This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 21 Agustus 2014

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/NEW COMER

Tittle: NEW COMER

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship-mpreg-incest

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO, JUNG JUNHON, JUNG JU HEE, DAN JUNG YUNJAEYUN MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


You should be on the backseat, new comer!
Uh-uh.
Shall him?
.
.
.

Jung Jaejoong mengeluh ketika lengannya tidak kuat lagi untuk membawa beberapa boneka berukuran besar yang menutupi sebagian pandangannya itu.
Ia menggigit bibir bawahnya erat berusaha agar tidak menjatuhkan salah satu dari mereka.
Oh-oh!
Jaejoong melebarkan mata besarnya panik ketika kakinya tersandung batu.

Namun sepasang tangan mungil berhasil menahannya dengan menarik bagian punggung kaus berlengan panjang miliknya itu.
Jaejoong mendesah lega.
Ia menoleh dengan susah payah dan tersenyum semanis mungkin.

  “Gomawo ne, Changminnie”


Namja berwajah kekanakan itu mengangguk.
Ia tersenyum kecil ketika pikirannya mengatakan bahwa pria penyayang yang ada di sampingnya ini terlihat begitu menggemaskan dengan boneka-boneka tersebut.

  “Jja, Minnie bawa dua” Ujar Changmin menadahkan tangannya.

Jaejoong terkekeh.
Ia mengangguk dan menundukkan tubuhnya.
Membiarkan Changmin –bocah berumur dua belas tahun itu- mengambil dua boneka jerapah dan menggendongnya erat.
Mereka berjalan bersama memasuki ruang serba guna yang ada di panti asuhan itu.

Mata besar Jaejoong berkedip gemas ketika anak-anak yang ada di sana berteriak kepadanya dan segera menyerbu boneka-boneka tersebut.
Ah, ini satu dari seluruh hobinya.
Berbagi kebahagiaan dengan anak-anak tanpa orang tua di panti.
Dulu sekali, ia adalah salah satu dari mereka.

Sampai ketika ia berusia delapan belas tahun, seorang putra jutawan datang dan melamarnya.

  “JaeHon?”

Jaejoong menoleh.
Ketika menyadari Changmin sudah duduk di sampingnya dan menunjuk bandul gelang yang ada di pergelangan tangannya.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia meraih Changmin ke dalam pelukannya dan mengusap lembut bahu kecil namja berwajah kekanakan itu.

  “Ne, Jaeho dan Junhon. Putra Jumma”

  “Hmm? Dua?”

  “Kembar, sayang”

  “Omo!”

Jaejoong kembali tertawa kecil.
Aigoo, Changmin sungguh menggemaskan. Pikirnya.
Namja cantik itu mengecup lembut puncak kepala Changmin dan menghela nafas pendek.
Mengingat bagaimana bisa namja berwajah kekanakan ini berada di sini.
Dua belas tahun yang lalu, saat ia dan suaminya –Jung Yunho- berencana untuk memberikan cemilan sore kepada anak-anak panti, seorang Suster memberitahu mereka bahwa ada seorang bayi laki-laki yang menangis di balik pintu pagar.

Jaejoong segera jatuh cinta pada bocah bermata bulat tersebut.
Namun ia tidak boleh egois saat itu.
Hingga ia hanya bisa bertemu dengan Changmin di panti setiap akhir pekan dan menemaninya bermain.
Changmin bukanlah anak yang mudah bersosialisasi.
Ia tidak punya teman.

Ne, Changmin tidak butuh teman.
Karena kehadiran sosok Jaejoong di sampingnya saja sudah lebih dari cukup.

  “Changmin ah”

  “Ne? Waeyo?”

Jaejoong tersenyum manis.
Sangat manis.
Akhirnya, setelah sekian kali ia memohon pada kekasihnya, permintaannya yang satu ini terkabulkan juga.

  “Changmin sayang Jumma?”

  “Ne! Sayang Minnie sebesar ini!”

Jaejoong tertawa ketika Changmin mendadak berdiri dan merentangkan kedua lengan mungilnya lebar.
Ia segera mengacak rambut hitam Changmin.

  “Kalau begitu, Changmin mau tinggal bersama Jumma hn?” Tanya Jaejoong penuh harap.

Eh?
Changmin melebarkan kedua mata bulatnya lucu.
Mengerjapkannya beberapa kali.

  “Jadi anak Jumma, otte? Joa?” Tanya Jaejoong lagi.

Mulut Changmin sempat terbuka selama beberapa detik.
Kemudian ia mengangguk penuh antusias dan berteriak riang.

  “Mau! Minnie mau jadi anak Jumma! Mau mau mau!”

  “Ne, tapi Minnie tidak sendiri, Minnie akan punya adik nanti”

  “Jaeho Junhon anitji? Minnie pasti bisa jadi Hyung yang baik!”

Jaejoong tersenyum manis.
Sangat manis. Kedua mata bulatnya berkilat senang.

  “Yakssok?” Ujarnya menjulurkan jari kelingkingnya.

Changmin segera mengaitkannya dengan jari kelingking kecil miliknya.
Memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapi.

  “Ne! Yakssokhe!” Ucapnya yakin.


-------


Kedua namja cilik berwajah sama itu mengerjapkan kedua mata mereka, menatap sesosok namja bertubuh tinggi yang berdiri di samping sang Umma –Kim Jaejoong-.
Sementara namja cantik itu tersenyum manis dan berucap ringan pada kedua putra kembarnya yang masih duduk di sekolah dasar itu.

  “Namanya Changmin, mulai hari ini ia adalah Jung Changmin. Dan ia akan menjadi anggota keluarga kita. Panggil ia Hyung, ne?”

Jaeho dan Junhon mengernyitkan dahi tidak senang.
Mereka mendongak, menatap Jaejoong seolah bertanya mengapa namja cantik itu ingin menambah anggota keluarga lagi.
Tapi Jaejoong hanya membalas pandangan kedua putranya dengan senyuman manis.
Ia menepuk pelan bahu Changmin dan mengajak namja berwajah kekanakan itu berjalan di sampingnya.

  “Jja, ini kamar Minnie, otteyo?” Tanya Jaejoong setelah membuka pintu kamar berwarna cokelat gelap itu.

Mata bulat Changmin berkilat senang.
Ia segera melangkah memasuki ruangan tersebut dan berdecak kagum.

  “Joa!” Pekiknya riang.

Jaejoong mendesah lega.
Ia terkekeh geli ketika Changmin melompat ke atas ranjang berbentuk mobil miliknya dan berguling nyaman di sana.

  “Minnie mandi dulu, setelah itu turun ke bawah untuk makan malam, arasseo?”

  “Arasseo Umma!”

Jaejoong berjalan keluar kamar.
Kedua mata bulatnya mengerjap ringan mendapati putra kembarnya yang berjalan dari arah yang berlawanan.

  “Jaejae, Honchan, segera mandi dan makan malam okay?” Ujar Jaejoong tersenyum.

  “Ne Umma” Sahut Jaeho balas tersenyum.

Namja almond itu menarik jemari mungil Junhon seakan meminta namja cherry itu untuk mempercepat langkahnya.
Ekor mata musangnya melirik Jaejoong yang sudah menghilang dari tangga.
Jaeho membuka pintu kamar Changmin.
Ia bersandar di sana.

  “Siapa kau?”

Changmin yang hendak membuka pakaiannya tersentak kaget.
Bocah berwajah kekanakan itu segera menoleh dan menatap Jaeho yang balas memandang tajam padanya.

  “Bukankah Umma sudah bilang? Namaku Chang---”

  “Ummamu?”

DEG.

Changmin terdiam.
Mata bulatnya bergerak pelan memperhatikan Jaeho yang mengerut kesal.

  “Kau hanya orang luar! Pendatang! Aku tidak akan mau memanggilmu Hyung, arasseo? Jangan besar kepala hanya karena Umma menyayangimu!” Ujar Jaeho melengking.

Changmin tidak menyahut.
Ia masih diam.
Matanya kini mengarah pada Junhon yang tidak bersuara sejak tadi.
Bocah cherry itu hanya menundukkan wajahnya, dengan jemari yang bertaut erat pada kembarannya.

Jung Jaeho mendecih dan segera menyeret Junhon melanjutkan langkah mereka menuju ujung koridor dan masuk ke dalam kamar keduanya.


-------


  “Kau sudah mengurus sekolah Minnie kan, Yunnie?”

Jung Yunho menoleh ke belakang.
Memandang kekasihnya yang sedang membalurkan lotion pada lengannya seraya duduk di atas ranjang.
Namja tampan itu tersenyum dan mengangguk pasti.
Membuat Jaejoong segera membalas senyumannya.

  “Ah~ Aku merindukan Yun Yun dan Juju” Gumam Jaejoong setelah selesai dengan aktifitasnya.

Ia merebahkan punggungnya ke atas ranjang.
Mendesah pelan merasakan punggungnya termanja.
Yunho tertawa.
Ia mengancingi piyamanya dan segera menindih Jaejoong dengan lembut.

  “Besok mereka akan pulang, sayang, bersabarlah” Ujarnya.

Jaejoong mendengus.

  “Uri Umma keterlaluan, memaksa mereka menginap di sana sampai hampir seminggu penuh”

  “Yah, karena sekolah mereka sedang libur. Untung saja Jaeho dan Junhon tidak libur juga”

  “Kau benar, aku akan sangat marah pada Umma kalau sampai keempat anakku di monopoli olehnya”

  “Kenapa harus marah? Bukankah itu bagus? Kita bisa leluasa memberikan adik untuk si kembar, hm?”

  “Yah! Mesum! Sudah ada Changminnie sekarang!”

Yunho kembali tertawa.
Istrinya benar-benar menggemaskan.
Namja tampan itu mendekatkan wajahnya dengan wajah Jaejoong.
Menyatukan bibirnya dengan bibir ranum milik namja cantik itu.
Mengecup-kecupnya lembut, sesekali menggigit dan menariknya pelan.

Membuat Jaejoong tersenyum dalam pejaman matanya.
Kedua lengannya mengulur, memeluk punggung lebar kekasihnya dan mendesah manis.
Menggerakkan bibir cherry-nya untuk meraup bibir Yunho dan menghisapnya seakan-akan bibir tersebut adalah permen kesukaannya.

  “Aku sudah jatuh cinta pada Minnie sejak ia masih bayi, kau tahu? Sayang sekali saat itu Ju Hee baru saja lahir, dan Yun Yun masih sangat kecil” Keluh Jaejoong setelah ciuman mereka usai.

Yunho hanya bergumam.
Lidahnya terjulur keluar dan menjilat bibir bawah kekasihnya.
Memutuskan benang saliva yang sebelumnya tersambung di antara bibir mereka.
Kemudian ia menggerakkan mata musangnya menatap mata bulat yang sangat dicintainya itu.

