This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 12 Desember 2014

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MY BROMANCE/PART 1

Tittle: MY BROMANCE

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-hurt-friendship-angst

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*
 
-------


  “Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri

PART 1.

Namja tampan itu tampak fokus mengerjakan hobinya.
Mata musangnya menatap tajam miniatur Ultraman yang sedang dipolesi cat berwarna merah pada bagian kepalanya.
Yunho begitu berkonsentrasi, sampai kemudian telinganya mendengar suaraderu mesin mobil dan membuatnya refleks meletakkan miniatur kesayangannya dansegera berlari menuruni tangga rumahnya.

  “Appa! Akhirnya kau pulang juga!” Pekik Yunho tersenyum lebar.

Membuat Yorin Kim –Ahjummanya- yang kebetulan melewati ruang tamu rumah besar itu tersenyum kecil.

  “Senang sekali, Yunho ah” Ledeknya.

Yunho mencibir lucu.
Kemudian ia memiringkan wajahnya mencoba melihat wajah Jung Ilwoo yang sedang membuka sepatunya.

  “Kau belum tidur Yunho? Sudah jam berapa ini” Ujar namja paruh baya itu.

Yunho baru saja akan menyahut ucapan ayahnya.
Namun suaranya tercekat ketika mata musangnya mendapati sosok seorang yeoja cantik berambut almond dan seorang namja yang mirip dengan wanita cantik tersebut.
Mata musang Yunho mengerjap.
Dadanya berdebar kencang.
Mendadak bibirnya terasa kelu.


  “Appa”

  “Ya?”

  “Siapa mereka?”

Kedua tangan Yunho mengepal erat.
Melihat kedua orang asing yang kini tersenyum manis kepadanya itu.
Yunho memiliki firasat buruk.
.
.
.

  “Namaku Jung Heechul, dan mulai sekarang kau harus memanggilku Umma, Yunho ah”

Yunho hanya diam.
Kini mereka sedang duduk bersama di meja makan berkursi empat itu.
Ia memperhatikan bagaimana sang ayah menatap wanita cantik itu dan menggertakkan giginya kesal ketika mata musangnya bertemu dengan mata bulatmilik namja cantik yang sedari tadi terus mencuri pandang ke arahnya.

  “Ini putraku, Jung Jaejoong. Ia akan menjadi adikmu, Yunho” Ucap Heechul tersenyum manis.

Jaejoong segera tersenyum lebar.
Namun kemudian senyumnya terkulai ketika Yunho mengalihkan pandangannya.
Menolak untuk menatap namja cantik itu.

  “Appa berani menikahi orang lain tanpa berunding denganku terlebih dahulu? Appa keterlaluan!” Geram Yunho mendesis.

Jung Ilwoo hanya tersenyum tipis.
Ia memaklumi kemarahan putra tunggalnya itu.

  “Yunho, mengertilah, kau sudah 17 tahun. Appa mencintai Heechul dan kau juga membutuhkan seorang Umma” Jelas namja paruh baya tersebut.

Yunho berdiri dari duduknya.
Matanya berkilat marah.

  “Aku tidak butuh Umma baru! Aku sudah memiliki Ummaku sendiri!” Pekiknya kesal.

Heechul memanggil Yunho dengan lantang ketika namja tampan itu berlari meninggalkan ruang makan.
Yeoja cantik itu mendesah pendek dan bersandar pada sandaran kursi.
Sementara Jaejoong hanya terdiam.
Bola matanya bergerak sendu mengikuti punggung lebar Yunho yang tampak rapuh.


-------


  “Selamat pagi semuanya!”

Anak-anak kelas XII-3 itu segera kembali duduk ke kursi masing-masing ketika Minho Songsaenim melangkah memasuki kelas.
Mereka mengerutkan dahi menyadari sosok asing yang kini berdiri di depanmimbar kelas.
Minho tersenyum kecil.

  “Namaku Choi Minho. Aku akan menjadi wali kelas kalian mulai hari ini. Yoonhye songsaenim sudah dipindahtugaskan ke sekolah lain, jadi kuharap kita dapat bekerja sama”

Para siswa mengeluh kesal mendengar berita dadakan tersebut.
Aish.
Padahal Yoonhye songsaenim adalah wali kelas yang menyenangkan.
Wanita itu selalu memperbolehkan mereka melakukan apapun yang mereka suka selama hal itu tidak mengganggu pelajaran dan kelas lain.
Ck.
Menyebalkan.

  “Hari ini sekolah kita kedatangan siswa baru. Sebenarnya ia berada di kelas sebelah, tapi ia meminta agar dimasukkan ke dalam kelas ini karena ia ingin bersama dengan Hyungnya” Ucap Minho seraya meletakkan buku absen kelas di atas mejanya.

Anak-anak mulai riuh.
Kecuali sosok tampan yang duduk di pojok kanan kelas.
Namja bernama Jung Yunho itu menahan nafasnya.
Semoga saja tebakannya meleset.

  “Masuklah” Panggil Songsaenim bermata kodok itu.

Suara langkah kaki terdengar mengisi kelas yang mendadak hening.
Siswa-siswi kelas XII-3 itu menatap kagum wajah cantik si murid baru yang tampak cerah.
Namja cantik itu menundukkan tubuhnya dan menegakkannya kembali seraya tersenyum manis.

  “Anyeong haseyo, Jung Jaejoong imnida. Aku pindahan dari Chungnam. Semoga kita semua dapat berteman baik” Ujar namja cantik itu ramah.

Anak-anak kelas bertepuk tangan menyambut kedatangan Jaejoong.
Membuat namja cantik itu semakin melebarkan senyumannya.

  “Jja, duduklah di samping Hyungmu, Jaejoong”

Namja cantik itu mengangguk.
Mematuhi ucapan Minho Sam dan segera melangkah menghampiri Hyungnya.

GRET!

Seisi kelas sontak berbalik ke belakang ketika suara kursi yang diseret itu terdengar jelas.
Mereka memperhatikan Jaejoong yang tampak kaku ketika Yunho dengan sengaja menyeret kursinya dengan kaki.
Yunho berdecih.
Kemudian ia segera beranjak dari duduknya dan berjalan meninggalkan kelas.
Mengacuhkan Minho Sam yang hanya diam menatapnya.

  “Duduk saja, jangan dipedulikan, dia memang seperti itu”

Jaejoong menoleh, menatap yeoja cantik berambut blonde yang duduk di seberangnya.
Yeoja cantik itu tersenyum manis.
Ia mengulurkan tangannya.

  “Anyeong, Jessica imnida” Ujarnya ramah.

Jaejoong segera menyambut uluran tangan itu.
Kemudian ia mendudukkan dirinya di atas kursi dan menghela nafas pendek.
Mata bulatnya memperhatikan pintu kelas yang terbuka.
Jaejoong jadi merasa bersalah pada Hyungnya itu.
Namja cantik itu menoleh ke bangku Yunho.

Sudut bibirnya terangkat ketika mendapati laci meja Yunho yang penuh dengan sampah dan kulit biji bunga matahari.
Aigoo.
Jaejoong mengambil tissue miliknya dan segera mengumpulkan kulit-kulit tersebut.
Percuma saja Yunho tampan, ternyata ia jorok eoh?
Namja cantik itu terkikik geli.


-------


CKLEK!

Jaejoong tersentak kaget ketika pintu kamar itu terbuka dan menampakkan sosok Yunho di sana.
Segera saja namja tampan itu mengerutkan dahinya kesal.
Mata musangnya menatap jemari Jaejoong yang sedang memegang pigura foto dirinya bersama ayahnya.

  “Apa yang sedang kau lakukan di kamarku hah? Keluar!” Ujar Yunho lantang.

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Ia meremat pigura foto itu gugup.

  “A-Appa yang menyuruhku untuk pindah ke kamarmu, Hyung. Katanya—supaya kita jadi lebih akrab” Balas Jaejoong pelan.

Dahi Yunho berkedut.
Ia mencengkram erat tas sekolahnya dan melemparnya ke atas ranjang.

  “KELUAR DARI KAMARKU!!” Teriaknya marah.

Jaejoong terkesiap kaget.
Namun ia tetap berusaha untuk tidak beranjak dari posisinya.

  “Mianhae Hyung, Appa yang memintaku untuk sekamar bersama Hyung” Ujarnya lagi.

Aish!
Yunho menggertakkan giginya kesal.
Ia membanting pintu kamar dan segera masuk ke dalam kamar mandi.
Mengacuhkan Jaejoong yang menyentuh dadanya kirinya.
Jantungnya berdebar kencang.
Ia cukup takut dengan reaksi Yunho barusan.

Sepertinya ia harus berusaha lebih agar Yunho mau menerima kehadirannya di rumah ini.

Hff.
.
.
.

Jaejoong membuka mata bulatnya pagi ini.
Ia meregangkan tubuhnya dan menguap lucu.
Namja cantik itu menoleh ke samping dan mengerucutkan bibirnya mendapati ranjang sebelahnya telah kosong.
Tapi kemudian ia beranjak bangun setelah suara gemericik air terdengar dari dalam kamar mandi.
Cepat juga Yunho bangun.

Namja cantik itu beringsut malas dari ranjang.
Ia mengusap wajah cantiknya dan segera melipat selimut tebal yang melingkupi kakinya.
Jaejoong menghela nafas menyadari kamar Hyungnya tampak berantakan.
Aigoo.
Namja cantik itu turun dari ranjang dan mengumpulkan pakaian-pakaian milik Yunho yang berserakan di atas hambal.

CKLEK!

DEG!

Jaejoong membulatkan matanya ketika wajahnya refleks menoleh ke arah kamar mandi saat suara pintu terbuka.
Wajahnya bersemu merah ketika pandangannya bertemu dengan bagian bawah tubuh Hyungnya yang terekspose begitu saja.
Namja cantik itu segera memalingkan wajahnya dan merasakan telinganya panas.

Ya Tuhan! Pekiknya dalam hati.

  “H-Hyung! Kenapa kau tidak memakai celanamu?” Tanya Jaejoong lirih.

Bahkan suaranya terdengar bergetar sekarang.
Yunho berdecak.
Ia malah berjalan ke samping Jaejoong dan membuka laci lemari baju miliknya.
Membuat namja cantik itu menahan nafasnya dan semakin menunduk.

  “Terserahku! Ini kan kamarku! Kau dilarang protes!” Ucap Yunho ketus.

Namja cantik itu terkejut ketika sebuah handuk mendarat di kepalanya.
Yunho berdecih.

  “Mandi sekarang! Atau kita akan terlambat!”

  “N-Ne Hyung!”

Jaejoong segera berlari memasuki kamar mandi.
Meninggalkan Yunho yang tersenyum tanpa sadar.

  “Ck, apa dia gay? Seorang namja tidak masalah jika melihat penis milik namja lainnya tahu” Gerutu Yunho seraya memakai seragamnya.
.
.
.

Namja cantik itu mencengkram erat tali ranselnya.
Nafasnya tersengal.
Ia berusaha mempercepat larinya menyusul Yunho yang berjalan jauh didepannya.
Jaejoong merasakan kakinya pegal.
Akhirnya ia berdiri di samping namja tampan itu dan mengusap pelipisnya yang berkeringat.

  “Hh..hh..Hyung, kenapa kau tidak menungguku?” Tanya Jaejoong kesal.

Yunho menoleh.
Menatap tajam namja cantik itu.

  “Salahmu sendiri kenapa kau mandinya lama sekali! Apa saja yang kau lakukan eoh? Apa kau melakukan sesuatudi dalam kamar mandi?” Balas Yunho ketus.

Jaejoong mempoutkan bibir cherry-nya.

  “Aku tadi membersihkan kamarmu dulu, Yunnie Hyung”

  “Jadi maksudmu kamarku berantakan eoh?!”

Jaejoong terkejut ketika Yunho mencengkram kerah kemeja seragamnya.
Namja cantik itu refleks menyentuh lengan Yunho.

  “Mi-Mianhae, Hyung, aku tidak bermaksud seperti itu” Cicitnya takut.

  “Kau senang membantu hah? Arra, mulai sekarang kau adalah pembantuku!” Ucap Yunho tegas.

Ia melepaskan tas sekolahnya dan melemparnya kepada Jaejoong.
Namja cantik itu segera menangkap tas ransel milik Yunho dan mendekapnya erat ketika Yunho mendekatinya dan menunjuk dahinya menggunakan telunjuk.

  “Lakukan apa yang aku perintahkan atau kuhajar kau!”

Namja cantik itu mengangguk panik.
Yunho menunjuk ujung jalanan dan segera mengeluarkan perintah pertamanya.

  “Larilah ke sana dan hentikan mobil van berwarna merah sebelum aku sampai ke sana!”

Jaejoong kembali mengangguk.
Ia segera berlari kencang ke ujung jalanan yang menurun itu dan menjulurkan tangannya ke udara.
Mencoba menghentikan mobil van merah yang kebetulan sedang melaju kearahnya.

CKIIT!

Namja cantik itu mendesah lega ketika mobil yang dikendarai seorang yeoja itu berhenti.
Yeoja cantik itu menatap Jaejoong dari jendela yang terbuka dan menaikkan alisnya.

  “Ada apa, bocah?” Tanyanya tidak ramah.

Yunho yang melihat hal itu berdecak kesal.
Ia berlari menghampiri adik tirinya dan memukul kepala namja cantik itu.

  “Pabo! Aku menyuruhmu menghentikan mobil van merah! Apa yang kau lakukan eoh? Dasar tidak berguna!” Makinya.

Yeoja yang ada di dalam mobil itu mendengus ketika mendengar ucapan Yunho.
Aish.
Ia segera meng-gas mobilnya dan melaju kencang meninggalkan dua remaja berseragam itu.
Jaejoong menundukkan wajahnya takut.

  “Yang kumaksud itu adalah mobil van mini bus tahu!” Seru Yunho seraya menghentikan mini bus yang mendekati mereka berdua.

Mini bus itu berhenti di pinggir jalan.
Yunho segera menaiki mobil tersebut dan duduk di bangku penumpang.
Jaejoong yang melihatnya segera mengikuti perbuatan Hyungnya.
Ia duduk di belakang Yunho seraya meremat erat tas ransel namja tampan itu yang ada di pelukannya.
.
.
.

Jessica yang sedang bergosip dengan Tiffany tidak sengaja menoleh ke bangku yang ada di seberangnya.
Yeoja cantik itu tertegun ketika melihat Yunho yang tertidur selama jam pelajaran berlangsung dan Jaejoong yang tampak mengisi catatan milik Yunho.
Ia berjengit ketika menyadari Jaejoong yang selalu menyalinkan catatan Yunho sejak tadi pagi.

Aigoo.

Jonghyun yang duduk di depan Jessica ikut menoleh mengikuti arah pandang sahabatnya itu.
Padahal ia sedang asyik mendengarkan gosip kedua yeoja cerewet itu tadi, tapi mendadak Jessica menghentikan obrolan dan malah memperhatikan bangku seberangnya.

Eoh?

Namja berambut brunette itu menaikkan alisnya mendapati senyuman manis Jaejoong ketika namja cantik itu melirik Yunho yang sedang tertidur pulas di atas meja.
Jonghyun segera berbalik ke arah Minho Sam.
Jantungnya berdebar kencang.
Yang tadi itu hanya perasaannya saja kan?

Kenapa senyuman Jaejoong tampak aneh?
Senyuman itu seakan mengandung makna tersendiri baginya.
Jonghyun kembali menoleh, memperhatikan Jaejoong yang sudah selesai menyalinkan catatan milik Yunho.

TEEEET! TEEET!

Bunyi bel tanda pergantian jam pelajaran itu membuat Jonghyun tersentak kaget.
Changmin yang duduk di sampingnya menepuk lengan namja brunette itu dan tersenyum jahil.

  “Jja, kita ke laboratorium sekarang!” Ucapnya.

Jonghyun mencebil.
Ia menyingkirkan tangan Changmin dengan kasar dan mengambil bukunya.
Sementara itu Yunho tampak terusik dari tidurnya.
Ia terbangun dan segera menyadari sudah saatnya pelajaran Kimia.
Namja tampan itu menabrak bahu Jaejoong dan beranjak meninggalkan kelas.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia merapikan meja Yunho dan mengambil buku teks milik Hyung tirinya tersebut.
Namja cantik itu segera berjalan keluar kelas dan mengambil sepatu laboratorium milik Yunho dari loker.
Kemudian ia menghampiri namja tampan yang menunggunya di depan kelas dan segera berlutut di hadapan Yunho untuk memakaikan sepatunya.

Yunho hanya menatap sinis pergerakan Jaejoong.

Jessica dan Tiffany yang baru saja keluar kelas terkejut melihat apa yang sedang dilakukan namja cantik itu.
Jessica segera menghampiri Jaejoong dan menariknya untuk berdiri.
Wajahnya terlihat memerah karena emosi.

  “Hentikan, Jae! Kau tidak perlu melakukan hal itu kepadanya!” Pekik yeoja blonde itu marah.

Jaejoong menghela nafasnya.

  “Gwenchana Jess” Sahutnya pelan.

  “Ani! Ini sudah keterlaluan! Yah! Jung Yunho! Di mana otakmu eoh?! Walaupun ia bukan adik kandungmu tapi kau tidak berhak memperlakukannya seperti ini!” Pekik yeoja blonde itu lantang.

Yunho berdecak.
Ia mendorong bahu Jessica dan menatap tajam wajah cantiknya.

  “Memangnya kau siapa heh? Berani mencampuri urusanku!”
 
  “Aku sahabatmu, brengsek!”

  “Mwo? Wanita jalang!”

Tiffany yang melihat hal itu segera menahan lengan Jessica yang hendak memukul Yunho.
Yeoja berambut pendek itu mengerutkan dahinya marah pada Yunho.

  “Sudah cukup! Jaejoong bukan pembantumu, Yunho! Kau tidak bisa memperlakukannya seperti ini!” Erangnya.

  “Fany, Jessie”

Kedua wanita itu terdiam.
Mereka menoleh, memandang Jaejoong yang tersenyum pada mereka.

  “Jangan bertengkar, bukankah kita semua adalah teman? Lagipula, aku melakukan semua hal ini dengan senang hati” Ujarnya lembut.

Jessica baru saja membuka mulutnya untuk memarahi Jaejoong.
Namun suaranya hilang ketika namja cantik itu menunduk dan kembali berlutut di hadapan Yunho.
Kemudian ia memasangkan sepatu laboratorium milik Hyung tirinya dan mengikat tali sepatunya dengan telaten.

Sementara Yunho terdiam.
Terkejut dengan tindakan Jaejoong yang tiba-tiba itu.
Tiffany mendesah pendek.
Jonghyun yang melihat itu segera menepuk tangannya dan berteriak lantang.

  “Sudah, sudah! Bubar!” Ujarnya.

Jessica menepuk kesal kepala namja brunettei tu dan segera menarik Tiffany untuk pergi.
Anak-anak kelas XII-3 itu pun melangkahkan kaki mereka mendahului yang Lainnya.
Jonghyun segera merangkul pundak Changmin dan menarik namja berwaja kekanakan itu berjalan menuju laboratorium.

Meninggalkan Jaejoong dan Yunho berdua di sana.

Namja cantik itu mengepalkan jemarinya erat, ia segera memakai sepatu miliknya dengan cepat.
Ia memberanikan diri untuk berjalan mendahului Yunho.
Namun baru beberapa langkah ia berjalan, suara bass Yunho menghentikan langkahnya.

  “Gomawo”

DEG.

Jaejoong menoleh.
Terkejut ketika Yunho telah berdiri tepat di sampingnya.
Namja cantik itu merasakan jantungnya berdebar-debar.
Ia menelan salivanya.

  “Apa?” Tanyanya lirih.

Ck.
Yunho mendengus.
Ia menatap langsung kedua mata bulat itu.

  “Aku bilang, terima kasih”

Namja tampan itu segera berjalan mendahului Jaejoong.
Namja cantik itu masih terkejut.
Ia tidak bisa menahan senyumannya ketika menatap punggung lebar milik Hyungnya.
Jaejoong senang.
.
.
.

Suasanya laboratorium terasa hening saat ini.
Mereka tidak melakukan praktek apapun hari ini karena Taemin Songsaenim memutuskan untuk memberikan mereka materi bab baru terlebih dahulu.
Jadi siswa-siswi kelas XII-3 itu tampak duduk di kursi masing-masing dan memperhatikan penjelasan materi dari Songsaenim berambut jamur itu.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya mencoba memahami tulisan-tulisan yang dibuat Taemin di papan tulis tersebut.
Kemudian konsentrasinya terganggu ketika ia merasakan Yunho yang duduk di sampingnya sedng menatap intens wajah cantiknya.

Namja cantik itu kemudian menoleh, memergoki Yunho yang sedang melihatnya dan kembali menatap papan tulis di depan.
Dada Jaejoong kembali berdebar kencang.
Ia membasahi bibirnya dengan lidah dan kembali menoleh ke arah Yunho.
Lagi-lagi mereka bertatapan secara tidak sengaja.

Yunho segera mengalihkan pandangannya ke depan kelas.
Dan Jaejoong juga melakukan hal yang sama.
Ck.
Namja cantik itu tidak menyadari kalau Yunho baru saja tersenyum konyol tanpa sadar.
.
.
.

Jaejoong mengerutkan dahinya ketika para siswa-siswi sekolahnya termasuk teman-teman sekelasnya tampak sedang berkerumun di depan ruang klub musik.
Mereka berdesak-desakan dan para yeoja sibuk berteriak histeris memanggil sebuah nama yang baru saja mampir di telinga Jaejoong.

  “Choi Siwoooonn~! Saranghaeeee~!!”

Eoh?
Choi Siwon?

  “Ah! Jaejoongie!”

Jessica yang pertama kali menyadari kehadiran Jaejoong di ujung koridor.
Ia tersenyum manis dan segera melambaikan tangannya memanggil Jaejoong agar menghampirinya.
Namja cantik itu meringis ketika tubuh mungilnya terhimpit oleh desakan anak-anak lainnya.

  “Ada apa?” Tanya Jaejoong berteriak.

Jessica tidak akan mendengar apapun kalau ia bertanya dengan pelan.
Suasana saat ini benar-benar riuh.

  “Kau lihat itu?! Siwon Oppa sedang menyanyi!” Pekik Jessica gemas.

Jemarinya menunjuk-nunjuk jendela ruang musik yang terbuka.
Oh.
Jaejoong baru sadar ada band yang sedang bermain di dalam sana.
Namja cantik itu mengikuti arah pandang Jessica dan menatap datar sosok tampan yang balas menatap ke arahnya.
Pria yang memegang mikrofon itu, bukan?
Yang berlesung pipi itu.

  “AAAAAHH~! Oppa saranghaeeee!” Teriak Jessica lantang.

Jaejoong sampai meringis dibuatnya.
Namja cantik itu menarik seragam Jessica dan berteriak di telinganya.

  “Aku pulang duluan ya! Di sini berisik sekali!”

Yeoja blonde itu mengangguk cepat.
Bahkan mata sipitnya tidak berhenti menatap sosok penyanyi yang ada didalam sana.
Jaejoong tersenyum geli dan menepuk lembut kepala Jessica.
Kemudian ia segera keluar dari kerumunan itu dan menghela nafas panjang.


-------


Jaejoong tertegun ketika mendapati rumah dalam keadaan kosong.
Ia melihat Yunho sedang berdiri di dapur dan menghampiri namja tampan itu.

  “Hyung, kenapa sepi sekali? Umma Appa eodisseo?” Tanyanya bingung.

Yunho tidak menyahut.
Ia membuka kulkas dan menujuk sebuah papan tulis kecil yang tergantung di dekat konter dapur.
Jaejoong mengerutkan dahinya membaca sederet tulisan yang ada di sana.

  ‘Appa: Meeting, kembali jam sebelas malam

  ‘Umma: Pesta, kembali jam satu pagi

  “Semua orang tidak selalu berada di rumah ini, kau harus terbiasa” Ujar Yunho seraya memasukkan daging beku kedalam microwave.

Jaejoong mendesah pendek.

  “Hyung, aku akan membuatkanmu makanan” Ucapnya.

  “Tidak, aku sedang tidak ingin sakit perut” Balas Yunho tidak acuh.

  “Kau mau makan atau tidak? Atau kau bisa menikmati daging beku tanpa sayuran enak”

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia tampak berpikir.
Kemudian ia mematikan microwave dan bersidekap menatap adik tirinya.
Jaejoong tersenyum lebar.
Ia segera membuka isi kulkas dan memberikan sayuran-sayuran yang ada didalam sana kepada Yunho.
Oh, mereka akan memasak bersama hari ini dan itu menyenangkan. Pikir Jaejoong tersenyum.


-------


Namja cantik itu tampak fokus di kursi taman bermeja yang ada di belakang gedung sekolahnya.
Ia mengerucutkan bibirnya imut seraya menarik garis lurus pada buku tugasnya.
Kemudian ia meletakkan alat tulisnya dan meraih jus kotak miliknya yang sudah terbuka di atas meja.

Aish.

Changmin lama sekali. Gerutunya kesal.

DRRRTTT…DDRRRTT…

Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Ia menoleh ke kiri dan kanan lalu meletakkan jus jeruknya di atas meja.
Ponsel siapa itu?
Jaejoong beranjak dari duduknya ketika getaran panjang itu terdengar nyaring.
Ia berjalan pelan menghampiri kursi taman satu persatu dan terkejut ketika mata bulatnya mendapati sebuah ponsel berwarna hitam di atas meja.

Namja cantik itu segera mengambil ponsel tersebut dan menjawab panggilannya.

  “Yeoboseyo?”

  “Ne yeoboseyo, aku pemilik ponsel ini. Aku meninggalkannya di dekat lapangan basket. Bisakah kau memberitahuku posisimu saat ini agar aku bisa menyusul ke sana?

  “Um, ne, aku sedang berada di taman dekat gedung administrasi”

  “Oh! Arrasseo, aku akan segera ke sana! Bisakah kau menungguku?

  “Ne, gwenchana”

Sambungan itu terputus.
Jaejoong kembali berjalan menghampiri kursinya dan duduk di sana.
Namja cantik itu kembali membuka buku tugasnya dan menulis sesuatu di sana.
Ia segera tenggelam dalam konsentrasinya.
Namun kemudian perhatiannya teralih ketika ia mendengar suara langkah kaki yang mendekat.

  “Oh! Kau ternyata! Terima kasih sudah menemukan ponselku!”

Jaejoong terkesiap.
Ia segera berdiri dari duduknya dan tersenyum kepada namja berlesung pipi itu.

  “Kurasa ponselku akan hilang kalau bukan kau yang menemukannya!” Ucap Siwon tersenyum lebar.

  “Gwenchana, bukan masalah” Balas Jaejoong seraya menyerahkan ponsel tersebut.

Namja berlesung pipi itu balas tersenyum.

  “Bagaimana kalau aku mentraktirmu makan siang? Sebagai tanda terima kasihku”

  “Eh? Tidak perlu Hyung, aku sedang menunggu temanku, kami akan mengerjakan tugas bersama”

  “Ayolah, hanya sebentar saja,ne?”

  “Uhmmm…Kau janji hanya sebentar?”

Namja tampan itu mengangguk.
Ia segera tersenyum lebar dan menunggu Jaejoong yang membereskan alat tulisnya.
.
.
.

  “Siwon Hyung! Bagaimana kau bisatahu kalau aku suka salad pepaya?”

Namja cantik itu tersenyum lebar.
Tangannya tidak berhenti menyuapi mulutnya dengan satu sendok penuh potongan salad buah itu.
Sementara Siwon yang duduk di hadapannya hanya tersenyum manis.

  “Aku tahu beberapa hal tentang dirimu” Ucapnya lembut.

Jaejoong tersenyum kecil.

  “Uhm, kau tidak ingin makan sedikit?” Tawarnya.

Namja berlesung pipi itu menggeleng.
Membuat Jaejoong mencebilkan bibirnya dan kembali melahap makan siangnya.
Mengacuhkan senyuman manis yang terus dilayangkan Choi Siwon kepadanya.


-------


  “Jae, seseorang menyuruhku memberikan ini kepadamu”

Namja cantik itu mengerutkan dahinya ketika sesosok namja manis yang iaketahui bernama Kim Junsu dari kelas sebelah kini berdiri di hadapannya seraya menyerahkan kotak makan siang dan kerupuk kesukaannya.

  “Siapa yang memberikan ini?”

  “Rahasia~ Hehehe~ Jja ne, aku harus ke kantin sekarang, nanti roti kesukaanku habis!”

  “Uhm, ne, gomawo”

Junsu melambaikan tangannya.
Jaejoong hanya balas tersenyum dan melangkah memasuki kelas dengan kotak makanan yang ada di tangannya.
Membuat Tiffany, Jessica, Jonghyun dan Changmin yang memperhatikannya sejak tadi bersorak riuh.

  “Waah~ Enak sekali, dapat makan gratis!” Ucap Changmin menepuk tangannya.

Jaejoong menjulurkan lidahnya.
Ia membuka kotak makanan tersebut dan membiarkan teman-temannya mencomot kroket miliknya.

  “Kami habiskan ya?” Tanya Tiffany dengan udang goreng yang berada di dalam mulutnya.

Jaejoong mengangguk.
Ia mengambil kerupuk kesukaannya dan mengedarkan pandangannya.
Ia tidak melihat Yunho sejak tadi.
.
.
.

Kedua namja serumah itu tampak berjalan bersama saat ini.
Sekolah sudah usai beberapa menit yang lalu dan Jaejoong segera mengikuti Hyungnya untuk pulang.
Namja tampan itu melirik Jaejoong yang tampak sedang melahap kerupuknya dengan nikmat.
Ia menaikkan alisnya.

  “Sepertinya kau selalu mendapatkan makanan setiap hari” Ujarnya.

Jaejoong tersenyum lebar.
Ia mengangguk dengan mulut penuh.

  “Aku tidak pernah lagi melihatmu ke kantin belakangan ini” Sambung Yunho lagi.

Jaejoong kembali mengangguk.

  “Hmm, tidak juga, aku hanya tidak ingin ke sana” Sahutnya.

Yunho terdiam.
Jaejoong yang melihatnya segera menyodorkan kerupuknya kepada Yunho.

  “Jja! Bantu aku menghabiskannya!” Ujarnya riang.

Yunho mendengus.
Ia menatap tidak senang kerupuk tersebut.

  “Sirheo!” Seru Yunho seraya menjatuhkan bungkusan tersebut.

Jaejoong terkejut menatap kerupuknya berserakan di jalan.
Ia mendongak, Yunho sudah berjalan mendahuluinya.

  “Hyung! Chakkaman!” Pekik Jaejoong menunduk, mengumpulkan kerupuk bulat tersebut dan membuangnya ke dalam tempat sampah.

  “Hyung! Ada apa? Aku minta maaf Hyung! Yunnie Hyung!” Jaejoong kembali berteriak.

Tapi Yunho tidak peduli.
Ia sudah berlari jauh.
Meninggalkan Jaejoong di belakang sana.

DRAP DRAP DRAP!

  “Hh…hhhh…hhh..”

Nafas Yunho tersengal.
Ia berhenti di samping box telepon umum dan bersandar di sana.
Matahari sudah terbenam.
Ternyata jauh juga ia berlari.

Namja tampan itu masih berusaha menormalkan nafasnya.
Ia memejamkan mata musangnya sejenak.
Berusaha menilik perasaannya yang mendadak kesal ketika Jaejoong menawakan makanan itu kepadanya.
Ia tidak suka.
Ia tidak suka karena makanan itu pemberian dari seseorang yang mengagumi adik tirinya.

Ck.

DDRRTT…DDRRTT…

Yunho terkesiap ketika ponselnya bergetar panjang.
Ia segera merogoh saku seragamnya dan mengerutkan dahinya.

Eoh?

  ‘Appa Calling

  “Yeoboseyo? Ne Appa?”

  “Yunho, Appa lupa meninggalkan pesan tadi pagi. Hari ini hari ulangt ahunnya Jaejoongie, dan sekaligus hari peringatan kematian Appa kandungnya

DEG.

Ulang tahun? Jaejoong berulang tahun?

  “Appa dan Umma tidak bisa pulang, bisakah kau merayakannya?

Yunho tersadar dari lamunannya.
Ia segera fokus kepada sambungan telepon dari ayahnya.
 
  “Appa? Yeoboseyo Appa?”

Shit.
Sambungan telepon itu sudah terputus.
Yunho mencengkram erat ponselnya.
Ia segera berlari kencang mengikuti jalanan menuju rumahnya.
Semoga saja Jaejoong sudah pulang. Harapnya dalam hati.
.
.
.

Hari sudah gelap.

Namun Yunho tidak peduli.
Ia terus saja berlari kencang menelusuri jalanan yang sudah mulai sepi dengan secarik foto yang ada di dalam genggamannya.
Tadi ia pulang ke rumah dan tidak menemukan Jaejoong di sana.
Dan ia tidak sengaja melihat foto yang dipajang Jaejoong di atas meja nakasnya saat itu.
Sebuah foto lama dengan Jaejoong dan ayah kandungnya yang sedang duduk di pinggir sungai kecil.

Yunho hanya bisa berdoa semoga ia menemukan Jaejoong di tempat itu.

Langkah kaki Yunho semakin cepat.
Cepat dan cepat.
Hingga kemudian kedua kakinya menurunkan kecepatan dan berhenti di belakang punggung sempit yang tampak rapuh itu.
Namja tampan itu mengusap keringatnya yang menetes dari pelipisnya.
Nafasnya tersengal berat.

Akhirnya.

  “Jaejoong”

DEG.

Namja cantik itu terkejut.
Ia berdiri dari duduknya dan membulatkan matanya mendapati Yunho yang ada di hadapannya saat ini.

  “Yunnie Hyung? Dari mana kau tahu aku ada di sini?” Tanya Jaejoong kaget bercampur bingung.

Yunho sempat terdiam sejenak.
Namun kemudian tangannya bergerak.
Menyodorkan secarik foto usang kepada Jaejoong.
Namja cantik itu tampak kaget.
Mata besarnya mengerjap cepat.

  “Maaf”

Jaejoong mendongak.
Menatap Yunho yang balas menatap matanya.

  “Aku baru tahu kalau hari ini hari ulang tahunmu” Sambung Yunho.

Jaejoong menahan nafasnya.
Yunho mengerutkan dahinya, tanda ia menyesal.

  “Dan ayahmu….”

  “Jangan mengungkitnya, Hyung”

Suara Jaejoong tercekat.
Kedua mata bulatnya kini tampak berkaca-kaca.
Membuat Yunho segera menyentuh pipi Jaejoong.
Mengusapi air mata namja cantik itu yang jatuh tanpa diperintah.

  “Hei, jangan menangis” Ucap Yunho lembut.

Jaejoong terdiam.
Ia terkesiap ketika mendadak Yunho memeluk erat tubuhnya.
Bibirnya terasa kelu, ketika aroma tubuh Yunho yang bercampur dengan bau keringatnya memenuhi indera penciuman Jaejoong.
Dan itu membuatnya bergetar.

Yunho menyurukkan wajahnya pada bahu kecil Jaejoong.
Ia semakin mempererat pelukannya.

  “Aku baik-baik saja, Yunnie Hyung” Bisik Jaejoong liirh.

  “Aku tahu” Balas Yunho cepat.

  “Aku sangat senang kalau kautidak marah lagi kepadaku”

Pelukan itu melonggar, kemudian terlepas.
Dan Jaejoong tertegun ketika melihat Yunho tersenyum lembut kepadanya seraya mengusapi wajah cantiknya.

  “Jangan seperti ini lagi, oke? Kau membuatku sangat khawatir, kau tahu?” Ujar Yunho pelan.

Jaejoong balas tersenyum.

  “Mianhae”

Yunho tidak menyahut lagi.
Ia hanya menatap dalam kedua mata bulat itu.
Jemari Jaejoong terkepal erat ketika ia menyadari bahwa wajah Yunho tampak semakin mendekat ke arahnya.
Jantungnya mulai berdebar kencang.
Ia menahan nafasnya saat jarak wajah mereka hanya beberapa inci lagi.

Namja cantik itu sudah akan memejamkan matanya.
Tapi Yunho malah tertawa jahil dan membuat Jaejoong refleks membuka lagi mata bulatnya.

  “Oke, sudah cukup. Orang-orang akan mengira kita gay” Ucap Yunho.

Jaejoong mencebilkan bibirnya.
Tapi ia merasa senang saat Yunho merangkul pundaknya dan membawanya pulang.
Dan malam itu, Jaejoong tertidur pulas meninggalkan Yunho yang masih sibuk dengan hobinya merakit miniatur Ultraman.

Namja tampan itu baru saja akan mengecat bagian kaki miniatur tersebut.
Namun gerakannya terhenti ketika tanpa sadar matanya mengarah kepada Jaejoong yang sudah terlelap pulas di ranjang.
Hmp.
Yunho tersenyum tanpa sadar.
Kemudian ia mendekati adik tirinya dan mengusap lembut rambut almond  namja cantik itu.

Yunho menunduk, mencuri satu ciuman singkat dari bibir ranum Jaejoong.
Dan ia kembali tersenyum konyol.

TBC :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar