PART 3.
“Oh”
Yunho bergumam
pelan ketika ia melangkah memasuki rumahnya dan mendapati kekasih hatinya
tampak sedang bercengkrama di ruang keluarga bersama satu namja yang ia ketahui
pasti adalah Kim Junsu dan satu namja berwajah kekanakan yang familiar di mata
tajamnya.
Namja cantik itu
mendongak, tersenyum manis melihat suaminya berdiri di sana menatapnya.
Ia segera
beranjak bangun dan menghampiri namja tampan itu.
“Tumben kau pulang, terjadi sesuatu?” Tanya
Jaejoong lembut.
Yunho berdehem.
Ia mendesah
pelan sebelum berbisik ragu-ragu pada namja cantik itu.
“Sebenarnya, BooJae sayang, aku, uhm, harus
segera take off ke Swiss dan mengurus
pemindahan saham penting di sana”
“Mwo?!”
“Listen,
aku minta maaf karena ini terlalu mendadak dan---”
“Berapa lama?”
“Satu minggu, sayang, dan aku---”
“Satu minggu dan kau baru mengatakannya
sekarang?!”
“Hei, tadinya aku berniat memberitahumu lewat
telepon saja, tapi----”
“LEWAT TELEPON?! YUNNIE!!”
Yunho meringis.
Ia sudah menduga
BooJaenya akan meledak seperti ini.
Well, biasanya ia
akan membawa Jaejoong pergi bersamanya atau setidaknya memberitahu namja cantik
itu tentang kepergiannya tiga hari sebelum berangkat.
Itupun ia harus
membujuk namja cantik itu dengan berbagai boneka gajah atau es krim cokelat.
Wajah Jaejoong
berubah sendu.
Ia menatap Yunho
dengan tatapan terluka.
Oh-oh, Yunho
tahu sebentar lagi Jaejoongnya akan menangis.
“Uhm, Joongie? Kurasa sebaiknya aku dan
Changmin---”
“NO!
Tidak ada yang boleh pergi dari ruangan ini sebelum aku memberikan izin! Dan
kau, Jung Yunho The Richie Ho Rich yang
tidak berkeperimanusiaan, masuk ke dalam kamar dan tunggu aku di sana!”
Yunho menghela
nafas pasrah.
Ia mengecup
lembut dahi kekasihnya dan segera berjalan memasuki lift.
Meninggalkan
Jaejoong yang sudah duduk di antara Junsu dan Changmin yang sepertinya masih
sibuk memasukkan beberapa potong kue kering yang renyah itu ke dalam mulutnya.
Junsu
menghembuskan nafas pelan melihat sahabatnya yang kini memeluk erat bantal
besar itu.
Mata besarnya
tampak memerah dan berkaca-kaca.
“Kau seharusnya tidak berteriak seperti itu
kepada suamimu, Jaejoongie” Nasihat Junsu lembut.
“Tapi Suie, ini terlalu mendadak dan
aku..Hiks..aku..”
“Sshh, berhentilah menangis, lagi pula Yunho
ke sana untuk pekerjaan bukan? Kau bisa berteriak kalau ia ingin berlibur
sendirian di sana. Katakan padaku, bagaimana caranya kau membeli barang yang
kau inginkan kalau Yunho tidak bekerja hum?”
“Dia jutawan! Uangnya tidak akan habis dalam
sekejap begitu saja!”
“Yah, kau benar, tapi tetap saja kau tidak
boleh egois, kau tahu Yunho sangat mencintaimu. Tidakkah kau berpikir kalau
tidak hanya kau yang tersakiti? Mungkin Yunho tersiksa setiap hari harus menghabiskan
waktunya bekerja dan meninggalkanmu sendiri di rumah”
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Menatap Junsu
dengan tatapan polosnya.
“Benarkah?” Ujarnya pelan.
Changmin
menghela nafasnya.
Ia memutar bola
matanya kesal dan melempar tabung kaca berisi kue-kue kering yang lezat itu.
“Tentu saja! Kau ini bodoh atau apa sih?! Aku
sudah cukup kesal melihatmu marah-marah pada idolaku kau tahu itu!”
Junsu menepuk
kepala Changmin.
Aish, namja
berwajah kekanakan itu.
Kenapa jadi dia
yang marah? Pikir Junsu dalam hati.
“Tutup mulutmu! Kalau saja kau tidak merajuk
pada Junsuku aku tidak akan mau berteman denganmu dan membawamu ke rumahku dan
membiarkanmu melihat suamiku dengan mata kecilmu yang seperti alien itu!”
Berang Jaejoong melotot.
“Awas saja kalau kau jatuh sakit, aku tidak
akan membiarkan Appaku memeriksamu dan membantumu untuk sembuh” Sahut Changmin
kekanakan.
Jaejoong baru
saja akan membuka mulutnya untuk menyahut ucapan Changmin, namun tepukan Junsu
di bahunya membuatnya mengurungkan niat.
“Jja,
Yunho menunggumu, kami akan tetap di sini sampai kau kembali” Ujar namja imut
itu lembut.
Jaejoong
mengangguk.
Ia beranjak
bangun dan kembali melotot pada Changmin.
Namja berwajah
kekanakan itu tersenyum penuh kemenangan.
Aish, dasar
bocah. Rutuk Jaejoong dalam hatinya.
Namja cantik itu
sudah memasuki lift dan keluar dari
sana setelah berhenti di lantai lima.
Ia berjalan ke
ujung koridor dan membuka pintu bercorak emas itu.
CKLEK.
Mata bulat
Jaejoong mendapati sosok kekasihnya yang terlihat duduk di pinggir ranjang
seraya memainkan layar ponselnya.
Ia menghela
nafas dan berjalan menghampiri Yunho.
Menubruk pria
tampan itu dengan pelukan hangatnya.
“Mianhae” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho tersenyum
kecil.
Ia mengusap
lembut punggung kekasihnya dan balas memeluk namja cantik itu.
“Aku juga minta maaf padamu” Balasnya pelan.
Jaejoong
melonggarkan pelukannya, ia menatap langsung mata musang yang tajam itu.
“Aku begitu jauh berbeda dengan yang dulu
anitji? Sekarang aku bisa membentakmu, tidak seharusnya aku melakukan itu”
Gumam Jaejoong sedih.
Yunho mengusap
lembut wajah cantik yang tampak sendu itu.
Ia
mengecup-kecup pipi dan hidung bangir Jaejoong.
“Hanya kau yang bisa memarahiku di dunia ini
selain Umma dan Appa, BooJae sayang, dan aku tahu kau melakukannya karena kau
mencintaiku”
“Oh Yunnie”
“Gwenchana, kau bisa ikut denganku kalau kau
ingin”
“Ani, aku tidak ingin mengganggu pekerjaanmu,
kita berdua sama-sama tahu kalau aku ada di sana kau akan kekurangan waktu
untuk bekerja”
“Yeah, karena nyonya muda yang cantik ini
tidak akan berhenti menangis sebelum suami tampannya mengajaknya jalan-jalan”
“Aku laki-laki, Yunnie”
“Laki-laki paling mempesona yang pernah
kutemui”
Jaejoong
tersenyum geli.
Ia mengecup
sayang dahi Yunho, menghirup aroma parfum namja tampan itu.
“Kau akan segera take off kan? Pakai pesawat
apa?”
“Hm, kurasa aku bisa menundanya sebentar
saja, aku sangat ingin memelukmu saat ini, dan tentu saja dengan pesawat
pribadi, sayangku, kau tahu ada jutaan penggemarku di luar sana”
“Ish, Yunnie~!”
“Hahaha”
Jaejoong rasanya
ingin merekam tawa renyah itu sekarang juga agar ia bisa melihatnya setiap
hari.
Belakangan ini
namja tampan itu lebih suka tertawa di hadapannya.
Dan ia mencintai
hal itu.
“Aku bisa meminta Umma untuk menemanimu
selama aku tidak ada, bagaimana menurutmu?” Tanya Yunho.
“Um, ide bagus, sudah lama aku tidak bertemu
dengannya. Tapi mungkin aku akan lebih sering menghabiskan waktu bersama Junsu
dan Changmin, gwenchana?” Sahut Jaejoong balas bertanya.
“Sudah lama aku ingin bertanya padamu, siapa
itu Changmin?”
“Ah, kau cemburu?”
“Tentu saja, aku bahkan cemburu pada semua
pakaianmu, mereka bisa dengan bebas melekat di tubuhmu setiap saat”
“Hahahaha~~ kau sangat lucu, Yunnie bear-ku sayang~”
“Aku serius, BooJae”
“Hum, Changmin itu anak bungsu Dokter Shim”
“Jeongmall? Pantas saja aku tidak asing
dengan wajahnya”
“Yah, dan kalau kau bertanya-tanya mengapa ia
memilih menjadi seorang penyanyi daripada mengikuti jejak Appanya, itu karena ia
memiliki kakak laki-laki yang akan meneruskan pekerjaan Appanya”
“Hmm”
“Yunnie yah”
“Iya sayang”
“Aku sangat ingin menciummu sekarang”
“Ah, kau nakal sekali hm?”
Jaejoong
terkikik geli.
Ia memiringkan
wajahnya dan segera menempelkan bibirnya dengan bibir namja tampan itu.
Melumatnya mesra
sementara kedua lengannya sudah memeluk erat leher kekasihnya.
Yunho memeluk
punggung Jaejoong dan menahan pinggang namja cantik itu dengan tangan satunya.
Membiarkan istri
manjanya menghisap habis bibir atasnya yang tipis dan menyusupkan lidahnya yang
panas ke dalam rongga mulutnya.
Namja tampan itu
sedikit bingung dengan sikap Jaejoongnya yang tiba-tiba menjadi agresif seperti
ini.
Tapi ia tidak ambil
pusing, toh ia juga menyukai perubahan kekasihnya saat ini.
Jaejoong
memindahkan satu tangannya untuk menangkup pipi kanan Yunho.
Mengelusnya
penuh cinta.
Bibir ranumnya
sudah bergerak melumat bibir bawah kekasihnya.
Sesekali ia
melenguh manja ketika lidah Yunho membelit lidahnya dan mendorongnya kembali ke
dalam mulut mungilnya.
Nafas kedua
namja itu saling memberat.
Yunho menarik
kaus Jaejoong ke bawah dan segera melepas tautan bibir mereka.
Jaejoong
terkejut, ia mencengkram erat pundak Yunho dan membiarkan namja tampan itu
melahap habis leher jenjangnya yang sangat menggoda.
Ia meringis
ketika Yunho meninggalkan beberapa kissmark
di sana.
“Untuk mengingatkan mereka yang memujamu di
luar sana, kalau kau adalah satu-satunya milikku yang tidak akan pernah kubagi”
Bisik Yunho jenaka.
Jaejoong
terkekeh geli.
Ia meremas
lembut rambut cokelat namja tampan itu dan mengecup manis telinga kirinya.
“Uhm, sebenarnya aku sudah sangat terangsang
saat ini, Yunnie, tapi kedua temanku sedang menunggu di bawah dan kau harus
segera berangkat ke Swiss, jadi..Bagaimana kalau kita melanjutkannya minggu
depan saja?” Tawar Jaejoong lembut.
Yunho terdiam.
Ia terlihat
berpikir sejenak.
Kemudian
menghela nafasnya kesal.
“Ini yang kubenci dari menjadi seorang jutawan,
aku bahkan harus bernego untuk bisa bercinta denganmu” Keluhnya.
Jaejoong menepuk
bahu Yunho.
Ia tertawa
gemas.
“Deal?”
Tanyanya menaikkan alis.
“Deal”
Desah Yunho frustasi.
Jaejoong segera
turun dari pangkuan kekasihnya dan membenarkan kemeja namja tampan itu yang
sudah kusut.
Merapikan rambut
cokelatnya dan mengecup lembut dagunya.
“Jja, jaga dirimu, jangan sampai jatuh sakit,
dan selalu telepon aku setiap hari” Ujarnya.
“Tentu sayang, tentu” Balas Yunho tersenyum.
-------
Suara jepretan
kamera dan kilatan lampu blitz itu
tidak mengganggu kegiatan Jaejoong sama sekali.
Namja cantik itu
masih terlihat santai membacakan dongeng untuk anak-anak panti asuhan.
Sesekali ia
tertawa ketika anak-anak yang lucu itu mengungkapkan beberapa lelucon aneh.
Jaejoong
mengangkat wajahnya, memandang Jung Keybum –Umma mertuanya- yang sedang
diwawancarai oleh para wartawan.
“Hei Joongie, maaf aku datang terlambat” Sapa
Junsu yang baru saja datang.
Ia tersenyum
manis seraya melepas kacamata hitamnya.
“Selamat atas peluncuran album barumu, Junsu
yah, kau tahu? Aku bahkan memborong setengahnya agar kau dapat penghargaan
musik tahun ini” Ujar Jaejoong berdiri dari duduknya.
“Mwo? Yah! Kau pikir albumku susah laku eoh?”
Ucap Junsu kesal.
Jaejoong
tertawa.
“Junchan, kau bawa pesananku tidak? Ish, Ahra
Nuna dan Tiffany itu senang sekali menggangguku”
Jaejoong dan
Junsu menoleh menatap Changmin yang menggerutu tidak jelas.
Namja cantik itu
menaikkan alisnya.
“Tiffany? Kau serius? Padahal ia pernah
bilang kalau ia menyukai suamiku” Desis Jaejoong.
“Wanita memang gila” Komentar Changmin seraya
memutar kedua bola matanya jengah.
“Hahaha”
“Tumben sekali kau membuat acara amal seperti
ini, Jaejoong ah, sampai mengundang agensi segala”
“Ani, aku dan Umma Jung memang selalu
melakukannya setiap bulan, dan aku mengundang agensi untuk menaikkan pamor
mereka yang baru saja terjun ke dunia hiburan”
“Maksudmu aku dan Junsu si bebek itu kurang
laku, begitu?”
Jaejoong kembali
tertawa.
Aish, namja
berwajah kekanakan ini memang menggemaskan terkadang.
Jaejoong
tersenyum senang menatap Junsu dan Changmin yang sudah berjalan mengambil kue
di atas meja.
Hanya mereka
yang berani bersikap normal kepadanya sebagai teman.
Kedua namja itu
bahkan tidak ragu untuk meledeknya atau memarahinya ketika ia melakukan hal
yang kurang benar.
Benar-benar
teman sejati, pikir Jaejoong bangga.
“Jaejoongie, kka, sekarang saatnya kita
membagikan bingkisan”
Jaejoong
menoleh, menatap sesosok wanita cantik dengan mata kucingnya yang begitu
mempesona.
Jung Keybum
adalah wanita keturunan bangsawan yang diidamkan seluruh pria dalam negeri.
Beruntung sekali
Jung Jinki itu.
“Ne Umma” Sahut Jaejoong lembut.
Langkah kaki
Jaejoong diiringi jepretan kamera milik ratusan wartawan yang datang.
Aish, ini
sulitnya menjadi istri dari seorang Jung Yunho.
Kemana pun ia
melangkah pasti selalu diikuti, bahkan ia tidak mengundang satu pun dari
mereka.
“Bagaimana kalau kita belanja setelah ini?
Umma ingin sekali mencicipi kue buatanmu lagi, Jaejoongie” Bisik Key mengedip
nakal.
“Ne Umma, kita akan membuat rumah Tuan Muda
Jung itu berantakan, hahaha” Tawa Jaejoong setuju.
Junsu
menengadahkan wajahnya ketika ia merasakan makanan-makanan itu tertutupi
bayangan besar.
Dahinya
mengernyit, awan-awan mendadak gelap.
Oh-oh.
Namja imut itu
segera berlari mengejar Jaejoong dan menarik tangan namja cantik itu.
“Kajja Joongie! Sebentar lagi akan turun
hujan!” Pekik Junsu panik.
Jaejoong
membulatkan kedua mata beningnya sempurna.
Ia meringis,
pantas saja sedari tadi kepalanya pusing.
Keybum yang
sudah mengetahui penyakit Jaejoong segera memerintah Yoochun –keponakannya yang
sedang berlibur ke Korea- untuk memberitahu yayasan bahwa ia dan Jaejoong pamit
undur diri.
Namja cantik itu
segera memasuki mobil mewahnya diikuti Keybum yang mendesah panjang.
“Jja Joongie, Ahjumma, aku dan Changmin masih
harus berada di sini sampai acaranya selesai” Ujar Junsu dari jendela.
Jaejoong
mengangguk.
Wajahnya mulai
terlihat pucat.
“Joongie, Umma rasa sebaiknya kita menunda
rencana kita hari ini otte?” Ucap Keybum khawatir.
Jaejoong
mengangguk.
Ia menyandarkan
kepalanya di pundak wanita cantik itu ketika Key menariknya untuk bersandar.
“Apa Umma harus menghubungi Yunho sekarang
juga?”
“Ani Umma, aku hanya pusing biasa, Yunnie
pasti sedang sibuk”
“Ia akan menceramahi Umma seharian kalau ia
tahu”
“Karena itu jangan biarkan ia tahu, Umma tahu
Yunnie akan sangat cerewet kalau sudah seperti ini”
Key mengangguk.
Ia memerintahkan
Jonghyun untuk segera melajukan mobil tersebut.
Mata kucingnya
mengerjap pelan ketika rintikan hujan mulai membasahi jalanan.
Jaejoong
meringis.
Memejamkan kedua
mata beningnya yang berkunang-kunang.
Menutup
hidungnya dengan kedua tangan menahan Petrichor
yang mendesak penciumannya.
Uh, ia butuh
Jung Yunhonya sekarang.
.
.
.
“Kau baik-baik saja, sayang? Ada yang kau
inginkan? Yoochun bisa mencarikannya untukmu” Tanya Key lembut.
Jaejoong
menggeleng.
Telinganya
berdengung mendengar suara derasnya hujan di luar sana.
Saat ini ia
sudah berbaring di atas ranjangnya dan Yunho.
Sudah dua jam,
dan hujan belum berhenti.
“Kau yakin?”
“Ne Umma”
Key mendesah
pelan.
Ia beranjak
duduk di pinggir ranjang besar itu dan mengusap penuh kasih kepala Jaejoong.
“Jaejoongie, Umma benar-benar tidak tega
meninggalkanmu seperti ini, tapi Umma masih harus menghadiri beberapa
pertemuan”
“Gwenchana Umma, jangan biarkan sakit
konyolku ini menghalangi Umma, banyak orang menantimu di sana”
“Oh Joongie, sungguh, Umma minta maaf”
Jaejoong
tersenyum lemah.
Ia tahu Keybum
adalah wanita yang cukup sibuk.
Kegiatannya
sebagai penasihat fashion itu
membuatnya harus selalu sedia menghadiri acara-acara yang sejenis dengan
pekerjaannya kapan saja.
“Gwenchana Umma, aku hanya butuh tidur
sebentar” Bisik Jaejoong.
Key mengangguk.
Ia masih
mengusap lembut rambut almond
menantunya yang cantik itu.
Kemudian ia
mengecup dahi Jaejoong.
“Baiklah, Umma pergi sekarang, kalau kau
butuh sesuatu telepon saja Umma, okay?”
“Ne Umma, hati-hati”
Key tersenyum.
Ia beranjak
meninggalkan Jaejoong dan menutup pintu kamar bercorak emas itu.
Jaejoong
mendesah pasrah dalam baringnya.
Mata bulatnya melirik
jendela yang berembun.
Memperhatikan
rintikan hujan di luar sana.
Tetesan bumi itu
membuatnya terhanyut dalam lamunannya untuk sesaat.
Jaejoong masih
ingat dengan jelas, ketika ia mendengar kabar bahwa Umma tercintanya mengalami
kecelakaan lalu lintas karena jalanan yang begitu licin.
Heechul sudah
berjanji akan menemaninya membuat kue bersama hari itu.
Tapi ia malah
dibawa Appanya menuju pemakaman.
Membiarkannya
bertemu Petrichor dan sakit karena
guyuran hujan.
Jaejoong
merasakan matanya panas.
Ia menggigit
bibir bawahnya sedih.
Kemudian ia
melirik cincin perak yang melingkar manis di jarinya.
[ “Karena
aku ingin kau mencintai hujan hanya ketika bersamaku, Kim Jung Jaejoong” ]
Ufh, Jaejoong
menahan senyum manisnya.
DDRRTT..DDRRTT…
Namja cantik itu
menolehkan wajahnya, meraih ponsel layar sentuhnya yang bergetar panjang.
‘Yunnie
bear Calling’
Jaejoong
menghela nafas lega.
“Yeoboseyo?”
“Kau
baik-baik saja Sweetheart? Kudengar Seoul sedang hujan deras”
Jaejoong
tersenyum manis.
Suara Yunho
jelas penuh kekhawatiran yang mendalam saat ini.
Ah, ia begitu
mencintai suaminya yang sangat perhatian.
“Hanya pusing biasa, Yunnie, aku sudah di
rumah sekarang, Umma masih ada pekerjaan”
“Apa
aku harus pulang sekarang juga?”
“Yunnie, don’t
be mad, hujannya mungkin sudah berhenti ketika kau sampai di sini”
“Aku
benar-benar khawatir, BooJae”
“Lanjutkan saja pekerjaanmu Yunnie ah, kau
pasti masih sibuk”
“Don’t
you dare to talk about that fuckin job, aish! Seharusnya aku membawamu ke
Swiss!”
“Yunnie”
“Okay
okay, I am sorry”
“Aku baik-baik saja, sungguh, mendengar
suaramu saja sudah membuatku cukup sehat”
“Oh now
I really wanted to fuck you so badly
when you talked like that”
“Should
we try sex on phone, baby?”
“Don’t
you dare, BooJaejoongie”
Tawa Jaejoong
mengalun lantang.
Begitu bebas,
begitu menggemaskan.
Hingga membuat
sang penelepon di ujung sana ikut tertawa.
Ah, ia sungguh
merindukan kekasih hatinya sekarang.
“Jja, lebih baik kau tutup teleponnya sekarang,
aku mengantuk”
“Hm,
okay, I love you Boo”
“Love
you more, bear”
KLIK.
Jaejoong
tersenyum lebar.
Ia memeluk
gulingnya dengan erat dan mendesah pelan.
Yunhonya benar.
Ia bisa
mencintai hujan hanya ketika bersama dirinya.
“You
are so unpredictable Yunnie ah” Bisik Jaejoong dalam tidurnya.
-------
“JAEJOONGIE!!”
DEG!
Jaejoong sontak
terbangun mendengar suaranya dijeritkan lantang oleh Jung Keybum.
Namja cantik itu
mengerutkan dahinya dan beranjak bangun dari baringnya.
Menatap bingung
Umma mertuanya yang sedang berdiri di samping ranjangnya.
“Umma? Kapan Umma datang? Aish, Ummaa, aku
bahkan baru bangun tidur” Ujar Jaejoong mengeluh.
Wanita cantik
itu tidak peduli.
Ia tersenyum
lebar dan segera duduk di pinggir ranjang.
Mencengkram erat
pergelangan tangan menantunya.
Jaejoong
menoleh, menatap bingung sesosok namja yang ia tahu bernama Park Yoochun,
keponakan dari Keybum.
“Umma sangat khawatir denganmu, jadi Umma
memutuskan untuk meminta Yoochun memeriksa keadaanmu karena ia seorang dokter
dan----”
“Ya, Umma? Dan apa?”
Keybum memekik
gemas.
Ia mencubit pipi
Jaejoong erat.
Membuat namja
cantik itu meringis kesakitan.
“DAN KAU HAMIL!! OH GOD!!” Teriak Key senang.
Mwo?
Mata bulat
Jaejoong mengerjap polos.
Bibir ranumnya
membulat tidak percaya.
Ia menoleh
menatap Yoochun dan mengerutkan dahinya bingung.
Namja berpipi
chubby itu hanya mengangkat bahunya dan terkekeh lucu.
“Aku..Hamil?” Gumam Jaejoong pelan.
“BENARKAH?!”
Jaejoong,
Yoochun dan Keybum sontak menoleh ke arah pintu kamar.
Memandang kaget
Yunho yang sudah berdiri di sana.
Namja tampan itu
membulatkan mata musangnya.
“Yunnie!” Pekik Jaejoong tersenyum.
Namja tampan itu
segera menerobos ke dalam kamar dan berdiri di hadapan kekasihnya.
“Benar yang kudengar? Kau hamil, sayang?”
Tanya Yunho tidak bisa menahan rasa bahagianya.
“Ne Yunho ah, tapi itu masih hasil dari
pemeriksaanku, lebih baik kau bawa Jaejoong ke dokter kandungan besok” Sahut
Yoochun berdiri dari duduknya.
Namja tampan itu
tersenyum bahagia.
Ia segera
menarik Jaejoong ke dalam pelukannya dan mengecup-kecup dahi namja cantik itu
penuh cinta.
“Terima kasih, sayang, terima kasih” Bisik
Yunho senang.
Jaejoong ikut
tersenyum.
Ia balas memeluk
Yunho dan menghirup aroma parfum namja yang dipujanya itu.
“Kupikir kau akan pulang besok, Yunnie” Ujar
Jaejoong pelan.
“Aku tidak bisa membiarkanmu begitu saja
setelah hujan deras semalam, jadi aku langsung take off setelah selesai meneleponmu dan aku benar-benar mendapat
kejutan sekarang” Sahut Yunho terkekeh.
Jaejoong
melonggarkan pelukan mereka.
Tersenyum lagi
kepada Keybum dan kembali menatap mata musang kekasihnya.
“We are
parents gonna be” Desis Jaejoong bahagia.
“And I
love you so much, my dear baby BooJae, besok kita harus segera memeriksakan
anak kita” Ucap Yunho lembut.
“Um! Anak kita! Our first baby, aku begitu bersemangat, sayang!”
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain!”
“Aku mencintaimu, BooJae”
Yoochun hanya
tersenyum kecil memperhatikan sepasang kekasih yang saling berbahagia itu.
Ia memandang
Keybum dan tertawa geli.
Akhirnya setelah
lima tahun mengucap ikrar mereka dikaruniai seorang anak.
A little richie ho rich gonna be.
Dunia akan gempar, pikir keduanya kompak.
TBC :D
Hahaha.. little yunjae :D
BalasHapus