This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 14 September 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/ALONE


Tittle: ALONE

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-incest-alone

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


  “We’re alone, Hyung..”

.
.
.


Hujan deras mengguyur Seoul hari ini.
Tanpa pandang bulu.
Termasuk pemakaman terbesar di negeri ginseng itu.

Ratusan kolega perusahaan2 raksasa berkabung.
Berduka cita atas kepergian sepasang suami istri yg menguasai seluruh aset perusahaan terbesar itu.
Jung Yunho dan Jung Jaejoong dinyatakan tewas kemarin malam karena kecelakaan mobil.

  “Kasihan mereka..”

Suara bisik2 terus terdengar sejak pemakaman dimulai.
Mengasihani putra kembar pasangan kekasih itu.

Jung Jaeho dan Jung Junhon tidak menangis sama sekali.

Namja almond yg mengenakan jas hitam seperti adik kembarnya itu sedang memeluk bahu Junhon dari belakang.
Mata musangnya yg tajam bergerak pelan menatap peti mati kedua orang tuanya yg di kubur berdampingan.

Sementara Junhon terpaku.
Seakan tidak merasakan sakit melihat Umma dan Appa tercintanya yg baru saja selesai di makamkan.

Setengah jam kemudian, ratusan orang besar dan para wartawan beranjak dari sana.
Bukan karena hujan yg tidak kunjung mereda.
Tapi karena proses pemakaman sudah selesai.

  “Hyung..”

Jaeho mengangkat wajahnya.
Ia mengangguk mengerti dan meraih genggaman jemari adik kembarnya.
Mereka berjalan pulang ke rumah setelah Choi Minho, supir pribadi keluarga mereka, membukakan pintu mobil termahal di dunia itu.


-------


CKLEK.

 
  [ “Sudah pulang, sayang?” ]


Junhon mendongak menatap Hyungnya.
Menyampaikan apa yg dirasakannya pada Jaeho.
Namja almond itu mengangguk.
Ia tahu kalau sang adik juga mendengar bisikan masa lalu yg merdu dari Umma mereka.

Ahh.
Biasanya Jaejoong selalu berteriak lantang seperti itu seraya membawa semangkuk kue pai yg masih mengepul hangat.


TAP TAP TAP.


  [ “Yosh! Anak appa sudah pulang sekolah eoh?” ]


HMP.


Kali ini Jaeho tersenyum.
Ia menganggukkan wajah tampannya ketika Junhon kembali melirik mata musangnya yg tajam.

  “Ne, Hon, Hyung juga mendengar suara appa” Ujar Jaeho terkekeh.

Junhon ikut tersenyum.
Ia kembali melangkahkan kakinya.

Sekilas mata bulatnya yg bening melirik ke arah sofa.
Ah, ada bayangan Umma dan Appa yg selalu bermesraan di sana.

Dan ia merindukannya.


CKLEK.


Jaeho membuka pintu kamar mereka.
Ia membiarkan Junhon masuk ke dalam dan mengganti jas hitamnya dengan piyama bergambar beruang kecil.


SSRAK.


Namja almond itu mendudukkan dirinya di samping Junhon.
Ia mengelus lembut poni cokelat sang adik dengan lembut.

  “Mulai sekarang siapa yg akan membangunkan kita kalau pagi tiba, Hyung?” Bisik Junhon lirih.

Jaeho tersenyum.


  “Ada Hyung” Sahutnya santai.

  “Tapi Honchan mau Umma..”

  “Kau merindukannya?”

  “Um..”

  “Araso”

  “Hyung mau ke mana?”

  “Ada yg harus Hyung lakukan, sayang, pejamkan matamu dan tidur, araso? Saranghae”

  “Umm, na do, Hyung”


CUP.


Namja almond itu beranjak dari duduknya setelah memastikan Junhon terlelap.
Ia tersenyum kecut dan melangkah keluar kamar.

  [ “Yeoboseyo?” ]

  [ “Apakah ini kediaman keluarga Jung?” ]

  [ “Ne, aku Jung Jaeho, waeyo?” ]

  [ “Mobil kediaman keluarga Jung menabrak tiang pembatas jalan beberapa jam yg lalu, seluruh penumpang yg ada di dalam mobil dinyatakan tewas, bisakah anda segera ke kantor polisi sekarang juga?” ]

  [ “Semuanya? Umma dan Appaku?” ]

  [ “Mianhae, kepolisian ikut berduka cita” ]


Jaeho menggumam pelan.
Ia tetap melangkah menuju ruangan Appanya.


