya sendiri.

Yunho tidak mencintainya lagi.

Jaejoong berdiri di hadapan meja riasnya.
Mata besarnya yang membengkak memandangi foto-foto hasil USG beberapa bulan yang lalu.
Foto calon bayinya yang telah pergi.
Ia tahu Yunho pasti sangat kecewa.
Namja tampan itu berharap banyak pada kehamilannya.

Air mata Jaejoong kembali mengalir untuk yang kesekian kalinya.
Ia meringis.
Tidakkah Yunho tahu kalau ia juga sama terlukanya?
Bahkan ia ikut kehilangan sebagian sisi manis suaminya.

Namja cantik itu hendak melangkah lebih jauh, namun ia tersentak ketika menyadari kalau kaki kanannya terantai.
Yunho yang memasangnya.
Jaejoong bergerak mundur, kemudian duduk di pinggir ranjang.
Mengusap pelan perutnya.

CKLEK.

Pintu besar itu terbuka.
Yunho menutupnya kembali dan memperhatikan sang kekasih yang duduk manis di ranjang mereka.
Mengenakan kemeja putih yang tampak kebesaran di tubuh mungilnya.
Pergelangan kaki kanannya terantai.

  “Aku pulang” Ujar Yunho.

  “Selamat datang..” Jawab Jaejoong pelan.

Namja tampan itu duduk di samping Jaejoong.
Dalam sekejap namja cantik itu beralih memeluk erat tubuh tegapnya.
Ia mengulurkan jemarinya, balas mengusap lembut kepala namja cantiknya.

  Love you so much, Yunnie ah..” Bisik Jaejoong.

Yunho tersenyum mendengarnya.
Ia mengecup puncak kepala namja cantik itu.

  “Apakah Yunnie masih mencintai Joongie?” Tanya Jaejoong dengan suaranya yang pecah.

Yunho meregangkan pelukan mereka.
Ia menatap bingung wajah cantik itu.

  “Kenapa Yunnie berubah? Kenapa Yunnie seperti ini?”

  “Aku melakukannya karena aku sangat mencintaimu, Jung Jaejoong..Cukup bayi kita yang pergi, aku tidak ingin sampai kehilangan kau juga”

  “Tapi Yunnie tahu kalau Joongie tidak akan pergi ke mana-mana lagi..”

  “Jangan menyahutku lagi, Boojae”

Jaejoong meringis.
Ia melepaskan pelukannya pada Yunho dan beralih membaringkan dirinya di atas ranjang.
Yunho beranjak, menindih Jaejoong, mengecup-kecup leher jenjangnya.
Mengacuhkan kedua mata besar Jaejoong yang berkaca-kaca.


-------


Jaejoong terbangun dengan kakinya yang bebas siang ini.
Namja cantik itu menolehkan kepalanya, menyadari Yunho tidak lagi di sisinya.
Ia terduduk memandangi jendela.
Mendung.
Pantas saja terasa dingin.

Namja cantik itu beranjak keluar dari kamar setelah mengganti pakaiannya.
Ia menuruni tangga dan melihat Yunho yang sedang mengecek paspornya.
Tulang punggung Jaejoong dingin.
Mata besarnya bergerak gelisah memperhatikan koper yang tergeletak di depan pintu rumah.

  “Yunnie” Panggilnya lirih.

Sangat lirih hingga Yunho tidak bisa mendengarnya.
Namja tampan itu mengangkat wajahnya ketika mobil mewah tersebut terparkir di depan teras.
Minho segera keluar dari mobil dan membawa koper milik tuan besar itu masuk ke dalam bagasi.

  “Yunnie yah!” Panggil Jaejoong panik.

Mau kemana Yunhonya?
Kenapa ia tidak memberitahu Jaejoong?
Kenapa kopernya sebesar itu?
Apakah Yunho akan meninggalkannya?

  “Aish Choi Minho, kau tidak lihat hujannya sangat deras?” Cetus Yunho kesal.

  “Mianhamnida, Tuan” Sahut Minho menundukkan wajahnya.

Namja tampan itu membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam.
Tidak menyadari Jaejoong rapuhnya yang berlari dari ruang tengah yang luas itu.

Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia ketakutan.
Ketakutan amat yang amat sangat.
Melihat Yunho pergi begitu saja.

  “YUNNIE!” Teriak Jaejoong lantang.

Namja cantik itu menerobos hujan yang sangat deras.
Mata besarnya mengerjap memandangi mobil mewah yang sudah melaju itu.
Jaejoong terisak keras.
Apa salahnya?
Apa lagi salahnya?

Ia sudah berusaha menjadi anak baik untuk Yunho selama ini.
Ia sudah berusaha menjadi penurut untuk Yunho selama ini.
Ia sudah berusaha menjadi istri yang tidak menyusahkan untuk Yunho selama ini.

Kenapa Yunho ingin pergi meninggalkannya?

