This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 14 September 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/BLUE


Tittle: BLUE

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-lost-rainbow


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Aku sudah melepaskannya, sungguh, tapi dia masih disini..”

.
.
.


TAP TAP TAP.


  “Fuuuhhh..”

  “Menghela nafas sekali berarti kau membuang satu kebahagiaan dalam hidupmu, Hyung”

Hmm.

Kim Jaejoong menoleh menatap juniornya yg berwajah imut itu.
Ia tersenyum kecil dan merentangkan tangannya.

  “Sekarang aku tarik lagi kebahagiaanku, hhhmmpppfff” Ujar Jaejoong seraya menahan nafasnya.

Kim Junsu tertawa lantang.
Ia menepuk2 pundak Jaejoong dan terkekeh geli.
AISH.
Dasar Jaejoong.

  “Kajja, sebentar lagi sejarah Virginia~!” Ujar Junsu menarik lengan seniornya itu.

Jaejoong mengeluh.
Ia tersenyum jahil.

  “Bilang saja kalau kau mau melihat Yoochun sam kan? Aish, jinjja” Ejek Jaejoong geli.

Junsu mengerucutkan bibir plumpnya.
Ia tidak peduli.

  “Kajja kajja kajja!” Teriak mahasiswa DongBang University yg berwajah imut itu.


-------


WWUUSSH~


Semilir angin terasa menyejukkan hari ini.
Padahal musim gugur masih seminggu lagi.
Aigoo.

Jaejoong semakin merapatkan Jaketnya.
Ia menghembuskan nafasnya sekali dan menyandarkan punggungnya ke pohon pinus yg berada di belakangnya.

  “Hmm” Jaejoong menggumam kecil seraya mendongakkan wajahnya.

Menatap langit yg berwarna biru.
Biru..

Jaejoong memejamkan matanya.
Mencoba menghayati lagu terbaru boyband yg terkenal ini.
Ia semakin menekan headsetnya ke dalam telinga dan kembali meniupkan asap dari mulutnya.

  “Im singing my blues~”


SSRAK!


DEG!


Jaejoong membuka matanya.
Ia segera menghentikan musik yg mengalun dari ponselnya dan membalikkan tubuhnya ke belakang.

  “Kau disana?”


Hening.
Sunyi.
Senyap.

Tidak terdengar suara sahutan apapun kecuali desiran angin sejuk yg melambai.
Jaejoong kembali memalingkan wajahnya.
Terlihat jelas raut kecewa dari wajah cantik itu.

Ia menghela nafasnya sekali lagi.

  “Kau tidak mungkin ada disana..” Gumam Jaejoong berbisik.


DDRRTT…DDRRTT…


  “Um?”

  “Hyung! Kuliahmu sudah selesai ania? Kajja, susul aku di cafĂ© bolero oke?”

  “Let me guess, Yoochun sam mengajakmu makan disana?”

  “Bingo!”


HMP.


Jaejoong tersenyum kecut.

  “Junsu, lupakah kau? Aku benci tempat itu..” Bisik Jaejoong menahan tangis.

Terasa hening sejenak.
Namja imut itu terdengar merasa bersalah dari hembusan nafasnya.

  “Mianhae Hyung..Aku tidak bermak---”

  “Gwenchana, kau pulang terlambat nanti?”

  “Hmm, sepertinya, kunci apertement kuletakkan di bawah pot bunga seperti biasa oke?”

  “Ne”

  “Anyeong Hyung”

  “Anyeong”


KLIK.


Hhhh.

Jaejoong menoleh ke atas.
Kembali menatap langit yg masih berwarna biru.
Kemudian ia memutar kembali lagu favoritnya itu.
Mata bulatnya yg bening terpejam.
Bibirnya bergerak mulai menikmati alunan lagu.

  [ “Percayakah kau? Bahwa air mata terakhir untuk seseorang yg kehilangan berbeda dengan butiran yg lainnya..Ia berwarna biru, air mata kesedihan..” ]

  “Im singing my blues~”

Jaejoong menghentikan nyanyiannya.
Ia membuka matanya dan tersenyum kecut.

  “Tapi kenapa air mataku masih tetap bening seperti biasanya? Tidak biru seperti yg kau katakan..” Lirihnya terkekeh.

Jaejoong menyeka kasar air matanya yg turun tanpa diperintah.
Ia mematikan lagu sendu itu dan menukarnya dengan lagu lain.

  “Aku benci mengakuinya, tapi aku merindukanmu..Yunnie bear..”


-------


Kim Junsu menyeruput minumannya tanpa melirik Jaejoong yg duduk di hadapannya.
Ia tetap acuh seraya menggigit2 kecil pipet berwarna pearl itu.
Ah, kebiasaannya yg tidak pernah berubah.

  “Yoochun sam bilang ia mencintaiku”

  “Hm”

  “Kami sudah berpacaran”

  “Itu bagus, omedatou”

  “Hyung”

  “Hm?”

Junsu mengeluh kesal.
Jaejoong menatapnya dengan tatapan yg tidak bisa diartikan.
Oh my.

  “Aku tahu kau masih sedih” Bisik Junsu memegang jemari Jaejoong yg berada di atas meja.

Jaejoong memalingkan wajahnya.
Ia menggeleng disela senyuman sendunya.

  “Ania..” Ujar Jaejoong lirih.

Junsu balas tersenyum.
Senyuman yg sama.

  “Kau kehilangan dia, tidak mungkin kau baik2 saja”

  “Junsu..”

  “Aku tahu kau sedih..Tidak ada lagi pelukan hangat di pagi hari, tidak ada lagi bisikan rindu di malam hari, tidak ada lagi canda tawa di senja hari, dan tidak ada lagi sosoknya di seluruh hari..”

  “Bukan Tuhan yg salah! Bukan juga dia yg salah!”

  “Jadi?”

Jaejoong menggigit bibirnya.
Ia merasakan matanya yg kembali berkaca2 untuk ratusan kalinya sekarang.
Jemarinya yg bergetar menandakan kesedihannya yg mendalam.
Sementara bibirnya terasa kelu untuk berkata.

Jaejoong menundukkan wajahnya.

  “Aku sudah melepaskannya, sungguh, tapi dia masih disini..” Bisik Jaejoong menggumam.

Junsu mengelus jemari Jaejoong yg bergetar, seakan menyalurkan kekuatan untuknya.
Namja imut itu mengangkat wajah Jaejoong dengan kedua telapak tangannya.
Ia tersenyum lembut seraya menyeka air mata Jaejoong.

  “Kau bisa, kau kuat, you’re singing your blues..” Balas Junsu berbisik.

Jaejoong terkekeh.
Ia mengangguk dan mengusap wajahnya yg sembab.


-------


  “Yunnie..Yunnie..Yunnie bear..”

Namja cantik itu bersenandung lirih menyanyikan untaian nama kesayangannya.
Ia tersenyum lembut seraya mengayunkan ponselnya yg digenggam.
Jaejoong sedang berdiri di beranda kamarnya menikmati angin malam yg berhembus.

  [ “Hidup ini penuh warna, ada Merah untuk setiap cinta yg mendominasi..Ada Jingga untuk kasih sayang yg menyeluruh, ada Kuning untuk semua semangat yg hidup..Ada Hijau untuk kelembutan yg mengalun, ada Ungu untuk rasa ego yg tinggi..Putih untuk kesendirian..Abu2 untuk kehangatan..Dan Biru untuk kesedihan..Ah, tidak, tepatnya kehilangan..” ]


GGRT.


Jaejoong mencengkram erat ponselnya.
Ia baru saja mengetik sederet nomor yg selalu dihapalnya.
Tapi rasa keraguan selalu muncul setiap detik2 terakhir kata hatinya.
Takut.
Ia takut.

  “Yunnie ah..Bisakah kau beritahu aku warna untuk setiap rasa takut yg selalu muncul?” Gumam Jaejoong berbisik.

Namja cantik itu berdecak.
Ia segera menekan tombol Call dengan membuang rasa egonya.


TUUTT..TUUTT..


  “Nee? Yeoboseyo?”


DEG!


KLIK!


  “Hahh..hahhh…hh”

Jaejoong merasakan jantungnya berdebar2.
Jemarinya bergetar dan matanya membulat tidak percaya dengan apa yg baru saja dilakukannya.
Oh god..

