Tittle: NEW COMER
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship-mpreg-incest
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
CAUTION: JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG JU HEE, DAN JUNG YUNJAEYUN MILIK
AUTHOR SETANGKAI!
-------
You should be on the backseat, new comer!
Uh-uh.
Shall him?
.
.
.
Jung Jaejoong mengeluh ketika lengannya tidak kuat lagi untuk membawa
beberapa boneka berukuran besar yang menutupi sebagian pandangannya itu.
Ia menggigit bibir bawahnya erat berusaha agar tidak menjatuhkan salah
satu dari mereka.
Oh-oh!
Jaejoong melebarkan mata besarnya panik ketika kakinya tersandung batu.
Namun sepasang tangan mungil berhasil menahannya dengan menarik bagian
punggung kaus berlengan panjang miliknya itu.
Jaejoong mendesah lega.
Ia menoleh dengan susah payah dan tersenyum semanis mungkin.
“Gomawo ne, Changminnie”
Namja berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia tersenyum kecil ketika pikirannya mengatakan bahwa pria penyayang
yang ada di sampingnya ini terlihat begitu menggemaskan dengan boneka-boneka
tersebut.
“Jja, Minnie bawa dua” Ujar Changmin
menadahkan tangannya.
Jaejoong terkekeh.
Ia mengangguk dan menundukkan tubuhnya.
Membiarkan Changmin –bocah berumur dua belas tahun itu- mengambil dua
boneka jerapah dan menggendongnya erat.
Mereka berjalan bersama memasuki ruang serba guna yang ada di panti
asuhan itu.
Mata besar Jaejoong berkedip gemas ketika anak-anak yang ada di sana
berteriak kepadanya dan segera menyerbu boneka-boneka tersebut.
Ah, ini satu dari seluruh hobinya.
Berbagi kebahagiaan dengan anak-anak tanpa orang tua di panti.
Dulu sekali, ia adalah salah satu dari mereka.
Sampai ketika ia berusia delapan belas tahun, seorang putra jutawan
datang dan melamarnya.
“JaeHon?”
Jaejoong menoleh.
Ketika menyadari Changmin sudah duduk di sampingnya dan menunjuk bandul
gelang yang ada di pergelangan tangannya.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia meraih Changmin ke dalam pelukannya dan mengusap lembut bahu kecil
namja berwajah kekanakan itu.
“Ne, Jaeho dan Junhon. Putra
Jumma”
“Hmm? Dua?”
“Kembar, sayang”
“Omo!”
Jaejoong kembali tertawa kecil.
Aigoo, Changmin sungguh menggemaskan. Pikirnya.
Namja cantik itu mengecup lembut puncak kepala Changmin dan menghela
nafas pendek.
Mengingat bagaimana bisa namja berwajah kekanakan ini berada di sini.
Dua belas tahun yang lalu, saat ia dan suaminya –Jung Yunho- berencana
untuk memberikan cemilan sore kepada anak-anak panti, seorang Suster
memberitahu mereka bahwa ada seorang bayi laki-laki yang menangis di balik
pintu pagar.
Jaejoong segera jatuh cinta pada bocah bermata bulat tersebut.
Namun ia tidak boleh egois saat itu.
Hingga ia hanya bisa bertemu dengan Changmin di panti setiap akhir pekan
dan menemaninya bermain.
Changmin bukanlah anak yang mudah bersosialisasi.
Ia tidak punya teman.
Ne, Changmin tidak butuh teman.
Karena kehadiran sosok Jaejoong di sampingnya saja sudah lebih dari
cukup.
“Changmin ah”
“Ne? Waeyo?”
Jaejoong tersenyum manis.
Sangat manis.
Akhirnya, setelah sekian kali ia memohon pada kekasihnya, permintaannya
yang satu ini terkabulkan juga.
“Changmin sayang Jumma?”
“Ne! Sayang Minnie sebesar ini!”
Jaejoong tertawa ketika Changmin mendadak berdiri dan merentangkan kedua
lengan mungilnya lebar.
Ia segera mengacak rambut hitam Changmin.
“Kalau begitu, Changmin mau
tinggal bersama Jumma hn?” Tanya Jaejoong penuh harap.
Eh?
Changmin melebarkan kedua mata bulatnya lucu.
Mengerjapkannya beberapa kali.
“Jadi anak Jumma, otte? Joa?”
Tanya Jaejoong lagi.
Mulut Changmin sempat terbuka selama beberapa detik.
Kemudian ia mengangguk penuh antusias dan berteriak riang.
“Mau! Minnie mau jadi anak
Jumma! Mau mau mau!”
“Ne, tapi Minnie tidak sendiri,
Minnie akan punya adik nanti”
“Jaeho Junhon anitji? Minnie
pasti bisa jadi Hyung yang baik!”
Jaejoong tersenyum manis.
Sangat manis. Kedua mata bulatnya berkilat senang.
“Yakssok?” Ujarnya menjulurkan
jari kelingkingnya.
Changmin segera mengaitkannya dengan jari kelingking kecil miliknya.
Memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapi.
“Ne! Yakssokhe!” Ucapnya yakin.
-------
Kedua namja cilik berwajah sama itu mengerjapkan kedua mata mereka,
menatap sesosok namja bertubuh tinggi yang berdiri di samping sang Umma –Kim
Jaejoong-.
Sementara namja cantik itu tersenyum manis dan berucap ringan pada kedua
putra kembarnya yang masih duduk di sekolah dasar itu.
“Namanya Changmin, mulai hari
ini ia adalah Jung Changmin. Dan ia akan menjadi anggota keluarga kita. Panggil
ia Hyung, ne?”
Jaeho dan Junhon mengernyitkan dahi tidak senang.
Mereka mendongak, menatap Jaejoong seolah bertanya mengapa namja cantik
itu ingin menambah anggota keluarga lagi.
Tapi Jaejoong hanya membalas pandangan kedua putranya dengan senyuman
manis.
Ia menepuk pelan bahu Changmin dan mengajak namja berwajah kekanakan itu
berjalan di sampingnya.
“Jja, ini kamar Minnie, otteyo?”
Tanya Jaejoong setelah membuka pintu kamar berwarna cokelat gelap itu.
Mata bulat Changmin berkilat senang.
Ia segera melangkah memasuki ruangan tersebut dan berdecak kagum.
“Joa!” Pekiknya riang.
Jaejoong mendesah lega.
Ia terkekeh geli ketika Changmin melompat ke atas ranjang berbentuk
mobil miliknya dan berguling nyaman di sana.
“Minnie mandi dulu, setelah itu
turun ke bawah untuk makan malam, arasseo?”
“Arasseo Umma!”
Jaejoong berjalan keluar kamar.
Kedua mata bulatnya mengerjap ringan mendapati putra kembarnya yang
berjalan dari arah yang berlawanan.
“Jaejae, Honchan, segera mandi
dan makan malam okay?” Ujar Jaejoong
tersenyum.
“Ne Umma” Sahut Jaeho balas
tersenyum.
Namja almond itu menarik
jemari mungil Junhon seakan meminta namja cherry
itu untuk mempercepat langkahnya.
Ekor mata musangnya melirik Jaejoong yang sudah menghilang dari tangga.
Jaeho membuka pintu kamar Changmin.
Ia bersandar di sana.
“Siapa kau?”
Changmin yang hendak membuka pakaiannya tersentak kaget.
Bocah berwajah kekanakan itu segera menoleh dan menatap Jaeho yang balas
memandang tajam padanya.
“Bukankah Umma sudah bilang?
Namaku Chang---”
“Ummamu?”
DEG.
Changmin terdiam.
Mata bulatnya bergerak pelan memperhatikan Jaeho yang mengerut kesal.
“Kau hanya orang luar!
Pendatang! Aku tidak akan mau memanggilmu Hyung, arasseo? Jangan besar kepala
hanya karena Umma menyayangimu!” Ujar Jaeho melengking.
Changmin tidak menyahut.
Ia masih diam.
Matanya kini mengarah pada Junhon yang tidak bersuara sejak tadi.
Bocah cherry itu hanya
menundukkan wajahnya, dengan jemari yang bertaut erat pada kembarannya.
Jung Jaeho mendecih dan segera menyeret Junhon melanjutkan langkah
mereka menuju ujung koridor dan masuk ke dalam kamar keduanya.
-------
“Kau sudah mengurus sekolah
Minnie kan, Yunnie?”
Jung Yunho menoleh ke belakang.
Memandang kekasihnya yang sedang membalurkan lotion pada lengannya seraya duduk di atas ranjang.
Namja tampan itu tersenyum dan mengangguk pasti.
Membuat Jaejoong segera membalas senyumannya.
“Ah~ Aku merindukan Yun Yun dan
Juju” Gumam Jaejoong setelah selesai dengan aktifitasnya.
Ia merebahkan punggungnya ke atas ranjang.
Mendesah pelan merasakan punggungnya termanja.
Yunho tertawa.
Ia mengancingi piyamanya dan segera menindih Jaejoong dengan lembut.
“Besok mereka akan pulang,
sayang, bersabarlah” Ujarnya.
Jaejoong mendengus.
“Uri Umma keterlaluan, memaksa
mereka menginap di sana sampai hampir seminggu penuh”
“Yah, karena sekolah mereka
sedang libur. Untung saja Jaeho dan Junhon tidak libur juga”
“Kau benar, aku akan sangat
marah pada Umma kalau sampai keempat anakku di monopoli olehnya”
“Kenapa harus marah? Bukankah
itu bagus? Kita bisa leluasa memberikan adik untuk si kembar, hm?”
“Yah! Mesum! Sudah ada
Changminnie sekarang!”
Yunho kembali tertawa.
Istrinya benar-benar menggemaskan.
Namja tampan itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Jaejoong.
Menyatukan bibirnya dengan bibir ranum milik namja cantik itu.
Mengecup-kecupnya lembut, sesekali menggigit dan menariknya pelan.
Membuat Jaejoong tersenyum dalam pejaman matanya.
Kedua lengannya mengulur, memeluk punggung lebar kekasihnya dan mendesah
manis.
Menggerakkan bibir cherry-nya
untuk meraup bibir Yunho dan menghisapnya seakan-akan bibir tersebut adalah
permen kesukaannya.
“Aku sudah jatuh cinta pada
Minnie sejak ia masih bayi, kau tahu? Sayang sekali saat itu Ju Hee baru saja
lahir, dan Yun Yun masih sangat kecil” Keluh Jaejoong setelah ciuman mereka
usai.
Yunho hanya bergumam.
Lidahnya terjulur keluar dan menjilat bibir bawah kekasihnya.
Memutuskan benang saliva yang sebelumnya tersambung di antara bibir
mereka.
Kemudian ia menggerakkan mata musangnya menatap mata bulat yang sangat
dicintainya itu.
“Tapi sekarang kita sudah memilikinya
anitji? Kau hanya perlu berdoa agar keempat anak kita bisa akur dengan Minnie”
“Uhm. Aku hanya takut Juju
menolak secara terang-terangan, bear.
Kau tahu seperti apa sikapnya pada Yunjaeyun”
“Well, kita lihat saja nanti”
Jaejoong menghela nafas.
Ia hendak beranjak dari baringnya, namun Yunho sudah lebih dulu mencekal
kedua pergelangan tangannya dengan erat.
Namja cantik itu baru saja akan membuka mulutnya untuk protes, namun
suara desahannya bersuara terlebih dahulu ketika tangan kanan Yunho menyusup ke
dalam celana piyamanya dan mengusap sesuatu yang ada di sana.
“You’re such a bad guy” Bisik Jaejoong merintih.
Yunho terkekeh.
-------
“Anyeong haseyo, Jung Changmin
imnida”
Kelas VII Superior itu
bersuara riuh ketika siswa baru yang ada di depan kelas memperkenalkan dirinya.
Beberapa siswi tampak merona malu ketika Changmin membungkukkan tubuhnya
kepada mereka semua.
Mata bulat Changmin menelisir keadaan kelas tersebut.
Kemudian ia menaikkan alisnya.
Ketika pandangannya berhenti tepat pada seorang yeoja gothic yang tampak tidak peduli dengan
keributan kecil yang sedang terjadi di kelas.
Alis Changmin mengernyit ketika menyadari ada yang berbeda dengan
seragam yeoja gothic itu.
Seragam sekolahnya yang bermotif
kotak-kotak berwarna merah hitam itu dipadu dengan berbagai aksesoris aneh.
Bagian dada kanan rompi
kotak-kotaknya tersemat pin berbentuk bunga mawar berwarna hitam dari bahan
kasa.
Terlihat dua tiga bulu halus
yang mencuat dari sisi belakang pin tersebut.
Dan rantai kecil dengan hiasan tengkorak pada tali penyambung kancing
rompi itu.
“Kau bisa duduk di samping Jung
Ju Hee”
Changmin tersentak kaget ketika Minho Sam menunjuk kursi kosong yang ada
di samping yeoja gothic itu.
Ia melangkahkan kakinya ragu dan berdehem pelan sebelum duduk di kursi
itu.
Membuat Ju Hee mengangkat wajahnya dan menoleh ke samping.
Namja berwajah kekanakan itu terkejut.
Astaga.
Gadis ini benar-benar cantik.
Rambut almond-nya yang lurus
sepinggang itu diikat setengah ke belakang.
Kedua matanya bulat dan bibirnya tipis berbentuk love bite.
Eh?
Sepertinya gadis ini mirip seseorang.
Tapi siapa ya?
“Jung Ju Hee” Ucap yeoja gothic itu tiba-tiba.
“Jung Changmin” Balas Changmin
menganggukkan wajahnya.
Yeoja gothic itu tersenyum
kecil.
Ia memiringkan wajahnya.
“Lucu sekali, margamu sama
denganku”
“Kupikir kita bisa akrab karena
hal itu”
“Menarik”
Changmin tersenyum.
Mata bulatnya melirik buku tulis yang terbuka di atas meja Ju Hee.
Eoh?
Partitur lagu?
Jadi ini yang dikerjakannya sejak tadi hingga ia mengacuhkan keributan
di kelas?
Changmin menggelengkan kepalanya.
.
.
.
Bel pulang sekolah sudah berhenti berdentang sejak setengah jam yang
lalu.
Tapi Changmin belum ingin pulang ke rumah barunya.
Ia masih sangat sangat betah berada di ruang musik ini.
Jaejoong pernah mengajarinya bermain piano dulu.
Tapi entah kenapa ia lebih suka bermain gitar seperti yang diajarkan
Yunho padanya.
Suara petikan lembut dari gitar yang ada di pangkuan Changmin terdengar
merdu.
Namja berwajah kekanakan itu memejamkan matanya dan membiarkan jemarinya
bergerak sesuai dengan keinginannya.
Melodi klasik yang mendadak berubah menjadi musik jazz itu benar-benar indah.
Hingga membuat sesosok gadis yang tanpa sengaja melewati ruangan
tersebut sontak menghentikan langkah kakinya.
Yeoja gothic itu mengintip
melalui jendela kecil berwarna hitam yang ada di pintu ruang musik.
Aish.
Jendela itu terlalu tinggi.
Ia hanya bisa mendapatkan sedikit pemandangan dengan kedua kakinya yang
berjinjit susah payah.
Eoh?
Mata bulat Ju Hee mengerjap sempurna.
Ia kenal bocah yang sedang bermain gitar di dalam sana.
Suara musik mendadak berhenti.
Changmin refleks menoleh ke arah pintu dan menaikkan alisnya ketika
mendapati sepasang mata bulat yang indah itu mengintip dari balik jendela
pintu.
Ju Hee meringis saat Changmin memergokinya.
Yeoja gothic itu segera
berlari meninggalkan koridor.
Mengacuhkan Changmin yang tertawa kecil di dalam sana.
Eh-eh.
Sepertinya ia tahu siapa pengintip tadi.
-------
“Minniee~! Turun sekarang! Makan
malam sudah siap!”
“Ne Ummaaa!”
Changmin membuka pintu kamarnya dan segera belari keluar kamar.
Menuruni tangga dan tersenyum pada Yunho dan Jaejoong yang sudah duduk
di meja makan.
Melirik Jaeho dan Junhon yang juga sudah ada di sana.
“Tumben sekali Minnie telat
untuk makan malam” Ujar Yunho tersenyum geli.
Changmin meringis.
“Minnie ketiduran, Appa. Pulang
sekolah Minnie langsung masuk ke kamar, capek” Sahutnya.
Namja berwajah kekanakan itu baru saja akan menyendok nasinya, namun
tangan Jaejoong sudah lebih dulu menahan lengannya.
“Saudaramu yang lain baru saja
kembali dari rumah Halmoni, tunggu mereka turun ne?”
Eoh?
Mata bulat Changmin mengerjap kaget.
Saudara?
Ada lagi?
TAP TAP TAP.
Suara langkah kaki terdengar mendekat.
Namja berwajah kekanakan itu terkejut ketika menyadari bahwa yeoja
berpenampilan gothic yang berjalan
memasuki ruangan itu adalah yeoja yang terpesona pada permainan gitarnya siang
tadi.
Sementara Jung Ju Hee tersenyum sumringah.
“Jadi kau yang diangkat menjadi
Oppaku eoh? Kau yang bermain gitar siang tadi anitji?” Ujarnya riang.
Changmin benar-benar terkejut.
Ia sama sekali tidak menyangka bahwa teman sebangkunya di kelas adalah
saudaranya sendiri.
Aigoo.
“Kalian sudah saling kenal?”
Ujar Jaejoong tersenyum manis.
Ju Hee mengangguk.
Ia segera duduk di kursinya.
Changmin menoleh ketika seorang namja yang sangat mirip dengan wajah
Yunho memasuki ruang makan dan duduk di kursi miliknya.
Dahinya mengernyit.
“Yun Yun, ini Changmin, sayang.
Yang Umma ceritakan kepada kalian” Seru Jaejoong bersemangat.
Changmin mengangguk pelan.
“Changmin” Ucapnya.
Tapi namja cool itu tidak
berniat untuk menyahut perkenalan Changmin.
Ia hanya menatap tajam namja berwajah kekanakan itu dengan kedua mata
musangnya.
“Yun Yun” Tegur Yunho.
Ck.
“Yunjaeyun” Dengus namja cool itu menghentakkan sendok dan
garpunya.
Changmin segera menundukkan wajahnya.
Ia menyendok nasinya ketika Yunho selesai memimpin doa.
Yunjaeyun dan bocah kembar itu jelas sekali membencinya.
Changmin tahu itu.
Namja berwajah kekanakan itu tampak sibuk dengan pikirannya sendiri,
mengacuhkan celotehan sang Umma yang ingin meramaikan meja makan saat ini.
Jaeho benar.
Ia hanya orang asing, pikirnya.
Mereka semua tampak cocok menyatu di rumah ini.
Sedangkan ia?
Ia bukan siapa-siapa.
Changmin menggenggam erat sendoknya tanpa sadar.
Kedua mata bulatnya terasa panas.
Ia hampir saja kehilangan kendali kalau Ju Hee tidak memanggil namanya.
“Minnie Oppa!”
Mereka yang duduk mengelilingi meja makan itu terkejut.
Tak terkecuali Changmin sang objek, ikut menatap bingung ke arah Ju Hee.
“Aku punya band di sekolah, besok Oppa datang ya? Oppa bisa menggantikan
Yonghwa bermain gitar nanti” Ujar Ju Hee santai.
Changmin mengangguk.
“Oppa? Kau memanggilnya dengan
sebutan Oppa?” Yunjaeyun bersuara. Ia tampak marah.
“Ne, aku tahu usianya lebih tua
tiga bulan dariku, wajar kan aku memanggilnya seperti itu?” Balas Ju Hee acuh.
Memasukkan daging ke dalam mulutnya.
Yunjaeyun menggeram kesal.
Wajahnya mulai memerah karena emosi.
“Aku lebih tua dua tahun darimu!
Seharusnya aku yang kau panggil Oppa!”
Ju Hee mendengus.
Ia menatap remeh pada Oppanya.
“Kalau aku tidak mau, Jung
Yunjaeyun?”
Yunjaeyun meletakkan sumpitnya kasar.
Membuat piring antik itu berdenting karenanya.
Namja cool itu segera beranjak
dari kursinya dan meninggalkan ruang makan tanpa menoleh ke belakang.
Jaejoong mendesah pendek.
Ia menatap Ju Hee dengan kesal.
“Juju, kenapa kau bersikap
seperti itu padanya huh?”
“Aku lebih suka memanggilnya
dengan namanya, Umma, dia memang seperti anak kecil!”
Yunho menghela nafasnya.
“Kau juga masih kecil, Jung Ju
Hee” Ujarnya pelan.
Ju Hee berdecak acuh.
Menulikan telinganya dari ucapan sang Appa.
Namja cantik itu bangkit dari duduknya.
Ia akan menyusul putra sulungnya dan membujuknya untuk menghabiskan
makan malamnya.
Jaejoong menoleh sebelum ia menaiki tangga.
“Jung Junhon, habiskan
paprikamu” Ujarnya tegas.
Mata bulat Junhon mulai berkaca-kaca.
Ia mendongak kepada Appanya meminta pertolongan.
Tapi Yunho hanya balas tersenyum penuh sayang padanya.
“Paprika membantumu untuk tumbuh
tinggi, Honchan sayang”
Junhon meringis.
TEK TEK TEK.
Eh?
Namja cherry itu terkejut dan
menoleh ke samping ketika telinganya mendengar suara gesekan pelan pada
piringnya.
Ia membulatkan matanya menatap Changmin yang sedang memindahkan paprika
yang ada di atas piringnya diam-diam.
Junhon mendongak, Yunho sedang membalas pesan yang masuk ke dalam
ponselnya.
“Hyungie” Bisik Junhon hendak
menangis.
Changmin tersenyum kecil.
Ia menaruh telunjuknya di depan bibir, kemudian berbisik manis pada si
bungsu Jung itu.
“Sst, jangan bilang Umma,
arachi?”
Senyum Junhon merekah.
Pipi bulatnya membuat wajahnya terlihat sangat menggemaskan.
Aigoo.
Namja cherry itu segera
mengangguk patuh.
“Um!” Gumamnya semangat.
Membuat Ju Hee yang ada di seberang mereka hanya berdecak kecil
menyembunyikan senyumnya.
Sementara Jaeho masih tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi di
sampingnya.
Ia sibuk berkonsentrasi pada gelas jusnya yang berisi potongan buah
alpukat.
Favorite-nya
sepanjang masa.
Yum~
-------
Changmin terkejut ketika ia pulang dari sekolah siang ini dan mendapati
kamarnya berantakan seperti kapal pecah.
Seprainya tidak berbentuk lagi.
Seluruh pakaiannya yang ada dari dalam lemari berserakan di lantai.
Buku komik koleksinya juga tergeletak sembarang arah.
Dada Changmin berdenyut.
Ia menghela nafas pendek dan melangkah memasuki kamarnya.
Namja kecil itu berjongkok dan memunguti komiknya satu persatu.
Kepalanya berpikir.
Siapa yang melakukan hal ini padanya?
Ju Hee jelas tidak mungkin.
Yeoja itu bahkan masih sibuk di sekolah bersama band-nya.
“OMO!”
Changmin menoleh ke belakang ketika suara pekikan Junhon terdengar.
Namja cherry itu segera
berlari memasuki kamar Changmin dan berjongkok di sampingnya.
“Kenapa bisa seperti ini,
Hyung?” Tanya Junhon mengerutkan dahinya.
Changmin menghela nafas.
Junhon juga bukan pelakunya.
“Molla, Hyung masuk kamar sudah
seperti ini, mana Jaeho?”
“Jae Hyung sedang minum di
dapur, sini Hyung, Hon bantu”
Changmin tersenyum kecil.
Ia beruntung namja cherry ini
ramah padanya.
Mereka segera memungut barang-barang yang berserakan.
Namja berwajah kekanakan itu mengumpulkan tumpukan pakaiannya di atas
ranjang dan hendak membantu Junhon merapikan komiknya.
“Ada apa dengan kamarmu?”
Chamgmin dan Junhon terkejut.
Mereka refleks menoleh ke arah pintu dan mendapati Jaeho sedang berdiri
di sana.
“Jadi bukan Hyungie pelakunya?”
Tanya Junhon polos.
“Mwo? Hyung memang tidak
menyukainya, Hon ah, tapi Hyung tidak akan melakukan hal seperti ini untuk
memberitahunya” Balas Jaeho kesal.
Changmin menaikkan alisnya.
Jadi Jaeho juga bukan?
“Aku akan beritahu Umma” Ucap
Jaeho tegas.
“Andwae!” Pekik Changmin
lantang.
Eoh?
Namja almond itu berbalik.
Menatap bingung pada Changmin.
“Ini hanya masalah kecil, jangan
beritahu Umma, tinggal dibereskan saja kok”
Junhon mencebilkan bibirnya lucu.
Ia kembali berjongkok dan merapikan komik milik Changmin.
Sementara Jaeho tertegun di depan pintu.
Aish!
Ia berdecak kesal dan ikut berjongkok di samping kembarannya.
“Sebentar lagi Appa pulang,
sebaiknya kita bergegas” Ucapnya ikut membantu.
Changmin tertegun dengan perubahan sikap Jaeho saat ini.
Tapi kemudian seulas senyum terukir di bibir tipisnya.
Jaeho benar, mereka harus bergegas.
Atau Yunho akan memergoki mereka dan menghukum pelaku dari kekacauan
ini.
-------
“Minnie, bisa tolong panggilkan
Honchan?”
“Ne Appa”
Changmin beranjak dari duduknya di sofa.
Ia melangkah menaiki tangga dan menelusuri koridor lantai dua seraya
memperhatikan pintu kamar yang berjejer di sana.
Ck, curang sekali Jung Ju Hee, hanya pintu kamarnya yang berwarna.
Mata bulat Changmin melirik pintu kamar yang ia tahu milik putra sulung
keluarga Jung ini.
Ia sudah tahu kalau pelaku dari kekacauan di kamarnya beberapa waktu
yang lalu adalah ulah Yunjaeyun.
Tapi namja cool itu bertingkah
seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.
Dan itu menyebalkan.
Namja berwajah kekanakan itu hendak mengetuk pintu kamar adiknya.
Namun sebelum kepalan tangannya mengenai pintu kayu tersebut, ia
tersenyum iseng.
Jaeho sudah mulai jinak kepadanya entah kenapa.
Dan sepertinya memberi kejutan kepada kedua bocah kembar itu tidak
masalah ania?
Changmin membuka pelan pintu kamar si kembar itu, ia mengintip dari
celah pintu dan terkejut membatu.
Gosh.
Apa itu?
Apakah ia melihat kedua adiknya sedang melakukan hal yang hanya orang dewasa
lakukan di sana?
Mata bulat Changmin tidak berkedip.
Ia menelan salivanya gugup.
Jaeho jelas sedang memakan bibir Junhon di sana!
Jantung Changmin berdebar sangat kencang.
Ia segera menutup kembali pintu kamar tersebut dan bernafas dengan mulutnya.
Ya Tuhan, gumamnya.
TOK TOK TOK!
“Honchan! Dipanggil Appa!”
Teriak Changmin bergetar.
Namja berwajah kekanakan itu menggigit bibir bawahnya pelan.
Entah kenapa ia merasa canggung ketika pintu itu terbuka dan Jaeho
berdiri di hadapannya.
“Hyung ikut?” Tanya Junhon
menatap kembarannya.
“Ani, Hyung masih ada tugas”
Sahut Jaeho mengacak rambut cokelat Junhon.
Namja cherry itu tersenyum
manis.
Ia segera menggandeng lengan Changmin dan menariknya pergi.
Jantung Changmin semakin berdebar kencang.
Ia menoleh ke belakang, pintu itu sudah tertutup.
Kemudian ia melirik wajah imut Junhon.
Aigoo.
“Hon turun sendiri ne? Hyung
sakit perut” Ujar Changmin menghentikan langkahnya.
Eh?
Junhon mempoutkan bibirnya lucu.
Namun ia mengangguk patuh.
Namja cherry itu segera
berlari menuruni tangga.
Sementara Changmin sudah memasuki kamarnya.
Namja berwajah kekanakan itu terduduk lemas di atas ranjangnya.
Wajahnya menunduk sendu.
Kenapa seperti ini?
Ada yang salah dengan keluarga ini, pikirnya.
Melihat apa yang dilakukan kedua adiknya tadi membuatnya takut.
Umma dan Appa pasti tidak tahu tentang hal itu anitji?
Air mata Changmin menetes tanpa sadar.
Ia terkejut.
Selama ini ia tidak pernah menangis kecuali saat suster pengasuhnya
jatuh sakit.
“Wae?” Gumam Changmin pada
dirinya sendiri.
Kenapa ia menangis?
Apa yang membuatnya merasa sedih?
Namja berwajah kekanakan itu termenung.
Beberapa kali punggung tangan kecilnya mengusap kasar air mata yang
menetes itu.
Kemudian Changmin sadar.
Dari awal ia menginjakkan kakinya di rumah ini ia sudah merasa sedih.
Jaeho dan Junhon membencinya saat itu.
Terutama Yunjaeyun yang terang-terangan menyatakan perang kepadanya.
Ditambah lagi ia sama sekali tidak tahu kalau ternyata Jaejoong memiliki
empat orang anak.
Sungguh.
Kenapa Jaejoong harus mengadopsinya?
Kenapa Jaejoong membawanya ke rumah ini?
Apa alasannya?
Changmin mengerutkan dahinya bingung.
Tangisnya pecah dalam diam.
Ia benar-benar kesal akan dirinya yang tidak mendapatkan jawaban atas
pertanyaannya sendiri.
CKLEK.
DEG!
Changmin terkejut ketika pintu kamarnya terbuka.
Ia segera membalikkan tubuhnya membelakangi pintu kamar dan mengusap air
matanya dengan lengan bajunya yang panjang.
“Minnie, mau bantu Umma membuat
kue?”
Itu Jaejoong.
Changmin menarik nafas panjang.
Ia mendesah pendek dan mengangguk.
Kemudian ia berbalik dan tersenyum kepada Ummanya.
Namja berwajah kekanakan itu berjalan mendahului Jaejoong.
Jung Jaejoong menatap sendu punggung kecil putra angkatnya.
Ia tahu Changmin menangis.
-------
Changmin menaikkan alisnya melihat Yunjaeyun yang berdiri di samping
kursinya biasa duduk ketika saat makan tiba.
Namja berwajah kekanakan itu segera bersembunyi di balik pilar dapur dan
mengintip apa yang dilakukan Yunjaeyun di sana.
Huh.
Saus tomat eh? Tipuan klasik. Pikir Changmin.
Putra sulung keluarga Jung itu bersiul pelan.
Setelah melakukan apa yang ia rencanakan, ia segera bergabung bersama
Jaeho dan Junhon menonton televisi di ruang keluarga.
Seringai Changmin tertarik di sudut bibir tipisnya.
Kau mengerjai orang yang salah, Jung Yunjaeyun. Gumam Changmin dalam
hatinya.
“Minnie Oppa, kkaja, Appa beli
gitar baru untuk Oppa!”
Changmin menoleh, mengangguk dan tersenyum kepada adik kesayangannya.
Ju Hee segera menggandeng tangan Changmin dan mengajaknya menemui Yunho
di ruang tengah.
Jaejoong yang sedang memasak untuk makan malam hanya bisa tersenyum
kecil.
Selama ini Ju Hee tidak pernah bersosialisasi dengan baik kecuali pada
Appanya.
Ia beruntung yeoja gothic itu
bisa merasa nyaman dengan Changmin dan rukun dengannya.
.
.
.
“Saatnya makan!” Teriak Jaejoong
semangat.
Jaeho dan Junhon segera melompat dari sofa dan berlarian menghampiri
meja makan.
Sementara Changmin berjalan mendahului Ju Hee yang sedang terlibat
perbincangan seru bersama Yunho di belakangnya.
Jaejoong sudah duduk di kursinya, ia menaruh nasi di atas piring Yunho.
Yunjaeyun mengerjapkan matanya tidak sabar.
Ia berjalan santai di belakang adik kembarnya dan tersenyum kecil
membayangkan bagaimana reaksi adik angkatnya itu saat ia duduk di sana nanti.
Aigoo.
“Jja Yun Yun, ppali” Seru
Jaejoong.
Namja cool itu mengangguk.
Ia menarik kursinya dan segera duduk di sana.
Segera ia tersentak kaget.
Jemarinya mengepal erat.
Jung Yunjaeyun mengerling tajam kepada Changmin.
Bibir tipisnya mendesis kesal merasakan celananya basah karena saus
tomat yang berceceran di atas kursinya.
Tapi Changmin tidak peduli. Ia malah membalas tatapan penuh dendam itu
dengan senyuman meremehkan.
Huh, berani sekali Yunjaeyun berniat untuk mengerjainya.
Ia tidak tahu telah berhadapan dengan siapa. Pikir Changmin dalam
hatinya.
“Yun Yun gwenchana?” Ju Hee
menaikkan alisnya.
Namja sulung itu terkesiap.
Ia mengangguk kaku dengan gigi yang bergemelutuk kesal.
Changmin ingin tertawa sekarang.
.
.
.
CKLEK.
Namja berwajah kekanakan itu menoleh ketika pintu kamarnya terbuka.
Ia menatap datar Yunjaeyun yang kini bersandar di sana.
“Hei Hyung, menstruasimu sudah
selesai?” Ucap Changmin santai.
Ck.
Yunjaeyun mendengus.
Sementara Changmin kini terkekeh geli.
Namja cool itu berjalan masuk
ke dalam kamar Changmin.
Ia berdiri di samping kiri adik angkatnya yang sedang mengerjakan tugas
rumahnya.
Changmin mengaduh ketika Yunjaeyun memukul pelan kepalanya.
Ia menoleh kesal pada namja tersebut.
“Heh, tidak kusangka kau sungguh
cerdik” Ujar Yunjaeyun.
Changmin kembali mendengus.
“Aku kan jenius”
Namja berwajah kekanakan itu kembali mengaduh, Yunjaeyun memukul
kepalanya lagi.
Aish.
“Jaeho selalu tertipu dengan
trik kuno itu, dan ia tidak pernah belajar dari pengalamannya”
“Ia harus berguru denganku,
hahaha”
“Changmin ah”
“Ne Hyung”
“Aku tidak bohong, aku sangat
membencimu. Umma selalu bercerita tentangmu kepada kami. Aku sama sekali tidak
menyangka kalau Umma benar-benar membawamu masuk ke dalam rumah ini secepat
itu”
DEG.
Changmin terdiam.
Jemarinya meremas pulpen yang ada di genggamannya.
Yunjaeyun tersenyum kecil.
Ia mengusap sayang kepala Changmin.
“Aku minta maaf, Minnie ah. Aku
Hyung yang buruk”
Eoh?
Namja berwajah kekanakan itu sontak menolehkan wajahnya ke samping.
Sedikit mendongak menatap wajah serius Hyungnya tersebut.
Kemudian ia balas tersenyum dan mengangguk.
Yunjaeyun mengulurkan telapak tangannya, mengajak adik angkatnya itu
untuk ber-high five.
“Kau punya trik lain? Ju Hee
harus menjadi korban kali ini” Ujar Yunjaeyun kemudian.
Senyuman Changmin melebar.
“Kita akan menjadi partner yang keren, Hyung!”
-------
Changmin, Jaeho, Junhon, dan Yunjaeyun sedang menonton televisi bersama
saat ini di sofa.
Ju Hee sedang pergi belanja bersama Jaejoong dan Yunho.
Ini kali pertama mereka bertiga tinggal bersama di rumah.
Changmin masih mengunyah kue keringnya dengan penuh konsentrasi.
Namun kemudian pikirannya pecah ketika telinganya menangkap suara
kekehan Junhon di sampingnya.
Kenapa namja cherry itu malah
terkikik geli? Bukankah anime
Kuroshitsuji ini sedang sedih-sedihnya? Tokoh utama anime itu diambil alih tubuhnya. Aigoo.
Changmin menelan kue keringnya dan melirik si kembar dengan ekor mataya.
Kemudian ia terperanjat.
Jaeho sedang mengendus-endus leher Junhon.
Ia bisa melihat Junhon menikmati hal itu.
Namja cherry itu bahkan
membalas perlakuan Hyung kembarnya dengan mengecup-kecup dahinya.
“Kaget?”
DEG.
Changmin tersentak.
Ia menoleh ke arah kanan dan mendapati wajah meremehkan dari Hyungnya.
Yunjaeyun bersiul pelan.
“Mereka memang sangat dekat
sejak lahir. Saling menyayangi satu sama lain. Kau harus terbiasa dengan
tingkah mereka yang seperti itu, Minnie ah. Salahkan saja Umma dan Appa yang
tidak mengenal tempat untuk mengumbar kemesraan mereka”
“Uhm, apa Umma dan Appa tahu
tentang perbuatan mereka?”
“Kalau mereka tahu sudah lama
Jaeho dan Junhon dikarantina, hahaha”
“Aish, Hyung! Bagaimana bisa kau
setenang itu eoh? Kau tidak khawatir?”
“Selama mereka rukun-rukun saja
kenapa aku harus khawatir? Jaeho juga bisa menjaga Junhon kalau aku tidak ada,
jadi aku hanya tinggal menjaga Ju Hee saja”
“Uhm..Begitu..”
Mata musang Yunjaeyun bergerak pelan, mengintip wajah sendu Changmin
melalui sudut matanya.
Ia tersenyum kecil.
“Kau juga harus menjaga mereka
bertiga, Changminnie. Kau juga kakak mereka, arasseo?”
Mata bulat Changmin mengerjap.
Dadanya berdesir nyaman.
Kalimat itu, entah kenapa sungguh membuatnya terharu.
Namja berwajah kekanakan itu segera mengangguk dan tersenyum semanis
mungkin.
Kemudian ia kembali fokus pada televisi.
Yah, Yunjaeyun benar.
Selama mereka rukun, kenapa harus khawatir?
Mungkin cara mereka menyampaikan kasih sayang satu sama lain sungguh
tidak pantas untuk dilakukan anak seumuran mereka.
Yah, tapi salah siapa juga?
Umma dan Appanya terkadang keterlaluan juga.
“Kalian sungguh berisik! Kalau
tidak bisa diam pindah ke kamar sana!” Ujar Changmin berseru.
Jaeho mengangkat wajahnya.
Ia berdecak malas.
“Arasseo arasseo, ck”
Junhon tertawa gemas.
Ia bersandar dengan benar pada sandaran sofa dan kembali melahap kue
keringnya.
Changmin yang melihat itu ikut tersenyum.
Ah, ia menyayangi mereka berdua.
.
.
.
“Appa, telur-telur ini harus
disusun? Bukankah lebih praktis kalau digantung saja plastiknya?”
“Hm, kalau Juju mau pelihara
anak ayam kenapa tidak?”
“Appa!”
Changmin meninggalkan dapur setelah ia menyelesaikan tugasnya menyusun
selai roti di rak botol kaca.
Namja berwajah kekanakan itu menemukan Jaejoong yang sedang duduk
sendirian di sofa ruang keluarga.
Ia segera menghampiri namja cantik itu.
“Umma”
“Oh hei, baby boy”
Changmin tersenyum mendengar panggilan itu.
Ia segera duduk di samping Jaejoong.
Menyandarkan tubuhnya sepenuhnya ke dalam pelukan hangat namja cantik
itu.
Jaejoong bersenandung, jemarinya mengusap penuh kasih sayang rambut
hitam Changmin.
“Boleh Minnie bertanya?”
“Tanya apa?”
“Kenapa Umma mengadopsi Minnie
sementara Umma sudah punya Jaeho, Junhon, Ju Hee dan Yunjaeyun? Minnie pikir
anak Umma hanya Jaeho dan Junhon waktu itu, Minnie tidak menyangka kalau
ternyata Umma dan Appa punya banyak anak. Kenapa?”
Namja cantik itu hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaan putra
angkatnya.
Ia menarik lembut dagu Changmin agar namja berwajah kekanakan itu dapat
menatap langsung mata bulatnya.
“Sebenarnya sejak Minnie masih
bayi Umma dan Appa ingin mengadopsi Minnie” Bisik Jaejoong lembut.
Mwo?
Changmin terkejut.
“Ne, hanya saja, Umma tidak
boleh egois waktu itu. Jadi Umma memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat
agar bisa mengadopsimu tanpa memikirkan hal-hal rumit”
“Urmm..”
“Minnie tahu tidak?”
“Tahu apa?”
Jaejoong masih tersenyum.
Ia mengulurkan jemarinya mengusapi wajah tampan Changmin.
“Pertama kali Umma bertemu
dengan Minnie, saat itu juga Umma jatuh cinta dengan mata yang indah ini. Kau
putraku, pikir Umma waktu itu”
Namja berwajah kekanakan itu terdiam.
Hanya kedua matanya yang masih memandang Jaejoong.
“Terlepas dari Umma dan Appa
sudah memiliki Jaeho, Junhon, Ju Hee dan Yunjaeyun, tidak ada yang membedakan
Minnie dengan mereka berempat. Minnie juga putra Umma, kekasih hati Umma,
arasseo?”
Dada Changmin berdesir hangat.
Kedua mata bulatnya kini berkaca-kaca.
Ia mengulurkan jemari mungilnya mengusap pipi Jaejoong yang telah basah.
Kemudian ia segera memeluk namja cantik itu dengan erat.
“Minnie minta maaf sudah
meragukan Umma dan Appa” Bisik Changmin sedih.
Jaejoong mengusap lembut punggung Changmin.
Ia mengecup pelan dahi namja berwajah kekanakan itu.
“Gwenchana Minnie”
“Minnie sayang Umma”
“Umma lebih sayang Minnie”
Changmin melonggarkan pelukannya.
Ia tersenyum lebar kepada Jaejoong dan mengusap wajahnya.
Menghapus jejak air matanya yang basah.
“BooJaeee! Rotinya gosong!
Kenapa ini?!”
Eoh?
Jaejoong dan Changmin tertawa geli mendengar suara panik Yunho dari arah
dapur.
Namja cantik itu segera beranjak dari duduknya dan merapikan
penampilannya.
Kemudian ia mengulurkan tangannya kepada Changmin.
“Kka, kita lihat kekacauan apa
lagi yang dibuat Appamu di kawasan Umma”
Changmin tertawa.
END.
Terhura thor T^T daebak!
BalasHapusIni FF Fluffy & cute banget... Sweet banget juga... Daebbak...
BalasHapusAku terharu wuahhhh ffnya bagus ��
BalasHapuskerenlah keluarga rukun begini
BalasHapusAnnyeong Shella..
BalasHapusbaru nemu blog-mu nih
Ikutan NgeYunJAe di blog-mu nee :)
...
trnyata si YunJaeYun bs klop ama Min krn sealiran (?)
astaga.. partner in crime
suka bgt ama YunJae yg bergenre fam ky gini
apa lagi ini klrg ramai skali dan 'sesuatu bgt' lirik si kembar.
...
Hwaiting~
...
ZheyraSky a.k.a Enno KimLee
ps : ga bs log-in pk wp shell
ndeee^^ gomawoooo <3
HapusHweeee.. keluarga mereka bahagia nee.. :')
BalasHapusTerharu akuuu.. :')
Hweeee.. keluarga mereka bahagia nee.. :')
BalasHapusTerharu akuuu.. :')