This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 07 Juli 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/PARADISE EPILOG



Tittle: PARADISE EPILOG

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship-mpreg-incest

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


I will make everything come true, I will make you a miracle, I will make everything you want, But I think I am not your paradise, am I?
.
.
.

  “Hahahaha~!”

Namja cantik itu mengerjapkan kedua mata bulatnya pelan, mengernyitkan dahi ketika telinganya menangkap suara tawa putra kembarnya yang melengking.
Jaejoong mendesah pendek seraya tersenyum.
Ia beranjak bangun dari tidurnya dan meregangkan tubuhnya.


Kemudian ia berjalan mendekati jendela kamar.

Mata bulatnya berkilat jenaka melihat Yunho yang sedang mengejar Junhon di halaman belakang rumah mereka.
Sementara Jaeho tampak kotor karena cat dari paint gun milik Junhon.
Jaejoong menguap pelan, ia berbalik dan tertegun ketika matanya menangkap ranjang sisi kanannya terlihat rapi.

Bahkan sangat rapi.
Letak bantalnya pun persis sama seperti hari-hari sebelumnya.

  “Kapan kau akan kembali tidur di sini, Yunho yah?” Desah Jaejoong sedih.

Namja cantik itu mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.
Lagi-lagi kesedihan menyergapi dirinya.
Yunho memang kembali ke rumah pada akhirnya.
Tapi bukan ini yang ia inginkan.

Ia ingin Yunho kembali memang karena seperti ucapannya waktu itu.
Bukan hanya sekedar berucap tetapi mengingkarinya.
Bahkan sejak kembalinya namja tampan itu ke rumah, ia tidak pernah lagi tidur di kamar mereka.
Ia tidur bersama Jaeho dan Junhon.

BRAKK!

Jaejoong tersentak kaget.
Ia mengangkat wajahnya dan mengulum senyum kecil melihat Junhon yang menerobos masuk dan berlari ke arahnya.

  “Ummaaaa!” Jeritnya lantang.

Namja cherry itu melompat menerjang sang Umma, mengacuhkan paint gun miliknya yang terlempar di lantai.

  “Yah, Honchan~! Kau membuat seprai Umma kotor!” Erang Jaejoong kesal.

Namja cilik itu hanya tertawa geli seraya berguling ke belakang Jaejoong.

  “Junhonchan kau curang! Bukankah peraturannya tidak boleh masuk ke dalam rumah eoh!” Teriak Jaeho ikut menerobos kamar tersebut.

Oh gosh.
Jaejoong mengernyitkan dahinya sekarang.
Seingatnya Jaeho tidak sekotor ini beberapa menit yang lalu.

  “Jung Jaeho! Dilarang naik ke atas ranjang! Berdiri di sana!” Ujar Jaejoong menatap tajam putranya.

Jaeho berhenti melangkah.
Ia segera terdiam memeluk senjata mainannya.

  “Aigoo~ Ini masih pagi dan kalian sudah sekotor ini! Ckckck~” Gumam Jaejoong seraya mengusapi pipi Jaeho.

  “Kalau begitu ayo kita mandi bersama, Umma~” Ajak Jaeho tersenyum lebar.

Membuat Jaejoong mau tidak mau ikut tersenyum karenanya.

  “BANG! Kena kau Jaejae!”

Jaejoong menjerit.
Sementara Yunho terkejut tepat setelah ia menembakkan cat terakhirnya.
Tetesan cat berwarna hijau menetes dari pipi Jaejoong.
Namja cantik itu menatap tajam ke arah Yunho.

  “Hahahaha~! Appa pabo!” Tawa Jaeho dan Junhon kompak.

Yunho tampak salah tingkah, sementara Jaejoong menggeram kesal.
Ia mendekati Yunho dan merebut senjata mainan tersebut.
Menodongkannya tepat di bawah dagu namja tampan itu.

  “Kau seharusnya ingat umur, Jung Yunho” Desis Jaejoong menggeram.

  “Mi-Mian---”

DOR!

Yunho terjengkang kaget.
Mata musangnya membulat melihat Jaejoong yang tersenyum puas di sana.
Memandang dirinya yang kini berlumuran cat.

  “Yah!” Ujar Yunho beranjak bangkit.

Jaejoong tertawa kecil, ia menarik Jaeho dan Junhon berlari memasuki kamar mandi dan segera menguncinya dari dalam sebelum Yunho ikut masuk ke dalam.
Mereka bertiga tertawa-tawa di dalam sana.
Meninggalkan Yunho yang mendecih kesal.

  “Aish, kau curang!” Gerutu namja tampan itu mengerucutkan bibirnya.

Sementara itu Jaejoong sudah mengisi bathtup dengan air hangat.
Ia membantu kedua putra kecilnya membuka pakaian.
Junhon segera berlari ke bawah shower dan membilas rambut cokelatnya yang tercampur cat.
Kemudian diikuti Jaeho yang baru saja selesai membuka celana pendeknya.

  “Berapa lama kalian main bersama Appa hm?” Tanya Jaejoong yang ikut membasuh wajahnya di sana.

Jaeho mengetuk dagu mungilnya pelan.
Ia memiringkan wajah tampannya.

  “Umm..Kami bangun jam enam pagi tadi”

  “Mwo? Kalian bermain selama tiga jam eoh? Bukankah Umma sudah bilang, bangun tidur jangan langsung ke halaman belakang? Segera mandi dan sarapan bersama Appa”

  “Tapi Appa yang minta, Umma, Appa bilang tidak apa-apa selama Umma masih tidur”

Aish.
Jaejoong mendengus kesal.
Ia beranjak masuk ke dalam bathtup dan menuangkan sabun cair ke dalamnya.
Junhon menaiki tangga kecil yang memang disiapkan khusus di pinggir sana, lalu ia berendam di samping Jaejoong.

  “Umma, kenapa Appa selalu tidur bersama kami di kamar?” Tanya namja cherry itu bingung.

Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya menatap Junhon yang mengerutkan dahinya lucu.

  “Ne, padahal kami mau tidur cepat, tapi Appa malah memaksa kami mendengarkan dongeng sebelum tidur darinya” Sahut Jaeho yang ikut masuk ke dalam bathtup.

  “Tapi kami suka dongengnya Appa” Sambung Junhon tersenyum.

Jaejoong balas tersenyum.
Ia masih bungkam.

  “Jaejae bukannya tidak senang Appa tidur di kamar kami, tapi kata Yoochun Ahjusi, Appa seharusnya tidur bersama Umma”

DEG.

Mata bulat Jaejoong mengerjap cepat.
Kelopak matanya terasa panas dan basah.
Ia segera memalingkan wajahnya dan menahan nafas sejenak.

  “Umma, gwenchana?” Tanya Junhon takut.

Namja cantik itu menarik nafas panjang.
Ia mengusap wajahnya dan menjilat bibir bawahnya.

  “Ne, gwenchana” Bisiknya lirih. Nyaris tidak terdengar.


-------


Kedua mata bulat Jaejoong bergerak pelan memperhatikan suami dan putra kembarnya yang tidak berhenti berceloteh satu sama lain sejak tadi.
Namja cantik itu tidak mengerti dengan jalan pikiran Yunho.
Namja tampan itu sama sekali tidak berubah setelah kepergiannya beberapa tahun silam.
Hanya saja kali ini ia duduk di sana dengan raut bahagianya yang tak pernah padam.

Tidak adakah rasa cinta sedikit pun padaku setelah apa yang terjadi selama ini, Yunho ah?

  “Satu-satunya yang kau pedulikan hanya mereka” Gumam Jaejoong mendesah pendek.

  “Ne? Umma bilang apa?” Tanya Jaeho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap Yunho dan Junhon yang kini balas memandang dirinya.
Namja cantik itu tersenyum manis, kemudian ia segera menggeleng.

  “Ani, oppssoyo” Bisiknya lirih.

Jaeho hanya menggumam.

  “Umma mau kemana?” Junhon mengeluarkan suara ketika melihat Jaejoong beranjak dari duduknya.

  “Eh? Umma mau keluar bersama Yoochun Ahjusi, kalian di sini saja bersama Appa ne?” Sahut Jaejoong.

Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Tidak berhenti memperhatikan Jaejoong.

  “Umma selalu pergi bersama Ahjusi, kenapa Umma tidak pernah pergi dengan Appa?”

DEG.

Jaejoong dan Yunho mendadak kaku.
Namja tampan itu berdehem pelan dan mengusap sayang rambut cokelat milik putra bungsunya.

  “Kalau Appa pergi bersama Umma, Hon dan Jae otteyo? Tidak ada yang menjaga ani?” Ujarnya.

  “Appa bisa meminta Yoochun Ahjusi untuk menjaga kami” Sahut namja cherry itu lucu.

Jaejoong mendesah panjang. Ia tersenyum kecut pada putra kecilnya.

  “Umma dan Appa tidak pernah pergi bersama karena Umma lebih suka bersama Yoochun Ahjusi, Honchan, jja, habiskan paprikamu” Ucapnya tegas.

Junhon mempoutkan bibirnya manja.
Jemari mungilnya menyingkirkan paprika hijau yang ada di dalam makan siangnya ke piring Yunho.
Sementara namja tampan itu kembali menatap lurus kedua mata bulat Jaejoong.

  “Jadi begitu?”

Huh?
Jaejoong menoleh, menatap kedua mata musang Yunho.

  “Apanya?”

  “Jadi kau lebih menyukai Yoochun dari pada aku?”

  “Kau juga lebih menyukai Jaeho dan Junhon dibandingkan denganku, sama saja bukan?”

  “Tentu saja berbeda, Jejung ah!”

  “Beritahu aku, Jung Yunho, bagian mana-nya yang berbeda huh? Nyatanya kau memang lebih memperhatikan mereka daripada aku”

  “Mereka putraku!”

  “Memangnya siapa yang bilang kalau mereka bukan putramu?”

Aish.
Yunho mendengus kencang.
Jaejoong mengusap wajahnya.
Ia melirik Jaeho dan Junhon yang menundukkan wajah mereka seraya berpegangan tangan erat.
Kemudian ia menghembuskan nafas panjang seraya merapikan kursinya.

  “Setidaknya Yoochun selalu ada di sisiku setiap saat dan tidak pernah ragu untuk mengungkapkan rasa sayangnya padaku”

DEG.

Yunho mematung.
Sementara Jaejoong sudah lebih dulu berlari menaiki tangga memasuki kamarnya.
Namja cantik itu menutup pintu dengan kasar dan bersandar di baliknya.
Mengusapi air matanya yang telah membendung sejak tadi.


-------


  “Aku lelah, Yoochun ah”

Namja chubby itu menghela nafasnya pelan.
Ia menyesap kopinya sejenak.

  “Ini lelahmu yang kesekian kalinya, Jung Jaejoong”

  “Kali ini aku benar-benar lelah!”

  “Benarkah?”

Jaejoong mengangguk.
Ia memainkan garpunya menusuk-nusuk kue bolu berwarna merah muda itu tanpa minat.

  “Kurasa aku sudah mencapai batasku” Bisiknya.

  “Lalu?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.

  “Hampir enam tahun kami menikah, dan ia masih menganggapku orang asing. Terlebih ketika Jaeho dan Junhon ada”
 
  “Mungkin Yunho masih butuh waktu, Jaejoong”

  “Waktu apa lagi?! Tidakkah cukup untuknya setelah selama ini? Aku juga manusia, Yoochun! Aku punya batas kesabaran!”

  “Tenanglah, Jaejoong, please

  “Setidaknya aku hanya ingin ia berhenti membuatku menangisinya, Yoochun ah..”

Park Yoochun tidak menyahut lagi.
Namja chubby itu hanya diam dan menjulurkan tangannya menyeka air mata Jaejoong yang menetes.
Ia mendengus dalam hati.
Aish, sepupunya itu.

Tidakkah ia belajar sesuatu setelah empat tahun kepergiannya silam?

  “Kau tahu apa yang kupikirkan saat ini, Park?”

  “Oh tidak, jangan beritahu aku”

Jaejoong mendesah.
Menyingkirkan jemari Yoochun dari wajahnya.

  “Mungkin kali ini aku yang akan pergi meninggalkannya” Bisik Jaejoong tersenyum pahit.


-------


Namja cantik itu membuka pintu kamarnya dan mengusap wajahnya yang baru saja ia bilas dengan handuk.
Kaki jenjangnya melangkah menuju meja rias dan duduk di sana, mendesah lega setelah menghabiskan beberapa menit untuk mandi.
Jaejoong meraih botol krim malamnya dan mengolesinya di wajah, kedua mata bulatnya memperhatikan dengan seksama refleksi dirinya di dalam cermin.

  “Apa saja yang kau lakukan bersama Yoochun hari ini?”

DEG!

Jaejoong tersentak kaget.
Namja cantik itu refleks menoleh ke belakang dan menatap Yunho yang berbaring acak di atas ranjang mereka.
Ia menaikkan alisnya.

  “Sejak kapan kau ada di sana, Yunho ah?” Tanyanya.

  “Aku sudah ada  di sini sejak kau masuk ke dalam kamar” Sahut Yunho santai.

Eoh?

Jaejoong mengerjapkan kedua mata bulatnya kaget.
Apa?
Sejak ia masuk ke dalam kamar?

  “Ka-Kau melihatku berganti pakaian?” Bisik Jaejoong dengan wajah merona.

Yunho tersenyum kecil.
Hal yang jarang ia lakukan ketika sedang berdua dengan istrinya.

  “Hum, tidak masalah bukan? Selama kau masih istriku dan aku masih suamimu”

Jaejoong menelan salivanya susah payah.
Ia berbalik dan mencoba berkonsentrasi kembali dengan krimnya.

  “Jadi, apa yang kau lakukan?”

  “Oppsso, hanya minum jus dan makan kue”

  “Kau yakin?”

Jaejoong mendesah jengah.
Ia melirik Yunho melalui cermin.

  “Sejak kapan kau menjadi penuntut seperti ini, Yunho yah? Biasanya kau tidak pernah peduli dengan apa yang kulakukan”

  “Kenapa kau menyerangku? Aku hanya bertanya padamu dan kurasa itu hal yang wajar”

  “Hum”

  “Lalu, setelah minum jus dan makan kue, apa?”

Gah.
Jaejoong meletakkan krimnya di atas meja.
Ia berbalik lagi dan menatap langsung mata musang suaminya.

  “Kami jalan-jalan sebentar, di pinggir Sungai Han, dan kalau kau ingin tahu lagi, setelah itu kami membeli cumi bakar dan memakannya di dalam mobil selama perjalanan mengantarkanku pulang”

  “Lalu?”

  “Demi Tuhan, Yunho yah! Ada apa denganmu? Kau mengira aku berselingkuh dengan sepupumu, begitu?”

Skakmat.
Yunho terdiam.
Ia hanya bisa bungkam menatap Jaejoong yang terlihat emosi.
Namja cantik itu bahkan sudah berdiri dari duduknya saat ini.
Jaejoong menarik dan menghembuskan nafas panjang.
Mencoba untuk tenang dan tidak membangunkan Jaeho dan Junhon dengan suaranya.

Hening.

Kedua namja itu saling menundukkan wajah mereka dan sibuk dengan pikiran masing-masing.
Sampai kemudian Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menanyakan hal yang sangat ingin ia ketahui hingga saat ini.

  “Kenapa kau kembali?”

DEG.

Yunho tertegun.
Ia mengangkat wajahnya dan memandang wajah cantik kekasihnya.

  “Bukankah sudah kukatakan? Aku kembali karenamu, Jejung-ah” Ucapnya.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya erat.
Jemarinya bergetar pelan.
Kepalanya memutar kembali tentang bagaimana Yunho memperlakukan dirinya selama ini.
Tidak, tidak, bukan itu alasan yang sebenarnya.

  “Ani, beritahu aku yang sebenarnya, Yunho ah” Desis Jaejoong lirih.

  “…”

  “Kau pulang bukan karena aku kan Yunho? Kau di sini karena mereka, karena Jaeho dan Junhon ani?”

  “…”

  “JAWAB AKU, YUNHO!!”

Namja tampan itu menghela nafasnya, ia memalingkan wajah dan berbisik penuh kepahitan.

  “Ne, kau benar. Satu-satunya alasan aku kembali adalah karena mereka”

Jaejoong terdiam.
Kedua mata bulatnya berkaca-kaca menahan tangis.
Bibir ranumnya bergetar ringan, dadanya sesak.

Namja cantik itu segera melangkahkan kakinya beranjak keluar dari kamar.
Menutup pintunya dengan keras hingga menyentak Yunho yang masih duduk di atas ranjang.
Ia menghela nafas panjang seraya mengusap frustasi wajahnya.

  “Tapi sekarang semuanya berbeda, Jejung-ah..Aku di sini bukan hanya karena mereka..” Lirihnya pahit.


-------


Kedua namja kembar itu saling berdiri di ambang pintu kamar Jaejoong saat ini.
Berpegangan tangan memperhatikan setiap gerakan sang Umma.
Mata musang Jaeho bergerak pelan.
Kemudian suaranya mengalun bingung.

  “Umma mau kemana?”

Gerakan Jaejoong sontak berhenti seketika.
Ia menoleh kepada putra kembarnya yang masih setia berdiri di pintu.
Rambut keduanya acak-acakan.
Masih memakai piyama bergambar hamtaro.

  “Ini masih jam enam pagi, babies, jja, kembali ke kamar” Sahut Jaejoong tersenyum.

Junhon menggeleng.
Ia mempoutkan bibirnya manja.

  “Umma mau kemana?” Ulang Jaeho mengerutkan dahinya.

Jaejoong mendesah pendek.
Kenapa putra sulungnya yang satu ini sangat keras kepala eoh?
Sama seperti Appanya.
Namja cantik itu menutup kopernya dan berlutut di hadapan kedua putranya.
Ia mengusap sayang wajah mereka.

  “Umma mau pergi, Jaejae” Bisiknya rapuh.

Kembali menahan tangis yang akan membasahi mata indahnya.

  “Eodisseo? Jaejae juga ikut!” Ucap Jaeho mulai takut.

Jaejoong menggeleng.
Mengacak gemas rambut almond putranya.

  “Jaejae dan Honchan temani Appa ne? Umma tidak bisa membawa kalian”

  “Umma”

Jaejoong berdiri.
Mengacuhkan rengekan manja milik Junhon.
Namja cantik itu memakai jaketnya dan menarik koper beserta tasnya.
Ia mengecup lembut bibir kedua putranya dan segera beranjak pergi meninggalkan mereka.

Jaeho dan Junhon saling mengeratkan pegangan tangan mereka.
Pipi mereka basah.
Keduanya mulai terisak keras ketika suara pintu depan terdengar menutup.
Junhon menjerit.
Memanggil Ummanya yang sudah pergi.

Sementara Jaeho mengusap air matanya.
Ia menarik kasar jemari Junhon dan membawanya berlari memasuki kamar mereka.

  “APPA!! APPA!!” Jeritnya terisak.

Yunho mengerutkan dahi dalam tidurnya.
Ia mendesah pendek dan mengerjapkan mata musangnya pelan, kemudian beranjak duduk di pinggir ranjang putranya.

  “Ne Jae? Wae eoh?”

  “Umma pergi, Appa! Umma bawa tas besar!”

Tangis Junhon melengking mengisi ruangan.
Membuat Jaeho menggenggam erat jemari kembarannya dan menangis kencang.
Sementara Yunho hanya terdiam.
Dengan alis yang bertaut.

SSRAK!

Namja tampan itu segera melompat dari ranjang.
Ia berlari kesetanan menuruni tangga.
Melompati sofa mungil milik kedua putranya yang ada di ruang tengah dan membuka pintu depan dengan kasar.
Yunho berlari di atas trotoar dengan kaki telanjang.

Ia bahkan mengacuhkan rambutnya yang masih sangat berantakan.
Kaus putihnya mulai terlihat lembab karena keringat.
Betisnya mulai merasakan dinginnya udara pagi akibat celana selututnya.

  “JUNG JAEJOONG!!” Teriaknya lantang.

Mengejutkan burung-burung gereja yang bertengger di sekitar pohon.
Yunho semakin mempercepat larinya.
Menuruni jalanan yang membentuk bukit kecil itu.
Keringatnya mengucur.

Jantungnya berdebar kencang.
Ya Tuhan, Jaejoongnya tidak boleh pergi!
Tidak boleh!

Mata musang Yunho melebar sempurna ketika ia menangkap punggung rapuh itu di ujung jalan.
Nafas Yunho mulai sesak.
Mata musangnya berkaca-kaca.
Ia mendengus dan melompati dua jengkal trotoar dengan nekat ketika melihat sebuah bus hendak berhenti di sana.

BRAKK!

  “AAAH!!”

DEG!

Namja cantik yang sedang menunggu bus itu terkejut.
Ia refleks berbalik dan membulatkan kedua mata beningnya yang basah.
Menatap tidak percaya sesosok namja tampan yang jatuh terguling karena tersandung batu.
Jaejoong melepas genggamannya pada koper besar miliknya dan berlari menyusul suaminya.

  “Ya Tuhan! Yunho! Ada apa denganmu?!” Pekik Jaejoong khawatir.

Ia segera berlutut di hadapan Yunho yang kini meringis memeluk lutut kanannya yang berdarah.
Kakinya bahkan lecet-lecet hingga memerah.
Pelipisnya basah karena keringat.
Kaus putihnya lembab.
Nafasnya terputus-putus, dan wajahnya menderita.

Jaejoong menoleh ketika bus yang ia tunggu berhenti di depan kopernya.
Dalam sedetik ia kembali menatap Yunho saat namja tampan itu mencengkram pergelangan tangannya dengan jemarinya yang bergetar.

  “Ka-Kajimahh..hh..hh” Bisik Yunho terengah.

Jaejoong membeku.
Ia hanya bisa diam memandang Yunho.
Namja tampan itu meringis dan mengumpat kesal merutuki kakinya.
Kemudian ia mendongakkan wajah tampannya, menatap serius wajah cantik itu.

  Please..Please..Don’t ever leave me, Jaejoongie..I beg you..hh..

  “Yu-Yunho..”

  “Aku mengaku salah padamu, aku minta maaf atas segala perbuatanku yang menyakitimu dan hatimu, Jaejoong ah..But please, just don’t leave me..

Air mata Jaejoong menetes jatuh.
Tidak pernah ia melihat suaminya serapuh dan semenyedihkan ini.
Sungguh.
Namja cantik itu meletakkan jemari lembutnya di atas tangan Yunho yang menangkup lutut berdarahnya.
Ia menunduk sedikit dan meniup pelan luka itu.

  “Jja, kita harus mengobati lukamu sebelum infeksi, Yunho yah” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho merasakan matanya semakin panas.
Ia segera mengulurkan kedua lengannya dan memeluk erat tubuh Jaejoong.
Membuat namja cantik itu kembali terkejut akan sikapnya.
Menenggelamkan wajah basahnya di bahu Jaejoong.
Namja cantik itu terisak keras.

Kedua jemarinya mencengkram erat punggung basah Yunho.

  “Aku mencintaimu, Jejung-ah..Aku mencintaimu..Percaya padaku” Ujar Yunho bergetar.

Tangis Jaejoong pecah.
Sebegitu takutnyakah Yunho ditinggal olehnya?
Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya.

  “Ne Yunho ah..Aku percaya padamu..” Balasnya terisak.

Yunho mendesah lega.
Ia melonggarkan pelukannya perlahan.
Sesekali meringis mengingat kakinya yang terluka.
Jaejoong balas mendekap Yunho lebih erat.
Perasaannya membuncah.

Tangis bahagianya terus mengalir.
Dadanya sesak.
Memandang nyata penantiannya setelah bertahun-tahun.
Kemudian ia melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Yunho setelah mengusapi kedua pipi namja tampan itu.

  “Kau meninggalkan putra kita di rumah berdua?” Tanyanya lirih.

Yunho mengangguk.
Mendesah pendek sebelum menyahut.

  “Aku terlalu panik, yang ada di kepalaku hanya kau”

  “Aigoo”

  “Maafkan aku..Seharusnya aku tidak membuatmu sedih kemarin malam. Seharusnya aku berkata jujur padamu..Aku..Aku cemburu melihatmu dekat dengan Yoochun..”

  “Aku mencintaimu, Yunho ah”

Ocehan Yunho terhenti.
Mata musangnya mengerjap pelan merasakan kecupan lembut di atas bibirnya.
Jaejoong menjauhkan wajahnya.
Kemudian membantu Yunho untuk berdiri dari duduknya dan mengambil koper miliknya.

  “Ne, aku juga mencintaimu, Jaejoongie” Ujarnya tersenyum lega.

Jaejoong memapah Yunho di pundaknya.
Ia mendesah berat.

  “Untung saja ini masih sangat pagi, jadi hanya aku yang melihat penampilan supermu saat ini” Ucapnya.

Yunho tersenyum.
Ia mengusap kepala Jaejoong dan mengecup lembut bagian itu.

  I let you saw it, just because you are my Paradise, Jung Jaejoong”

Jaejoong terkekeh seraya menyeret Yunho kembali menaiki jalan setapak yang membukit itu.

  Am I?”

  Yes you are

I don’t want you to go, please..
I love you, I love you..

You are my miracle, my Paradise..

END.

-Kim Jaejoong, Paradise-

6 komentar:

  1. Kyaaa... Saya pertamaaaa #bangga
    Beruang satu itu sweet banget...
    Walau ga kebayang gimana muka-kucel-baru-bangun-tidur-belom-lap-iler nya Yunho... #plak

    BalasHapus
  2. Gyaaaaaaa!!!! >.<
    Ini. Keren. Banget! Gilaaaa!!! Feelnya itu loh! Daebak!

    BalasHapus
  3. Nangis........
    Sedih bgd :(

    BalasHapus
  4. Ihh.. shella eonni ini selalu loh.. selalu bikin sedih + bahagia sangat :D
    Terharuuu banget akuu :3 kirain mah di chap ini bakal kasih scane romantisme yunjae setelah kepulangan yunho.. eh ternyata malah mencengangkan >.<
    Aku suka banget..
    Gomawo nee

    BalasHapus
  5. Ihh.. shella eonni ini selalu loh.. selalu bikin sedih + bahagia sangat :D
    Terharuuu banget akuu :3 kirain mah di chap ini bakal kasih scane romantisme yunjae setelah kepulangan yunho.. eh ternyata malah mencengangkan >.<
    Aku suka banget..
    Gomawo nee

    BalasHapus
  6. Makanya yun, baru tau rasa kan gmn kalo jae pergi

    BalasHapus