Tittle: PARADISE EPILOG
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship-mpreg-incest
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!
-------
I will make everything come true, I will make you a
miracle, I will make everything you want, But I think I am not your paradise, am
I?
.
.
.
“Hahahaha~!”
Namja cantik itu
mengerjapkan kedua mata bulatnya pelan, mengernyitkan dahi ketika telinganya
menangkap suara tawa putra kembarnya yang melengking.
Jaejoong
mendesah pendek seraya tersenyum.
Ia beranjak
bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya.
Kemudian ia
berjalan mendekati jendela kamar.
Mata bulatnya
berkilat jenaka melihat Yunho yang sedang mengejar Junhon di halaman belakang
rumah mereka.
Sementara Jaeho
tampak kotor karena cat dari paint gun
milik Junhon.
Jaejoong menguap
pelan, ia berbalik dan tertegun ketika matanya menangkap ranjang sisi kanannya
terlihat rapi.
Bahkan sangat
rapi.
Letak bantalnya
pun persis sama seperti hari-hari sebelumnya.
“Kapan kau akan kembali tidur di sini, Yunho
yah?” Desah Jaejoong sedih.
Namja cantik itu
mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.
Lagi-lagi
kesedihan menyergapi dirinya.
Yunho memang
kembali ke rumah pada akhirnya.
Tapi bukan ini
yang ia inginkan.
Ia ingin Yunho
kembali memang karena seperti ucapannya waktu itu.
Bukan hanya
sekedar berucap tetapi mengingkarinya.
Bahkan sejak
kembalinya namja tampan itu ke rumah, ia tidak pernah lagi tidur di kamar
mereka.
Ia tidur bersama
Jaeho dan Junhon.
BRAKK!
Jaejoong
tersentak kaget.
Ia mengangkat
wajahnya dan mengulum senyum kecil melihat Junhon yang menerobos masuk dan
berlari ke arahnya.
“Ummaaaa!” Jeritnya lantang.
Namja cherry itu melompat menerjang sang Umma,
mengacuhkan paint gun miliknya yang
terlempar di lantai.
“Yah, Honchan~! Kau membuat seprai Umma
kotor!” Erang Jaejoong kesal.
Namja cilik itu
hanya tertawa geli seraya berguling ke belakang Jaejoong.
“Junhonchan kau curang! Bukankah peraturannya
tidak boleh masuk ke dalam rumah eoh!” Teriak Jaeho ikut menerobos kamar
tersebut.
Oh gosh.
Jaejoong
mengernyitkan dahinya sekarang.
Seingatnya Jaeho
tidak sekotor ini beberapa menit yang lalu.
“Jung Jaeho! Dilarang naik ke atas ranjang!
Berdiri di sana!” Ujar Jaejoong menatap tajam putranya.
Jaeho berhenti
melangkah.
Ia segera
terdiam memeluk senjata mainannya.
“Aigoo~ Ini masih pagi dan kalian sudah
sekotor ini! Ckckck~” Gumam Jaejoong seraya mengusapi pipi Jaeho.
“Kalau begitu ayo kita mandi bersama, Umma~”
Ajak Jaeho tersenyum lebar.
Membuat Jaejoong
mau tidak mau ikut tersenyum karenanya.
“BANG! Kena kau Jaejae!”
Jaejoong
menjerit.
Sementara Yunho
terkejut tepat setelah ia menembakkan cat terakhirnya.
Tetesan cat
berwarna hijau menetes dari pipi Jaejoong.
Namja cantik itu
menatap tajam ke arah Yunho.
“Hahahaha~! Appa pabo!” Tawa Jaeho dan Junhon
kompak.
Yunho tampak
salah tingkah, sementara Jaejoong menggeram kesal.
Ia mendekati
Yunho dan merebut senjata mainan tersebut.
Menodongkannya
tepat di bawah dagu namja tampan itu.
“Kau seharusnya ingat umur, Jung Yunho” Desis
Jaejoong menggeram.
“Mi-Mian---”
DOR!
Yunho
terjengkang kaget.
Mata musangnya
membulat melihat Jaejoong yang tersenyum puas di sana.
Memandang
dirinya yang kini berlumuran cat.
“Yah!” Ujar Yunho beranjak bangkit.
Jaejoong tertawa
kecil, ia menarik Jaeho dan Junhon berlari memasuki kamar mandi dan segera
menguncinya dari dalam sebelum Yunho ikut masuk ke dalam.
Mereka bertiga
tertawa-tawa di dalam sana.
Meninggalkan
Yunho yang mendecih kesal.
“Aish, kau curang!” Gerutu namja tampan itu
mengerucutkan bibirnya.
Sementara itu
Jaejoong sudah mengisi bathtup dengan
air hangat.
Ia membantu
kedua putra kecilnya membuka pakaian.
Junhon segera
berlari ke bawah shower dan membilas
rambut cokelatnya yang tercampur cat.
Kemudian diikuti
Jaeho yang baru saja selesai membuka celana pendeknya.
“Berapa lama kalian main bersama Appa hm?”
Tanya Jaejoong yang ikut membasuh wajahnya di sana.
Jaeho mengetuk
dagu mungilnya pelan.
Ia memiringkan
wajah tampannya.
“Umm..Kami bangun jam enam pagi tadi”
“Mwo? Kalian bermain selama tiga jam eoh?
Bukankah Umma sudah bilang, bangun tidur jangan langsung ke halaman belakang?
Segera mandi dan sarapan bersama Appa”
“Tapi Appa yang minta, Umma, Appa bilang
tidak apa-apa selama Umma masih tidur”
Aish.
Jaejoong
mendengus kesal.
Ia beranjak
masuk ke dalam bathtup dan menuangkan
sabun cair ke dalamnya.
Junhon menaiki
tangga kecil yang memang disiapkan khusus di pinggir sana, lalu ia berendam di
samping Jaejoong.
“Umma, kenapa Appa selalu tidur bersama kami
di kamar?” Tanya namja cherry itu
bingung.
Jaejoong
terdiam.
Mata bulatnya
menatap Junhon yang mengerutkan dahinya lucu.
“Ne, padahal kami mau tidur cepat, tapi Appa
malah memaksa kami mendengarkan dongeng sebelum tidur darinya” Sahut Jaeho yang
ikut masuk ke dalam bathtup.
“Tapi kami suka dongengnya Appa” Sambung
Junhon tersenyum.
Jaejoong balas
tersenyum.
Ia masih
bungkam.
“Jaejae bukannya tidak senang Appa tidur di
kamar kami, tapi kata Yoochun Ahjusi, Appa seharusnya tidur bersama Umma”
DEG.
Mata bulat
Jaejoong mengerjap cepat.
Kelopak matanya
terasa panas dan basah.
Ia segera
memalingkan wajahnya dan menahan nafas sejenak.
“Umma, gwenchana?” Tanya Junhon takut.
Namja cantik itu
menarik nafas panjang.
Ia mengusap
wajahnya dan menjilat bibir bawahnya.
“Ne, gwenchana” Bisiknya lirih. Nyaris tidak
terdengar.
-------
Kedua mata bulat
Jaejoong bergerak pelan memperhatikan suami dan putra kembarnya yang tidak
berhenti berceloteh satu sama lain sejak tadi.
Namja cantik itu
tidak mengerti dengan jalan pikiran Yunho.
Namja tampan itu
sama sekali tidak berubah setelah kepergiannya beberapa tahun silam.
Hanya saja kali
ini ia duduk di sana dengan raut bahagianya yang tak pernah padam.
Tidak adakah rasa cinta sedikit pun padaku setelah apa
yang terjadi selama ini, Yunho ah?
“Satu-satunya yang kau pedulikan hanya
mereka” Gumam Jaejoong mendesah pendek.
“Ne? Umma bilang apa?” Tanya Jaeho menaikkan
alisnya.
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Menatap Yunho
dan Junhon yang kini balas memandang dirinya.
Namja cantik itu
tersenyum manis, kemudian ia segera menggeleng.
“Ani, oppssoyo” Bisiknya lirih.
Jaeho hanya
menggumam.
“Umma mau kemana?” Junhon mengeluarkan suara
ketika melihat Jaejoong beranjak dari duduknya.
“Eh? Umma mau keluar bersama Yoochun Ahjusi,
kalian di sini saja bersama Appa ne?” Sahut Jaejoong.
Yunho
mengerjapkan mata musangnya.
Tidak berhenti
memperhatikan Jaejoong.
“Umma selalu pergi bersama Ahjusi, kenapa Umma
tidak pernah pergi dengan Appa?”
DEG.
Jaejoong dan
Yunho mendadak kaku.
Namja tampan itu
berdehem pelan dan mengusap sayang rambut cokelat milik putra bungsunya.
“Kalau Appa pergi bersama Umma, Hon dan Jae
otteyo? Tidak ada yang menjaga ani?” Ujarnya.
“Appa bisa meminta Yoochun Ahjusi untuk
menjaga kami” Sahut namja cherry itu
lucu.
Jaejoong
mendesah panjang. Ia tersenyum kecut pada putra kecilnya.
“Umma dan Appa tidak pernah pergi bersama
karena Umma lebih suka bersama Yoochun Ahjusi, Honchan, jja, habiskan
paprikamu” Ucapnya tegas.
Junhon
mempoutkan bibirnya manja.
Jemari mungilnya
menyingkirkan paprika hijau yang ada di dalam makan siangnya ke piring Yunho.
Sementara namja
tampan itu kembali menatap lurus kedua mata bulat Jaejoong.
“Jadi begitu?”
Huh?
Jaejoong
menoleh, menatap kedua mata musang Yunho.
“Apanya?”
“Jadi kau lebih menyukai Yoochun dari pada
aku?”
“Kau juga lebih menyukai Jaeho dan Junhon
dibandingkan denganku, sama saja bukan?”
“Tentu saja berbeda, Jejung ah!”
“Beritahu aku, Jung Yunho, bagian mana-nya
yang berbeda huh? Nyatanya kau memang lebih memperhatikan mereka daripada aku”
“Mereka putraku!”
“Memangnya siapa yang bilang kalau mereka
bukan putramu?”
Aish.
Yunho mendengus
kencang.
Jaejoong
mengusap wajahnya.
Ia melirik Jaeho
dan Junhon yang menundukkan wajah mereka seraya berpegangan tangan erat.
Kemudian ia
menghembuskan nafas panjang seraya merapikan kursinya.
“Setidaknya Yoochun selalu ada di sisiku
setiap saat dan tidak pernah ragu untuk mengungkapkan rasa sayangnya padaku”
DEG.
Yunho mematung.
Sementara
Jaejoong sudah lebih dulu berlari menaiki tangga memasuki kamarnya.
Namja cantik itu
menutup pintu dengan kasar dan bersandar di baliknya.
Mengusapi air
matanya yang telah membendung sejak tadi.
-------
“Aku lelah, Yoochun ah”
Namja chubby itu
menghela nafasnya pelan.
Ia menyesap
kopinya sejenak.
“Ini lelahmu yang kesekian kalinya, Jung
Jaejoong”
“Kali ini aku benar-benar lelah!”
“Benarkah?”
Jaejoong
mengangguk.
Ia memainkan
garpunya menusuk-nusuk kue bolu berwarna merah muda itu tanpa minat.
“Kurasa aku sudah mencapai batasku” Bisiknya.
“Lalu?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.
“Hampir enam tahun kami menikah, dan ia masih
menganggapku orang asing. Terlebih ketika Jaeho dan Junhon ada”
“Mungkin Yunho masih butuh waktu, Jaejoong”
“Waktu
apa lagi?! Tidakkah cukup untuknya setelah selama ini? Aku juga manusia,
Yoochun! Aku punya batas kesabaran!”
“Tenanglah, Jaejoong, please”
“Setidaknya aku hanya ingin ia berhenti
membuatku menangisinya, Yoochun ah..”
Park Yoochun
tidak menyahut lagi.
Namja chubby itu
hanya diam dan menjulurkan tangannya menyeka air mata Jaejoong yang menetes.
Ia mendengus
dalam hati.
Aish, sepupunya
itu.
Tidakkah ia
belajar sesuatu setelah empat tahun kepergiannya silam?
“Kau tahu apa yang kupikirkan saat ini,
Park?”
“Oh tidak, jangan beritahu aku”
Jaejoong
mendesah.
Menyingkirkan
jemari Yoochun dari wajahnya.
“Mungkin kali ini aku yang akan pergi
meninggalkannya” Bisik Jaejoong tersenyum pahit.
-------
Namja cantik itu
membuka pintu kamarnya dan mengusap wajahnya yang baru saja ia bilas dengan
handuk.
Kaki jenjangnya
melangkah menuju meja rias dan duduk di sana, mendesah lega setelah
menghabiskan beberapa menit untuk mandi.
Jaejoong meraih
botol krim malamnya dan mengolesinya di wajah, kedua mata bulatnya
memperhatikan dengan seksama refleksi dirinya di dalam cermin.
“Apa saja yang kau lakukan bersama Yoochun
hari ini?”
DEG!
Jaejoong
tersentak kaget.
Namja cantik itu
refleks menoleh ke belakang dan menatap Yunho yang berbaring acak di atas ranjang
mereka.
Ia menaikkan
alisnya.
“Sejak kapan kau ada di sana, Yunho ah?”
Tanyanya.
“Aku sudah ada di sini sejak kau masuk ke dalam kamar” Sahut
Yunho santai.
Eoh?
Jaejoong
mengerjapkan kedua mata bulatnya kaget.
Apa?
Sejak ia masuk ke
dalam kamar?
“Ka-Kau melihatku berganti pakaian?” Bisik
Jaejoong dengan wajah merona.
Yunho tersenyum
kecil.
Hal yang jarang
ia lakukan ketika sedang berdua dengan istrinya.
“Hum, tidak masalah bukan? Selama kau masih
istriku dan aku masih suamimu”
Jaejoong menelan
salivanya susah payah.
Ia berbalik dan mencoba
berkonsentrasi kembali dengan krimnya.
“Jadi, apa yang kau lakukan?”
“Oppsso, hanya minum jus dan makan kue”
“Kau yakin?”
Jaejoong
mendesah jengah.
Ia melirik Yunho
melalui cermin.
“Sejak kapan kau menjadi penuntut seperti
ini, Yunho yah? Biasanya kau tidak pernah peduli dengan apa yang kulakukan”
“Kenapa kau menyerangku? Aku hanya bertanya
padamu dan kurasa itu hal yang wajar”
“Hum”
“Lalu, setelah minum jus dan makan kue, apa?”
Gah.
Jaejoong
meletakkan krimnya di atas meja.
Ia berbalik lagi
dan menatap langsung mata musang suaminya.
“Kami jalan-jalan sebentar, di pinggir Sungai
Han, dan kalau kau ingin tahu lagi, setelah itu kami membeli cumi bakar dan
memakannya di dalam mobil selama perjalanan mengantarkanku pulang”
“Lalu?”
“Demi Tuhan, Yunho yah! Ada apa denganmu? Kau
mengira aku berselingkuh dengan sepupumu, begitu?”
Skakmat.
Yunho terdiam.
Ia hanya bisa
bungkam menatap Jaejoong yang terlihat emosi.
Namja cantik itu
bahkan sudah berdiri dari duduknya saat ini.
Jaejoong menarik
dan menghembuskan nafas panjang.
Mencoba untuk
tenang dan tidak membangunkan Jaeho dan Junhon dengan suaranya.
Hening.
Kedua namja itu
saling menundukkan wajah mereka dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sampai kemudian
Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menanyakan hal
yang sangat ingin ia ketahui hingga saat ini.
“Kenapa kau kembali?”
DEG.
Yunho tertegun.
Ia mengangkat
wajahnya dan memandang wajah cantik kekasihnya.
“Bukankah sudah kukatakan? Aku kembali
karenamu, Jejung-ah” Ucapnya.
Jaejoong
menggigit bibir bawahnya erat.
Jemarinya
bergetar pelan.
Kepalanya
memutar kembali tentang bagaimana Yunho memperlakukan dirinya selama ini.
Tidak, tidak,
bukan itu alasan yang sebenarnya.
“Ani, beritahu aku yang sebenarnya, Yunho ah”
Desis Jaejoong lirih.
“…”
“Kau pulang bukan karena aku kan Yunho? Kau
di sini karena mereka, karena Jaeho dan Junhon ani?”
“…”
“JAWAB AKU, YUNHO!!”
Namja tampan itu
menghela nafasnya, ia memalingkan wajah dan berbisik penuh kepahitan.
“Ne, kau benar. Satu-satunya alasan aku
kembali adalah karena mereka”
Jaejoong
terdiam.
Kedua mata
bulatnya berkaca-kaca menahan tangis.
Bibir ranumnya
bergetar ringan, dadanya sesak.
Namja cantik itu
segera melangkahkan kakinya beranjak keluar dari kamar.
Menutup pintunya
dengan keras hingga menyentak Yunho yang masih duduk di atas ranjang.
Ia menghela
nafas panjang seraya mengusap frustasi wajahnya.
“Tapi sekarang semuanya berbeda,
Jejung-ah..Aku di sini bukan hanya karena mereka..” Lirihnya pahit.
-------
Kedua namja
kembar itu saling berdiri di ambang pintu kamar Jaejoong saat ini.
Berpegangan
tangan memperhatikan setiap gerakan sang Umma.
Mata musang
Jaeho bergerak pelan.
Kemudian
suaranya mengalun bingung.
“Umma mau kemana?”
Gerakan Jaejoong
sontak berhenti seketika.
Ia menoleh
kepada putra kembarnya yang masih setia berdiri di pintu.
Rambut keduanya
acak-acakan.
Masih memakai
piyama bergambar hamtaro.
“Ini masih jam enam pagi, babies, jja, kembali ke kamar” Sahut
Jaejoong tersenyum.
Junhon
menggeleng.
Ia mempoutkan
bibirnya manja.
“Umma mau kemana?” Ulang Jaeho mengerutkan
dahinya.
Jaejoong
mendesah pendek.
Kenapa putra
sulungnya yang satu ini sangat keras kepala eoh?
Sama seperti
Appanya.
Namja cantik itu
menutup kopernya dan berlutut di hadapan kedua putranya.
Ia mengusap
sayang wajah mereka.
“Umma mau pergi, Jaejae” Bisiknya rapuh.
Kembali menahan
tangis yang akan membasahi mata indahnya.
“Eodisseo? Jaejae juga ikut!” Ucap Jaeho
mulai takut.
Jaejoong
menggeleng.
Mengacak gemas
rambut almond putranya.
“Jaejae dan Honchan temani Appa ne? Umma
tidak bisa membawa kalian”
“Umma”
Jaejoong
berdiri.
Mengacuhkan
rengekan manja milik Junhon.
Namja cantik itu
memakai jaketnya dan menarik koper beserta tasnya.
Ia mengecup lembut
bibir kedua putranya dan segera beranjak pergi meninggalkan mereka.
Jaeho dan Junhon
saling mengeratkan pegangan tangan mereka.
Pipi mereka
basah.
Keduanya mulai
terisak keras ketika suara pintu depan terdengar menutup.
Junhon menjerit.
Memanggil Ummanya
yang sudah pergi.
Sementara Jaeho
mengusap air matanya.
Ia menarik kasar
jemari Junhon dan membawanya berlari memasuki kamar mereka.
“APPA!! APPA!!” Jeritnya terisak.
Yunho
mengerutkan dahi dalam tidurnya.
Ia mendesah
pendek dan mengerjapkan mata musangnya pelan, kemudian beranjak duduk di
pinggir ranjang putranya.
“Ne Jae? Wae eoh?”
“Umma pergi, Appa! Umma bawa tas besar!”
Tangis Junhon
melengking mengisi ruangan.
Membuat Jaeho
menggenggam erat jemari kembarannya dan menangis kencang.
Sementara Yunho
hanya terdiam.
Dengan alis yang
bertaut.
SSRAK!
Namja tampan itu
segera melompat dari ranjang.
Ia berlari
kesetanan menuruni tangga.
Melompati sofa
mungil milik kedua putranya yang ada di ruang tengah dan membuka pintu depan
dengan kasar.
Yunho berlari di
atas trotoar dengan kaki telanjang.
Ia bahkan
mengacuhkan rambutnya yang masih sangat berantakan.
Kaus putihnya
mulai terlihat lembab karena keringat.
Betisnya mulai
merasakan dinginnya udara pagi akibat celana selututnya.
“JUNG JAEJOONG!!” Teriaknya lantang.
Mengejutkan
burung-burung gereja yang bertengger di sekitar pohon.
Yunho semakin
mempercepat larinya.
Menuruni jalanan
yang membentuk bukit kecil itu.
Keringatnya
mengucur.
Jantungnya
berdebar kencang.
Ya Tuhan,
Jaejoongnya tidak boleh pergi!
Tidak boleh!
Mata musang
Yunho melebar sempurna ketika ia menangkap punggung rapuh itu di ujung jalan.
Nafas Yunho
mulai sesak.
Mata musangnya
berkaca-kaca.
Ia mendengus dan
melompati dua jengkal trotoar dengan nekat ketika melihat sebuah bus hendak
berhenti di sana.
BRAKK!
“AAAH!!”
DEG!
Namja cantik
yang sedang menunggu bus itu terkejut.
Ia refleks
berbalik dan membulatkan kedua mata beningnya yang basah.
Menatap tidak
percaya sesosok namja tampan yang jatuh terguling karena tersandung batu.
Jaejoong melepas
genggamannya pada koper besar miliknya dan berlari menyusul suaminya.
“Ya Tuhan! Yunho! Ada apa denganmu?!” Pekik
Jaejoong khawatir.
Ia segera
berlutut di hadapan Yunho yang kini meringis memeluk lutut kanannya yang
berdarah.
Kakinya bahkan
lecet-lecet hingga memerah.
Pelipisnya basah
karena keringat.
Kaus putihnya
lembab.
Nafasnya
terputus-putus, dan wajahnya menderita.
Jaejoong menoleh
ketika bus yang ia tunggu berhenti di depan kopernya.
Dalam sedetik ia
kembali menatap Yunho saat namja tampan itu mencengkram pergelangan tangannya
dengan jemarinya yang bergetar.
“Ka-Kajimahh..hh..hh” Bisik Yunho terengah.
Jaejoong
membeku.
Ia hanya bisa
diam memandang Yunho.
Namja tampan itu
meringis dan mengumpat kesal merutuki kakinya.
Kemudian ia
mendongakkan wajah tampannya, menatap serius wajah cantik itu.
“Please..Please..Don’t ever leave me, Jaejoongie..I beg you..hh..”
“Yu-Yunho..”
“Aku mengaku salah padamu, aku minta maaf
atas segala perbuatanku yang menyakitimu dan hatimu, Jaejoong ah..But please, just don’t leave me..”
Air mata
Jaejoong menetes jatuh.
Tidak pernah ia
melihat suaminya serapuh dan semenyedihkan ini.
Sungguh.
Namja cantik itu
meletakkan jemari lembutnya di atas tangan Yunho yang menangkup lutut
berdarahnya.
Ia menunduk
sedikit dan meniup pelan luka itu.
“Jja, kita harus mengobati lukamu sebelum
infeksi, Yunho yah” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho merasakan
matanya semakin panas.
Ia segera
mengulurkan kedua lengannya dan memeluk erat tubuh Jaejoong.
Membuat namja
cantik itu kembali terkejut akan sikapnya.
Menenggelamkan
wajah basahnya di bahu Jaejoong.
Namja cantik itu
terisak keras.
Kedua jemarinya
mencengkram erat punggung basah Yunho.
“Aku mencintaimu, Jejung-ah..Aku
mencintaimu..Percaya padaku” Ujar Yunho bergetar.
Tangis Jaejoong
pecah.
Sebegitu
takutnyakah Yunho ditinggal olehnya?
Namja cantik itu
menggigit bibir bawahnya.
“Ne Yunho ah..Aku percaya padamu..” Balasnya
terisak.
Yunho mendesah
lega.
Ia melonggarkan
pelukannya perlahan.
Sesekali
meringis mengingat kakinya yang terluka.
Jaejoong balas
mendekap Yunho lebih erat.
Perasaannya
membuncah.
Tangis
bahagianya terus mengalir.
Dadanya sesak.
Memandang nyata
penantiannya setelah bertahun-tahun.
Kemudian ia
melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Yunho setelah mengusapi kedua pipi
namja tampan itu.
“Kau meninggalkan putra kita di rumah berdua?”
Tanyanya lirih.
Yunho
mengangguk.
Mendesah pendek
sebelum menyahut.
“Aku terlalu panik, yang ada di kepalaku
hanya kau”
“Aigoo”
“Maafkan aku..Seharusnya aku tidak membuatmu
sedih kemarin malam. Seharusnya aku berkata jujur padamu..Aku..Aku cemburu
melihatmu dekat dengan Yoochun..”
“Aku mencintaimu, Yunho ah”
Ocehan Yunho
terhenti.
Mata musangnya
mengerjap pelan merasakan kecupan lembut di atas bibirnya.
Jaejoong
menjauhkan wajahnya.
Kemudian
membantu Yunho untuk berdiri dari duduknya dan mengambil koper miliknya.
“Ne, aku juga mencintaimu, Jaejoongie”
Ujarnya tersenyum lega.
Jaejoong memapah
Yunho di pundaknya.
Ia mendesah
berat.
“Untung saja ini masih sangat pagi, jadi
hanya aku yang melihat penampilan supermu saat ini” Ucapnya.
Yunho tersenyum.
Ia mengusap
kepala Jaejoong dan mengecup lembut bagian itu.
“I let
you saw it, just because you are my Paradise, Jung Jaejoong”
Jaejoong
terkekeh seraya menyeret Yunho kembali menaiki jalan setapak yang membukit itu.
“Am I?”
“Yes
you are”
I don’t want you to go, please..
I love you, I love you..
You are my miracle, my Paradise..
END.
-Kim Jaejoong, Paradise-
Kyaaa... Saya pertamaaaa #bangga
BalasHapusBeruang satu itu sweet banget...
Walau ga kebayang gimana muka-kucel-baru-bangun-tidur-belom-lap-iler nya Yunho... #plak
Gyaaaaaaa!!!! >.<
BalasHapusIni. Keren. Banget! Gilaaaa!!! Feelnya itu loh! Daebak!
Nangis........
BalasHapusSedih bgd :(
Ihh.. shella eonni ini selalu loh.. selalu bikin sedih + bahagia sangat :D
BalasHapusTerharuuu banget akuu :3 kirain mah di chap ini bakal kasih scane romantisme yunjae setelah kepulangan yunho.. eh ternyata malah mencengangkan >.<
Aku suka banget..
Gomawo nee
Ihh.. shella eonni ini selalu loh.. selalu bikin sedih + bahagia sangat :D
BalasHapusTerharuuu banget akuu :3 kirain mah di chap ini bakal kasih scane romantisme yunjae setelah kepulangan yunho.. eh ternyata malah mencengangkan >.<
Aku suka banget..
Gomawo nee
Makanya yun, baru tau rasa kan gmn kalo jae pergi
BalasHapus