Tittle: RICHIE HO RICH
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-fluffy-sweet-friendship-mpreg
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
Untuk mengenang seluruh kutang Jejung yang saya kibarkan.
-------
PART 1.
Hujan deras
mengguyur kota Seoul hari ini.
Membuat Kim
Jaejoong mendesah pendek.
Ia tidak suka
hujan.
Ia benci hujan.
Ia sangat
membenci Petrichor itu.
Namja cantik itu
menangkup wajah cantiknya di antara kedua lengannya yang menumpu di atas meja
miliknya.
Mengacuhkan
suara Minho Songsaenim yang sedang menjelaskan materi peradaban dunia di depan
sana.
Ck, kenapa jam
terakhir hari ini harus pelajaran Sejarah eoh?
Dan lagi, kenapa
harus turun hujan?
Jaejoong
mengeluh kesal.
Menutup
telinganya memalingkan wajah dari jendela kelas yang terletak tepat di samping
kursinya.
Membuat Kim
Junsu, teman sebangkunya yang berwajah imut itu menoleh memperhatikan dirinya.
“Kau baik-baik saja?”
Jaejoong
mengangguk samar.
Perutnya mual.
Ia ingin pulang.
“Alergi Petrichor-mu
kambuh lagi?”
Jaejoong kembali
mengangguk.
Dan ia
sangat-sangat bersyukur ketika bel pulang berbunyi nyaring.
Mengejek Minho
Songsaenim untuk segera menutup buku Sejarah sialannya itu dan melangkahkan
kaki keluar meninggalkan kelas XII-3 ini.
“Um, Jaejoong, aku bisa mengantarmu, kalau
kau mau” Tawar Junsu menggumam.
Namja cantik itu
mengangkat wajahnya.
Ia menggeleng
dan tersenyum kecil.
“Appaku sudah berjanji akan menjemputku hari
ini” Bisiknya.
Oh!
Kedua mata sipit
Junsu melebar dalam sekejap.
Namja imut itu
menatap tidak percaya wajah cantik sahabatnya.
Ia memekik
lantang.
“Benarkah?! OMO!”
Jaejoong
terkekeh kecil.
Ia mengangguk
sombong.
“Yeah, aku juga tidak percaya” Ujarnya
mendukung Junsu.
Namja imut itu
tertawa geli.
Ia memeluk
Jaejoong sejenak dan segera meraih tas sekolahnya.
“Kalau begitu aku pulang duluan! Jja ne
Joongie, selamat pulang bersama Appamu!”
Jaejoong
memasukkan bukunya ke dalam tas.
Ia mengangguk
dan melambai kepada Junsu.
Memperhatikan
teman-teman sekelasnya yang sudah pergi meninggalkan ruangan.
Namja cantik itu
mendesah.
Ia tersenyum
kecil.
Finally.
Setelah sekian
tahun sejak ia masuk sekolah, baru kali ini Appanya –Hangeng Kim- mengangguk
tanpa beban ketika ia meminta untuk dijemput olehnya.
Oh, betapa
senangnya tuan muda Kim yang satu ini.
Appanya adalah
pengusaha super sibuk yang pernah ada.
Ummanya sudah
lama meninggal, dan Appanya tidak pernah –hampir tidak pernah- berada di rumah
lebih dari satu minggu.
Namja cantik itu
berjalan ringan memasuki lift sekolahnya
dan menekan tombol ke lantai satu.
Bahkan ia
sedikit melupakan derasnya hujan hari ini.
Uh, um, Ummanya
meninggal di hari hujan.
Dan Jaejoong
tidak akan pernah bisa melupakan bau tanah galian yang bercampur dengan air
hujan di hari itu.
Ia benci.
Ia benci segala
hal yang berbau hujan, mereka seakan mengejeknya setiap saat.
Berbisik padanya
betapa malang dirinya, dilimpahi kekayaan tanpa kasih sayang.
TAP TAP TAP.
Langkah kaki
Jaejoong mengisi lobi sekolah yang sudah sepi.
Mata bulatnya
menatap beberapa mobil mewah melaju meninggalkan perkarangan sekolahnya.
Namja cantik itu
mendesah pendek.
Mungkin Appa
sedang rapat, pikirnya.
Jaejoong memilih
untuk duduk di kursi depan, menahan mualnya ketika hidungnya menghirup sang Petrichor.
“Tuan Muda”
Jaejoong
mendongak.
Menyipitkan mata
bulatnya menatap Jonghyun Kim, supir pribadinya sejak empat tahun terakhir.
“Jangan beritahu aku berita buruk” Gumam
Jaejoong malas.
“Mianhae, Tuan Muda, Tuan Besar Kim baru saja
lepas landas menuju Taiwan, beliau menitipkan permintaan maaf karena tidak bisa
menepati janjinya hari ini” Ujar Jonghyun.
“BUKANKAH SUDAH KUKATAN JANGAN BERITAHU AKU
BERITA BURUK?!” Pekik Jaejoong dengan suaranya yang pecah.
Pipinya basah.
Sial.
Lagi-lagi
menangis.
Namja cantik itu
menekuk kedua kakinya di atas kursi.
Menutup wajahnya
dengan kedua telapak tangan.
Membiarkan hujan
menenggelamkan suara isak tangisnya.
Seharusnya ia
sudah menduganya.
Seharusnya ia
tidak berharap.
Seharusnya ia
tidak menuntut lebih.
Karena pada
akhirnya ia akan kecewa.
“Tuan Muda, sebaiknya kita segera pulang,
anda bisa sakit kalau terlalu lama duduk di sini”
Jaejoong
mengacuhkan bujukan supirnya.
Ia menggigit
bibir bawahnya dan menghembuskan nafas panjang.
“Sudah berapa lama aku di sini?” Bisik
Jaejoong dengan suara seraknya.
Jonghyun
mendesah.
“Hampir setengah jam, Tuan” Ucapnya pelan.
Jaejoong
mendengus.
Namja cantik itu
berdiri dari duduknya, ia baru saja akan mengambil tas sekolahnya ketika ia
mendengar suara bass yang sangat dipujanya itu.
“Kim Jaejoong”
Jaejoong
terkejut.
Ia mendongakkan
wajahnya dan membulatkan kedua mata indahnya menatap tidak percaya kekasihnya
yang sedang berdiri beberapa langkah darinya saat ini, dipayungi oleh dua
pengawal pribadinya.
“Yunnie?” Bisiknya tidak percaya.
Namja tampan
dengan jas armaninya yang super mahal itu tersenyum kecil.
Menatap
Jaejoongnya dengan penuh cinta.
Ia mengangkat
tangannya, memperlihatkan sebuah kotak berwarna merah beludru.
Oh-oh, Jaejoong
menggeleng pelan.
“Yunnie, jangan bercanda” Ujarnya mengerutkan
dahi.
Namja tampan itu
semakin menyunggingkan senyum manisnya.
Mengacuhkan
peringatan yang dilayangkan Jaejoong kepadanya.
Yunho membuka
kotak beludru itu pelan, membuat Jaejoong menahan nafasnya selama beberapa
detik.
“You
have to marry me, Kim Jaejoong, immediately” Ucap Yunho di tengah derasnya
hujan.
Jaejoong
menggeram kesal.
Wajahnya memerah
antara malu, terharu, dan benci.
Air matanya
kembali menetes membasahi pipinya.
Ia terisak
seraya berlari dan menubruk Yunho dengan pelukan mautnya.
“Aku membencimu, Jung Yunnie! Kenapa kau
melamarku di tengah hujan eoh! Kau tahu aku tidak suka hujan!” Erang Jaejoong
menggoyangkan tubuhnya ke kiri dan kanan.
“Karena aku ingin kau mencintai hujan hanya
ketika bersamaku, Kim Jung Jaejoong” Sahut Yunho santai.
Jaejoong
mendengus.
Ia melonggarkan
pelukannya dan mendongak menatap wajah tampan yang sangat dicintainya itu.
“Aku harus bilang iya kan?” Bisiknya lirih,
penuh kebahagiaan.
Yunho
mengangguk.
Mengusap lembut
air mata namja cantik itu dan memasangkan cincin berliannya di jari manis sang
kekasih, kemudian mencium manis bibir ranum namja cantik itu.
Jaejoong segera
memeluk leher Yunho dengan kedua lengannya.
Ia berjinjit
pelan menempelkan tubuhnya pada Yunho.
Melumat bibir
seksinya penuh cinta.
“Aku sangat, sangat, sangat mencintaimu,
Yunnie bear” Bisik Jaejoong setelah
menjauhkan wajahnya.
Yunho
mengangguk, tersenyum dan mencium pelan hidung namja cantik itu.
“Jja, kita pulang sekarang”
“Eoh? Hanya begitu saja? Tidak ada makan
malam romantis dengan lilin?”
“Kau tahu aku sibuk, Kim Jung Jaejoongie
sayang”
“Tapi ini hari bahagiaku, Yunnie! Aku mau
makan malam romantisku!”
Yunho mendesah
pendek.
Ia menepuk
kepala kekasihnya dan mengangguk.
“Baiklah, kau mendapatkan makan malam
romantismu”
Jaejoong memekik
senang.
Ia segera
melompat memeluk Yunho dan tertawa bahagia.
Ah, namja tampan
itu selalu saja bisa membuatnya tersenyum penuh sukacita setiap kali hujan
turun.
Ia benar-benar
mencintai Yunhonya.
.
.
.
Well, itu adalah
kenangan lima tahun yang lalu, ketika Yunho melamarnya dan menikahinya seminggu
kemudian.
Jaejoong adalah
satu-satunya namja paling beruntung yang pernah ada.
Pesta
pernikahannya tidak tertandingi di benua mana pun.
Bahkan media
massa dan media cetak tak henti-hentinya menuai berita tentangnya dan Yunho
selama sebulan penuh.
Bagaimana bisa?
Tentu saja.
Siapa yang tidak
akan heboh ketika satu-satunya putra tunggal keluarga Jung –keluarga terkaya
se-Asia itu menikah?
Publik memang
sudah mengetahui kalau Jung Yunho sedang menjalin hubungan dengan putra
satu-satunya pengusaha Tekstil terbesar di Seoul itu.
Dimulai dari
ketika Yunho dan Appanya menghadiri pesta kolega yang sama saat malam tahun
baru.
Namja tampan itu
jatuh cinta pada pandangan pertama di saat ia bertatap mata dengan Kim
Jaejoong.
Mengejarnya
hampir satu minggu dan berhasil menjadikan namja cantik itu sebagai kekasih
tersayangnya.
Well, hanya saja,
mereka tidak akan mengira kalau Yunho akan segera menikahi kekasih cantiknya
segera setelah pengunguman kelulusan namja cantik itu.
Sangat
disayangkan kalau namja yang dilimpahi kekayaan seperti Jaejoong tidak
menyelesaikan program pendidikan di bangku kuliah seperti pada umumnya.
Walaupun tidak
ada satupun dari mereka yang berani menyinggung tentang pendidikan akhir
Jaejoong sampai saat ini.
Ah, siapa yang
berani bersuara?
Lagi pula, untuk
apa juga namja cantik itu repot-repot melanjutkan pendidikan akhirnya kalau ia
sudah menjadi istri seorang jutawan?
A wife of Jung Yunho The Billionaire.
A wife of Jung Yunho The Unbeatable.
A wife of Jung Yunho The Richie Ho Rich.
Sempurna.
Suaminya bahkan
mendapatkan julukan The Richie Ho Rich
karena tidak ada yang bisa menandingi kekayaan, kesuksesan, dan kepiawaiannya
dalam hal berbisnis (walaupun tidak hanya itu kemampuannya –ia nyaris
sempurna-).
Tidak ada yang
bisa menjatuhkannya.
Tidak ada yang
mengetahui titik lemahnya.
I told you, he is almost perfect.
Hampir.
Karena
satu-satunya yang mengetahui kelemahannya hanya Jaejoong seorang, tak terhitung
dirinya.
Yunho cenderung
tanpa ekspresi kemana pun ia melangkahkan kakinya.
Bahkan sangat
jarang ia bisa tertawa di hadapan istrinya sendiri.
Cara
berbicaranya pun singkat, padat, dan jelas.
Ia bukan tipe
namja yang suka berbasa-basi.
Dan yah,
satu-satunya yang menjadi kelemahan terbesarnya adalah air mata Jaejoong.
Ia benci melihat
istri tercintanya menangis.
Yunho sudah
bersumpah pada dirinya sendiri kalau ia akan terus membahagiakan Jaejoong
sampai batas hidupnya.
Ah, sekali lagi,
betapa beruntungnya namja cantik yang satu ini.
“Mmh”
Namja tampan itu
mengerang pelan merasakan sesuatu menggigit bibirnya.
Ia mengerutkan
dahinya dan membuka mata musangnya.
Tersenyum kecil
ketika mendapati istri cantiknya yang sedang mengerjai bibirnya.
Yunho
mengulurkan tangannya mengusap lembut punggung kekasihnya yang telanjang.
Membuat Jaejoong
membuka matanya dan menatap jenaka mata musang suaminya.
“Pagi, sayang” Bisik Jaejoong penuh cinta.
Yunho mendesah
manis.
Ia masih mempertahankan
senyumannya.
“Pagi juga, Boo” Ucapnya.
“Aku sudah memberikanmu morning kiss, jadi jangan menagihnya lagi oke? Jja, kau harus
segera bersiap ke kantor”
“Yah”
Yunho mengerang
protes mendengar ucapan istri cantiknya itu.
Namja tampan itu
segera beranjak duduk dari posisi baringnya dan membuat selimut yang melapisi
tubuh polos keduanya melorot hingga batas pinggul namja cantik itu.
Jaejoong
tersenyum geli.
Ia beringsut
mendekati suaminya dan mengecup lembut otot bisep namja tampan itu.
“Mandilah, aku akan membuatkan sarapan”
Dan bagaimana
bisa Yunho tidak akan jatuh cinta setiap kali ia terbangun di pagi hari kepada
Jaejoongnya jika namja cantik itu selalu unpredictable
seperti saat ini hum?
Namja tampan itu
meraih wajah cantik kekasihnya dan menahan tengkuknya.
Menempelkan
bibirnya dengan bibir namja cantik itu lembut dan memagutnya mesra.
Jaejoong sampai
bisa merasakan saliva Yunho yang membasahi bibir ranumnya setelah ciuman manis
mereka usai.
“Aku mencintaimu” Ujar Yunho sungguh-sungguh.
Jaejoong
mengangguk.
Ia memeluk Yunho
dengan erat.
Menghirup wangi
tubuh Yunho pada lekuk lehernya.
“I love
you more, my bear” Desahnya manja.
“Jja, buatkan sarapan yang lezat untukku”
Ujar Yunho menepuk punggung Jaejoong.
Namja cantik itu
mengangguk.
Ia beranjak
turun dari ranjang mereka dan memakai pajamas
robe-nya.
Melangkah keluar
kamar meninggalkan Yunho yang sudah memasuki kamar mandi.
TING.
Jaejoong
berjalan memasuki dapur ketika lift
yang dinaikinya berhenti di lantai dasar.
Ia menyapa ramah
para pelayan dan maid yang berlalu
lalang di rumah besar itu.
“Pagi ini aku akan memasak telur mata sapi, bacon, dan roti bakar” Ujar Jaejoong
tersenyum.
Pelayan yang
bertugas berdiri di samping kulkas besar itu mengangguk, ia segera mengeluarkan
bahan-bahan yang akan digunakan Jaejoong dan mengaturnya di meja bar dapur.
Jaejoong menguap
pelan.
Ia mengusap
wajahnya dan segera memanaskan wajan.
-------
Yunho terlihat
serius memeriksa laporan keuangan perusahaan cabangnya saat ini.
Ia tampak begitu
memukau dengan setelan jas berwarna hitam itu.
Rambutnya yang
berwarna dark brown mulai terlihat
tidak serapi pagi tadi.
Sesekali ia
berdehem menyahuti ucapan sekretarisnya yang terdengar melalui wireless earphone yang tersumpal di
telinga kanannya.
Mata musang
Yunho bergerak pelan ketika telinganya mendengar suara gemuruh dari luar
jendela.
Ia menghembus
pelan.
Sepertinya akan
turun hujan.
DRRTT..DDRRTT…
Yunho
menundukkan wajahnya, meraih ponselnya yang tergeletak begitu saja di atas meja
dan menempelkannya di telinga.
“Yes,
gorgeous?” Ujarnya lembut.
“Yunnie,
tidak bisakah kau pulang lebih awal hari ini?” Terdengar suara rengekan
manja kekasihnya.
“Aku tidak bisa BooJae, kau tahu aku sibuk”
“Dan
kau juga tahu sebentar lagi akan turun hujan, pleaseeee”
“Hm, bagaimana kalau kau yang menyusulku ke
kantor? Aku benar-benar tidak bisa meninggalkan semua ini begitu saja sayang”
Hening sejenak.
Terdengar suara
dengusan nafas Jaejoong yang sepertinya ingin menolak ajakan Yunho.
Namun pada
akhirnya ia bergumam lirih.
“Arrasseo,
aku berangkat sekarang”
“I love
you”
“Mm, I
love you too”
KLIK.
Yunho kembali
menatap layar laptopnya dan melanjutkan pekerjaannya yang tertunda.
Appanya yang
bernama Jung Jinki itu memang masih memegang kuasa atas pusat perusahaan
raksasa yang sedang ditanganinya saat ini.
Tapi namja
bermata bulan sabit itu meminta Yunho untuk menggantikan posisinya di
perusahaan karena ia butuh istirahat bersama istrinya.
Lagi pula, Yunho
juga sudah menikah.
Tujuh menit
setelah Yunho menatap layar laptopnya tanpa henti ia refleks menoleh ketika
pintu ruangannya terbuka dan menutup dengan cepat.
Mata musangnya
memperhatikan Jaejoong yang terlihat pucat.
Oh, seharusnya
ia tidak meminta namja cantik itu keluar rumah dan membuatnya menghirup Petrichor di sepanjang perjalanannya.
“Yunnie”
Jaejoong
mengerang lemah.
Ia segera
memeluk suaminya dan menjatuhkan wajahnya di pundak namja tampan itu.
“Kau baik-baik saja?”
“Umm..Aku mual”
“Pekerjaanku masih banyak, jja, aku akan
meminta sekretarisku untuk membawakan minuman hangat untukmu, tidurlah di sofa”
Jaejoong
mengangguk pasrah.
Ia berjalan
menuju sofa dan segera berbaring di sana.
Mengacuhkan
Yunho yang menatapnya intens.
Namja tampan itu
menekan tombol earphone-nya.
“Minzy, bisa kau bawakan Apple Tea ke ruanganku sekarang?”
Jaejoong
mengusap wajahnya.
Membuka kedua
mata bulatnya ketika merasakan sesuatu menyumpal telinganya.
Yunho di sana,
di sampingnya.
Sedang
memasangkan headphone berwarna merah
dan memutarkan lagu favorite
kekasihnya.
“Gomawo” Bisik Jaejoong tersenyum.
Yunho mengecup
lembut dahi namja cantik itu.
Ia membantu
Jaejoong untuk duduk dan membantunya meminum teh yang dibawakan Minzy dua menit
yang lalu.
“Ada yang kau inginkan?”
Yunho selalu
memanjakan Jaejoongnya, memastikan namja cantik itu tidak kekurangan satu hal
pun.
“Aku ingin kita segera pulang”
“Bersabarlah”
“Um”
Yunho mengambil
laptopnya dan meletakkannya di meja yang berhadapan dengan sofa.
Ia duduk di
samping kekasihnya dan kembali bekerja.
See? Bahkan ia
tidak bisa membiarkan Jaejoongnya begitu saja dalam keadaan yang kurang sehat.
Jaejoong
bergerak, memutar tubuhnya dan membaringkan kepalanya di paha Yunho.
Menyurukkan
wajahnya di perut namja tampan itu dan mencoba untuk tidur.
.
.
.
“Ungghh”
Jaejoong
melenguh seraya membuka kedua mata bulatnya.
Mengernyitkan
dahinya menyadari kepalanya sudah kembali berbaring di sofa.
Ia beranjak
duduk dan memeluk jas Yunho yang menyelimutinya sejak tadi.
Memutar
kepalanya mencari kekasihnya.
“Kau ingin kita pulang sekarang?”
Yunho di sana.
Berdiri di
samping jendela dengan secangkir kopi hangat di tangannya.
Sedang menikmati
suara hujan yang mengguyur bumi saat ini.
“Yunnie, kau sangat tampan” Gumam Jaejoong
tersenyum.
Yunho balas
tersenyum.
Kembali menyesap
kopinya.
Namja cantik itu
menguap pelan dan merapikan pakaiannya.
Ia mengambil jas
milik Yunho dan melipatnya di lengan.
TREK.
Yunho meletakkan
cangkir kopinya di atas meja.
Ia mengambil
kunci mobilnya dan merangkul pundak Jaejoong dengan lembut.
Menggiringnya
menuju lantai satu.
“Tuan” Sapa Choi Siwon, asisten pribadi Yunho
yang pertama.
Yunho melirik
kekasihnya.
“Aku akan menyetir sendiri” Ujar namja tampan
itu.
Siwon
mengangguk.
Ia bergeser
memberikan ruang kepada Yunho untuk membawa Jaejoong masuk ke dalam mobil mewah
berwarna putih itu.
BLAM!
Yunho segera
menghidupkan mesin setelah menutup pintunya.
Melajukan mobil
mewah tersebut keluar dari halaman kantornya.
Jaejoong kembali
merasakan pusing dalam duduknya.
Ia bergerak
gelisah sejak tadi.
Yunho sudah
terbiasa dengan segala keluhan Jaejoong ketika hujan turun.
Jadi ia tetap
melajukan mobilnya dengan tenang.
“Ugh!”
Jaejoong mulai mengerang
kesal.
Ia melepas safety belt-nya dan beringsut mendekati
Yunho.
Namja tampan itu
terkejut, ia segera menepikan mobilnya di pinggir jalan dan membantu Jaejoong
yang ingin duduk di pangkuannya.
Namja cantik itu
segera memeluk punggung Yunho dan menenggelamkan wajah cantiknya di leher namja
tampan itu.
Yunho mengecup
lembut puncak kepala Jaejoong dan kembali melajukan mobilnya.
“Yunnie, nyanyikan sesuatu untukku” Ujar
Jaejoong dengan suara yang teredam oleh bahu Yunho.
“Aku sedang menyetir, Boo” Ucap Yunho datar.
Jaejoong
mendengus.
“Kalau begitu aku yang akan menyanyi” Serunya
kesal.
Yunho tersenyum
kecil.
Sesekali
jemarinya terulur mengusap lembut punggung atau rambut lurus kekasihnya yang
sedang menyanyikan lagu The Man Who Can’t
Be Moved.
Jaejoongnya
serius ternyata.
“Hei, aku baru ingat kalau kita memiliki
agensi artis” Ujar Yunho tiba-tiba.
Nyanyian
Jaejoong terhenti.
Ia mendongak
menatap suaminya.
“Lalu?”
“Kenapa kau tidak pergi saja ke sana? Lalu
kau akan menjadi penyanyi terkenal”
Jaejoong
tertawa.
Ia mengusap
leher Yunho dan menggigit lembut dagunya.
“Sayangnya aku tidak ingin kau kesepian kalau
nanti albumku laku keras”
“Hm?”
“Kita tidak akan bisa lagi tidur bersama dan
bertegur sapa di rumah kalau aku sudah muncul di media cetak, Yunnie”
“Yakin sekali akan bisa se-terkenal itu”
“Kau meremehkanku?”
“Menurutmu?”
“Kau menyebalkan! Awas saja kalau nanti aku
benar-benar menjadi seorang penyanyi terkenal!”
Bibir seksi
Yunho melengkung menyunggingkan senyuman manis.
Ia terkekeh
pelan.
“Ani, sayang, aku tidak akan pernah
membiarkanmu menjadi seorang penyanyi atau apa pun itu”
“Kenapa?”
“Karena kau akan sangat merepotkanku
nantinya”
“YAH!”
Yunho tertawa.
Dan itu membuat
Jaejoong segera melupakan penyakit hujannya.
Kedua mata
bulatnya berbinar kagum memperhatikan tawa suaminya saat ini.
Ya Tuhan, suara
bass-nya terdengar sangat renyah, mengundang rona pada pipi siapa saja yang
mendengar.
Mata musangnya
menyipit menjadi segaris.
Bibir seksinya
melengkung sempurna.
Jaejoong menahan
nafasnya.
“Aku sungguh beruntung bisa memiliki tawamu,
Yunnie bear” Ucapnya lembut.
“Kau tidak hanya memiliki tawaku sayang, kau
bahkan memiliki tubuh, jiwa dan hatiku” Sahut Yunho tak kalah lembut.
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”
Jaejoong
tersenyum penuh cinta.
Ia memejamkan
kedua mata bulatnya dan kembali menenggelamkan wajah cantiknya di ceruk leher namja
tampan itu.
Memeluk erat
punggung kekasihnya.
TBC :D
A/N: Petrichor itu aroma
tanah yang bercampur hujan. Biasanya tercium kuat pas hujan pertama turun.
Gyaaaaaa >.< fluffnya kerasa banget! n bangga jadi comment pertama hehehe XD daebak!
BalasHapusKkyyaa...
BalasHapusSuka :)
Jeje, can i borrow jung bear for 1 day pleaseee??
BalasHapusoh my asdfgjkl!! Jung bear bner2 romantis.. jeje u'r lucky one..
sumpah deh walo cuman ff, aq iri dikit ama jeje.. beruntungnyaaa.. ToT