This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 20 Oktober 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/A DAY WITHOUT YOU



Tittle: A DAY WITHOUT YOU

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship-angst

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


I can’t believe, yes it’s true..
Because you are not next to me, everything ends with you..

  “Bisakah kau berhenti sebentar saja untuk mengenang kita berdua? Apapun akan kulakukan agar kau tahu perasaanku tak pernah pudar. Apapun. Kau mengerti?”
.
.
.

  “Yunnie ah~! Bekalmu!”

Pekikan nyaring itu terdengar lantang di sepanjang koridor kelas tiga.
Membuat namja tampan yang hampir saja melangkah memasuki kelasnya sontak berbalik dan tersenyum lembut ketika mengetahui pemilik suara yang memanggil namanya dengan mesra.
Namja cantik itu, dengan seragam ber-sweater-nya dan rambut hitam legamnya yang mempesona.
Kim Jaejoong.
Kekasih hatinya.

  “Jjang!” Seru Jaejoong riang.


Yunho sampai gemas dibuatnya.
Beberapa senior Jaejoong yang berlalu-lalang di koridor ikut tersenyum manis memperhatikan namja cantik itu.

  “Terima kasih, BooJae sayang, jja, bel masuk hampir berbunyi, segeralah kembali ke kelasmu” Ujar Yunho masih dengan senyumnya.

Jaejoong belum bergerak.
Ia masih berdiri di hadapan Yunho dengan kedua mata bulatnya yang menatap penuh harap.
Seakan menunggu sesuatu dari namja tampan itu.
Oh, ya.
Hampir saja Yunho lupa.
Ia segera menunduk dan mengecup lembut dahi namja cantik itu.
Membuat wajah cantik Jaejoong segera merona merah dengan kedua jemari yang terkepal gugup.

Aish.

Berapa kalipun Yunho menciumnya ia selalu saja gugup seperti ini.

  “Saranghae Yunnie ah” Bisik Jaejoong malu-malu.

Yunho tertawa.
Ia mengacak gemas rambut hitam itu.

  “Ne, na do, BooJae” Balasnya tegas.

Wajah Jaejoong semakin memerah tomat, bahkan telinganya ikut kena imbas.
Ia melompat dan mencuri ciuman singkat di bibir namja tampan itu.
Kemudian ia segera berlari meninggalkan kekasihnya yang terbengong di sana.
Aish.
Jinjja. Gumam Yunho berusaha menahan senyumnya.
Kekasihnya itu manis sekali eoh?

DRAP DRAP DRAP!

SSZZRK!

Pintu geser itu terbuka kasar hingga membuat perhatian seluruh siswa kelas XI-3 sontak menoleh ke arahnya.
Mereka mendengus ketika Jaejoong muncul dari balik pintu.
Namja cantik itu tampak terengah karena berlari dari koridor kelas tiga yang ada di lantai atas.
Ia segera tersenyum lebar dan duduk di kursinya.

  “Kau beruntung, Minho Sam tidak masuk hari ini” Ujar Junsu berbalik menghadap Jaejoong yang duduk di belakangnya.

Mwo?
Bibir ranum itu membulat lucu.
Dahinya mengerut tidak senang.
Tangannya terkepal mengetuk meja.

  “Ish! Tahu begitu aku tidak akan meninggalkan Yunnie secepat itu!” Kesal Jaejoong.

Jino yang mendengarnya terkekeh pelan.
Ia meletakkan komiknya dan mencubit gemas pipi gembul teman sebangkunya.
Jaejoong semakin mempoutkan bibirnya lucu.

  “Sakit, Jino ah!” Erangnya marah.

Namja Dino itu tidak peduli.
Ia malah semakin menarik-narik pipi Jaejoong yang kenyal.
Jaejoong menghembuskan nafas pendek.
Ia memutuskan untuk mengacuhkan perbuatan Jino pada pipinya.
Namja cantik itu menaruh wajahnya di atas meja menghadap Jino.

  “Kau benar-benar imut, Jaejoongie” Puji Jino gemas.

Jaejoong memutar bola matanya jengah.
Junsu yang merasa diabaikan segera mengangkat kursinya dan duduk di samping Jino.
Membuat kursinya memblokade jalan, tapi ia tidak peduli.
Anak-anak sekelas juga sudah mendapatkan posisinya masing-masing di depan sana.

  “Kau tahu tidak, Joongie? Hubunganmu dengan Yunho sunbae membuatmu semakin populer!” Ujar Junsu semangat.

Umn?
Mata bulat Jaejoong mengerjap lucu.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Maksudnya?” Tanyanya bingung.

Junsu mencebil.

  “Yyaa~! Kau pacaran dengan ketua OSIS kita, Jaejoongie ah~! Tentu saja kau menjadi sorotan satu sekolahan!” Sambungnya.

  “Jeongmall? Aku benar-benar sepopuler itu?” Balas Jaejoong lagi.

Junsu mengangguk penuh antusias.
Senyum manisnya merekah.

  “Sebentar lagi kalian jalan tujuh bulan kan? Aigoo~ Apa kau sudah memikirkan akan memberikan kejutan apa untuk Yunho sunbae?” Tanya Junsu lagi.

Jaejoong mengangkat wajahnya dari meja.
Ia memindahkan tangan nakal Jino dari wajahnya.
Kemudian ia menopang dagunya dan bergumam tidak jelas.
Sementara Jino sudah kembali dengan dunianya sendiri bersama komik pinjamannya.

  “Umm, kencan ke taman hiburan sudah, piknik di taman juga sudah, ke pantai sudah, membuat kue juga sudah. Aku kehabisan ide, Junchan” Gerutunya bingung.

Uuh! Junsu menggeram gemas.

  “Bagaimana dengan makan malam romantis?” Tanyanya.

  “Uh-uh, sudah” Balas Jaejoong mengeluh.