  “Hiks..Hiks..Yunnie yah..Hiks..”

Tangis Jaejoong pecah bercampur hujan.
Ia kembali berlari dan tersandung batu hingga terjatuh di halaman luas itu.
Wajahnya terlihat pucat dengan bibirnya yang mulai membiru.
Telapak kaki dan lututnya berdarah.

Bibir ranumnya bergetar.
Bergumam tidak jelas.

  “Kenapa Yunnie pergi? Hiks..Hiks..Bukankah..Bukankah cinta itu saling menjaga?”

Mobil mewah itu berhenti mendadak sebelum melesat keluar gerbang.
Membuat Yunho menatap tajam supir muda itu.

  “Aku bisa ketinggalan pesawat, Minho!” Bentak Yunho marah.

Choi Minho menelan salivanya takut.
Ia berbalik ke belakang.

  “Mi-Mian, Tuan..Tapi, bukankah itu Ma’am?”

DEG.

Yunho refleks membalikkan tubuhnya.
Membulatkan mata musangnya menatap sosok cantik yang terduduk di tengah guyuran hujan itu.
Namja tampan itu segera membuka pintu mobil dan berlari menyusul kekasihnya.

  “Dasar bodoh!” Gumam Yunho kesal.

Yunho berlutut di hadapan Jaejoong.
Mencengkram kedua sisi wajahnya dengan kasar.
Membentak emosi namja cantik itu.

  “Apa yang kau lakukan di sini eoh!? Kau bisa sakit, Jung Jaejoong!!”

Tangan Yunho meraba luka pada lutut dan pergelangan kaki namja cantik itu.
Ia mendesah kesal.
Namja tampan itu hendak menggendong Jaejoong dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Namun Jaejoong sudah lebih dulu menahannya.

  “Joongie tidak mau masuk” Lirih Jaejoong menggeleng.

Rahang Yunho mengeras.
Ia menatap tajam mata besar itu.

  “Tubuhmu dingin dan kakimu terluka, Jaejoong! Masuk!”

  “Ani..”

  “Kau dengar aku, BooJae! Aku memperingatkanmu!”

  “…”

  Four, three, two, one..

Jaejoong meringis.
Mengangkat wajahnya menatap langsung mata musang kekasihnya.

  Ten..” Isaknya kemudian.

Yunho terdiam saat Jaejoong berujar padanya.

  “Yunnie masih mencintai Joongie?” Tanya Jaejoong bergetar.

  “Oh Boo, tentu saja. Aku mencintaimu lebih dari yang kau tahu” Sahut Yunho kesal.

  “Lalu..Lalu kenapa Yunnie pergi? Kenapa Yunnie meninggalkan Joongie?”

  “…”

  “Yunnie pergi karena Joongie? Ka-karena Joongie sudah membunuh bayi kita?”

Yunho terkejut.
Ia menangkup wajah Jaejoong dan mengusap pipi basahnya.

  “Bayi kita pergi bukan karenamu, BooJae. Jangan pernah berpikir kalau kau yang membuatnya pergi”

  “Hiks..Hiks..”

  “Dan aku akan pergi ke Jepang hanya sampai besok, ada masalah pekerjaan di sana. Siapa yang bilang kalau aku akan meninggalkanmu huh?”

  “Ta-Tapi..Hiks..Kopernya besar..”

  “Kau tidak ingat kita tidak punya koper yang kecil karena kau selalu membawa banyak baju kalau kita pergi berlibur hm?”

  “Hiks..Hiks..”

  “Jja, kita masuk sekarang, kau bisa sakit kalau lama-lama di tengah hujan seperti ini”

  “Joongie..Dirantai lagi?”

  “Ne”

  “Kenapa?”

  “Karena kau milikku”

Namja tampan itu berdiri dari posisinya.
Ia menatap Jaejoong yang masih terduduk di antara bebatuan itu.
Hujan mulai mereda.
Yunho mendesah pendek.

  I’ll count you, BooJae” Ujarnya.

Jaejoong masih tidak bergeming.

  Four

  “…”

  Three

  “Yunnie”

  Two, One..

  Ten

Jemari Jaejoong mencengkram erat celana Yunho.
Ia mendongak, meminta namja tampan itu menggendongnya.
Yunho tersenyum kecil dan segera merengkuh tubuh basah kekasihnya.

  “Joongie dirantai karena Joongie milik Yunnie anitji?” Bisik Jaejoong pelan.

Yunho mengangguk.
Mengecup lembut dahi kekasihnya.

  “Joongie milik Yunnie, selamanya” Gumam Jaejoong.

  “Kita coba buat baby lagi?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Ne, kita buat yang banyak” Sahut Jaejoong tersenyum.

Yunho tertawa.

I believe, when you hug me,
I were your little prince.
It’s still insufficient you are my destiny.

I love like the way you are baby..

END.
 

TVXQ - Ten