CKLEK.


  [ “Hello boy!” ]


Namja almond itu tersenyum kecut.
Ia menutup pintu berukir naga itu.

  “Hello juga, Appa”

Jaeho berjalan ke ruang besar yg ada di sebelahnya.
Ia menyibak kasar gorden yg menutupi ruangan itu.
Sedetik kemudian, ia tersenyum manis.

  “Masih ada ternyata” Gumamnya pelan.

OH well.
Perusahaan mereka adalah perusahaan terbesar di Seoul yg memproduksi robot2 kecil untuk meringankan tugas manusia.
Dan beberapa dari robot2 canggih itu adalah rancangan Umma dan Appanya.

Jaeho masih ingat, Yunho pernah mengatakan padanya kalau ia ingin menggebrak dunia perobotan dengan robot tercanggih rancangannya kali ini.
Yaitu robot duplikat manusia.

  “Its great, Appa” Ujar Jaeho seraya membuka kain putih yg menutupi kerangka robot yg sudah selesai dikerjakan Appanya.

Jaeho semakin mengembangkan senyumnya mengingat mayat asli Umma dan Appanya yg ia simpan di kamar rahasia di rumah besar ini.
OH well.
Mereka semua yg ada di luar sana telah menguburkan peti mati yg kosong.

Hahahahahaha.
Pabo.

  “Oh well, Hon baby, Hyung punya hadiah untukmu besok pagi” Ujar Jaeho terkekeh senang.


-------


  “Unnggghh”

Jung Junhon menggeliat pelan dari tidurnya.
Ia mengerang kecil dan membuka mata bulatnya ketika gorden besar di kamar luas berfuniture mewah itu tersibak.


HNGH?


  “UMMA?!” Jerit Junhon terlonjak.

Mata bulatnya mengerjap lucu.
Ia melotot menatap sosok cantik yg sedang terkekeh itu.

  “Kenapa kau bangun, sayang? Bukankah biasanya Hon selalu bangun siang kalau hari libur sekolah ania?”

Jung Junhon terpaku kaget.
Bibirnya terasa kelu.
Tenggorokannya tercekat.

Benarkah ini Ummanya?

  “Umma”

  “Hmm? Wae sayang?”

  “UMMMMAAAAAA!!”


GREPP!


Jaejoong terkekeh kecil mendapati perlakuan putra tercintanya.
Ia balas memeluk Junhon dan mengusap punggung namja cherry itu.

  “Umma..Hiks..Hiks..Hon..Bogoshippo..Hiks..”

  “Aigoo~ Baby Umma cengeng sekali eoh? Kajja, mandi dan susul Hyungmu di ruang makan”

  “Ung, araso Umma..Hiks..”

  “Ppali nee? Umma bikinin makanan kesukaan Hon pagi ini”

Namja cherry itu mengangguk patuh.
Ia mengecup pipi Ummanya sekilas dan segera melompat turun dari ranjang.

Sekilas terlintas pikiran aneh di otaknya.
Bukankah Umma dan Appa sudah meninggal dua hari yg lalu?


-------


  “APPA!!” Jerit Junhon histeris.

Jaeho dan Yunho yg sedang melahap sarapan mereka terkekeh geli.

  “Aigoo, Hon appa tidak pernah bisa diam eoh?” Ujar Yunho mengacak rambut cokelat Junhon dengan lembut.

Jaeho hanya menarik senyum kecilnya.
Mata musangnya berkilat senang melirik adik kembarnya yg kembali ceria.

  “APPA APPA APPA!” Jerit Junhon terkekeh.

Mereka semua yg ada di ruang makan itu tertawa renyah.
Saling mencubiti pipi gembul Junhon.

  “Junhonchan, segera habiskan sarapanmu nee?”

  “Ne Umma~”

Junhon menusuk sirloin steaknya dengan garpu.
Wajah cantiknya tampak berseri2 sekarang.
Sekilas ia melirik Hyungnya.
Jaeho hanya terkekeh kecil menatap wajahnya.

