This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Rabu, 15 Oktober 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/LETTING GO



Tittle: LETTING GO

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Feels like its almost time to say goodbye,
Feels like its time to let you go..

I’m letting go..
.
.
.

Jung Yunho memperhatikan penampilannya hari ini melalui bayangannya yang ada di jendela kantornya.
Mata musangnya bergerak pelan memandangi rambut hitamnya yang ditata ke atas dengan arsiran tipis di sisi kiri dan kanan kepalanya.
Tampan.
Seperti biasa.

Yunho melirik jam tangan mahalnya dan segera beranjak keluar dari ruangannya.
Ia memiliki janji penting hari ini.

  “Tuan Kim sudah menunggu anda, Presdir” Lapor Siwon –asisten pribadi Yunho-


Namja tampan itu mengangguk.
Ia segera keluar dari lift ketika bel berbunyi pelan.
Kaki jenjangnya melangkah memasuki restoran mewah yang terdapat di bagian basement kantornya yang besar.

Ah.
Ia bisa melihat lelaki berperawakan Cina itu dari sini.

“Selamat siang, Tuan Kim” Sapa Yunho sopan.

Hangeng Kim mengangguk.
Ia tersenyum kecil pada lelaki tampan tersebut.
Yunho segera duduk di hadapan namja paruh baya itu.

“Bagaimana?Sudah anda pikirkan?”Tanya Hangeng langsung.

Yunho menaikkan alisnya.
Seringai kecil terulas di bibir seksinya.
Ia bersandar pada sandaran kursi dan mengangguk pasti.
Membuat pria paruh baya yang duduk di hadapannya mendesah lega.

Well, perusahaan industri milik keluarga Kim adalah perusahaan terbesar dan termaju di Asia sejak dulu.
Yunho sungguh beruntung pemilik langsung perusahaan tersebut menghubunginya dan menawarkan sebagian saham perusahaan mereka kepadanya.
Yah, perusahaan milik keluarga Yunho tidak sebesar milik Hangeng Kim, tentu saja.

Siapa yang akan menolak?

Syaratnya ia hanya perlu menikahi putra tunggal dari keluarga Kim.
Whatever, yang terpenting adalah kerja sama perusahaannya.

“Aku sudah menentukan tanggal pernikahannya kalau begitu.Kau hanya perlu mengurus pemindahan sebagian saham dari perusahaanku” Ujar Hangeng.

Yunho mengangguk.
Jemarinya bergetar menahan senang.
Ia akan membuat perusahaan milik keluarganya mengalahkan pamor industri Kim.

Namja paruh baya itu tersenyum lembut.
Ia meraih gelas wine-nya dan menghirup aromanya setelah ia menggoyangkan gelas tersebut.

“Satu lagi, Jung Yunho” Bisik Hangeng serius.

Yunho menatap langsung kedua mata sipit namja berperawakan Cina itu.

  “Jaga putraku sebaik mungkin”
.
.
.

PRANGG!

Namja berambut jamur itu menjerit panik ketika gelas kaca yang ada di genggaman Jaejoong terjatuh.
Ia segera menghampiri sepupunya yang terduduk lemas di atas ranjangnya.
Wajah cantiknya terlihat pucat.
Taemin meringis.

  “Gwenchana, Hyungie?”Tanya Taemin serak.

Ufh.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengangguk dan mengusap wajahnya.

“Gwenchana, Taeminnie, kepalaku hanya sedikit sakit” Bisik Jaejoong lemah.

Air mata Taemin meleleh.
Ia memeluk erat tubuh ringkih majikannya.
Membuat Jaejoong tertawa kecil dan menepuk lembut punggung Taemin.

“Hei, kenapa menangis eoh?Sudah kukatakan aku baik-baik saja” Ujar Jaejoong geli.

  “Hyung..Hiks..Kau harus berjanji padaku..Hiks..Kau tidak akan sakit lagi..Please..Kau harus sembuh” Isak Taemin lirih.

Jaejoong terdiam.
Ia menenggelamkan wajahnya di bahu Taemin.
Berusaha keras menahan air matanya yang kini menggenang.

“Aku tidak bisa berjanji, Taemin, tapi aku akan berusaha untuk bertahan, arachi?”

Pelukan itu mengendur.
Taemin menangkup wajah pucat sepupunya dengan kedua telapak tangannya.

  “Aku menyayangimu Hyung..”

  “Aku juga Taeminnie”

  “Setelah kau menikah aku tidak akan bisa menemuimu lagi..Kumohon, jaga dirimu sebaik mungkin dan jangan lupa untuk meminum obatmu tepat waktu”

“Aish, kau seperti Ummaku saja hum?”

  “Aku..Hiks..Serius, Hyung”

Jaejoong tertawa.
Ia mengangguk dan mengacak gemas rambut jamur sepupunya.

“Ne, arasseo” Bisiknya yakin.


-------


CKLEK.

Jaejoong memperhatikan punggung lebar milik Jung Yunho dengan seksama.
Mata bulatnya terus mengawasi gerak-gerik namja tampan itu.
Yunho sedang memeriksa setiap sudut rumah baru mereka.
Jaejoong menanti-nanti kapan namja tampan itu akan berbicara kepadanya.

Sejak pernikahan mereka berlangsung siang tadi Yunho masih saja tidak mempedulikannya.

  “Um, Yunho, kau ingin makan apa malam ini?” Tanya Jaejoong memberanikan dirinya.

Yunho menoleh.
Kemudian kembali membelakangi Jaejoong.

  “Pesan saja apa yang kau suka”

“Lalu, kau?”

  “Aku tidak lapar”

  “Tapi Yun, nanti---”

Jaejoong menghentikan ucapannya ketika Yunho mendadak berbalik ke arahnya.
Wajah cantiknya merona manis, aih, kenapa kedua mata musang itu sangat mempesona?

  “Dengar, Kim –Jung- Jaejoong, aku menikahimu karena perusahaan, bukan karena aku tertarik kepadamu. Jadi sebaiknya kita mengurus urusan masing-masing dan jangan bersikap seolah kau mengenalku dengan baik.Arasseo?”

Jaejoong menelan salivanya.
Mata bulatnya berkedip pelan.

“Apakah itu artinya kita akan hidup bersama sebagai orang asing?”Tanya Jaejoong lirih.

Yunho mengangguk.

  “Dan..Apakah kita akan tidur terpisah?”

“Apakah sesama orang asing tidur bersama?”

  “Tidak..”

  “Bagus, ternyata kau cukup pintar”

Jemari Jaejoong mengepal erat.
Ia tidak tahu apa yang terjadi pada dirinya.
Tapi entah mengapa, saat Yunho berkata seperti itu padanya, ia merasa sakit.
Sakit yang amat mencekat di tenggorokannya.

Jaejoong melihat Yunho sudah menghilang di balik pintu berwarna cokelat itu.
Ia menghela nafas dan melangkah memasuki pintu kamarnya yang berwarna putih.
Namja cantik itu segera berbaring di atas ranjang.
Ia merasa sedih sekarang.
Tidak peduli ia belum mengganti pakaiannya dengan piyama ataupun ia belum meminum obatnya, ia butuh tidur sekarang juga.
.
.
.

  “Nnhh”

Yunho mengerang pelan seraya meregangkan tubuhnya.
Ia mengusap wajahnya dan terduduk di atas ranjang dengan mata yang terpejam.
Acara pernikahannya kemarin sungguh membuatnya kelelahan.
Aish.
Kalau ia tidak memiliki jadwal penting hari ini ia akan memilih untuk tidur seharian penuh di kamarnya.

“Um?”

Mata musang Yunho terbuka.
Ia menaikkan alisnya ketika hidungnya mencium aroma masakan yang lezat.
Namja tampan itu segera mencuci wajahnya di dalam kamar mandi dan beranjak keluar dari kamar.
Kakinya melangkah memasuki dapur.

Eoh?

Yunho menaikkan alisnya mendapati punggung seorang namja yang sedang memasak di sana.
Jaejoong terlihat sangat ahli.
Dan hal itu membuat Yunho tersenyum tanpa sadar.
Ia tidak pernah melihat seorang laki-laki begitu lihai di dapur sebelumnya, dan itu membuatnya kagum.

Namja cantik itu mematikan kompor setelah ia selesai.
Kemudian ia menata masakannya sedemikian rupa di atas piring.
Jaejoong meringis, merasakan kepalanya pusing.
Namja cantik itu menghela nafas panjang seraya mendongakkan wajahnya.
Ia meraih piring-piring tersebut dan hendak menaruhnya di atas meja makan, namun mendadak kakinya terasa lemas.

Ia hampir saja terjatuh kalau Yunho tidak sigap untuk menahannya.

“Kau baik-baik saja?”

Jaejoong terkejut.
Ia mengerjapkan matanya beberapa kali merasakan penglihatannya memburam.
Setelah mendapatkan bayangan yang jelas ia segera mengangguk dan melepaskan diri dari rengkuhan suaminya.

“Terima kasih” Bisik Jaejoong pelan.

Yunho duduk di kursinya.
Ia meminum kopi hangatnya dan segera menyendok sarapannya.

Namja tampan itu mengangkat wajahnya ketika menyadari bahwa Jaejoong malah berjalan meninggalkan dapur.
Ia terdiam sejenak.
Kemudian ia kembali melanjutkan sarapannya.

CKLEK.

Jaejoong memasuki kamarnya dan menutup pintunya.
Ia membuka laci meja nakasnya dan mengambil sebotol obat dari dalam sana.
Kepalanya terasa sangat sakit.
Ia mendesah lirih dan segera menelan sebutir tablet berwarna putih.

Tubuhnya melemas di atas ranjang.
Jemarinya mencengkram erat seprai kasurnya.
Nafasnya tersendat lemah.
Ia menyesal tidak meminum obatnya semalam.


-------


Jaejoong mengerjapkan matanya ketika ia melihat seorang wanita cantik yang sedang bercengkrama dengan suaminya di sofa ruang keluarga ketika ia keluar dari dalam kamar.
Yunhonya tertawa lepas.
Dan itu sungguh membuat hatinya sakit.
Tawa itu bukan karenanya.

“Malam, Nuna” Sapa Jaejoong membungkuk pelan.

Go Ahra tersenyum manis.
Ia mengangguk kepada Jaejoong.
Sementara Yunho menyibukkan diri dengan minumannya.

“Um, Yun, aku ingin menemui Taemin di luar, sebentar saja” Lapor Jaejoong.

Yunho mengangguk.
Kemudian ia kembali berbicara pada Ahra.
Tidak mempedulikan Jaejoong yang tersenyum kecut padanya.

Bahkan menyahutnya saja tidak.

Namja cantik itu meraih kasar jaketnya yang tergantung di dekat pintu depan.
Ia mencengkram jaket tersebut seraya menahan air matanya yang hampir tumpah.
Pernikahan mereka dua bulan ini sungguh terasa hampa.
Awalnya Jaejoong percaya kalau es yang ada di antara mereka berdua akan mencair perlahan-lahan.

Tapi sekarang kelihatannya mustahil.

Wanita itu..

Yunho selalu membawanya pulang ke rumah mereka belakangan ini.
Dan itu membuat Jaejoong sakit.

  “Joongie Hyung!”

DEG!

Jaejoong terkejut.
Air matanya sudah meleleh membasahi wajah cantiknya.
Taemin berlari menghampiri sepupunya dan mengerutkan dahinya.

“Ada apa?Kau hampir melewati taman ini” Tanya Taemin seraya mengusap air mata Jaejoong.

Namja cantik itu menggigit erat bibir bawahnya.
Ia memeluk Taemin dan menumpahkan tangisnya di sana.
Sementara Taemin hanya bisa terdiam.

  “Ini bukan cinta, Taemin ah..Hiks..Aku tidak mencintainya..”Lirih Jaejoong berulang-ulang.

Namja jamur itu balas memeluk punggung Jaejoong.
Ia mendesah pendek.
Jadi Yunho menyakiti Jaejoong Hyungnya lagi eoh?

“Jja Hyung, kita duduk di sana, aku baru saja membeli cumi bakar” Ajak Taemin.

Jaejoong menurut.
Ia duduk di samping Taemin dan mengusap pipinya yang basah.

  “Enak, Hyung?” Tanya Taemin tersenyum.

Jaejoong mengunyah cumi bakarnya.
Ia mengangguk dan mengusap hidungnya yang memerah.
Namja cantik itu menghabiskan tiga tusuk cumi bakar dan mendesah pendek setelahnya.
Ia memeluk erat tubuhnya yang kedinginan karena salju.

“Kapan operasinya dilaksanakan Hyung?Umma memintaku untuk pulang ke Jeju, dan aku sudah memberitahunya kalau aku tidak akan pulang sebelum Hyung di-operasi” Ujar Taemin.

Namja cantik itu menoleh.
Memandang wajah manis Taemin.

“Mungkin aku tidak akan melakukan operasi, Taeminnie” Bisiknya.

Mwo?

Taemin terkejut.
Ia hendak menyahut ucapan Jaejoong, namun namja cantik itu sudah lebih dulu memotongnya.

“Aku merasa usahaku selama ini akan menjadi sia-sia. Untuk apa aku berjuang sementara Yunho tidak melihatku sedikit pun? Aku seperti orang bodoh”

“Tapi ada aku Hyung!Ada Gege Jussi!”

  “Aku ingin Yunho, Taeminnie..Aku ingin dia”

  “Hyung, percayalah, ia hanya butuh waktu”

Huh.
Jaejoong tersenyum kecut.
Ia mencengkram erat jaketnya.

“Waktu? Selama apa, Taemin? Waktuku tidak banyak” Bisik Jaejoong tercekat.

Air mata Taemin menetes jatuh.
Ia mengulurkan jemarinya mengusap darah yang mengalir dari hidung sepupunya.
Jaejoong menunduk.
Ia hanya tersenyum kecil.

“Hyung, rawat inap ya?Masalah operasi kita pikirkan nanti, tapi Hyung harus rawat inap ya?” Bujuk Taemin.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia sibuk mengusap hidungnya dengan punggung tangan.
Taemin mulai terisak.

  “Hyung, kumohon..Gege Jussi selama ini sibuk mencari dokter yang hebat untuk menyelamatkanmu, tidak bisakah kau membantunya dengan membuat dirimu bertahan?”

  “Ne Taemin ah..Tapi tidak sekarang, arasseo? Aku masih ingin berjuang sedikit lagi..Setidaknya sampai Yunho peduli kepadaku”

  “Aku mendukungmu Hyung..”

Jaejoong tersenyum.


-------


“Apa yang kau minum?”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia segera menyembunyikan obatnya ke dalam jaketnya dan berbalik menghadap Yunho.

“Vitamin” Sahut Jaejoong.

Yunho menaikkan alisnya.
Ia pikir hanya perasaannya saja.
Wajah Jaejoong semakin pucat dari hari ke hari.

“Kau sakit?”

  “Uhm, hanya sedikit pusing”

  “Jangan terlalu sering berdiri di dapur, sesekali istirahatlah”

Jaejoong merasakan wajahnya menghangat.
Bibirnya mengulas senyuman manis tanpa sadar.
Yunho mengkhawatirkannya!
Ia mengangguk pasti.

Sementara Yunho kembali menyibukkan diri dengan jas armaninya dan meraih tas kantornya yang tergeletak di atas kursi meja makan.

  “Aku pergi”

  “Hati-hati”

Jaejoong bersandar pada westafel.
Ia memeluk tubuhnya dan tersenyum lebar.
Ia harus berjuang.
Ia harus berjuang sedikit lagi.
Jaejoong berjanji pada dirinya sendiri kalau ia tidak akan terlambat meminum obatnya lagi.

Ia harus sembuh.

  “Ah, bekal untuk Yunho~”

Namja cantik itu berlari memasuki kamar dan mengambil dompetnya.
Ia akan berbelanja bahan makanan untuk membuat bekal spesial untuk Yunhonya.
.
.
.

Jaejoong melangkah ringan memasuki kantor Yunho.
Ia mengusap peluh di pelipisnya dan mempercepat langkahnya.
Sudah masuk jam makan siang.
Jangan sampai Yunho makan di restoran siang ini.

“Aku ingin bertemu suamiku” Ujar Jaejoong kepada sekretaris Yunho yang sedang merapikan berkas di meja kerjanya.

Wanita berambut pendek itu mengangguk.
Ia tersenyum dan menuntun Jaejoong hingga ke ujung koridor.

“Ini ruangan Presdir Jung, ada lagi yang bisa kubantu?”

  “Ani, gomawo”

Sekretaris cantik itu membungkuk pelan dan segera berjalan meninggalkan Jaejoong.
Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang dan memeluk erat kotak makanan berwarna biru itu.
Ia sudah membayangkan Yunho akan memakan masakannya dengan lahap.

CKLEK.

Namja cantik itu terkesiap.
Kedua mata bulatnya mengerjap melihat suaminya sedang disuapi makanan oleh Ahra di atas sofa.
Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya bergerak pelan, memperhatikan bagaimana tulusnya senyuman Yunho untuk wanita itu.
Bagaimana ketika tangannya terulur mengusap penuh sayang rambut hitam wanita itu.

Jaejoong mengusap rambut almond-nya.
Kemudian ia menunduk, membiarkan air matanya jatuh membasahi rambutnya yang ikut terbawa di genggamannya.
Namja cantik itu merasakan nafasnya sesak.
Ia menjatuhkan kotak bekal itu dan berlari meninggalkan kantor Yunho.

Jaejoong menyetop taksi dan meminta supir taksi itu membawanya pulang ke rumah.

Ia menangis tersedu-sedu di dalam mobil.
Setelah sampai di dalam rumah ia memasuki kamarnya dan membanting barang-barangnya yang ada di atas meja.
Ia mengambil obat-obatnya dan membuangnya ke dalam westafel.
Setelah itu ia terduduk lemas di atas lantai.

Ia ingin Yunho tersenyum seperti itu kepadanya.
Ia ingin Yunho mengusap penuh sayang rambutnya.
Ia ingin Yunho jatuh cinta padanya.

Sesederhana itu.

Tapi mengapa semuanya begitu sulit?

Jemari Jaejoong mencengkram erat rambutnya.
Tidak peduli mereka berserakan di dalam genggamannya.

Ia tidak akan pernah memiliki Yunho mengusap penuh sayang rambutnya.
Tidak.
Karena rambutnya akan menghilang.


-------


Yunho menutup pintu depan dan membuka sepatunya.
Ia mengernyitkan dahinya ketika hidungnya tidak disapa oleh aroma masakan seperti biasanya.
Namja tampan itu melangkah memasuki rumahnya.

“Jaejoong?”

Sepi.
Tidak ada sahutan.
Yunho mengintip ke dalam dapur, kosong.
Tidak ada siapapun di sana.

TOK TOK TOK!

  “Jae? Kau di dalam?”Panggil Yunho mengetuk pintu kamar istrinya.

Yunho menunggu.
Namun pintu tersebut tidak kunjung terbuka.
Ia mendesah pendek dan kembali mengetuk.

“Jaejoong!Kau baik-baik saja?”

Yunho terus mengetuk pintu itu.
Ia menggeram kesal dan membuka handle pintu tersebut tanpa sadar.

CKLEK.

Eoh?
Pintunya tidak terkunci.

“Jaejoong?”

Yunho berjalan memasuki kamar namja cantik itu.
Ia mengerutkan dahinya mendengar suara air dari kamar mandi.
Namja tampan itu segera membuka pintu tersebut.

  “Oh! Yunho?”

DEG.

Namja tampan itu terkejut melihat Jaejoong yang sungguh pucat di hadapannya.
Istrinya tersenyum kepadanya.

“Kenapa kau tidak menjawab panggilan---ku?”

Ucapan Yunho melemah ketika mata musangnya bergerak turun memandangi kaus Jaejoong.
Ia melihat banyak bercak darah di sana.

“Maaf, sepertinya aku tidak mendengarmu” Balas Jaejoong mengambil bathrobe-nya dan segera memakai baju handuk itu.

Yunho kembali memandang Jaejoong.

“Ada apa?” Tanya Jaejoong.

Mata Yunho memicing, kedua mata bulat Jaejoong tampak sayu.
Ia seperti sangat kelelahan.

“Tidak, hanya memastikan kau ada di rumah” Sahut Yunho pelan.

Uhm.
Jaejoong tersenyum.

“Mau kumasakkan sesuatu?”

“Hm, kebetulan aku lapar. Ahra tidak sempat mengantar bekal hari ini”

Jemari Jaejoong mencengkram erat.
Ia mengangguk dan memaksakan tawanya.

  “Arasseo”
.
.
.

Jaejoong merasa sangat lemah saat ini.
Kepalanya terus berdenyut-denyut.
Nafasnya tersendat-sendat.
Ia ingin segera berbaring.

Sejak ia tidak meminum obatnya dari sebulan yang lalu keadaannya memburuk.

Yunho yang sudah duduk di kursinya terus mengawasi pergerakan Jaejoong sejak tadi.
Entah mengapa ia merasa ada yang aneh dengan namja cantik itu.
Awalnya Yunho mengira kalau Jaejoong hanya pucat biasa.
Tapi dari hari ke hari wajahnya seakan hilang rona.
Dan itu mengganggu Yunho.

TREK.

Yunho menunduk ketika sebuah piring beserta nasi yang mengepul tergeletak di hadapannya.

TES.

DEG.

Mata musang Yunho membulat sempurna ketika setetes darah dan beberapa tetes lainnya jatuh membasahi meja makan.
Ia segera mendongak dan menatap Jaejoong yang meringis.

  “Ma-maaf, aku akan membersihkannya---”

BRUKK!

  “Jae!!”

Namja cantik itu terduduk lemas di atas lantai.
Hidungnya terasa sakit.
Darahnya tidak berhenti mengalir.
Nafasnya mulai terengah-engah.
Ia melihat Yunho yang berlutut di hadapannya dengan raut penuh kekhawatiran.

“Kita ke rumah sakit!”Teriak Yunho seraya menggendong tubuh lemas Jaejoong.

Namja cantik itu tidak sanggup lagi untuk menyahut.
Ia hanya pasrah di dalam pelukan suaminya.


-------


  “Keadaannya kritis, sepertinya ia berhenti mengkonsumsi obatnya belakangan ini”

Yunho terdiam.
Ia hanya bisa menunduk sejak tadi.
Namja tampan itu masih tidak percaya dengan apa yang terjadi.

  “Sebenarnya ia sakit apa?” Tanya Yunho akhirnya.

Dokter berkacamata itu menyodorkan catatan medis milik Jaejoong selama beberapa tahun terakhir ini.

  “Kanker otak”

Dunia Yunho seakan runtuh.
Mata musangnya mengerjap tidak percaya.
Ia memandangi catatan medis Jaejoong dengan air mata yang merebak.
Namja tampan itu menahan nafasnya.

Sekarang ia mengerti mengapa Hangeng memintanya untuk menjaga Jaejoong selama ini.
Sekarang ia mengerti mengapa wajah cantik itu selalu terlihat pucat dari hari ke hari.
Sekarang ia mengerti mengapa Jaejoong sering mimisan belakangan ini.

“Tidak bisakah ia sembuh?”

Dokter berkacamata itu mendesah pendek.

  “Kami sudah bekerja sama dengan seorang dokter profesional yang ditemukan oleh Hangeng Kim, tapi Jaejoong menolak untuk di operasi”

“Mwo?”

  “Mengenai hal itu, tanyakan saja langsung kepadanya”

Yunho memejamkan mata musangnya.
Kemudian ia beranjak meninggalkan ruangan tersebut.
Melangkahkan kakinya menuju kamar rawat istrinya.
Yunho membuka pintu itu dengan sangat pelan.
Mengawasi Jaejoong yang masih dalam pengaruh obat di atas ranjang.

Suara mesin pendetektor jantung terdengar mengisi heningnya ruangan.

Yunho duduk di samping kekasihnya.
Lama ia menatap wajah pucat Jaejoong.
Memorinya sejak ia bertemu dengan Jaejoong hingga saat ini kembali berputar di kepalanya.
Oh, betapa buruknya ia memperlakukan Jaejoong.

Bahkan ia sempat membawa seorang wanita ke rumah mereka beberapa kali.

Lamunan Yunho terputus ketika ponselnya berdering.
Sekretarisnya menelepon.
Namja tampan itu berdiri dari duduknya dan mengecup lembut dahi Jaejoong.

“Jaljayo” Bisiknya.

Kemudian ia melangkah keluar kamar.


-------


Taemin tersenyum kecil memperhatikan bagaimana tulusnya Yunho mengurusi sepupunya yang masih belum sadar itu.
Namja jamur itu berdiri bersandar pada dinding kamar rawat.
Kedua mata bulatnya tidak berhenti mengikuti gerak-gerik Yunho yang kini sedang mengelap tubuh Jaejoong dengan handuk basah.

Ah, seandainya Jaejoong tahu.

Namja jamur itu mendudukkan dirinya di atas sofa.
Ia mendesah pendek.
Sudah hampir tiga hari Jaejoong tertidur.
Dokter bilang tubuh sepupunya hanya kelelahan dan butuh istirahat.
Tapi tetap saja ia takut.

Dulu sewaktu Ummanya Jaejoong berada dalam keadaan yang persis sama dengan sepupunya yeoja cantik itu tidak membuka matanya lagi.
Taemin masih ingat betapa menyedihkannya kondisi Hangeng Ahjussi waktu itu.

“Hyung, kalau sudah selesai sebaiknya kau makan di kantin, perawat bilang kau tidak keluar dari kamar ini sejak pagi” Ujar Taemin.

Yunho menoleh.
Ia berpikir sejenak dan mengangguk.

“Kau ingin kubawakan sesuatu?”

  “Ani Hyung, aku sudah makan sebelum ke sini”

Namja tampan itu mengangguk.
Ia mengecup lembut pipi tirus Jaejoong dan segera beranjak meninggalkan kamar.

“Ahra?”

Wanita cantik berambut hitam itu menoleh ketika sosok yang ditunggunya sejak tadi keluar dari dalam kamar rawat.
Ia tersenyum dan mengusap lembut pipi Yunho.

  “Aku sudah menunggumu, Yun, jja, kurasa kita harus bicara”

Yunho terdiam.
Namun kakinya mengikuti langkah sepatu merah milik wanita itu.

“Bagaimana dengan keadaan istrimu?”

  “Hampir baik”

Wanita itu tersenyum.
Ia mendudukkan dirinya di salah satu kursi ketika mereka sampai di kantin rumah sakit.
Yunho segera duduk di hadapannya.
Ahra mendesah pendek.
Ia menggenggam jemari Yunho yang berada di atas meja.

  “Dengar, Yunho. Aku mendatangimu karena aku merasa bersalah pada kekasihmu.Aku ingin kita selesai” Ucap Ahra pelan.

Yunho tersenyum kecil.

“Dari awal kita memang tidak memulai apapun, Ahra, apa yang harus diselesaikan?”

“Menyakiti perasaan istrimu dan kembali bersikap seperti teman yang normal, mungkin?”

  “Ahra”

“Jaejoong mencintaimu, Yunho.Tidakkah kau sadar?”

“Mwo? Kenapa kau---”

  “Aku melihatnya setiap kali aku datang ke rumah kalian, dan aku juga melihatnya saat ia mengantar bekalmu di kantor”

Yunho terkejut.
Jadi bekal yang ia temukan waktu itu adalah bekal yang dibawa istrinya eoh?

“Aku menyesal sudah bersikap egois waktu itu.Maaf” Bisik Ahra.

Jemarinya berhenti menggenggam tangan Yunho.
Ia merapikan rambutnya ke belakang telinga kanannya.

  “Kau bilang ingin semuanya selesai kan?” Tanya Yunho.

Ahra tersentak.
Ia mengangkat wajahnya dan menatap langsung kedua mata musang Yunho.
Kemudian ia mengangguk.

Yunho tersenyum kecil.
Ia bersandar pada sandaran kursi.

“Baiklah, sekarang kita selesai” Ucap lelaki tampan itu ringan.
.
.
.

Yunho berjalan menuju kamar rawat Jaejoong setelah ia mengantar Ahra sampai ke parkiran rumah sakit.
Namja tampan itu merasakan langkahnya begitu ringan.
Satu bebannya sudah terangkat kini.
Ia baru saja akan membuka handle pintu kamar rawat kekasihnya, namun gerakannya sontak terhenti ketika ia mendengar suara Taemin dari dalam sana.

“Kau tidak tahu kan kalau selama kau tidak sadar, Yunho Hyung yang merawatmu, bukan aku ataupun Gege Jussi!”

Jaejoong sudah sadar?

Yunho melepaskan genggamannya pada handle pintu itu.
Ia memilih untuk berdiam diri di luar dan mendengar percakapan kedua namja di dalam sana.

  “Aku menyerah, Taemin ah..Aku menyerah”

DEG.

Air mata Yunho merebak ketika suara lemah itu terdengar.
Dadanya terasa sesak.
Kedua tangannya mengepal erat.

Namja tampan itu meringis, mencengkram erat rambut hitamnya.
Air matanya jatuh membasahi pipinya.

  “Tidak, Jaejoong ah..Kumohon, jangan menyerah..”Lirih Yunho nyaris tidak terdengar.

Jaejoong memejamkan kedua mata bulatnya yang memerah.
Membiarkan air matanya menetes membasahi pelipisnya.
Ia sudah lelah.
Biarkan saja semuanya mengalir begitu saja.
Sudah cukup.

“Mianhae” Bisik Jaejoong tercekat.


-------


Namja cantik itu menutup mulutnya.
Mengacuhkan Yunho yang duduk di sampingnya sejak tadi.
Bahkan Yunho ikut bungkam, tidak tahu harus berkata apa.
Perasaannya benar-benar terluka mendengar ucapan namja cantik itu kemarin.
Jaejoong menghela nafasnya pendek.

Padahal ia hanya berbaring diam sejak tadi.
Tapi tubuhnya terasa sangat lelah.

  Kenapa?

Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya.
Ia menoleh menatap Yunho yang bertanya padanya.
Demi Tuhan, suara itu terdengar begitu lemah.

  “Kenapa kau berhenti meminum obatmu, Jaejoong ah?” Tanya Yunho lagi.

Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia mendongakkan wajahnya menarik nafas panjang.
Lengannya yang terpasang tiga infus sekaligus itu terasa perih.

  “Karena aku iri pada Ahra Nuna”

Yunho mengernyitkan dahinya.
Sementara jemari Jaejoong kini mengepal erat, berusaha menahan air matanya yang menggenang.

  “Aku iri melihatmu selalu mengusap rambutnya” Bisik Jaejoong lirih.

  “Jae---”

  “Aku juga ingin seperti itu! Obat-obatan bodoh itu membuat rambutku rontok hari ke hari, Yunho ah..Hiks..”

Tangis Jaejoong pecah dalam hening.
Ia menutup matanya menggunakan lengannya yang bebas.
Menggigit bibir bawahnya yang pucat.
Yunho merasakan tenggorokannya tercekat.

Sesederhana itukah?

DEG.

Jaejoong terkejut ketika ia merasakan usapan lembut di kepalanya.
Namja cantik itu perlahan menyingkirkan lengannya dan menatap Yunho dengan matanya yang basah.
Yunho tersenyum.
Demi Tuhan, senyum pertama untuknya.
Namja tampan itu sesekali menyibakkan rambut Jaejoong ke belakang telinga namja cantik itu.

  “Kau tetap menarik dalam keadaan seperti apapun, Jaejoongie, sungguh” Puji Yunho dengan suaranya yang bergetar.

  “...Hiks...”

  “Malam ini kita operasi, ya? Kau mau kan?”

  “Ani..Hiks..”

  “Rambutmu akan kembali lagi seperti semula setelah semuanya berakhir, aku berjanji akan selalu mengusap kepalamu setiap kali kau menginginkannya, ya?”

Jaejoong kembali menggeleng.
Ia menahan lengan Yunho yang berada dekat dengan wajahnya.

  “Bagaimana dengan ingatanku? Kau akan melupakanku dan menikah dengan Ahra Nuna kalau ingatanku hilang..Hiks..Hiks..”

Air mata Yunho jatuh.
Namun ia tidak peduli.
Namja tampan itu mencondongkan tubuhnya mendekati kekasihnya.
Kemudian ia tersenyum kecil.

  “Kenapa aku harus menikah dengannya? Aku sudah memiliki seorang pendamping yang tiada duanya, seseorang yang cantik, baik, sabar, dan penuh cinta” Bisiknya di telinga namja cantik itu.

Wajah Jaejoong kini basah akan air mata.
Dadanya sesak.
Yunho mencium lembut dahinya.

  “Maafkan aku, Jaejoongie, aku mencintaimu”

  “Yu-Yunho..Hiks..Yun..”

  “Kau mencintaiku kan?”

  “Aku sangat mencintaimu Yunho ah..Hiks..Jeongmall..Hiks..”

Namja tampan itu mengecup lembut hidung bangir Jaejoong.
Kemudian ia mengusap lembut pipi basah itu.

  “Kita operasi ya?” Bujuk Yunho sekali lagi.

Jaejoong semakin terisak.
Ia mengangguk dan mendapatkan sebuah kecupan dari Yunho tepat di bibirnya.
Ia tidak ingin kehilangan Yunho.
Tidak, tidak setelah apa yang diperolehnya dari kesedihannya selama ini.

  “Yunho..Hiks..Setelah ini kita makan malam bersama, ya?” Ucap Jaejoong bergetar.

Yunho mengangguk, masih dengan senyumannya.

  “Se-setelah ini kita bisa tidur sekamar kan?”

  “Ya, Joongie, ya”

  “Aku sudah boleh memanggilmu Yunnie? Hiks..Lalu setelah itu---”

  “Tentu sayang, semuanya untukmu, akan kita lakukan apa pun yang kau inginkan setelah keadaanmu membaik dan kesehatanmu pulih, arasseo?”
 
  “Yun..”

  “Ya?”

  “Setelah semua ini, setelah semuanya selesai, kau akan masih mencintaiku kan?”

Dada Jaejoong sesak menanti jawaban yang akan keluar dari bibir namja tampan itu.
Mata bulatnya yang basah mengawasi Yunho yang tersenyum semakin lebar.
Namja tampan itu menepuk pelan pipi tirus Jaejoong dan berbisik manis.

  “Tentu saja, bagaimana bisa aku menghentikan perasaan ini begitu saja eoh?”

Sebuah senyum merekah dari bibir ­cherry yang pucat itu.
Yunho meraih jemarinya yang bebas dan mengecup lembut punggung tangannya.

Your life was nothing special,
But it was made new like a beautiful poem..

Feel like its almost time to say goodbye,
Feel like its time to let you go..

But im not letting go..

END.

-JYJ, Letting Go-


7 komentar:

  1. sequel sequel pleeeeeeease #puppy_eyes

    dari awal aku tahu blog ini..aku udah jatuh cinta dengan semua karya**mu

    BalasHapus
  2. lega rasanya ini si Ahra ga dpt peran antagonis.
    Udah si JJ sakit badan, masa hatinya jg ikutan sakit?
    Scene Yunho bujuk JJ operasi tuh y. brasa bujuk anak 5 tahun suntik imunisasi #eh

    Sekuel juseyooo~

    BalasHapus
  3. 1 dari sekian FF yang tidak menistakan Ahra..
    Perannya bukan yeoja-gatel-yang-nempel-sama-Yunho-terus.. Tapi sosok yeoja yang cukup dewasa..
    Hahaha..

    BalasHapus
  4. Tolong jgn end disini..last but not least kan? Pleaseeee sequel..
    Kali ini ahra gk dpt antagonis lg ya..syukurlah..
    Akhirnya mrk bersatu walopun yunho hampir telat..sejak kpn yunho sadar cinta jeje? Sejak awal ya sepertinya hehehe

    BalasHapus