  “Tapi sekarang kita sudah memilikinya anitji? Kau hanya perlu berdoa agar keempat anak kita bisa akur dengan Minnie”

  “Uhm. Aku hanya takut Juju menolak secara terang-terangan, bear. Kau tahu seperti apa sikapnya pada Yunjaeyun”

  “Well, kita lihat saja nanti”

Jaejoong menghela nafas.
Ia hendak beranjak dari baringnya, namun Yunho sudah lebih dulu mencekal kedua pergelangan tangannya dengan erat.
Namja cantik itu baru saja akan membuka mulutnya untuk protes, namun suara desahannya bersuara terlebih dahulu ketika tangan kanan Yunho menyusup ke dalam celana piyamanya dan mengusap sesuatu yang ada di sana.

  “You’re such a bad guy” Bisik Jaejoong merintih.

Yunho terkekeh.


-------


  “Anyeong haseyo, Jung Changmin imnida”

Kelas VII Superior itu bersuara riuh ketika siswa baru yang ada di depan kelas memperkenalkan dirinya.
Beberapa siswi tampak merona malu ketika Changmin membungkukkan tubuhnya kepada mereka semua.
Mata bulat Changmin menelisir keadaan kelas tersebut.

Kemudian ia menaikkan alisnya.
Ketika pandangannya berhenti tepat pada seorang yeoja gothic yang tampak tidak peduli dengan keributan kecil yang sedang terjadi di kelas.
Alis Changmin mengernyit ketika menyadari ada yang berbeda dengan seragam yeoja gothic itu.

Seragam sekolahnya yang bermotif kotak-kotak berwarna merah hitam itu dipadu dengan berbagai aksesoris aneh.
Bagian dada kanan rompi kotak-kotaknya tersemat pin berbentuk bunga mawar berwarna hitam dari bahan kasa.
Terlihat dua tiga bulu halus yang mencuat dari sisi belakang pin tersebut.
Dan rantai kecil dengan hiasan tengkorak pada tali penyambung kancing rompi itu.

  “Kau bisa duduk di samping Jung Ju Hee”

Changmin tersentak kaget ketika Minho Sam menunjuk kursi kosong yang ada di samping yeoja gothic itu.
Ia melangkahkan kakinya ragu dan berdehem pelan sebelum duduk di kursi itu.
Membuat Ju Hee mengangkat wajahnya dan menoleh ke samping.

Namja berwajah kekanakan itu terkejut.
Astaga.
Gadis ini benar-benar cantik.
Rambut almond-nya yang lurus sepinggang itu diikat setengah ke belakang.
Kedua matanya bulat dan bibirnya tipis berbentuk love bite.

Eh?

Sepertinya gadis ini mirip seseorang.
Tapi siapa ya?

  “Jung Ju Hee” Ucap yeoja gothic itu tiba-tiba.

  “Jung Changmin” Balas Changmin menganggukkan wajahnya.

Yeoja gothic itu tersenyum kecil.
Ia memiringkan wajahnya.

  “Lucu sekali, margamu sama denganku”

  “Kupikir kita bisa akrab karena hal itu”

  “Menarik”

Changmin tersenyum.
Mata bulatnya melirik buku tulis yang terbuka di atas meja Ju Hee.
Eoh?
Partitur lagu?
Jadi ini yang dikerjakannya sejak tadi hingga ia mengacuhkan keributan di kelas?
Changmin menggelengkan kepalanya.
.
.
.

Bel pulang sekolah sudah berhenti berdentang sejak setengah jam yang lalu.
Tapi Changmin belum ingin pulang ke rumah barunya.
Ia masih sangat sangat betah berada di ruang musik ini.
Jaejoong pernah mengajarinya bermain piano dulu.
Tapi entah kenapa ia lebih suka bermain gitar seperti yang diajarkan Yunho padanya.

Suara petikan lembut dari gitar yang ada di pangkuan Changmin terdengar merdu.
Namja berwajah kekanakan itu memejamkan matanya dan membiarkan jemarinya bergerak sesuai dengan keinginannya.
Melodi klasik yang mendadak berubah menjadi musik jazz itu benar-benar indah.
Hingga membuat sesosok gadis yang tanpa sengaja melewati ruangan tersebut sontak menghentikan langkah kakinya.

Yeoja gothic itu mengintip melalui jendela kecil berwarna hitam yang ada di pintu ruang musik.
Aish.
Jendela itu terlalu tinggi.
Ia hanya bisa mendapatkan sedikit pemandangan dengan kedua kakinya yang berjinjit susah payah.

Eoh?

Mata bulat Ju Hee mengerjap sempurna.
Ia kenal bocah yang sedang bermain gitar di dalam sana.

Suara musik mendadak berhenti.
Changmin refleks menoleh ke arah pintu dan menaikkan alisnya ketika mendapati sepasang mata bulat yang indah itu mengintip dari balik jendela pintu.
Ju Hee meringis saat Changmin memergokinya.
Yeoja gothic itu segera berlari meninggalkan koridor.

Mengacuhkan Changmin yang tertawa kecil di dalam sana.

Eh-eh.
Sepertinya ia tahu siapa pengintip tadi.


-------


  “Minniee~! Turun sekarang! Makan malam sudah siap!”

  “Ne Ummaaa!”

Changmin membuka pintu kamarnya dan segera belari keluar kamar.
Menuruni tangga dan tersenyum pada Yunho dan Jaejoong yang sudah duduk di meja makan.
Melirik Jaeho dan Junhon yang juga sudah ada di sana.

  “Tumben sekali Minnie telat untuk makan malam” Ujar Yunho tersenyum geli.

Changmin meringis.

  “Minnie ketiduran, Appa. Pulang sekolah Minnie langsung masuk ke kamar, capek” Sahutnya.

Namja berwajah kekanakan itu baru saja akan menyendok nasinya, namun tangan Jaejoong sudah lebih dulu menahan lengannya.

  “Saudaramu yang lain baru saja kembali dari rumah Halmoni, tunggu mereka turun ne?”

Eoh?
Mata bulat Changmin mengerjap kaget.
Saudara?
Ada lagi?

TAP TAP TAP.

Suara langkah kaki terdengar mendekat.
Namja berwajah kekanakan itu terkejut ketika menyadari bahwa yeoja berpenampilan gothic yang berjalan memasuki ruangan itu adalah yeoja yang terpesona pada permainan gitarnya siang tadi.
Sementara Jung Ju Hee tersenyum sumringah.

  “Jadi kau yang diangkat menjadi Oppaku eoh? Kau yang bermain gitar siang tadi anitji?” Ujarnya riang.

Changmin benar-benar terkejut.
Ia sama sekali tidak menyangka bahwa teman sebangkunya di kelas adalah saudaranya sendiri.
Aigoo.

  “Kalian sudah saling kenal?” Ujar Jaejoong tersenyum manis.

Ju Hee mengangguk.
Ia segera duduk di kursinya.
Changmin menoleh ketika seorang namja yang sangat mirip dengan wajah Yunho memasuki ruang makan dan duduk di kursi miliknya.
Dahinya mengernyit.

  “Yun Yun, ini Changmin, sayang. Yang Umma ceritakan kepada kalian” Seru Jaejoong bersemangat.

Changmin mengangguk pelan.

  “Changmin” Ucapnya.

Tapi namja cool itu tidak berniat untuk menyahut perkenalan Changmin.
Ia hanya menatap tajam namja berwajah kekanakan itu dengan kedua mata musangnya.

  “Yun Yun” Tegur Yunho.

Ck.

  “Yunjaeyun” Dengus namja cool itu menghentakkan sendok dan garpunya.

Changmin segera menundukkan wajahnya.
Ia menyendok nasinya ketika Yunho selesai memimpin doa.
Yunjaeyun dan bocah kembar itu jelas sekali membencinya.
Changmin tahu itu.
Namja berwajah kekanakan itu tampak sibuk dengan pikirannya sendiri, mengacuhkan celotehan sang Umma yang ingin meramaikan meja makan saat ini.

Jaeho benar.
Ia hanya orang asing, pikirnya.
Mereka semua tampak cocok menyatu di rumah ini.
Sedangkan ia?
Ia bukan siapa-siapa.

Changmin menggenggam erat sendoknya tanpa sadar.
Kedua mata bulatnya terasa panas.
Ia hampir saja kehilangan kendali kalau Ju Hee tidak memanggil namanya.

  “Minnie Oppa!”

Mereka yang duduk mengelilingi meja makan itu terkejut.
Tak terkecuali Changmin sang objek, ikut menatap bingung ke arah Ju Hee.

  “Aku punya band di sekolah, besok Oppa datang ya? Oppa bisa menggantikan Yonghwa bermain gitar nanti” Ujar Ju Hee santai.

Changmin mengangguk.

  “Oppa? Kau memanggilnya dengan sebutan Oppa?” Yunjaeyun bersuara. Ia tampak marah.

  “Ne, aku tahu usianya lebih tua tiga bulan dariku, wajar kan aku memanggilnya seperti itu?” Balas Ju Hee acuh. Memasukkan daging ke dalam mulutnya.

Yunjaeyun menggeram kesal.
Wajahnya mulai memerah karena emosi.

  “Aku lebih tua dua tahun darimu! Seharusnya aku yang kau panggil Oppa!”

Ju Hee mendengus.
Ia menatap remeh pada Oppanya.

  “Kalau aku tidak mau, Jung Yunjaeyun?”

Yunjaeyun meletakkan sumpitnya kasar.
Membuat piring antik itu berdenting karenanya.
Namja cool itu segera beranjak dari kursinya dan meninggalkan ruang makan tanpa menoleh ke belakang.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia menatap Ju Hee dengan kesal.

  “Juju, kenapa kau bersikap seperti itu padanya huh?”

  “Aku lebih suka memanggilnya dengan namanya, Umma, dia memang seperti anak kecil!”

Yunho menghela nafasnya.

  “Kau juga masih kecil, Jung Ju Hee” Ujarnya pelan.

Ju Hee berdecak acuh.
Menulikan telinganya dari ucapan sang Appa.
Namja cantik itu bangkit dari duduknya.
Ia akan menyusul putra sulungnya dan membujuknya untuk menghabiskan makan malamnya.
Jaejoong menoleh sebelum ia menaiki tangga.

  “Jung Junhon, habiskan paprikamu” Ujarnya tegas.

Mata bulat Junhon mulai berkaca-kaca.
Ia mendongak kepada Appanya meminta pertolongan.
Tapi Yunho hanya balas tersenyum penuh sayang padanya.

  “Paprika membantumu untuk tumbuh tinggi, Honchan sayang”

Junhon meringis.

TEK TEK TEK.

Eh?

Namja cherry itu terkejut dan menoleh ke samping ketika telinganya mendengar suara gesekan pelan pada piringnya.
Ia membulatkan matanya menatap Changmin yang sedang memindahkan paprika yang ada di atas piringnya diam-diam.
Junhon mendongak, Yunho sedang membalas pesan yang masuk ke dalam ponselnya.

  “Hyungie” Bisik Junhon hendak menangis.

Changmin tersenyum kecil.
Ia menaruh telunjuknya di depan bibir, kemudian berbisik manis pada si bungsu Jung itu.

  “Sst, jangan bilang Umma, arachi?”

Senyum Junhon merekah.
Pipi bulatnya membuat wajahnya terlihat sangat menggemaskan.
Aigoo.
Namja cherry itu segera mengangguk patuh.

  “Um!” Gumamnya semangat.

Membuat Ju Hee yang ada di seberang mereka hanya berdecak kecil menyembunyikan senyumnya.
Sementara Jaeho masih tidak sadar dengan apa yang sedang terjadi di sampingnya.
Ia sibuk berkonsentrasi pada gelas jusnya yang berisi potongan buah alpukat.
Favorite-nya sepanjang masa.

Yum~


-------


Changmin terkejut ketika ia pulang dari sekolah siang ini dan mendapati kamarnya berantakan seperti kapal pecah.
Seprainya tidak berbentuk lagi.
Seluruh pakaiannya yang ada dari dalam lemari berserakan di lantai.
Buku komik koleksinya juga tergeletak sembarang arah.

Dada Changmin berdenyut.

Ia menghela nafas pendek dan melangkah memasuki kamarnya.
Namja kecil itu berjongkok dan memunguti komiknya satu persatu.
Kepalanya berpikir.
Siapa yang melakukan hal ini padanya?

Ju Hee jelas tidak mungkin.
Yeoja itu bahkan masih sibuk di sekolah bersama band-nya.

  “OMO!”

Changmin menoleh ke belakang ketika suara pekikan Junhon terdengar.
Namja cherry itu segera berlari memasuki kamar Changmin dan berjongkok di sampingnya.

  “Kenapa bisa seperti ini, Hyung?” Tanya Junhon mengerutkan dahinya.

Changmin menghela nafas.
Junhon juga bukan pelakunya.

  “Molla, Hyung masuk kamar sudah seperti ini, mana Jaeho?”

  “Jae Hyung sedang minum di dapur, sini Hyung, Hon bantu”

Changmin tersenyum kecil.
Ia beruntung namja cherry ini ramah padanya.
Mereka segera memungut barang-barang yang berserakan.
Namja berwajah kekanakan itu mengumpulkan tumpukan pakaiannya di atas ranjang dan hendak membantu Junhon merapikan komiknya.

  “Ada apa dengan kamarmu?”

Chamgmin dan Junhon terkejut.
Mereka refleks menoleh ke arah pintu dan mendapati Jaeho sedang berdiri di sana.

  “Jadi bukan Hyungie pelakunya?” Tanya Junhon polos.

  “Mwo? Hyung memang tidak menyukainya, Hon ah, tapi Hyung tidak akan melakukan hal seperti ini untuk memberitahunya” Balas Jaeho kesal.

Changmin menaikkan alisnya.
Jadi Jaeho juga bukan?

  “Aku akan beritahu Umma” Ucap Jaeho tegas.

  “Andwae!” Pekik Changmin lantang.

Eoh?
Namja almond itu berbalik.
Menatap bingung pada Changmin.

  “Ini hanya masalah kecil, jangan beritahu Umma, tinggal dibereskan saja kok”

Junhon mencebilkan bibirnya lucu.
Ia kembali berjongkok dan merapikan komik milik Changmin.
Sementara Jaeho tertegun di depan pintu.
Aish!
Ia berdecak kesal dan ikut berjongkok di samping kembarannya.

  “Sebentar lagi Appa pulang, sebaiknya kita bergegas” Ucapnya ikut membantu.

Changmin tertegun dengan perubahan sikap Jaeho saat ini.
Tapi kemudian seulas senyum terukir di bibir tipisnya.
Jaeho benar, mereka harus bergegas.
Atau Yunho akan memergoki mereka dan menghukum pelaku dari kekacauan ini.


-------


  “Minnie, bisa tolong panggilkan Honchan?”

  “Ne Appa”

Changmin beranjak dari duduknya di sofa.
Ia melangkah menaiki tangga dan menelusuri koridor lantai dua seraya memperhatikan pintu kamar yang berjejer di sana.
Ck, curang sekali Jung Ju Hee, hanya pintu kamarnya yang berwarna.
Mata bulat Changmin melirik pintu kamar yang ia tahu milik putra sulung keluarga Jung ini.

Ia sudah tahu kalau pelaku dari kekacauan di kamarnya beberapa waktu yang lalu adalah ulah Yunjaeyun.
Tapi namja cool itu bertingkah seolah tidak ada sesuatu yang terjadi di antara mereka.
Dan itu menyebalkan.

Namja berwajah kekanakan itu hendak mengetuk pintu kamar adiknya.
Namun sebelum kepalan tangannya mengenai pintu kayu tersebut, ia tersenyum iseng.
Jaeho sudah mulai jinak kepadanya entah kenapa.
Dan sepertinya memberi kejutan kepada kedua bocah kembar itu tidak masalah ania?
Changmin membuka pelan pintu kamar si kembar itu, ia mengintip dari celah pintu dan terkejut membatu.

Gosh.
Apa itu?
Apakah ia melihat kedua adiknya sedang melakukan hal yang hanya orang dewasa lakukan di sana?
Mata bulat Changmin tidak berkedip.
Ia menelan salivanya gugup.

Jaeho jelas sedang memakan bibir Junhon di sana!

Jantung Changmin berdebar sangat kencang.
Ia segera menutup kembali pintu kamar tersebut dan bernafas dengan mulutnya.
Ya Tuhan, gumamnya.

TOK TOK TOK!

  “Honchan! Dipanggil Appa!” Teriak Changmin bergetar.

Namja berwajah kekanakan itu menggigit bibir bawahnya pelan.
Entah kenapa ia merasa canggung ketika pintu itu terbuka dan Jaeho berdiri di hadapannya.

  “Hyung ikut?” Tanya Junhon menatap kembarannya.

  “Ani, Hyung masih ada tugas” Sahut Jaeho mengacak rambut cokelat Junhon.

Namja cherry itu tersenyum manis.
Ia segera menggandeng lengan Changmin dan menariknya pergi.
Jantung Changmin semakin berdebar kencang.
Ia menoleh ke belakang, pintu itu sudah tertutup.
Kemudian ia melirik wajah imut Junhon.

Aigoo.

  “Hon turun sendiri ne? Hyung sakit perut” Ujar Changmin menghentikan langkahnya.

Eh?
Junhon mempoutkan bibirnya lucu.
Namun ia mengangguk patuh.
Namja cherry itu segera berlari menuruni tangga.
Sementara Changmin sudah memasuki kamarnya.

Namja berwajah kekanakan itu terduduk lemas di atas ranjangnya.
Wajahnya menunduk sendu.
Kenapa seperti ini?
Ada yang salah dengan keluarga ini, pikirnya.

Melihat apa yang dilakukan kedua adiknya tadi membuatnya takut.
Umma dan Appa pasti tidak tahu tentang hal itu anitji?
Air mata Changmin menetes tanpa sadar.
Ia terkejut.
Selama ini ia tidak pernah menangis kecuali saat suster pengasuhnya jatuh sakit.

  “Wae?” Gumam Changmin pada dirinya sendiri.

Kenapa ia menangis?
Apa yang membuatnya merasa sedih?

Namja berwajah kekanakan itu termenung.
Beberapa kali punggung tangan kecilnya mengusap kasar air mata yang menetes itu.
Kemudian Changmin sadar.
Dari awal ia menginjakkan kakinya di rumah ini ia sudah merasa sedih.

Jaeho dan Junhon membencinya saat itu.
Terutama Yunjaeyun yang terang-terangan menyatakan perang kepadanya.
Ditambah lagi ia sama sekali tidak tahu kalau ternyata Jaejoong memiliki empat orang anak.
Sungguh.

Kenapa Jaejoong harus mengadopsinya?
Kenapa Jaejoong membawanya ke rumah ini?
Apa alasannya?

Changmin mengerutkan dahinya bingung.
Tangisnya pecah dalam diam.
Ia benar-benar kesal akan dirinya yang tidak mendapatkan jawaban atas pertanyaannya sendiri.

CKLEK.

DEG!

Changmin terkejut ketika pintu kamarnya terbuka.
Ia segera membalikkan tubuhnya membelakangi pintu kamar dan mengusap air matanya dengan lengan bajunya yang panjang.

  “Minnie, mau bantu Umma membuat kue?”

Itu Jaejoong.
Changmin menarik nafas panjang.
Ia mendesah pendek dan mengangguk.
Kemudian ia berbalik dan tersenyum kepada Ummanya.
Namja berwajah kekanakan itu berjalan mendahului Jaejoong.

Jung Jaejoong menatap sendu punggung kecil putra angkatnya.

Ia tahu Changmin menangis.


-------


Changmin menaikkan alisnya melihat Yunjaeyun yang berdiri di samping kursinya biasa duduk ketika saat makan tiba.
Namja berwajah kekanakan itu segera bersembunyi di balik pilar dapur dan mengintip apa yang dilakukan Yunjaeyun di sana.
Huh.
Saus tomat eh? Tipuan klasik. Pikir Changmin.

Putra sulung keluarga Jung itu bersiul pelan.
Setelah melakukan apa yang ia rencanakan, ia segera bergabung bersama Jaeho dan Junhon menonton televisi di ruang keluarga.
Seringai Changmin tertarik di sudut bibir tipisnya.

Kau mengerjai orang yang salah, Jung Yunjaeyun. Gumam Changmin dalam hatinya.

  “Minnie Oppa, kkaja, Appa beli gitar baru untuk Oppa!”

Changmin menoleh, mengangguk dan tersenyum kepada adik kesayangannya.
Ju Hee segera menggandeng tangan Changmin dan mengajaknya menemui Yunho di ruang tengah.
Jaejoong yang sedang memasak untuk makan malam hanya bisa tersenyum kecil.
Selama ini Ju Hee tidak pernah bersosialisasi dengan baik kecuali pada Appanya.
Ia beruntung yeoja gothic itu bisa merasa nyaman dengan Changmin dan rukun dengannya.
.
.
.

  “Saatnya makan!” Teriak Jaejoong semangat.

Jaeho dan Junhon segera melompat dari sofa dan berlarian menghampiri meja makan.
Sementara Changmin berjalan mendahului Ju Hee yang sedang terlibat perbincangan seru bersama Yunho di belakangnya.
Jaejoong sudah duduk di kursinya, ia menaruh nasi di atas piring Yunho.
Yunjaeyun mengerjapkan matanya tidak sabar.

Ia berjalan santai di belakang adik kembarnya dan tersenyum kecil membayangkan bagaimana reaksi adik angkatnya itu saat ia duduk di sana nanti.
Aigoo.

  “Jja Yun Yun, ppali” Seru Jaejoong.

Namja cool itu mengangguk.
Ia menarik kursinya dan segera duduk di sana.
Segera ia tersentak kaget.
Jemarinya mengepal erat.

Jung Yunjaeyun mengerling tajam kepada Changmin.
Bibir tipisnya mendesis kesal merasakan celananya basah karena saus tomat yang berceceran di atas kursinya.
Tapi Changmin tidak peduli. Ia malah membalas tatapan penuh dendam itu dengan senyuman meremehkan.
Huh, berani sekali Yunjaeyun berniat untuk mengerjainya.
Ia tidak tahu telah berhadapan dengan siapa. Pikir Changmin dalam hatinya.

  “Yun Yun gwenchana?” Ju Hee menaikkan alisnya.

Namja sulung itu terkesiap.
Ia mengangguk kaku dengan gigi yang bergemelutuk kesal.
Changmin ingin tertawa sekarang.
.
.
.

CKLEK.

Namja berwajah kekanakan itu menoleh ketika pintu kamarnya terbuka.
Ia menatap datar Yunjaeyun yang kini bersandar di sana.

  “Hei Hyung, menstruasimu sudah selesai?” Ucap Changmin santai.

Ck.
Yunjaeyun mendengus.
Sementara Changmin kini terkekeh geli.
Namja cool itu berjalan masuk ke dalam kamar Changmin.
Ia berdiri di samping kiri adik angkatnya yang sedang mengerjakan tugas rumahnya.

Changmin mengaduh ketika Yunjaeyun memukul pelan kepalanya.
Ia menoleh kesal pada namja tersebut.

  “Heh, tidak kusangka kau sungguh cerdik” Ujar Yunjaeyun.

Changmin kembali mendengus.

  “Aku kan jenius”

Namja berwajah kekanakan itu kembali mengaduh, Yunjaeyun memukul kepalanya lagi.
Aish.

  “Jaeho selalu tertipu dengan trik kuno itu, dan ia tidak pernah belajar dari pengalamannya”

  “Ia harus berguru denganku, hahaha”

  “Changmin ah”

  “Ne Hyung”

  “Aku tidak bohong, aku sangat membencimu. Umma selalu bercerita tentangmu kepada kami. Aku sama sekali tidak menyangka kalau Umma benar-benar membawamu masuk ke dalam rumah ini secepat itu”

DEG.

Changmin terdiam.
Jemarinya meremas pulpen yang ada di genggamannya.
Yunjaeyun tersenyum kecil.
Ia mengusap sayang kepala Changmin.

  “Aku minta maaf, Minnie ah. Aku Hyung yang buruk”

Eoh?
Namja berwajah kekanakan itu sontak menolehkan wajahnya ke samping.
Sedikit mendongak menatap wajah serius Hyungnya tersebut.
Kemudian ia balas tersenyum dan mengangguk.
Yunjaeyun mengulurkan telapak tangannya, mengajak adik angkatnya itu untuk ber-high five.

  “Kau punya trik lain? Ju Hee harus menjadi korban kali ini” Ujar Yunjaeyun kemudian.

Senyuman Changmin melebar.

  “Kita akan menjadi partner yang keren, Hyung!”


-------


Changmin, Jaeho, Junhon, dan Yunjaeyun sedang menonton televisi bersama saat ini di sofa.
Ju Hee sedang pergi belanja bersama Jaejoong dan Yunho.
Ini kali pertama mereka bertiga tinggal bersama di rumah.
Changmin masih mengunyah kue keringnya dengan penuh konsentrasi.
Namun kemudian pikirannya pecah ketika telinganya menangkap suara kekehan Junhon di sampingnya.
Kenapa namja cherry itu malah terkikik geli? Bukankah anime Kuroshitsuji ini sedang sedih-sedihnya? Tokoh utama anime itu diambil alih tubuhnya. Aigoo.

Changmin menelan kue keringnya dan melirik si kembar dengan ekor mataya.
Kemudian ia terperanjat.
Jaeho sedang mengendus-endus leher Junhon.
Ia bisa melihat Junhon menikmati hal itu.
Namja cherry itu bahkan membalas perlakuan Hyung kembarnya dengan mengecup-kecup dahinya.

  “Kaget?”

DEG.

Changmin tersentak.
Ia menoleh ke arah kanan dan mendapati wajah meremehkan dari Hyungnya.
Yunjaeyun bersiul pelan.

  “Mereka memang sangat dekat sejak lahir. Saling menyayangi satu sama lain. Kau harus terbiasa dengan tingkah mereka yang seperti itu, Minnie ah. Salahkan saja Umma dan Appa yang tidak mengenal tempat untuk mengumbar kemesraan mereka”

  “Uhm, apa Umma dan Appa tahu tentang perbuatan mereka?”

  “Kalau mereka tahu sudah lama Jaeho dan Junhon dikarantina, hahaha”

  “Aish, Hyung! Bagaimana bisa kau setenang itu eoh? Kau tidak khawatir?”

  “Selama mereka rukun-rukun saja kenapa aku harus khawatir? Jaeho juga bisa menjaga Junhon kalau aku tidak ada, jadi aku hanya tinggal menjaga Ju Hee saja”

  “Uhm..Begitu..”

Mata musang Yunjaeyun bergerak pelan, mengintip wajah sendu Changmin melalui sudut matanya.
Ia tersenyum kecil.

  “Kau juga harus menjaga mereka bertiga, Changminnie. Kau juga kakak mereka, arasseo?”

Mata bulat Changmin mengerjap.
Dadanya berdesir nyaman.
Kalimat itu, entah kenapa sungguh membuatnya terharu.
Namja berwajah kekanakan itu segera mengangguk dan tersenyum semanis mungkin.
Kemudian ia kembali fokus pada televisi.

Yah, Yunjaeyun benar.
Selama mereka rukun, kenapa harus khawatir?
Mungkin cara mereka menyampaikan kasih sayang satu sama lain sungguh tidak pantas untuk dilakukan anak seumuran mereka.
Yah, tapi salah siapa juga?
Umma dan Appanya terkadang keterlaluan juga.

  “Kalian sungguh berisik! Kalau tidak bisa diam pindah ke kamar sana!” Ujar Changmin berseru.

Jaeho mengangkat wajahnya.
Ia berdecak malas.

  “Arasseo arasseo, ck”

Junhon tertawa gemas.
Ia bersandar dengan benar pada sandaran sofa dan kembali melahap kue keringnya.
Changmin yang melihat itu ikut tersenyum.
Ah, ia menyayangi mereka berdua.
.
.
.

  “Appa, telur-telur ini harus disusun? Bukankah lebih praktis kalau digantung saja plastiknya?”
 
  “Hm, kalau Juju mau pelihara anak ayam kenapa tidak?”

  “Appa!”

Changmin meninggalkan dapur setelah ia menyelesaikan tugasnya menyusun selai roti di rak botol kaca.
Namja berwajah kekanakan itu menemukan Jaejoong yang sedang duduk sendirian di sofa ruang keluarga.
Ia segera menghampiri namja cantik itu.

  “Umma”

  “Oh hei, baby boy

Changmin tersenyum mendengar panggilan itu.
Ia segera duduk di samping Jaejoong.
Menyandarkan tubuhnya sepenuhnya ke dalam pelukan hangat namja cantik itu.
Jaejoong bersenandung, jemarinya mengusap penuh kasih sayang rambut hitam Changmin.

  “Boleh Minnie bertanya?”

  “Tanya apa?”

  “Kenapa Umma mengadopsi Minnie sementara Umma sudah punya Jaeho, Junhon, Ju Hee dan Yunjaeyun? Minnie pikir anak Umma hanya Jaeho dan Junhon waktu itu, Minnie tidak menyangka kalau ternyata Umma dan Appa punya banyak anak. Kenapa?”

Namja cantik itu hanya tersenyum manis menanggapi pertanyaan putra angkatnya.
Ia menarik lembut dagu Changmin agar namja berwajah kekanakan itu dapat menatap langsung mata bulatnya.

  “Sebenarnya sejak Minnie masih bayi Umma dan Appa ingin mengadopsi Minnie” Bisik Jaejoong lembut.

Mwo?
Changmin terkejut.

  “Ne, hanya saja, Umma tidak boleh egois waktu itu. Jadi Umma memutuskan untuk menunggu waktu yang tepat agar bisa mengadopsimu tanpa memikirkan hal-hal rumit”

  “Urmm..”

  “Minnie tahu tidak?”

  “Tahu apa?”

Jaejoong masih tersenyum.
Ia mengulurkan jemarinya mengusapi wajah tampan Changmin.

  “Pertama kali Umma bertemu dengan Minnie, saat itu juga Umma jatuh cinta dengan mata yang indah ini. Kau putraku, pikir Umma waktu itu”

Namja berwajah kekanakan itu terdiam.
Hanya kedua matanya yang masih memandang Jaejoong.

  “Terlepas dari Umma dan Appa sudah memiliki Jaeho, Junhon, Ju Hee dan Yunjaeyun, tidak ada yang membedakan Minnie dengan mereka berempat. Minnie juga putra Umma, kekasih hati Umma, arasseo?”

Dada Changmin berdesir hangat.
Kedua mata bulatnya kini berkaca-kaca.
Ia mengulurkan jemari mungilnya mengusap pipi Jaejoong yang telah basah.
Kemudian ia segera memeluk namja cantik itu dengan erat.

  “Minnie minta maaf sudah meragukan Umma dan Appa” Bisik Changmin sedih.

Jaejoong mengusap lembut punggung Changmin.
Ia mengecup pelan dahi namja berwajah kekanakan itu.

  “Gwenchana Minnie”

  “Minnie sayang Umma”

  “Umma lebih sayang Minnie”

Changmin melonggarkan pelukannya.
Ia tersenyum lebar kepada Jaejoong dan mengusap wajahnya.
Menghapus jejak air matanya yang basah.

  “BooJaeee! Rotinya gosong! Kenapa ini?!”

Eoh?

Jaejoong dan Changmin tertawa geli mendengar suara panik Yunho dari arah dapur.
Namja cantik itu segera beranjak dari duduknya dan merapikan penampilannya.
Kemudian ia mengulurkan tangannya kepada Changmin.

  “Kka, kita lihat kekacauan apa lagi yang dibuat Appamu di kawasan Umma”

Changmin tertawa.


END.

8 komentar:

  1. Ini FF Fluffy & cute banget... Sweet banget juga... Daebbak...

    BalasHapus
  2. Aku terharu wuahhhh ffnya bagus ��

    BalasHapus
  3. kerenlah keluarga rukun begini

    BalasHapus
  4. Annyeong Shella..
    baru nemu blog-mu nih
    Ikutan NgeYunJAe di blog-mu nee :)
    ...
    trnyata si YunJaeYun bs klop ama Min krn sealiran (?)
    astaga.. partner in crime
    suka bgt ama YunJae yg bergenre fam ky gini
    apa lagi ini klrg ramai skali dan 'sesuatu bgt' lirik si kembar.
    ...
    Hwaiting~
    ...
    ZheyraSky a.k.a Enno KimLee
    ps : ga bs log-in pk wp shell

    BalasHapus
  5. Hweeee.. keluarga mereka bahagia nee.. :')
    Terharu akuuu.. :')

    BalasHapus
  6. Hweeee.. keluarga mereka bahagia nee.. :')
    Terharu akuuu.. :')

    BalasHapus