  “Nonton bioskop?”

  “Sudaah”

  “Ah! Aku tahu! Kenapa kau tidak memberikan hadiah untuk Yunho sunbae?”

  “Mwo? Hadiah?”

  “Ne~! Hadiah tujuh bulan! Aigoo~ Yunho sunbae pasti senang sekali, lumayan juga, kalau nanti kalian putus ia masih bisa mengingatmu dengan hadiah itu”

  “Mwo? YAA! Kim Junsu! Kau mengharapkan aku putus dengan Yunnie eoh?! Jangan-jangan kau sudah merencanakan hal ini sejak lama ya? Kau berniat merebut Yunnie dariku!”

Konsentrasi Jino pada komiknya pecah.
Ia mendesis sebal kepada Jaejoong yang berteriak itu.
Namja Dino itu meletakkan komiknya dan menepuk pelan kepala Jaejoong.

  “Paboya! Untuk apa Junsu merencanakan hal bodoh seperti itu eoh? Ia kan sudah dijodohkan dengan Yoochun sunbaenim!” Serunya kemudian.

Jaejoong membulatkan mata besarnya imut.
Kemudian ia terkikik geli.

  “Mianhae, hehehe~ Aku lupa~” Ucapnya lucu.

Junsu hanya balas tersenyum.
Ia sudah terbiasa dengan kehebohan namja cantik yang satu ini.
Jaejoong memang hiperaktif.
Ckckck.

  “Tapi idemu bagus juga, Junchan. Kira-kira Yunnie suka apa ya?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya.

Jino berdehem.
Ia mulai setengah tertarik dengan pembicaraan ini.
Adegan yang terputus di komik yang dibacanya tadi sungguh mendebarkan hati.
Namja Dino itu menyahut ucapan Jaejoong dengan asal-asalan.

  “Berikan saja dia jam tangan mahal, supaya dia selalu mengingatmu setiap kali ia melihat jam”

BRAK!

Seluruh penghuni kelas XI-3 itu kembali terkejut ketika suara gebrakan meja terdengar dari pojok belakang.
Mereka menoleh dan menatap jengah si ceria Kim Jaejoong.

  “YAH! Cho Jino! Itu ide yang sungguh brilliant! Aaaaa~ Aku mencintaimuuuu~” Pekik Jaejoong heboh.

Ia segera memeluk erat leher Jino dan menggoyang-goyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan.
Membuat tawa renyah Junsu pecah begitu saja.
Ah, masa sekolah memang indah.


-------


  “Kau mengerti? Tarik saja tuasnya ke atas dan es krimnya akan keluar, lalu putar mangkuknya seperti ini”

Namja cantik itu mempoutkan bibirnya imut.
Ia mengangguk-angguk penuh keseriusan memperhatikan apa yang diajarkan Jonghyun kepadanya.
Aigoo, ia bahkan tampak manis menggunakan seragam café es krim itu.

  “Jung Yunho sungguh beruntung memiliki pacar sepertimu, Jaejoongie, bekerja part time seperti ini hanya untuk membelikan hadiah untuknya” Ucap Jonghyun tulus.

Jaejoong tersenyum lebar, sementara Jino yang sedari tadi menemaninya mendengus kasar.

  “Kalau Hyung mau hadiah juga Hyung bisa bilang langsung, tidak perlu memakai cara menyindirku seperti itu” Ketusnya seraya menyembunyikan wajahnya di balik komik yang ia baca.

Eoh?

Kim Jonghyun terkekeh geli.
Ia menarik komik yang digenggam kekasihnya dan mencubit gemas hidung bangirnya.
Membuat Jino mencebilkan bibirnya kesal.

  “Jja, traktiran es krim seperti biasanya, my Dino” Ucap Jonghyun seraya meletakkan semangkuk es krim cokelat di atas meja.

Jino segera tersenyum manis.
Ia menaruh komiknya dan segera melahap es krimnya.
Ah, berpacaran dengan seorang namja yang memiliki cafenya sendiri memang menyenangkan, pikir Jino.
Ia bisa mendapatkan es krim gratis setiap hari.

  “Joongie, kau sudah mengerti apa saja yang harus kau lakukan ani?” Tanya Jonghyun kepada Jaejoong yang masih saja memperhatikan mesin es krim tersebut.

Namja cantik itu terkesiap ketika namanya dipanggil.
Ia segera mengangguk dan tersenyum manis.
Kemudian ia melangkahkan kakinya beranjak menuju dapur.
Sekarang gilirannya untuk kode nomor satu, yang artinya adalah istirahat pertama.

Namja cantik itu mendudukkan dirinya di atas sofa yang ada di ruang pegawai café.
Ia bersandar pada sandaran sofa dan menghembuskan nafas pelan.
Ia tidak memberitahu kekasihnya kalau ia bekerja part time sekarang.
Tidak, ia ingin hal ini menjadi kejutan tersendiri bagi kekasihnya nanti.

Ia sudah mengunjungi toko jam tangan bersama Junsu kemarin sore.
Dan pilihannya jatuh kepada jam tangan berwarna silver dengan harga yang sungguh keterlaluan itu.
Tapi Jaejoong sudah membulatkan tekad.
Ia juga sudah mengatur jadwalnya hingga sedemikian rupa karena gaji yang akan diterimanya dibayar perjam oleh Jonghyun.

Uhm, mungkin dengan kegiatan barunya ini ia akan jarang menghabiskan waktu bersama Yunho seperti biasanya.
Tapi tak apa, lagipula sepertinya Yunho akan sibuk dengan tugas OSIS-nya.
Yah, semoga saja.

  “Setahuku Yunho sunbae itu orang kaya, dia juga memberimu uang saku setiap bulan anitji?”

