This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 07 Juli 2014

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/RICHIE HO RICH/PART 1



Tittle: RICHIE HO RICH

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-fluffy-sweet-friendship-mpreg

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

Untuk mengenang seluruh kutang Jejung yang saya kibarkan.


-------


PART 1.

Hujan deras mengguyur kota Seoul hari ini.
Membuat Kim Jaejoong mendesah pendek.
Ia tidak suka hujan.
Ia benci hujan.
Ia sangat membenci Petrichor itu.


Namja cantik itu menangkup wajah cantiknya di antara kedua lengannya yang menumpu di atas meja miliknya.
Mengacuhkan suara Minho Songsaenim yang sedang menjelaskan materi peradaban dunia di depan sana.
Ck, kenapa jam terakhir hari ini harus pelajaran Sejarah eoh?

Dan lagi, kenapa harus turun hujan?

Jaejoong mengeluh kesal.
Menutup telinganya memalingkan wajah dari jendela kelas yang terletak tepat di samping kursinya.
Membuat Kim Junsu, teman sebangkunya yang berwajah imut itu menoleh memperhatikan dirinya.

  “Kau baik-baik saja?”

Jaejoong mengangguk samar.
Perutnya mual.
Ia ingin pulang.

  “Alergi Petrichor-mu kambuh lagi?”

Jaejoong kembali mengangguk.
Dan ia sangat-sangat bersyukur ketika bel pulang berbunyi nyaring.
Mengejek Minho Songsaenim untuk segera menutup buku Sejarah sialannya itu dan melangkahkan kaki keluar meninggalkan kelas XII-3 ini.

  “Um, Jaejoong, aku bisa mengantarmu, kalau kau mau” Tawar Junsu menggumam.

Namja cantik itu mengangkat wajahnya.
Ia menggeleng dan tersenyum kecil.

  “Appaku sudah berjanji akan menjemputku hari ini” Bisiknya.

Oh!
Kedua mata sipit Junsu melebar dalam sekejap.
Namja imut itu menatap tidak percaya wajah cantik sahabatnya.
Ia memekik lantang.

  “Benarkah?! OMO!”

Jaejoong terkekeh kecil.
Ia mengangguk sombong.

  “Yeah, aku juga tidak percaya” Ujarnya mendukung Junsu.

Namja imut itu tertawa geli.
Ia memeluk Jaejoong sejenak dan segera meraih tas sekolahnya.

  “Kalau begitu aku pulang duluan! Jja ne Joongie, selamat pulang bersama Appamu!”

Jaejoong memasukkan bukunya ke dalam tas.
Ia mengangguk dan melambai kepada Junsu.
Memperhatikan teman-teman sekelasnya yang sudah pergi meninggalkan ruangan.
Namja cantik itu mendesah.
Ia tersenyum kecil.

Finally.

Setelah sekian tahun sejak ia masuk sekolah, baru kali ini Appanya –Hangeng Kim- mengangguk tanpa beban ketika ia meminta untuk dijemput olehnya.
Oh, betapa senangnya tuan muda Kim yang satu ini.
Appanya adalah pengusaha super sibuk yang pernah ada.
Ummanya sudah lama meninggal, dan Appanya tidak pernah –hampir tidak pernah- berada di rumah lebih dari satu minggu.

Namja cantik itu berjalan ringan memasuki lift sekolahnya dan menekan tombol ke lantai satu.
Bahkan ia sedikit melupakan derasnya hujan hari ini.

Uh, um, Ummanya meninggal di hari hujan.
Dan Jaejoong tidak akan pernah bisa melupakan bau tanah galian yang bercampur dengan air hujan di hari itu.
Ia benci.
Ia benci segala hal yang berbau hujan, mereka seakan mengejeknya setiap saat.
Berbisik padanya betapa malang dirinya, dilimpahi kekayaan tanpa kasih sayang.

TAP TAP TAP.

Langkah kaki Jaejoong mengisi lobi sekolah yang sudah sepi.
Mata bulatnya menatap beberapa mobil mewah melaju meninggalkan perkarangan sekolahnya.
Namja cantik itu mendesah pendek.

Mungkin Appa sedang rapat, pikirnya.

Jaejoong memilih untuk duduk di kursi depan, menahan mualnya ketika hidungnya menghirup sang Petrichor.

  “Tuan Muda”

Jaejoong mendongak.
Menyipitkan mata bulatnya menatap Jonghyun Kim, supir pribadinya sejak empat tahun terakhir.

  “Jangan beritahu aku berita buruk” Gumam Jaejoong malas.

  “Mianhae, Tuan Muda, Tuan Besar Kim baru saja lepas landas menuju Taiwan, beliau menitipkan permintaan maaf karena tidak bisa menepati janjinya hari ini” Ujar Jonghyun.

  “BUKANKAH SUDAH KUKATAN JANGAN BERITAHU AKU BERITA BURUK?!” Pekik Jaejoong dengan suaranya yang pecah.

Pipinya basah.
Sial.
Lagi-lagi menangis.

Namja cantik itu menekuk kedua kakinya di atas kursi.
Menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Membiarkan hujan menenggelamkan suara isak tangisnya.

Seharusnya ia sudah menduganya.
Seharusnya ia tidak berharap.
Seharusnya ia tidak menuntut lebih.

Karena pada akhirnya ia akan kecewa.

  “Tuan Muda, sebaiknya kita segera pulang, anda bisa sakit kalau terlalu lama duduk di sini”

Jaejoong mengacuhkan bujukan supirnya.
Ia menggigit bibir bawahnya dan menghembuskan nafas panjang.

  “Sudah berapa lama aku di sini?” Bisik Jaejoong dengan suara seraknya.

Jonghyun mendesah.

  “Hampir setengah jam, Tuan” Ucapnya pelan.

Jaejoong mendengus.
Namja cantik itu berdiri dari duduknya, ia baru saja akan mengambil tas sekolahnya ketika ia mendengar suara bass yang sangat dipujanya itu.

  “Kim Jaejoong”

Jaejoong terkejut.
Ia mendongakkan wajahnya dan membulatkan kedua mata indahnya menatap tidak percaya kekasihnya yang sedang berdiri beberapa langkah darinya saat ini, dipayungi oleh dua pengawal pribadinya.

  “Yunnie?” Bisiknya tidak percaya.

Namja tampan dengan jas armaninya yang super mahal itu tersenyum kecil.
Menatap Jaejoongnya dengan penuh cinta.
Ia mengangkat tangannya, memperlihatkan sebuah kotak berwarna merah beludru.
Oh-oh, Jaejoong menggeleng pelan.

  “Yunnie, jangan bercanda” Ujarnya mengerutkan dahi.

Namja tampan itu semakin menyunggingkan senyum manisnya.
Mengacuhkan peringatan yang dilayangkan Jaejoong kepadanya.
Yunho membuka kotak beludru itu pelan, membuat Jaejoong menahan nafasnya selama beberapa detik.

  You have to marry me, Kim Jaejoong, immediately” Ucap Yunho di tengah derasnya hujan.

Jaejoong menggeram kesal.
Wajahnya memerah antara malu, terharu, dan benci.
Air matanya kembali menetes membasahi pipinya.
Ia terisak seraya berlari dan menubruk Yunho dengan pelukan mautnya.

  “Aku membencimu, Jung Yunnie! Kenapa kau melamarku di tengah hujan eoh! Kau tahu aku tidak suka hujan!” Erang Jaejoong menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan.

  “Karena aku ingin kau mencintai hujan hanya ketika bersamaku, Kim Jung Jaejoong” Sahut Yunho santai.

Jaejoong mendengus.
Ia melonggarkan pelukannya dan mendongak menatap wajah tampan yang sangat dicintainya itu.

  “Aku harus bilang iya kan?” Bisiknya lirih, penuh kebahagiaan.

Yunho mengangguk.
Mengusap lembut air mata namja cantik itu dan memasangkan cincin berliannya di jari manis sang kekasih, kemudian mencium manis bibir ranum namja cantik itu.
Jaejoong segera memeluk leher Yunho dengan kedua lengannya.
Ia berjinjit pelan menempelkan tubuhnya pada Yunho.
Melumat bibir seksinya penuh cinta.

  “Aku sangat, sangat, sangat mencintaimu, Yunnie bear” Bisik Jaejoong setelah menjauhkan wajahnya.

Yunho mengangguk, tersenyum dan mencium pelan hidung namja cantik itu.

  “Jja, kita pulang sekarang”

  “Eoh? Hanya begitu saja? Tidak ada makan malam romantis dengan lilin?”

  “Kau tahu aku sibuk, Kim Jung Jaejoongie sayang”

  “Tapi ini hari bahagiaku, Yunnie! Aku mau makan malam romantisku!”

Yunho mendesah pendek.
Ia menepuk kepala kekasihnya dan mengangguk.

  “Baiklah, kau mendapatkan makan malam romantismu”

Jaejoong memekik senang.
Ia segera melompat memeluk Yunho dan tertawa bahagia.

Ah, namja tampan itu selalu saja bisa membuatnya tersenyum penuh sukacita setiap kali hujan turun.
Ia benar-benar mencintai Yunhonya.

.
.
.

Well, itu adalah kenangan lima tahun yang lalu, ketika Yunho melamarnya dan menikahinya seminggu kemudian.
Jaejoong adalah satu-satunya namja paling beruntung yang pernah ada.
Pesta pernikahannya tidak tertandingi di benua mana pun.
Bahkan media massa dan media cetak tak henti-hentinya menuai berita tentangnya dan Yunho selama sebulan penuh.

Bagaimana bisa?

Tentu saja.
Siapa yang tidak akan heboh ketika satu-satunya putra tunggal keluarga Jung –keluarga terkaya se-Asia itu menikah?
Publik memang sudah mengetahui kalau Jung Yunho sedang menjalin hubungan dengan putra satu-satunya pengusaha Tekstil terbesar di Seoul itu.

Dimulai dari ketika Yunho dan Appanya menghadiri pesta kolega yang sama saat malam tahun baru.
Namja tampan itu jatuh cinta pada pandangan pertama di saat ia bertatap mata dengan Kim Jaejoong.
Mengejarnya hampir satu minggu dan berhasil menjadikan namja cantik itu sebagai kekasih tersayangnya.

Well, hanya saja, mereka tidak akan mengira kalau Yunho akan segera menikahi kekasih cantiknya segera setelah pengunguman kelulusan namja cantik itu.
Sangat disayangkan kalau namja yang dilimpahi kekayaan seperti Jaejoong tidak menyelesaikan program pendidikan di bangku kuliah seperti pada umumnya.
Walaupun tidak ada satupun dari mereka yang berani menyinggung tentang pendidikan akhir Jaejoong sampai saat ini.

Ah, siapa yang berani bersuara?
Lagi pula, untuk apa juga namja cantik itu repot-repot melanjutkan pendidikan akhirnya kalau ia sudah menjadi istri seorang jutawan?

A wife of Jung Yunho The Billionaire.
A wife of Jung Yunho The Unbeatable.
A wife of Jung Yunho The Richie Ho Rich.

Sempurna.
Suaminya bahkan mendapatkan julukan The Richie Ho Rich karena tidak ada yang bisa menandingi kekayaan, kesuksesan, dan kepiawaiannya dalam hal berbisnis (walaupun tidak hanya itu kemampuannya –ia nyaris sempurna-).

Tidak ada yang bisa menjatuhkannya.
Tidak ada yang mengetahui titik lemahnya.
I told you, he is almost perfect.
Hampir.
Karena satu-satunya yang mengetahui kelemahannya hanya Jaejoong seorang, tak terhitung dirinya.

Yunho cenderung tanpa ekspresi kemana pun ia melangkahkan kakinya.
Bahkan sangat jarang ia bisa tertawa di hadapan istrinya sendiri.
Cara berbicaranya pun singkat, padat, dan jelas.
Ia bukan tipe namja yang suka berbasa-basi.

Dan yah, satu-satunya yang menjadi kelemahan terbesarnya adalah air mata Jaejoong.

Ia benci melihat istri tercintanya menangis.
Yunho sudah bersumpah pada dirinya sendiri kalau ia akan terus membahagiakan Jaejoong sampai batas hidupnya.

Ah, sekali lagi, betapa beruntungnya namja cantik yang satu ini.

  “Mmh”

Namja tampan itu mengerang pelan merasakan sesuatu menggigit bibirnya.
Ia mengerutkan dahinya dan membuka mata musangnya.
Tersenyum kecil ketika mendapati istri cantiknya yang sedang mengerjai bibirnya.
Yunho mengulurkan tangannya mengusap lembut punggung kekasihnya yang telanjang.

Membuat Jaejoong membuka matanya dan menatap jenaka mata musang suaminya.

  “Pagi, sayang” Bisik Jaejoong penuh cinta.

Yunho mendesah manis.
Ia masih mempertahankan senyumannya.

  “Pagi juga, Boo” Ucapnya.

  “Aku sudah memberikanmu morning kiss, jadi jangan menagihnya lagi oke? Jja, kau harus segera bersiap ke kantor”

  “Yah”

Yunho mengerang protes mendengar ucapan istri cantiknya itu.
Namja tampan itu segera beranjak duduk dari posisi baringnya dan membuat selimut yang melapisi tubuh polos keduanya melorot hingga batas pinggul namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum geli.
Ia beringsut mendekati suaminya dan mengecup lembut otot bisep namja tampan itu.

  “Mandilah, aku akan membuatkan sarapan”

Dan bagaimana bisa Yunho tidak akan jatuh cinta setiap kali ia terbangun di pagi hari kepada Jaejoongnya jika namja cantik itu selalu unpredictable seperti saat ini hum?

Namja tampan itu meraih wajah cantik kekasihnya dan menahan tengkuknya.
Menempelkan bibirnya dengan bibir namja cantik itu lembut dan memagutnya mesra.
Jaejoong sampai bisa merasakan saliva Yunho yang membasahi bibir ranumnya setelah ciuman manis mereka usai.

  “Aku mencintaimu” Ujar Yunho sungguh-sungguh.

Jaejoong mengangguk.
Ia memeluk Yunho dengan erat.
Menghirup wangi tubuh Yunho pada lekuk lehernya.

  I love you more, my bear” Desahnya manja.

  “Jja, buatkan sarapan yang lezat untukku” Ujar Yunho menepuk punggung Jaejoong.

Namja cantik itu mengangguk.
Ia beranjak turun dari ranjang mereka dan memakai pajamas robe-nya.
Melangkah keluar kamar meninggalkan Yunho yang sudah memasuki kamar mandi.

TING.

Jaejoong berjalan memasuki dapur ketika lift yang dinaikinya berhenti di lantai dasar.
Ia menyapa ramah para pelayan dan maid yang berlalu lalang di rumah besar itu.

  “Pagi ini aku akan memasak telur mata sapi, bacon, dan roti bakar” Ujar Jaejoong tersenyum.

Pelayan yang bertugas berdiri di samping kulkas besar itu mengangguk, ia segera mengeluarkan bahan-bahan yang akan digunakan Jaejoong dan mengaturnya di meja bar dapur.
Jaejoong menguap pelan.
Ia mengusap wajahnya dan segera memanaskan wajan.


-------


Yunho terlihat serius memeriksa laporan keuangan perusahaan cabangnya saat ini.
Ia tampak begitu memukau dengan setelan jas berwarna hitam itu.
Rambutnya yang berwarna dark brown mulai terlihat tidak serapi pagi tadi.
Sesekali ia berdehem menyahuti ucapan sekretarisnya yang terdengar melalui wireless earphone yang tersumpal di telinga kanannya.

Mata musang Yunho bergerak pelan ketika telinganya mendengar suara gemuruh dari luar jendela.
Ia menghembus pelan.
Sepertinya akan turun hujan.

DRRTT..DDRRTT…

Yunho menundukkan wajahnya, meraih ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas meja dan menempelkannya di telinga.

  Yes, gorgeous?” Ujarnya lembut.

  Yunnie, tidak bisakah kau pulang lebih awal hari ini?” Terdengar suara rengekan manja kekasihnya.

  “Aku tidak bisa BooJae, kau tahu aku sibuk”

  Dan kau juga tahu sebentar lagi akan turun hujan, pleaseeee

  “Hm, bagaimana kalau kau yang menyusulku ke kantor? Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan semua ini begitu saja sayang”

Hening sejenak.
Terdengar suara dengusan nafas Jaejoong yang sepertinya ingin menolak ajakan Yunho.
Namun pada akhirnya ia bergumam lirih.

  Arrasseo, aku berangkat sekarang

  I love you

  “Mm, I love you too

KLIK.

Yunho kembali menatap layar laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Appanya yang bernama Jung Jinki itu memang masih memegang kuasa atas pusat perusahaan raksasa yang sedang ditanganinya saat ini.
Tapi namja bermata bulan sabit itu meminta Yunho untuk menggantikan posisinya di perusahaan karena ia butuh istirahat bersama istrinya.
Lagi pula, Yunho juga sudah menikah.

Tujuh menit setelah Yunho menatap layar laptopnya tanpa henti ia refleks menoleh ketika pintu ruangannya terbuka dan menutup dengan cepat.
Mata musangnya memperhatikan Jaejoong yang terlihat pucat.
Oh, seharusnya ia tidak meminta namja cantik itu keluar rumah dan membuatnya menghirup Petrichor di sepanjang perjalanannya.

  “Yunnie”

Jaejoong mengerang lemah.
Ia segera memeluk suaminya dan menjatuhkan wajahnya di pundak namja tampan itu.

  “Kau baik-baik saja?”

  “Umm..Aku mual”

  “Pekerjaanku masih banyak, jja, aku akan meminta sekretarisku untuk membawakan minuman hangat untukmu, tidurlah di sofa”

Jaejoong mengangguk pasrah.
Ia berjalan menuju sofa dan segera berbaring di sana.
Mengacuhkan Yunho yang menatapnya intens.
Namja tampan itu menekan tombol earphone-nya.

  “Minzy, bisa kau bawakan Apple Tea ke ruanganku sekarang?”

Jaejoong mengusap wajahnya.
Membuka kedua mata bulatnya ketika merasakan sesuatu menyumpal telinganya.
Yunho di sana, di sampingnya.
Sedang memasangkan headphone berwarna merah dan memutarkan lagu favorite kekasihnya.

  “Gomawo” Bisik Jaejoong tersenyum.

Yunho mengecup lembut dahi namja cantik itu.
Ia membantu Jaejoong untuk duduk dan membantunya meminum teh yang dibawakan Minzy dua menit yang lalu.

  “Ada yang kau inginkan?”

Yunho selalu memanjakan Jaejoongnya, memastikan namja cantik itu tidak kekurangan satu hal pun.

  “Aku ingin kita segera pulang”

  “Bersabarlah”

  “Um”

Yunho mengambil laptopnya dan meletakkannya di meja yang berhadapan dengan sofa.
Ia duduk di samping kekasihnya dan kembali bekerja.
See? Bahkan ia tidak bisa membiarkan Jaejoongnya begitu saja dalam keadaan yang kurang sehat.
Jaejoong bergerak, memutar tubuhnya dan membaringkan kepalanya di paha Yunho.
Menyurukkan wajahnya di perut namja tampan itu dan mencoba untuk tidur.
.
.
.

  “Ungghh”

Jaejoong melenguh seraya membuka kedua mata bulatnya.
Mengernyitkan dahinya menyadari kepalanya sudah kembali berbaring di sofa.
Ia beranjak duduk dan memeluk jas Yunho yang menyelimutinya sejak tadi.
Memutar kepalanya mencari kekasihnya.

  “Kau ingin kita pulang sekarang?”

Yunho di sana.
Berdiri di samping jendela dengan secangkir kopi hangat di tangannya.
Sedang menikmati suara hujan yang mengguyur bumi saat ini.

  “Yunnie, kau sangat tampan” Gumam Jaejoong tersenyum.

Yunho balas tersenyum.
Kembali menyesap kopinya.
Namja cantik itu menguap pelan dan merapikan pakaiannya.
Ia mengambil jas milik Yunho dan melipatnya di lengan.

TREK.

Yunho meletakkan cangkir kopinya di atas meja.
Ia mengambil kunci mobilnya dan merangkul pundak Jaejoong dengan lembut.
Menggiringnya menuju lantai satu.

  “Tuan” Sapa Choi Siwon, asisten pribadi Yunho yang pertama.

Yunho melirik kekasihnya.

  “Aku akan menyetir sendiri” Ujar namja tampan itu.

Siwon mengangguk.
Ia bergeser memberikan ruang kepada Yunho untuk membawa Jaejoong masuk ke dalam mobil mewah berwarna putih itu.

BLAM!

Yunho segera menghidupkan mesin setelah menutup pintunya.
Melajukan mobil mewah tersebut keluar dari halaman kantornya.

Jaejoong kembali merasakan pusing dalam duduknya.
Ia bergerak gelisah sejak tadi.
Yunho sudah terbiasa dengan segala keluhan Jaejoong ketika hujan turun.
Jadi ia tetap melajukan mobilnya dengan tenang.

  “Ugh!”

Jaejoong mulai mengerang kesal.
Ia melepas safety belt-nya dan beringsut mendekati Yunho.
Namja tampan itu terkejut, ia segera menepikan mobilnya di pinggir jalan dan membantu Jaejoong yang ingin duduk di pangkuannya.
Namja cantik itu segera memeluk punggung Yunho dan menenggelamkan wajah cantiknya di leher namja tampan itu.

Yunho mengecup lembut puncak kepala Jaejoong dan kembali melajukan mobilnya.

  “Yunnie, nyanyikan sesuatu untukku” Ujar Jaejoong dengan suara yang teredam oleh bahu Yunho.

  “Aku sedang menyetir, Boo” Ucap Yunho datar.

Jaejoong mendengus.

  “Kalau begitu aku yang akan menyanyi” Serunya kesal.

Yunho tersenyum kecil.
Sesekali jemarinya terulur mengusap lembut punggung atau rambut lurus kekasihnya yang sedang menyanyikan lagu The Man Who Can’t Be Moved.
Jaejoongnya serius ternyata.

  “Hei, aku baru ingat kalau kita memiliki agensi artis” Ujar Yunho tiba-tiba.

Nyanyian Jaejoong terhenti.
Ia mendongak menatap suaminya.

  “Lalu?”

  “Kenapa kau tidak pergi saja ke sana? Lalu kau akan menjadi penyanyi terkenal”

Jaejoong tertawa.
Ia mengusap leher Yunho dan menggigit lembut dagunya.

  “Sayangnya aku tidak ingin kau kesepian kalau nanti albumku laku keras”

  “Hm?”

  “Kita tidak akan bisa lagi tidur bersama dan bertegur sapa di rumah kalau aku sudah muncul di media cetak, Yunnie”

  “Yakin sekali akan bisa se-terkenal itu”

  “Kau meremehkanku?”

  “Menurutmu?”

  “Kau menyebalkan! Awas saja kalau nanti aku benar-benar menjadi seorang penyanyi terkenal!”

Bibir seksi Yunho melengkung menyunggingkan senyuman manis.
Ia terkekeh pelan.

  “Ani, sayang, aku tidak akan pernah membiarkanmu menjadi seorang penyanyi atau apa pun itu”

  “Kenapa?”

  “Karena kau akan sangat merepotkanku nantinya”

  “YAH!”

Yunho tertawa.
Dan itu membuat Jaejoong segera melupakan penyakit hujannya.
Kedua mata bulatnya berbinar kagum memperhatikan tawa suaminya saat ini.
Ya Tuhan, suara bass-nya terdengar sangat renyah, mengundang rona pada pipi siapa saja yang mendengar.

Mata musangnya menyipit menjadi segaris.
Bibir seksinya melengkung sempurna.

Jaejoong menahan nafasnya.

  “Aku sungguh beruntung bisa memiliki tawamu, Yunnie bear” Ucapnya lembut.

  “Kau tidak hanya memiliki tawaku sayang, kau bahkan memiliki tubuh, jiwa dan hatiku” Sahut Yunho tak kalah lembut.

  “Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”

  “Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”

Jaejoong tersenyum penuh cinta.
Ia memejamkan kedua mata bulatnya dan kembali menenggelamkan wajah cantiknya di ceruk leher namja tampan itu.
Memeluk erat punggung kekasihnya.

TBC :D

A/N: Petrichor itu aroma tanah yang bercampur hujan. Biasanya tercium kuat pas hujan pertama turun.

3 komentar:

  1. Gyaaaaaa >.< fluffnya kerasa banget! n bangga jadi comment pertama hehehe XD daebak!

    BalasHapus
  2. Jeje, can i borrow jung bear for 1 day pleaseee??
    oh my asdfgjkl!! Jung bear bner2 romantis.. jeje u'r lucky one..
    sumpah deh walo cuman ff, aq iri dikit ama jeje.. beruntungnyaaa.. ToT

    BalasHapus