Kau suka, sayang?
Hyung melakukannya hanya untukmu. Gumam Jaeho dalam hatinya.


-------


Jaeho menggumam pelan.
Ia baru saja membuang makanan sisa yg ada di meja makan ke dalam tempat pembuangan.
Oh well.
Tentu saja.
Bukankah ia telah menanamkan kerangka robot yg sudah diselesaikan Appanya beberapa waktu lalu di dalam mayat kedua orang tuanya?
Robot mana mungkin bisa makan.

Mereka hanya butuh di charge ketika malam tiba.
Dan Jaeho harus segera menyingkirkan makanan yg tersisa ini secepatnya, sebelum Junhon melihat.

  “Hyuuunnggg!” Jerit Junhon gemas.

Namja almond itu hanya menggumam dan segera mencuci tangannya.
Kemudian ia ikut duduk di sofa ruang tengah bersama keluarganya.

  “Kita pergi piknik otte?” Tanya Junhon masih dengan senyum manisnya.


DEG.


Jaeho membulatkan mata musangnya.
Piknik? OH no! Semua orang di negeri ginseng ini tahu kalau Umma dan Appa mereka sudah tidak ada ania?

  “Hyung kurang sehat hari ini, kita pikniknya lain kali saja ne?”

  “Hyung sakit?”

Junhon merangkak dari duduknya.
Ia mengapit wajah tampan Jaeho dengan kedua telapak tangannya dan memasang tampang sendu.

Jaeho hanya tersenyum kecil.
Ia mendekatkan wajah mereka dan mengecup bibir cherry adiknya.

  “Hyung! Ada Umma Appa!” Jerit Junhon histeris.

  “Gwenchana baby, mereka sudah tahu” Ujar Jaeho terkekeh.


MWO?


Junhon membalikkan tubuhnya ke belakang.
Umma dan Appanya hanya tersenyum melihat mereka.

  “Kapan?” Tanya Junhon menggembungkan pipinya.

Jaeho mencubit pipi Junhon dengan gemas.
Ia mengecup dahi namja cherry itu sekilas.

  “Sudah lama” Ujarnya tersenyum.

Jung Junhon menjerit kecil.
Ia merasakan wajahnya yg panas.
Aigoo, dasar Hyung! Pekiknya dalam hati.

Namja cherry itu kembali berguling ke pangkuan Appanya.
Ia tersenyum seraya memainkan tangan Yunho.

  “Appa, besok kita berenang otte?”

Jaeho tertegun.
Ia membulatkan mata musangnya.

  “ANDWAE!!” Teriak namja almond itu lantang.

Junhon tersentak kaget.
Ia bangun dari baringnya dan menatap Hyungnya dengan bingung.

  “Waeyo?” Tanya Junhon mengernyitkan dahinya.

Jaeho tidak menyahut.
Ia beranjak dari duduknya seraya mencengkram jemarinya.

  “Honchan, mulai sekarang, jangan pernah mengajak Umma dan Appa mendekati air, araso?”

  “Hyung? Tap---”

  “Dengarkan Hyung, Junhonchan!!”


DEG.


  “Hiks..”

Jaeho menghela nafasnya.
Ia memutuskan untuk mencari udara segar di halaman belakang.
Meninggalkan Junhon yg terisak di sana.

  “Umma..Hiks..Hiks..”

Jaejoong yg duduk di dekatnya tidak bereaksi.
Namja cantik itu seakan kaku.

  “Umma?”

Junhon mengernyitkan dahinya bingung.
Namja cherry itu menggerakkan jemari Ummanya yg tidak merespon gerakan.

  “Appa?”

Junhon beralih ke arah Appanya.
Namja tampan itu juga sama.
Ia tidak bergeming.

Junhon merasakan hatinya sakit.
Umma Appa seolah marah padanya.

Namja cherry itu terisak keras seraya beranjak dari duduknya.
Ia berlari mengejar Hyungnya yg ada di halaman belakang.


GREPP!


  “Hyuuuunngggg..Hiks..Mianhaeee..Hiks..Honchan nakal..Hiks..Hiks..”

Jaeho menghela nafasnya.
Ia berbalik ke belakang dan mengusap rambut cokelat namja cherry itu.