Jaejoong menoleh, menatap Jino yang entah sejak kapan sudah duduk di sampingnya dengan mangkuk es krim yang ada di dalam genggamannya.
Jaejoong mengangguk.
Membenarkan perkataan namja Dino itu.
Yah, Yunho memang berasal dari keluarga yang tidak sembarangan.
Bahkan supermarket terbesar yang ada di negeri ginseng ini adalah supermarket milik keluarga besarnya.

Namja tampan itu juga selalu memberikannya uang saku setiap bulan yang ditransfer melalui rekeningnya dengan alasan ia ingin Jaejoong fokus kepada sekolah dan berhenti bekerja seperti yang sudah-sudah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Jaejoong memang tidak seperti Yunho.
Ia hanya seorang anak yatim piatu yang mendapatkan beasiswa sekolah di DongBang High School dan entah bagaimana bisa membuat sang ketua OSIS yang terkenal susah didekati itu jatuh cinta kepadanya.

Tidak jauh beda dengan dongeng Cinderella hum?

  “Tetap saja itu uangnya, bukan uangku. Kalau aku membeli hadiahnya dengan uang itu sama saja seperti dia memakai barang yang ia beli sendiri secara tidak langsung” Ujar Jaejoong ringan.

Oh, Jino mengangguk paham.
Mulutnya penuh dengan wafer es krimnya.

  “Aah~ Aku jadi tidak sabar menunggu bulan depan, Yunnie pasti akan sangat senang!” Ungkap Jaejoong tersenyum lebar.


-------


Kalender itu terus tercoret setiap harinya.
Tanggal yang ada tersilang dengan spidol berwarna merah milik Jaejoong.
Namja cantik itu menggigit bibir ranumnya gugup ketika menyadari bahwa waktunya untuk menghadapi hari jadi mereka yang ketujuh bulan tinggal dua minggu lagi.
Jaejoong menyembunyikan kalender mininya di dalam laci meja sekolah dan menjatuhkan wajahnya ke atas meja.

Mata bulatnya bergerak pelan memperhatikan Jino yang masih saja seperti biasa.
Membaca komik.

  “Junchan ke mana, Jino?” Tanya Jaejoong.

  “Makan siang dengan Yoochun sunbae” Sahut Jino tanpa menoleh.

Huft.
Bibir cherry itu mempout sempurna sekarang.

  “Oh iya, kenapa kau masih di sini? Bukankah setiap siang biasanya kau makan siang juga dengan Yunho sunbae?” Tanya Jino kini melirik sahabatnya.

  “Yunnie sedang marah padaku karena kemarin aku menolak ajakan kencan darinya” Balas Jaejoong mendesah.

Eoh?
Cho Jino membulatkan matanya.

  “Jeongmall? Tapi, bukankah sebelumnya Yunho sunbae tidak pernah marah?”

  “Yah, wajar Yunnie marah, aku selalu tidak punya waktu untuk bersamanya belakangan ini. Ck~! Seandainya saja ia tahu kenapa aku selalu sibuk! Aish!”

  “Hmm, kau yakin?”

  “Uh? Apanya?”

  “Kau yakin akan melanjutkan part time-mu sampai minggu depan? Tambahkan saja sedikit uang yang kurang dengan uang sakumu, jam tangan itu pasti langsung terbeli”

  “Jinooo~! Bukankah sudah kukatakan kepadamu? Jam tangan itu harus terbeli dengan hasil kerja kerasku seratus persen~! Seratus persen, Jino yah~!”

  “Nee nee arasseo, kalau begitu nikmati saja muka masam Yunniemu itu sampai hari jadi kalian”

Jaejoong tidak membalas lagi.
Ia hanya tersenyum lebar menanggapi ucapan teman sebangkunya.

  “Joongie!”

Namja cantik itu terkejut.
Ia segera mendongakkan wajahnya dan memandang bingung Taemin yang berlari memasuki kelas.
Bocah berambut jamur itu terlihat panik.

  “Wae?” Tanya Jaejoong masih di tempat duduknya.

  “Kau putus dengan Yunho sunbae ya?” Tuding Taemin tanpa basa-basi.

DEG.

Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Ia refleks berdiri dari duduknya hingga menimbulkan suara berdecit panjang dari kursinya.

  “Mwo?!” Pekiknya tidak terima.

  “Mwo? Jadi belum putus ya?” Sahut Taemin mengerutkan dahinya.

  “Ya! Lee Taemin! Bicara yang benar! Apa maksudmu eoh?!”

  “Aish, ituuu, aku melihat Yunho sunbae sedang makan siang di kantin bersama Ahra sunbae”

  “Oh, itu, tentu saja karena mereka pejabat teras OSIS kan? Kau ini, membuatku takut saja Taeminnie”

  “Tapi masalahnya hanya ada mereka berdua di sana! Satu sekolah juga tahu kalau Yunho sunbae selama ini tidak akan pernah mau menerima ajakan makan siang bersama dari siapa pun karena ia selalau makan denganmu!”

Tenggorokan Jaejoong tercekat.
Dadanya sesak.
Kedua jemarinya mengepal erat menahan sakit.
Ia menoleh kepada Jino yang sudah memandanginya sedari tadi.
Jino meletakkan komiknya dan menarik tangan Jaejoong.

  “Jangan percaya dulu, kka, kita buktikan bersama” Ajak Jino tenang.

Nafas Jaejoong mulai tersendat.
Perasaannya tidak enak.
Ia melangkahkan kakinya mengikuti langkah Jino yang menarik tangannya.
Sementara mata bulatnya melirik Taemin yang menggeleng kepadanya.
Seolah menyampaikan kepadanya agar ia tidak berusaha membuktikan hal itu.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Kedua mata bulatnya terpejam erat.
Tidak, tidak tidak!
Berpikir positiflah Kim Jaejoong!
Jung Yunho itu sungguh mencintaimu dan kau tahu itu!
Ia tidak akan pernah menyakitimu, tidak akan!

DUG.

Jaejoong tersentak kaget ketika dahinya bertubrukan dengan punggung Jino.
Ia segera mendongak dan hendak mengintip dari balik tubuh namja Dino itu.
Tapi Jino menahannya.
Jemarinya semakin mencengkram erat pergelangan tangan Jaejoong.
Dada Jaejoong semakin berdebar mendapatkan perlakuan seperti itu dari teman sebangkunya.

Ia berusaha melepaskan genggaman tangan Jino dan keluar dari persembunyiannya di balik punggung Jino.

DEG.

Air mata Jaejoong merebak.
Tangannya bergetar.
Napasnya benar-benar tercekat.
Sesak.
Sungguh.

Ia tidak percaya dengan penglihatannya saat ini.
Yunnie bear-nya sedang bercanda bersama sekretaris OSIS bernama Go Ahra itu di sana.
Di sudut meja kantin dengan dua mangkuk pangsit yang sudah kosong.
Ani, Jaejoong, ani!
Ini tidak seperti yang kau lihat!
Wajar kan Yunho makan siang bersama Ahra, ia lapar. Tentu saja, hari ini ia lupa membuatkan bekal untuk Yunho karena kelelahan kemarin.

TAP TAP TAP.

Jaejoong berjalan pelan mendekati Yunho dengan perasaan yang tidak karuan.
Rasanya ia mau lari saja.
Tapi ia harus membuktikan bahwa apa yang dikatakan Taemin padanya tidak benar.
Mereka masih berpacaran.
Mereka masih saling mencintai.

  “Yunnie”

Namja tampan itu berhenti tertawa.
Ia dan Ahra menoleh dan mendapati Jaejoong yang berdiri di samping meja.
Yunho masih diam.
Menanti apa yang akan disampaikan Jaejoong kepadanya.
Namja cantik itu menahan nafasnya.
Kedua mata bulatnya menatap langsung mata musang itu.
Berusaha mencari kebenaran dari dalam sana.

  “Kau hanya sekedar makan siang dengan Ahra sunbaenim kan? Iya kan?” Bisik Jaejoong lirih.

Ahra menaikkan alisnya.
Ia segera menatap Yunho dan menyenggol tangan namja tampan itu yang berada di atas meja.
Dan pergerakan itu tidak luput dari penglihatan Jaejoong.

  “Jae”

  Please katakan kalau itu benar, Yunnie yah, kalian makan bersama karena aku lupa membawa bekal hari ini kan? Jebal Yun”

Air mata Jaejoong menggenang.
Ia sungguh ingin melarikan diri sekarang.

Sementara Yunho menghela napasnya.
Ia melirik Ahra dan menoleh kepada Jaejoong dengan sedikit sengit.

  “Seharusnya aku yang bertanya kepadamu, Kim Jaejoong. Ke mana saja kau belakangan ini eoh? Berapa kali kau membatalkan kencan kita? Dan semua panggilanku ke ponselmu selalu saja tidak terjawab”

  “Tapi---tapi kupikir kau mungkin sibuk dengan tugas OSIS-mu Yun”

  “Heh, itu bukanlah sebuah alasan, Jaejoong”

Jaejoong terdiam.
Bibirnya terasa kelu.
Ia ingin sekali memberitahu Yunho kalau ia sibuk bekerja belakangan ini untuk membeli hadiah untuk Yunho.
Tapi kalau ia mengatakannya semuanya akan sia-sia.
Yunho akan tahu dan surprise-nya akan gagal.

  “Kita putus”

DEG.

Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Ia mengangkat wajahnya dan menatap tidak percaya namja tampan itu.

  “A-apa?” Gumamnya lirih.

Yunho menghela napas.

  “Sebaiknya kita putus saja. Untuk apa kita saling terikat kalau nyatanya membalas pesanku saja kau tidak bisa?”

  “Ta-tapi Yun----”

  “Ahra juga bisa menemaniku makan siang, membuatkan bekal, dan menghabiskan akhir pekan denganku”

Jemari Jaejoong mencengkram erat.
Dadanya sungguh terasa sesak.
Ngilu, ngilu sekali.
Ya Tuhan.
Namja tampan itu memalingkan wajahnya ketika air mata Jaejoong berjatuhan tidak beraturan.
Bahkan isakannya mulai terdengar mengisi suasana kantin yang senyap itu.

  “Yunnie..Hiks..Maafkan aku..Jangan seperti ini, jebal..Hiks..” Isak Jaejoong memohon.

Yunho mendengus.
Ia berdiri dari duduknya dan menggenggam tangan Ahra.
Yeoja berambut hitam itu hanya diam sejak tadi.
Ia sendiri juga tidak menyangka kalau Yunho akan berkata seperti itu.

  “Sudahlah” Ujar Yunho malas.

Jaejoong menundukkan wajahnya yang basah.
Pandangannya memburam.
Ia tidak bisa melihat apapun.
Air matanya terus berjatuhan.
Dadanya terasa sangat sakit.

  “Aku mencintaimu Yunnie yah..Hiks..Jebal” Isak Jaejoong tersengguk.

Yunho berusaha tidak acuh.
Ia menepuk bahu Jaejoong pelan dan berbisik di telinganya.

  “Tolong mulai sekarang panggil aku Sunbaenim. Hanya kekasihku yang boleh memanggilku dengan sebutan itu”

Jino segera menahan Jaejoong ketika namja cantik itu terguncang.
Ia memeluk sahabatnya yang kini mencengkram erat punggungnya.
Bahkan mata Jino ikut berkaca-kaca sekarang.
Ya Tuhan, ia sungguh menyesal sudah membawa Jaejoong ke sini.
Ia tidak menyangka kalau Yunho akan memutuskan Jaejoong di hadapan para penghuni kantin seperti ini.

  “Yunnie..Hiks..Yunnie..Yunnie..” Isak Jaejoong terluka.

Jino mengusap lembut punggung Jaejoong, berusaha menenangkan namja cantik itu.
Kemudian ia membawa Jaejoong keluar dari kantin.

  “Kita izin pulang saja ya? Aku akan mengantarmu” Bisik Jino sendu.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya ingin Yunhonya.
Hanya itu.


-------


Sudah hampir seminggu Jaejoong tidak sekolah.
Ia tidak peduli.
Perasaannya benar-benar hancur.
Ia hanya menghabiskan waktunya di dalam kamar sendirian.
Kerjanya hanya menangis saja setiap hari.

Tampangnya benar-benar berantakan.
Wajahnya sembab, kedua matanya bengkak dengan kantung mata yang menghiasi kelopak bawah matanya.
Namja cantik itu memeluk erat boneka kesayangannya.
Boneka pemberian dari Yunho saat ia berulang tahun beberapa bulan yang lalu.

DDRRTTT…DDRRTTT…

Ponsel Jaejoong bergetar pendek.
Namja cantik itu menoleh dan meraih ponselnya dengan malas.
Ia mengernyitkan dahinya ketika cahaya terang dari layar ponselnya menusuk retinanya.
Ah, pesan dari Junsu.

  Joongie, Jino sudah membuat salinan catatan untukmu, besok kau sekolah ya? Aku merindukanmu. Jangan seperti ini, kau harus bisa menghadapinya. Ada aku dan Jino, kami berdua sahabatmu. Arasseo?

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia meletakkan kembali ponselnya dan memandangi langit-langit kamarnya.
Ia tidak bisa menerima kenyataan ini.
Cintanya pada Yunho sungguh besar.
Hanya namja tampan itu yang mau menerima dirinya apa adanya.
Bahkan di saat ia mengatakan kalau ia hanyalah seorang yatim piatu yang mendapatkan beasiswa dan hidup dengan tangannya sendiri, Yunho tidak peduli.

Namja tampan itu selalu menyanyanginya dengan tulus.

  “Apa salah kalau aku hanya ingin membuatmu bahagia Yunnie ah?” Desis Jaejoong menoleh, memandang sebuah kotak berwarna hitam yang tergeletak di meja belajarnya.

Ia beringsut bangun dari baringnya.
Kemudian melangkah menghampiri meja tersebut.
Jemarinya mengusap kotak yang kini terbuka itu.
Mata besarnya memandangi sebuah jam tangan mewah yang tergeletak apik di dalam kotak tersebut.
Jaejoong mengulurkan tangannya hendak mengambil jam tersebut.
Tapi kemudian gerakannya terhenti ketika ia melihat pisau cutter yang terbuka di atas buku komiknya.

Mata besar Jaejoong mengerjap.


-------


  “Selamat pagiiii~~~!”

Seluruh kelas XI-3 itu terkejut ketika pintu kelas mereka terbuka diiringi suara lantang dari Kim Jaejoong.
Mereka menatap bingung namja cantik yang tersenyum lebar itu.
Wajahnya sungguh pucat.
Dan kedua matanya masih bengkak.
Taemin berdiri dari duduknya.
Ia menatap khawatir teman sekelasnya itu.

  “Jaejoong, kau baik-baik saja?” Tanyanya.

Namja cantik itu terkekeh geli.
Ia menepuk kepala jamur Taemin dengan gemas.

  “Tentu saja, Taeminnie, aigoo~ Kau ini! Aku sehat seperti bayi gajah yang baru dilahirkan kau tahu itu eoh?” Ujar Jaejoong manis.

Taemin mengerutkan dahinya.
Ia melihat Jaejoong berjalan seperti biasa dan duduk di kursinya di belakang.
Anak-anak kelas saling menatap satu sama lain.
Oh well, gosip tentang putusnya Jaejoong dan Yunho tentu saja sudah tersebar luas ke seluruh sekolahan.
Tapi Jaejoong terlihat baik-baik saja setelah seminggu tidak masuk.

Tidak, justru itu hal yang membuat mereka semua khawatir.
Jaejoong tampak buruk.

  “Pagi Junchan, pagi Jino~! Yaa~ Mana yang katanya merindukanku eoh?” Ujar Jaejoong semangat.

Junsu menatap Jaejoong dengan matanya yang berkaca-kaca.
Ia segera memeluk sahabatnya dengan erat.

  “Aku tahu semuanya sungguh berat untukmu Jaejoongie, kumohon tetaplah semangat oke?” Ujar namja imut itu.

Hmp.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia menepuk pelan kepala Junsu.

  “Apa yang kau bicarakan Junchan? Aku tidak mengerti” Balasnya tertawa.

Jino yang melihat hal itu hanya terdiam sejak tadi.
Tapi kemudian ia ikut tersenyum dan memeluk namja cantik itu.

  “Catatan dan tugasmu sudah menumpuk, Kim Jaejoong, rasakan!” Ujarnya lucu.

Jaejoong mendengus.
Ia mempoutkan bibirnya mendengar ucapan Jino.
Menyebalkan. Pikirnya.
.
.
.

  “Hei, kudengar Kim Jaejoong sudah masuk sekolah lagi”

  “Benarkah? Ia pasti masih sedih karena hal itu, ironis sekali, padahal namja cantik itu selalu tampak ceria”

Yunho yang sedang berjalan di koridor kelas tiga itu hanya bungkam.
Ia tentu mendengar jelas bisik-bisik teman seangkatannya.
Jaejoongnya cukup populer dan ia tahu itu.
Namja tampan itu menghela nafas panjang.

Munafik kalau ia tidak khawatir pada namja cantik itu.
Ia takut kalau perbuatannya akan merusak mental namja cantik itu.
Yunho tahu, hanya Yunho yang tahu, betapa rapuhnya seorang Kim Jaejoong.
Tapi ia juga sudah mencapai batasnya.
Salah Jaejoong kenapa bertingkah seolah mereka tidak lagi berada dalam status hubungan waktu itu.

  “Eh, bukankah itu Jaejoong?”

DEG.

Yunho menoleh ke belakang.
Mata musangnya menatap lurus sosok cantik yang sedang tertawa riang bersama Junsu dan Jino di sana.
Mendadak dada Yunho berdebar kencang.
Tidak siap jika ia harus mendapatkan wajah sedih mantan kekasihnya nanti.

Jaejoong, Jino dan Junsu terus berjalan beriringan.
Junsu menyenggol lengan Jino ketika ia menyadari ada Yunho di sana.
Namja Dino itu baru saja akan memperingati Jaejoong.
Tapi namja cantik itu sudah lebih dulu melambai dan menepuk bahu Yunho ketika mereka berhadapan.

  “Anyeong sunbae~! Kami mau ke perpustakaan, jja nee~ Ditunggu angket festival sekolahnya~!”

Yunho terkejut.
Ia berbalik dan menatap bingung punggung namja cantik itu.
Ia sungguh tidak menyangka akan mendapatkan reaksi seperti itu dari mantan kekasihnya.
Jaejoong terlihat baik-baik saja.
Ia ceria seperti biasanya.
Walau kedua mata besarnya tidak bisa berbohong.

Namja tampan itu kembali melangkahkan kakinya.
Mengacuhkan bisik-bisik teman seangkatannya yang ikut kaget dengan sikap namja cantik itu.

  “Yang kutahu Jaejoong sangat mencintai ketua OSIS kita, tapi melihat sikapnya tadi sepertinya hal itu hanya gosip belaka. Ia terlihat baik-baik saja seperti tidak ada sesuatu yang terjadi”

Yunho mendengar hal itu.
Ia dengar.
Dan ia terusik.


-------


  “Hahaha~ Kasihan sekali kau Yoochun sunbae~! Yang semangat larinyaaa~!”

Yunho berhenti di ujung koridor.
Ia melihat Jaejoong tampak tertawa riang di depan jendela.
Namja tampan itu menoleh ke jendela yang ada di sampingnya dan mendapati Yoochun yang sedang berlari mengelilingi lapangan sekolah.
Sepertinya ia sedang dihukum Yoonhye Songsaenim.

  “Oh! Yunho sunbae! Apa kabar?”

Yunho terkejut.
Ia menoleh dan menatap Jaejoong yang melambai kepadanya dari sana.
Namja tampan itu hanya balas tersenyum dengan langkah kaki yang mendekat.

  “Baik, apa yang terjadi dengan Yoochun?” Tanya Yunho lembut.

Jaejoong tersenyum lebar, memperlihatkan giginya yang rapi.

  “Yoochun sunbae ketahuan mencium Junchan, jadi dia dihukum Yoonhye Songsaenim” Sahut Jaejoong terkekeh.

Yunho balas tersenyum.
Ia ikut memperhatikan anggota OSIS-nya yang mulai kelelahan di lapangan sekolah.
Aigoo.
Namja tampan itu kemudian kembali menatap Jaejoong dan tertegun ketika Jaejoong sedang menatap wajahnya dengan intens.
Kemudian namja cantik itu kembali tersenyum.

  “Hum, aku kembali ke kelas sekarang ya sunbae, sebentar lagi bel masuk” Ujar Jaejoong manis.

Yunho baru saja akan menyahut.
Namun kemudian perhatiannya teralihkan kepada tangan Jaejoong yang tertutup sweater.
Dadanya berdebar ketika menangkap beberapa goresan di bagian dalam pergelangan namja cantik itu.

GREP!

DEG!

Jaejoong terkejut ketika Yunho menarik tangannya.
Ia baru saja akan melepaskan genggaman Yunho, namun Yunho sudah lebih dulu menarik sweater-nya ke atas.
Namja tampan itu melebarkan mata musangnya.
Mendapati pergelangan Jaejoong penuh dengan bekas sayatan berantakan yang memerah.

Yunho mendongak.
Kembali terkejut ketika topeng yang dikenakan Jaejoong telah hancur.
Bibirnya kelu ketika mendapati wajah sendu namja cantik itu.
Dengan kedua mata besarnya yang meneteskan air mata.

SSRAK!

Jaejoong menarik kembali tangannya dengan kasar.
Ia segera berlari meninggalkan Yunho.
Namja tampan itu tercenung.
Jemarinya mengepal erat.

Jadi selama ini Jaejoong tidak baik-baik saja eoh?


-------


Pintu kamar itu terbuka kasar oleh Jaejoong.
Nafasnya memburu.
Dengan pipinya yang basah.
Ia terduduk di atas ranjang kecilnya.
Menggigit bibir bawahnya kembali terisak.

Padahal ia sudah berusaha agar semuanya terlihat baik-baik saja.
Padahal ia sudah berusaha agar semuanya tampak normal seperti biasa.
Padahal ia sudah berusaha agar semuanya seakan tidak ada yang berubah.

Tapi Yunho merusak semuanya.
Ia melihatnya.
Namja tampan itu telah melihat sisi menjijikkan dari seorang Kim Jaejoong.
Sekarang Yunho tahu kelakuan Jaejoong ketika namja cantik itu patah hati.
Cih, ia sungguh terlihat benar-benar mencintai Yunho eoh?
Sampai ia melakukan hal ini karena frustasi.

  “Hiks..Hiks..”

Isakan nyaring Jaejoong mengisi keheningan ruangan kecil itu.
Ia menarik sweater-nya ke atas dan menggoret bekas sayatan cutter itu dengan kukunya.
Mengacuhkan darah yang perlahan menetes mengotori celana seragamnya.
Ia hanya frustasi.
Ia hanya tidak tahu bagaimana melampiaskan perasaannya.
Dan sekarang ia terlihat seperti seorang maniak.

Menjijikkan.
Ia sungguh menjijikkan.

Namja cantik itu berlari ke dapur kecilnya.
Tangisnya pecah.
Ia mengambil pisau yang ada di dekat westafel dan menggenggamnya dengan gemetar.
Jaejoong hampir saja menusukkan pisaunya ke dalam perutnya kalau gerakannya tidak terhenti.
Tertahan oleh genggaman hangat yang sudah dikenalnya.

Ia menoleh, menatap Yunho yang terengah di belakangnya.
Pelipisnya berkeringat.
Jadi Yunho mengejarnya eoh?

  “Hentikan Kim Jaejoong, jangan berbuat bodoh!” Bentak Yunho marah.

Ia berusaha merebut pisau itu dan melemparnya ke sudut dapur.
Jaejoong terduduk di lantai.
Dengan kedua tangan yang menutupi wajah basahnya.
Yunho merasakan matanya panas.
Ia menggertakkan giginya dan menarik paksa tangan namja cantik itu.

  “Lihat aku, Kim Jaejoong!! Lihat mataku!!” Teriak Yunho lantang.

Jaejoong terisak hebat.
Jemarinya berada dalam genggaman Yunho kini.
Ia mengangkat wajahnya perlahan dan balas memandang mata musang yang dipujanya itu.
Yunho terlihat sangat marah.
Urat lehernya sampai tercetak jelas.

  “Apa yang terjadi pada dirimu eoh! Ke mana Kim Jaejoong yang kukenal? Kenapa kau melakukan hal seperti ini? Kenapa kau melukai dirimu sendiri hah?!”

  “..Hiks..Hiks..”

  “JAWAB AKU, BOOJAE!!”

Jaejoong semakin terisak keras.
Tangisnya kembali pecah.
Tubuhnya gemetar hebat.
Dan dadanya semakin sesak.

  “Kau tidak mencintaiku lagi..Hiks..Kau tidak mencintaiku lagi..Hiks..” Lirih Jaejoong berulang-ulang.

Yunho merasakan dadanya ngilu.
Ia menggeram penuh emosi.

  “Hentikan!”

  “Kau tidak mencintaiku lagi..Hiks..Apa artinya aku tanpamu? Hiks..Hiks..”

Air mata Yunho menetes jatuh.
Ia menatap sendu kepada Jaejoong yang terlihat rapuh.
Yunho melepaskan genggamannya pada Jaejoong, kemudian ia menangkup wajah cantik yang basah itu.
Menatap langsung ke dalam bola matanya yang berair.

  “Bisakah kau berhenti sebentar saja untuk mengenang kita berdua? Apapun akan kulakukan agar kau tahu perasaanku tak pernah pudar. Apapun. Kau mengerti?” 

  “Maafkan aku sunbae..Hiks..Mianhae”

  “Ani, panggil aku Yunnie, panggil aku seperti biasanya”

  “Ta-tapi..Hiks..Aku bukan kekasihmu lagi..Hiks..Aku—Aku---”

Yunho memeluk erat namja cantik itu.
Merasakan getaran pada tubuh Jaejoong.
Ia mengusap punggung Jaejoong penuh sayang.
Memejamkan matanya sejenak.

  “Kau masih kekasihku, BooJaejoongie, kau milikku, dan aku milikmu” Bisik Yunho penuh cinta.

  “Kau yang memutuskan hubungan kita waktu itu..Hiks..” Sanggah Jaejoong seraya mencengkram punggung Yunho dengan erat.

Yunho mendesah panjang.
Ia mendongakkan wajahnya menahan air matanya yang tertahan.

  “Waktu itu aku marah padamu, dan ucapan itu terucap begitu saja, maafkan aku”

Jaejoong memukul punggung Yunho bertubi-tubi.
Tangisnya semakin kencang.

  “Kenapa kau lakukan itu padaku?! Kau bodoh! Kau bodoh! Aku membencimu!” Pekiknya lantang.

  “Aku mendatangi kelasmu untuk meminta maaf, tapi kau tidak datang. Aku pergi ke rumahmu, tapi kau tidak membukakan pintu”

Jaejoong tertegun.
Ia berhenti memukuli Yunho dan terdiam di pelukan namja tampan itu.

  “Kau…datang ke rumah?” Bisiknya lirih.

Yunho mengangguk.
Mereka berdua saling terdiam satu sama lain.
Suasana mendadak hening.
Sampai kemudian Jaejoong melonggarkan pelukan mereka dan memandang langsung mata musang itu.

  “Aku tidak tahu” Bisiknya.

Yunho mengusap lembut rambut hitam Jaejoong.

  “Dan aku juga tidak tahu kalau kau bekerja part time selama ini”

  “Siapa yang bilang?”

  “Yoochun melihatmu beberapa waktu yang lalu. Makanya aku mencarimu, tapi kau tidak pernah muncul”

  “Bodoh..Hiks..Kau bodoh..”

Yunho merasa kalau keadaan sudah cukup tenang.
Hingga ia memajukan wajahnya dan mengecup-kecup dahi namja cantik itu.
Menyalurkan rasa sayangnya kepada Jaejoong.

  “Sekarang beritahu aku apa yang tidak kuketahui” Ucapnya.

Jaejoong beranjak bangkit dari rengkuhan Yunho.
Ia menarik namja tampan itu dan membawanya ke dalam kamar kecilnya.
Mendudukkan Yunho di atas ranjangnya sementara ia mengambil kotak berwarna hitam yang ada di atas meja belajarnya.

  “Ini, aku membelikanmu ini, untuk hadiah hari jadi kita yang ketujuh bulan” Ucap Jaejoong seraya mengusap wajahnya yang basah.

Yunho tertegun.
Mata musangnya menatap kotak tersebut dan membuka tutupnya.
Kemudian ia terkejut ketika melihat jam tangan yang terpampang manis di sana.
Ia tidak bodoh, ia tahu seberapa mahal benda yang ada di tangannya itu.

Jaejoong berlutut di depan Yunho.
Dengan kedua lengannya yang bertumpu di atas lutut namja tampan itu.

  “Otte? Kau suka?” Tanyanya tersenyum.

Namja cantik itu terkejut ketika setetes air mata Yunho jatuh membasahi pipinya.
Yunho hanya diam.
Ia mengulurkan jemarinya mengusap tangan Jaejoong.

  “Maafkan aku” Bisik Yunho.

Jaejoong mengulurkan jemarinya.
Mengusap air mata namja tampan itu dengan lembut.
Kemudian ia mengambil jam tangan tersebut dan memasangkan benda itu di pergelangan tangan Yunho.

  “Wah, cocok sekali” Kekeh Jaejoong lucu.

Namja tampan itu balas tersenyum dan menarik Jaejoong agar namja cantik itu duduk di pangkuannya.
Kemudian ia mengusap lembut pipi namja cantik itu.

  “Kau mau kembali kepadaku?” Tanyanya.

  “Harusnya aku yang bertanya, apa kau mau kembali kepadaku? Setelah melihat bagian cacat dari tubuhku?” Balas Jaejoong menunduk, mengusap pergelangan tangannya yang tergoret.

Yunho mengecup bibir cherry Jaejoong.
Kemudian ia berhenti sejenak, dan ketika tidak mendapatkan reaksi penolakan dari namja cantik itu ia kembali mengecup bibir ranum tersebut.
Menekannya dengan lembut dan melumatnya dengan mesra.
Satu tangannya memeluk pinggang Jaejoong sementara satunya lagi beralih memegang bagian kanan wajah Jaejoong.

  “Aku mencintaimu, masa lalu dan dirimu. Baik dan buruknya rupamu. Aku sungguh mencintaimu, Kim Jaejoong” Ucap Yunho setelah melepaskan ciumannya.

  “Kau akan selalu menyayangiku ketika kau melihat bekas luka ini, Yunnie” Balas Jaejoong tersenyum.

  “Nappeun” Ujar Yunho mengetuk dahi Jaejoong.

Namja cantik itu tertawa.
Dan itu sungguh membuat Yunho lega.
Setelah ini ia bersumpah ia tidak akan pernah membuat Jaejoongnya merasa sedih lagi.
Tidak akan.

Namja tampan itu mengambil sesuatu dari dalam saku celananya.
Kemudian ia memasangkan benda tersebut di jari manis kekasihnya.
Mengacuhkan Jaejoong yang terlihat kaget.

  “Kau pikir hanya kau saja yang mengingat hari jadi kita eoh?”

Aish.
Jaejoong tersenyum lebar.
Ia mengusapi cincin perak tersebut dan segera memeluk erat Yunhonya.
Yunhonya.
Kau dengar itu?
Ia tidak akan pernah melepaskan namja tampan ini lagi.
Tidak akan.

  “Aku mencintaimu Yunnie yah” Bisiknya.

I can’t believe, yes it’s true..
Because you are not next to me, everything ends with you..

The more I try to escape, the more my days are controlled by you..
I can’t believe, yes it’s true..

END.

-SM The Ballad, A Day Without You-

8 komentar:

  1. Waaaaa,,, love it. bener2 suka sama ceritanya. selalu bikin hati berdenyut.. Juliettt... kapan2 pake namaku yach hahaha...
    gia a.k.a Park Young Eun wkwkw...

    BalasHapus
  2. Hueeee nangis baca nya TT__TT
    Hah~~ untung salah paham nya ga kelamaan
    kasian sm kehidupan Jae yg sendirian
    Annyeong shela~~ xixixixi br komen di sini ^_-v
    suka sama smua FFx keren2, tetap smangat nulis ne~~

    BalasHapus
  3. Hwaa keren bgtt ~^
    Semua ff kak shella emng Jjang !!!
    pgen ngrespon smua ff kakak cuman ....
    Kakak slain di blog sma fb ngapdet ff dimana lg ? coba deh kakak apdet di ffn disitu lbih gmpng klo mao kmnikasi antra author n readers ! coba dong kak aku ngefens brat sama ff mu !!

    Keep Writing kak shella :3

    BalasHapus
  4. Waduh Shel, saya nangis di scene YunJae stelah meeka putus.
    Tepatnya yg JJ memutuskan masuk sekolah lagi setelah 1 minggu absen.
    ..
    gregetan bgt pas Yunho blg "wktu itu aku marah, dan ucapan itu terucapbegitu saja"
    hell.. daddy, kitten ampe lukai diri sndiri itu.

    BalasHapus
  5. Daebak..... no coment lah
    FF ini sukses bikin q bercucuran air mata dan ingus,,Shella...karyamu selanjutnya selalu q tunggu :)

    BalasHapus
  6. Tissue, tissue... Tolong ya... Dibeli tissue saya.. #eh
    Banjir nih... Apalagi waktu Yunho bilang "Kita putus!" Langsung DEG! banget.. Trus backsoundnya JeJe udh 'Sakitnya Tuh Disini' aja tuh.. Wkwk
    Overall, hebat! Daebak!

    BalasHapus
  7. Ya ampun gemes bgt sm yunho..slh paham mulu..kl yooun gk liat mw tra cuekin jeje? HRsnya jeje bnh diri aja biar yunho makin nyesel hahahahahha
    Emg goresan di tangan jeje apa namanya? Yunho? HEHehe
    Mksh shella ......crtnya seru

    BalasHapus
  8. Astaga.. kasihan jj nya.. yunho marahnya keterlaluan deh.. :3
    Tapi seruuu :D
    Makasih shella

    BalasHapus