This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 21 Juli 2014

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/COLLISION/PART 1



Tittle: COLLISION

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: CHAPTER

Rating: family-romance-fantasy-friendship-mpreg-hurt

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  Ini hanya sebuah kisah, tentang cinta yang seharusnya tidak bersatu

PART 1.

Shim Changmin mengulurkan kedua tangannya.
Bibirnya merapalkan sebuah mantra asing dengan lancar.
Ia terlihat begitu percaya diri akan sihirnya.
Namun di ujung kalimat ia tersendat.
Membuat burung yang seharusnya menjadi kodok tersengat listrik dan terbang begitu saja.

Penyihir muda itu merutuk kesal.
Ia menghentakkan kaki kanannya keras.
Dahinya mengerut tidak senang.

Shit!
Kenapa mantra yang satu itu susah sekali eoh?


Namja berwajah kekanakan itu mendongakkan wajahnya.
Menatap sepupunya yang tampak duduk di atas atap saat ini.
Ia selalu melakukannya setiap sore.
Memandangi Tartarian –bangsa malaikat- yang berterbangan di luar sana.

Namja cantik itu berdarah campuran.
Ibunya adalah seorang malaikat dan ayahnya adalah seorang iblis.
Tapi takdir menuntunnya untuk menjadi seorang Tartarian, darah keturunan malaikat walaupun ia berbeda.

Wajahnya cantik, matanya berwarna cokelat gelap.
Bibirnya merah seperti buah cherry, rambutnya berwarna almond dengan surai selembut sutra.
Kulitnya seputih salju.

Sayapnya adalah sayap terbesar dan terlembut yang pernah ada.
Hingga membuatnya terseret setiap kali ia berjalan.
Berbulu seperti milik malaikat pada umumnya.

Hanya saja sayapnya berwarna hitam.
Hitam legam seperti lubang kegelapan.

  “Changmin ah” Panggil namja cantik itu –Kim Jaejoong- tanpa menoleh pada sepupunya.

Penyihir muda itu mendongakkan wajahnya.
Ia mengepakkan sayapnya dan duduk di samping Jaejoong.
Sepupu cantiknya itu tampak asyik memperhatikan langit yang berwarna jingga.

  “Ada apa?” Balas Changmin pelan.

  “Apa yang kau ketahui tentang garis itu? Garis tak tampak yang ada di atas sana?” Tanya Jaejoong penasaran.

Changmin mengerutkan dahinya.

  “Kita kan sudah mendapatkan pelajaran tentang hal itu dari Minho Sam, kenapa kau masih bertanya?”

  “Maksudku, apa yang kau ketahui? Menurut cerita turun temurun dari keluarga kita?”

  “Oh, seingatku mereka mengatakan kalau garis itu disebut dengan Collision Line, garis yang memisahkan antara dua dunia. Dunia para Tartarian dan dunia para Tatyrus

  “Kau pernah melihat Tatyrus, Changmin?”

  “Jangan bercanda, Hyung. Eunjae bahkan melarang kita untuk bermimpi”

Jaejoong mendesah pelan.
Kedua mata bulatnya bergerak penuh keingintahuan.
Ia penasaran.
Sangat sangat penasaran.

  “Kau benar, Eunjae Hyung selalu menceramahiku kalau aku menyebut-nyebut Tatyrus di depannya” Keluh Jaejoong menghembuskan nafasnya.

Yah, Eunjae adalah kakaknya yang berdarah murni.
Namja bertubuh tinggi itu tidak pernah suka kalau Jaejoong berbicara tentang hal itu.
Sudah cukup.
Sudah cukup ia selalu bermimpi buruk mengingat ibu dan ayahnya yang dibakar oleh api suci karena mereka menentang sejarah.

Jaejoong masih terlalu kecil untuk mengingat hal itu.

Ia tidak pernah tahu bagaimana rasanya menderita.
Mendengar lengkingan Kim Heechul dan Tan Hangeng setiap kali ia ingin tidur.

  “Bagaimana dengan pelajaranmu?” Tanya Jaejoong lagi.

Namja berwajah kekanakan itu terkekeh geli.
Mengindikkan bahunya dan mendesah panjang.
Memutuskan untuk berbaring dengan kedua lengan yang menumpu bagian bawah kepalanya.

  “Umma seperti ingin memakanku setiap kali aku mengeluh padanya”

  “Karena kau tidak pernah bisa mengubah seekor burung menjadi kodok, Changmin ah”

  “Bagaimana aku bisa?! Burung itu tercipta sebagai seekor burung! Kenapa aku harus mengubahnya menjadi hal lain? Coba kau bayangkan, bagaimana seorang malaikat diubah menjadi iblis!”

Jaejoong tertegun.
Mendengar ucapan Changmin yang mungkin tidak disengaja olehnya.
Namja berwajah kekanakan itu terus meracau.
Tak menyadari kini pikiran Jaejoong telah teralihkan.

Jaejoong memandang lurus langit yang berwarna jingga itu.

Changmin benar.
Bagaimana rasanya ketika seorang malaikat diubah menjadi iblis?
A Tartarian becomes Tatyrus.
Apakah hal itu berlaku?
Apakah hal itu bisa terjadi?

Eunjae pasti akan melemparinya dengan buku tebal kalau ia bertanya.

  “Pokoknya penyihir-penyihir tua itu tidak memiliki hati sama sekali!” Pekik Changmin mengakhiri emosinya.

Jaejoong mengerjapkan mata cokelatnya.
Tersadar dari lamunannya dan menoleh menatap Changmin.

  “Kau juga penyihir, Shim Changmin” Tegur Jaejoong.

  “Yeah, aku penyihir muda yang masih belajar dan bertekad akan mengubah sejarah keturunan penyihir!” Ucap Changmin percaya diri.

Jaejoong tersenyum.
Mengagumi semangat Changmin yang membara.
Kemudian ia mendesah pendek.
Sangat berbanding terbalik dengan dirinya yang selalu menyendiri.

Berangan-angan tentang apa yang terjadi di balik garis tak tampak itu.

Jaejoong sadar ia berbeda dengan malaikat lainnya.
Mereka memang memakai pakaian yang sama, pakaian yunani berwarna putih.
Tapi hanya ia yang bersayap hitam.

  “Changmin ah”

  “Ne?”

  “Apakah ayahku itu Maleficent?”

DEG.

Changmin terkejut.
Ia sontak beranjak duduk dan menatap tidak percaya sepupu cantiknya itu.

  “Jangan berani menanyakannya pada siapa pun, Jae Hyung! Eunjae akan membakar mulutmu!”

  “Mwo? Memangnya kenapa?”

  “Apa kau tidak tahu makhluk jenis apa yang sedang kau bicarakan itu eoh?”

Jaejoong mengindikkan bahunya.
Memandang polos Changmin yang menghembuskan nafas panjang.
Well, sebenarnya ia tidak sebodoh itu.
Ia tahu benar apa yang selama ini dipikirkan dan apa yang keluar dari mulutnya.
Hanya saja, ia ingin tahu, bagaimana pemikiran orang lain terhadap apa yang ditanyakannya.

Ia ingin mengambil kesimpulan yang tepat.

  Maleficent adalah keturunan Tatyrus yang paling jahat. Aku tidak tahu banyak, tapi Ummaku pernah mengatakan kalau kita memiliki Dusty dust sebagai keluarga kerajaan, maka Tatyrus memiliki Maleficent

  “Aku pernah membaca sebuah buku sejarah di perpustakaan, di sana tertulis kalau ciri-ciri Maleficent bersayap besar hingga membuatnya terseret ketika mereka berjalan”

  “Jangan lupa kalau mereka memiliki tanduk yang mengerikan di kepalanya. Dan kau tidak punya itu. Jadi jangan mencoba untuk bertingkah aneh, Kim Jaejoong”

  “Siapa tahu ayahku itu berdarah campuran juga. Mungkin kakek dan nenekku salah satunya adalah iblis dan satunya lagi Maleficent

Changmin terdiam.
Mata sipitnya mengerjap.
Membenarkan perkataan Jaejoong di dalam hatinya.
Mungkin saja.
Karena ia tidak pernah melihat sayap lain seperti milik sepupunya ini.

Iblis sekalipun, mereka memiliki sayap yang tidak sampai sebatas kaki seperti Jaejoong. Setahunya.

  “Aku lapar, ayo kita kembali” Ajak Changmin kemudian.

Jaejoong mengangguk.
Ia memandangi langit jingga itu untuk yang terakhir kalinya dan mengepakkan sayap besarnya.


-------


Jaejoong duduk di atas kursi yang menghadap ke arah jendela.
Kembali melamun memikirkan hal-hal yang berputar di dalam kepalanya.
Ia terlalu ingin tahu.
Terlalu memikirkan hal yang sebenarnya tidak perlu dipikirkan olehnya.

Namja cantik itu mendadak teringat akan Shim Changmin, sepupunya yang paling cerewet sepanjang masa.
Changmin dan keluarganya adalah Tartarian keturunan penyihir.
Bangsanya tidak sepenuhnya adalah malaikat murni.

Sebagian dari mereka seperti sepupunya.
Memiliki kekuatan lebih seperti itu.
Kemudian Jaejoong teringat lagi, mengenai kekuatan.
Mereka semua miliki kelebihan masing-masing.
Hanya mereka yang berdarah campuran.

Maka dari itu para penjaga kerajaan yang ada semuanya berdarah campuran.

Jika Changmin bisa menyihir, maka Jaejoong dapat menciptakan pendar pelindung yang melingkupi dirinya di saat bahaya datang.
Tapi ia hampir tidak pernah menggunakan kekuatannya itu.
Toh dunia sedang damai-damainya sekarang.

Pikiran Jaejoong kembali melayang.
Mengingat beberapa teman sekolahnya yang juga berdarah campuran.
Ada Junsu, si cerewet yang bisa menurunkan hujan.
Yang Jaejoong tidak pernah mengerti untuk apa kekuatan seperti itu ada.

Ah, Choi Siwon juga memiliki kekuatan.
Ia bisa menyetrum siapa saja yang tidak disukainya.

  “Jaejoong! Aku sudah memanggilmu lebih dari lima kali! Bersihkan piring bekas makananmu dan kerjakan pr-mu!”

Jaejoong mendesah pelan.
Untung Eunjae bukan darah campuran. Pikirnya.

Jaejoong segera masuk ke dalam kamarnya setelah ia menyelesaikan segala perintah dari Hyungnya.
Ia sebenarnya memiliki rasa sayang yang amat sangat kepada Hyung kandungnya itu.
Hanya saja terkadang mereka selalu bertengkar karena Jaejoong yang suka bertingkah aneh dan Eunjae yang marah-marah kemudian.

Eunjae adalah sosok yang sangat berharga bagi Jaejoong.
Ia yang menjaga namja cantik itu sejak kecil.
Yang Jaejoong tahu kedua orang tuanya sudah tidak ada.
Yang ia ingat Eunjae yang selalu berperan sebagai seorang ibu dan seorang ayah untuknya selama ini.

  “Mungkin karena itu ia menjadi seseorang yang sangat cerewet. Kuharap ia tidak sulit menemukan jodohnya suatu hari nanti” Gumam Jaejoong tidak jelas.

Namja cantik itu berbaring di atas ranjangnya.
Menatap langit-langit kamarnya dan mendesah pendek.
Kemudian ia memiringkan tubuhnya dan memperhatikan pemandangan yang terlihat dari balik jendela kacanya.

Memperhatikan bangunan-bangunan seperti kota Atlantis itu.
Rumah dengan atap persegi yang berdiri karena bantuan pilar bergaris yang kokoh.
Hanya saja tidak benar-benar seperti Atlantis.
Tempat seperti itu hanya dihuni oleh keluarga kerajaan.
Dan Jaejoong belum pernah melihatnya sekali pun selama ia hidup.

Dusty Dust –sebutan untuk darah kerajaan bangsa Tartarian- tinggal di Atlantis.
Kota yang hilang.
Ada yang mengatakan kalau Atlantis tenggelam di dasar laut.
Ada juga yang mengatakan kalau Atlantis tersembunyi di balik langit berwarna jingga itu.
Tidak ada yang tahu pasti.

Satu-satunya yang mereka tahu adalah Atlantis akan muncul di permukaan ketika perang berkobar.
Tapi perang terakhir yang pernah ada sudah berakhir sepuluh ribu tahun yang lalu.
Saat di mana Tatyrus menyerang bangsa mereka.

  “Kalau tidak salah Minho sam pernah bilang, garis yang tak tampak itu diciptakan oleh penyihir terhebat pada masa itu. Setelah Dusty Dust memutuskan untuk berdamai dengan Maleficent dan memberikan separuh dari tanah mereka sebagai persyaratan” Gumam Jaejoong lagi.

Dan setelah itu tidak ada lagi iblis yang terlihat.

  “Hoaam~”

Jaejoong menguap pelan.
Ia jadi mengantuk setelah bermain dengan pikirannya sendiri.
Namja cantik itu membiarkan dirinya dilingkari dengan perisai pelindung dan segera jatuh ke dalam mimpi.
Ia harus melindungi dirinya setiap kali ia tidur.

Atau Eunjae akan menyiramnya dengan air dingin setiap kali ia tidur sampai siang.
Terkadang Hyung kesayangannya itu terlihat seperti iblis.


-------


Jaejoong berjalan menelusuri koridor menuju kelasnya pagi ini.
Mengacuhkan Tartarian yang memandanginya seperti biasa.
Hanya karena ia berbeda.
Hanya karena sayapnya berbeda.

  “Hahaha”

Eoh?

Namja cantik itu mengerjapkan matanya ketika ia membuka pintu kelas.
Memperhatikan Cho Jino yang sedang memperlihatkan kemampuannya di depan kelas.
Namja manis itu membuat angin topan mungil di atas telapak tangannya.
Ia salah satu darah campuran yang dapat mengendalikan angin.

Hum, itu cukup keren. Pikir Jaejoong kagum.

  “Jaejoong ah, kau sudah menyelesaikan pr?”

Jaejoong menoleh, Siwon tersenyum semanis gula padanya.

  “Aku sedang tidak ingin memberimu contekan, minta saja pada Junsu” Ujar Jaejoong dingin.

Membuat namja berlesung pipi itu meringis dan memutuskan untuk berjalan menuju meja Changmin.
Jaejoong menumpukan wajahnya di atas meja.
Menunggu Minho sam masuk ke dalam kelas dan kembali berceloteh tidak jelas.
Namja cantik itu memiringkan wajah cantiknya.

Mata bulatnya lagi-lagi memperhatikan langit yang berwarna jingga itu.
Ia bisa melihat kilatan bening yang terlihat sekilas.
Kilatan Collision Line.

Aku benar-benar penasaran. Pikir Jaejoong menggigit bibirnya.

  “Duduk di tempat kalian masing-masing! Cho Jino! Lenyapkan bayi angin itu sekarang atau aku akan menendang pantatmu!”

Anak-anak kelas tertawa.
Seorang malaikat berambut ikal berjalan memasuki kelas mereka dengan celotehan di bibirnya.
Sementara Jino sudah kembali duduk di kursinya.

  “Sam!”

Seluruh kelas menoleh ke belakang.
Menatap Jaejoong yang mendadak mengangkat tangannya.

  “Ya, Kim Jaejoong?” Sahut Minho menaikkan alisnya.

  “Apa yang akan terjadi kalau seseorang menyebrang garis tak tampak itu?” Tanya Jaejoong lantang.

Minho memijat pelipisnya.
Ia menggeleng pelan dan melotot pada namja cantik itu.

  “Kim Jaejoong! Apa kau tidak tahu kalau pagi ini kita akan belajar mengenai peradaban Tartarian?! Kau bisa menanyakan hal itu besok siang!”

Anak-anak kelas kembali tertawa.
Sementara Jaejoong mendecih tidak senang.

  “Buka buku kalian! Kumpulkan tugas kemarin!” Perintah Minho mutlak.

Jaejoong membuka bukunya tidak semangat.
Ia menggerutu tidak jelas di bangkunya.

  “Dan Kim Jaejoong”

  “Ya, sam?”

  Collision akan membakar siapa saja yang berani menyentuhnya”

Jaejoong tertegun.
Seluruh kelas terdiam dalam keheningan.
Mereka saling menatap satu sama lain.

  “Gomawo sam” Lirih Jaejoong di tengah lamunannya.

Terbakar?

Itu adalah mimpi buruk.


-------


  “Jiyong memberitahuku kalau kau membuat kekacauan di kelas pagi tadi”

  “Aku hanya bertanya pada Minho sam, dan itu tidak kacau”

  “Yah, kalau kau tidak menanyakan hal yang seharusnya tidak ada dalam pelajaran pagi tadi”

Jaejoong tidak menyahut lagi.
Ia melahap makan malamnya dalam diam.
Eunjae yang duduk di seberangnya meminum supnya.
Namja bertubuh tinggi itu mendesah pendek kemudian.

  “Jaejoongie, aku mengerti kalau kau adalah anak yang selalu penuh dengan keingintahuan. Hanya saja, aku ingin kau berjanji kalau kau tidak akan membahayakan dirimu dengan segala bentuk rasa penasaranmu itu. Kau bisa?” Ujar Eunjae khawatir.

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap dalam kedua mata sipit milik Hyungnya.

  “Aku tidak pernah membahayakan diriku, aku hanya ingin tahu. Itu saja” Ujarnya.

   “Apapun itu, aku ingin kau menjaga dirimu untuk tetap dalam batas yang seharusnya. Kau mengerti?”

  “Aku mengerti”

  “Walaupun kau terkadang membuatku naik darah, tapi kau tetap adikku satu-satunya. Aku tidak ingin sesuatu yang buruk terjadi padamu”

  “Kau tenang saja Hyung, aku bisa menjaga diriku sendiri”

  “Aku meragukan hal itu”

Jaejoong memicingkan mata bulatnya.
Eunjae membalasnya dengan senyum meremehkan.
Namja cantik itu menghela nafasnya dan beranjak dari duduknya.
Kemudian ia melangkah memasuki kamar.

  “Kim Jaejoong! Berapa kali harus kuingatkan untuk mencuci piringmu! Kau pikir aku pembantumu?!”

Jaejoong tertawa kecil dari dalam kamarnya.
Eunjae pasti mengamuk di luar sana.

Namja cantik itu membuka lemarinya dan mengambil buku sejarah miliknya.
Kemudian ia duduk di atas ranjang.
Mencari sesuatu yang baru tentang Tatyrus.

  “Tidak ada gambarnya” Keluh Jaejoong.

Buku itu hanya berisi tulisan yang memuakkan untuk dilihat.
Padahal Jaejoong berharap akan ada satu saja gambar seorang iblis di dalam sana.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang.

Kenapa hanya dirinya yang begitu ingin tahu?
Kenapa teman-temannya tidak?
Apa mereka tidak penasaran sama sekali bagaimana rupa seorang iblis?
Bagaimana Maleficent yang selalu pantang disebut-sebut itu?

Dusty Dust saja ada gambarnya.

Jaejoong membuka lebar jendela kamarnya.
Merasakan angin malam menerpa wajah cantiknya.
Ia menekuk kaki kanannya dan melebarkan sayap besarnya di udara.
Kemudian mengepakkannya beberapa kali dan segera melesat jauh menembus awan.

Tubuhnya berputar di udara.
Ia tersenyum senang menikmati indahnya memiliki sayap sebesar itu.
Namja cantik itu terus menuju atas.
Meraba gumpalan awan yang bertabrakan dengan jemari lentiknya.

Kepakan sayap itu berhenti.
Ketika mata bulatna menangkap sebuah kilat transparan di hadapannya.

Collision.

Jaejoong berdiri mengambang di depan garis itu.
Menelan salivanya gugup.
Ini pertama kalinya ia terbang sejauh ini.
Eunjae pasti akan memakinya kalau ia tahu.

Mata bulat Jaejoong mengerjap perlahan.

Memperhatikan langit yang berwarna kelabu di seberang sana.
Dunia para Tatyrus.
Ini hebat sekali. Pikirnya.
Bagaimana bisa dunia di seberang sana tidak ada sama sekali ketika ia berjalan di bawah sana?
Bagaimana bisa garis ini memperlihatkan seolah-olah ada dua hal yang menjadi satu?

Mata Jaejoong mengerjap pelan.

Ia tidak bisa melihat dengan jelas apa yang ada di dalam sana.
Ketinggian membuatnya hanya dapat menangkap bangunan-bangunan yang terlhat kecil.
Namja cantik itu mendesah pendek.
Mungkin seharusnya ia berdiri di sini saat siang tiba.

Mungkin ia akan menemukan beberapa iblis yang berjalan di luar sana walau tidak terlalu jelas.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia berbalik.
Mencondongkan kepalanya ke bawah sementara kakinya melayang ke atas.
Kemudian ia menukik tajam menjatuhkan diri.


-------


  “Kau berdiri di depan Collision?!” Pekik Changmin kaget.

Jaejoong mendesis dengan jari telunjuk di depan bibir ranumnya.
Mencoba membuat sepupunya itu tidak berteriak-teriak nyaring.
Untung saja mereka sedang berada di atap seperti biasanya.
Dasar.

  “Apa kau tahu kalau Eunjae akan membunuhmu kalau ia tahu?!”

  “Ia tidak akan tahu kalau kau menutup mulut”

  “Jaejoong Hyung! Demi Zeus! Itu sangat berbahaya!”

  “Aku penasaran, Shim Changmin. Tidak ada yang memberiku penjelasan lengkap mengenai Collision dan Tatyrus

  “Karena hal itu memang tidak patut untuk diumbar secara panjang lebar, Hyung!”

  “Lalu apa mereka tidak takut kalau ada Tartarian yang penasaran akan hal itu? Bagaimana kalau mereka yang penasaran itu nekat menerobos Collision?
 
  “Hanya kau yang penasaran akan hal itu, Hyung. Kau selalu penasaran tentang semua hal”

Jaejoong merebahkan tubuhnya di atap.
Melindungi kepalanya dengan dua lengan.
Changmin menghela nafas pendek.
Ia duduk di samping Jaejoong.

  “Berjanjilah Hyung, kalau kau tidak akan melakukan hal yang lebih gila dari itu”

  “Aku tidak tahu, Changmin. Jangan paksa aku”

  “Tapi setidaknya berusahalah untuk menekan rasa ingin tahumu itu Hyung”

  “Arasseo”

  “Aku harus pergi sekarang. Umma akan mengajarkan sihir baru lagi hari ini. Kau akan baik-baik saja?”

Jaejoong mengangguk.
Changmin melebarkan sayapnya yang berwarna putih dan melesat jauh meninggalkan Jaejoong.
Namja cantik itu beranjak duduk dan kembali mendongakkan wajahnya.
Dadanya berdebar.

  “Kali ini saja” Bisiknya entah pada siapa.

Sepasang sayap hitam itu mengepak sempurna.
Jaejoong melompat dan terbang secepat kilat.
Ia berputar dan menukik tajam ke atas.
Namja cantik itu bersyukur memiliki sayap sebesar dan sekuat ini.

Tidak semua malaikat bisa menerobos awan dan menghampiri garis tersebut.

Terkadang menyenangkan menjadi darah campuran.

Jaejoong berhenti tepat di hadapan garis tersebut.
Mendadak sayapnya menegang.
Ia tersentak seraya melayang di udara.
Namja cantik itu terkejut.
Menatap sesosok iblis yang berdiri di seberang garis pemisah antara dunia mereka.

Mata bulatnya memandangi sosok namja dengan pakaian berwarna hitam.
Celananya tampak sobek di bagian betis dan lutut.
Rambutnya berwarna cokelat, wajahnya tampan, dengan kedua mata sipitnya yang tajam.
Berwarna merah menyala.

Sepasang sayap kulit berwarna hitam dengan tulang yang menonjol di sisi ujung kiri dan kanannya mengepak pelan.

Mereka berdua masih saling merapatkan bibir, memperhatikan satu sama lain.

Garis pembatas itu tak tampak.
Namun membakar siapa saja yang melewati.
Mungkin karena hal itu tidak ada lagi peperangan antara Tartarian dan Tatyrus. Pikir namja cantik itu.

  “Hai” Sapa Jaejoong memberanikan diri.

Tidak tahu apakah iblis itu dapat mendengarnya atau tidak.
Ia kembali menelan salivanya.
Mata musang itu berkilat tajam.

  “Hai” Balas namja tampan itu pelan.

Jaejoong kembali terkejut.
Tidak menyangka kalau iblis itu akan membalas ucapannya.

  “Boleh aku tahu namamu? Aku Kim Jaejoong”

Mata musang itu tampak membesar sekejap, kemudian kembali seperti semula.
Membuat Jaejoong mengerutkan dahinya bingung.
Apakah ada yang salah dengan namanya?

  “Aku harus pergi” Ujar namja tampan itu.

  “Ta-tapi---”

  “Kau akan tahu namaku kalau kita bertemu lagi”

  “Kapan? Kapan kau akan ke sini lagi?”

  “Aku tidak tahu”

Jaejoong mengepalkan jemarinya erat.
Iblis itu membalik posisi kepalanya menjadi ke bawah dan kakinya melayang di atas.
Mata musang itu kembali menelanjangi dirinya.
Membuatnya semakin sesak bernafas.

Kemudian sepasang sayap kulit yang besar itu mengepak.
Iblis itu segera menukik tajam ke bawah.
Persis seperti yang dilakukan Jaejoong semalam.

Namja cantik itu merasakan tubuhnya terguncang.
Ia menjilat bibirnya yang terasa kering dan menekan dadanya yang berdebar kencang.

Demi Zeus, ia baru saja berinteraksi dengan seorang iblis.

TBC :D

1 komentar:

  1. Plotnya beda, and it's great! But imagining DBSK flew away everywhere with wings...... Lol XD Sorry, but it's awesome and silly at the same time XD but still, you're the awesome one, author nim!

    BalasHapus