Suara itu..
Suara bass dengan kelembutan yg tersemat itu..
Tidak pernah berubah..

Yunho ah..
Aku merindukanmu..

  “Hngh”

Namja cantik itu menarik nafasnya dalam2.
Menetralkan rasa gugup dan kacau yg menyeruak.
Ia benar2 gugup.
Ya tuhan, ada apa dengannya?
Bukankah dulu ia tidak pernah seperti ini?
Bahkan mereka selalu menghabiskan waktu semalaman untuk mengobrol di telefon.

  [ “Hitam..” ]

Itu dia.
Bisikan itu.
Kali ini suara miliknya di masa lalu.

  [ “Kau tahu apa arti hitam kan BooJae?” ]

Jaejoong tersenyum kecut.
Mencoba mengingat sepotong percakapan mereka setahun yg lalu itu.

  [ “Hitam untuk keputusan yg mendalam..Akhir dari sebuah hubungan..Tentu saja Yunho ah..” ]


GGRT.


Jaejoong mencengkram erat pinggiran beranda kamarnya itu.
Ia menggigit bibirnya yg bergetar.

  [ “Kenapa kau melakukannya? Apa alasanmu? Dan lagi..Mana Yunnie nya? Jae??” ]

  [ “Aku tidak tahu..Aku hanya merasakan warna Hitam yg sedang mendominasi hidupku Yunho ah..Dan aku tahu ini keputusan yg tepat..Aku ingin hubungan kita berakhir disini..Sekarang..Di hadapan laut malam hari dengan warna yg sama..Hitam..” ]

  [ “Baiklah..” ]

  [ “Yun?” ]

  [ “Aku mengerti..Walaupun aku tidak tahu alasan sebenarnya yg tersembunyi..Tapi sebelum itu, maukah kau mengingatnya? Kalau setiap Hitam yg hadir, akan dikerubungi oleh Biru..You’ll singing ur blues, BooJae..” ]

  [ “Aku tahu apa yg kuputuskan, Yunho..Gwenchana..Warna biru tidak akan hadir selamanya, aku lebih memilih Beige terlebih dahulu..Warna kulit..Warna kerinduan..” ]

  [ “Pilihanmu milikmu, BooJae..Aku selalu menyimpan Merah hanya untukmu..” ]


  “Hiks..”

Namja cantik itu mengutuki dirinya sekarang.
Ia terduduk membelakangi beranda kamarnya.
Tangisnya kembali tumpah.

  “Aku tidak pernah tahu bear..Kalau rasanya akan sesakit ini..Hiks..”

Jaejoong menggumam dalam hati.
Aku memutuskan hubungan kita waktu itu bukan karena alasan.
Bukan karena warna Hitam.
Tapi karena Ummamu yg memintaku untuk melepasmu.
Ia tidak ingin kau menolak beasiswa di London karena aku, bear.
Mianhae..


-------


  Gyeouli gago, Bomi chajaojyo..Urin sideulgo geurium soge, Mami meongdeureotjyo..I’m singing my Blues~ Paran nunmure---

  “Kenapa dimana2 terdengar lagu itu?” Keluh Jaejoong mulai kesal.

Junsu mengangkat bahunya.
Ia memutar pandangannya ke seluruh kantin, mencari kursi yg kosong.

  “Kenapa kau protes? Bukankah kau sendiri senang memutar lagu ini eoh?” Ujar namja imut itu menggiring Jaejoong menuju meja yg ditemukannya.

Jaejoong mendesah.
Ia segera duduk di hadapan Junsu dan memandangi menu kantin.

  “Kurasa aku sedang memasuki tahap Putih, Junsu ya”

  “Hah?”

  “Lupakan”

Namja imut itu mengerucutkan bibirnya.
AISH.

  “Aku bingung dengan kalian, kau dan Yunho, selalu berbicara menggunakan bahasa pelangi, merah, biru, jingga, AISH, jinjja” Omel Junsu kesal.

Jaejoong terkekeh geli.
Ia menulis pesanannya di atas kertas yg tersedia.

  “Itu bahasa kehidupan, Kim Junsu, bukan pelangi, ada banyak warna yg mendominasi hidup ki---”

  “Ya ya ya, teruslah berbicara seperti itu, ceramahi saja aku, jangan pernah bosan!”

  “Hehehe, kau lucu, Junsu ah”

  “Aku memang selalu lucu ania? Kalau tidak mana mungkin Yoochun sam mendekatiku”

  “Aish”

  “Hahahaha”

Namja imut itu menyesap minuman yg dibawanya sejak tadi.
Mengacuhkan Jaejoong yg menerawang melihat ponselnya.

  “Lihat apa?”


EOH?


Jaejoong mengangkat wajahnya.
Ia tersenyum kecil.

  “Foto”

  “Yunho?”

  “Um..”

  “Ck, jujur saja kenapa? Kalau memang kau merindukannya, katakan saja, memangnya aku siapamu hah?”

  “Nee neee aku merindukan Yunho, puas?”

  “Hahaha”

Ck.
Namja cantik itu mempoutkan bibirnya seraya menutup kembali flip ponselnya.


-------


BRAKK!!


  “Yunho!”

Yeoja bermata kucing itu membesarkan matanya kaget.
Menatap putra tunggalnya yg melempari seluruh barang yg ada.

  “Umma kejam!!” Jerit Yunho emosi.

Jung Keybum tidak merespon.
Ia menarik nafasnya dan menolehkan pandangannya.

  “Ini semua Umma lakukan karena kau, Yunho! Umma peduli dengan masa depanmu!”

  “Tapi Umma tidak pernah peduli dengan rasa sakit di hatiku ania?”

  “Yun”

  “Please Umma..Wae? Aku mencintai Jaejoong..Sangat!”

  “Jaejoong tidak pernah bermasalah dengan hal itu, ia menerima semuanya---”

  “OF COURSE HE ACCEPT IT!! UMMA MENGANCAMNYA!!”


UKH!


Keybum mengalihkan pandangannya.
Oh shit.

  “Umma hanya ingin yg terbaik untukmu, Yunho”

  “Hanya Jaejoong yg bisa membuatku merasa lebih baik dari apapun itu, Umma”

  “Umma bukan---”

  “ENOUGH! Aku akan pergi siang ini juga”

  “JUNG YUNHO!”

  “MWO?? BELUM PUASKAH UMMA?? AKU TERPERANGKAP DI DALAM WARNA BIRU SETIAP DETIK KARENA UMMA!! IM SINGING MY BLUES WITH MY SICKNESS!!!”


BLAMM!!


Yeoja bermata kucing itu terdiam.
Nafasnya tercekat.
Ia menoleh memandang suaminya yg tidak bersuara sejak tadi.

  “Let him go, baby..Yunho sudah menyelesaikan studinya hanya dalam waktu 8 bulan, ia mengambil program percepatan, bukankah itu cukup?” Ujar Jinki tersenyum.

Keybum mengusap wajahnya.
Ia terduduk di sofa.

  “Bukankah kau sendiri tahu makna dari warna yg ia sebutkan eum? Jangan bilang kau melupakan siapa yeoja tercantik yg mengajarinya tentang warna dalam hidup”

  “Aish”

Yeoja bermata kucing itu terkekeh kecil.
Ia menepuk bahu suaminya dengan gemas dan menyandarkan wajahnya di bahu bidang namja bermata bulan sabit itu.

  “Jingga..Aku melakukannya karena seluruh Jinggaku untuknya, nae Tofu..”

 
CUP~


  “Aku tahu sayang, aku mencintaimu”

  “Na do..”


-------


Jaejoong mengeluh dari tidurnya.
Ia baru saja menyelesaikan tugas dari Yoochun sam!
Oh come on, Sejarah Virginia itu benar2 membuat dirinya akan muntah sebentar lagi.

Dan siapa manusia tidak tahu rotasi waktu saat ini eoh?!
Menggedor pintu apertementnya di dini hari buta.
AISH.
Jinjja.

  “Joongie Hyuuunngggg cepat dibukaaaaaa”

  “Argh”

Sekarang namja imut ini membuatnya sangat iri.
Bagaimana tidak?
Ia harus bangkit dari tidur nyenyaknya dan berjalan menuju pintu depan sementara sepupu kecilnya ini berbaring nyaman di atas ranjang.

  “Demi Author, akan kugoreng orang yg mengetuk pintu itu!” Rutuk Jaejoong emosi.


DOK DOK DOK DO---


CKLEK!!


  “YAH!! Apa kau tidak tahu jam be---”


DEG.


DEG DEG DEG.


  “Hei”

Oh my.
Katakan ini mimpi.
Ania, ini bukan mimpi kan?

  “Yu..Yunnie..” Lirih Jaejoong bergumam.

Mata bulatnya membesar seraya menangkup mulutnya dengan kedua telapak tangan yg mengatup.
Jantungnya berdebar2 tidak percaya.
Menatap namja tampan yg mengenakan jaket tebal berwarna Abu2.

  “Kenapa menangis?” Tanya Yunho tersenyum.

Mengelus pipi Jaejoong yg mulai basah.

  “Aku tidak menangis! Aku tertawa!!” Jerit Jaejoong terisak.

Namja cantik itu segera merengkuh tubuh Yunho.
Memeluknya dengan posesif yg sangat erat.

  “Im tired..Im bored..Always singing my blues everysecond..” Bisik Jaejoong.

  “Apa kubilang? Setelah Hitam pasti ada biru” Ujar Yunho terkekeh.

  “Ish! Kau ini! Tidak bisakah romantis sedikit saja? Aku menunggumu selama setahun! Merindukanmu selama 12 bulan! Menantimu selama 365 hari! Dan aku---mppphhh”


GGRTT.


  “Yun..mppck..mmffhh..”

Namja tampan itu mengelus lembut tengkuk Jaejoong.
Ia membuka mulutnya meraup bibir cherry mungil itu.
Kemudian ia menghisapnya lembut seraya melumatnya atas bawah bergantian.


CCKK.


  “Sudahkah aku romantis?”

  “ISH!!”

  “Aku tahu kau menyukainya, BooJae..Kenapa kau selalu seperti ini eum?”

  “Yunnieeeeee…Hiks..Bear..Hiks..Neomu bogoshippo..Hiks..”

  “Ssshh”

  “U..Ummamu mengancamku..Hiks..Aku..Aku tidak tahu---”


CUP.


  “Aku mencintaimu”

Jaejoong terdiam.
Ia menatap Yunho dengan air matanya yg terus mengalir.

  “Aku juga..”

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Oh see?
Tidak butuh banyak kata untuk mengungkapkan semuanya.
Semuanya tergabung dalam satu warna yg terus dijaga seperti janjinya setahun yg lalu ania?

Merah.

Merah.

Merah.

  “Ummaku memang sangat egois, tapi ia melakukan ini untukku”

  “Hmm”

  “Apa yg kau rasakan?”

  “Tidak ada”

  “Ck, kau memulai kebohonganmu lagi”

  “Ania”

  “Yasudah, aku akan bertanya pada Junsu, KIM JUN---”

  “BIRU!!”

  “Eoh?”

  “Biru, biru, biru, biru, hijau, hijau, biru, ungu, abu2, biru, biru, putih, jingga, jingga, biru, merah, jingga, merah, merah, beige, beige, merah, merah, dan merah..”


HMP.


Namja tampan itu menarik senyumnya.
Ia mengelus lembut wajah cantik yg sembab itu.

  “Boleh kuartikan?”

  “Bisakah kau mengingatnya? Itu cukup banyak, ada banyak war---”

  “Kehilangan, kehilangan, kehilangan, kehilangan, kelembutan, kehilangan, ego, kehangatan, kehilangan, kehilangan, kesendirian, kasih sayang, kasih sayang, kehilangan, cinta, kasih sayang, cinta, cinta, rindu, rindu, cinta, cinta, dan cinta..”

  “I’ll never singing my blues again, kau janji tidak akan pergi lagi dariku?”

  “Seharusnya aku yg bertanya, kau janji tidak akan berkorban untukku lagi?”


AISH.


Jaejoong berdecak kecil.
Ia mengangguk.
Kemudian ia berjinjit dan mengecup hidung mancung Yunho.

  “Merah” Bisiknya lembut.

  “Aku mencintaimu Yunnie ya..Tanpa warna biru yg mendominasi..”


END.

-BigBang, Blue-

DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APA PUN!!

2 komentar: