This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 12 Desember 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/GOD OF STUDY

Tittle: GOD OF STUDY

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Lelaki cantik itu mengajarkan satu hal yang sangat penting kepada kami.
Bahwa usaha selalu berbanding lurus dengan hasil.
Apa yang kau tabur, itulah yang akan kau tuai.

  “Apapun yang terjadi, kalian harus lulus di Chun Ha University
.
.
.

Tiffany Hwang mendesah panjang.
Ia memijat pelipisnya seraya menyilangkan kedua kakinya hingga memperlihatkan belahan pahanya yang seksi dibalik rok mininya.
Kemudian ia memicing, menatap Cho Jino –guru matematika- yang baru saja mengadu kepadanya.
Wanita cantik yang kini menjabat sebagai kepala sekolah Jounant Senior High School itu memajukan wajahnya, memojokkan sang guru berwajah imut itu.

  “Jadi, kau ingin mengundurkan diri, begitu?” Tanyanya mendesis.

Namja Dino itu mengangguk.
Ia semakin merundukkan wajahnya.
Aih, wanita berambut pendek ini sungguh menakutkan jika sudah seperti ini.

  “Ne, mohon pertimbangannya, Sajangnim” Ucap Jino.


BRAKK!

Seluruh guru yang sedari tadi memperhatikan keadaan itu terkesiap kaget ketika wanita berandalan bernama Tiffany Hwang itu menggebrak meja dengan kasar.

  “Apa alasanmu, Jino Songsaenim?” Bisik Tiffany lirih.

Jino menelan salivanya.
Jemarinya bergetar.

  “I-igot..Para murid mengabaikan pelajaranku dan aku sudah tidak sanggup lagi menghadapi kenakalan mereka, terutama kelas 2B”

  “Begitukah?”

  “Ne, Sajangnim”

Mck.
Tiffany menggertakkan giginya hingga permen karet yang sedari tadi ada di dalam mulutnya bergesek pelan.
Yeoja cantik itu kembali duduk di kursinya seraya menghela napas pendek.

  “Baiklah, terserahmu saja. Kau beruntung karena hari ini ada seseorang yang melamar sebagai guru di sini” Ucapnya kemudian.

Mwo?
Para guru yang masih mendengar perbincangan Tiffany dan Jino ikut kaget.
Mereka segera menghampiri meja wanita berandalan itu dan memojokkan dirinya.

  “Sajangnim! Kalau begitu apakah aku juga bisa mengundurkan diri?!”

  “Aku juga! Aku juga!”

  “YYA!!”

Wanita berambut pendek itu berteriak kesal.
Ia berdiri dari duduknya hingga para guru itu terdiam.
Mata besarnya memicing menatapi satu persatu guru yang ada.

  “Aish! Apa-apaan kalian ini eoh?! Kalau kalian tidak suka mengajar di sini kenapa dari awal malah melamar ke sekolah ini hah! Sudah jelas sekolah ini memiliki predikat sekolah terburuk yang pernah ada di Seoul!” Maki Tiffany kesal.

Para guru saling melirik satu sama lain.
Mereka masih menundukkan wajah.
Wanita ini benar-benar mengerikan kalau sudah mengamuk.
Aigoo.

  “Ck! Aku juga lelah menjadi kepala sekolah di usiaku yang masih sangat belia ini asal kalian tahu saja! Kalau saja Appaku tidak jatuh sakit aku tidak akan sudi menginjakkan kaki di sini dan bertemu dengan kalian semua!” Ketus Tiffany kesal.

  “Uhm..Jadi..Apakah permohonan pengunduran diri kami diterima?” Celetuk Kim Junsu –guru olahraga- dengan senyum garingnya.

Tiffany melotot.

CKLEK.

Suara pintu yang terbuka mengalihkan perhatian mereka semua.
Mereka menoleh ke arah pintu dan tertegun memandangi seorang laki-laki yang kini berdiri di sana.
Ia membungkuk hormat dan berdiri dengan tegap.
Oh-omo.
Kalau bukan karena jas formalnya itu mereka sudah pasti mengiranya seorang wanita cantik!

  “Maaf, aku sudah mengetuk pintunya, tapi tidak ada yang mendengar” Ucap namja cantik itu tersenyum.

Tiffany segera berdiri dari duduknya.
Ia melepehkan permen karetnya dan menempelkannya di atas buku absen milik Junsu dan melenggang anggun ke arah pemuda itu.
Tidak mengacuhkan Junsu yang sudah mencibir kepadanya.

  “Anyeong haseyo, Tiffany Hwang imnida” Sapa kepala sekolah muda itu lembut.

Namja cantik itu balas mengangguk.

  “Ne, anyeong haseyo, Kim Jaejoong imnida” Balasnya tegas.

Yeoja berambut pendek itu segera membawa Jaejoong memasuki ruangan pribadinya yang ada di samping ruang guru.
Namja cantik itu segera  mengikuti arah langkah Tiffany tanpa mempedulikan puluhan mata para guru yang setia mengekori pergerakannya.

Ck.
Belum apa-apa sudah menjadii dola eoh?

  “Silahkan duduk” Ujar Tiffany tersenyum manis. Ia sudah duduk di kursi kebesarannya.

Jaejoong mengangguk.

  “Kau guru baru itu kan? Yang aku tahu sebelum Appaku jatuh sakit ia menerima lamaranmu untuk mengajar di sini. Pelajaran apa yang kau kuasai, Jaejoong-ssi?” Bahas Tiffany membuka perbincangan.

Jaejoong menyilangkan kakinya.
Ia menatap yakin kedua mata bulat wanita cantik itu.

  “Ne, aku cukup dekat dengan Bujangnim. Dan alasan beliau menerima lamaranku adalah karena sekolah ini sudah layak ditutup, Sajangnim” Sahut Jaejoong tegas.

Mwo?

Tiffany Hwang berdiri dari duduknya.
Hilang sudah sikap anggunnya.
Ia melotot kepada Jaejoong seakan meminta penjelasan lebih lanjut.

  “Masyarakat mulai resah karena sekolah ini tidak menunjukkan kemajuan yang signifikan. Bahkan para pendaftar pun semakin berkurang setiap tahunnya. Tidak hanya itu, guru yang mengajar pun sama tidak berkualitasnya. Terlebih murid-murid yang bertingkah laku seperti hewan”

Tiffany semakin melotot.

  “Oleh karena itu aku diminta Bujangnim untuk melakukan perombakan pada kurikulum pembelajaran di sekolah ini. Mengadakan ujian ulang untuk menyaring potensi para guru dan menciptakan satu kelas khusus untuk siswa kelas tiga menuju Chun Ha University

  “M-MWO? MWOYA? Apa kepalamu terbentur sebelum sampai ke sini, Jaejoong-ssi? Kau mengatakan segalanya seakan hal itu semudah membalik telapak tanganmu! Dan lagi, apa-apaan kau ini, bertingkah seakan kau adalah pemilik sekolah ini, aish!”

  “Bujangnim mempercayakan segalanya kepadaku, Tiffany-ssi. Sekolah ini memang harus mengalami perbaikan sesegera mungkin karena Dewan Pendidikan akan mengambil keputusan untuk menutup sekolah ini kalau tahun ini tidak ada murid baru yang mendaftar”

Tiffany merinding ngeri.
Ia bersidekap menatap pria cantik itu.
Yang masih duduk dengan anggunnya tanpa mengurangi sorot keyakinan sedikit pun pada kedua mata bulatnya.

  “Dan apa maksudmu dengan pembentukan kelas khusus Chun Ha eoh? Kau ingin menyaring anak-anak untuk memasuki kelas itu dan meluluskan mereka ke Chun Ha? Yang benar saja! Chun Ha University adalah universitas ter-favorite di Korea Selatan! Bahkan murid terpintar dari sekolah elit saja belum tentu bisa lulus ke sana!”

Namja cantik itu berdiri dari duduknya.
Ia mengangguk pelan kepada Tiffany dan tersenyum manis.

  “Kau hanya perlu mempercayakan segalanya kepadaku, Sajangnim. Tanda tangani saja laporan pengajuan ini” Ujarnya seraya meletakkan seberkas dokumen di atas meja.

Tiffany bahkan belum bisa mengatur jantungnya yang berdebar kencang.
Ia menatap tidak percaya punggung namja cantik yang sudah keluar dari ruangannya itu.
Ya Tuhan, apa kepala Appanya juga sudah terbentur hingga mempercayai segalanya kepada namja cantik itu?

  “Dunia sudah gila” Racau Tiffany menggeleng.
.
.
.

  “Aaah! Shim Changmin! Kembalikan roti cokelatku!! Sialan kau!”

  “Hahaha~ Kejar kalau kau bisa, bayi jamur!”

Suara teriakan dan derap kaki terdengar mengisi sepanjang koridor kelas tiga itu.
Siswa-siswi Jounant terlihat berkeliaran sesuka hati mereka.
Bahkan ada yang sedang mengadakan pertunjukan musik menggunakan alat pembersih di dalam kelas.
Namja cantik itu terus melangkahkan kakinya.
Seakan sama sekali tidak terganggu dengan kelakuan bar-bar para murid yang ada di sekitarnya.
Bahkan pasar ikan saja kalah ricuh.

Namja cantik itu mengerjapkan matanya melihat seorang guru yang sedang mengajar di dalam kelas seorang diri.
Wanita rapi itu terus saja berceloteh menjelaskan materi pelajarannya dengan sabar tanpa mempedulikan parasiswa-siswi yang secara terang-terangan tidak memperhatikan dirinya.
Ada yang tertidur, ada yang sedang bergosip, ada yang sedang duduk di atas meja seraya bermain kartu bersama temannya.

Hmp.

Jaejoong tersenyum kecil.
Masa SMA memang indah, pikirnya.

  [ “Kim Jaejoong, kembali ke sini kau anak nakal!!” ]

DEG.

Namja cantik itu terkejut.
Ia refleks berbalik dan mengedarkan pandangannya ke segala arah.
Mata bulatnya mengerjap cepat.
Kedua kakinya meneruskan langkahnya yang tertunda.
Dadanya berdebar-debar.

  [ “Nih, sepatuku saja ya! Aku ada kencan dengan anak sekolah sebelah, Songsaenim!”]

  [ “YYAA! Kim Jaejoong berandal! Akan kuhukum kau dengan rotan ini! Awas kau!” ]

Tawa lantang itu menggema di telinga Jaejoong.
Semakin jauh ia melangkah, semakin dalam memorinya terkuak.
Mengelupas begitu saja memenuhi kepalanya.

  “Jaejoong-ssi!”

Namja cantik itu berbalik.
Menatap sang guru olahraga yang bernama Kim Junsu sedang berlari ke arahnya.
Ia tersenyum tipis.

  “Aku mendengar program kelas khusus Chun Ha milikmu, apa kau yakin?” Tanya Junsu bingung.

  “Ne, tentu saja. Tahun ini aku berniat mengirimkan lima orang siswa ke Chun Ha. Tahun depannya lagi ada sepuluh, dan akan terus meningkat hingga dalam waktu setahun kita akan mengirimkan seratus siswa Jounant ke sana” Sahut Jaejoong santai.

Mata sipit Junsu membulat lucu.

  “Ta-tapi, kau tahu sendiri kondisi murid-murid di sini kan? Mereka semua bar-bar! Payah dan bodoh!”

  “Yah, mereka memang tidak lebih dari sekedar sampah. Tapi kelangsungan sekolah ini bergantung pada sampah-sampah itu, Junsu-ssi. Jika aku berhasil tahun ini, maka tahun depan siswa baru yang mendaftar akan meningkat”

Namja imut itu membeo tidak jelas.
Kemudian ia mengangguk setuju.
Benar juga, pikirnya.

  “Baiklah, aku setuju dengan rencanamu, Jaejoong-ssi” Ujarnya tanpa pikir panjang.

Jaejoong menarik seringai manis di bibir ranumnya.

  “Arra, kalau begitu kumpulkan semua guru diruang rapat karena aku akan mengadakan ujian potensi untuk menyaring para guru yang akan mengajar di kelas khusus Chun Ha” Tegasnya.

Mwo?
Junsu kembali membeo.


-------


  “Yaa! Akhirnya kau datang juga, Yun!”

Namja tampan berkuncir itu menatap malas ke arah Changmin –teman sekelasnya- yang berteriak kepadanya.
Tentu saja namja berwajah kekanakan itu harus berteriak.
Keadaan kelas ini lebih parah dari pada kandang ayam.
Namja tampan bernama Jung Yunho itu melempar tasnya ke atas meja dan segera duduk di kursinya.

Melihat hal itu, Taemin, Jessica, dan Donghae segera merapatkan kursi mengelilingi meja Yunho dan Changmin.
Gadis berambut blonde itu segera membuka lebar bungkusan keripik kentang miliknya di atas meja.

  “Sudah menemukan orang yang kau cari?” Tanya Donghae seraya melepas headphone hijaunya dan menggantungnya di leher.

Namja tampan berkuncir itu menatap jengah kepada Donghae.
Ia lebih memilih merampas keripik kentang milik Jessica dan melahapnya cepat.
Membuat Changmin dan Taemin harus lebih berusaha mengambil bagian mereka.
Sementara Jessica, satu-satunya gadis yang duduk di situ menumpu wajahnya dengan kedua tangan.

  “Kalian pasti belum mendengar berita terbaru yang sedang heboh belakangan ini” Gumamnya.

Keempat lelaki itu segera menoleh memandang Jessica.

  “Anak kelas sebelah bilang kalau sekolah kita kedatangan seorang guru baru” Ujarnya.

  “Ck, tidak akan bertahan lama” Komentar Taemin tersenyum lucu.

  “Masalahnya adalah, ia akan mengacaukan kurikulum pembelajaran dan menciptakan kelas khusus untuk Chun Ha University

  “Mwo? Chun Ha University? Kau bercanda! Hahaha! Otak udang seperti kita tidak mungkin bisa masuk ke sana!”

Jessica mengindikkan bahunya.
Ia malah memandang Yunho yang terlihat tidak tertarik sama sekali dengan perbincangan mereka.

  “Otte Yun? Kau ingin coba ikut kelas itu?” Tanyanya.

Namja tampan berkuncir itu menghela napas pendek.
Kemudian ia menggeleng.
Seakan mengatakan kalau hal-itu-sama-sekali-tidak-penting-bagiku.
Changmin menggertakkan giginya mencoba menghancurkan keripik kentang dalam jumlah banyak di mulutnya.

  “Kurasa aku akan ikut” Celetuknya dengan mulut penuh.

Jessica, Taemin dan Donghae melirik namja berwajah kekanakan itu.

  “Sepertinya menarik. Lagi pula nilaiku yang paling tinggi di sekolah ini, jadi kurasa tidak ada masalah” Komentarnya santai.

Taemin mengangguk.
Menyetujui ucapan namja itu.

  “Perhatian semuanya!”

Eoh?

Seluruh siswa-siswi kelas 3-3 sontak menoleh ke sumber suara.
Para lelaki bersiul memandang sang kepala sekolah yang kini telah berdiri di depan kelas.
Aigoo~
Wanita berandal itu tidak pernah lepas dari rok mininya yang super seksi.

  “YYAA! Jangan berisik! Dengarkan aku, sialan!” Teriak wanita itu kesal.

Para siswa semakin gencar menggodanya.
Membuat Tiffany memutar bola matanya jengah dan berkacak pinggang di sana.

  “Ck, terserah kalian mau dengar atau tidak! Langsung saja, sekolah kita akan membuka sebuah kelas khusus untuk masuk ke Chun Ha University. Hanya lima orang siswa yang akan diterima di kelas tersebut”

Siswa-siswi kelas itu bersorak ricuh.

  “Kau bercanda, Sajangnim? Sekolah elit saja susah diterima masuk ke Chun Ha, apalagi sekolah toilet seperti sekolah kita!” Gerutu salah satu siswa.

Tiffany mengangkat bahunya tidak mau tahu.
Ia menatap keluar kelas.
Mengisyaratkan seseorang yang sedang menunggu di luar sana untuk masuk ke dalam.
Segera saja, suasana rusuh itu mendadak hening ketika suara langkah kaki terdengar nyaring mengisi ruangan.
Mereka tak berkedip menatap sesosok wajah asing yang sangat cantik itu.

  “Yunho! Yun!” Jessica dan Donghae menyikut lengan Yunho, berusaha mendapatkan perhatian namja tampan itu.

Tapi Yunho tidak peduli.
Ia masih sibuk dengan ponselnya.

  “Tentu saja tidak ada satupun dari kalian yang akan diterima di Chun Ha jika kalian terus berpikir negatif seperti itu”

DEG.

Yunho terkejut.
Pergerakan tubuhnya berhenti seketika.
Ya Tuhan.
Suara ini.
Ia mengenal suara lembut ini.

  “Yang harus kalian tahu bahwa tidak ada yang akan menolak reaksi dari bekerja keras dengan sungguh-sungguh. Aku, Kim Jaejoong, menjamin hal itu”

Yunho mengangkat wajahnya.
Kedua mata musangnya segera membulat sempurna.
Sekelilingnya seakan senyap.
Fokusnya hanya terpusat pada namja cantik yang berdiri di depan kelasnya.

  “Ja-Jae?” Desis Yunho lirih. Nyaris tidak bersuara.

Namja cantik itu menuliskan sesuatu di papan tulis kelas.
Kemudian ia tersenyum kecil dan segera beranjak keluar dari ruangan.
Dalam sekejap kelaster berandal itu kembali ricuh.
Para murid kembali melanjutkan aktifitas masing-masing yang tertunda.
Mereka bahkan tidak peduli dengan pengunguman yang ditulis Jaejoong di sana.

Ckckck.

  “Jadi benar? Kalau Songsaenim baru itu adalah orangnya?” Tanya Jessica dan Donghae hampir bersamaan.

Yunho menelan salivanya.
Kemudian ia mengangguk.
Membuat keempat sahabatnya saling menyeringai satu sama lain.

  “Cah! Kalau begitu kita semua masuk kelas khusus Chun Ha!” Ujar Taemin bersemangat.

Namja tampan berkuncir itu masih tenggelam dalam dunianya sendiri.
Jantungnya berdebar-debar.
Ya Tuhan.
Yang barusan itu adalah Jaejoong!
Kim Jaejoong!
Orang yang selalu dicarinya selama ini!

BRAKK!

Yunho bangkit dengan kasar dari kursinya.
Ia segera berlari meninggalkan teman-temannya yang tekejut akan perbuatan namja tampan itu.
Changmin dan Donghae saling melirik satu sama lain.

  “Jadi, kapan kita akan mendaftar?” Tanya Taemin tersenyum manis.

  “Setelah Yunho dan mantan kekasihnya itu bertemu, tentu saja. Aku juga ingin menjadi penonton kisah mereka di kelas khusus nanti” Ucap Donghae santai.

Jessica terkikik geli.
.
.
.

  “Kim Jaejoong!”

DEG.

Namja cantik yang baru saja memasuki ruang kelas khusus Chun Ha itu terkesiap kaget.
Dalam sekejap tubuhnya merinding hebat.
Suara itu.
Suara yang tidak pernah bisa hilang dari pikirannya selama ini.

Jaejoong merasakan pandangannya buram sesaat ketika sebuah tangan besar yang hangat meraih bahunya dan membalik kasar tubuhnya.
Dadanya berdebar kencang.
Menyadari sosok yang dulunya lebih pendek darinya itu kini telah tumbuh sebagai laki-laki dewasa.
Bahkan tinggi badannya saja hanya sebatas hidung Yunho.

Mereka terjebak dalam hening yang menyiksa.
Mata mereka saling menelusuri lawan pandang satu sama lain.
Mencari tahu seberapa banyak perubahan yang terjadi selama keduanya berpisah.
Jaejoong mengerjapkan mata bulatnya pelan.
Jemarinya gatal ingin mengusap kepala Yunho seraya memberitahunya kalau rambutnya sudah panjang.
Hingga namja tampan itu harus menguncirnya di bagian tengah.

Sementara Yunho merasakan dadanya sesak.
Paras cantik yang ada di hadapannya saat ini tidak berubah banyak.
Kecuali rambut almond-nya yang tampak dipotong pendek sebatas tengkuknya dan tubuhnya yang tampak sedikit lebih kurus dari yang dulu.
Wajahnya juga terlihat lebih pucat.

  “Bagaimana---bagaimana kabarmu?” Tanya Jaejoong duluan. Bibirnya terasa kering hingga ia harus menjilatnya.

  “Aku..Baik” Balas Yunho teramat pelan.

Keduanya seakan kehilangan kata-kata.
Perasaan canggung menyelimuti keduanya.
Padahal banyak yang ingin Yunho katakan kepada namja cantik itu.
Banyak sekali.

  “Kau..Banyak berubah” Bisik Jaejoong. Mulai memberanikan dirinya untuk tersenyum.

Tapi Yunho malah mengepalkan jemarinya erat.
Kurang menyukai senyum yang tersirat itu.
Senyum itu tidak manis sama sekali.
Yunho jelas tahu senyum itu menyiratkan sebuah luka yang mendalam.
Tapi mengapa?

  “Kau tidak banyak berubah” Balas Yunho singkat.

Jaejoong kembali membasahi bibirnya.

  “Uhm..Kau ingin masuk kelas khusus?”

  “Ya”

  “Oh, baiklah”

Mereka benar-benar terlihat kaku.
Sampai Jaejoong ingin melarikan diri saja rasanya.
Tapi mengingat kesalahannya dulu, ia memutuskan untuk tetap bertahan.

  “Songsaeniiim! Kami juga ingin mendaftar!”

Kedua namja itu tersentak kaget.
Mereka menoleh ke arah pintu dan Yunho berdecak memandang sahabat-sahabatnya yang usil telah berkumpul disana.
Aish.
Jeongmall.


-------


  “NILAI APA INI EOH?! BENAR-BENAR OTAK UDANG!”

Jessica, Changmin, Donghae, Taemin dan Yunho meringis mendengar teriakan lantang itu yang disertai dengan pukulan rotannya di atas meja.
Cho Kyuhyun –guru matematika kelas khusus- itu mendengus kesal.
Ia melempar kertas hasil tes milik Changmin dengan kasar.

  “Kau! Hanya ini yang bisa kau banggakan dari prestasimu di sekolah toilet ini eoh? Kau sebut dirimu pintar?” Bentak namja berkulit pucat itu.

Junsu –wakil wali kelas khusus yang terpilih- meringis takut di balik punggung Jaejoong.
Wali kelas khusus Chun Ha itu.
Mereka berdua terus berdiri di pojok kelas.
Memperhatikan bagaimana para guru baru pilihan namja cantik itu mengajar.
Changmin berdecak.

  “Ani, aku sama sekali tidak pintar” Sahut namja berwajah kekanakan itu.

Eoh?
Donghae dan Taemin menaikkan alis mereka.
Berbalik menatap Changmin yang bersidekap angkuh di kursinya.

  “Tapi aku jenius” Balas Changmin menyeringai sombong.

PLAKK!

Namja berwajah kekanakan itu meringis histeris ketika rotan milik Kyuhyun mendarat di bahunya.
Ia segera melotot tidak terima.
Sementara sang guru kejam hanya tertawa kecil.

  “Kerjakan seluruh soal yang ada di dalam buku ini sampai habis! Batas waktunya adalah bel terakhir pulang sekolah! Kalian tidak boleh pulang kalau belum menyelesaikannya!” Tegasnya.

Jessica meringis.
Sementara Taemin sudah hampir menangis.
Aish.
Mereka menyesal sudah mengikuti kelas sialan ini.
Bagaimana tidak?
Mereka terus dituntut untuk belajar, belajar, dan belajar setiap menitnya.
Soal, soal dan soal terus menerus tanpa jeda.

  “Jung Yunho! Perhatikan buku soalmu!”

Namja tampan itu terkejut ketika rotan milik Kyuhyun melibas mejanya.
Ia segera mengangguk dan mengambil pensilnya.
Masih melirik mantan kekasihnya sesekali.
Dan Jaejoong berpura-pura tidak peduli akan tingkah namja tampan itu.
.
.
.

  “Jadi, ketika dua benda berbeda arah saling bertemu satu sama lain, maka akan terjadi gesekan sehingga muncullah gaya gesek. Untuk penjelasan rumus bisa kalian lihat di papan tulis”

Donghae menguap bosan mendengar penjelasan Choi Minho –sang guru ipa kelas khusus- itu berceloteh.
Ia memakai headphone-nya yang berwana hijau dan melirik Taemin yang sepertinya sangat menikmati pembelajaran kali ini.
Eoh?
Setahunya bayi jamur itu sangat membenci pelajaran ipa.
Mungkin kepalanya terbentur pagi tadi. Pikirnya asal.

PLAKK!

Donghae meringis.
Kepalanya terasa sangat sakit saat Minho si guru bermata kodok itu menepuk headphone yang bertengger di kepalanya dengan sangat keras.
Ya Tuhan, kepalanya berdenyut-denyut sekarang.

  “YAA! Kenapa kau memukulku, Songsaenim?! Kalau aku jadi bodoh otte eoh?!” Marahnya tidak terima.

Ceh.
Minho tersenyum remeh dan kembali menggeplak namja nakal itu.

  “Aku melarang musik apapun selama pelajaranku sedang berlangsung, Tuan Lee. Dan tambahan, kau memang sudah bodoh dari asalnya”

Junsu yang masih setia berdiri di samping Jaejoong tertawa geli.
Membuat Lee Donghae memicing kepadanya.
.
.
.

  “Oh! Jadi kalau ada kalimat yang mengandung unsur ajakan di dalamnya maka kalimat itu dikatakan sebuah paragraf persuasif ya, Yoonhye Songsaenim?”

Yunho dan Changmin tersenyum kecil menyaksikan betapa antusiasnya Jessica ketika pelajaran sastra sedang berlangsung.
Aih.
Padahal kemarin-kemaringadis blonde itu tidak berhenti menggerutu karena jadwal belajarnya yang semakin padat.

  “Ya, kau benar, Jessie, bagaimana denganmu, Jung Yunho? Apa itu paragraf deskripsi menurut pandanganmu?” Tanya Yoonhye–guru pelajaran sastra- di kelas khusus.

Namja tampan itu mengangkat wajahnya.
Mengetukkan pensilnya di atas meja dengan pelan.

  “Paragraf penggambaran, yang menggambarkan sesuatu” Jelasnya singkat.

Yoonhye tersenyum manis.
Ia menepukkan tangannya.

  “Applause!” Ujarnya semangat.

Membuat murid lainnya ikut bertepuk tangan gembira.
Setidaknya pelajaran sastra masih jauh lebih baik daripada yang lainnya. Pikir mereka.
.
.
.

  “So, if you meet the ‘to be’ word, you just need to add –ing on the verb. Got it guys?

Donghae mengangguk-angguk mengerti.
Senyumnya tidak pernah lepas dari bibirnya sejak tadi.
Ah, ia suka dengan cara Yoochun–guru bahasa inggris- kelas khusus ini mengajar.
Favorite!

  “Aigoo, bagaimana bisa ia terlihat begitu keren, Joongie ah?”

Eoh?

Jaejoong yang sejak tadi mengawasi kelas seperti biasanya menaikkan alisnya menatap Junsu.
Namja imut itu sudah tidak memakai panggilan formal lagi kepadanya.
Dan lagi, apa-apaan itu?
Keren?
Dari sisi mananya eoh?

Jaejoong terkekeh geli dibuatnya.

  “Kalau kau tertarik padanya katakan saja, Junsu ah” Balas Jaejoong santai.

Junsu mengerucutkan bibirnya lucu.

  “Ani, bahasa inggrisku sungguh kacau. Ia akan menertawaiku”

  “Itu tidak bisa dijadikan sebagai tolak ukur perasaanmu padanya, Junsu. Kau ini”

Namja imut itu mencebil.
Tapi ia masih terus menatapi Yoochun yang mengajar di depan kelas.
Aigoo.

  “Okay, enough for today. Don’t forget to do your homework. See you tomorrow guys!

  “Seeyou, Songsaenim!”

Namja berpipi chubby itu mengangguk hormat kepada Jaejoong dan Junsu.
Ia segera beranjak keluar ruangan dengan elegan.
Membuat Junsu tidak bisa menahan diri untuk menarik-narik kemeja Jaejoong.

  “Aku izin keluar ya?” Pintanya lucu.

Jaejoong tersenyum miring.

  “Berhentilah membuntutinya terus, Kim Junsu” Ujarnya.

Tapi Junsu tidak peduli.
Ia sudah berlari keluar mengejar pria idamannya.
Membuat Jaejoong mendesah pendek.
Namja cantik itu berjalan ke depan kelas.
Anak-anak sudah membereskan peralatan tulis mereka.
Uhm, kecuali Yunho tentunya.

  “Ujian nasional dan ujian saringan masuk universitas sudah semakin dekat. Jadi untuk mengintensifkan pembelajaran kalian, akan diadakan camp belajar selama seminggu penuh di sekolah. Ini surat pemberitahuannya, berikan kepada orang tua kalian masing-masing” Ujar Jaejoong seraya membagikan selembar kertas kepada kelima muridnya.

Taemin menaikkan alisnya.

  “Camp? Kita akan berkemah, Songsaenim?” Tanyanya bingung.

  “Ani, di samping kelas sudah tersedia ruang kosong untuk kita gunakan. Kalian hanya perlu membawa buku pelajaran dan piyama. Sisanya sudah disiapkan oleh sekolah” Sahut Jaejoong tersenyum.

Woah~

Donghae, Jessica dan Changmin tersenyum lebar.
Ini akan sangat menyenangkan, pikir mereka.

  “Apa kau juga akan ikut menginap, Songsaenim?”

DEG.

Namja cantik itu terkesiap mendengar pertanyaan Yunho.
Ia memberanikan diri untuk balas menatap mata musang yang tajam itu.
Jaejoong menelan salivanya.
Kemudian ia mengangguk mantap.

  “Ne, tentu saja” Balasnya tegas.

Yunho tersenyum kecil.


-------


Junsu menatap khawatir wali kelas khusus itu.
Dahinya mengernyit memperhatikan bagaimana pucatnya wajah Jaejoong malam ini.
Namja imut itu menyentuh lengan teman barunya.
Ia benar-benar terlihat khawatir.

  “Jaejoongie, gwenchana?”

  “Ne, gwenchana Su. Aku hanya kedinginan saja”

  “Jja, pakai jaketku ne? Aku bawa dua jaket kok”

  “Uhm, gomawo”

Namja imut itu mengangguk.
Setelah memastikan Jaejoong baik-baik saja, ia segera beranjak memasuki ruang kelas yang kini dijadikan basecamp anak-anak untuk tidur.
Telah tersedia kasur futon berwarna-warni di sana.
Khusus untuk Jessica ia tidur di sisi sebelah kanan setelah di antara kasur-kasur itu didirikan tirai pembatas.

  “Kau mau ke mana?” Tanya Yunho menatap Taemin yang bangkit dari baringnya.

Namja jamur itu tersenyum lucu.

  “Aku harus menyikat gigiku sebelum tidur” Ujarnya.

Changmin tertawa.

  “Kau takut gigimu akan didatangi kuman eoh?” Ledeknya.

Cih.
Taemin menjulurkan lidahnya kesal dan segera berlari keluar ruangan.
Sementara Yunho mendesah pendek.
Kepalanya terus mendongak menatap tirai pembatas itu.
Jaejoong dan Junsu tidur di seberang sana. Menemani Jessica yang sendirian.

Apa ia sudah tidur? Pikir Yunho penasaran.

TAP TAP TAP.

  “Eoh? Songsaenim?”

Lee Taemin terkejut ketika mendapati wali kelasnya sedang bertumpu di westafel kamar mandi sekolah.
Mata besarnya melebar melihat tetesan darah mengalir dari hidung namja cantik itu.
Jaejoong meringis.
Tulangnya menggigil.
Kondisinya sedang tidak baik saat ini.

  “Omo! Songsaenim!!” Pekik Taemin histeris.

Ia segera merengkuh namja cantik itu dan menutupi hidung Jaejoong dengan saputangan kesayangannya.
Ia ikut meringis ketika Jaejoong merintih lemah.

  “Aku panggil Yunho ya? Kita batalkan saja camp malam ini” Ucap namja jamur itu panik.

Jaejoong menggeleng.
Ia mencengkram erat lengan Taemin.

  “Ani, Sam baik-baik saja, Taeminnie. Udaranya hanya lebih dingin dari biasanya”

  “Eh-Uh, kau alergi dingin ya, Sam?”

Aigoo.
Bayi jamur ini sungguh polos.
Jaejoong sampai terkekeh disela ringisannya.

  “Ne, nanti Sam minum obat dan tidur pakai jaket, tenang saja”

  “Arrasseo, jja, aku bantu basuh”

  “Gomawo ne”

  “Ne”

  “Taemin”

  “Ya?”

  “Jangan beritahu yang lain, cukup kau saja yang tahu”

Namja jamur itu terdiam sesaat.
Kemudian ia mengangguk setuju.
Hm, hanya alergi dingin kan? Bukan masalah. Pikirnya lugu.
.
.
.

Jung Yunho tidak bisa berhenti memikirkan mantan kekasihnya sampai saat ini.
Bahkan di saat matanya kantuk hebat sekalipun.
Namja tampan itu mendesah pendek dan menjadikan kedua lengannya sebagai bantal di atas kepala.
Mata musangnya menatap langit-langit ruangan.

Ia masih tidak mengerti.

Mengapa dulu Jaejoong meninggalkannya begitu saja di hari kenaikan kelasnya dan kembali secara tiba-tiba setelah beberapa tahun kemudian.
Dulu Yunho mengenal Jaejoong sebagai seniornya yang paling disegani karena sikap berandalnya yang mencapai level dewa.
Bahkan kepala sekolah saja angkat tangan terhadapnya.

Saat itu Jaejoong sudah kelas tiga SMA.
Sementara ia masih kelas satu SMP.
Perbedaan umur mereka jauh.
Tapi itu tidak menghalangi perasaan suka Yunho ketika ia bertemu dengan namja cantik itu di perbatasan pagar sekolah.

Ia yang pertama kali menyatakan cinta kepada namja cantik itu.
Kemudian mereka berpacaran.
Teman-temannya bisa mengatakan kalau hubungan mereka hanya sekedar cinta monyet belaka.
Tapi bagi Yunho tidak.
Ia terlanjur jatuh terlalu dalam akan pesona namja cantik itu.
Cintanya bukan hal yang main-main.
Ia serius.
Tapi tiba-tiba Jaejoong menghilang dari kehidupannya begitu saja setelah hari kenaikan kelasnya.

Tanpa kabar.
Tanpa apapun.
Kecuali pesan singkat dari Jaejoong yang memutuskan hubungan mereka lewat email.

SSRAK.

Namja tampan itu beranjak bangun dari baringnya secara perlahan.
Tidak ingin membangunkan teman-temannya yang sudah terlelap pulas di sekitarnya.
Ia berjalan mengitari ruangan dan menerobos tirai gorden sederhana itu.
Mata musangnya mengerjap penuh rindu memandangi wajah cantik Jaejoong yang tertidur di samping Junsu.

Yunho menghampiri mantan kekasihnya.
Ia berlutut, tersenyum kecil memperhatikan bagaimana indahnya wajah cantik itu ketika ia sedang terlelap.
Jemari Yunho bergerak pelan, mengusapi pelipis dan rambut almond milik Jaejoong.
Beberapa saat kemudian mata musangnya terasa panas.
Air matanya menggenang.

Dadanya sesak.

  “Kau tidak tahu betapa rindunya aku padamu, BooJae. Kau tidak tahu betapa gilanya aku tanpamu di sisiku” Bisik Yunho lirih.

Pelan, pelan dan sangat pelan ia mendekatkan wajahnya dengan wajah damai Jaejoong.
Mengecupi dengan lembut hidung bangir dan kedua pipi namja cantik itu.
Kemudian ia mengecup manis bibir ranum Jaejoong.
Bibir yang sudah sangat lama tidak ia sentuh.
Yunho menumpukan lengannya di sisi tubuh Jaejoong, memiringkan wajahnya mencoba memperdalam ciuman manisnya.

Tidak menyadari kalau suara kecapan dari bibir mereka yang bergesekan mengusik tidur Jessica dan Junsu.
Gadis blonde itu melotot ketika mengintip sahabatnya sedang mencuri ciuman basah dari wali kelasnya.
Ia segera menenggelamkan wajahnya ke dalam selimut tebal miliknya.
Sementara Junsu kembali memejamkan mata sipitnya pura-pura tidur.

  “Aku mencintaimu, Kim Jaejoong, selalu” Bisik Yunho penuh cinta.

Kemudian ia beranjak bangkit dan kembali ke futonnya.
Tersenyum kecil sebelum memutuskan untuk tertidur pulas malam ini.


-------


  “Selamat atas usaha kalian semua! Hasil ujian nasional tahun ini meningkat drastis! Yya! Shim Changmin! Lagi-lagi kau yang tertinggi!”

Suara renyah Junsu mengalun lantang mengisi ruangan.
Jessica, Taemin, dan Donghae bertepuk tangan untuk namja berwajah kekanakan itu.
Sementara Changmin hanya balas tersenyum manis.

  “Tapi kalian tidak boleh senang dulu, masih ada ujian saringan masuk universitas yang menanti kalian, belajar segiat mungkin! Arrasseo?” Celoteh Junsu lagi.

  “Sam! Apa kita akan mengadakan camp belajar lagi? Ayolaaah~! Menginap bersama di sekolah itu menyenangkan!” Seru Donghae mengangkat kedua tangannya.

Hmm, Junsu menaikkan alisnya, kemudian ia tertawa lucu.

  “Aku akan membicarakan hal ini dengan wali kelas kalian, oke? Sekarang kalian boleh makan siang”

Taemin segera mengeluarkan susu pisangnya dari dalam tas.
Sementara Jessica dan Donghae sudah membuka tutup bekal masing-masing.
Hanya Yunho yang masih duduk diam di kursinya.
Dahinya mengernyit.
Ia tidak melihat Jaejoong sejak tadi.

  “Junsu Sam!”

Namja imut itu menoleh, memandang Yunho yang sudah bangkit menghampirinya.

  “Di mana Jaejoong Songsaenim? Aku harus bicara dengannya”

  “Uh? Aku juga kurang tahu, tapi terakhir kali aku melihatnya ia sedang di ruang kesehatan bersama Kyuhyun Songsaenim”

Namja tampan itu segera berlari meninggalkan Junsu yang berteriak memanggil namanya.
Tapi Yunho tidak peduli.
Ia sudah memikirkan hal ini dengan matang.
Ia harus meminta penjelasan kepada namja cantik itu.
Sudah cukup ia bersabar selama ini.

  “Kyu Saenim!”

Eoh?
Namja berkulit pucat itu menoleh kepada Yunho.
Ia tersenyum tipis melihat pemuda berkuncir itu tersengal di hadapannya.

  “Kau mencari Jaejoong anitji? Aku tidak tahu ia ada di mana. Mungkin dia sudah pulang”

  “Pulang? Tapi ini masih jam makan siang”

  “Hmm, kurasa ia ingin istirahat, wajahnya pucat sekali. Lagi pula masih ada Junsu yang bisa mengawasi kalian”

  “Arrasseo”

Namja tampan itu kembali berlari menuju parkiran sekolah.
Berdesakan di antara siswa-siswi kelas dua yang sedang bermain di koridor mereka.
.
.
.

Jaejoong merasa sungguh lelah hari ini.
Kepalanya berdenyut-denyut keras.
Tulangnya kembali menggigil.
Namja cantik itu baru saja akan membuka pintu mobilnya sebelum suara teriakan Yunho yang memanggil namanya menggema di telinganya.
Jaejoong terkejut.
Ia terdiam di tempatnya tanpa membalikkan tubuhnya menghadap Yunho.

Sementara Yunho bertumpu pada kedua lututnya dan menarik napas panjang.
Ia mengernyitkan dahinya kelelahan.

  “Kita harus bicara” Ujar Yunho mutlak.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia mencengkram kemejanya seraya menahan ringisan yang akan keluar dari mulutnya.

  “Aku menuntut penjelasan darimu, Kim Jaejoong. Apa yang terjadi saat itu? Kenapa kau memutuskan hubungan kita? Kenapa kau pergi meninggalkanku begitu saja? Dan kenapa kau bersikap seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara kita setelah kau kembali?” Tuntut Yunho beruntun.

Jaejoong memejamkan matanya erat.
Mengutuki air matanya yangtidak bisa ia tahan lagi.
Ia tahu saat ini akan tiba.
Tapi tetap saja ia tidak siap.

  “Kau tidak akan mengerti, Yunho” Bisik Jaejoong akhirnya.

Namja tampan itu terhenyak mendengar jawaban singkat dari mantan kekasihnya.
Jemarinya mengepal erat.
Rahangnya mengeras.
Bukan ini yang ingin ia dengar!

Jaejoong mengusap wajahnya dan beralih membuka pintu mobilnya, namun segalanya terasa beralih begitu cepat, terjadi dalam sekejap mata, ketika Yunho menarik paksa bahunya untuk berbalik dan menabrakkan bibir mereka.

Namja cantik itu terkejut.
Dadanya terasa sesak.
Ia berusaha menolak Yunho yang kini menekan tengkuknya agar tidak lepas.
Jaejoong meringis merasakan kakinya melemas, tulangnya terasa ngilu sekarang.
Demi Tuhan, ia harus segera pulang!

  “Mm..Uhukk!”

Jaejoong terbatuk dalam ciuman mereka.
Membuat Yunho refleks menjauhkan bibir keduanya.
Tapi kemudian namja tampan itu melebarkan mata musangnya, melihat Jaejoong yang terus terbatuk dengan darah yang keluar dari mulutnya.
Tengkuk Yunho terasa dingin.

Ia segera mencengkram bahu Jaejoong dan berusaha memandang kedua mata bulat itu.

  “Jae! Kau baik-baik saja?!” Seru Yunho khawatir.

Namja cantik itu menggeleng.
Tangisnya kembali mengalir.
Ia mencengkram erat lengan Yunho sebelum kesadarannya menghilang.


-------


Yunho berdiri diam di depan cermin.
Memandang refleksi dirinya yang tampak lusuh.
Seragamnya kusut dengan bercak darah yang menodai dasinya.
Kemudian ia mengulurkan jemarinya, mengusap lelehan darah Jaejoong yang menempel di bibirnya.

Namja tampan itu tidak tahu harus berkata apa.
Ia terlalu terkejut dengan semua ini hingga kesadarannya kembali saat dokter yang mengambil alih perawatan Jaejoong memintanya untuk menunggu di luar.
Yunho membasuh wajahnya dengan air yang keluar dari keran westafel dan menghela napas panjang.

  “Keluarga Tuan Kim?”

Yunho yang mendengar hal itu ketika ia baru saja kembali dari toilet segera menghampiri sang dokter.
Jantungnya berdebar kencang saat pria paruh baya berkacamata itu mengatakan bahwa ia sudah bisa menemui sang pasien.

CKLEK.

Pintu kamar rawat itu terbuka.
Yunho beranjak masuk dan menahan napasnya memandang mantan kekasihnya yang balas menatapnya di sana.
Jaejoong terbaring lemah di atas ranjang.
Dengan kedua mata bulat yang mengunci mata musang Yunho.

  “Kau pasti ingin bertanya lagi kan?” Bisik Jaejoong lemah.

Yunho tidak menyahut.
Ia masih diam di samping Jaejoong.
Membuat namja cantik itu tersenyum kecut.

  “Dokternya bilang apa?” Tanya Jaejoong lagi.

Ia menggerakkan jemarinya menyentuh tangan Yunho.

  “Hei” Panggil Jaejoong merasa diabaikan.

Namja tampan itu menggeram kesal.
Ia meremas erat selimut yang dipakai Jaejoong.
Menatap mantan kekasihnya dengan raut terluka.

  “Kenapa, Jaejoongie? Kenapa kau membiarkanku tidak tahu apapun? Kenapa kau membiarkanku sendiri selama bertahun-tahun? Apa menurutmu aku sama sekali tidak bisa diandalkan eoh?! Aku tahu waktu itu aku masih bocah, tapi----”

  “Aku hanya terlalu mencintaimu, Jung Yunho”

DEG.

Namja tampan itu terdiam.
Merasakan kedua mata musangnya panas memandang senyum kecil yang terulas di bibir ranum itu.

  “Aku tidak ingin membuatmu sedih, aku ingin kau tetap hidup seperti biasa tanpa harus memikirkan namja berpenyakitan sepertiku” Sambung Jaejoong pelan.

Masih mengusapi punggung tangan Yunho.
Membiarkan tangannya basah karena air mata Yunho yang menetes.

  “Kalau begitu kenapa kau kembali? Kenapa tidak menunggu untuk sembuh dulu? Aku pasti akan menerima apapun alasan yang kau berikan selama apapun kau pergi” Tanya Yunho lirih.

Jaejoong menghela napasnya.

  “Kalau aku bilang aku sudah sangat merindukanmu, apa kau akan percaya?”

  “Bodoh”

  “Maafkan aku”

Yunho tidak bisa menahannya lagi.
Ia segera memeluk erat namja cantik itu.
Melampiaskan emosinya yang tidak tersampaikan.
Tangis Jaejoong pecah di telinganya.
Dengan jemari lemah yang berusaha balas memeluk tubuhnya.

  “Kau harus sembuh, BooJae, aku tidak mengizinkanmu untuk meninggalkanku lagi, tidak”

  “Mendapatkan donor sumsum tulang belakang tidak semudah yang kau pikirkan, Yun ah”

  “Aku akan mendapatkanya untukmu, aku berjanji”

Namja cantik itu tertawa kecil.
Ia mengangguk.

  “Yunnie”

  “Ya?”

  “Apapun yang terjadi, kalian harus lulus di Chun Ha University

Ck, namja tampan itu berdecak dan segera mengangguk.
Kemudian Jaejoong memejamkan kedua mata bulatnya yang basah ketika Yunho merenggangkan pelukan mereka dan beralih mengecupi pelipis dan pipinya.
Napasnya mulai melemah.
Jemarinya yang semula bertahan di punggung Yunho kini terjatuh begitu saja.
Telinganya berdenging, ia bisa mendengar suara Yunho yang bergetar memanggil namanya.
Tapi ia tidak bisa merasakan apapun lagi. Semuanya gelap.


-------


Angin musim semi berhembus kencang hari ini.
Membuat suasana pembelajaran di Jounant Senior High School itu terasa semakin menyenangkan.
Suasana koridor tampak lengang karena ini masih dalam jam belajar.
Satu ruang yang tergeletak di ujung koridor kelas tiga tampak hening seperti biasanya.
Tapi mereka tidak dalam sedang kegiatan membahas soal untuk ujian saringan masuk universitas seperti kemarin-kemarin.

Khusus untuk hari ini mereka duduk manis mendengar cerita yang begitu menarik dari wali kelas khusus itu.

  “Jadi Jaejoong Songsaenim itu juga berasal dari sekolah ini? Tapi ia tidak sempat lulus?” Tanya salah seorang murid.

Kim Junsu mengangguk.
Ia tersenyum kecil.

  “Ne, ia harus berangkat ke luar negeri untuk melanjutkan pengobatannya”

  “Wah! Pasti semua orang merasa kehilangan! Kakakku dulu satu sekolah dengannya, ia bilang kalau Jaejoong Saenim itu murid yang paling nakal di sekolah!”

  “Hahaha, ia memang keras kepala”

  “Kalau tidak salah waktu itu ia menjalin hubungan dengan siswa SMP kan, Junsu Saenim? Apa itu benar?”

Namja imut itu tertawa renyah.
Ia mengangguk membenarkan.
Membuat ketiga puluh siswa-siswi kelas khusus itu bersorak riuh.
Tapi suara-suara berisik itu berhenti terdengar ketika salah seorang dari mereka kembali mengangkat tangan.

  “Lalu bagaimana? Apa kelima siswa tahun pertama kelas khusus itu lulus di Chun Ha? Bukankah waktu itu siswa yang bernama Jung Yunho sedang mengurusi Jae Saenim yang sedang sakit?”

  “Ne, ne, apa Jae Saenim berhasil sembuh? Atau ia sudah----”

Siswa berambut cepat itu tidak melanjutkan ucapannya ketika teman-teman sekelasnya melotot kepadanya.
Membuat Kim Junsu kembali tertawa renyah.
Aigoo, murid-muridnya begitu lucu.

Namja imut itu berdehem sebelum melanjutkan cerita panjangnya.
Ia tersenyum manis.

  “Hari pengunguman ujian saringan masuk universitas waktu itu adalah saat yang paling mendebarkan yang pernah ada. Mereka semua lulus dari sekolah, tapi tidak semua berhasil menembus Chun Ha University

  “Mwo? Jadi ada yang tidak lulus, Saenim?”

  “Yunho, Changmin dan Taemin lulus di Chun Ha. Tapi Yunho menolak kelulusannya, ia lebih memilih universitas Hon Guk karena disana memiliki fakultas kedokteran terbaik”

  “Tapi sekarang Chun Ha sudah memiliki fakultas kedokteran, Sam. Ck, telat sekali mereka membangunnya. Eh, tunggu, apa itu berarti Jessica dan Donghae tidak lulus?”

  “Ne, tapi mereka tidak putus asa. Mereka mengulang ujian saringan masuk di tahun berikutnya dan Jessica melanjutkan pendidikannya ke jurusan seni rupa di universitas terkemuka di Jepang. Sementara Donghae lebih memilih untuk menjadi koreografer di salah satu agensi”

Para murid kelas khusus itu saling bersorak kagum.
Mereka sampai merinding mendengarnya.

  “Nah! Sampai di sini saja ceritanya oke? Setelah ini kalian akan mendapatkan kunjungan dari seorang guru yang diundang khusus ke kelas kita” Ujar Junsu semangat.

  “Yaaah~! Saenim~! Kau belum memberitahu kami apa yang terjadi dengan Jae Saenim setelah ituuu~!” Protes para murid bersorak.

Junsu semakin melebarkan senyum manisnya.
Pintu ruang kelas khusus itu terbuka pelan.
Memperlihatkan sesosok namja cantik yang sedang bersidekap menatap Junsu.
Rambut almond-nya yang dipotong pendek tampak bergoyang pelan terkena tiupan angin.

  “Kau tidak pernah berubah setiap tahunnya, Kim Junsu! Mereka tidak punya cukup waktu untuk mendengar dongeng darimu kau tahu itu! Ujian saringan masuk akan diadakan sebulan lagi!”

  “Nee nee, arrasseo Songsaenim, apa guru khusus yang kuminta sudah datang?”

  “Tentu saja, Yunho dan Taemin sedang mengambil bahan ajar mereka untuk hari ini”

Eh?

Murid-murid kelas khusus itu saling menatap satu sama lain.
Mereka berdebar-debar menatap sosok cantik yang sedang mengomel di depan kelas itu.
Omo.
Apakah tadi mereka mendengarnya menyebut nama Yunho dan Taemin?

  “Yah, apa kau memikirkan hal yang sama denganku? Jangan-jangan….” Gadis berkuncir itu mencengkram pensilnya erat, bisikannya kepada teman sebangkunya terputus begitu saja.

  “Baiklah anak-anak! Silahkan berkonsultasi dengan penanggung jawab kelas kalian hari ini ne? Anyeong!” Seru Junsu seraya beranjak keluar dari ruangan.

Meninggalkan murid-muridnya yang dirundungi rasa penasaran.
Membuat namja cantik yang kini sudah berdiri tepat di hadapan mereka semua mengulum senyum manisnya.
Ah, murid kelas khusus memang yang terbaik. Pikirnya.

  “Ne, anyeong haseyo, Jung Jaejoong imnida. Aku adalah penanggung jawab untuk kelas khusus sampai hari ujian saringan masuk universitas dibuka, dan apapun yang terjadi, kalian harus lulus di Chun Ha University!” Ujarnya tegas.

  “EEEEHHHH?!”

END.

-God Of Study Drama-

5 komentar:

  1. Jeje berandal huwaow berandal cantik T.T ah pasangan berandal jatuh cintaaa

    BalasHapus
  2. Loh, loh, loh...
    Tunggu...
    #liad perkenalan JJ
    Itu..

    CIYEEE!!! UDAH GANTI MARGA, CIYEEE!!!
    SUITT SUITT..
    #plak

    Maknanya tersirat banget. Sedikit yg tersurat.. Kagum.. :D

    BalasHapus
  3. Merinding baca nya... awww jung jaejoong eoh? So sweet.. shella keren..

    BalasHapus
  4. Aihhh.. marganya berubah doong.. hahaha

    BalasHapus
  5. Aihhh.. marganya berubah doong.. hahaha

    BalasHapus