  “Sshh, uljima” Ujar Jaeho berbisik.

  “Hng..Hiks..Hon janji..Hiks..Honchan nggak nakal lagi..Hiks..Hyung jangan marah..Hiks..” Isak Junhon seraya mencengkram pinggang namja almond itu.

Jaeho menghela nafasnya.
Ia memeluk tubuh mungil adiknya itu dan mengecup puncak kepalanya sekilas.

  “Aniya, Hyung yg salah..Mianhae..”

  “Hiks..Umma Appa marah sama Hon..Hiks..”

  “Mwo?”

  “Umma Appa tidak menyahut panggilan Hon..Hiks..Hiks..”


DEG.


Jaeho mengernyitkan dahinya.
Ia hanya menepuk punggung Junhon dengan pelan dan menggumam pelan.

  “Honchan masuk ke kamar ne? Hyung mau bicara sama Umma Appa” Ujar Jaeho tersenyum.

Junhon mengangguk patuh.
Ia memeluk leher Hyungnya dan mengecup bibir seksi itu sejenak.
Jaeho membuka mulutnya balas menyesap bibir cherry adiknya.

  “Saranghae Hyung..”

  “Na do, baby..”


-------


Jaeho melangkahkan kakinya menuju ruang keluarga setelah memastikan namja cherry itu masuk ke dalam kamar.
Ia melirik ‘sosok’ Umma dan Appanya yg terduduk kaku di sana.


SRET.


Jaeho menghela nafas setelah menyentuh pergelangan tangan kedua orang tuanya.

  “Ah, habis baterai ternyata” Ujarnya lega.

Namja almond itu segera mengambil kabel yg ada di ruang kerja appanya dan mencolok ujung kabel tersebut di pergelangan tangan Umma dan Appanya.
Mata keduanya terpejam.

Jaeho mendesah pendek dan mengambil baskom kecil berisi formalin.
Ia mengusapkan cairan itu di sekujur tubuh Umma dan Appanya.

  “Mianhae..”

Namja almond itu menggumam pelan seraya menyeka air matanya yg kembali menetes.

Sakit.

Jaeho merasakan relung hatinya sakit.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah seonggok mayat yg tidak akan bisa mengeluarkan kehangatan lagi.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah seonggok mayat yg tidak akan bisa memeluknya dengan erat lagi.
Pada akhirnya yg ada di hadapannya ini hanyalah seonggok mayat yg tidak akan bisa menyayangi dirinya lagi.

Jaeho merasa berdosa.
Ia telah membohongi kembarannya itu.

Namja almond itu terisak keras seraya memeluk erat tubuhnya.
Ia mencengkram rambut almondnya dan menggigit bibir tipisnya.

  “Umma..Hiks..Appa..Hiks..Mianhae..Mian..” Gumam Jaeho berbisik.


  [ “Anak Umma harus kuat! Bukankah anak Umma seorang Hero eoh? Dan Hero tidak boleh menangis ania?” ]

  [ “Hey Boy! Jaga adikmu selama Umma dan Appa pergi ke Jepang nee? Appa janji kita akan menyelesaikan kerangka robot yg tertinggal, otte?” ]


Jaeho ingin menjerit!!
Sakit!!
Perih!!
Ia tidak bisa menahan air matanya yg terus bergulir.
Ia tidak bisa menahan sakit yg terus menyeruak di relung hatinya.
Ia tidak bisa menahan perasaan menggebu ingin mendekap kedua orang tuanya.

  [ “Honchan sayang Hyung” ]


DEG.


Jaeho tersentak.
Ia membulatkan mata musangnya.

Tidak.
Tidak.
Ia harus kuat.
Demi adiknya.
Demi kembarannya.
Dan demi orang yg dicintainya.

  “Mianhae Hon..” Lirih Jaeho bergumam.


-------


Namja almond itu menghela nafasnya hari ini.
Ia melirik adiknya yg sedang tertawa senang bersama Umma dan Appanya di sana.
Ah, tidak, robot duplikat Umma dan Appanya.


HMP.


Jaeho tersenyum  miris.
Ia tidak bisa tersenyum bahagia seperti kembarannya itu.
Tentu saja tidak.

Karena ia tahu yg ada di sana bukan kedua orang tuanya yg selalu mengumbar kemesraan itu.

  “Hyung! Kesini!” Jerit Junhon melambaikan jemarinya.

Jaeho mengangguk.
Ia berlari dan menubruk tubuh Junhon yg lebih kecil darinya.

  “Ummaaaaa! Hyung nakaaaalll!!”

  “Jaejae, jangan ganggu adikmu, nee?”

Jaeho hanya diam.
Tapi sedetik kemudian ia tersenyum dan mengangguk.

  “Ne Umma~”

Namja cherry itu terkekeh geli.
Ia memeluk Hyungnya dan berbaring di antara paha Appanya.

  “Appa, tidak bekerja ania? Appa tidak masuk kantor selama seminggu” Ujar Junhon mendongak.

Namja tampan yg duduk bersandar di sofa itu menarik senyumnya.

  “Ania sayang, sudah ada Choi ahjusi yg mengurus semuanya” Sahut Yunho.

  “Honchan dan Hyung  juga berhenti sekolah sejak seminggu yg lalu, gwenchana appa?”

  “Gwenchana”

Junhon mengernyit.
Gwenchana?
Itu bukan jawaban yg diharapkannya.
Bukan.
Biasanya Appa selalu marah kalau mereka tidak pergi ke sekolah ania?
Kenapa sekarang Yunho bersikap seolah tidak masalah untuknya?

Aneh.

  “Umma, Honchan mau cookies”

  “Cookies? Arasoo~ Kita buat bersama otte?”

  “Ung! Hyung ikut?”

Jaeho menggeleng.
Ia tersenyum kecil.

Namja cherry itu mengangguk patuh.
Ia segera beranjak dan menarik tangan Ummanya untuk berdiri.
Mereka saling tertawa kecil dan beranjak menuju dapur.

Meninggalkan Jaeho dan Appanya di sana.


-------


  “Umma, kita buat cookies yg banyak nee?”

  “Tentu, sayang”

  “Bentuk binatang!”

  “Nee~”

Junhon terkekeh kecil.
Ia membuka kulkas dan mengambil adonan kue yg sengaja di simpan Jaejoong di sana.
Namja cherry itu membuka tutupnya dan mengaduk adonan itu dengan sendok kue.
Ia melirik Ummanya yg hanya diam di pinggir westafel.


EOH?


  “Umma gwenchana?”

Hening.
Jaejoong tidak menyahut.

Junhon mengernyitkan dahinya.

  “Umma?”

Tidak ada reaksi apapun.
Jaejoong masih tidak bergeming.
Namja cherry itu mempoutkan bibir cherrynya yg lucu.
Ia menarik tangan Ummanya dan membuka keran air.

  “Umma, buahnya harus di cuci!” Ujar Junhon lantang.

Namja cherry itu menyodorkan pergelangan tangan Jaejoong yg menggenggam buah.
Ia menyentuhkan jemari lentik itu ke dalam genangan air.


DDRT.


DEG.


Junhon menaikkan alisnya.
Barusan ia seperti mendengar suara sesuatu yg kontak.


DDRT.


DDRRTTTTTT!


CCCRRUUSSSHH!!


  “UMMMAAAAAAAA!!!”


DEG!


Jaeho tersentak kaget.
Ia membulatkan mata musangnya dan segera berlari ke dapur.
Jantungnya berdebar2 tidak karuan.

Menatap sosok Junhon yg menangis histeris di dekat westafel.
Tangan Jaejoong yg tercelup ke dalam westafel berisi genangan air itu mengeluarkan api yg bermuncratan seperti kembang api.
Tubuhnya berasap.
Pergelangan tangannya mengeluarkan darah yg menetes.

Jaeho merasakan tubuhnya kejang sekarang.

  “HYUNG! HIKS HIKS..Katakan pada Hon..Hiks..Apa yg sebenarnya terjadi?! Hiks..”

Jaeho tidak merespon.
Ia hanya menatap kaku adiknya.

Junhon terisak keras seraya menarik kaus Hyungnya.

  “HYUNG JAWAB HONCHAN!!!”

  “Hon..Hiks..Mianhae..”


DEG.


Jantung Junhon terasa mencelos.
Mata besarnya membulat menatap Hyungnya yg menangis.
Tidak.
Ia tidak pernah melihat namja almond ini menangis seumur hidupnya.

Junhon menggigit bibir bawahnya dengan erat.
Ia memeluk tubuh Hyungnya yg bergetar.

  “Mianhae Hon..Mianhae..Hiks..Mian..”

  “Hyung..Hiks..Hiks..Uljima..Hiks..”

  “Mian..”

Jaeho merasakan kakinya lemas.
Ia merosot ke lantai.
Junhon melonggarkan pelukan mereka.
Ia berlutut di hadapan Hyungnya.

Namja almond itu menundukkan wajahnya.
Junhon merasakan tenggorokannya tercekat ketika ia mengangkat wajah tampan itu dengan kedua telapak tangannya.

Ya tuhan.
Ia tidak pernah melihat ekspresi menyedihkan Hyungnya yg seperti ini selama ia hidup.
Tidak!

  “Mianhae..Hiks..”

Junhon menggeleng.
Ia menyeka air mata Hyungnya yg terus berjatuhan.
Mengacuhkan air matanya yg juga ikut mengalir.

  “Hyung melakukan ini untuk Hon ania? Hiks..Hiks..Gwenchana Hyung..Hiks..Jangan minta maaf..Hiks..Hiks..”

  “Mianhae..Hiks..”

  “Hyung malhajima! Hiks..Gwenchana..Hiks..”

  “Umma Appa tidak akan pernah bisa kembali lagi..Hiks..Mereka sudah meninggal, Junhonchan..Hiks..”

  “Hiks..Honchan tahu Hyuung..Hiks..Honchan tahu..Hiks..”


GREPP!


Namja cherry itu memeluk erat tubuh Hyungnya.
Mereka terus terisak keras.
Saling menumpahkan perasaan yg selama ini terpendam.

Oh my..

  “Gwenchana Hyung..Hiks..Gwenchana..”


-------


Berita tentang kosongnya peti mati sepasang kekasih yg telah lama meninggal itu kembali menggemparkan seluruh Seoul.
Orang2 membicarakan hal itu.

Beberapa dari mereka memilih untuk menutup mulut.

Hari ini pemakaman kembali diadakan setelah sebulan kejadian tabrakan itu.
Orang2 kembali menangis.
Merasakan sakit yg berangsur sembuh kembali menyeruak.

Kali ini namja kembar itu menangis.
Memperlihatkan emosi mereka yg hilang saat pemakaman pertama.
Jaeho dan Junhon hanya diam tanpa mengeluarkan suara.
Membiarkan air mata mereka terus mengalir menatap peti yg kini berisi kedua orang tuanya dimakamkan.

Khotbah berkumandang.
Pastor memberikan kalimat panjang untuk mengantarkan pasangan suami istri Jung itu.
Mereka semua menundukkan wajah.
Sampai setengah jam kemudian pemakaman selesai.

Orang2 melangkahkan kaki mereka dari sana.

Meninggalkan dua namja berwajah sama yg masih berdiri di tempat mereka.

Jung Junhon menggenggam jemari Hyungnya yg memeluk pundaknya dari belakang.
Ia mencengkram jemari Hyungnya dengan erat.

  “We’re Alone, Hyung..”

Jaeho menundukkan wajahnya.
Menatap bola mata adiknya yg bergerak2 pelan.

Namja almond itu menyeka air matanya.
Sedetik kemudian ia tersenyum.
Senyum tulus yg sudah lama hilang.

Jemarinya terangkat mengelus rambut cokelat milik Junhon.

  “Aniya, kita tidak sendirian, Hon..Ada Umma Appa yg selalu menemani kita di sini..” Bisik Jaeho lembut.

Junhon mengernyitkan alisnya.
Ia menyentuh dada kirinya seraya mendongak.

  “Di sini Hyung?” Tanyanya polos.

Jaeho terkekeh kecil.
Ia mengangguk.

  “Ne, di sini” Ujarnya seraya menyentuh dada kirinya.

Namja cherry itu tersenyum.
Ia memeluk Hyungnya dengan erat.
Mata bulatnya melirik makam kedua orang tuanya.
Kemudian ia terpejam.

  “Kajja, kita pulang, Hyung..”

  “Ne, kajja”


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar