Tittle:
ALONE
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-incest-alone
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR
SETANGKAI!
-------
“We’re alone,
Hyung..”
.
.
.
Hujan deras mengguyur Seoul hari ini.
Tanpa pandang bulu.
Termasuk pemakaman terbesar di negeri ginseng itu.
Ratusan kolega perusahaan2 raksasa berkabung.
Berduka cita atas kepergian sepasang suami istri yg
menguasai seluruh aset perusahaan terbesar itu.
Jung Yunho dan Jung Jaejoong dinyatakan tewas kemarin
malam karena kecelakaan mobil.
“Kasihan
mereka..”
Suara bisik2 terus terdengar sejak pemakaman dimulai.
Mengasihani putra kembar pasangan kekasih itu.
Jung Jaeho dan Jung Junhon tidak menangis sama sekali.
Namja almond yg mengenakan jas hitam seperti adik
kembarnya itu sedang memeluk bahu Junhon dari belakang.
Mata musangnya yg tajam bergerak pelan menatap peti
mati kedua orang tuanya yg di kubur berdampingan.
Sementara Junhon terpaku.
Seakan tidak merasakan sakit melihat Umma dan Appa
tercintanya yg baru saja selesai di makamkan.
Setengah jam kemudian, ratusan orang besar dan para
wartawan beranjak dari sana.
Bukan karena hujan yg tidak kunjung mereda.
Tapi karena proses pemakaman sudah selesai.
“Hyung..”
Jaeho mengangkat wajahnya.
Ia mengangguk mengerti dan meraih genggaman jemari
adik kembarnya.
Mereka berjalan pulang ke rumah setelah Choi Minho,
supir pribadi keluarga mereka, membukakan pintu mobil termahal di dunia itu.
-------
CKLEK.
[ “Sudah pulang, sayang?” ]
Junhon mendongak menatap Hyungnya.
Menyampaikan apa yg dirasakannya pada Jaeho.
Namja almond itu mengangguk.
Ia tahu kalau sang adik juga mendengar bisikan masa
lalu yg merdu dari Umma mereka.
Ahh.
Biasanya Jaejoong selalu berteriak lantang seperti itu
seraya membawa semangkuk kue pai yg masih mengepul hangat.
TAP TAP TAP.
[ “Yosh! Anak appa sudah pulang sekolah eoh?”
]
HMP.
Kali ini Jaeho tersenyum.
Ia menganggukkan wajah tampannya ketika Junhon kembali
melirik mata musangnya yg tajam.
“Ne, Hon,
Hyung juga mendengar suara appa” Ujar Jaeho terkekeh.
Junhon ikut tersenyum.
Ia kembali melangkahkan kakinya.
Sekilas mata bulatnya yg bening melirik ke arah sofa.
Ah, ada bayangan Umma dan Appa yg selalu bermesraan di
sana.
Dan ia merindukannya.
CKLEK.
Jaeho membuka pintu kamar mereka.
Ia membiarkan Junhon masuk ke dalam dan mengganti jas
hitamnya dengan piyama bergambar beruang kecil.
SSRAK.
Namja almond itu mendudukkan dirinya di samping
Junhon.
Ia mengelus lembut poni cokelat sang adik dengan
lembut.
“Mulai
sekarang siapa yg akan membangunkan kita kalau pagi tiba, Hyung?” Bisik Junhon
lirih.
Jaeho tersenyum.
“Ada Hyung”
Sahutnya santai.
“Tapi Honchan
mau Umma..”
“Kau
merindukannya?”
“Um..”
“Araso”
“Hyung mau ke
mana?”
“Ada yg harus
Hyung lakukan, sayang, pejamkan matamu dan tidur, araso? Saranghae”
“Umm, na do,
Hyung”
CUP.
Namja almond itu beranjak dari duduknya setelah
memastikan Junhon terlelap.
Ia tersenyum kecut dan melangkah keluar kamar.
[ “Yeoboseyo?” ]
[ “Apakah ini kediaman keluarga Jung?” ]
[ “Ne, aku Jung Jaeho, waeyo?” ]
[ “Mobil kediaman keluarga Jung menabrak tiang
pembatas jalan beberapa jam yg lalu, seluruh penumpang yg ada di dalam mobil
dinyatakan tewas, bisakah anda segera ke kantor polisi sekarang juga?” ]
[ “Semuanya? Umma dan Appaku?” ]
[ “Mianhae, kepolisian ikut berduka cita” ]
Jaeho menggumam pelan.
Ia tetap melangkah menuju ruangan Appanya.
CKLEK.
[ “Hello boy!” ]
Namja almond itu tersenyum kecut.
Ia menutup pintu berukir naga itu.
“Hello juga,
Appa”
Jaeho berjalan ke ruang besar yg ada di sebelahnya.
Ia menyibak kasar gorden yg menutupi ruangan itu.
Sedetik kemudian, ia tersenyum manis.
“Masih ada
ternyata” Gumamnya pelan.
OH well.
Perusahaan mereka adalah perusahaan terbesar di Seoul
yg memproduksi robot2 kecil untuk meringankan tugas manusia.
Dan beberapa dari robot2 canggih itu adalah rancangan
Umma dan Appanya.
Jaeho masih ingat, Yunho pernah mengatakan padanya
kalau ia ingin menggebrak dunia perobotan dengan robot tercanggih rancangannya
kali ini.
Yaitu robot duplikat manusia.
“Its great,
Appa” Ujar Jaeho seraya membuka kain putih yg menutupi kerangka robot yg sudah
selesai dikerjakan Appanya.
Jaeho semakin mengembangkan senyumnya mengingat mayat
asli Umma dan Appanya yg ia simpan di kamar rahasia di rumah besar ini.
OH well.
Mereka semua yg ada di luar sana telah menguburkan
peti mati yg kosong.
Hahahahahaha.
Pabo.
“Oh well, Hon
baby, Hyung punya hadiah untukmu besok pagi” Ujar Jaeho terkekeh senang.
-------
“Unnggghh”
Jung Junhon menggeliat pelan dari tidurnya.
Ia mengerang kecil dan membuka mata bulatnya ketika
gorden besar di kamar luas berfuniture mewah itu tersibak.
HNGH?
“UMMA?!” Jerit
Junhon terlonjak.
Mata bulatnya mengerjap lucu.
Ia melotot menatap sosok cantik yg sedang terkekeh
itu.
“Kenapa kau
bangun, sayang? Bukankah biasanya Hon selalu bangun siang kalau hari libur
sekolah ania?”
Jung Junhon terpaku kaget.
Bibirnya terasa kelu.
Tenggorokannya tercekat.
Benarkah ini Ummanya?
“Umma”
“Hmm? Wae
sayang?”
“UMMMMAAAAAA!!”
GREPP!
Jaejoong terkekeh kecil mendapati perlakuan putra
tercintanya.
Ia balas memeluk Junhon dan mengusap punggung namja
cherry itu.
“Umma..Hiks..Hiks..Hon..Bogoshippo..Hiks..”
“Aigoo~ Baby
Umma cengeng sekali eoh? Kajja, mandi dan susul Hyungmu di ruang makan”
“Ung, araso
Umma..Hiks..”
“Ppali nee?
Umma bikinin makanan kesukaan Hon pagi ini”
Namja cherry itu mengangguk patuh.
Ia mengecup pipi Ummanya sekilas dan segera melompat
turun dari ranjang.
Sekilas terlintas pikiran aneh di otaknya.
Bukankah Umma dan Appa sudah meninggal dua hari yg
lalu?
-------
“APPA!!” Jerit
Junhon histeris.
Jaeho dan Yunho yg sedang melahap sarapan mereka
terkekeh geli.
“Aigoo, Hon
appa tidak pernah bisa diam eoh?” Ujar Yunho mengacak rambut cokelat Junhon
dengan lembut.
Jaeho hanya menarik senyum kecilnya.
Mata musangnya berkilat senang melirik adik kembarnya
yg kembali ceria.
“APPA APPA
APPA!” Jerit Junhon terkekeh.
Mereka semua yg ada di ruang makan itu tertawa renyah.
Saling mencubiti pipi gembul Junhon.
“Junhonchan,
segera habiskan sarapanmu nee?”
“Ne Umma~”
Junhon menusuk sirloin steaknya dengan garpu.
Wajah cantiknya tampak berseri2 sekarang.
Sekilas ia melirik Hyungnya.
