This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 12 Desember 2014

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/DEAR J/PART 2

No Prison, open your eyes wide.

My lover lover you,
Your freedom freedom me.

PART 2.

Yunho mencengkram erat beberapa kertas yang sudah dicetak itu.
Data diri mengenai Kim Jaejoong yang didapatkannya setelah namja cantik itu membisikkan kata sandi akunnya.
Bocah tampan itu menoleh, memperhatikan wajah damai Jaejoong yang terlelap pulas di atas ranjang miliknya.
Namja cantik itu masih belum sadar sampai saat ini.

CKLEK.

Yunho terkejut ketika pintu kamarnya terbuka kasar dan ayahnya berjalan memasuki ruangan diikuti asisten pribadinya yang bernama Jonghyun.
Pria bermata bulan sabit itu segera merampas berkas yang ada di tangan kecil Yunho dan membacanya dalam hening.
Mengacuhkan Yunho yang masih terkejut akan kedatangan Jinki yang tiba-tiba itu.

Namja tampan itu hanya berdiam diri setelah mendapatkan kembali kesadarannya.
Ia menundukkan wajahnya seraya melirik Jaejoong.
Oh tidak, ia tidak akan berani menatap secara gamblang mata bulan sabit itu.


Jinki memang sosok seorang ayah yang akan mengabulkan apapun permintaan putra tunggalnya.
Tapi ia hanya akan memberikan apa yang putranya mau jika putranya mematuhi segala perintah dan ajaran darinya.
Kedekatan Yunho dengan ayahnya bisa dihitung jari.
Karena selebihnya pria dewasa itu lebih sering terbang ke luar negeri untuk mengurus bisnis dan perusahaan.

Jung Jinki adalah satu-satunya orang yang ditakuti Yunho di dalam hidupnya.
Pria itu punya pengaruh yang kuat.
Ia cerdas, berwibawa, dan juga kejam di saat yang bersamaan.
Bahkan banyak rekan kerja atau orang asing yang menjaga keselamatan diri jika bertemu dengannya.
Perkataan seorang Jung Jinki adalah mutlak.
Dan itu menakutkan.

  “Bawa dia ke ruang tengah kalau sudah sadar” Ujar Jinki datar.

Yunho mengangguk.
Ia masih menunduk menghormati ayahnya.
Sementara Jinki sudah beranjak keluar dari kamarnya diikuti oleh Jonghyun.
Detik itu juga Yunho menggeram, menoleh kepada Choi Siwon yang masih setia bungkam di seberang ranjang.

  “Cepat sekali koneksimu itu berjalan” Sindir Yunho kesal.

Siwon hanya membungkuk, meminta maaf kepada Tuan Mudanya.
Mengatakan bahwa itu adalah bagian dari tugasnya untuk selalu melapor kepada Jinki jika terjadi sesuatu pada putranya.

  “Ngh”

Lenguhan manis itu mengalihkan perhatian Yunho dalam sekejap.
Ia menoleh dan segera duduk di pinggir ranjang ketika kedua mata bulat itu terbuka.
Bocah cantik itu tampak kaget.
Tapi kemudian ia bernafas dengan tenang ketika menyadari bahwa sosok tampan yang ada di sampingnya saat ini adalah bocah yang selalu memandanginya setiap hari di taman.

  “Ini rumahmu?” Tanya Jaejoong dengan suara bergetar.

Yunho mengangguk.
Sudut bibirnya terangkat membentuk sebuah senyuman.
Membuat Siwon terkejut melihatnya.
Selama ia berdiri di samping namja tampan itu ia tidak pernah melihat senyuman dari bibir namja tampan itu kecuali ketika ia sedang duduk di samping Ummanya.

Omo.

  “Kau bisa berjalan? Appaku menunggumu di bawah”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya mengerjap cepat.
Tanpa sadar jemari mungilnya menggenggam tangan Yunho.
Menatap wajah tampannya dengan cemas.

  “Appamu orang baik kan? Ia tidak seperti Appaku kan?” Tanya Jaejoong takut.

Senyum di bibir Yunho semakin melebar.
Ia mengulurkan tangannya yang bebas untuk mengacak lembut rambut almond  itu.
Akhirnya ia bisa menyentuhnya secara nyata.

  “Ne, dia baik. Tapi terkadang kau harus berhati-hati padanya” Balas Yunho lembut.

Jaejoong mengangguk.
Kemudian ia menyibak selimut tebalnya dan mengikuti langkah kaki Yunho keluar dari kamar dan berjalan menuruni tangga spiral itu.
Mata bulatnya mengedar.
Rumah ini jauh lebih besar dari rumahnya.
Perabotannya disusun sedemikian rupa hingga rumah mewah ini tampak apik dan indah.

  “Appa”

Yunho memanggil Jinki yang sedang menatap layar ponselnya di sofa ruang tengah.
Pria dewasa itu mendongak, memandang Yunho dan Jaejoong yang berdiri di seberang meja.
Lama pria itu bertatapan dengan si kecil Jaejoong.
Sampai kemudian Yunho harus menahan nafasnya terkejut ketika Appanya tersenyum dan disambut oleh pelukan manja dari bocah cilik yang baru saja dikenalnya itu.

Yunho hanya berdiri diam di tempat.
Memandangi sang ayah yang sedang mengemong bocah lain selain dirinya di sana.
Ani, bahkan dirinya saja tidak pernah dimanja seperti itu oleh Jinki.
Namja bermata bulan sabit itu mengharuskannya menjadi seorang namja yang mandiri.

Choi Siwon dan Kim Jonghyun yang juga berada di sana saling melirik satu sama lain.
Mengira-ngira bagaimana reaksi selanjutnya dari namja tampan itu.
Menebak-nebak mungkin namja tampan itu akan dirundung rasa cemburu yang luar biasa melihat pemandangan yang ada di hadapannya.
Bahkan dewa pun mungkin menganga karena saat ini Jung Jinki tampak nyaman memeluk dan memanjakan bocah cantik itu dengan usapan lembutnya.

Hmp.

Kedua namja yang memakai jas hitam itu kembali saling menatap satu sama lain.
Menaikkan alis tidak percaya ketika Yunho malah tersenyum.
Tidakkah namja tampan itu cemburu?

  “Jeongmall? Joongie tidak akan kembali lagi ke rumah itu? Jeongmallyo?” Rentetan tidak sabar dari bibir mungil Jaejoong memecah kesunyian ruangan yang super luas itu.

Jinki mengangguk.
Ia menatap kedua mata bulat itu dengan tatapan terlembut yang ia punya.

  “Ne, tapi Joongie harus memanggil Umma dan Appa Yunho dengan sebutan yang sama” Sahut Jinki tersenyum.

  “Ne ne! Joongie mau!” Seru Jaejoong semangat.

  “Mulai hari ini marga Joongie adalah Jung, dan karena Yunho lebih tua dari Joongie, maka Joongie harus memanggilnya dengan sebutan Hyung, otte?”

  “Joha!”

  “Jja, Joongie kembali ke kamar Yunho Hyung ditemani Siwon arra? Katakan apa saja yang Joongie butuhkan padanya, besok kita keluar membeli barang-barang Joongie”

  “Joongie mau boneka gajah yang besar!”

  “Tentu, Joongie, tentu”

Bocah cantik itu tersenyum manis.
Ia melompat dari pangkuan Jinki setelah mengecup lembut pipi pria dewasa itu.
Kemudian ia menarik tangan Siwon yang berdiri tidak jauh dari sana.
Bocah cantik itu menoleh.
Menatap Jinki yang balas memandangnya.
Kemudian ia menggigit bibir bawahnya.

  “Ung..”

  “Apa, Joongie?”

  “Itu..Joongie..Joongie tidak akan disuntik lagi kan? Tidak akan meminum obat lagi ne Appa?”

  “Tidak, Joongie. Rumah ini berbeda. Joongie harus bisa menghapus segala kenangan tentang rumah yang dulu dan melupakannya, arrasseo?”

Jaejoong mengangguk.
Kemudian ia mendongak, menatap Siwon yang kini menunduk ketika Tuan Muda barunya itu menuntut perhatian darinya.

  “Yunnie Hyung tidak sakit-sakitan anitji? Badan Joongie tidak akan dipakai untuk Yunnie Hyung ne?” Tanya Jaejoong khawatir.

Pria berlesung pipi itu tertawa.
Ia menggeleng dan mengacak gemas rambut almond  Jaejoong.
Kemudian ia membawa namja cantik itu kembali menaiki tangga dan memasuki kamar milik Yunho.
Meninggalkan sang Tuan Besar bersama dengan putra tunggalnya.

  “Kau mengerti maksud Appa,Yunho?” Tanya Jinki menatap langsung kedua mata musang putranya.

Yunho mengangguk.
Dengan seringai tipis yang tersirat di bibirnya.

  “Appa akan mengusut kasus ini dan memindahkan seluruh saham milik keluarga Kim ke perusahaan kita dan mengadopsi Jaejoong untuk mendapatkan saksi sekaligus kepercayaan dari hukumkalau hal ini sampai bocor ke pihak luar”

Jinki mengangguk puas.
Tapi kemudian ia menyunggingkan seringai yang sama dengan bocah tampan itu.
Membuat Jonghyun yang masih berdiri di sana bergidik ngeri melihatnya.

  “Tapi kau harus tahu, Yunho. Jaejoongie diadopsi bukan sebagai adikmu atau saudara angkatmu. Ia diadopsi sebagai calon pendampingmu ketika kau dewasa nanti”

DEG.

Yunho terkejut.
Mata musangnya mengerjap menatap sang Appa.

  “Appa tahu semuanya, Jung. Semuanya” Desis Jinki berbahaya.

Cih.
Kalau sudah begini Yunho tidak bisa berpura-pura lagi eoh?
Namja tampan itu mengangguk.
Dan untuk pertama kali dalam hidupnya ia dengan berani memandang langsung mata sang Appa seraya berdecak yakin kepadanya.

  “Jaejoongie itu milikku, tidak ada yang boleh mengusiknya selain aku. Termasuk Appa dan Umma sekalipun”

  “Itu bagus, kau harus memiliki pendirian yang kuat untuk melindungi sesuatu yang berharga”

Pria dewasa itu kemudian berdiri dari duduknya.
Ia merapikan setelan jasnya dan menatap jam tangannya.
Setelah itu ia kembali memandang putra tunggalnya.

  “Appa akan take off  ke Paris untuk memberitahu Ummamu. Appa akan membiarkanmu mengurusi langkah awal untuk menghadapi keluarga Kim” Ucap Jinki.

Dan setiap perkataan Jung Jinki adalah mutlak.
Yunho mengangguk dengan senang hati.

Ia tidak butuh dimanja.
Ia tidak butuh hal itu untuk mendapatkan hati seorang Jung Jinki.
Yang ia butuhkan hanyalah kepercayaan dan kesamaan pikiran dengan namja bermata bulan sabit itu.
Karena ketika Jinki memintanya untuk melakukan sesuatu yang besar, maka namja bermata bulan sabit itu telah menyayanginya lebih dari yang ia tahu.


-------


Seoul, when Yunho (17) and Jaejoong (16) are in puberties.

Kedua mata bulat itu membuka sempurna dalam sekejap.
Nafasnya tersengal-sengal tidak beraturan, disertai keringat yang membasahi pelipisnya.
Bocah cantik yang telah remaja itu memejamkan matanya seraya mencengkram erat selimut yang ada di atas tubuhnya.
Mimpi buruk.
Dan itu selalu menghantui tidurnya yang pulas.

Namja cantik itu beringsut dan memeriksa lengannya.
Tidak ada bekas suntikan apa pun.
Kemudian ia menoleh, memandang cermin raksasa yang terbentang di dinding kamar itu sepanjang permukaan.
Mata bulatnya bergerak pelan, memperhatikan fisiknya yang jauh berubah dari masa ia kecil.
Rambut almond-nya dipotong pendek ber-volume hingga ke telinganya.
Wajahnya semakin indah hari ke hari.

Dengan kedua mata yang besar dan bibir semerah cherry.

Tidak, Jung Jaejoong.
Tidak ada yang menyekapmu dan tidak ada satupun obat brengsek yang masuk ke dalam tubuhmu.
Tidak satu pun.

Namja cantik itu mencoba mensugesti dirinya sendiri.
Kemudian ia menoleh, memandang sesosok namja tampan yang masih terpejam di sampingnya.
Si beruang posesif yang selalu memasang wajah bengisnya jika ada orang yang mengganggu miliknya.
Jaejoong tersenyum kecil.

Ia kembali merebahkan dirinya dan berbaring menyamping memandangi wajah tampan tunangannya itu.

Jaejoong tidak ingat jelas bagaimana awalnya hingga ia bisa menjadi bagian dari keluarga Jung ini.
Yang ia tahu dulu ia pernah mengalami penyiksaan dan pemaksaan pemberian organ tubuh kepada seorang yeoja yang bernama Ahra.
Setelah itu buram.
Segala kepahitan lainnya di masa lalu terkikis oleh kebahagiaan yang ia dapatkan di sini seiring berjalannya waktu.

SSRK.

Selimut itu bergeser ketika Jaejoong beranjak turun dari ranjang dengan hati-hati.
Ia tidak ingin membangunkan Yunho yang semalam harus terjaga untuk mengerjakan dokumen perekrutan karyawan baru di perusahaan.
Jaejoong sudah melangkah keluar dari kamar.
Ia memutuskan untuk berjalan menuju ruang kerja Jung Jinki yang selama ini selalu didatanginya kalau ia terbangun dini hari.

CKLEK.

  “Appa”

Pria paruh baya itu menoleh.
Tersenyum lembut kepada sosok manis yang memasuki ruang kerjanya.
Jaejoong menggosok mata bulatnya dan segera duduk menyamping di atas pangkuan Jinki.
Kedua tangannya masih memeluk erat boneka gajah pertamanya.
Ah, pria tampan itu tampak sedang mengemong bayi besar sekarang.

  “Appa kenapa selalu bangun? Kalau Umma tahu Umma pasti marah” Ucap Jaejoong seraya menyandarkan kepalanya di bahu Jinki.

Namja bermata bulan sabit itu hanya tersenyum.
Jemarinya masih mengetik pekerjaannya di laptop.

  “Appa baru saja mau tidur, Jaejoongie sayang”

  “Uh, Appa selalu berkata seperti itu kalau Joongie datang”

Jinki terkekeh.
Ia mengecup lembut kepala calon menantunya itu.
Ah, ia sudah benar-benar jatuh hati pada namja cantik ini.
Wajah polosnya sungguh memikat.

Kedua ayah dan anak itu saling mengobrol satu sama lain walaupun suara Jaejoong kentara sekali kalau ia masih sangat mengantuk.

  “Appa, antar Joongie ke kamar” Rengek Jaejoong manja.

Jinki menghela nafas.
Ia segera mematikan laptopnya dan menggiring namja cantik itu kembali memasuki kamarnya dan Yunho.
Pria paruh baya itu membantu Jaejoong berbaring di ranjang dan membenarkan selimutnya.
Membuat Jaejoong terkikik manis dan segera memejamkan kedua mata bulatnya.

CUP.

Jinki menunduk, mengecup lembut dahi namja cantik itu dan berjalan ke sisi ujung ranjang.
Kemudian ia mengecup lembut dahi Yunho.

Namja bermata bulan sabit itu beranjak keluar kamar setelah memastikan Jaejoong terlelap pulas.
Dan ketika pintu kamar itu tertutup rapat, mata musang Yunho terbuka.

Namja tampan itu menyentuh dahinya.
Kemudian ia tersenyum kecil.
Ck, walau bagaimanapun kejamnya Jung Jinki, ia tetap saja seorang Appa yang memiliki dua putra.

  “Ungg”

Jaejoong mendengung, beringsut mendekati Yunho dan menyurukkan wajahnya di leher namja tampan itu.
Kemudian kembali mendengkur.
Yunho segera merengkuh tubuh ringkih itu.
Memeluknya erat.

  “Kau hanya milikku, BooJae. Kebebasanmu adalah aku. Hanya aku” Desis Yunho.


-------


Bocah cantik yang kini bernama Jung Jaejoong itu terduduk diam di samping Yunho.
Saat ini mereka sedang menghadiri acara perlelangan yang tidak bisa dianggap remeh.
Sebenarnya Jaejoong tidak perlu menghadiri acara-acara seperti ini di usianya. Tapi Yunho harus menggantikan Appanya yang tidak bisa datang dan tentu saja, ke manapun ia pergi bocah cantik itu harus ada di sampingnya.

  “Park Yoochun”

Yunho menoleh.
Menatap datar bocah cassanova yang mengenalkan diri dihadapannya.
Perlelangan akan dimulai beberapa menit lagi.
Mata musang itu bergerak pelan, memperhatikan Yoochun yang mengenakan setelan yang hampir sama dengan semua orang di ruangan ini.
Ia berjas mewah dengan dasi kupu-kupu yang rapi.

  “Jung Yunho” Balas Yunho.

Bocah chubby itu menoleh, memandang Jaejoong yang sepertinya lebih tertarik kepada sosok imut yang berdiri tidak jauh dari Yoochun.
Terlihat jelas dari kedua mata bulatnya yang berkilat-kilat.

  “Itu Kim Junsu. Sahabatku” Ucap Yoochun seakan menjawab pertanyaan yang ada di benak Jaejoong.

Namja cantik itu menatap Yoochun.
Kemudian ia balas tersenyum.

  “Kau datang bersamanya?” Tanya Yunho menunjuk Junsu dengan dagunya.

  “Ne, Junsu suka mengoleksi barang-barang antik” Sahut Yoochun ramah.

  “Oh, hobi yang menarik”

  “Kau sudah bertemu dengan sponsor perlelangan malam ini?”

  “Ani, yang kutahu orang-orang mengenalnya sebagai bocah terjenius yang pernah ada”

  “Kebetulan sekali, aku dan Junsu baru saja berkenalan dengannya beberapa saat yang lalu. Ah, itu dia!”

Yoochun segera melambaikan tangannya, menarik perhatian seorang bocah berbibir tipis yang segera menangkap perhatian dari Yoochun.
Ia mengangguk dan berjalan dengan penuh kepercayaan diri menghampiri Yoochun dan kedua bocah yang ada di sana.

  “Shim Changmin” Ucap bocah berambut pendek itu.

Yunho menatapnya sejenak.
Menilai bocah itu dari pandangan matanya.

  “Tidak perlu mengenalkan diri, seluruh Asia tahu siapa dirimu, Tuan Jung yang terhormat” Ujar Changmin.

  “Junsu memberitahuku kalau malam ini perlelanganmu akan menampilkan dua buah cincin langka yang dikejar banyak kolektor” Ungkap Yoochun kemudian.

Changmin mengangguk.
Ia tersenyum bangga.

  “Ne, Appa mempercayakanku untuk melelang benda itu malam ini”

  “Acaranya sudah akan dimulai, sebaiknya aku segera kembali”

Changmin dan Yoochun berjabat tangan dengan Yunho.
Kemudian kedua bocah itu segera duduk di kursi masing-masing.
Yunho menunduk, memandang Jaejoong yang masih saja memperhatikan Junsu.
Lampu ruangan diredupkan.
Perlelangan telah dimulai.
Mereka bisa melihat Changmin sedang mengucapkan kata sambutan di atas panggung.

  “Yunnie Hyung, Joongie bosan”

Eoh?

Jaejoong menarik-narik jas Yunho dengan bibir yang dicebilkan.
Dahinya mengerut lucu.
Yunho yang melihat itu hanya tersenyum kecil.

  “Ne, setelah yang satu ini kita pulang” Balasnya.

Jaejoong hanya mengangguk.

  “Barang perlelangan selanjutnya adalah dua buah cincin yang sudah ada sejak masa ratu Victoria, kedua cincin ini diciptakan khusus untuk sepasang kekasih yang menyatu dalam kesetiaan. Cincin ini berlapis emas yang dibalur dengan perak, batu yang ada di bagian pinggirnya adalah batu kristal sworovski berwarna biru sapphire. Untuk penawaran pertama akan dibuka seharga 100 juta won”

  “200 juta won!”

Seluruh undangan termasuk Yunho dan Jaejoong mendongakkan wajah mereka.
Memusatkan perhatian kepada sesosok bocah berkulit pucat yang mengangkat tangannya.
Heh, Yunho menyeringai tipis.

  “300 juta won!” Tawaran lain datang dari kursi Yoochun.

Bocah penantang pertama itu mengernyit kesal.

  “400 juta won!” Serunya lantang.

Yoochun mendesis sebal.
Ck.
Seandainya dompetnya tidak tertinggal ia pasti sudah menawar lebih tinggi.

  “400 juta won! Ada yang ingin menawar lagi? Sebelum palu ini saya ketukkan!” Ucap sang pembawa acara.

Bocah berkulit pucat itu tersenyum puas.
Ia melirik ke sekitarnya dan mendengus bangga.
Tapi kemudian senyumnya segera luntur ketika sebuah suara terdengar mengisi heningnya ruangan.

  “800 juta won”

Audium mulai berbisik-bisik.
Mereka menoleh ke arah sumber suara dan kembali berbisik ketika mengetahui siapa penantang tersebut.
Yunho menundukkan wajahnya.
Menatap Jaejoong kecilnya yang lucu.

  “Joongie suka cincin itu?” Tanyanya.

  “Ung, Joongie suka” Sahutnya bergumam.

Yunho kembali mendongak.
Menatap sang pembawa acara dengan tatapan yakin.

  “Penawaran tertinggi dari Tuan Muda Jung Yunho! Ada lagi yang ingin menantang? Tidak ada? Baiklah, dalam hitungan ketiga penawaran cincin ini akan ditutup!”

Suara ketukan palu menggema mengisi pendengaran para undangan.
Yunho hanya menatap puas kedua buah cincin yang sudah dimasukkan ke dalam kotak itu.
Choi Siwon sudah di sana untuk mengambil benda tersebut.
Acara perlelangan sudah selesai.
Changmin kembali mengucapkan beberapa patah kata di atas panggung dan para jutawan itu bersiap untuk bubar.

  “Kau! Kau tahu aku menginginkan benda itu! Tapi kau sengaja menawarnya dengan harga yang jauh lebih tinggi! Menyebalkan sekali!”

Eoh?

Yunho menoleh ke belakang.
Menatap sesosok bocah berkulit pucat yang kini berdiri di hadapannya.
Bocah berjas hitam itu melotot kepada Yunho.

  “Kau tahu arti dari perlelangan bukan? Segalanya hanya tentang uang” Balas Yunho congkak.

Bocah tersebut mendengus kesal.
Bibirnya sudah mencebil tidak terima.

  “Yunho benar, Kyunnie. Salahmu sendiri kenapa tidak menawarkan harga yang jauh lebih tinggi”

Ketiga bocah kecil itu menoleh kepada Changmin yang sedang berjalan menghampiri mereka.

  “Ini salahmu! Dari awal aku sudah bilang aku mau cincin itu!” Pekik bocah berkulit pucat itu.

  “Kau tahu ini perlelangan pertamaku, Kyunnie. Appa akan marah kalau aku berbuat curang. Akuj anji akan mencarikan cincin yang mirip oke?”

  “Lupakan tentang cincin bodoh itu! Aku marah padamu!”

Changmin hanya mendesah pendek.
Kemudian ia memandang Yunho dan Jaejoong yang sedari tadi memperhatikan mereka.

  “Kenalkan, Shim Kyuhyun, adik angkatku” Ucapnya.

Yunho mengangguk, kembali menatapi bocah berkulit pucat itu.
Kemudian ia menoleh, Yoochun dan bocah berwajah imut yang ia ketahui bernama Junsu itu sedang berjalan ke arah mereka.

  “Baiklah, kita sudah saling mengenal satu sama lain. Hanya dia yang tidak bersuara sejak tadi” Sindir Yoochun seraya menatapi Jaejoong.

Bocah cantik itu mendongak, meminta persetujuan dari Yunho.
Melihat tunangannya itu mengangguk, ia tersenyum manis.

  “Jung Jaejoong imnida” Ujarnya lucu.

Junsu tersenyum lebar mendengarnya.
Ia menyukai bocah cantik ini.

  “Kau adiknya Yunho?” Tanya Junsu.

  “Ani, marganya sama denganmu, tapi karena sudah menjadi tunanganku kami merubah marganya” Sahut Yunho.

Eeh?
Keempat bocah jutawan itu mendelik kaget.
Menatap tidak percaya kepada Yunho yang terus menggamit jemari mungil Jaejoong.

  “Tunangan? Secepat ini?” Seru mereka kompak.

Yunho hanya mengangguk.

  “Yunnnie Hyung, boleh Joongie berteman dengan Junsu dan Kyuhyun?”

Yunho menunduk, ia baru saja akan membuka mulut untuk menjawab pertanyaan dari Jaejoongnya.
Tapi suaranya tercekat ketika mendadak suara tembakan terdengar nyaring.
Bocah tampan itu refleks menarik Jaejoong dan teman-teman barunya berlari menuju ke belakang panggung perlelangan.
Changmin menuntun mereka memasuki ruang rahasia yang ada di pintu bawah tanah dan berlindung di sana.

Suara tembakan semakin terdengar jelas.
Yunho segera menghubungi asisten pribadinya.
Jaejoong, Junsu, dan Kyuhyun bergetar ketakutan.
Yoochun mengerutkan dahinya.

  “Kalian dengar suara itu?” Tanyanya takut.

Mereka semua segera menatap Yoochun.
Bocah chubby itu menggigit bibirnya.

  “Seperti suaradetak jam” Sahut Junsu.

Yunho, Changmin dan Kyuhyun membulatkan mata mereka.
Ketiga bocah itu segera berdiri dan menarik tangan yang tersisa.

  “CEPAT LARI! ITU SUARA BOM!”T eriak ketiganya kompak.

Jaejoong mencengkram erat tangan Yunho.
Kaki-kaki kecil itu berlari sekencang mungkin.
Dan ketika keenam namja cilik itu baru saja membuka pintu keluar, kilatan cahaya menembus dari belakang, meledakkan suara yang memekakkan telinga.
Segalanya terjadi dalam sekejap mata.


DEG!!

Namja cantik itu membuka matanya.
Dadanya naik turun karena nafasnya yang tersengal.
Keringat sudah membasahi piyama sutranya.
Jaejoong mengusap wajahnya yang telah basah akan air mata.
Kemudian ia menoleh, menarik-narik bahu Yunho yang masih terpejam.

Membuat namja tampan itu terusik dan segera terbangun.
Ia mengerutkan dahinya melihat Jaejoongnya yang tampak kacau.

  “Yunnie..Hiks..Joongie takut..” Isak Jaejoong bergetar.

Yunho segera beringsut memeluk namja cantik itu.
Membiarkan namja cantik itu menumpahkan tangisnya di dalam pelukannya.

  “Joongie mimpi itu lagi..Hiks..” Adu Jaejoong.

Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia terus mengusap-usap punggung rapuh tunangannya dengan lembut.
Ia tahu mimpi apa yang dimaksudkan Jaejoongnya.
Namja cantik itu akan selalu seperti ini ketika ia memimpikan kejadian bertahun-tahun silam.
Peristiwa penyerangan di acara lelang pertama milik Shim Changmin.

Yunho mengecup lembut pinggir dahi Jaejoong yang basah.
Ia juga masih mengingat jelas kejadian itu.
Bahkan mereka semua mengingatnya.
Entah siapa dalang dari penyerangan di malam itu, tidak ada yang tahu.
Kasus itu ditutup sampai sekarang dengan alasan yang tidak jelas.

Tapi Changmin dan Kyuhyun tidak menyerah.
Setelah mereka semua dilarikan ke rumah sakit dan menjalani rawat inap selama beberapa hari kedua namja itu sepakat untuk mencari siapa yang berada dibalik penyerangan itu.
Tentu saja mereka harus, itu adalah acara perlelangan yang dikelola Changmin.
Namja berwajah kekanakan itu merasa dirinya diremehkan dengan pembobolan keamanan waktu itu.

  “Sudahlah, itu hanya mimpi Boo, jja, sudah jam enam. Kita harus bersiap untuk ke sekolah”

  “Ne..Mianhae”

  “Gwenchana, kajja”

Jaejoong menurut.
Membiarkan Yunho membawanya memasuki kamar mandi dan membantunya membersihkan tubuh.
Namja cantik itu mengembuskan nafas panjang.

Kenapa kenangan masa lalunya selalu merusak memorinya?


-------


Penghuni Jung’s International School itu sudah berkerumun dari pintu gerbang sampai ke koridor sekolah.
Menjeritkan nama Jung Yunho dan Jaejoong yang baru saja turun dari mobil mewah mereka.
Namja tampan itu menggenggam erat jemari Jaejoong.
Membawanya memasuki area kantin yang sudah dihuni oleh keempat namja di meja khusus.

  “Jaejoongie!” Suara lengkingan Junsu terdengar nyaring.

Membuat Jaejoong segera tersenyum lebar dan menghampiri namja imut itu.
Melihat Jaejoong sudah duduk di samping Junsu, namja tampan itu mengisi kursi yang ada di antara Kyuhyun dan Changmin.

  “Sudah ada perkembangan?” Tanya Yunho melirik Changmin.

Namja berwajah kekanakan itu mendengus.

  “Tapi Kyunnie sudah mendapatkan lima sandi tertentu untuk menerobos akun tersebut. Hanya saja kami tidak sempat mencobanya satu persatu. Ummaku sudah menjerit menyuruh kami mandi” Cerocosnyakesal.

Junsu terkikik geli mendengarnya.

  “Orang suruhanku mendapatkan informasi kalau dua minggu lagi akan ada murid pindahan di sekolah kita” Celetuk Yoochun.

Tubuh Jaejoong menegang.
Ia menatap Yunho yang terlihat santai.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya tidak mengerti.
Sementara Changmin dan Kyuhyun sudah menertawakan kegugupan namja cantik itu.

Ia tahu siapa yang akan datang.
Tentu saja ia tahu.
Dua bocah evil itu sudah menemukan titik semu tentang siapa yang berada di balik penyerangan malam perlelangan itu.
Dan kemungkinan dalang di balik itu semua adalah keluarga asli dari Jaejoong.
Mereka hanya perlu menegaskan hipotesis mereka dengan membobol akun informasi tentang keluarga Kim dengan menggunakan lima kata sandi yang tersisa.

  “Tenanglah Jae, anggap saja ini adalah permainan yang menyenangkan dan kita semua bermain di dalamnya” Ujar Yoochun terkekeh.

Jaejoong mendengus lucu.

  “Aku benci kalian” Gumamnya.

  “Letakkan gadis itu di kelas yang sama dengan Changmin dan Kyuhyun, jangan biarkan ia bertemu dengan Jaejoongie” Putus Yunho telak.

Yoochun dan Junsu mengangguk.

  “Pintar sekali Hangeng Kim itu, melarikan diri ke Eropa dan bersembunyi di sana selama bertahun-tahun” Desis Junsu menggertakkan giginya.

Ia masih dendam dengan barang antik yang telah dibelinya hancur karena ledakan bom waktu itu.
Cih.

  “Yah, tapi dengan resiko mencari donor organ di mana-mana untuk menghidupkan putrinya” Celetuk Kyuhyun memakan roti cokelatnya.

Wajah Jaejoong menjadi keruh.
Dan hal itu membuat Yunho tidak senang.
Ia menatap tajam mata Kyuhyun hingga membuat bocah evil itu menunduk meminta maaf.
Ck, dari kelima namja yang ada di depannya saat ini kenapa hanya Yunho yang bisa membuat semua orang tidak bisa berkutik di hadapannya?
Menyebalkan.

Namja cantik itu tertegun ketika jemarinya digenggam oleh Yunho.
Ia refleks mengangkat wajahnya dan merasakan pipinya menghangat ketika mata musang itu balas memandanginya dengan intens.

  “Kajja, sudah waktunya masuk kelas” Ajak Changmin seraya bangkit dari kursinya.

Oh, dan tentu saja dengan roti melon di kedua tangannya.
Ia memang suka makan.
Kelima namja itu segera bangkit dan berjalan beriringan menuju kelas mereka yang terpisahkan oleh dindng.
Changmin dan Kyuhyun ada di kelas XI-1 dengan program percepatan kelas.
Yoochun dan Yunho ada di kelas XII-1.
Kemudian Jaejoong dan Junsu di kelas XI-2.

Sebenarnya Yunho tidak ingin berpisah dengan namja cantik itu.
Tapi apa boleh buat, Jaejoong tidak sanggup meluluskan diri di program percepatan yang diajukan olehnya agar mereka bisa satu kelas.
Yunho harus puas dengan Junsu yang bisa menjaga Jaejoong selama pelajaran berlangsung.

  “Yoochunnie Oppaaaa~~!”

  “Changmin Sunbaaaeee~!”

Suara-suara teriakan dari para penggemar namja-namja tampan itu terdengar bising.
Yunho bahkan tidak melirik satupun dari mereka ketika namanya yang paling dielukan.
Berbeda dengan Yoochun dan Changmin yang malah saling mengobrol di sepanjang koridor.

  “Jja, Yunnie, Minnie, Kyunnie,Chunnie!” Seru Jaejoong seraya memasuki kelasnya.

Yoochun tersenyum kepada Junsu yang menyengir kepadanya.
Sudah kebiasaan mereka untuk mengantarkan yang harus dilindungi terlebih dahulu.
Kemudian Changmin akan menepuk bahu Yunho hingga namja tampan itu melepaskan fokusnya akan Jaejoong dan ikut melangkah bersama mereka menuju koridor lantai dua.

  “Otte? Bagaimana perkembangan hubunganmu dengan Yunho?”

Eoh?
Jaejoong menoleh, menatap Junsu yang duduk di sampingnya seraya bertopang dagu.
Namja cantik itu menghembuskan nafasnya.
Kemudian ia memalingkan wajah.

  “Bisa tidak kita membicarakan hal lain saja?” Ujarnya lirih.

Namja imut itu mengulurkan tangannya, menarik dagu Jaejoong agar namja cantik itu memandangnya.

  “Ada apa, Joongie? Ada masalah denganmu dan Yunho? Tapi setahuku kalian tidak pernah bertengkar. Kita semua tahu betapa posesifnya ia padamu”

  “Satu-satunya masalah hanya ketidakpekaannya, Junchannie”

  “Aigoo~ Masih saja tentang itu eoh? Kata-kata itu tidak selamanya penting, Jaejoongie. Yang terpenting itu tindakannya. Dunia juga tahu kalau Yunho mencintaimu”

Jaejoong mendelik.
Mood-nya rusak sekarang.
Ck.
Namja cantik itu menopang dagunya dengan kedua tangannya.

  “Bagiku itu yang terpenting! Tidak mau tahu!” Erangnya manja.

Membuat Junsu hanya bisa tersenyum kecil mendengarnya.
Ia menepuk lembut kepala Jaejoong sebagai tanda simpati.
Lucu sekali, pikirnya.
Sepasang kekasih yang terikat dalam status pertunangan tapi masih menuntut ucapan nyata.
Junsu bukannya tidak tahu kalau Yunho juga sama seperti Jaejoong.
Namja cantik itu tidak akan mau mengungkapkan perasaannya terlebih dahulu sebelum Yunho yang memulainya.

Tapi perbedaannya di sini adalah, Yunho bukan tipe namja yang membiarkan hal seperti itu mengganggu pikirannya. Selama Jaejoong ada di sampingnya itu sudah cukup.


-------


Jaejoong berhasil meyakinkan Yunho kali ini untuk membiarkannya pergi ke toilet sendirian.
Yah, mau bagaimana lagi?
Kehadiran Yunho sangat dibutuhkan para anggota OSIS untuk hari ini.
Setelah sebelumnya namja tampan itu terkadang meninggalkan rapat penting mereka mengenai anggaran sekolah hanya untuk menemani Jaejoong ke kantin atau ke perpustakaan.
Namja cantik itu mencuci tangannya di westafel dan membuka pintu toilet dengan santai.

DEG.

Tubuh Jaejoong menegang.
Kedua mata besarnya membulat sempurna.
Dadanya mulai berdetak tidak karuan.

Ya Tuhan.

Wanita itu, wanita yang juga sedang balas menatapnya itu!
Kakaknya!!
Pelipis Jaejoong mulai basah karena keringat.
Jemarinya semakin mengepal erat mendengar langkah kaki Ahra yang mendekatinya.
Jaejoong sedang berusaha keras mensugesti kepalanya agar segera melarikan diri dari sana.

Kakinya bergetar hebat.
Ia memaksakan keduanya untuk berbalik dan segera melangkah dengan cepat hingga kedua kakinya berlari menuju ruang OSIS.

  “JAEJOONGIE! TUNGGU!!”

Suara teriakan Ahra yang mengejarnya di belakang sana membuatnya menangis.
Nafas Jaejoong mulai tersendat karena sesak.
Ia takut.
Ia takut.
Ia takut!

BRAK BRAK BRAK!

  “YUNNIE!! YUNNIE BUKA PINTUNYA, YUNNIE!!” Jerit Jaejoong ketakutan.

Kedua tangannya tidak berhenti menggedor pintu berwarna putih itu dengan brutal.

  “YUNNIE!! TOLONG JOONGIE!” Teriak Jaejoong lagi.

Ahra semakin mendekat.
Ya Tuhan, pekiknya dalam hati.

CKLEK!

Pintu itu terbuka kasar.
Yunho terkejut saat detik itu juga Jaejoong menubruk tubuhnya dan memeluknya dengan sangat erat.
Wanita berambut hitam yang sudah berdiri di dekat ruang OSIS itu berhenti di tempat.
Nafasnya tersengal-sengal.
Ia tertegun memandang sosok tampan yang selalu dikaguminya melalui majalah-majalah koleksinya di rumah kini sedang memeluk adiknya.

Yunho menatap tajam wajah gadis tersebut.
Rahangnya mengeras sempurna.
Shit.
Ia lupa kalau hari ini yeoja sialan itu pindah ke sekolahnya.

  “Hiks..Hiks..Yunnie..” Isak Jaejoong lirih.

Yunho bisa merasakan punggung tunangannya yang bergetar hebat.
Ia bergerak mundur dan segera menutup pintu OSIS itu tanpa mempedulikan Ahra yang masih terpaku di sana.
Namja tampan itu menggiring Jaejoong menuju ruangan pribadinya.
Seluruh anggota yang duduk mengelilingi meja belapis kaca itu saling menatap satu sama lain.
Mengira-ngira apa yang terjadi pada namja cantik itu.

Yunho sudah mendudukkan Jaejoong di atas kursi yang biasa ia duduki ketika sedang mengerjakan pekerjaannya sebagai ketua OSIS.
Namja cantik itu belum berhenti menangis.
Bahkan bibir cherry-nya mulai terlihat pucat.

Namja tampan itu merasakan darahnya mendidih membayangkan seperti apa perlakuan Ahra kepada Jaejoongnya dulu sehingga namja cantik ini bisa bereaksi seperti ini.

  “Tunggu sebentar Boo” Bisik Yunho mengecup dahi kekasihnya.

Jaejoong bersidekap, memeluk dirinya sendiri.
Sementara Yunho sudah kembali ke ruang rapat.

  “Changmin, kau punya es krim Vanilla?” Tanya Yunho menatap Changmin.

Namja berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia segera bangkit dan membuka lemari pendinginnya dengan password  yang hanya ia yang tahu.

  “Junsu, keluarkan komikmu” Ujar Yunho seraya melirik Junsu.

Junsu mengangguk patuh.
Ia segera beranjak menuju ruangan pribadinya dan memilih komik yang biasanya suka Jaejoong baca.

  “Yoochun, gantikan aku” PerintahYunho kepada Yoochun.

Anggota OSIS yang lainnya hanya bisa terpesona kagum akan antisipasi Yunho yang begitu cepat.
Mereka sungguh beruntung bisa menyaksikan langsung bagaimana tangkasnya pria tampan itu ketika memerintah seseorang.

Changmin dan Junsu sudah kembali duduk di kursi mereka setelah mengantarkan apa yang diminta Yunho ke ruangan pribadi namja tampan itu.
Junsu ingin sekali menghibur sahabatnya yang sedang terpuruk di sana.
Tapi ia tahu, ini bukan tugasnya saat ini.

  “Lihat Boo, es krim kesukaanmu” Ucap Yunho lembut.

Berusaha mengalihkan perhatian kekasihnya.
Namja cantik itu mendongak.
Ia sama sekali tidak tertarik dengan es krim itu.
Mata besarnya menatap gelisah kepada mata musang kekasihnya.

  “Yun-nie..Nuna, Nuna akan menyuntik Joongie..Lalu..Lalu Umma akan memukuli Joongie..” Racau Jaejoong dengan pipinya yang telah basah.

Yunho segera mendekap erat namja cantik itu.
Mengelus lembut punggung Jaejoong.
Ia berucap dengan tegas.
Persis seperti nada mutlak yang biasanya dikeluarkan oleh Jung Jinki.

  “Tidak akan ada yang bisa menyentuhmu seujung kuku pun selama ada aku di sisimu, Jung Jaejoong. Dan aku pastikan mulai detik ini aku akan selalu berada di sampingmu”

Jaejoong meremat erat jas seragam Yunho.

  “Kau harus bisa mengendalikan rasa takutmu, sayang. Kita sudah merencanakan hal ini dari jauh hari. Menerima Ahra bersekolah di sini dan menggerogoti keluargamu sedikit demi sedikit” Perintah Yunho.

  “Joongie takut, Yunnie” Ucap Jaejoong seraya mendongak, meminta pengertian dari tunangannya.

Jemari Yunho mengusap lembut sudut mata bulat Jaejoong.
Ia mendekatkan wajahnya hingga ujung hidung mereka bersentuhan.
Senyumnya terangkat ketika pipi Jaejoong yang tadinya terlihat pucat kini tampak merona.

  “No prison anymore, your freedom is me” Bisik Yunho.

Kekhawatiran Jaejoong perlahan seakan menguap di udara.
Kalimat Yunho benar-benar membawa efek yang besar kepadanya.
Perlahan bahunya mulai terlihat rileks.
Gerakan matanya perlahan terfokus.
Dengan jemari yang masih meremat jas seragam milik Yunho.

  “Aku mencintaimu” Ucap Yunho tegas.

Membuat Jaejoong melebarkan kedua matanya kaget.
Tidak siap dengan pernyataan yang selama ini diharapkannya dalam hati diucapkan Yunho secara gamblang.
Namja tampan itu semakin menipiskan jarak di antara mereka, kembali berbisik lembut tepat di hadapan Jaejoong.
Hingga bibir mereka saling bergesekan dan menimbulkan getaran-getaran aneh di perut Jaejoong.

  “I’m beside you, I will embrace everything, don’t you ever ache, love

Rematan Jaejoong pada jas Yunho semakin erat seiring dengan pergesekanyang ditimbulkan namja tampan itu pada bibir ranumnya.
Namja tampan itu membuatnya mendongak karena posisi Yunho yang saat ini berdiri di hadapannya yang masih duduk di atas kursi.
Bibir mereka saling bertautan dan melumat satu sama lain dengan mesra.
Perlahan Jaejoong bangkit dari duduknya, Yunho segera memutar posisi Jaejoong dan menggantikannya duduk di kursi tersebut.
Hingga kini namja cantik itu berada di atas pangkuannya.

Suara decitan roda kursi dan gesekan jas seragam keduanya membuat suasana semakin memanas.
Yunho tidak sedikit pun membiarkan Jaejoong menarik nafas dalam jangka waktu yang lama ketika bibir mereka terlepas.
Ciuman mesra itu akhirnya terhenti ketika Yunho mengalihkan bibir dan lidah panasnya menelusuri leher jenjang tunangannya.

Jaejoong berkeringat.
Nafasnya tersengal hebat dengan kedua mata yang kini tampak sayu memandangi Yunho.

  “I love you too” Ucapnya lirih.

Dan Yunho kembali menyatukan bibir mereka.
Mencoba membuat suasana menjadi seromantis mungkin.
Menjauhkan hal lainnya hingga tak ada lagi yang tersisa menjadi beban.
Untuk sejenak, biarkan hati yang mengambil alih.

TBC :D

17 komentar:

  1. Sorry baru komen di chap ini >< one more chapter dan bakal finish. kasian joongie, keluarganya tega banget. yang salah kan ahra kenapa malah harus maksa jaejoong buat ngasihin organ organnya ;-; keluarga jung baik banget, i feel warm sama perlakuan junki ke jaejoong ❤ yunho juga gentle banget sama jaejoong >< johaaa ~ update soon ne!

    BalasHapus
  2. Baguss..suka plot ceritanya. Penasaran dengan kelanjutannya. Paling suka dengan posesif yunho dan jaejong yg manja serta kekanakan...

    BalasHapus
  3. Kyaaaaaaa.... ini mana chap akhrnya?? Lanjut asap ne~~
    aku pernah nntn film dan bc ff yunjae dengan tema seperti ini yaitu adik yg di lahirkan utk menjadi obat utk penyembuhan kk nya. tp smua penceritaan nya beda dan shella mengemasnya ala shella yg selalu daebak!!
    Selalu merinding melihat keposesifan yunho yg justru terlihat keren dan gemes sm sikap jae yg polos dan rapuh minta di pungut sm si beruang hehe..

    BalasHapus
  4. kejam ortunya, kasian jaejoong, tp bagus critanya, jarang ada yg kepikir buat crita kejam gini, semoga yunho bisa mengatasi segalanya

    BalasHapus
  5. This is a pretty tense story! But i like it a lot.
    A perfect character, plot, and everything.. ^.^
    Khas kak shella banget deh!
    Super joahe~♡

    BalasHapus
  6. kapan nextnya INI? padahal keren bener, romantis haduh ngefly banget dah.. huwaaaaaa

    BalasHapus
  7. mianhae baru meninggalkan jejak di chapter ini hehe
    omegaaaaaaaad yunho perhatiannya sama jongie -,- plis jadi envy ane thoooooooor >_<
    terus keluarga kim kemana ? apa bangkrut ato gimana ? bukannya ahra sakit2tan ya terus kok bisa keliatannya sembuh gitu ?
    aduh banyak pertanyaan yg belum terungkap thooor penasaran banget sama endingnya ga sad ending kan ?
    tapi intinya lanjut thor udah gasabar pengen tau kelanjutannya jebaaaaaaaaaaal

    BalasHapus
  8. Lanjut chap 3 nya doong,, makin seruu nii..
    Pliiiiiiisssss

    BalasHapus
  9. Lanjut chap 3 nya doong,, makin seruu nii..
    Pliiiiiiisssss

    BalasHapus
  10. Lanjutannya doooong............
    Penasaran endingnya

    BalasHapus
  11. LANJUTTTT TANCCAPPPP OMOOO DAEBAAKKKK

    BalasHapus
  12. LANJUTTTT TANCCAPPPP OMOOO DAEBAAKKKK

    BalasHapus
  13. pretty tense, padahal biasanya shella bikin yg light.
    but its good thought. waiting for the next

    BalasHapus
  14. Kasihan joongie, traumanya kebawa sampai dewasa...
    Lanjutkan

    BalasHapus
  15. Suka suka suka.. pokoknya eonni daebak deh hihi
    :D

    BalasHapus
  16. Suka banget sama gaya nulis teh shella
    Tetep nulis terus ya teh

    BalasHapus
  17. Suka banget sama gaya nulis teh shella
    Tetep nulis terus ya teh

    BalasHapus