“Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri”
PART 2.
“Yunnie Hyung~! Tunggu akuuuu!”
Yunho tertawa lantang masih mendahului Jaejoong yang berlari mengejarnya di belakang sana.
Namja cantik itu mempoutkan bibirnya kesal mempercepat laju larinya.
“Yunnie Hyung!”
Jaejoong terpekik kaget ketika Yunho tersandung sepatunya sendiri dan terjatuh di ujung jembatan mini itu.
Tapi kemudian Yunho segera berdiri dan kembali tertawa mengejek Jaejoong yang ketinggalan.
Aish.
Jaejoong menyunggingkan senyuman lebarnya dengan sangat sangat sadar.
Ia sengaja memperlambat larinya beberapa saat kemudian.
Karena Yunho terus tertawa di depan sana.
Ia menyukai tawa lantang itu.
Sungguh.
WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*
-------
“Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri”
PART 1.
Namja tampan itu tampak fokus mengerjakan hobinya. Mata musangnya menatap tajam miniatur Ultraman yang sedang dipolesi cat berwarna merah pada bagian kepalanya.
Yunho
begitu berkonsentrasi, sampai kemudian telinganya mendengar suaraderu
mesin mobil dan membuatnya refleks meletakkan miniatur kesayangannya
dansegera berlari menuruni tangga rumahnya.
“Appa! Akhirnya kau pulang juga!” Pekik Yunho tersenyum lebar.
Membuat Yorin Kim –Ahjummanya- yang kebetulan melewati ruang tamu rumah besar itu tersenyum kecil.
“Senang sekali, Yunho ah” Ledeknya.
Yunho mencibir lucu.
Kemudian ia memiringkan wajahnya mencoba melihat wajah Jung Ilwoo yang sedang membuka sepatunya.
“Kau belum tidur Yunho? Sudah jam berapa ini” Ujar namja paruh baya itu.
Yunho baru saja akan menyahut ucapan ayahnya. Namun suaranya tercekat ketika mata musangnya mendapati sosok seorang yeoja cantik berambut almond dan seorang namja yang mirip dengan wanita cantik tersebut.
Mata musang Yunho mengerjap.
Dadanya berdebar kencang.
Mendadak bibirnya terasa kelu.
Yunho mencengkram erat beberapa kertas yang sudah dicetak itu.
Data diri mengenai Kim Jaejoong yang didapatkannya setelah namja cantik itu membisikkan kata sandi akunnya.
Bocah tampan itu menoleh, memperhatikan wajah damai Jaejoong yang terlelap pulas di atas ranjang miliknya.
Namja cantik itu masih belum sadar sampai saat ini.
CKLEK.
Yunho
terkejut ketika pintu kamarnya terbuka kasar dan ayahnya berjalan
memasuki ruangan diikuti asisten pribadinya yang bernama Jonghyun.
Pria bermata bulan sabit itu segera merampas berkas yang ada di tangan kecil Yunho dan membacanya dalam hening.
Mengacuhkan Yunho yang masih terkejut akan kedatangan Jinki yang tiba-tiba itu.
Namja tampan itu hanya berdiam diri setelah mendapatkan kembali kesadarannya.
Ia menundukkan wajahnya seraya melirik Jaejoong.
Oh tidak, ia tidak akan berani menatap secara gamblang mata bulan sabit itu.
WARNING:BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*
-------
No Prison, open your eyes wide.
My lover lover you, Your freedom freedom me.
PART 1.
Seoul, when Yunho was 9 years old.
One day –in the middle of June-
“Permainan yang bagus! Besok kita bertanding lagi oke?!” Seru Donghae riang.
Yunho mengangguk. Ia segera meraih ranselnya dan berjalan menuju koridor luar dari gedung yang berpapan nama Jung’s International Baseball Club itu.
Sementara tangan yang satunya lagi mengayunkan tongkat baseballnya dengan santai.
Namja bermata musang itu menoleh ketika langkah kakinya sudah sampai di pintu depan gedung.
Membiarkan asisten pribadinya yang bernama Choi Siwon itu mengambil alih ransel dan tongkat baseballnya.
“Tuan Besar sudah lepas landas menuju Taiwan pagi tadi, beliau berpesan
agar anda segera memulai program pembelajaran bisnis perusahaan malam
ini setelah tugas sekolah anda selesai” Ucap namja berusia 16 tahun itu.
Terlalu muda?
Tapi
tidak bisa dibandingkan dengan segala prestasi dan pencapaiannya dalam
bidang akademik maupun non-akademik yang berhasil diselesaikannya dalam
waktu yang cukup singkat itu.
Choi Siwon tersenyum ramah kepada Tuan Mudanya.
WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*
-------
Lelaki cantik itu mengajarkan satu hal yang sangat penting kepada kami. Bahwa usaha selalu berbanding lurus dengan hasil. Apa yang kau tabur, itulah yang akan kau tuai.
“Apapun yang terjadi, kalian harus lulus di Chun Ha University”
.
.
.
Tiffany Hwang mendesah panjang.
Ia memijat pelipisnya seraya menyilangkan kedua kakinya hingga memperlihatkan belahan pahanya yang seksi dibalik rok mininya.
Kemudian ia memicing, menatap Cho Jino –guru matematika- yang baru saja mengadu kepadanya. Wanita cantik yang kini menjabat sebagai kepala sekolah Jounant Senior High School itu memajukan wajahnya, memojokkan sang guru berwajah imut itu.
“Jadi, kau ingin mengundurkan diri, begitu?” Tanyanya mendesis.
Namja Dino itu mengangguk.
Ia semakin merundukkan wajahnya.
Aih, wanita berambut pendek ini sungguh menakutkan jika sudah seperti ini.
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
I can’t believe, yes it’s true..
Because you are not next to me, everything ends with
you..
“Bisakah kau berhenti sebentar saja untuk mengenang kita berdua? Apapun
akan kulakukan agar kau tahu perasaanku tak pernah pudar. Apapun. Kau
mengerti?”
.
.
.
“Yunnie ah~! Bekalmu!”
Pekikan nyaring
itu terdengar lantang di sepanjang koridor kelas tiga.
Membuat namja
tampan yang hampir saja melangkah memasuki kelasnya sontak berbalik dan
tersenyum lembut ketika mengetahui pemilik suara yang memanggil namanya dengan
mesra.
Namja cantik
itu, dengan seragam ber-sweater-nya
dan rambut hitam legamnya yang mempesona.
Yunho bergumam
pelan ketika ia melangkah memasuki rumahnya dan mendapati kekasih hatinya
tampak sedang bercengkrama di ruang keluarga bersama satu namja yang ia ketahui
pasti adalah Kim Junsu dan satu namja berwajah kekanakan yang familiar di mata
tajamnya.
Namja cantik itu
mendongak, tersenyum manis melihat suaminya berdiri di sana menatapnya.
Ia segera
beranjak bangun dan menghampiri namja tampan itu.
“Tumben kau pulang, terjadi sesuatu?” Tanya
Jaejoong lembut.
Yunho berdehem.
Ia mendesah
pelan sebelum berbisik ragu-ragu pada namja cantik itu.
Namja cantik itu
tampak sedang bersantai di ruang keluarga.
Ia duduk
bersandar pada sofa super lebar dan menonton televisi ditemani semangkuk penuh marshmallow cokelat.
“Salah
satu agensi entertainment terbesar yang dimiliki oleh The Jung’s telah
mengkonfirmasi bahwa mereka akan segera mengeluarkan para Trainee yang telah
dilatih selama lima tahun terakhir”
Hum?
Jaejoong
menaikkan alisnya.
Artis baru,
pikirnya.
Kedua mata
bulatnya memperhatikan sekumpulan wanita cantik yang tampak sedang tersenyum
kepada kamera dan melambaikan tangan mereka.
“Kau
seharusnya ingat kalau kandunganmu itu lemah karena kau bukan seorang wanita!
Kenapa kakimu jalang sekali eoh?!”
“Hiks..Jo-Joongie bukan jalang Yunnie yah..Hiks..Hiks..”
“Oh, benarkah?
Kau tidak hm?”
“N-Ne..Hiks..”
“Kenapa kita
tidak membuktikannya langsung, Boo? Aku ingin sekali melihat kedua kakimu itu
jera sekali saja”
Tubuh Jaejoong menegang dalam sekejap.
Yunho menyeringai seraya menggulung celana Jaejoong
sampai lutut.
Ia mengikat kedua tangan kekasihnya dengan tali yang
selalu tersedia di atas nakas, untuk menghukum namja cantik itu jika ia berbuat
nakal.
Tangis Jaejoong pecah.
Ia menggeleng ketakutan melihat Yunhonya kini memegang
cambuk kecil yang sangat lucu.
Oh, trust me,
rasa dari benda itu tidak semanis kelihatannya.
CTASH!
Jaejoong berteriak lantang.
Wajahnya memerah padam.
Pipinya basah akan air mata.
CTASH!
Bunyi cambukan itu membuat Jaejoong memejamkan matanya
erat.
Ia merintih kesakitan.
Ekor matanya menangkap bayang Yunho yang terus
memukuli kakinya dengan cambuk tersebut.
Wajahnya terlihat dingin, dengan kedua lengan kemeja
yang tergulung sampai siku.
Namja cantik itu ambruk begitu saja di atas ranjang
ketika ia sampai pada batasnya.
Deru nafasnya terdengar tidak beraturan.
Air matanya terus meleleh tanpa henti.
Ia bisa merasakan seprai di sekitar kakinya basah akan
darahnya sendiri.
Jaejoong terisak.
“Yu-Yunnie..”
Lirihnya memanggil sang suami.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia meletakkan cambuk tersebut di atas nakas dan
berjalan keluar kamar.
Meninggalkan Jaejoong sendiri di sana.
“Mianhae
Yunnie ah..Hiks..”
Namja cantik itu melihat seorang maid bernama Nana memasuki kamar danberjalan tergesa ke arahnya.
Yeoja blonde itu mendesah prihatin akan keadaan
Tuannya.
Ia berlutut di pinggir ranjang dan segera membasuh
kaki Jaejoong dengan air hangat yang dibawanya.
Jaejoong berteriak kesakitan untuk yang kesekian
kalinya.
Ia mendesah panjang mengintip apa yang dilakukan
wanita tersebut pada kedua kakinya yang terluka.
“Yunnie..Yunnie eodisseo?” Desah Jaejoong lirih.
Nana mengangkat wajahnya.
“Tuan Jung
sedang di ruang kerjanya, Ma’am”
Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya ketika
Nana mulai mengelap bekas lukanya dengan alkohol secara perlahan.
Jemarinya bergerak untuk mengelus perutnya yang mulai
menonjol.
Mianhae..Mulai sekarang Umma akan menjagamu dengan benar..
-------
Jaejoong memperhatikan penampilannya melalui cermin
raksasa yang ada di sudut kamar besarnya saat ini.
Ia tersenyum puas dan segera berjalan keluar kamar,
menyusul suaminya yang menunggu di ruang tengah.
Namja cantik itu melangkah perlahan menuruni tangga.
Well, kehamilannya memang baru menginjak bulan kedua, namun
bukan itu hal utama yang membuatnya berjalan dengan sangat hati-hati.
Ia sedang berusaha untuk tidak menimbulkan rasa sakit
yang berdenyut-denyut dari kakinya yang diperban di balik celananya itu.
“Yunnie”
Panggilnya lembut.
Yunho yang sedang membaca laporan pekerjaannya
menoleh, balas tersenyum kepada Jaejoong yang terlihat sangat cantik malam ini.
Ah, mereka akan menghadiri sebuah pesta besar antar
kolega perusahaan Yunho.
Namja tampan itu meraih wajah Jaejoong dan mengecup
dalam bibir ranumnya.
Menghisapnya sedikit sebelum ia menjauhkan wajahnya.
“Kkaja” Ajak
Jaejoong tersenyum lebar.
Yunho terkekeh melihat wajah kekasihnya memerah padam.
Ia tidak habis pikir bagaimana bisa namja cantiknya
itu selalu saja merona setiap kali mereka berciuman.
Benar-benar menggemaskan.
Sementara itu Jaejoong tidak melepaskan pandangannya
dari wajah tampan sang kekasih.
Yunho tertawa.
Yunhonya tertawa.
Dan ia terlihat seratus kali lebih tampan dari
biasanya.
Ah, Jaejoong sangat mencintai lelaki posesif ini.
Mereka berdua memasuki mobil mewah milik Yunho.
Keduanya duduk di belakang sementara Minho sang supir melajukan
mobil tersebut.
Yunho merengkuh pinggang kekasihnya posesif.
Ia mengendus wangi vanilla
pada leher dan rambut Jaejoong sesekali.
“Yunnie”
“Um?”
“Bo-boleh
Joongie cium?”
Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Menatap Jaejoong yang mulai memerah kembali.
Namja cantik itu menggigit bibirnya berharap.
Yunho mengangguk dan memejamkan kedua mata musangnya.
Jaejoong merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia mencengkram bahu Yunho gugup dan sedikit
menggerakkan tubuhnya untuk mendekati Yunho.
CUP.
Yunho bisa merasakan kecupan manis yang malu-malu itu.
Ia membuka bibirnya dan melumat lembut bibir ranum
kekasihnya.
Tidak biasanya Jaejoong berinisiatif untuk memulai
duluan seperti saat ini.
Hmm, mungkin bawaaan bayi. Pikir Yunho.
“Mmh..Mckk..ck..”
Suara lenguhan dan decakan antar bibir itu terdengar
jelas hingga ke telinga Minho yang mulai gugup memegang setir mobil.
Ia mengintip sekilas dari kaca spion tengah dan
mendapati Jaejoong yang kini duduk di pangkuan namja tampan itu.
Yunho baru saja meninggalkan sebuah kissmark yang sangat jelas di leher
kanan kekasihnya saat Minho memberitahu mereka kalau mobil sudah sampai di
tempat tujuan.
Namja tampan itu menurunkan Jaejoong dari pangkuannya
dan meraih jemarinya seraya keluar dari mobil.
Suara blitz kamera
segera menghujani keduanya sampai mereka memasuki ruang pesta.
Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Ia merasa gugup.
Namja cantik itu tidak terbiasa dengan keadaan seperti
ini.
Ia tidak pernah menghadiri pesta sebesar ini seumur
hidupnya.
Namja cantik itu dulunya hanya seorang pelayan kafe
kecil di daerah Myeongdong sebelum ia
bertemu dengan Yunho dan dipaksa untuk menikah dengan namja tampan itu.
“Senang
bertemu denganmu di sini, Jung Yunho-ssi”
Jaejoong mendongakkan wajah cantiknya.
Menatap sesosok lelaki bertubuh tinggi yang menyapa
kekasihnya.
“Ne, Choi
Seunghyun-ssi” Balas Yunho pelan.
“Cantik
sekali” Puji Seunghyun menatap Jaejoong yang berdiri di samping Yunho.
Namja tampan itu memicingkan mata tajamnya.
Ia tidak suka mendengar namja yang ada di hadapannya
ini berkata seperti itu.
“Kami memang
tidak ingin membesar-besarkan hal itu”
“Oh ya? Sayang
sekali, orang-orang pasti akan memuja istrimu kalau mereka tahu”
Rahang Yunho mengeras.
Cukup.
Ia tahu kalau lelaki yang berdiri di hadapannya saat
ini tertarik kepada istrinya.
“Yunnie” Gumam
Jaejoong menarik lengan Yunho pelan.
Yunho menoleh, memandang kekasihnya yang terlihat
sangat menggemaskan dengan pout lucu itu.
“Joongie mau
makan kue, tapi setelah itu ke toilet, boleh?” Tanya Jaejoong memiringkan
kepalanya.
“Tidak” Sahut
Yunho datar.
Jaejoong mendengus.
Ia kembali menarik-narik lengan kemeja Yunho dengan
gemas.
Membuat Yunho kembali memandangnya dan mengangguk
dengan sangat terpaksa.
Ia mengecup dahi Jaejoong sebelum memperhatikan namja
cantik itu berjalan menghampiri meja penuh kue itu.
“Tuan Jung,
suatu kehormatan bisa bertemu denganmu di pesta ini”
Yunho berbalik, mengangguk hormat pada pria chubby yang menyapanya.
Tender besar pemegang saham yang sangat terkenal, Park
Yoochun.
Sementara itu, Jaejoong tampak sibuk menikmati kue-kue
lezat yang terhampar di hadapannya.
Namja cantik itu terus mencoba satu persatu kue yang
ada tanpa menyadari sepasang mata kagum yang mengawasi gerak-geriknya sejak
tadi.
Tapi itu tidak berlangsung lama, pandangan lembut itu
berubah menjadi luapan amarah ketika pupil cokelatnya menangkap sebuah tanda
yang menyala di leher namja cantik itu.
A Kissmark by Jung Yunho eoh?
“Anda mau ke
mana, Ma’am?” Tanya salah seorang
pengawal yang menjaga Jaejoong.
Namja cantik itu tersenyum lucu dengan krim kue yang
masih melekat di sudut bibirnya.
“Toilet,
hehehe~”
Jaejoong memasuki toilet yang terletak di ujung ruang
pesta dan menutup pintunya kembali.
Ia terkejut menyadari ada krim yang menempel di
bibirnya saat mata besarnya melihat cermin yang tergantung di dinding.
Aigoo, memalukan, rutuknya kesal.
Namja cantik itu mencuci kedua tangannya dan mengusap
bibirnya pelan.
Menghembuskan nafas panjang dan mengeringkan telapak
tangannya di bawah mesin pengering.
CKLEK.
Jaejoong menoleh ke arah pintu dan tersenyum kecil.
“Seunghyun-ssi” Sapanya lembut.
Namja bertubuh tinggi itu balas tersenyum.
Ia mendekati Jaejoong dan terkekeh.
“Tidak perlu
seformal itu, Jaejoongie, kau bisa memanggilku Seunghyun saja” Ujarnya.
Eoh?
Alis Jaejoong bertaut.
Apa?
Namja itu memanggilnya apa barusan? Jaejoongie?
“Ne Seunghyun
ah” Ucap Jaejoong mulai tidak nyaman.
Namja cantik itu mengambil tissue dan membungkukkan
tubuhnya hendak melangkah keluar toilet.
Namun genggaman erat pada lengannya membuatnya sontak
berbalik dan mengerutkan dahinya.
“S-Seunghyun
ah?” Rintih Jaejoong ketakutan.
Namja bertubuh tegap itu menyeringai.
Ia mendekati Jaejoong yang terjebak di pintu toilet.
“Suaramu indah
sekali hm? Pasti akan terdengar lebih indah kalau kau mengucapkan namaku sambil
mendesah, Joongie ah” Bisik Seunghyun pelan.
Air mata Jaejoong merebak.
Ia ketakutan.
“Mi-Mianhae,
Joongie ingin keluar” Ujar Jaejoong bergetar.
Namja bertubuh tinggi itu tertawa mendengar nada
khawatir pada suara merdu itu.
Ia mengusap pipi Jaejoong lembut.
“Waeyo? Kau tidak
ingin berlama-lama denganku? Aku lebih baik daripada nama sombong bermarga Jung
itu”
Jaejoong tersentak, merasakan jemari Seunghyun
mengusap bekas kissmark yang
diberikan Yunho pada lehernya.
Terkekeh geli mendapati reaski menggemaskan dari namja
cantik ini.
Ah, ia jadi tidak sabar untuk mencicipi tubuhnya.
“Lakukan apa,
Joongie sayang? Lakukan ini, maksudmu?” Desah Seunghyun seraya menggerakkan
jemarinya turun menikmati lekuk tubuh Jaejoong.
Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya
ketakutan.
Ia mendorong namja tinggi itu dengan sekuat tenaganya.
Membuat Seunghyun tersentak hingga punggungnya
membentur westafel.
“Oh, kau ingin
bermain-main denganku dulu, ternyata” Desis namja itu menakutkan.
-------
“Di mana
Jaejoong?”
“Toilet, Tuan
besar”
“Masih di
sana?”
Yunho mengerutkan dahinya.
Namja tampan itu berjalan diikuti para pengawalnya
menuju toilet.
Dahi Yunho mengernyit mendengar suara teriakan
Jaejoong dan suara benturan dari dalam sana.
Namja tampan itu segera menggebrak pintu tersebut dan
membulatkan mata musangnya kaget.
“Ungh..Hh…Yunnie..Hiks..”
Jaejoong terhempas di lantai.
Wajahnya basah akan air mata.
Darah merembes dari selangkangannya.
BRUKK!
Yunho tersentak, ia refleks menoleh ke samping saat
salah satu pengawalnya menahan serangan dari seseorang untuknya.
Namja tampan itu menatap Seunghyun yang terlihat
berantakan.
“Apa yang kau
lakukan bersama istriku, Seunghyun-ssi?” Desisnya tajam.
Namja bertubuh tinggi itu terkekeh pelan.
Ia menaikkan alisnya. Mengacuhkan kemejanya yang
terkena noda darah.
“Aku ingin
melenyapkan anak sialan itu terlebih dahulu dari perut istrimu sebelum aku
menidurinya” Sahutnya berani.
Rahang Yunho mengeras.
Tubuhnya tegang.
Emosinya membludak seketika.
Membuat pelipisnya berdenyut kencang.
Namja tampan itu segera menunjang dada Seunghyun
hingga lelaki bertubuh tinggi itu terhempas membentur westafel untuk yang kedua
kalinya.
Terdengar suara retakan pada tulang punggungnya.
Yunho menoleh, berjalan menghampiri Jaejoong yang
terbaring lemah.
Ia menatap tajam namja cantik itu.
“Dan kau,
bukankah aku sudah memperingatkanmu untuk menjaga bayi kita eoh? Kenapa kau
membiarkan ia mengganggumu?!” Bentak Yunho marah.
Jaejoong merasakan perutnya berdenyut.
Ia tidak sanggup untuk menjawab.
Bibirnya membiru.
Wajahnya pucat.
Yunho merebut pisau yang tersimpan di dalam saku jas
pengawalnya, namja tampan itu menerjang Choi Seunghyun dan menusuk mulutnya
kemudian merobeknya hingga ke telinga.
Mengacuhkan suara-suara teriakan yang memekakkan
telinga dari sana.
“Kau akan
mengingat hal ini, Tuan Choi, karena telah berani mengusik istriku” Ujarnya
emosi.
Yunho menggendong istrinya dan segera meninggalkan
toilet tersebut.
Mengacuhkan Seunghyun yang berteriak-teriak kesakitan.
Darah segar membasahi lehernya.
-------
DRAP DRAP DRAP!
Langkah panik Yunho dan pengawalnya mengisi koridor
sepi itu.
Ia segera menggebrak ruang unit gawat darurat dan
merebahkan istrinya di atas ranjang rawat.
Memaki para dokter dan perawat yang tidak cepat
tanggap padanya.
“Nyawa kalian
akan menjadi bayarannya jika sampai terjadi sesuatu pada istriku” Desis Yunho
penuh amarah.
Ia beranjak keluar.
Pintu ruangan tertutup.
.
.
.
Yunho memperketat penjagaan kamar rawat Jaejoong sejak
seminggu yang lalu.
Namja tampan itu berjalan menelusuri koridor rumah
sakit mewah itu dengan pandangan fokus pada berkas kerjanya.
Saham perusahaan milik Choi Seunghyun telah berpindah
kepadanya.
Namja bertubuh tinggi itu dipaksa Yunho untuk
menandatangani berkas sebelum ia menembak mati dirinya.
“Tuan Jung”
Sapa para pengawal yang berjejer di pintu rawat tersebut.
Yunho mengacuhkannya.
Ia membuka kenop pintu dan memasuki ruangan tersebut.
Mata musangnya menangkap sosok cantik yang terlihat
bagaikan tanpa nyawa di atas ranjang.
Ia terduduk menyender pada kepala ranjang dengan
tatapan tidak fokus.
“Hei” Bisik
Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong.
Namja cantik itu tidak membalas.
Hanya air matanya yang menjawab kehadiran Yunho.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia duduk di samping kekasihnya dan mengecup-kecup
lembut wajah namja cantik itu.
Mengendus lehernya yang wangi.
“Jangan
mengabaikanku, BooJae” Bisik Yunho pelan.
Huh.
Jaejoong menoleh.
Memandang dingin mata musang Yunho.
“Kalau
sekarang Yunnie ingin membunuh Joongie, tidak apa..Joongie terima” Lirihnya
pelan. Nyaris tidak terdengar.
Yunho mengangkat wajahnya.
Mengecup dagu namja cantik itu sekali.
“Joongie tidak
bisa menjaga uri aegya dengan baik..Joongie membunuhnya..Hiks..”
Tangis Jaejoong pecah.
Yunho segera merengkuh raga rapuh kekasihnya dengan
erat.
Mata musangnya ikut berkaca-kaca.
Ia kehilangan bayi yang akan menjadi calon penerusnya
nanti.
“Maafkan
Joongie..Hiks..Hiks..Joongie yang salah..” Isak Jaejoong lantang.
Yunho mengusap lembut punggung Jaejoong.
“Aku akan
memaafkanmu, kalau mulai saat ini kau bersumpah kepadaku, tidak akan pernah
lagi membantahku dan mengecewakanku”
“Hiks..Joongie
bersumpah…Hiks..”
-------
Ini semua memang nyata, atau hanya perasaannya saja?
Yunho berubah.
Ia tidak lagi sama sejak saat itu.
Namja tampan itu mengurung Jaejoongnya di dalam kamar.
Membatasi pelayan yang melayani istrinya.
Ia tidak lagi mudah terbujuk oleh rayuan-rayuan manja
istrinya agar menuruti kemauan namja cantik itu.
Awalnya Jaejoong memaklumi hal ini.
Mungkin Yunho ingin melindunginya sebaik mungkin
setelah kejadian menyakitkan itu.
Tapi kemudian, Jaejoong mulai berpikir.
Menciptakan sugesti untuk dirinya sendiri.
Yunho tidak mencintainya lagi.
Jaejoong berdiri di hadapan meja riasnya.
Mata besarnya yang membengkak memandangi foto-foto
hasil USG beberapa bulan yang lalu.
Foto calon bayinya yang telah pergi.
Ia tahu Yunho pasti sangat kecewa.
Namja tampan itu berharap banyak pada kehamilannya.
Air mata Jaejoong kembali mengalir untuk yang kesekian
kalinya.
Ia meringis.
Tidakkah Yunho tahu kalau ia juga sama terlukanya?
Bahkan ia ikut kehilangan sebagian sisi manis
suaminya.
Namja cantik itu hendak melangkah lebih jauh, namun ia
tersentak ketika menyadari kalau kaki kanannya terantai.
Yunho yang memasangnya.
Jaejoong bergerak mundur, kemudian duduk di pinggir
ranjang.
Mengusap pelan perutnya.
CKLEK.
Pintu besar itu terbuka.
Yunho menutupnya kembali dan memperhatikan sang
kekasih yang duduk manis di ranjang mereka.
Mengenakan kemeja putih yang tampak kebesaran di tubuh
mungilnya.
Pergelangan kaki kanannya terantai.
“Aku pulang”
Ujar Yunho.
“Selamat
datang..” Jawab Jaejoong pelan.
Namja tampan itu duduk di samping Jaejoong.
Dalam sekejap namja cantik itu beralih memeluk erat
tubuh tegapnya.
Ia mengulurkan jemarinya, balas mengusap lembut kepala
namja cantiknya.
“Love you so much, Yunnie ah..” Bisik
Jaejoong.
Yunho tersenyum mendengarnya.
Ia mengecup puncak kepala namja cantik itu.
“Apakah Yunnie
masih mencintai Joongie?” Tanya Jaejoong dengan suaranya yang pecah.
Yunho meregangkan pelukan mereka.
Ia menatap bingung wajah cantik itu.
“Kenapa Yunnie
berubah? Kenapa Yunnie seperti ini?”
“Aku
melakukannya karena aku sangat mencintaimu, Jung Jaejoong..Cukup bayi kita yang
pergi, aku tidak ingin sampai kehilangan kau juga”
“Tapi Yunnie
tahu kalau Joongie tidak akan pergi ke mana-mana lagi..”
“Jangan
menyahutku lagi, Boojae”
Jaejoong meringis.
Ia melepaskan pelukannya pada Yunho dan beralih
membaringkan dirinya di atas ranjang.