Tittle:
LETTING GO
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Feels like its almost time to say goodbye,
Feels like its time to let you go..
I’m letting go..
.
.
.
Jung Yunho
memperhatikan penampilannya hari ini melalui bayangannya yang ada di jendela
kantornya.
Mata musangnya
bergerak pelan memandangi rambut hitamnya yang ditata ke atas dengan arsiran
tipis di sisi kiri dan kanan kepalanya.
Tampan.
Seperti biasa.
Yunho melirik
jam tangan mahalnya dan segera beranjak keluar dari ruangannya.
Ia memiliki
janji penting hari ini.
“Tuan Kim sudah menunggu anda, Presdir” Lapor
Siwon –asisten pribadi Yunho-
Namja tampan itu
mengangguk.
Ia segera keluar
dari lift ketika bel berbunyi pelan.
Kaki jenjangnya
melangkah memasuki restoran mewah yang terdapat di bagian basement kantornya yang besar.
Ah.
Ia bisa melihat
lelaki berperawakan Cina itu dari sini.
“Selamat siang,
Tuan Kim” Sapa Yunho sopan.
Hangeng Kim
mengangguk.
Ia tersenyum
kecil pada lelaki tampan tersebut.
Yunho segera duduk
di hadapan namja paruh baya itu.
“Bagaimana?Sudah
anda pikirkan?”Tanya Hangeng langsung.
Yunho menaikkan
alisnya.
Seringai kecil
terulas di bibir seksinya.
Ia bersandar
pada sandaran kursi dan mengangguk pasti.
Membuat pria
paruh baya yang duduk di hadapannya mendesah lega.
Well, perusahaan
industri milik keluarga Kim adalah perusahaan terbesar dan termaju di Asia
sejak dulu.
Yunho sungguh
beruntung pemilik langsung perusahaan tersebut menghubunginya dan menawarkan
sebagian saham perusahaan mereka kepadanya.
Yah, perusahaan
milik keluarga Yunho tidak sebesar milik Hangeng Kim, tentu saja.
Siapa yang akan
menolak?
Syaratnya ia
hanya perlu menikahi putra tunggal dari keluarga Kim.
Whatever, yang
terpenting adalah kerja sama perusahaannya.
“Aku sudah
menentukan tanggal pernikahannya kalau begitu.Kau hanya perlu mengurus
pemindahan sebagian saham dari perusahaanku” Ujar Hangeng.
Yunho
mengangguk.
Jemarinya
bergetar menahan senang.
Ia akan membuat
perusahaan milik keluarganya mengalahkan pamor industri Kim.
Namja paruh baya
itu tersenyum lembut.
Ia meraih gelas wine-nya dan menghirup aromanya setelah
ia menggoyangkan gelas tersebut.
“Satu lagi, Jung
Yunho” Bisik Hangeng serius.
Yunho menatap
langsung kedua mata sipit namja berperawakan Cina itu.
“Jaga putraku sebaik mungkin”
.
.
.
PRANGG!
Namja berambut
jamur itu menjerit panik ketika gelas kaca yang ada di genggaman Jaejoong
terjatuh.
Ia segera
menghampiri sepupunya yang terduduk lemas di atas ranjangnya.
Wajah cantiknya
terlihat pucat.
Taemin meringis.
“Gwenchana, Hyungie?”Tanya Taemin serak.
Ufh.
Jaejoong
tersenyum kecil.
Ia mengangguk
dan mengusap wajahnya.
“Gwenchana,
Taeminnie, kepalaku hanya sedikit sakit” Bisik Jaejoong lemah.
Air mata Taemin
meleleh.
Ia memeluk erat
tubuh ringkih majikannya.
Membuat Jaejoong
tertawa kecil dan menepuk lembut punggung Taemin.
“Hei, kenapa
menangis eoh?Sudah kukatakan aku baik-baik saja” Ujar Jaejoong geli.
“Hyung..Hiks..Kau harus berjanji
padaku..Hiks..Kau tidak akan sakit lagi..Please..Kau
harus sembuh” Isak Taemin lirih.
Jaejoong
terdiam.
Ia
menenggelamkan wajahnya di bahu Taemin.
Berusaha keras
menahan air matanya yang kini menggenang.
“Aku tidak bisa
berjanji, Taemin, tapi aku akan berusaha untuk bertahan, arachi?”
Pelukan itu
mengendur.
Taemin menangkup
wajah pucat sepupunya dengan kedua telapak tangannya.
“Aku menyayangimu Hyung..”
“Aku juga Taeminnie”
“Setelah kau menikah aku tidak akan bisa
menemuimu lagi..Kumohon, jaga dirimu sebaik mungkin dan jangan lupa untuk
meminum obatmu tepat waktu”
“Aish, kau
seperti Ummaku saja hum?”
“Aku..Hiks..Serius, Hyung”
Jaejoong
tertawa.
Ia mengangguk
dan mengacak gemas rambut jamur sepupunya.
“Ne, arasseo”
Bisiknya yakin.
-------
CKLEK.
Jaejoong
memperhatikan punggung lebar milik Jung Yunho dengan seksama.
Mata bulatnya
terus mengawasi gerak-gerik namja tampan itu.
Yunho sedang
memeriksa setiap sudut rumah baru mereka.
Jaejoong
menanti-nanti kapan namja tampan itu akan berbicara kepadanya.
Sejak pernikahan
mereka berlangsung siang tadi Yunho masih saja tidak mempedulikannya.
“Um, Yunho, kau ingin makan apa malam ini?”
Tanya Jaejoong memberanikan dirinya.
Yunho menoleh.
Kemudian kembali
membelakangi Jaejoong.
“Pesan saja apa yang kau suka”
“Lalu, kau?”
“Aku tidak lapar”
“Tapi Yun, nanti---”
Jaejoong
menghentikan ucapannya ketika Yunho mendadak berbalik ke arahnya.
Wajah cantiknya
merona manis, aih, kenapa kedua mata musang itu sangat mempesona?
“Dengar, Kim –Jung- Jaejoong, aku menikahimu
karena perusahaan, bukan karena aku tertarik kepadamu. Jadi sebaiknya kita
mengurus urusan masing-masing dan jangan bersikap seolah kau mengenalku dengan
baik.Arasseo?”
Jaejoong menelan
salivanya.
Mata bulatnya
berkedip pelan.
“Apakah itu
artinya kita akan hidup bersama sebagai orang asing?”Tanya Jaejoong lirih.
Yunho
mengangguk.
“Dan..Apakah kita akan tidur terpisah?”
“Apakah sesama
orang asing tidur bersama?”
“Tidak..”
“Bagus, ternyata kau cukup pintar”
Jemari Jaejoong
mengepal erat.
Ia tidak tahu
apa yang terjadi pada dirinya.
Tapi entah
mengapa, saat Yunho berkata seperti itu padanya, ia merasa sakit.
Sakit yang amat
mencekat di tenggorokannya.
Jaejoong melihat
Yunho sudah menghilang di balik pintu berwarna cokelat itu.
Ia menghela
nafas dan melangkah memasuki pintu kamarnya yang berwarna putih.
Namja cantik itu
segera berbaring di atas ranjang.
Ia merasa sedih
sekarang.
Tidak peduli ia
belum mengganti pakaiannya dengan piyama ataupun ia belum meminum obatnya, ia
butuh tidur sekarang juga.
.
.
.
“Nnhh”
Yunho mengerang
pelan seraya meregangkan tubuhnya.
Ia mengusap
wajahnya dan terduduk di atas ranjang dengan mata yang terpejam.
Acara
pernikahannya kemarin sungguh membuatnya kelelahan.
Aish.
Kalau ia tidak
memiliki jadwal penting hari ini ia akan memilih untuk tidur seharian penuh di
kamarnya.
“Um?”
Mata musang
Yunho terbuka.
Ia menaikkan
alisnya ketika hidungnya mencium aroma masakan yang lezat.
Namja tampan itu
segera mencuci wajahnya di dalam kamar mandi dan beranjak keluar dari kamar.
Kakinya
melangkah memasuki dapur.
Eoh?
Yunho menaikkan
alisnya mendapati punggung seorang namja yang sedang memasak di sana.
Jaejoong
terlihat sangat ahli.
Dan hal itu
membuat Yunho tersenyum tanpa sadar.
Ia tidak pernah
melihat seorang laki-laki begitu lihai di dapur sebelumnya, dan itu membuatnya
kagum.
Namja cantik itu
mematikan kompor setelah ia selesai.
Kemudian ia
menata masakannya sedemikian rupa di atas piring.
Jaejoong
meringis, merasakan kepalanya pusing.
Namja cantik itu
menghela nafas panjang seraya mendongakkan wajahnya.
Ia meraih
piring-piring tersebut dan hendak menaruhnya di atas meja makan, namun mendadak
kakinya terasa lemas.
Ia hampir saja
terjatuh kalau Yunho tidak sigap untuk menahannya.
“Kau baik-baik
saja?”
Jaejoong
terkejut.
Ia mengerjapkan
matanya beberapa kali merasakan penglihatannya memburam.
Setelah
mendapatkan bayangan yang jelas ia segera mengangguk dan melepaskan diri dari
rengkuhan suaminya.
“Terima kasih”
Bisik Jaejoong pelan.
Yunho duduk di
kursinya.
Ia meminum kopi
hangatnya dan segera menyendok sarapannya.
Namja tampan itu
mengangkat wajahnya ketika menyadari bahwa Jaejoong malah berjalan meninggalkan
dapur.
Ia terdiam
sejenak.
Kemudian ia
kembali melanjutkan sarapannya.
CKLEK.
Jaejoong
memasuki kamarnya dan menutup pintunya.
Ia membuka laci meja
nakasnya dan mengambil sebotol obat dari dalam sana.
Kepalanya terasa
sangat sakit.
Ia mendesah
lirih dan segera menelan sebutir tablet berwarna putih.
Tubuhnya melemas
di atas ranjang.
Jemarinya
mencengkram erat seprai kasurnya.
Nafasnya
tersendat lemah.
Ia menyesal
tidak meminum obatnya semalam.
-------
Jaejoong
mengerjapkan matanya ketika ia melihat seorang wanita cantik yang sedang
bercengkrama dengan suaminya di sofa ruang keluarga ketika ia keluar dari dalam
kamar.
Yunhonya tertawa
lepas.
Dan itu sungguh
membuat hatinya sakit.
Tawa itu bukan
karenanya.
“Malam, Nuna”
Sapa Jaejoong membungkuk pelan.
Go Ahra
tersenyum manis.
Ia mengangguk
kepada Jaejoong.
Sementara Yunho
menyibukkan diri dengan minumannya.
“Um, Yun, aku
ingin menemui Taemin di luar, sebentar saja” Lapor Jaejoong.
Yunho
mengangguk.
Kemudian ia
kembali berbicara pada Ahra.
Tidak
mempedulikan Jaejoong yang tersenyum kecut padanya.
Bahkan
menyahutnya saja tidak.
Namja cantik itu
meraih kasar jaketnya yang tergantung di dekat pintu depan.
Ia mencengkram
jaket tersebut seraya menahan air matanya yang hampir tumpah.
Pernikahan
mereka dua bulan ini sungguh terasa hampa.
Awalnya Jaejoong
percaya kalau es yang ada di antara mereka berdua akan mencair perlahan-lahan.
Tapi sekarang
kelihatannya mustahil.
Wanita itu..
Yunho selalu
membawanya pulang ke rumah mereka belakangan ini.
Dan itu membuat
Jaejoong sakit.
“Joongie Hyung!”
DEG!
Jaejoong
terkejut.
Air matanya
sudah meleleh membasahi wajah cantiknya.
Taemin berlari
menghampiri sepupunya dan mengerutkan dahinya.
“Ada apa?Kau
hampir melewati taman ini” Tanya Taemin seraya mengusap air mata Jaejoong.
Namja cantik itu
menggigit erat bibir bawahnya.
Ia memeluk
Taemin dan menumpahkan tangisnya di sana.
Sementara Taemin
hanya bisa terdiam.
“Ini bukan cinta, Taemin ah..Hiks..Aku tidak
mencintainya..”Lirih Jaejoong berulang-ulang.
Namja jamur itu
balas memeluk punggung Jaejoong.
Ia mendesah
pendek.
Jadi Yunho
menyakiti Jaejoong Hyungnya lagi eoh?
“Jja Hyung, kita
duduk di sana, aku baru saja membeli cumi bakar” Ajak Taemin.
Jaejoong
menurut.
Ia duduk di
samping Taemin dan mengusap pipinya yang basah.
“Enak, Hyung?” Tanya Taemin tersenyum.
Jaejoong
mengunyah cumi bakarnya.
Ia mengangguk
dan mengusap hidungnya yang memerah.
Namja cantik itu
menghabiskan tiga tusuk cumi bakar dan mendesah pendek setelahnya.
Ia memeluk erat
tubuhnya yang kedinginan karena salju.
“Kapan
operasinya dilaksanakan Hyung?Umma memintaku untuk pulang ke Jeju, dan aku
sudah memberitahunya kalau aku tidak akan pulang sebelum Hyung di-operasi” Ujar
Taemin.
Namja cantik itu
menoleh.
Memandang wajah
manis Taemin.
“Mungkin aku
tidak akan melakukan operasi, Taeminnie” Bisiknya.
Mwo?
Taemin terkejut.
Ia hendak
menyahut ucapan Jaejoong, namun namja cantik itu sudah lebih dulu memotongnya.
“Aku merasa
usahaku selama ini akan menjadi sia-sia. Untuk apa aku berjuang sementara Yunho
tidak melihatku sedikit pun? Aku seperti orang bodoh”
“Tapi ada aku
Hyung!Ada Gege Jussi!”
“Aku ingin Yunho, Taeminnie..Aku ingin dia”
“Hyung, percayalah, ia hanya butuh waktu”
Huh.
Jaejoong
tersenyum kecut.
Ia mencengkram
erat jaketnya.
“Waktu? Selama
apa, Taemin? Waktuku tidak banyak” Bisik Jaejoong tercekat.
Air mata Taemin
menetes jatuh.
Ia mengulurkan
jemarinya mengusap darah yang mengalir dari hidung sepupunya.
Jaejoong
menunduk.
Ia hanya
tersenyum kecil.
“Hyung, rawat
inap ya?Masalah operasi kita pikirkan nanti, tapi Hyung harus rawat inap ya?”
Bujuk Taemin.
Jaejoong tidak
menyahut.
Ia sibuk
mengusap hidungnya dengan punggung tangan.
Taemin mulai
terisak.
“Hyung, kumohon..Gege Jussi selama ini sibuk
mencari dokter yang hebat untuk menyelamatkanmu, tidak bisakah kau membantunya
dengan membuat dirimu bertahan?”
“Ne Taemin ah..Tapi tidak sekarang, arasseo?
Aku masih ingin berjuang sedikit lagi..Setidaknya sampai Yunho peduli kepadaku”
“Aku mendukungmu Hyung..”
Jaejoong
tersenyum.
-------
“Apa yang kau
minum?”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Ia segera
menyembunyikan obatnya ke dalam jaketnya dan berbalik menghadap Yunho.
“Vitamin” Sahut
Jaejoong.
Yunho menaikkan
alisnya.
Ia pikir hanya
perasaannya saja.
Wajah Jaejoong
semakin pucat dari hari ke hari.
“Kau sakit?”
“Uhm, hanya sedikit pusing”
“Jangan terlalu sering berdiri di dapur,
sesekali istirahatlah”
Jaejoong
merasakan wajahnya menghangat.
Bibirnya
mengulas senyuman manis tanpa sadar.
Yunho
mengkhawatirkannya!
Ia mengangguk
pasti.
Sementara Yunho
kembali menyibukkan diri dengan jas armaninya dan meraih tas kantornya yang
tergeletak di atas kursi meja makan.
“Aku pergi”
“Hati-hati”
Jaejoong
bersandar pada westafel.
Ia memeluk
tubuhnya dan tersenyum lebar.
Ia harus
berjuang.
Ia harus
berjuang sedikit lagi.
Jaejoong
berjanji pada dirinya sendiri kalau ia tidak akan terlambat meminum obatnya
lagi.
Ia harus sembuh.
“Ah, bekal untuk Yunho~”
Namja cantik itu
berlari memasuki kamar dan mengambil dompetnya.
Ia akan
berbelanja bahan makanan untuk membuat bekal spesial untuk Yunhonya.
.
.
.
Jaejoong
melangkah ringan memasuki kantor Yunho.
Ia mengusap
peluh di pelipisnya dan mempercepat langkahnya.
Sudah masuk jam
makan siang.
Jangan sampai
Yunho makan di restoran siang ini.
“Aku ingin
bertemu suamiku” Ujar Jaejoong kepada sekretaris Yunho yang sedang merapikan
berkas di meja kerjanya.
Wanita berambut
pendek itu mengangguk.
Ia tersenyum dan
menuntun Jaejoong hingga ke ujung koridor.
“Ini ruangan
Presdir Jung, ada lagi yang bisa kubantu?”
“Ani, gomawo”
Sekretaris
cantik itu membungkuk pelan dan segera berjalan meninggalkan Jaejoong.
Namja cantik itu
menghembuskan nafas panjang dan memeluk erat kotak makanan berwarna biru itu.
Ia sudah
membayangkan Yunho akan memakan masakannya dengan lahap.
CKLEK.
Namja cantik itu
terkesiap.
Kedua mata
bulatnya mengerjap melihat suaminya sedang disuapi makanan oleh Ahra di atas
sofa.
Jaejoong
terdiam.
Mata bulatnya
bergerak pelan, memperhatikan bagaimana tulusnya senyuman Yunho untuk wanita
itu.
Bagaimana ketika
tangannya terulur mengusap penuh sayang rambut hitam wanita itu.
Jaejoong
mengusap rambut almond-nya.
Kemudian ia
menunduk, membiarkan air matanya jatuh membasahi rambutnya yang ikut terbawa di
genggamannya.
Namja cantik itu
merasakan nafasnya sesak.
Ia menjatuhkan
kotak bekal itu dan berlari meninggalkan kantor Yunho.
Jaejoong
menyetop taksi dan meminta supir taksi itu membawanya pulang ke rumah.
Ia menangis
tersedu-sedu di dalam mobil.
Setelah sampai
di dalam rumah ia memasuki kamarnya dan membanting barang-barangnya yang ada di
atas meja.
Ia mengambil
obat-obatnya dan membuangnya ke dalam westafel.
Setelah itu ia
terduduk lemas di atas lantai.
Ia ingin Yunho
tersenyum seperti itu kepadanya.
Ia ingin Yunho
mengusap penuh sayang rambutnya.
Ia ingin Yunho
jatuh cinta padanya.
Sesederhana itu.
Tapi mengapa
semuanya begitu sulit?
Jemari Jaejoong
mencengkram erat rambutnya.
Tidak peduli
mereka berserakan di dalam genggamannya.
Ia tidak akan pernah memiliki Yunho mengusap penuh sayang rambutnya.
Tidak.
Karena rambutnya
akan menghilang.
-------
Yunho menutup
pintu depan dan membuka sepatunya.
Ia mengernyitkan
dahinya ketika hidungnya tidak disapa oleh aroma masakan seperti biasanya.
Namja tampan itu
melangkah memasuki rumahnya.
“Jaejoong?”
Sepi.
Tidak ada
sahutan.
Yunho mengintip
ke dalam dapur, kosong.
Tidak ada
siapapun di sana.
TOK TOK TOK!
“Jae? Kau di dalam?”Panggil Yunho mengetuk
pintu kamar istrinya.
Yunho menunggu.
Namun pintu
tersebut tidak kunjung terbuka.
Ia mendesah
pendek dan kembali mengetuk.
“Jaejoong!Kau
baik-baik saja?”
Yunho terus
mengetuk pintu itu.
Ia menggeram
kesal dan membuka handle pintu
tersebut tanpa sadar.
CKLEK.
Eoh?
Pintunya tidak
terkunci.
“Jaejoong?”
Yunho berjalan
memasuki kamar namja cantik itu.
Ia mengerutkan
dahinya mendengar suara air dari kamar mandi.
Namja tampan itu
segera membuka pintu tersebut.
“Oh! Yunho?”
DEG.
Namja tampan itu
terkejut melihat Jaejoong yang sungguh pucat di hadapannya.
Istrinya
tersenyum kepadanya.
“Kenapa kau
tidak menjawab panggilan---ku?”
Ucapan Yunho
melemah ketika mata musangnya bergerak turun memandangi kaus Jaejoong.
Ia melihat banyak
bercak darah di sana.
“Maaf,
sepertinya aku tidak mendengarmu” Balas Jaejoong mengambil bathrobe-nya dan segera memakai baju handuk itu.
Yunho kembali
memandang Jaejoong.
“Ada apa?” Tanya
Jaejoong.
Mata Yunho
memicing, kedua mata bulat Jaejoong tampak sayu.
Ia seperti
sangat kelelahan.
“Tidak, hanya
memastikan kau ada di rumah” Sahut Yunho pelan.
Uhm.
Jaejoong
tersenyum.
“Mau kumasakkan
sesuatu?”
“Hm, kebetulan
aku lapar. Ahra tidak sempat mengantar bekal hari ini”
Jemari Jaejoong
mencengkram erat.
Ia mengangguk
dan memaksakan tawanya.
“Arasseo”
.
.
.
Jaejoong merasa
sangat lemah saat ini.
Kepalanya terus
berdenyut-denyut.
Nafasnya
tersendat-sendat.
Ia ingin segera
berbaring.
Sejak ia tidak
meminum obatnya dari sebulan yang lalu keadaannya memburuk.
Yunho yang sudah
duduk di kursinya terus mengawasi pergerakan Jaejoong sejak tadi.
Entah mengapa ia
merasa ada yang aneh dengan namja cantik itu.
Awalnya Yunho
mengira kalau Jaejoong hanya pucat biasa.
Tapi dari hari
ke hari wajahnya seakan hilang rona.
Dan itu
mengganggu Yunho.
TREK.
Yunho menunduk
ketika sebuah piring beserta nasi yang mengepul tergeletak di hadapannya.
TES.
DEG.
Mata musang
Yunho membulat sempurna ketika setetes darah dan beberapa tetes lainnya jatuh
membasahi meja makan.
Ia segera
mendongak dan menatap Jaejoong yang meringis.
“Ma-maaf, aku akan membersihkannya---”
BRUKK!
“Jae!!”
Namja cantik itu
terduduk lemas di atas lantai.
Hidungnya terasa
sakit.
Darahnya tidak
berhenti mengalir.
Nafasnya mulai
terengah-engah.
Ia melihat Yunho
yang berlutut di hadapannya dengan raut penuh kekhawatiran.
“Kita ke rumah
sakit!”Teriak Yunho seraya menggendong tubuh lemas Jaejoong.
Namja cantik itu
tidak sanggup lagi untuk menyahut.
Ia hanya pasrah
di dalam pelukan suaminya.
-------
“Keadaannya kritis, sepertinya ia berhenti
mengkonsumsi obatnya belakangan ini”
Yunho terdiam.
Ia hanya bisa
menunduk sejak tadi.
Namja tampan itu
masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.
“Sebenarnya ia sakit apa?” Tanya Yunho
akhirnya.
Dokter
berkacamata itu menyodorkan catatan medis milik Jaejoong selama beberapa tahun
terakhir ini.
“Kanker otak”
Dunia Yunho
seakan runtuh.
Mata musangnya
mengerjap tidak percaya.
Ia memandangi
catatan medis Jaejoong dengan air mata yang merebak.
Namja tampan itu
menahan nafasnya.
Sekarang ia
mengerti mengapa Hangeng memintanya untuk menjaga Jaejoong selama ini.
Sekarang ia
mengerti mengapa wajah cantik itu selalu terlihat pucat dari hari ke hari.
Sekarang ia
mengerti mengapa Jaejoong sering mimisan belakangan ini.
“Tidak bisakah
ia sembuh?”
Dokter
berkacamata itu mendesah pendek.
“Kami sudah bekerja sama dengan seorang
dokter profesional yang ditemukan oleh Hangeng Kim, tapi Jaejoong menolak untuk
di operasi”
“Mwo?”
“Mengenai hal itu, tanyakan saja langsung
kepadanya”
Yunho memejamkan
mata musangnya.
Kemudian ia
beranjak meninggalkan ruangan tersebut.
Melangkahkan
kakinya menuju kamar rawat istrinya.
Yunho membuka
pintu itu dengan sangat pelan.
Mengawasi
Jaejoong yang masih dalam pengaruh obat di atas ranjang.
Suara mesin
pendetektor jantung terdengar mengisi heningnya ruangan.
Yunho duduk di
samping kekasihnya.
Lama ia menatap
wajah pucat Jaejoong.
Memorinya sejak
ia bertemu dengan Jaejoong hingga saat ini kembali berputar di kepalanya.
Oh, betapa
buruknya ia memperlakukan Jaejoong.
Bahkan ia sempat
membawa seorang wanita ke rumah mereka beberapa kali.
Lamunan Yunho
terputus ketika ponselnya berdering.
Sekretarisnya
menelepon.
Namja tampan itu
berdiri dari duduknya dan mengecup lembut dahi Jaejoong.
“Jaljayo”
Bisiknya.
Kemudian ia
melangkah keluar kamar.
-------
Taemin tersenyum
kecil memperhatikan bagaimana tulusnya Yunho mengurusi sepupunya yang masih
belum sadar itu.
Namja jamur itu
berdiri bersandar pada dinding kamar rawat.
Kedua mata
bulatnya tidak berhenti mengikuti gerak-gerik Yunho yang kini sedang mengelap
tubuh Jaejoong dengan handuk basah.
Ah, seandainya
Jaejoong tahu.
Namja jamur itu
mendudukkan dirinya di atas sofa.
Ia mendesah
pendek.
Sudah hampir
tiga hari Jaejoong tertidur.
Dokter bilang
tubuh sepupunya hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Tapi tetap saja
ia takut.
Dulu sewaktu
Ummanya Jaejoong berada dalam keadaan yang persis sama dengan sepupunya yeoja
cantik itu tidak membuka matanya lagi.
Taemin masih
ingat betapa menyedihkannya kondisi Hangeng Ahjussi waktu itu.
“Hyung, kalau
sudah selesai sebaiknya kau makan di kantin, perawat bilang kau tidak keluar
dari kamar ini sejak pagi” Ujar Taemin.
Yunho menoleh.
Ia berpikir
sejenak dan mengangguk.
“Kau ingin
kubawakan sesuatu?”
“Ani Hyung, aku sudah makan sebelum ke sini”
Namja tampan itu
mengangguk.
Ia mengecup
lembut pipi tirus Jaejoong dan segera beranjak meninggalkan kamar.
“Ahra?”
Wanita cantik
berambut hitam itu menoleh ketika sosok yang ditunggunya sejak tadi keluar dari
dalam kamar rawat.
Ia tersenyum dan
mengusap lembut pipi Yunho.
“Aku sudah menunggumu, Yun, jja, kurasa kita
harus bicara”
Yunho terdiam.
Namun kakinya
mengikuti langkah sepatu merah milik wanita itu.
“Bagaimana
dengan keadaan istrimu?”
“Hampir baik”
Wanita itu
tersenyum.
Ia mendudukkan
dirinya di salah satu kursi ketika mereka sampai di kantin rumah sakit.
Yunho segera
duduk di hadapannya.
Ahra mendesah
pendek.
Ia menggenggam
jemari Yunho yang berada di atas meja.
“Dengar, Yunho. Aku mendatangimu karena aku
merasa bersalah pada kekasihmu.Aku ingin kita selesai” Ucap Ahra pelan.
Yunho tersenyum
kecil.
“Dari awal kita
memang tidak memulai apapun, Ahra, apa yang harus diselesaikan?”
“Menyakiti
perasaan istrimu dan kembali bersikap seperti teman yang normal, mungkin?”
“Ahra”
“Jaejoong
mencintaimu, Yunho.Tidakkah kau sadar?”
“Mwo? Kenapa
kau---”
“Aku melihatnya setiap kali aku datang ke
rumah kalian, dan aku juga melihatnya saat ia mengantar bekalmu di kantor”
Yunho terkejut.
Jadi bekal yang
ia temukan waktu itu adalah bekal yang dibawa istrinya eoh?
“Aku menyesal
sudah bersikap egois waktu itu.Maaf” Bisik Ahra.
Jemarinya
berhenti menggenggam tangan Yunho.
Ia merapikan
rambutnya ke belakang telinga kanannya.
“Kau bilang ingin semuanya selesai kan?”
Tanya Yunho.
Ahra tersentak.
Ia mengangkat
wajahnya dan menatap langsung kedua mata musang Yunho.
Kemudian ia
mengangguk.
Yunho tersenyum
kecil.
Ia bersandar
pada sandaran kursi.
“Baiklah,
sekarang kita selesai” Ucap lelaki tampan itu ringan.
.
.
.
Yunho berjalan
menuju kamar rawat Jaejoong setelah ia mengantar Ahra sampai ke parkiran rumah
sakit.
Namja tampan itu
merasakan langkahnya begitu ringan.
Satu bebannya
sudah terangkat kini.
Ia baru saja
akan membuka handle pintu kamar rawat
kekasihnya, namun gerakannya sontak terhenti ketika ia mendengar suara Taemin
dari dalam sana.
“Kau tidak tahu
kan kalau selama kau tidak sadar, Yunho Hyung yang merawatmu, bukan aku ataupun
Gege Jussi!”
Jaejoong sudah
sadar?
Yunho melepaskan
genggamannya pada handle pintu itu.
Ia memilih untuk
berdiam diri di luar dan mendengar percakapan kedua namja di dalam sana.
“Aku menyerah, Taemin ah..Aku menyerah”
DEG.
Air mata Yunho
merebak ketika suara lemah itu terdengar.
Dadanya terasa
sesak.
Kedua tangannya
mengepal erat.
Namja tampan itu
meringis, mencengkram erat rambut hitamnya.
Air matanya
jatuh membasahi pipinya.
“Tidak, Jaejoong ah..Kumohon, jangan
menyerah..”Lirih Yunho nyaris tidak terdengar.
Jaejoong
memejamkan kedua mata bulatnya yang memerah.
Membiarkan air
matanya menetes membasahi pelipisnya.
Ia sudah lelah.
Biarkan saja
semuanya mengalir begitu saja.
Sudah cukup.
“Mianhae” Bisik
Jaejoong tercekat.
-------
Namja cantik itu
menutup mulutnya.
Mengacuhkan
Yunho yang duduk di sampingnya sejak tadi.
Bahkan Yunho
ikut bungkam, tidak tahu harus berkata apa.
Perasaannya
benar-benar terluka mendengar ucapan namja cantik itu kemarin.
Jaejoong
menghela nafasnya pendek.
Padahal ia hanya
berbaring diam sejak tadi.
Tapi tubuhnya terasa
sangat lelah.
Jaejoong
mengerjapkan mata bulatnya.
Ia menoleh
menatap Yunho yang bertanya padanya.
Demi Tuhan,
suara itu terdengar begitu lemah.
“Kenapa kau berhenti meminum obatmu, Jaejoong
ah?” Tanya Yunho lagi.
Namja cantik itu
tersenyum kecil.
Ia mendongakkan
wajahnya menarik nafas panjang.
Lengannya yang
terpasang tiga infus sekaligus itu terasa perih.
“Karena aku iri pada Ahra Nuna”
Yunho
mengernyitkan dahinya.
Sementara jemari
Jaejoong kini mengepal erat, berusaha menahan air matanya yang menggenang.
“Aku iri melihatmu selalu mengusap rambutnya”
Bisik Jaejoong lirih.
“Jae---”
“Aku juga ingin seperti itu! Obat-obatan
bodoh itu membuat rambutku rontok hari ke hari, Yunho ah..Hiks..”
Tangis Jaejoong
pecah dalam hening.
Ia menutup
matanya menggunakan lengannya yang bebas.
Menggigit bibir
bawahnya yang pucat.
Yunho merasakan
tenggorokannya tercekat.
Sesederhana
itukah?
DEG.
Jaejoong
terkejut ketika ia merasakan usapan lembut di kepalanya.
Namja cantik itu
perlahan menyingkirkan lengannya dan menatap Yunho dengan matanya yang basah.
Yunho tersenyum.
Demi Tuhan,
senyum pertama untuknya.
Namja tampan itu
sesekali menyibakkan rambut Jaejoong ke belakang telinga namja cantik itu.
“Kau tetap menarik dalam keadaan seperti apapun,
Jaejoongie, sungguh” Puji Yunho dengan suaranya yang bergetar.
“...Hiks...”
“Malam ini kita operasi, ya? Kau mau kan?”
“Ani..Hiks..”
“Rambutmu akan kembali lagi seperti semula
setelah semuanya berakhir, aku berjanji akan selalu mengusap kepalamu setiap
kali kau menginginkannya, ya?”
Jaejoong kembali
menggeleng.
Ia menahan
lengan Yunho yang berada dekat dengan wajahnya.
“Bagaimana dengan ingatanku? Kau akan
melupakanku dan menikah dengan Ahra Nuna kalau ingatanku hilang..Hiks..Hiks..”
Air mata Yunho
jatuh.
Namun ia tidak
peduli.
Namja tampan itu
mencondongkan tubuhnya mendekati kekasihnya.
Kemudian ia
tersenyum kecil.
“Kenapa aku harus menikah dengannya? Aku
sudah memiliki seorang pendamping yang tiada duanya, seseorang yang cantik,
baik, sabar, dan penuh cinta” Bisiknya di telinga namja cantik itu.
Wajah Jaejoong
kini basah akan air mata.
Dadanya sesak.
Yunho mencium
lembut dahinya.
“Maafkan aku, Jaejoongie, aku mencintaimu”
“Yu-Yunho..Hiks..Yun..”
“Kau mencintaiku kan?”
“Aku sangat mencintaimu Yunho
ah..Hiks..Jeongmall..Hiks..”
Namja tampan itu
mengecup lembut hidung bangir Jaejoong.
Kemudian ia
mengusap lembut pipi basah itu.
“Kita operasi ya?” Bujuk Yunho sekali lagi.
Jaejoong semakin
terisak.
Ia mengangguk
dan mendapatkan sebuah kecupan dari Yunho tepat di bibirnya.
Ia tidak ingin
kehilangan Yunho.
Tidak, tidak
setelah apa yang diperolehnya dari kesedihannya selama ini.
“Yunho..Hiks..Setelah ini kita makan malam
bersama, ya?” Ucap Jaejoong bergetar.
Yunho
mengangguk, masih dengan senyumannya.
“Se-setelah ini kita bisa tidur sekamar kan?”
“Ya, Joongie, ya”
“Aku sudah boleh memanggilmu Yunnie?
Hiks..Lalu setelah itu---”
“Tentu sayang, semuanya untukmu, akan kita
lakukan apa pun yang kau inginkan setelah keadaanmu membaik dan kesehatanmu
pulih, arasseo?”
“Yun..”
“Ya?”
“Setelah semua ini, setelah semuanya selesai,
kau akan masih mencintaiku kan?”
Dada Jaejoong
sesak menanti jawaban yang akan keluar dari bibir namja tampan itu.
Mata bulatnya
yang basah mengawasi Yunho yang tersenyum semakin lebar.
Namja tampan itu
menepuk pelan pipi tirus Jaejoong dan berbisik manis.
“Tentu saja, bagaimana bisa aku menghentikan
perasaan ini begitu saja eoh?”
Sebuah senyum
merekah dari bibir cherry yang pucat itu.
Yunho meraih
jemarinya yang bebas dan mengecup lembut punggung tangannya.
Your life was
nothing special,
But it was made
new like a beautiful poem..
Feel like its
almost time to say goodbye,
Feel like its
time to let you go..
But im not
letting go..
END.
-JYJ, Letting
Go-
sequel sequel pleeeeeeease #puppy_eyes
BalasHapusdari awal aku tahu blog ini..aku udah jatuh cinta dengan semua karya**mu
syukur deh happy ending
BalasHapussequel..
BalasHapuslega rasanya ini si Ahra ga dpt peran antagonis.
BalasHapusUdah si JJ sakit badan, masa hatinya jg ikutan sakit?
Scene Yunho bujuk JJ operasi tuh y. brasa bujuk anak 5 tahun suntik imunisasi #eh
Sekuel juseyooo~
1 dari sekian FF yang tidak menistakan Ahra..
BalasHapusPerannya bukan yeoja-gatel-yang-nempel-sama-Yunho-terus.. Tapi sosok yeoja yang cukup dewasa..
Hahaha..
Tolong jgn end disini..last but not least kan? Pleaseeee sequel..
BalasHapusKali ini ahra gk dpt antagonis lg ya..syukurlah..
Akhirnya mrk bersatu walopun yunho hampir telat..sejak kpn yunho sadar cinta jeje? Sejak awal ya sepertinya hehehe
sequel please
BalasHapus