PART 2.
Ini sudah seminggu.
Dan iblis itu seakan menghilang begitu saja.
Jaejoong selalu menyelinap mengunjungi Collision setiap kali ia sempat.
Tapi tidak pernah ada yang berdiri di seberang sana.
Kejadian waktu itu bagaikan sebuah mimpi.
Namja cantik itu menumpukan kedua tangannya di wajah.
Menyangganya yang sedang duduk di depan jendela
kamarnya.
Memperhatikan langit berwarna jingga itu.
Ia bahkan menjadi lebih sering melamun sejak saat itu.
Sosok iblis tampan itu tidak pernah enyah dari
kepalanya.
Jujur saja, ia terpesona.
Tidak pernah ia membayangkan kalau ternyata Tatyrus bisa setampan itu.
Selama ini orang-orang terdekatnya merecoki pikirannya
kalau iblis adalah iblis.
Tak pantas untuk dilamunkan.
“Aku sungguh
ingin tahu siapa namamu, siapa dirimu, darah apa yang mengalir di tubuhmu”
Gumam Jaejoong pelan.
Untuk sementara biarkan hal ini menjadi rahasia
untuknya seorang.
Ia akan membaginya dengan Changmin kalau ia sudah
menuntaskan rasa ingin tahunya.
“Jaejoong!
Saatnya makan siang!”
Namja cantik itu menoleh ke belakang ketika Eunjae
memanggilnya.
Ia berjalan membuka pintu kamar dan menghampiri
Hyungnya yang sedang melahap makanannya.
“Kau lebih
pendiam akhir-akhir ini, sesuatu terjadi padamu?” Tanya Eunjae.
Jaejoong menggeleng.
Ia duduk di kursinya dan menarik mangkok makanannya.
“Jaejoongie”
“Hm”
“Kau tahu, aku mungkin Hyung yang sangat
cerewet dan menyebalkan untukmu. Tapi aku bisa mendengar segala keluh kesahmu
dan mungkin membantumu kalau kau punya masalah”
Jaejoong tertegun.
Ia mengangkat wajahnya menatap Eunjae.
Tidak percaya ucapan tulus itu bisa mengalun dari
bibir Hyungnya.
“Aku baik-baik
saja Hyung”
Yeah, mana mungkin ia bisa mengatakan dengan santainya
kalau ia telah bertemu dengan seorang iblis?
Mangkuk makanan ini akan membentur wajahnya.
“Baiklah, aku
hanya bisa percaya dengan apa yang kau ucapkan”
“Daripada
mengurusiku lebih baik kau fokus mencari jodoh Hyung, kau sudah tua,
orang-orang akan membicarakanmu kalau kau tidak juga memiliki pasangan”
“Yaa! Kau ini!
Baru saja aku sayang padamu, tapi kau sudah menghancurkannya dalam sekejap!”
“Aku berkata
jujur Hyung”
“Aish”
Jaejoong terkikik kecil.
Mengintip Eunjae yang memakan makanannya dengan
brutal.
Kenapa adik semata wayangnya ini suka sekali
membuatnya emosi?
Ck.
“Hyung,
setelah ini aku ingin tidur siang. Jangan berani mengetuk pintu kamarku sebelum
aku sendiri yang keluar”
“Atau?”
“Atau aku akan
memantraimu dengan sihir yang kupelajari dari Changmin”
“Mwo? Kau
belajar menyihir?”
“Kau ingin
melihat mangkuk makananmu berubah menjadi pasir?”
“Tidak!”
Jaejoong tersenyum.
Ia meletakkan mangkuk makanannya di dapur dan
menyucinya.
Yah, sesekali membuat Eunjae tidak meneriakinya
setelah makan bersama tidak buruk juga.
Namja cantik itu segera melesat memasuki kamarnya dan
mengunci pintunya.
Kemudian ia membuka lebar jendelanya.
Bersiap untuk terbang menuju Collision.
Sayap besar Jaejoong mengepak kasar.
Membuatnya semakin melambung tinggi.
Dan sepasang sayap itu terentang kaku ketika Jaejoong
berdiri di depan garis tersebut.
Namja cantik itu merasakan jantungnya berdebar
kencang.
“Ke mana saja
kau?” Tanya Jaejoong.
Iblis tampan itu tersenyum kecil.
Ia memposisikan dirinya untuk duduk di udara.
Membiarkan sayap kulitnya mengepak pelan.
Jaejoong yang melihat itu segera mengikuti namja
tampan itu.
Ia duduk memeluk kedua lututnya.
“Namaku Jung
Yunho” Sahut iblis tersebut.
Jaejoong melafalkannya dalam hati.
Yunho.
“Kau Tatyrus atau Maleficent?”
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Kemudian ia menyeringai.
Tidak menyangka kalau malaikat cantik yang ada di
hadapannya saat ini begitu lantang tak kenal takut.
Menarik.
“Menurutmu?”
“Aku..Aku
tidak tahu..Tidak ada yang memberitahuku”
“Kalau begitu
akan kuberitahu”
Jaejoong menjilat bibirnya yang lagi-lagi terasa
kering.
Memperhatikan iblis di hadapannya menatapnya tajam.
Kedua mata Jaejoong melebar sempurna.
Ketika ia melihat sepasang tanduk yang mencuat dari
balik rambut cokelat itu.
Nafasnya tercekat.
Bibir ranumnya bergetar gentar.
“Ka-Kau..”
“Yup”
Jaejoong menelan salivanya berkali-kali.
Demi sayap Zeus! Ia tidak hanya berhadapan dengan
seorang iblis! Ia berhadapan dengan seorang Maleficent!!
“Kenapa?
Kenapa kau memberitahuku semudah itu?” Tanya Jaejoong memberanikan dirinya.
Sosok tampan itu kembali menyunggingkan seringainya.
Mata merahnya berkilat tajam.
“Untuk
membungkam rasa ingin tahumu” Bisiknya berdesis.
Tubuh Jaejoong menegang.
Mata bulatnya membesar sekejap.
“Aku..Aku
punya banyak pertanyaan untukmu”
“Aku akan
menjawabnya kalau kau mau”
“Aku harus
memanggilmu apa?”
“Kau bisa
memanggilku sesukamu”
“Uhm..Yunho..”
“Lumayan”
Namja cantik itu kemudian melemaskan bahunya.
Ia menghembuskan nafas panjang dan balas menatap mata
musang itu.
“Kenapa kau
bisa ada di sini?”
“Aku hanya
penasaran, sama sepertimu”
“Kau bisa
menembus garis ini, Yunho?”
“Kau tahu aku
akan terbakar sekalipun aku bukan Tatyrus”
Jaejoong berdehem.
“La-lalu..Apa
yang kau pikirkan saat kau melihatku?”
“Cantik”
Pipi Jaejoong bersemu.
Ia menahan nafasnya masih memandang Yunho.
Iblis tampan itu tersenyum kecil.
“Dan menarik”
“Apa yang bisa
membuatmu berpikir seperti itu?”
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya menunjuk sayap hitam milik Jaejoong.
Membuat namja cantik itu menoleh ke belakang dan
tersenyum kecut.
“Aneh ya? Aku
malaikat tapi sayapku hitam” Ujar Jaejoong.
Yunho mengangguk.
“Orang-orang
bilang ayahku seorang iblis, tapi kupikir ia sama sepertimu”
“Kenapa?”
“Sayapku
besar, hampir sama seperti milikmu. Hanya saja yang ini berbulu”
“Hm”
“Apa menurutmu
pemikiranku benar? Katakan padaku”
Iblis itu lagi-lagi menyeringai.
“Aku tidak
tahu” Sahutnya santai.
Jaejoong mendesah pelan.
Kenapa iblis ini terlihat seperti mempermainkannya?
Ia mencebilkan bibir ranumnya kesal.
Membuat sang iblis semakin melebarkan senyumnya.
“Apa di
duniamu ada yang sepertiku? Iblis bersayap putih?” Tanya Jaejoong lagi.
“Tidak” Sahut
Yunho datar.
Jaejoong mengangguk.
Mereka berdua saling terdiam satu sama lain.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Mendadak bingung mengapa segala pertanyaannya yang
menumpuk seakan lenyap begitu saja.
Ia tidak bisa berkutik di hadapan iblis yang satu ini.
“Kau pernah
melihat seorang malaikat?”
“Tidak”
“Berarti..Aku
yang pertama?”
Yunho mengangguk.
Jaejoong tersenyum tanpa sadar.
Membuat namja tampan itu mengerjapkan mata musangnya.
Ia mendesah pelan.
“Aku harus
pergi” Ujar Yunho tiba-tiba.
Jaejoong terkejut.
Ia sontak berdiri dari duduknya dan mengepakkan
sayapnya pelan.
“Kenapa kau
selalu terburu-buru? Tidak bisakah kau tinggal lebih lama lagi?”
“Apa kau tidak
sadar? Kau seorang Tartarian dan aku Tatyrus. Terlebih aku seorang Maleficent. Kita tidak seharusnya
bertatap muka”
“Tapi..Tapi
aku senang bertemu denganmu Yunho”
Namja tampan itu terdiam.
Ia menggerakkan sayapnya.
Membalikkan posisi kepala dan kakinya seperti yang
lalu.
Kemudian ia berdesis kepada Jaejoong.
“Besok malam,
temui aku di sini”
Jaejoong mengangguk.
Jemarinya mengepal erat.
Ia sungguh tidak rela pertemuan mereka hanya sesingkat
ini.
Iblis tampan itu hendak menukik tajam menjauhi Collision.
Namun sebelum ia terbang terlalu jauh, sayapnya
mendadak menegang.
Ketika kepalanya mendengar sebuah suara yang
seharusnya tidak ia dengar.
‘Aku jatuh cinta padamu’
Yunho berbalik.
Menatap Jaejoong yang masih berdiri di sana.
Malaikat berdarah campuran itu tersenyum kepadanya.
Senyum yang tidak pernah ia tunjukkan kepada Eunjae
sekalipun.
Namja tampan itu kemudian berbalik.
Kembali melesat menjatuhkan dirinya.
‘Apa yang harus kulakukan?’
Lagi.
Yunho mendengar suara itu.
Namja tampan itu semakin melesakkan dirinya menukik ke
bawah.
Agar kepalanya tidak mendengar suara-suara yang
mengganggunya lagi.
Yunho menapakkan kakinya di teras yang ada di luar
kamarnya.
Ia segera berjalan memasuki kamarnya dan merebahkan
tubuhnya di atas ranjang.
Ia satu dari keturunan keluarga kerajaan yang bisa membaca pikiran makhluk lain.
Dan malaikat cantik itu telah jatuh cinta padanya.
CKLEK.
Yunho terbangun, menoleh mentap Ummanya yang berjalan
memasuki kamarnya.
Keybum mendesis dan memukul kepala Yunho.
“Umma!” Pekik
namja tampan itu tidak rela.
Namja bermata kucing itu mengacuhkan protesan
putranya.
Ia meringis kesal.
“Kenapa kau
melarikan diri dari pelajaranmu hari ini huh? Kau sudah bosan hidup ternyata”
“Umma, bukan
seperti itu”
“Lalu apa?!
Kau seorang pangeran tapi kau bertindak memalukan! Bagaimana bisa kau
membiarkan Kim Jonghyun menunggumu selama berjam-jam eoh?”
“Aku..Aku
hanya mengantuk”
Maleficent berwajah cantik itu memicingkan mata kucingnya tajam.
Menatap Yunho yang menundukkan wajahnya.
“Kau jujur?”
“Ummaaa!”
“Arasseo,
hanya kali ini saja, selebihnya Umma akan benar-benar membakarmu kalau kau
kabur lagi”
Yunho meringis.
Memandang sang Umma yang berjalan meninggalkan
kamarnya.
Namja tampan itu kembali merebahkan tubuhnya di atas
ranjang dan mendesah pendek.
Jaejoong..
Aku sama sekali tidak menyangka.
-------
Changmin kehilangan kata-kata menghadapi sepupu
cantiknya yang satu ini.
Ia hanya bisa terdiam menatapi Jaejong.
Demi tongkat Zeus, bagaimana bisa semua itu terjadi?
Dan bagaimana ia harus bereaksi?
Jaejoong baru saja memberitahunya kalau ia telah
bertemu seorang Maleficent dan
bercakap-cakap dengannya.
“Changmin”
Namja berwajah kekanakan itu tersentak.
Memandang Jaejoong yang balas menatapnya.
Namja cantik itu menginginkan sebuah reaksi dari
Changmin.
Tapi penyihir muda itu hanya berdiam diri sejak tadi.
“Apa yang
harus kukatakan padamu, Hyung? Kau melanggar semua larangan yang ada” Desah
Changmin kemudian.
Jaejoong mengerjap.
Menatap Changmin dengan rasa bersalah.
Uhm..Mungkin tidak seharusnya ia bercerita kepada
penyihir muda ini.
“Tapi siapa
tahu iblis itu bisa membantumu meredam semua rasa penasaranmu selama ini”
Mungkin iya.
“Namanya
Yunho”
“Hm..Yah..”
“Changmin, kau
marah padaku?”
“Tidak, aku,
aku hanya kecewa. Aku tidak tahu Hyung”
“Maaf”
“Untuk apa?”
Jaejoong hanya tersenyum tipis.
Sementara Changmin menekuk lututnya dan memeluknya
erat.
Penyihir muda itu mendongak menatap langit berwarna jingga
itu.
Ia tidak habis pikir.
Sudah cukup satu Jaejoong yang menembus rasa
penasarannya hingga memberanikan diri berdiri di depan Collision.
Kenapa bisa ada Jaejoong lain di luar sana?
“Jadi..Seperi
apa dia?” Tanya Changmin kemudian.
Namja cantik itu mengerjapkan mata bulatnya.
Kemudian ia tersenyum.
“Tampan”
“Mwo?”
“Aku tidak
bohong, Changmin. Iblis itu benar-benar tampan”
“Baiklah,
lalu?”
“Sayapnya
tidak memiliki bulu, begitu besar dan kuat”
“Menakutkan”
“Dan dia
selalu terburu-buru”
Changmin menaikkan alisnya.
Jaejoong menjelaskan mengapa ia berkata seperti itu.
Tapi penyihir muda itu tidak tahu harus kembali
bereaksi seperti apa.
Jadi ia hanya mengangguk dan mengiyakan perkataan
sepupunya.
“Besok malam
kami akan bertemu lagi”
“Mwo?! HYUNG!”
“Sssst~!
Jangan berteriak!”
“Ta-tapi---aku
khawatir Hyung, aku benar-benar khawatir padamu”
“Pokoknya kau
tenang saja, Changmin ah. Cukup pastikan kalau Eunjae tidak akan mengganggu di
saat itu oke?”
“Hh, apa yang
harus kulakukan?”
“Mantrai dia”
Shim Changmin melotot.
-------
Jaejoong mendongakkan wajah cantiknya menatap langit
yang masih saja berwarna jingga itu.
Walaupun ini sudah malam, tidak ada yang berubah.
Kemudian ia menoleh, memandang Eunjae yang tertidur di
ranjangnya.
“Aku berhutang
padamu, Changmin ah” Bisik Jaejoong tersenyum puas.
Tapi Changmin meringis.
Ia merasa melakukan sebuah dosa yang sangat besar.
Bagaimana bisa ia membantu sepupunya kabur dari
Hyungnya malam ini untuk bertemu seorang iblis eoh?
“Jangan
terlalu lama, aku tidak tahu kapan mantranya lenyap” Ujar Changmin
mengingatkan.
Jaejoong mengangguk.
Ia memeluk sepupunya dan bersiap untuk terbang.
Kedua sayapnya membentang lebar.
Menutupi cahaya jingga yang merasuk melalui jendela
besar itu.
Changmin tidak habis pikir bagaimana ia bisa selalu
berdecak kagum ketika sayap besar itu terbuka.
Jaejoong menekuk satu lututnya, kemudian ia melompat
jauh.
Menghilang dalam sekejap.
Changmin berlari mendekati jendela.
Mendongakkan wajahnya melihat Jaejoong yang sudah
terbang menembus awan.
Ia mendesah pendek.
“Berhati-hatilah, Hyung” Bisiknya. Entah pada siapa.
Namja cantik itu melambatkan gerakannya ketika kilatan
transparan garis pemisah itu terlihat.
Ia menyunggingkan sebuah senyum ketika mata bulatnya
menangkap sosok lain yang sudah duduk di sana.
“Kau
terlambat” Ucap Yunho.
“Maaf, Hyungku
sedikit merepotkan. Aku harus menyihirnya dulu agar ia tertidur” Sahut Jaejoong
ikut duduk.
“Kau bisa
sihir?”
“Sedikit,
sepupuku berdarah campuran”
“Apa lagi?”
“Eh?”
“Ceritakan
padaku tentang dirimu, aku ingin tahu”
Jaejoong kembali tersenyum.
Mata bulatnya bersinar kagum memandangi iblis tampan
itu.
Zeus, ia benar-benar jatuh cinta.
“Aku memiliki
seorang kakak laki-laki, tapi ia berdarah murni. Namanya Eunjae, dan dia sangat
cerewet kalau kau penasaran. Kuharap jodohnya tidak sulit”
Yunho tersenyum.
“Sepupuku
bernama Changmin, Ummanya penyihir dan Appanya malaikat, ia jenius. Tapi
terkadang ia lupa kalau ia sejenius dewa”
“Hmm, lalu?”
“Itu saja. Aku
tidak punya banyak teman. Mereka hanya sekedar menyapaku saja kalau di sekolah”
“Kau?
Bagaimana dengan dirimu?”
Jaejoong terdiam.
Menjilat bibirnya sejenak sebelum menceritakan tentang
dirinya.
“Uhm..Aku..Ummaku malaikat, dan ayahku iblis. Tapi belakangan ini
kupikir ayahku sejenis denganmu. Sayapku terlalu besar, tidak ada yang memiliki
sayap seperti ini selain aku”
“Apa yang
terjadi pada mereka?”
“Mereka sudah
mati. Dusty Dust membakar keduanya
karena mereka menentang sejarah, kau tahu?”
“Aku tahu.
Sejarah bahwa iblis dan malaikat tidak akan pernah bisa bersatu”
“Omong kosong.
Buktinya sekarang aku ada di sini”
Yunho mengangguk.
Mata merahnya menyala-nyala.
“Ceritakan
tentang dirimu, aku ingin tahu” Ujar Jaejoong pelan.
“Kau selalu
ingin tahu, Kim Jaejoong” Balas Yunho menyeringai.
Jaejoong tersenyum kecil.
“Ibuku Maleficent dan ayahku Maleficent. Aku punya seorang adik yang
bernama Kyuhyun”
“Lalu?”
“Tamat”
“Mwo? Itu
saja? Hanya itu?”
Iblis tampan itu terkekeh kecil.
Ia mencondongkan wajahnya dan tersenyum miring.
“Aku ingin
membuatmu semakin penasaran, Jaejoong, sampai kepalamu pecah karena
keingintahuan” Desisnya.
“Lihat saja,
aku pasti akan tahu segala hal tentangmu suatu saat nanti”
“Akan
kutunggu”
Jaejoong mencebilkan bibirnya.
Ia mendesah pendek.
Kembali memandangi sang iblis yang tidak pernah
melepaskan pandangan dari dirinya.
Aigoo.
Kenapa ia bisa senyaman ini mengobrol dengan Tatyrus?
Kenapa ia tidak merasakan takut sedikit pun?
Jaejoong sadar kalau ia telah jatuh hati pada iblis
tampan ini sejak pertama ia melihatnya.
Namun ia ingin mengubur rasa itu dalam-dalam.
Menguncinya dalam kotak pandora miliknya seorang.
Bahkan Yunho pun tak boleh tahu.
Garis pemisah itu berkilat lagi.
Seakan memperingatkan keduanya bahwa mereka berbeda.
Terpisah.
Tidak akan pernah bisa bersatu.
Yunho menajamkan pandangannya.
Kembali menelanjangi Jaejoong dengan tatapan mautnya.
Malaikat berdarah iblis itu begitu cantik.
Begitu indah, begitu mempesona.
Sayap besarnya yang hitam legam adalah favorite Yunho.
Ia ingin sekali mendaratkan tangannya di sana dan
merasakan kelembutan bulu-bulu itu.
Tapi Yunho sadar.
Kalau ia tidak boleh jatuh ke dalam pesona namja
cantik itu.
Mereka berbeda.
Dunia mereka berbeda.
Ummanya akan membakarnya kalau ia tahu.
“Aku harus
pergi”
“Kenapa jadi
terbalik?”
“Aku tidak
tahu kapan mantra itu lenyap, Eunjae Hyung bisa mencabuti bulu-bulu sayapku
kalau ia tahu aku tidak ada di kamar”
Yunho mengangguk.
Meninggalkan seulas senyum manis yang membuat Jaejoong
menahan nafasnya.
Namja tampan itu membalikkan tubuhnya.
Kepala di bawah dan kaki di atas.
Kedua sayap kulitnya yang besar membentang lebar.
“YUNHO!”
Namja tampan itu menoleh.
Menatap Jaejoong yang sepertinya baru mengingat
sesuatu yang sangat penting.
“Ya?”
“Kekuatanmu..Apa kekuatanmu?”
Hmp.
Maleficent tampan itu menyeringai kecil.
Ia berdesis pelan hingga membuat Jaejoong merinding.
“Aku bisa
membaca pikiranmu”
Jaejoong tercekat.
Menatap Yunho yang sudah menukik tajam ke bawah sana.
Meninggalkan dirinya yang membatu.
Zeus, membaca pikiran?
Apakah..
Apakah itu berarti..
“Kau tahu
segalanya sejak awal, Yunho ah?” Bisik Jaejoong lirih.
Mencengkram erat dada kirinya.
Dalam sekejap dunia Jaejoong berubah.
Tidak lagi monoton seperti biasanya.
Ia memiliki jadwal baru sekarang.
Bertemu diam-diam dengan Yunho di balik Collision itu.
Tidak, tidak ada cinta yang terucap.
Tidak ada rayuan yang mengalun.
Mereka berdua telah jatuh bersama.
Ke dalam lubang kegelapan.
Lubang yang tidak akan bisa dimasuki selain mereka.
Keduanya telah menjalin rasa tanpa mereka sadari.
Memalingkan wajah dari dosa.
TBC :D
Gyaaaaaaaa!!!!! Magnificent, author-nim! Daebak!
BalasHapus