Jaeho hanya terkekeh kecil menatap wajahnya.
Kau suka, sayang?
Hyung melakukannya hanya untukmu. Gumam Jaeho dalam
hatinya.
-------
Jaeho menggumam pelan.
Ia baru saja membuang makanan sisa yg ada di meja
makan ke dalam tempat pembuangan.
Oh well.
Tentu saja.
Bukankah ia telah menanamkan kerangka robot yg sudah
diselesaikan Appanya beberapa waktu lalu di dalam mayat kedua orang tuanya?
Robot mana mungkin bisa makan.
Mereka hanya butuh di charge ketika malam tiba.
Dan Jaeho harus segera menyingkirkan makanan yg
tersisa ini secepatnya, sebelum Junhon melihat.
“Hyuuunnggg!”
Jerit Junhon gemas.
Namja almond itu hanya menggumam dan segera mencuci
tangannya.
Kemudian ia ikut duduk di sofa ruang tengah bersama
keluarganya.
“Kita pergi
piknik otte?” Tanya Junhon masih dengan senyum manisnya.
DEG.
Jaeho membulatkan mata musangnya.
Piknik? OH no! Semua orang di negeri ginseng ini tahu
kalau Umma dan Appa mereka sudah tidak ada ania?
“Hyung kurang
sehat hari ini, kita pikniknya lain kali saja ne?”
“Hyung sakit?”
Junhon merangkak dari duduknya.
Ia mengapit wajah tampan Jaeho dengan kedua telapak
tangannya dan memasang tampang sendu.
Jaeho hanya tersenyum kecil.
Ia mendekatkan wajah mereka dan mengecup bibir cherry
adiknya.
“Hyung! Ada
Umma Appa!” Jerit Junhon histeris.
“Gwenchana
baby, mereka sudah tahu” Ujar Jaeho terkekeh.
MWO?
Junhon membalikkan tubuhnya ke belakang.
Umma dan Appanya hanya tersenyum melihat mereka.
“Kapan?” Tanya
Junhon menggembungkan pipinya.
Jaeho mencubit pipi Junhon dengan gemas.
Ia mengecup dahi namja cherry itu sekilas.
“Sudah lama”
Ujarnya tersenyum.
Jung Junhon menjerit kecil.
Ia merasakan wajahnya yg panas.
Aigoo, dasar Hyung! Pekiknya dalam hati.
Namja cherry itu kembali berguling ke pangkuan
Appanya.
Ia tersenyum seraya memainkan tangan Yunho.
“Appa, besok
kita berenang otte?”
Jaeho tertegun.
Ia membulatkan mata musangnya.
“ANDWAE!!”
Teriak namja almond itu lantang.
Junhon tersentak kaget.
Ia bangun dari baringnya dan menatap Hyungnya dengan
bingung.
“Waeyo?” Tanya
Junhon mengernyitkan dahinya.
Jaeho tidak menyahut.
Ia beranjak dari duduknya seraya mencengkram
jemarinya.
“Honchan,
mulai sekarang, jangan pernah mengajak Umma dan Appa mendekati air, araso?”
“Hyung?
Tap---”
“Dengarkan
Hyung, Junhonchan!!”
DEG.
“Hiks..”
Jaeho menghela nafasnya.
Ia memutuskan untuk mencari udara segar di halaman
belakang.
Meninggalkan Junhon yg terisak di sana.
“Umma..Hiks..Hiks..”
Jaejoong yg duduk di dekatnya tidak bereaksi.
Namja cantik itu seakan kaku.
“Umma?”
Junhon mengernyitkan dahinya bingung.
Namja cherry itu menggerakkan jemari Ummanya yg tidak
merespon gerakan.
“Appa?”
Junhon beralih ke arah Appanya.
Namja tampan itu juga sama.
Ia tidak bergeming.
Junhon merasakan hatinya sakit.
Umma Appa seolah marah padanya.
Namja cherry itu terisak keras seraya beranjak dari
duduknya.
Ia berlari mengejar Hyungnya yg ada di halaman
belakang.
GREPP!
“Hyuuuunngggg..Hiks..Mianhaeee..Hiks..Honchan nakal..Hiks..Hiks..”
Jaeho menghela nafasnya.
Ia berbalik ke belakang dan mengusap rambut cokelat
namja cherry itu.
“Sshh, uljima”
Ujar Jaeho berbisik.
“Hng..Hiks..Hon janji..Hiks..Honchan nggak nakal lagi..Hiks..Hyung
jangan marah..Hiks..” Isak Junhon seraya mencengkram pinggang namja almond itu.
Jaeho menghela nafasnya.
Ia memeluk tubuh mungil adiknya itu dan mengecup
puncak kepalanya sekilas.
“Aniya, Hyung
yg salah..Mianhae..”
“Hiks..Umma
Appa marah sama Hon..Hiks..”
“Mwo?”
“Umma Appa
tidak menyahut panggilan Hon..Hiks..Hiks..”
DEG.
Jaeho mengernyitkan dahinya.
Ia hanya menepuk punggung Junhon dengan pelan dan
menggumam pelan.
“Honchan masuk
ke kamar ne? Hyung mau bicara sama Umma Appa” Ujar Jaeho tersenyum.
Junhon mengangguk patuh.
Ia memeluk leher Hyungnya dan mengecup bibir seksi itu
sejenak.
Jaeho membuka mulutnya balas menyesap bibir cherry
adiknya.
“Saranghae
Hyung..”
“Na do,
baby..”
-------
Jaeho melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga
setelah memastikan namja cherry itu masuk ke dalam kamar.
Ia melirik ‘sosok’ Umma dan Appanya yg terduduk kaku
di sana.
SRET.
Jaeho menghela nafas setelah menyentuh pergelangan
tangan kedua orang tuanya.
“Ah, habis
baterai ternyata” Ujarnya lega.
Namja almond itu segera mengambil kabel yg ada di
ruang kerja appanya dan mencolok ujung kabel tersebut di pergelangan tangan
Umma dan Appanya.
Mata keduanya terpejam.
Jaeho mendesah pendek dan mengambil baskom kecil
berisi formalin.
Ia mengusapkan cairan itu di sekujur tubuh Umma dan
Appanya.
“Mianhae..”
Namja almond itu menggumam pelan seraya menyeka air
matanya yg kembali menetes.
Sakit.
Jaeho merasakan relung hatinya sakit.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah
seonggok mayat yg tidak akan bisa mengeluarkan kehangatan lagi.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah
seonggok mayat yg tidak akan bisa memeluknya dengan erat lagi.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah
seonggok mayat yg tidak akan bisa menyayangi dirinya lagi.
Jaeho merasa berdosa.
Ia telah membohongi kembarannya itu.
Namja almond itu terisak keras seraya memeluk erat
tubuhnya.
Ia mencengkram rambut almondnya dan menggigit bibir
tipisnya.
“Umma..Hiks..Appa..Hiks..Mianhae..Mian..” Gumam Jaeho berbisik.
[ “Anak Umma harus kuat! Bukankah anak Umma
seorang Hero eoh? Dan Hero tidak boleh menangis ania?” ]
[ “Hey Boy! Jaga adikmu selama Umma dan Appa
pergi ke Jepang nee? Appa janji kita akan menyelesaikan kerangka robot yg
tertinggal, otte?” ]
Jaeho ingin menjerit!!
Sakit!!
Perih!!
Ia tidak bisa menahan air matanya yg terus bergulir.
Ia tidak bisa menahan sakit yg terus menyeruak di
relung hatinya.
Ia tidak bisa menahan perasaan menggebu ingin mendekap
kedua orang tuanya.
[ “Honchan sayang Hyung” ]
DEG.
Jaeho tersentak.
Ia membulatkan mata musangnya.
Tidak.
Tidak.
Ia harus kuat.
Demi adiknya.
Demi kembarannya.
Dan demi orang yg dicintainya.
“Mianhae
Hon..” Lirih Jaeho bergumam.
-------
Namja almond itu menghela nafasnya hari ini.
Ia melirik adiknya yg sedang tertawa senang bersama
Umma dan Appanya di sana.
Ah, tidak, robot duplikat Umma dan Appanya.
HMP.
Jaeho tersenyum
miris.
Ia tidak bisa tersenyum bahagia seperti kembarannya
itu.
Tentu saja tidak.
Karena ia tahu yg ada di sana bukan kedua orang tuanya
yg selalu mengumbar kemesraan itu.
“Hyung!
Kesini!” Jerit Junhon melambaikan jemarinya.
Jaeho mengangguk.
Ia berlari dan menubruk tubuh Junhon yg lebih kecil
darinya.
“Ummaaaaa! Hyung
nakaaaalll!!”
“Jaejae,
jangan ganggu adikmu, nee?”
Jaeho hanya diam.
Tapi sedetik kemudian ia tersenyum dan mengangguk.
“Ne Umma~”
Namja cherry itu terkekeh geli.
Ia memeluk Hyungnya dan berbaring di antara paha
Appanya.
“Appa, tidak
bekerja ania? Appa tidak masuk kantor selama seminggu” Ujar Junhon mendongak.
Namja tampan yg duduk bersandar di sofa itu menarik
senyumnya.
“Ania sayang,
sudah ada Choi ahjusi yg mengurus semuanya” Sahut Yunho.
“Honchan dan
Hyung juga berhenti sekolah sejak
seminggu yg lalu, gwenchana appa?”
“Gwenchana”
Junhon mengernyit.
Gwenchana?
Itu bukan jawaban yg diharapkannya.
Bukan.
Biasanya Appa selalu marah kalau mereka tidak pergi ke
sekolah ania?
Kenapa sekarang Yunho bersikap seolah tidak masalah
untuknya?
Aneh.
“Umma, Honchan
mau cookies”
“Cookies?
Arasoo~ Kita buat bersama otte?”
“Ung! Hyung
ikut?”
Jaeho menggeleng.
Ia tersenyum kecil.
Namja cherry itu mengangguk patuh.
Ia segera beranjak dan menarik tangan Ummanya untuk
berdiri.
Mereka saling tertawa kecil dan beranjak menuju dapur.
Meninggalkan Jaeho dan Appanya di sana.
-------
“Umma, kita
buat cookies yg banyak nee?”
“Tentu,
sayang”
“Bentuk
binatang!”
“Nee~”
Junhon terkekeh kecil.
Ia membuka kulkas dan mengambil adonan kue yg sengaja
di simpan Jaejoong di sana.
Namja cherry itu membuka tutupnya dan mengaduk adonan
itu dengan sendok kue.
Ia melirik Ummanya yg hanya diam di pinggir westafel.
EOH?
“Umma
gwenchana?”
Hening.
Jaejoong tidak menyahut.
Junhon mengernyitkan dahinya.
“Umma?”
Tidak ada reaksi apapun.
Jaejoong masih tidak bergeming.
Namja cherry itu mempoutkan bibir cherrynya yg lucu.
Ia menarik tangan Ummanya dan membuka keran air.
“Umma, buahnya
harus di cuci!” Ujar Junhon lantang.
Namja cherry itu menyodorkan pergelangan tangan
Jaejoong yg menggenggam buah.
Ia menyentuhkan jemari lentik itu ke dalam genangan
air.
DDRT.
DEG.
Junhon menaikkan alisnya.
Barusan ia seperti mendengar suara sesuatu yg kontak.
DDRT.
DDRRTTTTTT!
CCCRRUUSSSHH!!
“UMMMAAAAAAAA!!!”
DEG!
Jaeho tersentak kaget.
Ia membulatkan mata musangnya dan segera berlari ke
dapur.
Jantungnya berdebar2 tidak karuan.
Menatap sosok Junhon yg menangis histeris di dekat
westafel.
Tangan Jaejoong yg tercelup ke dalam westafel berisi
genangan air itu mengeluarkan api yg bermuncratan seperti kembang api.
Tubuhnya berasap.
Pergelangan tangannya mengeluarkan darah yg menetes.
Jaeho merasakan tubuhnya kejang sekarang.
“HYUNG! HIKS
HIKS..Katakan pada Hon..Hiks..Apa yg sebenarnya terjadi?! Hiks..”
Jaeho tidak merespon.
Ia hanya menatap kaku adiknya.
Junhon terisak keras seraya menarik kaus Hyungnya.
“HYUNG JAWAB
HONCHAN!!!”
“Hon..Hiks..Mianhae..”
DEG.
Jantung Junhon terasa mencelos.
Mata besarnya membulat menatap Hyungnya yg menangis.
Tidak.
Ia tidak pernah melihat namja almond ini menangis
seumur hidupnya.
Junhon menggigit bibir bawahnya dengan erat.
Ia memeluk tubuh Hyungnya yg bergetar.
“Mianhae
Hon..Mianhae..Hiks..Mian..”
“Hyung..Hiks..Hiks..Uljima..Hiks..”
“Mian..”
Jaeho merasakan kakinya lemas.
Ia merosot ke lantai.
Junhon melonggarkan pelukan mereka.
Ia berlutut di hadapan Hyungnya.
Namja almond itu menundukkan wajahnya.
Junhon merasakan tenggorokannya tercekat ketika ia
mengangkat wajah tampan itu dengan kedua telapak tangannya.
Ya tuhan.
Ia tidak pernah melihat ekspresi menyedihkan Hyungnya
yg seperti ini selama ia hidup.
Tidak!
“Mianhae..Hiks..”
Junhon menggeleng.
Ia menyeka air mata Hyungnya yg terus berjatuhan.
Mengacuhkan air matanya yg juga ikut mengalir.
“Hyung
melakukan ini untuk Hon ania? Hiks..Hiks..Gwenchana Hyung..Hiks..Jangan minta
maaf..Hiks..Hiks..”
“Mianhae..Hiks..”
“Hyung
malhajima! Hiks..Gwenchana..Hiks..”
“Umma Appa
tidak akan pernah bisa kembali lagi..Hiks..Mereka sudah meninggal,
Junhonchan..Hiks..”
“Hiks..Honchan
tahu Hyuung..Hiks..Honchan tahu..Hiks..”
GREPP!
Namja cherry itu memeluk erat tubuh Hyungnya.
Mereka terus terisak keras.
Saling menumpahkan perasaan yg selama ini terpendam.
Oh my..
“Gwenchana
Hyung..Hiks..Gwenchana..”
-------
Berita tentang kosongnya peti mati sepasang kekasih yg
telah lama meninggal itu kembali menggemparkan seluruh Seoul.
Orang2 membicarakan hal itu.
Beberapa dari mereka memilih untuk menutup mulut.
Hari ini pemakaman kembali diadakan setelah sebulan
kejadian tabrakan itu.
Orang2 kembali menangis.
Merasakan sakit yg berangsur sembuh kembali menyeruak.
Kali ini namja kembar itu menangis.
Memperlihatkan emosi mereka yg hilang saat pemakaman
pertama.
Jaeho dan Junhon hanya diam tanpa mengeluarkan suara.
Membiarkan air mata mereka terus mengalir menatap peti
yg kini berisi kedua orang tuanya dimakamkan.
Khotbah berkumandang.
Pastor memberikan kalimat panjang untuk mengantarkan
pasangan suami istri Jung itu.
Mereka semua menundukkan wajah.
Sampai setengah jam kemudian pemakaman selesai.
Orang2 melangkahkan kaki mereka dari sana.
Meninggalkan dua namja berwajah sama yg masih berdiri
di tempat mereka.
Jung Junhon menggenggam jemari Hyungnya yg memeluk
pundaknya dari belakang.
Ia mencengkram jemari Hyungnya dengan erat.
“We’re Alone,
Hyung..”
Jaeho menundukkan wajahnya.
Menatap bola mata adiknya yg bergerak2 pelan.
Namja almond itu menyeka air matanya.
Sedetik kemudian ia tersenyum.
Senyum tulus yg sudah lama hilang.
Jemarinya terangkat mengelus rambut cokelat milik
Junhon.
“Aniya, kita
tidak sendirian, Hon..Ada Umma Appa yg selalu menemani kita di sini..” Bisik
Jaeho lembut.
Junhon mengernyitkan alisnya.
Ia menyentuh dada kirinya seraya mendongak.
“Di sini
Hyung?” Tanyanya polos.
Jaeho terkekeh kecil.
Ia mengangguk.
“Ne, di sini”
Ujarnya seraya menyentuh dada kirinya.
Namja cherry itu tersenyum.
Ia memeluk Hyungnya dengan erat.
Mata bulatnya melirik makam kedua orang tuanya.
Kemudian ia terpejam.
“Kajja, kita
pulang, Hyung..”
“Ne, kajja”
END.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar