This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 12 Desember 2014

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/DEAR J/PART 1

Tittle: DEAR J

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: THREESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship-violence-posessive

WARNING:BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


No Prison, open your eyes wide.

My lover lover you,
Your freedom freedom me.

PART 1.

Seoul, when Yunho was 9 years old.

One day –in the middle of June-

  “Permainan yang bagus! Besok kita bertanding lagi oke?!” Seru Donghae riang.

Yunho mengangguk.
Ia segera meraih ranselnya dan berjalan menuju koridor luar dari gedung yang berpapan nama Jung’s International Baseball Club itu.
Sementara tangan yang satunya lagi mengayunkan tongkat baseballnya dengan santai.
Namja bermata musang itu menoleh ketika langkah kakinya sudah sampai di pintu depan gedung.
Membiarkan asisten pribadinya yang bernama Choi Siwon itu mengambil alih ransel dan tongkat baseballnya.

  “Tuan Besar sudah lepas landas menuju Taiwan pagi tadi, beliau berpesan agar anda segera memulai program pembelajaran bisnis perusahaan malam ini setelah tugas sekolah anda selesai” Ucap namja berusia 16 tahun itu.

Terlalu muda?
Tapi tidak bisa dibandingkan dengan segala prestasi dan pencapaiannya dalam bidang akademik maupun non-akademik yang berhasil diselesaikannya dalam waktu yang cukup singkat itu.
Choi Siwon tersenyum ramah kepada Tuan Mudanya.


Yunho tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk dalam diam dengan pandangan yang terpusat pada sesosok bocah cantik berambut almond  yangduduk di seberang sana.
Di atas kursi taman yang panjang itu.
Sedang melahap semangkuk es krim vanilla dengan nikmatnya.

Tanpa mempedulikan kedua kaki tanpa alasnya yang sedang bergoyang bebas.

  “Tuan Muda?”

Yunho mengerjap.
Kemudian ia mengalihkan pandangannya dan segera masuk ke dalam mobil mewahnya.


-------


A few days later –still in the middle of June-

  “Hei, aku melihat berita di televisi hari ini kalau perusahaanmu berhasil dikalahkan oleh perusahaan milik keluarga Yunho! Hahahaha~ Sekarang kau si nomor dua, Donghae ah!”

  “Ck! Berisik! Yang penting pamor margaku tidak serendah keluargamu, Hwang Chansung!”

Kedua bocah jutawan itu saling melempar ledekan satu sama lain.
Saat ini mereka sedang berkumpul di ruang ganti pemain setelah menyelesaikan latihan hari ini.
Yunho yang mendengar hal itu hanya menggumam tidak jelas.
Ia tidak peduli dengan perdebatan konyol dari dua teman seklubnya itu.
Yang ia tahu, seorang Jung Jinki –Ayahnya- tidak akan pernah lagi membiarkan marga keluarga mereka berada di bawah siapapun setelah hari ini.
Tidak setelah perusahaan milik mereka jatuh ke peringkat nomor dua terkaya di Asia karena kesibukan Jung Jinki membujuk istrinya yang ngotot ingin terbang ke Paris tiga bulan yang lalu.

  “Tuan Muda, Tuan Besar berpesan kalau beliau akan sampai di rumah pada jam makan malam hari ini” Ucap Siwon yang berdiri di samping Yunho.

Bocah bermata musang itu mengangguk.
Ia meletakkan topi baseballnya ke dalam brankas persegi panjang miliknya dan memutar tombol kombinasi di sana.

  “Umma otte?” Tanyanya tanpa menoleh.

  “Nyonya Besar sepertinya tidak akan kembali dalam waktu dekat ini, ia baru saja menggelar acara fashion show-nya di Paris” Sahut Siwon.

Yunho mendengus.
Kemudian ia melangkahkan kakinya menuju pintu depan gedung mewah itu dan berhenti ketika sepasang mata musangnya kembali menangkap sesosok namja cantik yang lagi-lagi duduk di seberang sana.

Belakangan ini Yunho sering melihat bocah cantik itu.
Dan entah kenapa ia selalu tidak bisa memalingkan pandangannya dari bocah tersebut.
Jarak mereka tidak cukup jauh untuk mengenal wajah masing-masing.
Tapi tetap saja jalan setapak itu memutuskan gelombang suara yang ada.

  “Tuan?”

Siwon menaikkan alisnya ketika menyadari fokus Yunho tidak lagi di sini.
Ia menoleh, ikut menatap ke mana arah pandang Yunho berada.
Kemudian ia mengerutkan dahinya.

Bocah itu di sini lagi?

Siwon mungkin memang hanya seorang asisten yang bertugas sebagai pengatur jadwal Yunho dan lain sebagainya.
Tapi ia memiliki cukup waktu luang untuk mengamati daerah sekitar tempat Tuan Mudanya berada.
Dan ia juga sama seperti Yunho, selalu melihat bocah cantik itu belakangan ini.

Bocah berambut almond itu tampak tidak peduli dengan lingkungan sekitarnya.
Ia terus melahap dengan semangat es krimnya dengan kaki yang bergoyang di udara.
Kakinya masih tanpa alas.
Dilihat dari penampilan luarnya, bocah cantik itu bukanlah bocah miskin yang sekedar memakan es krim di taman itu.

Ada yang aneh.
Ada yang janggal.
Dan Yunho penasaran.

  “Siwon”

  “Ya, Tuan Muda?”

  “Cari tahu tentang anak itu. Aku ingin menerima laporannya setelah jam makan malam selesai”

Choi Siwon mengangguk patuh, dan Yunho segera masuk ke dalam mobilnya.


-------


The other day –the last  week in June-

Hujan.
Hari ini hujan deras.
Dan Yunho hanya berdiri diam di depan gedung klub baseballnya.
Dengan kedua mata musang yang tidak berhenti memandangi sosok bocah cantik yang masih saja duduk di kursi seberang.
Melahap es krimnya dengan nikmat sementara tangan satunya mengapit sebuah payung usang yang entah dari mana didapatkannya.

Jemari Yunho mengepal erat ketika memperhatikan setiap gerak-gerik bocah cantik itu.
Dahinya mengerut.
Mengingat hasil laporan dari asistennya beberapa waktu yang lalu.

  [ “Anak itu berasal dari keluarga Kim yang tersohor. Tapi akses menuju akun data pribadinya terkunci rapat. Bahkan hacker yang selama ini diandalkan oleh keluarga Jung tidak bisa menembusnya” ]

  [ “Jadi tidak ada satupun selain hal kecil itu yang diketahui? Termasuk namanya?” ]

Choi Siwon hanya menggeleng malam itu.
Menyisakan gertakan gigi dari Jung Yunho.

Namja tampan itu menghembuskan nafas pendek.

Aneh.
Sangat aneh.
Pasti ada sesuatu pada anak itu sehingga keluarga Kim sampai menyembunyikannya dari publik.

TAP TAP TAP.

Siwon tidak melarang Tuan Mudanya untuk beranjak menerobos hujan.
Ia tahu Yunho memiliki daya tahan tubuh yang sangat kuat.
Namja tampan itu tidak akan sakit hanya karena terguyur hujan seperti ini.

Yunho terus berjalan lurus.
Dan ia tahu bocah cantik itu menyadari kehadirannya.
Namun tidak sedikit pun ia beranjak.

TAP.

Bocah cantik itu mendongakkan wajahnya.
Membuat dada Yunho berdebar kencang detik itu juga.
Seluruh aliran darahnya mendesir hebat.
Mata musangnya mengerjap ketika menyadari betapa cantiknya bocah berambut almond ini.

Sementara itu bocah berpayung itu masih terdiam ketika sesosok namja asing yang berwajah tampan berdiri tepat di hadapannya.
Ia hanya mendongak.
Dan balas menatap kedua mata musang itu.

Tidak asing.

Tentu saja.
Ia selalu menyadari kalau bocah tampan yang ada di hadapannya saat ini selalu menyempatkan diri untuk memandanginya ketika jadwal klub baseballnya selesai.

  “Jung Yunho” Ucap Yunho tegas, datar, dan singkat.

Bocah cantik itu mengerjapkan kedua mata bulatnya lucu.
Jemarinya mencengkram erat mangkuk es krim yang berlabelkan Jung’s Ice Cream ‘Vanilla’.
Bibir cherry milik bocah cantik itu tampak bergerak ragu dalam katup.
Ia terlihat bingung sekaligus takut.
Tapi tatapan Yunho yang mengintimidasinya membuatnya memutuskan untuk menjawab.

  “Kim”

Yunho menyipitkan mata musangnya.
Itu?
Hanya itu?
Namja tampan itu mengepalkan kedua tangannya geram.
Itu juga dia sudah tahu!
Aish!

  “Ah!”

Bocah cantik itu tersentak kaget setelah mata bulatnya sempat mengedar sesaat disela kekagetan Yunho akan jawaban singkatnya.
Ia melompat dari kursi panjang tersebut dan mencengkram erat payung lusuhnya.
Membiarkan kedua kakinya bertelanjang ria dibasahi hujan.

  “Joongie” Bisik namja cantik itu sebelum ia berlari menjauh.

DEG.

Yunho terdiam.
Ia sontak berbalik dan menatap punggung mungil yang sudah sangat jauh itu.
Namja tampan itu semakin mengepalkan erat jemarinya.
Hingga kukunya menusuk telapak tangannya yang memucat.
Yunho merasakan tenggorokannya tercekat.
Bibirnya kelu karena debaran kencang yang membahana di dadanya.

  “Joongie” Ulangnya bergumam.

Joongie Kim.

Aku akan mendapatkanmu.


-------


Another day –the first day in July-

Yunho tampak lebih pendiam akhir-akhir ini.
Sorot matanya redup.
Seolah gairah hidupnya lenyap entah ke mana.
Dan sepertinya Siwon tahu sejak kapan hal ini berawal.

Hari itu, hari di awal minggu terakhir bulan Juni.
Hari berhujan di mana Tuan Mudanya menghampiri bocah misterius itu.
Adalah hari terakhir mereka melihatnya.
Setelah hari itu bocah bernama Joongie itu menghilang.
Lenyap seakan ditelan bumi.

Ketidakjelasan data mengenai bocah cantik itu membuat Yunho frustasi.
Ia ingin bertemu lagi dengan namja bernama Joongie itu.
Ia ingin melihat wajah lugunya lagi ketika es krim itu masuk ke dalam mulut mungilnya.
Ia ingin memperhatikan lagi kedua kaki tanpa alas yang selalu bergoyang bebas itu.

Tapi namja cantik itu tidak pernah muncul lagi.
Ini tepat seminggu setelah Yunho tidak bertemu dengannya.
Namja tampan itu menyerahkan tas ranselnya kepada Siwon dan membiarkana sistennya itu membawakan barangnya seperti biasa.
Mata musang Yunho bergerak pelan memandang pintu raksasa yang terfondasi dari kaca super tebal itu.

DEG.

Dada Yunho berdebar kencang.
Ia terkesiap.
Mata musangnya mengerjap tidak sabar ketika retinanya menangkap sesosok namja cantik yang kembali mengisi kekosongan bangku itu di sana.
Bahkan Choi Siwon sama terkejutnya.

Yunho refleks mempercepat langkahnya, kemudian ia berlari setelah keluar dari gedung klub baseballnya itu.

Dahi Yunho mengernyit.
Ada yang aneh.
Bocah itu tidak tampak seperti biasanya.
Ia hanya duduk di atas kursi dengan kedua kaki yang tertekuk.
Menyembunyikan wajah cantiknya di dalam tekukan lututnya dan membiarkan es krim kesukaannya meleleh begitu saja di sampingnya.

Lengannya memeluk erat kedua kaki tanpa alasnya.
Ia tidak mempedulikan rambut almond-nya yang basah karena darah dari lututnya.

Eoh?

Darah dari lututnya?

  “Joongie!”

DEG!

Bocah cantik itu terkejut.
Badannya tegang seperti disengat listrik.
Ia sontak mendongak dan membiarkan Yunho melihat wajahnya yang penuh lebam dan pipi yang basah akan air mata.
Namja tampan itu menggertakkan giginya geram.
Ia menatap tajam mata bulat itu.
Mata bulat yang kembali meneteskan air matanya.
 
  “Siapa yang telah melakukan hal ini kepadamu?!” Tanya Yunho berusaha menahan amarahnya.

Bocah cantik itu tidak menyahut.
Ia malah beringsut dari duduknya dan menubruk Yunho dengan pelukannya tepat di pinggang namja tampan itu.
Bahunya bergetar hebat.
Membuat Yunho sempat terpaku sejenak.

  “Tuan Muda!”

Yunho menoleh, Siwon berlari menyusulnya.
Detik terakhir ia menunduk, ia baru menyadari kalau namja cantik itu pingsan di pelukannya.
Setelah membisikkan kata yang langsung disadari Yunho maksudnya.


-------


Seoul, when Jaejoong was 8 years old.

One day –in the middle of June-

Bocah cantik itu melenguh lemah.
Kedua tangannya terikat di kedua sisi ujung ranjang.
Perutnya sakit karena tidak diisi selama tiga hari ini.
Bahkan minum saja tidak melewati tenggorokannya.
Namja cantik bernama Kim Jaejoong itu mengerjap-kerjapkan kedua matabulatnya yang tampak sayu.

  “Kau sudah sadar, sayang?”

Bocah cantik itu terkejut, menyadari bahwa ia masih berada di dalam kamarnya dan diawasi oleh sang Umma yang berambut almond  itu.

  “Sekarang Joongie boleh makan, Joongie pasti sangat lapar ania?” Kekeh wanita cantik itu.

Jaejoong merasakan kedua matanya panas.
Air matanya menggenang.
Heechul mencondongkan tubuhnya dan membuka ikatan pada pergelangan putra bungsunya itu.

  “Jja, Umma akan menyuapi Joongie” Ucap yeoja cantik itu.

Jaejoong tidak membantah.
Ia hanya menurut dan membuka mulutnya yang terasa kering.
Oh tidak, ia tidak akan berani melawan lagi setelah hukuman yang didapatkannya tiga hari yang lalu karena menolak untuk diperiksa oleh dokter pribadi keluarganya.

  “Setelah ini Joongie harus berjanji kepada Umma arra? Joongie tidak boleh nakal lagi. Because a bad boy must have some punishment, dan Umma tidak ingin selalu membuatmu menangis sepanjang malam, sayang” Ujar Heechul seraya menyuapi putranya.

Jaejoong menangis.
Bahunya bergetar rapuh.
Mata bulatnya yang sayu memandang langsung kedua mata bulat Heechul yang mirip dengan miliknya.

  “Jo-Joongie tidak mau Umma..Jebal, jangan lagi”

Mata bulat Heechul memicing.
Ia tahu ke mana arah permohonan lirih putranya itu.
Yeoja cantik itu meletakkan mangkuk bubur Jaejoong di atas meja.
Kemudian ia mengusap lembut pipi bocah yang tampak memerah itu.
Ah, Hangeng menamparnya semalam.

  “Joongie, berapa kali harus Umma katakan? Ahra itu Nuna Joongie satu-satunya. Dan Nuna Joongie sedang sakit. Jadi Joongie harus mau membantu Nuna arrasseo?” Bujuk Heechul lembut.

Jaejoong menggeleng.
Ia terisak lirih.

  “Appo Umma, Joongie tidak kuat..Hiks..Mianhae..”

Wanita cantik itu mendesah pendek.
Ia sebenarnya tidak tega melihat putra bungsunya seperti ini.
Tapi mau bagaimana lagi?
Sejak awal kelahiran Ahra yang membutuhkan bantuan organ dalam disana-sini karena kebiasaannya saat mengandung yeoja itu meminum alkohol danmencandu obat-obatan terlarang sulit untuk dihentikan.

Ia dan Hangeng berpikir kalau anak yang dikandungnya saat itu adalah seorang namja tanpa menuruti saran mertuanya untuk melaksanakan USG.
Jadi Heechul bertingkah seenaknya saja.
Toh ia dan Hangeng sama-sama mengharapkan kehadiran seorang putri yang cantik jelita.

Tapi ternyata takdir berkata lain.
Anak yang dikandungnya adalah seorang yeoja dan itu membuat hati mereka berdua hancur ketika mengetahui kelangsungan hidup Ahra sangat rentan.

Maka mereka berdua sepakat untuk mengikuti saran dokter pribadi keluarga mereka untuk merencakan kehamilan lagi melalui bantuan tabung dan merancangcalon anak kedua mereka sebagai penyedia organ dalam yang akan dibutuhkan Ahra seiring waktunya beranjak dewasa.

Dan lahirlah Jaejoong.

Yang diharuskan untuk selalu menjalani perawatan khusus dan mengikuti pemeriksaan rutin setiap minggunya agar organ dalam tubuhnya kelak berkembang sempurna dan cocok di tubuh kakaknya.

Tangis Jaejoong semakin mengalir.
Ia anak yang tidak diinginkan.
Ia anak yang dilahirkan untuk dibunuh secara perlahan.
Kedua orang tuanya tidak memiliki hati sama sekali.

  “Umma letakkan makanan Joongie di sini, pokoknya harus dihabiskan. Mulai hari ini Umma dan Appa akan sibuk memantau perkembangan kesehatan Nunamu, jadi Umma mau Joongie tidak kembali berbuat nakal”

Pintu kamar itu tertutup.
Jaejoong mencengkram rambutnya dengan kedua tangan mungilnya.
Ia benci.
Ia tidak suka dengan apa yang dialaminya belakangan ini.
Jarum suntik itu menyakitinya.
Obat-obatan itu mencekik lehernya.

Namja cantik itu mengusap air matanya dan mengambil mangkuk buburnya.
Ia melahap makanannya dengan pelan karena perutnya masih terasa sakit.
Bocah kecil itu melangkah mendekati jendela ketika mata bulatnya melihat mobil mewah milik keluarganya telah melaju meninggalkan kediaman Kim.

DEG.

Jaejoong tersadar.

Bukankah itu berarti saat ini tidak ada Umma dan Appa?
Tidak ada dokter yang akan mendatanginya?
Ini kesempatan!

Bocah cantik itu mengacuhkan lelah di tubuh kecilnya.
Ia beralih kepada sebuah vas kaca berbentuk guci yang menjadi hiasan di sudut kamarnya.
Hiasan indah tersebut berisi penuh dengan lembaran uang.
Bahkan uang saja dijadikan sebagai pemanis ruangan.
Keluarga ini benar-benar sudah gila.

Jaejoong mengambil beberapa lembar won dan segera mengendap-endap keluar rumah.
Tubuh mungilnya yang ringkih memudahkannya untuk menyusup danbersembunyi dari penjagaan para pengawal.

Dan ketika ia berhasil memanjat gerbang samping kanan rumahnya, saat itulah ia berlari kencang tanpa merasakan sakit di telapak kakinya yang telanjang.
Ia hanya merasakan bebas.
Kebebasan yang lepas.

Jaejoong berhenti berlari ketika pandangannya menatap sebuah mesin eskim yang ada di dekat taman yang berhadapan dengan gedung besar nan mewah itu.
Ia segera memasukkan uangnya ke dalam mesin dan mengambil es krim yangkeluar dari sana.
Kemudian ia duduk di bangku taman yang panjang itu dan mulai menikmati kebebasan pertamanya.

  “Daaah! Sampai jumpaa!”

Perhatian Jaejoong teralihkan.
Ia mendongak dan memperhatikan beberapa anak lelaki yang seumuran dengannya keluar dari pintu kaca yang besar itu.
Mereka memasuki mobil mewah masing-masing dan pergi dari sana.
Namja cantik itu mendongak, membaca papan nama yang tercetak di atasgedung tersebut.
Jung’s International Baseball Club.
Wah. Gumam Jaejoong kagum.

Kemudian ia melirik mangkuk es krimnya.
Tidak salah lagi, es krim super lezat ini termasuk salah satu produk ciptaan perusahaan terkenal itu.
Pernah beberapa kali ia mendengar ayahnya menyebut-nyebut tentang Jung’s Corp dan sepertinya itu bukan hal remeh.

DEG.

Jaejoong tertegun ketika ia melihat seorang bocah tampan yang berdiri diujung sana.
Bersama seorang namja bersetelan jas hitam di sampingnya.
Bocah itu tampan.
Auranya tampak berbeda.
Padahal ia masih kecil.

Jaejoong mendesah pendek.
Kemudian ia kembali melahap es krimnya seraya menggoyangkan kedua kakinya bebas.


-------


The other day –the last  week in June-

Jaejoong sungguh beruntung hari ini.
Ia sungguh-sungguh beruntung!
Umma dan Appanya harus menginap di rumah sakit untuk memantau kondisi Nunanya yang mendadak kritis.
Dan Jaejoong segera memanfaatkan hal tersebut tak peduli hari sedang hujan.
Ia melarikan diri seperti biasanya dan tersenyum lebar ketika mendapati sebuah payung lusuh tergeletak begitu saja di tempat sampah.

  “Masih bagus” Gumam Jaejoong senang.

Ia segera duduk di tempat biasa setelah membeli semangkuk es krim kesukaannya.
Kakinya kembali bergoyang.

BRRRMM!

Suara mesin mobil yang membelah keheningan hujan itu mengalihkan perhatian Jaejoong.
Ia kembali memandangi gedung besar yang ada di seberang sana.
Ia sudah terbiasa.
Bocah cantik itu sudah cukup tahu kalau ini sudah masuk jam pulang anak-anak jutawan itu dari latihan ekstrakurikulernya.
Mata bulat Jaejoong mengerjap.
Ketika pandangannya menangkap sesosok namja tampan yang selama ini menjadi perhatiannya.

DEG DEG DEG.

Jantung Jaejoong berdebar kencang ketika ia melihat bocah tampan itu berlari menelusuri hujan dan menuju ke arahnya.
Namja cantik itu sontak berpura-pura fokus dengan es krimnya dan menundukkan wajahnya.
Dan tepat ketika langkah kaki itu berhenti di hadapannya, ia menahan nafas.

Jaejoong mendongak.
Dan pipinya bersemu ketika mata musang itu menatap tajam kedua mata bulatnya.

  “Jung Yunho”

Suara itu mengalun tegas di tengah rintikan hujan.
Dada Jaejoong semakin berdebar kencang.
Ia ingin sekali menjawab ucapan namja tampan itu.
Tapi ia tahu diri.
Ia masih ingat dengan ancaman Heechul dan Hangeng untuk tidak memberitahukan namanya kepada sembarang orang kalau ada yang bertanya.

  “Kim”

Jaejoong bisa melihat dengan jelas mata musang itu tampak membesar sejenak dan kembali seperti semula.
Bocah tampan itu tampak ingin menyahut balasannya yang super singkat itu.
Tapi kemudian mata Jaejoong teralih dan tidak sengaja menangkap sebuah mobil mewah yang sedang berhenti di supermarket besar yang ada di daerah itu.
Itu mobil Umma dan Appanya!

Aigoo!

Bukankah mereka seharusnya menginap di rumah sakit?
Ia dalam masalah!

Jaejoong berseru panik dan melompat dari duduknya.
Tapi sebelum pergi ia memberanikan diri untuk bersuara kepada bocah tampan bernama Yunho itu.

  “Joongie” Bisiknya lirih.

Kemudian ia berlari.
Berlari sekencang mungkin agar ia sampai di rumah sebelum orang tuanya tiba.
Meninggalkan Yunho yang terdiam di belakang sana.


-------


Another day –the first day in July-

Seminggu penuh ini adalah mimpi buruk bagi Jaejoong.
Ia kembali dikurung di dalam kamar dengan beberapa dokter yang keluar masuk kamarnya.
Mereka menyuntikkan cairan-cairan aneh di tubuhnya dan memaksanya menelan obat-obat pahit yang sungguh dibencinya.
Heechul bilang kalau itu semua adalah cara untuk menjaga organ dalam tubuhnya agar tetap sempurna tanpa gangguan apa pun walaupun ia tidak diberi makan berhari-hari.

Jaejoong sering kali mencuri pandang keluar jendela kamarnya.

Ia sudah lama tidak keluar.
Sudah lama tidak memakan es krim.
Dan sudah cukup lama tidak bertatap mata dengan bocah bernama Yunho itu.
Padahal Jaejoong sudah berharap agar mereka dapat saling mengenal satu sama lain dan dapat berteman sebagaimana dua bocah pada umumnya.

Tapi Umma dan Appanya merusak itu semua.

Terlebih pada hari ini.
Hari terburuk yang pernah Jaejoong tahu dalam hidupnya.

Ahra Kim sudah pulang.
Ia diperbolehkan menjalani rawat jalan di rumah.

Jaejoong tidak pernah suka dengan kakak perempuannya yang satu itu.
Menurutnya Ahra adalah yeoja licik yang jahat.
Ia tahu kalau dirinya adalah putri yang sangat diharapkan kehadirannya di rumah besar ini, sehingga ia selalu bersikap seenaknya terhadap Jaejoong.

Mulai dari sengaja merebut kasih sayang Umma di depan matanya sampai menjahilinya dengan merengek kepada Heechul agar diperbolehkan untuk menggantikan dokter menyuntik tubuh kecilnya.

Dan ketika Ahra yang melakukan hal itu, Jaejoong ingin mati saja.
Yeoja jahat itu akan sengaja memutar jarum suntiknya sehingga pada akhirnya jarum panjang itu harus dikeluarkan dengan alat khusus karena Ahra mematahkannya dengan keadaan masih tertancap.

  “Jaejoongie, Umma dan Appa memanggilmu, kau harus turun ke bawah sekarang!”

Jaejoong yang sedang duduk menghadap jendela menoleh ke belakang.
Wajah cantiknya tampak pucat.
Ia menggerakkan kakinya mengikuti langkah kakak perempuannya menuruni tangga.
Umma dan Appanya sudah menunggu di ruang tengah.
Ahra segera mengambil tempat di antara mereka berdua.
Meninggalkannya yang berdiri seorang diri di dekat meja.

Sungguh, Jaejoong hanyalah seorang bocah kecil yang juga haus akan kasih sayang tulus dari Ummanya.
Dan melihat Heechul secara terang-terangan mengacuhkan dirinya membuatnya ingin menangis.

  “Jaejoongie, Appa sudah berkonsultasi dengan dokter yang merawatmu” Ujar Hangeng memulai pembicaraan.

Tubuh Jaejoong menegang.
Ia tahu ini bukan berita bagus.

  “Kita tidak akan mengambil sekaligus organ dalam tubuhmu, sayang. Kita akan memindahkannya satu persatu kedalam tubuh Nunamu. Besok malam kita akan melakukan operasi pengangkatan satudari ginjalmu ne?”

Pengangkatan ginjal.
Hal yang masih terlalu dini dilakukan terhadap bocah seusia Jaejoong.
Dan Hangeng Kim mengucapkannya secara gamblang seolah Jaejoong adalah boneka yang akan menuruti segala perintahnya begitu saja.
Jaejoong tidak bodoh.
Ia tahu dengan benar maksud dari ucapan Appanya.

Tanpa sadar air matanya menetes.

  “Ani” Ujarnya.

  “Ne? Kau bilang apa, sayang?”Tanya Hangeng.

  “Joongie tidak mau, Appa. Joongie tidak mau memberikan milik Joongie untuk Nuna. Nuna jahat sama Joongie”

  “Aigoo, itu hanya perasaanmu saja, Joongie, Nunamu sangat menyayangimu”

Jaejoong menggeleng.
Tangisnya pecah.

  “Ani! Umma dan Appa juga jahat samaJoongie! Joongie benci! Tidak ada yang boleh mengambil badan Joongie, apalagi untuk diberikan kepada Ahra Nuna!!” Jeritnya pilu.

PLAKK!

Tamparan telak itu membekas di pipi basah Jaejoong kecil.
Bocah cantik itu memegang pipinya yang berdenyut sakit dan terisak keras.
Hangeng marah dibuatnya.

  “Siapa yang menghasut Joongie untuk berbicara seperti itu eoh? Kami semua menyayangi Joongie! Makanya Joongie harus membalas kasih sayang kami untuk Nuna!”

  “ANI! JOONGIE BENCI KALIAN! BENCI!!”

PLAKK!

Tamparan itu kembali menyakiti Jaejoong.
Bocah kecil itu terduduk di lantai marmer ruang tengah seraya mengusap kedua pipinya yang sakit.
Heechul yang masih memeluk Ahra beranjak dari duduknya.
Ia berlutut di hadapan putra bungsunya.

  “Umma kecewa denganmu Joongie, kenapa kau jadi seperti ini eoh? Kau tidak ingin melihat Nunamu sehat hm?” Bujuk Heechul lembut.

Jaejoong menggeleng.

  “Joongie mau Ahra Nuna mati saja! Kenapa Nuna tidak memakai badan Umma atau Appa saja kalau mau dia tetap hidup?!”

Mata bulat Heechul melebar mendengar pekikan putra bungsunya itu.
Jaejoong sudah kelewatan.
Ia menampar dan memukul bocah kecil itu dengan emosi yang tak terkendali.
Membuat bocah cantik itu sesak nafas dan meringkuk di atas lantai.

Hangeng membawa Ahra untuk masuk ke dalam kamarnya.
Disusul Heechul yang mendesah panjang.
Ia memijat dahinya frustasi.
Mereka semua berjalan meninggalkan Jaejoong yang menangis di atas lantai.
Bercak darah mengotori bajunya.

Namja cantik itu bergelung rapuh tidak berdaya.
Mata bulatnya yang basah memandangi punggung kedua orang tuanya dan Nuna kecilnya yang manja.
Kemudian ia berbalik, dan terkejut menyadari pintu rumah sedang terbuka lebar.

Ini kesempatannya.
Jaejoong bersusah payah berdiri dari baringnya.
Ia merintih lirih dan menahan sakit di perut dan wajahnya yang dipukuli.
Namja cantik itu segera berlari.
Berlari sekencang mungkin dari kediaman besar itu dengan rasa takut yang menyergap.
Ia menoleh ke belakang untuk berjaga-jaga kalau orang rumah memergokinya.

Namun langkahnya tersendat.
Ia tersandung batu dan jatuh terguling di trotoar.
Bibir mungilnya menjerit lirih.
Lututnya berdarah.

  “Hiks..Hiks..Hiks..”

Isakan Jaejoong semakin kuat.
Ia kembali bangkit dan berlari sejauh mungkin.
Jemarinya merogoh saku celananya dan mengeluarkan beberapa lembaran uang yang selama ini disimpannya di sana.
Ia berjalan tertatih menuju mesin es krim.

  “Hiks..Hiks..”

Kaki mungil itu terseret menaiki bangku panjang di taman itu.
Ia duduk di sana.
Kemudian kembali menangis.
Ia tidak ingin kembali lagi ke rumah itu.
Ia tidak ingin bertemu lagi dengan Umma dan Appanya.
Ia tidak ingin bertemu lagi dengan Ahra Nunanya.

  “Tolong Joongie, Tuhan..Hiks..Hiks..” Isaknya lirih.

DRAP DRAP DRAP!

Jaejoong mendengar jelas suara langkah kaki yang mendekat itu.
Ia segera mendongak ketika namanya disebut oleh suara yang terdengar familiar di telinganya.

DEG.

Yunho?

  “Siapa yang telah melakukan hal ini kepadamu?!” Teriak Yunho marah.

Jaejoong tersengguk keras.
Ia seakan menemukan pertolongannya.
Namja cantik itu segera menubruk Yunho dan memeluk erat pinggang bocah tampan itu.
Kemudian perasaannya berangsur-angsur menjadi lega.
Rasa takutnya lenyap begitu saja ketika ia menghirup wangi tubuh Yunho yang berada dalam pelukannya.

  “Jaejoong Kim, 9095”

Jaejoong merasa begitu ringan setelah membisikkan kata-kata tersebut.

Hingga ia dengan pasrah memejamkan kedua matanya dan membiarkan dirinya lepas begitu saja.
Kali ini saja.
Cukup kali ini saja.
Biarkan ia beristirahat dengan tenang.

Tanpa rasa sakit dari obat-obatan dan suntikan yang merasuki tubuhnya.
Tanpa rasa takut akan tekanan dari kedua orang tuanya.

TBC :D

4 komentar:

  1. hueee hiks hiks nyesek banget ini ceritanya ka.... :'(

    BalasHapus
  2. Hikssssss masa klurganya bgituuu ????sungguh teganya....

    BalasHapus
  3. Hweeee.. jahat banget sih keluarga jae.. emang jae binatang ternak apa.. :(

    BalasHapus
  4. baru nemu dan ini keren daebak...

    BalasHapus