This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 12 Desember 2014

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MY BROMANCE/PART 2

  Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri

PART 2.

  “Yunnie Hyung~! Tunggu akuuuu!”

Yunho tertawa lantang masih mendahului Jaejoong yang berlari mengejarnya di belakang sana.
Namja cantik itu mempoutkan bibirnya kesal mempercepat laju larinya.

  “Yunnie Hyung!”

Jaejoong terpekik kaget ketika Yunho tersandung sepatunya sendiri dan terjatuh di ujung jembatan mini itu.
Tapi kemudian Yunho segera berdiri dan kembali tertawa mengejek Jaejoong yang ketinggalan.
Aish.
Jaejoong menyunggingkan senyuman lebarnya dengan sangat sangat sadar.
Ia sengaja memperlambat larinya beberapa saat kemudian.
Karena Yunho terus tertawa di depan sana.
Ia menyukai tawa lantang itu.
Sungguh.

  “Lama sekali!”


Yunho menggerutu kesal kepada Jaejoong yang akhirnya ada di hadapannya.
Saat ini mereka berdua sedang berteduh di bawah pohon rindang.
Hari ini keduanya libur sekolah, dan Jaejoong memanfaatkan hal itu dengan mengajak Hyungnya berjalan-jalan ke daerah wisata terpencil ini.
Hubungan keduanya pun sudah cukup membaik.
Dan Jaejoong tidak akan menyia-nyiakan hal itu.

  “Hyung! Ada gua! Kajja kajja!” Pekik Jaejoong girang.

Namja cantik itu segera berlari memasuki gua yang sudah menjadi bagian dari tempat wisata tersebut.
Mata bulatnya bergerak lincah mengagumi setiap sudut tempat itu.
Jaejoong mempercepat langkah kakinya ketika ia menyadari bahwa di ujung sana terdapat ratusan lilin yang berpendar dengan sebuah patung agung berwarna emas yang duduk di atas sana.

  “Sepertinya orang-orang zaman dulu menggunakan tempat ini sebagai tempat beribadah” Ujar Yunho berkomentar.

Jaejoong mengangguk setuju.
Kemudian ia berlutut di samping Yunho dan segera mengatupkan tangannya.
Yunho yang melihat hal itu juga mengikuti pergerakan adik tirinya.
Tapi ia tidak berdoa.
Ia sibuk memandangi wajah cantik adiknya yang terpejam dengan senyuman terlembut yang ia miliki.

  “Amin!” Seru Jaejoong menepuk tangannya sekali.

  “Apa yang kau doakan?” Tanya Yunho penasaran.

Jaejoong menoleh.
Kemudian ia terkikik jahil dan menepuk lembut kepala Yunho.

  “Kalau aku memberitahumu harapanku tidak akan terkabul, Yunnie Hyung” Ujarnya lucu.

Yunho mendengus.
Ia beranjak berdiri dan menarik lengan namja cantik itu.

  “Eodisseo?” Tanya Jaejoong mendongak.

  “Tadi aku melihat ada kolam kecil di sana, kajja!” Ajak Yunho tersenyum.

Jaejoong mengangguk cepat.
Ia segera bangkit dan berjalan di samping Yunho yang terus menggenggam jemari adiknya.
Pandangan Jaejoong turun ke bawah.
Dan ia tersenyum lebar.
Namja cantik itu meremat gemas genggaman tangan Yunho.
Membuat Hyung tampannya itu menoleh kepadanya.

Jaejoong hanya membalas tatapannya dengan cengiran lucu.

  “Jja, melempar batu di kolam itu adalah kegiatan yang diharuskan kalau kita bertemu kolam” Ujar Yunho seraya memungut beberapa batu kecil berbentuk pipih ketika Jaejoong sudah duduk di kursi yang berada tepat di pinggir kolam.

  “AH!”

Jaejoong berseru keras ketika batu yang ia lemparkan membuat dua gelombang di kolam.
Yunho tertawa.
Namja tampan itu mengacak gemas rambut almond adiknya dan merangkul pundaknya.
Jaejoong balas tertawa.
Ia kembali melemparkan batu yang ada di dalam genggamannya.

Oh, melihat keadaan mereka sungguh jelas bahwa tidak ada lagi konflik di antara keduanya.
Dan itu cukup bagus.


-------


  “Sekolah kita akan mengadakan festival budaya bulan depan, setiap kelas akan menampilkan sesuatu untuk kompetisi” Ucap Minho Songsaenim di depan kelas.

Anak-anak XII-3 mulai riuh.
Membicarakan betapa serunya festival yang akan datang.
Tapi sosok tampan yang duduk di pojok kanan itu tampak tak peduli dengan keributan yang ada.
Ia masih betah memandangi wajah cantik Jaejoong yang sejak tadi fokus memperhatikan Minho Sam.

  “Dan aku sudah menyiapkan sesuatu, ini akan menjadi sesuatu yang menarik, unik, dan langka” Lanjut pria bermata kodok itu.

Tiffany mengeluh.

  “Apa yang akan kita pertunjukkan memangnya Sam?” Ujarnya tidak sabar.

Minho Sam tersenyum lebar.
Ia bersidekap di depan kelas.

  “Tarian tradisional” Ucapnya.

Jessica berdecak.

  “Langka? Itu yang Sam bilang langka? Aigoo, kita selalu menampilkan tarian tradisional Korea setiap tahunnya!” Serunya tidak puas.

Ah-ah.
Lelaki bermata kodok itu menyunggingkan seringainya.
Ia bertumpu pada mimbar kelas dan tersenyum lebar.

  “Versiku akan ditarikan oleh pria” Ucapnya singkat dan padat.

Suasana kelas menjadi lebih riuh.
Anak lelaki menjerit protes sementara para siswi tertawa lantang.
Jaejoong menelan salivanya.
Sial.
Ia punya firasat buruk sekarang.

  “Dan aku sudah mengumpulkan beberapa murid yang akan berpartisipasi dalam festival ini. Untuk pemimpin dari tarian tradisional kita aku menunjuk Jung Jaejoong, karena ia memiliki daya tarik”

Shit.
Yunho meledakkan tawanya begitu saja.
Sementara Jaejoong menatap horror lelaki bermata kodok itu.

  “Kenapa aku, Sam? Aku tidak bisa!” Pekik Jaejoong panik.

Tawa Yunho semakin lantang.
Sementara Minho Sam melebarkan senyumannya.

  “Tenang saja, Jung Jaejoong. Kau pasti bisa. Karena kita akan berlatih” Balasnya.

Jaejoong bersandar pasrah di kursinya.

  “Sam! Apa kau tidak ingin memilih yang paling jelek untuk ikut pertunjukan?” Ujar Jessica antusias.

Eoh?
Minho Sam menatap gadis blonde itu.
Jessica tertawa.
Ia menepuk pundak Jonghyun dengan keras.

  “Kita bisa menampilkan Jonghyun di barisan paling depan! Hahahaha!” Serunya lantang.

Anak-anak kelas ikut tertawa.
Jonghyun sudah mengamuk tidak jelas.
Sementara Choi Minho hanya terkekeh kecil dan  menggelengkan kepalanya.

  “Ide yang sungguh menarik, Jess, tapi sayangnya Jonghyun terlalu kelaki-lakian untuk mengikuti kompetisi ini”

Jonghyun segera menghela nafas lega mendengarnya.
Membuat wajah Jaejoong semakin tampak murung.
Tapi Yunho sepertinya tidak peka.
Ia malah tidak bisa berhenti tertawa lagi sepertinya.
.
.
.

Matahari sudah tenggelam.
Tapi hal itu tidak menghentikan Jaejoong dan Yunho yang sedang duduk di bawah jembatan dengan sekotak kue kering yang ada di pangkuan namja cantik itu.
Jaejoong menghela nafasnya.
Ia mencomot satu kue dan mengunyahnya tanpa semangat.

  “Yunnie Hyung”

  “Ya?”

  “Apa aku terlihat jelas seperti seorang gay?”

Yunho menaikkan alisnya.
Ia mencomot kue kering tersebut dan mengunyahnya sambil tertawa.
Jaejoong mendengus.
Wajahnya terlihat muram.

  “Kenapa kau tertawa?”

  “Kenapa kau bertanya?”

  “Tadi Minho Sam menyuruhku untuk menjadi ketua tarian tradisional. Itu adalah pekerjaan wanita. Iya kan? Aku bukan wanita. Jadi mengapa ia menyuruhku?”

Hmp.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya balas tersenyum kepada Jaejoong.
Namja cantik itu masih memperlihatkan wajah sedihnya.

  “Dia hanya berpikir kau pasti bisa melakukannya dengan lebih baik daripada wanita” Sahut Yunho akhirnya.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia menoleh menatap Yunho yang masih tersenyum lembut kepadanya.

  “Lebih baik?” Gumamnya pelan.

Yunho mengangguk.
Ia mengacak lembut rambut Jaejoong.

  “Ne, seperti caramu memperlakukanku” Bisiknya.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Kedua mata besarnya mengerjap cepat.
Pipinya mulai bersemu malu.
Yunho yang melihat itu semakin melebarkan senyumnya.
Ia beranjak dari duduknya dan memilih untuk bersandar di tembok jembatan, memandangi langit yang sudah gelap.

Sementara Jaejoong menundukkan wajah cantiknya.
Dengan senyuman yang tak bisa lepas.
Demi Tuhan, ia senang.


-------


  “Jjaaaa~!”

Keenam sahabat itu berteriak riang seraya berlari memasuki pintu taman hiburan bersama-sama.
Hari ini mereka pulang satu jam lebih cepat.
Dan Changmin mengusulkan kepada sahabat-sahabatnya untuk bermain ke taman bermain bersama.
Jessica dan Tiffany segera berlari ke jalan sebelah kiri.
Yeoja blonde itu menarik tangannya menuju konter minuman dingin.

Sementara Changmin dan Jonghyun sudah berlari ke jalan kecil di sebelah kanan.
Namja berwajah kekanakan itu pasti merencanakan sesuatu yang jahil.
Ck.
Yunho yang melihat teman-temannya sudah pergi hanya menghela nafas.
Ia menggenggam tangan Jaejoong yang terkejut dengan tindakannya dan menyeret namja cantik itu masuk ke dalam melalui jalan tengah.

Yunho bisa melihat Changmin dan Jonghyun dari sini.
Kedua bocah nakal itu tampak sedang menurunkan celana dalam milik patung seorang wanita yang tampak menahan roknya yang berkibar karena ventilasi anginyang ada di lantai.
Mereka tertawa-tawa dan berlari begitu saja.
Aish.
Yunho menggelengkan kepalanya.

  “Hyung” Jaejoong memanggilnya.

Namja cantik itu menarik tangan Yunho memasuki sebuah toko perhiasan yang ada di ujung sana.
Jaejoong terlihat begitu bersemangat.
 
  “Selamat datang” Sapa pegawai wanita yang berdiri di area cincin.

Jaejoong mengangguk dengan senyum manisnya.
Ia melepaskan genggamannya pada Yunho dan segera berjalan menghampiri wanita cantik itu.
Sementara Yunho mulai mengalihkan perhatiannya melihat-lihat aksesoris gelang yang ada di samping konter cincin.

Mata bulat Jaejoong segera menjelajah dengan antusias.
Senyumnya melebar ketika pilihannya jatuh pada dua buah cincin perak yang manis.

  “Ini, aku ingin melihat cincin yang ini” Ucap Jaejoong.

Wanita itu mengangguk.
Ia mengambilkan cincin tersebut dan meletakkannya di atas meja.

  “Ini cincin couple edisi terakhir kami. Setelah ini tidak ada lagi yang seperti ini” Ujar wanita tersebut.

  “Uhm, berapa harganya?” Tanya Jaejoong seraya memutar-mutar cincin tersebut dengan senyuman yang tak lepas dari bibirnya.

  “499 ribu Won”

Eh?
Jaejoong mendengus.
Ia menoleh kepada Yunho yang masih memperhatikan aksesoris-aksesoris itu.

  “Yunnie Hyung”

  “Ya?”

  “Boleh aku pinjam 300 ribu Won?”

Namja tampan itu berbalik.
Ia menggeleng.

  “Uangku tinggal 100 ribu Won” Sahutnya.

Jaejoong mengepalkan jemarinya kesal.
Ia ingin cincin itu!
Ia harus mendapatkannya!

  “Uhm, Hyung, bisa kau menungguku di sini sebentar?” Tanyanya ragu.

  “Aku akan menunggumu di Food Court saja. Tiffany meminta kita untuk berkumpul di sana setengah jam lagi” Jawab Yunho santai.

Jaejoong tidak menyahut lagi.
Ia hanya mengangguk dan segera keluar dari toko tersebut seraya mengedarkan pandangannya.
Ah!
Itu dia! Mesin ATM!
Namja cantik itu segera berlari menghampiri mesin tersebut dan menarik uang tabungannya dengan cepat.
Kemudian ia kembali berlari memasuki toko perhiasan yang tadi.

  “Cogiyo, aku ingin membeli cincin yang tadi!” Ujarnya.

Wanita tersebut tersenyum kecil.

  “Mianhae, kau terlambat. Cincin itu baru saja dibeli oleh pelanggan lain”

   “M-mwo? Secepat itu?”

Wanita itu tidak menyahut.
Ia hanya balas tersenyum.
Jaejoong tampak begitu kecewa.
Ck. Padahal ia sudah jatuh cinta pada cincin itu.

  “Baiklah, terima kasih” Ucapnya lemah.

Namja cantik itu berjalan lunglai keluar dari toko.
Ia menghela nafas panjang dan menyimpan kembali dompetnya.
.
.
.

  “Sudahlah, itu hanya sepasang cincin. Kau masih bisa membeli benda lainnya nanti” Hibur Yunho yang sedang mengecat miniatur Ultraman-nya.

Jaejoong mendengus.
Ia menundukkan wajahnya dan mencoret-coret kertas yang ada di meja.

  “Tapi aku sudah jatuh cinta dengan cincin itu, Hyung” Gerutunya manja.

Yunho menghela nafas.
Ia hanya mengangkat bahunya dan kembali melanjutkan hobinya.

  “Aku ingin memberikan cincin itu kepada seseorang yang spesial” Gumam Jaejoong pelan.

DEG.

Gerakan Yunho terhenti.
Ia mendongak.
Menatap punggung Jaejoong yang kini menjatuhkan wajah cantiknya di atas meja.

  “Cincin itu sangat bagus, Hyung” Ucap Jaejoong seraya menoleh, menatap Yunho yang juga balas menatapnya.

Namja tampan itu tampak terdiam cukup lama.
Membuat Jaejoong terus menatapnya menanti tanggapan dari namja tampan itu.
Setelah hampir satu menit bungkam Yunho berdehem.

  “Seseorang yang spesial? Jadi kau sudah punya pacar, eh? Siapa?” Tanyanya beruntun.

Jaejoong mempoutkan bibirnya lucu.
Ia kembali mengalihkan pandangannya ke depan dan mencoret-coret kertasnya.

  “Aku akan memberitahumu saat waktunya tiba” Ucapnya kemudian.

Yunho meletakkan miniatur kesayangannya di atas tumpukan koran yang dijadikan alas.
Ia merapatkan bibir.
Mata musangnya menatap tajam punggung sempit adik tirinya.
Sementara Jaejoong sudah menenggelamkan wajahnya dalam tumpuan lengannya.
Menggigit bibir ranumnya erat.


-------


  “Junsu ah, aku berharap padamu, tolong katakan kepadaku siapa yang selama ini memberiku makan siang dan bunga mawar ini” Ujar Jaejoong seraya menggoyangkan buket bunga mawar yang diberikan Junsu kepadanya.

Namja imut itu hanya tersenyum manis.
Ia memiringkan wajahnya lucu.

  “Mianhae ne Joongie, aku sudah berjanji untuk tutup mulut, hehehe” Sahutnya tidak berperasaan.

Namja imut itu segera beranjak meninggalkan kelas Jaejoong yang tampak sepi.
Sudah jam istirahat.
Hanya ada mereka berenam di sana.
Jaejoong mempoutkan bibir ranumnya.
Ia berbalik dan berjalan menuju bangkunya.

Mencoba tidak peduli pada sorakan-sorakan yang diberikan sahabat-sahabatnya.

Namja cantik itu segera duduk di kursinya dan meletakkan bunga tersebut di atas meja.
Tapi Jessica dan Tiffany sudah terlebih dahulu terkikik jahil dan merebut buket bunga itu.
Changmin dan Jonghyun tertawa-tawa.
Mereka terus mengolok Jaejoong, mengacuhkan Yunho yang tampak tidak senang sejak tadi.

Namja tampan itu mendengus.
Ia menggertak meja dan beranjak pergi meninggalkan mereka.
Jaejoong yang melihat hal itu refleks melangkahkan kakinya hendak mengejar Yunho.
Tapi Jessica sudah terlebih dahulu menahan tangannya.

  “Joongie ah, bisakah kau menolongku?” Pinta yeoja blonde itu seraya mengeluarkan bingkisan berwarna merah dari dalam tas sekolahnya.

Jaejoong menaikkan alisnya.
.
.
.

  “Hm, aku merasa ada yang janggal di sini”

  “Mungkin kita harus menggantinya dengan kunci F saja”

  “Ide bagus”

Ketiga namja populer itu tampak sedang berdiskusi di ruang musik.
Choi Siwon –sang vokalis band- terlihat sedang menuliskan not musik diatas kertas.
Dengan diperhatikan oleh kedua temannya yang lain yang memegang gitar.

TOK TOK TOK.

Perhatian ketiganya teralihkan ketika suara ketukan pintu terdengar.
Mereka mendongak.
Menatap sesosok namja cantik berambut almond  yang berjalan memasuki ruang musik dengan sekotak kado di tangannya.

  “Um, permisi, maaf mengganggu” Ujarnya pelan.

Siwon segera tersenyum.

  “Ani, kau tidak menganggu sama sekali. Ada apa, Jaejoongie?” Tanyanya lembut.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia menyodorkan bingkisan tersebut kepada Siwon.
Membuat namja berlesung pipi itu melebarkan matanya terkejut.

  “Aku punya hadiah untukmu, Hyung” Ujar Jaejoong pelan.

Eoh?
Namja berlesung pipi itu segera tersenyum lebar.
Kedua temannya menyikut bahunya.

  “Gomawo, Joongie ah” Sahut Siwon senang.

Jaejoong balas mengangguk.
Tapi kemudian ia menggeser tubuhnya dan memperlihatkan sesosok yeoja berambut blonde yang sejak tadi bersembunyi di belakangnya.

  “Tapi ini bukan dariku, Hyung. Kado ini dari Jessica. Ia sahabatku” Ujar Jaejoong panjang lebar.

  “Selamat ulang tahun, Siwon Oppa” Ungkap Jessica dengan wajahnya yang mulai memerah.

Namja berlesung pipi itu menatap jengah ke arah Jessica yang tersenyum manis kepadanya.
Siwon bersidekap.
Ia menatap langsung kedua mata bulat Jaejoong.

  “Jika kado itu bukan darimu aku takut aku tak dapat menerimanya, Jaejoongie” Ujar Siwon telak.

DEG.

Jaejoong dan Jessica sama-sama terkejut.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya menatap Siwon.

  “Apa maksudmu, Hyung?” Tanyanya bingung.

  “Aku sudah mencintai seseorang” Sahut Siwon tegas.

Jaejoong merasakan seragam bagian punggungnya ditarik Jessica.
Ia segera menoleh ke belakang dan memandang sahabatnya yang tampak kaget itu.

  “Ung, kau sudah memiliki kekasih, Hyung?” Tanya Jaejoong lagi.

Siwon mengangguk.
Tidak mempedulikan raut wajah Jessica yang tampak ingin menangis sekarang.

  “Ne, dan orang itu saat ini sedang berdiri di hadapanku dengan sebuah kado di tangannya”

BRUK!

Jaejoong terkejut ketika Jessica mendorong kasar punggungnya.
Yeoja cantik itu segera berlari keluar ruangan.
Meninggalkan Jaejoong yang meneriaki namanya dengan khawatir.

  “Jessie!”

Jaejoong tampak panik.
Ia meletakkan kado berwarna merah itu begitu saja di atas partitur musik milik Siwon dan menangkupkan tangannya.

  “Mianhae Hyung, aku harus pergi!”

  “Joongie!”

Choi Siwon berdecak kesal.
Jaejoong tidak mempedulikan panggilannya.
Namja cantik itu sudah melesat keluar ruangan dan mengejar sahabat baiknya.

DRAP DRAP DRAP!

Jessica berlari menuju halaman belakang sekolah di mana ia dan sahabatnya sering berkumpul.
Wanita cantik itu segera duduk di samping Tiffany dan menumpahkan tangisnya.
Membuat keempat sahabatnya menatap bingung ke arahnya.

  “Jess!”

Jaejoong menghampiri Jessica yang menolak disentuh olehnya.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya cemas.
Ia memegang pundak yeoja blonde itu mencoba menenangkannya.

  “Siwon Oppa itu gay! Hiks..Hiks..Dia gay!” Pekik Jessica terisak keras.

Tiffany terkejut.
Ia menatap tidak percaya kepada Jessica dan Jaejoong.

  “Hahahahaha~!!”

Tawa Yunho, Changmin dan Jonghyun meledak begitu saja.
Mereka menepuk-nepuk rumput dan tertawa lantang.
Membuat Jessica semakin menjerit kesal.
Ketiga namja sialan ini benar-benar menyebalkan! Jeritnya dalam hati.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya gelisah.
Ia memijat bahu Jessica dan bersuara lirih kepadanya.

  “Aku tidak tertarik kepadanya, Jessie”

DEG.

Yunho terdiam.
Kedua mata musangnya bergerak tajam menatap wajah Jaejoong.
Namja cantik itu sempat melirik ke arahnya.
Tapi ia kembali menunduk, mencoba mendapatkan perhatian Jessica untuknya.

  “Itu bagus! Kalau iya aku akan menghajarmu!” Jerit Jessica marah.

Tangisnya kembali pecah.
Tapi Changmin tidak peduli.
Ia malah meledek yeoja cantik itu.

  “Aku sudah tahu kalau Siwon itu gay! Terlihat jelas dari caranya bernyanyi!”

  “Diam kau! Aku tidak meminta pendapatmu!”

Jessica memukul kesal kepala Changmin.
Mereka mulai riuh.
Tapi Yunho masih diam.
Ia menundukkan wajahnya.
Menatap jus kotaknya yang sudah habis.

  “Jessie” Panggil Tiffany lembut.

Jessica menggigit bibirnya.
Ia menatap Tiffany yang mengusap lengannya.

  “Siwon Oppa itu gay..Hiks..”Ulang Jessica lagi.

  “Tenanglah Jess” Sahut Tiffany tersenyum.

Yeoja blonde itu mengusap wajahnya.
Kemudian ia memandang Tiffany dan terenyuh akan perhatian yeoja berambut pendek itu.

  “Kau masih akan menemukan seseorang selama kau hidup” Ucap Tiffany lagi.

Jessica baru saja akan menarik senyum manisnya.
Namun sudut bibirnya tertahan ketika Tiffany malah tertawa geli dan menepuk bahunya keras.

  “Tapi tetap saja sangat sulit untuk menemukan pria yang normal untukmu! Hahahaha!”

Tiffany, Changmin dan Jonghyun tertawa kompak.
Membuat Jessica memekik gemas dan melemparkan roti bungkus yang ada di tengah mereka.
Changmin segera menjerit melihatnya.
Mereka berempat segera berseru heboh.
Tidak menyadari kalau Yunho masih bungkam.
Menatap tajam kedua mata bulat Jaejoong yang juga balas menatapnya.

Ada sesuatu yang tersirat.

Dan hanya mereka berdua yang tahu.

Oh-oh.
.
.
.

Jaejoong mendengus.
Dahinya mengerut dengan bibir ranumnya yang mempout kesal saat ini.
Ia sedang bersandar di pagar sekolah seraya mengedarkan pandangannya kegerbang.

  “Hei”

DEG.

Jaejoong mendongak.
Terkejut mendapati Choi Siwon yang kini berdiri di hadapannya.
Namja berlesung pipi itu tersenyum manis kepadanya.

  “Kau sedang menunggu siapa,Joongie?”

  “Uhm..Aku menunggu seseorang”

  “Bagaimana kalau kuantar kau pulang? Otte?”

  “Ani, aku pulang bersama kakakku”

  “Eh? Kau memiliki seorang kakak?”

Jaejoong mengangguk.
Matanya mulai bergerak gelisah memandangi pintu gerbang.

  “Joongie! Kau belum pulang?”

Namja cantik itu menoleh, menatap Changmin yang berjalan keluar gerbang.
Ia menggeleng.

  “Aku menunggu Yunnie Hyung” Sahutnya.

Eoh?
Namja berwajah kekanakan itu menaikkan alisnya.
Ia menghampiri sahabatnya.

  “Yunho tidak memberitahumu? Ia sudah pulang sejak tadi”

  “Mwo? Ia tidak mengatakan apapun kepadaku”

Jaejoong merengut.
Bibirnya kembali mengerucut.
Membuat Siwon yang melihatnya tersenyum kecil.

Namja cantik itu kemudian menundukkan wajahnya sejenak.
Wajahnya mulai terlihat keruh.
Ia tidak senang dengan sikap Yunho hari ini.
Jaejoong berdecak kesal tanpa menyadari bahwa sosok yang ditunggunya itu ternyata sedang mengintipnya dari balik pintu pagar.

  “Jadi, bagaimana? Kau mau pulang bersamaku? Aku akan mengantarmu” Ucap Siwon tiba-tiba.

Yunho yang mendengar hal itu mencengkram erat jemarinya yang terkepal.
Ia mendengus dan segera beranjak dari sana.
Meninggalkan Jaejoong yang mendongakkan wajahnya.
Menatap Siwon dengan tatapan jengah.

  “Tidak perlu Hyung, aku bisa pulang sendiri” Ujarnya seraya membungkuk dan beranjak meninggalkan Siwon dan Changmin.

Namja berlesung pipi itu mendesah panjang.
Ia bersidekap dan berbalik menatap Changmin.

  “Hei, kau temannya Jaejoongkan?”

  “Siapa? Aku?”

  “Tentu saja kau, siapa lagi yang berdiri di depanku saat ini?”

  “Ne, aku temannya. Kenapa?”

  “Berikan aku nomor Jaejoong, ia selalu menolak ketika aku meminta padanya”

Ck.
Shim Changmin berdecak kesal.
Ia memutar bola matanya.

  “Jaejoong saja tidak memberimu, apalagi aku?”

  “Seratus ribu Won, berikan aku nomor ponselnya”

Namja berwajah kekanakan itu berjengit.
Menatap Siwon yang mengeluarkan dompetnya dan menyodorkan selembar uang kepadanya.
Changmin mendengus.

  “Maaf Hyung, tapi aku tidak menjual temanku sendiri” Balasnya ketus.

Namja berwajah kekanakan itu baru saja akan melangkahkan kakinya.
Namun Siwon sudah lebih dulu bersuara kepadanya.

  “Lima ratus ribu Won! Bagaimana? Kau hanya perlu memberikan nomornya kepadaku dan aku tidak akan memberitahu siapapun tentang hal ini”

DEG.

Changmin terdiam.
Jemarinya meremat erat tali ranselnya.
Ia terlihat bimbang.
Lima ratus ribu Won?
Itu bukan jumlah yang sedikit.

Heh.
Choi Siwon tersenyum lebar melihatnya.
Ia segera menghampiri Changmin dan menyodorkan lima lembar uang seratus ribu Won itu kepadanya.

  “Ayolah!” Bujuk Siwon.

Namja berwajah kekanakan itu tampak ragu.
Matanya terus memperhatikan lembaran uang tersebut.
Sampai satu menit kemudian ia mendesah pendek.

  “Kau janji tidak akan memberithu siapapun? Terutama Jaejoong” Ujarnya.

Siwon menyeringai.

  “Aku berjanji” Balasnya.
.
.
.

Hari sudah gelap.
Dan Jaejoong baru sampai ke rumahnya setelah berjalan kaki dari sekolah.
Ia tidak memiliki uang lagi untuk naik mini bus.
Maka dari itu ia menunggu Yunho tadi.
Ck.
Namja cantik itu melempar tasnya di ruang tamu dan bergegas mencari Hyungnya.

Ia berjalan menaiki tangga dan mendapati Yunho yang sedang duduk di beranda atas.

  “Yunnie Hyung!” Panggilnya lantang.

Yunho tidak peduli.
Ia masih menatap ke depan, mengacuhkan Jaejoong yang menghampirinya.

  “Kenapa kau tidak memberitahuku kalau kau pulang cepat? Aku menunggumu cukup lama di sekolah” Gerutunya kesal.

Yunho berdecak.
Ia menoleh malas menatap adik tirinya itu.

  “Aku melihatmu berbicara dengan Choi Siwon, aku tidak ingin mengganggumu” Sahutnya ketus.

Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Kau marah karena dia?”

Yunho tidak mempedulikan pertanyaan Jaejoong.
Ia beranjak bangkit dari duduknya dan hendak melangkah keluar beranda.
Tapi Jaejoong mencekal lengannya.
Namja cantik itu kesal.

  “Kenapa kau selalu lari?”

Yunho terdiam.

  “Apa yang kau takutkan eoh? Kau takut aku dekat dengan Siwon?”

Yunho menggeram.
Ia menghentakkan cekalan Jaejoong pada lengannya.

  “Ne! Aku marah karena dia! Aku tidak suka kau berbicara dengan bajingan itu!” Teriak Yunho lantang.

Wajahnya tampak memerah emosi.
Mata musangnya menatap tajam kedua mata bulat Jaejoong.

  “Kau sudah mendapatkan kakak baru, iya kan? Dia lebih mempedulikanmu daripada aku, iya kan? Aku tidak sebaik dia, iya kan?!”

  “Kau salah! Aku tidak punya rasa sedikit pun kepadanya! Kau adalah kakakku, Hyung!”

  “Terserah! Aku tidak peduli! Pergilah bersama kakakmu yang baru!”

Jaejoong meringis ketika Yunho melabrak bahunya dengan kasar.
Namja tampan itu segera berlari memasuki kamarnya dan membanting pintu kamar mandi.
Ia menggertakkan giginya kesal.
Tangannya membanting apa saja yang ada di atas meja westafel itu.
Nafasnya tersengal.
Shit.
Ia cemburu.
Ia cemburu pada Choi Siwon.
Shit.

DRRRTT…DRRRTTT…

Yunho tertegun.
Ponselnya bergetar pendek.
Namja tampan itu meraih ponselnya dan membuka pesan masuk yang ada.
Dari Jaejoong.
Dada Yunho berdebar kencang.
Ia menggerakkan jemarinya tidak sabar.
Pesan itu cukup panjang.

  ‘Hyung, aku hanya ingin kau tahu kalau aku tidak memiliki sedikitpun rasa pada Siwon. Orang yang aku sukai…Apa kau mau tahu siapa dia? Aku akan memberitahumu. Aku sekelas dengannya. Kesukaannya makan biji bunga matahari. Dan aku memanggilnya Hyung..

DEG DEG DEG.

Jantung Yunho berdebar kencang.
Senyumnya perlahan melebar.
Ia terus menggerakkan layar ponselnya ke bawah.
Kemudian ia menaikkan alisnya.

  ‘Jika kau mencariku, aku sedang menuju tempat di mana ia akan menjemputku..

  “Jaejoongie!”

Yunho berteriak.
Membuka pintu kamar mandi dan berlari keluar rumah.
Ia berlari dengan sangat cepat.
Mengacuhkan nafasnya yang mulai terasa sesak.
Namja tampan itu menuju jembatan yang pernah mereka datangi dulu.

  “Jung Jaejoong!”

Hening.
Tidak ada sahutan apapun dari bawah sana.
Bahkan bagian bawah jembatan itu tampak gelap.
Yunho menyeka keringatnya.
Memikirkan tempat mana lagi yang pernah mereka datangi.

Apakah Jaejoong pergi ke kolam? Tidak. Tidak mungkin. Tempat wisata itu sudah tutup jam segini.
Ah! Di sana! Jaejoong pasti di sana!

Yunho menolehkan wajahnya.
Melambaikan tangannya ketika ia melihat sebuah sepeda motor sedang melaju menuju arahnya.

  “Cogiyo! Cogiyo!” Teriaknya lantang.

Pemilik sepeda motor itu berhenti di samping Yunho.
Ia membuka kaca helm-nya dan menatap bingung namja tampan itu.

  “Bisakah kau mengatarkanku ke sungai kecil yang ada di dekat gedung perpustakaan umum? Jebal! Adikku sedang menungguku di sana!” Pinta Yunho panik.

Pemilik sepeda motor itu menganggukkan kepalanya.
Yunho segera tersenyum lega dan menaiki bangku belakang.
.
.
.

  “Apa kau tahu sungguh berbahaya sendirian di tempat seperti ini?”

Jaejoong terkejut.
Ia refleks berdiri dan membalikkan tubuhnya.
Menatap gugup Yunho yang berjalan menghampirinya.
Jemarinya terkepal erat.
Pipinya mulai bersemu merah.

  “Apa benar semua yang kau katakan di pesan itu?” Tanya Yunho tidak sabar.

Jaejoong menggigit bibir bawahnya ragu.
Tapi kemudian ia mengangguk.
Memberanikan diri menatap langsung kedua mata musang itu.

  “Kau sekarang sudah tahu…Kalau aku menyukai laki-laki, dan ini terjadi pada saudaraku” Bisiknya lirih.

Mereka saling terdiam satu sama lain.
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Kemudian ia terkesiap saat Yunho menyentuh pipinya.
Namja cantik itu mendongak, menatap Yunho yang tersenyum lembut kepadanya.

  “Jika kau memberitahuku dari awal, kita tidak perlu membuang-buang waktu”

Sudut bibir Jaejoong terangkat.
Kedua matanya tampak berkaca-kaca.

  “Kau tidak membenciku?” Lirih Jaejoong tercekat.

Heh.
Yunho tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut pipi Jaejoong.

  “Bagaimana bisa aku membenci adikku sendiri, eoh?” Balasnya tegas.

Senyum Jaejoong melebar ketika Yunho menariknya ke dalam pelukan namja tampan itu.
Membiarkan dirinya merasakan lingkupan hangat dari tubuh besar Yunho.
Kemudian ia menggerakkan jemarinya, memeluk erat punggung Yunho dan menyurukkan wajahnya di lekukan leher namja tampan itu.

  “Aku sangat senang kau merasakan hal yang sama denganku” Ucap Yunho seraya mengecup lembut leher Jaejoong.

Pelukan itu melonggar.
Yunho melepaskan pelukannya.
Jemarinya menangkup kedua sisi wajah Jaejoong dengan lembut.
Menatap penuh cinta kedua mata bulat itu.

  “Aku mencintaimu” Ujarnya.

Jaejoong tersenyum manis.
Ia menyentuh tangan Yunho yang berada di wajahnya.

  “Aku lebih mencintaimu” Balasnya.

Kedua mata bulat itu mengerjap.
Perlahan memejam ketika Yunho mendekatkan jarak wajah mereka.
Ia tahu kali ini Yunho tidak akan mempermainkannya seperti dulu.
Jaejoong mengangkat lengannya.
Melingkar dan memeluk leher Yunho yang sudah menyatukan bibir mereka.

Namja cantik itu mendesah manis.
Ia bisa merasakan Yunho memiringkan wajahnya dan melumat lembut bibir atas bawahnya.
Menghisapnya dengan penuh perasaan.
Jantung Jaejoong berdebar kencang.
Ia semakin mempererat pelukannya di leher Yunho sementara namja tampan itu memeluk punggung dan pinggangnya.

Suara decakan saliva terdengar jelas.
Mengisi heningnya suasana sekitar.
Dan Jaejoong menggigit bibir bawahnya ketika ciuman Yunho turun kelehernya.
Mengecup-kecup lembut bagian itu, kemudian meninggalkan kissmark berwarna ungu kemerahan di pundak Jaejoong.

Mereka berdua saling menatap satu sama lain.
Yunho bisa melihat dengan jelas bibir Jaejoong yang sudah basah dan sedikit membengkak itu.
Ia tersenyum.

  “Terima kasih, kau mau mencintai orang sepertiku” Ujarnya.

Jaejoong balas tersenyum manis.
Ia berjinjit, menyatukan dahinya dengan dahi Yunho.
Merasakan hembusan nafas namja tampan itu.

  “Kau tidak ingin mengatakan sesuatu?” Tanya Yunho pelan.

Jaejoong melenguh.
Mengecupi hidung Yunho dan bibirnya singkat.

  “Tidak perlu menggunakan kata-kata untuk memberitahu seseorang kalau kita mencintainya” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho merengkuh Jaejoong, mencuri satu kecupan lagi di bibir namja cantik itu.

  “Berjanjilah padaku, kalau kau tidak akan meninggalkanku” Ucapnya.

  “Kau yang seharusnya berjanji tidak akan meninggalkanku” Sahut Jaejoong.

Yunho kembali tersenyum.

  “Aku berjanji, aku tidak akan pernah meninggalkanmu seorang diri”

  “Kalau begitu aku juga berjanji”

Mereka berdua saling mengaitkan jari kelingking satu sama lain.
Mengikat janji dengan satu ciuman mesra.
.
.
.

Jaejoong sudah tertidur karena kelelahan.
Tapi Yunho masih terjaga.
Ia berbaring menyamping terus memandangi wajah cantik adik tirinya.
Jemarinya bergerak, mengusapi wajah tersebut dengan lembut.
Kemudian ia tersenyum dan menghapus jarak di antara mereka.
Perlahan Yunho menggeser tubuhnya menindih Jaejoong.
Bibirnya membuka, menarik bibir bawah Jaejoong dan berusaha menyusupkan lidah panasnya di sana.

Mata bulat Jaejoong yang terpejam bergerak pelan.
Kemudian ia tertegun ketika menyadari Yunho sedang mencumbunya.
Namja cantik itu melenguh.
Ia menggerakkan lengannya memeluk leher dan punggung Yunho yang kini berada di atasnya.
Membuat Yunho tersenyum dalam ciuman panasnya.

  “Yunnie..hh..”

Deru nafas Jaejoong terdengar berat.
Celananya mulai terasa sesak ketika Yunho tidak berhenti menusuk-nusukkan lidah panasnya ke dalam mulut Jaejoong.
Menghisap apa saja yang ada.
Bibir Jaejoong bergerak mengecupi pelipis Yunho ketika namja tampan itu kini beralih mengendus telinganya dengan kedua tangan yang sudah menyusup kebalik piyama namja cantik itu.

Perut Jaejoong mengejang.
Ketika Yunho menggigit gemas telinga kirinya dan menghisap-hisap lembut bagian belakang telinganya.

  “Yun..Yunnie..”

Jaejoong merintih.
Ia lebur dalam rengkuhan Yunho.
Memasrahkan dirinya ketika namja tampan itu semakin menekan tubuhnya.

  “Aku mencintaimu, aku mencintaimu” Rapal Jaejoong berulang-ulang, dengan suara yang melemah karena gelora.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong dengan mata yang bergejolak karena gairah.

  “Aku lebih mencintaimu, lebih dari yang kau tahu” Bisiknya menderu.

Dan Jaejoong kembali memejamkan kedua matanya.
Menyerahkan dirinya begitu saja.

TBC :D

8 komentar:

  1. lanjut thoor saya seneng sma jalan ceritanya, walaupun baru koment pas cahp 2 hehe
    semoga happy ending ya thooor daebak daebak

    BalasHapus
  2. Lanjut thor, so sweet banget DAEBAK

    BalasHapus
  3. Omo!! Adakah niat menaruh ff forbidden nya di sini hehe jebal eoh... aku ga pny fb soalx
    sempet ambigu sm YunJae yg seperti ada rasa tp di embel2lin dgn kata adik dan hyung ehhh akhir nya ketahuan itu rs cinta bkn sbg kakak&adik ♡♡ lanjut asap ne

    BalasHapus
  4. Ini remake dr movie aslinya ya kak ? Udh prnh nntn soalnya ..
    Ada yunjae vers. Seneng ;)))
    Cuman apa end. Juga bkal sma kya movienya ? Jangan yaa kak shellaa
    Enggk rela yunho mati dn yunjae pisahh ..cukup di film ajaaa
    Pliss yunjae ny brsmaaa ya kak ..ok ! Ditunggu kelanjutannyaa ;))

    BalasHapus
  5. Anyeong..mff sblumnya...aku Sudan bca semua ff mu..dri semua yg sudah aku baca..ff mu sngt menarik...alur,plot Dan kisah yg kamu buat..benar"menrik...sersa aku yg berperan dalam setiap ff mu...bahkan aku smpai menangis krna jlan certnya..kamu penulis yg berbakat...aku menunggu crta"mu slnjutnya...(^.^)

    BalasHapus
  6. Eonni, tau gak krna aku udh pernah nnton film nya jdi yg kebayang di pikiran aku bkan Yunho oppa ama Jaejoong eomma huhu.. yg kebayang pemeran film nya Bank ama Golf huwaaaaaaa padahal pen ngerasa feel Yunjae tpi gak bisa krna Bank ama Golf sedihhhhh huwaaaaaaa

    BalasHapus
  7. Eonni, tau gak krna aku udh pernah nnton film nya jdi yg kebayang di pikiran aku bkan Yunho oppa ama Jaejoong eomma huhu.. yg kebayang pemeran film nya Bank ama Golf huwaaaaaaa padahal pen ngerasa feel Yunjae tpi gak bisa krna Bank ama Golf sedihhhhh huwaaaaaaa

    BalasHapus
  8. Hi, I really love this story. Waiting for the next part. Update it soon please :)

    BalasHapus