This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 24 April 2014

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/PARADISE/PART 2



I don’t want you to go..Please..

PART 2.

Yunho terus menyibukkan dirinya dengan berkas-berkas laporan perusahaannya.
Ia bahkan melupakan sarapan pagi dan makan siangnya.
Namja tampan itu terus bekerja hingga ia bisa mengalihkan perhatiannya dari pernikahannya beberapa waktu lalu.

Sudah seminggu.

Namun Yunho masih belum bisa menerima kehadiran Jaejoong sepenuhnya.
Ia tetap memandang benci namja cantik itu setiap kali mereka bertatap muka.
Menolak semua masakan yang diterimanya dari namja cantik itu.
Walaupun pada akhirnya ia akan terlelap dengan susu buatan Jaejoong.


TOK TOK TOK.

  “Masuk”

CKLEK.

Yunho menolehkan pandangannya, menatap Park Yoochun yang melangkah memasuki ruangan setelah menutup pintu.
Namja chubby itu tersenyum dan membungkukkan tubuhnya.

  “Ada apa?” Tanya Yunho jengah.

Yoochun masih tersenyum.
Ia melirik jam tangannya.

  “Hanya ingin mengingatkanmu kalau ini sudah hampir tengah malam, Yunho”

  “Lalu?”

  “Istrimu akan sangat khawatir kalau kau tidak kembali sekarang juga”

GRUSAKK!

Yunho mencengkram erat berkas yang masih ada di genggamannya.
Dahinya mengerut emosi.
Nafasnya tersendat.
Ia menatap nyalang mata bulat Yoochun.

  “Kau mendengarku, Park Yoochun, aku tidak akan pernah menganggap namja sialan itu sebagai istriku! Tidak akan pernah!! Bagaimana bisa kau menyebutnya sebagai seorang istri sementara untuk melakukan tugas utama dari statusnya saja ia tidak akan pernah bisa?!” Teriak Yunho marah.

Yoochun terdiam.
Ia menundukkan wajahnya.

  “Maafkan aku” Ujarnya.

Yunho menggebrak meja.
Ia kembali terduduk di kursinya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran.

  “Kepalaku sakit, Chun ah..Aku hanya menginginkan seorang anak..Hanya itu..Kenapa hidupku jadi seperti ini?” Desahnya lirih.

Yoochun tidak menyahut.
Ia masih menunduk mendengarkan segala keluh kesah Tuan Muda Jung itu.
Yunho mengusap wajahnya kasar.
Ia menarik nafas panjang dan segera menyambar tas kerjanya.

  “Kajja” Ucapnya melewati Yoochun.

Namja chubby itu segera beranjak mengikuti Yunho.
Ia tahu ia harus menyetir untuk atasannya itu sekarang.
Yunho tidak akan pernah bisa menyetir dengan normal jika ia telah dikuasai oleh emosi.
Ia cukup tahu hal itu.

Dua puluh menit kemudian mobil mewah itu berhenti di depan teras rumah Yunho.
Namja tampan itu beranjak keluar dari mobil dan segera memasuki pintu rumahnya setelah ia mengajak Yoochun untuk menginap saja di rumahnya.

CKLEK.

Yunho menutup pintu tersebut.
Ia melangkah memasuki ruang tengah dan terdiam mendapati Jaejoong yang tertidur di sofa.
Eoh?
Namja cantik itu menunggunya?

Yunho berdecak.
Ia melanjutkan langkahnya menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Meninggalkan Yoochun yang kini menghampiri namja cantik itu.

  “Joongie, kau akan masuk angin kalau tidur di sini” Bisik Yoochun seraya menggoyangkan tubuh Jaejoong.

Namja cantik itu tersentak kaget.
Mata bulatnya terbuka dalam sekejap.
Ia terkejut mendapati Yoochun yang berlutut di hadapannya saat ini.

  “Yoochun ah?” Ujarnya bingung.

  “Aku mengantar Yunho pulang, ia sudah di kamarnya sekarang” Jelas Yoochun.

Oh, Jaejoong mengangguk mengerti.
Ia segera beranjak dari duduknya.

  “Jja Chun ah, aku akan mengantarmu ke kamar tamu, lebih baik kau menginap saja”

  “Ne, Yunho juga memintaku untuk bermalam di sini”

Jaejoong tersenyum, ia mengantarkan Yoochun ke kamar yang ada di lantai satu.
Setelah memastikan namja chubby itu nyaman dengan kamarnya, ia segera menyusul Yunho ke lantai dua.

CKLEK.

Jaejoong membuka pelan pintu kamarnya.
Mata bulatnya mendapati Yunho yang sudah terlelap pulas di sana.
Hmp.
Seulas senyum manis terukir di bibir ranumnya.
Ia berjalan mendekati sang suami dengan pelan.

Kemudian ia berlutut di sampingnya.

  “Kau pasti sangat lelah hn?” Bisik Jaejoong lirih. Nyaris tidak terdengar.

Jemari lentiknya mengusap lembut poni Yunho ke belakang.
Mengagumi paras tampan kekasihnya.
Sangat tampan.

  “Tidurlah yang lelap, aku mencintaimu” Sambung Jaejoong lagi.

Namja cantik itu mencondongkan tubuhnya ke depan, mengecup lembut dahi dan bibir Yunho.
Kemudian ia menaiki ranjang dan tidur di samping Yunho.
Malam ini saja, ia ingin ikut beristirahat, setelah memanipulasi tidur suaminya selama ini.

  “Cepatlah hadir, Umma menantikanmu” Gumam Jaejoong seraya mengusap lembut perutnya.


-------


Yunho menuruni tangga dengan pelan pagi ini.
Untung saja ini hari libur, ingatnya.
Namja tampan itu menguap pelan dan menggaruk tengkuknya.

  “Hahaha! Kau benar~!”

DEG.

Yunho terkesiap.
Jantungnya berdebar pelan.
Suara itu, bukankah milik Jaejoong?

Namja tampan itu mengernyitkan dahinya ketika ia berhasil mengintip ruang makan.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan Jaejoong dan Yoochun yang tampak tertawa bersama di sana.
Mata bulat Jaejoong menyipit lucu.
Bibir ranumnya tertawa manis.
Gurat bahagia tercetak jelas pada wajah cantiknya.

Yunho tidak pernah melihat tawa itu sebelumnya.

  “Ah, Yunho! Kajja, kita sarapan!” Seru Jaejoong saat ia melihat Yunho tidak sengaja.

Namja tampan itu mengerjapkan mata musangnya.
Ia berbalik dan berjalan meninggalkan ruang makan.
Mengacuhkan Jaejoong untuk yang kesekian kalinya.

Yunho terus berjalan sampai pintu depan.
Ia memakai skaulnya dan memutar ke halaman belakang melalui jalan setapak di samping rumahnya.
Namja tampan itu mengedarkan pandangannya.
Memperhatikan wahana replika taman bermain yang berdiri kokoh di sana.

Roller coaster yang sunyi.
Komidi putar yang lengang.
Dan puluhan wahana lainnya yang berderit pelan karena angin.

Yunho mendudukkan dirinya di bangku taman yang menghadap langsung wahana-wahana tersebut.
Ia mengusap wajahnya.
Mencoba menahan air matanya agar tidak tumpah.

Sekarang harus ia apakan semua ini?

Ia tidak akan pernah bisa memiliki anak.
Tidak akan pernah bisa melihat hadiahnya ini terpakai.
Pikiran itu membuat Yunho tertekan.
Namja tampan itu menundukkan wajahnya.

Memijat pelipisnya membiarkan tangisnya mengalir dalam hening.

Tanpa menyadari Jaejoong yang telah berdiri di belakangnya.
Namja cantik itu hanya berniat untuk mengajak Yunho minum teh bersama karena Yunho belum memakan sarapannya.
Ia sama sekali tidak menyangka akan mendapati suaminya dalam keadaan seperti ini.

Jaejoong mulai sadar betapa berartinya kehadiran malaikat kecil untuk suaminya saat ini.
Mata bulatnya menjelajah seluruh halaman belakang dengan tenggorokan yang tercekat.
Air matanya mulai berjatuhan.
Ia menutup mulutnya dengan kedua tangan, tidak ingin Yunho menyadari kehadirannya di sana.

Sementara itu, tanpa keduanya sadari, Park Yoochun tengah memperhatikan mereka.
Namja chubby itu berdiri di balik jendela kaca yang ada di ruang tengah.
Ia memegang erat kamera polaroid milik Jaejoong.
Dan tanpa sadar ia mengangkat benda itu tepat di depan matanya.

CKLIK!

Selembar kertas keluar dari bagian atas kamera.
Tersangkut begitu saja tanpa terambil.


-------


Yunho tampak diam akhir-akhir ini.
Ia nyaris tidak pernah lagi berbicara.
Setengah dari waktunya hanya ia habiskan untuk melamun.
Setidaknya itu yang ada di pikiran Park Yoochun saat ini.

  “Direktur Hwang ingin mengunjungi kantor kita dan melihat produk ponsel dari perusahaan, Yunho”

  “…”

  “Yunho!”

DEG!

Yunho tersentak kaget.
Ia segera duduk dengan tegak dan menatap Yoochun yang menghela nafasnya.

  “Kita bisa melanjutkan pembicaraan ini kalau kau sudah merasa sehat” Ucap namja chubby itu penuh kesabaran.

  “Mianhae” Bisik Yunho.

Yoochun hanya diam.
Jemarinya sibuk merapikan berkas yang diacaknya sejak tadi.
Aish, percuma saja ia berkoar panjang lebar kalau ternyata Yunho kembali kambuh.
Melamun seperti biasanya.

  “Aku hanya khawatir, apakah tidak ada yang ingin kau ceritakan kepadaku?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.

Yunho menghembuskan nafas panjang.
Ia tersenyum kecut.
 
  “Kau tahu apa yang sudah mengganggu pikiranku akhir-akhir ini?”

  “Kalau aku tahu tentu aku tidak akan bertanya, Yunho”

  “Kau benar”

Yoochun tersenyum.

  “Jadi? Apa?”

  “Aku berniat meninggalkan Jaejoong”

  “MWO?!”

Park Yoochun membulatkan matanya tidak percaya.
Ia refleks memekik mendengarnya.
Meninggalkan Jaejoong?
Apa Yunho sudah gila?

  “Maksudku, bukan dengan perceraian..Aku..Hanya ingin jauh darinya, itu saja” Jelas Yunho.

Yoochun mengerutkan dahinya.
Masih tidak menerima ucapan Yunho.

  “Untuk apa aku menghabiskan waktuku bersamanya jika aku hanya bisa menyakitinya dengan segala tingkah laku-ku, Chun ah? Lebih baik aku pergi”

  “Tapi itu bukan solusi yang baik!”

  “Lalu? Bisa kau beritahu aku bagaimana solusi yang kau maksud?”

  “…”

  “Kupikir aku butuh waktu untuk diriku sendiri..Aku lelah..Aku telah bersumpah pada Ummaku agar tidak pernah menodai pernikahan ini..”

  “Apakah kau sudah memberitahu Jaejoong?”

Yunho tersenyum kecil.
Ia menggeleng.
Memijat pelipisnya pelan.

  “Aku belum memberitahunya, mungkin nanti” Bisiknya pelan.

Yoochun hanya diam.


-------


Jaejoong sedang sibuk mengisi buku bersampul merahnya saat Yunho pulang.
Namja cantik itu segera bergegas menjemput Yunho di teras depan dengan senyum manisnya seperti biasa.
Yunho yang sedang membuka sepatunya melirik sekilas namja cantik itu.
Ia melihat Jaejoong mendekap sebuah buku bersampul merah di dadanya.

  “Aku sudah menyiapkan makan malam” Ucap Jaejoong lembut.

  “Aku sudah makan di luar” Sahut Yunho dingin.

Jaejoong hanya bisa tersenyum miris.
Selalu seperti ini.
Tidak pernah berubah.
Sudah hampir dua bulan pernikahan mereka berlangsung, tapi Yunho sama sekali tidak memberikan celah kepadanya untuk masuk.

  “Ne, gwenchana, kau ingin langsung mandi atau tidur, Yunho yah?”

  “Mandi”

  “Arasseo, aku akan menyiapkan air hangatnya dulu”

Jaejoong merengkuh jas dan tas kantor milik suaminya.
Ia berjalan tergesa menaiki tangga.
Well, setidaknya ia masih bisa melayani Yunho walau sekedar menyiapkan air mandinya.

BRUKK.

Yunho merebahkan tubuhnya di atas sofa.
Mata musangnya menatap kosong potret pernikahannya bersama Jaejoong.
Ia memijat tengkuknya pelan.
Di sana, di potret itu, ia sama sekali tidak tersenyum.

Justru Jaejoong yang tersenyum bahagia, kedua mata bulatnya yang menggemaskan tampak berkaca-kaca karena haru.

Huh.
Yunho tersenyum miring.
Penasaran akan seperti apa ekspresi namja cantik itu ketika ia tahu kalau Yunho akan pergi meninggalkannya.
Apakah ia akan menangis?
Atau ia hanya diam?

  “Yunho ah, air hangatnya sudah siap, piyamamu kuletakkan di atas ranjang seperti biasa ne?”

Yunho terkejut ketika suara merdu Jaejoong membahana secara tiba-tiba.
Namja tampan itu segera berbalik dan mendapati Jaejoong sedang berjalan menuruni tangga.
Tersenyum padanya dan segera memasuki dapur.
Ah, pasti membuat susu untuknya lagi.

Yunho berjalan menaiki tangga.
Mengingat-ingat kebaikan Jaejoong selama ini.

Namja cantik itu tidak pernah mengeluh atau marah-marah padanya setiap kali ia pulang terlambat.
Ia juga selalu sabar menghadapi ucapan atau tingkah laku Yunho yang menyakitkan hati.
Bahkan ia masih saja melayani suaminya dengan sepenuh hati.

Menyiapkan makanan walaupun ia tahu Yunho tidak akan pernah memakannya.
Meletakkan pakaian yang akan dikenakan Yunho setiap harinya.
Menghangatkan air mandi setiap kali Yunho akan menggunakannya.

Hanya saja satu yang kurang.

Ia seorang namja.
Dan itu merusak segalanya.

Namja tampan itu menghabiskan hampir satu jam untuk mandi dan memakai piyamanya.
Ia menoleh ketika Jaejoong membuka pintu kamar dengan segelas susu hangat di tangannya.
Namja cantik itu tersenyum manis, sangat manis.
Ia mendekati Yunho dan memberikan gelas tersebut kepadanya.

  “Habiskan ne” Ucap Jaejoong masih tersenyum.

Yunho membalikkan tubuhnya, menghadap ke arah jendela kaca dan memandang siluet taman bermain yang terlihat dari sana.
Namja tampan itu termenung sesaat.
Ia segera meletakkan gelas kaca tersebut di atas meja nakas setelah menghabiskan susunya.

Dan seperti biasa, Jaejoong akan menunggu hingga lima belas menit kemudian, memastikan suaminya telah terlelap pulas, kemudian memanfaatkan obat perangsang yang sudah dicampurkannya ke dalam susu.
Curang memang, tapi Jaejoong bisa apa?
Ia tidak mungkin secara terang-terangan meminta Yunho untuk menyetubuhinya.

Namja tampan itu akan mengamuk.

Jaejoong lebih menerima sakit hatinya dan menelan air matanya setiap kali ia bersetubuh dengan Yunho yang sama sekali tidak sadar.
Itu lebih baik.

Ya, itu lebih baik.

Ia ingin memberikan kejutan kepada Yunho setelah segala usahanya selama ini berhasil.
Dan ia akan mengatakan semuanya dengan jujur kepada Yunho setelah itu.

Ia berjanji.


-------


Yunho berjalan menuruni tangga seraya memakai dasinya.
Namja tampan itu tidak menemukan Jaejoong di manapun pagi ini.
Tidak di kamar, tidak juga di dapur.
Padahal biasanya Jaejoong ada di sana memasak sarapan.

Apa namja cantik itu sudah lelah karena Yunho selalu menolak masakannya?

  “Eoh?”

Yunho menaikkan alisnya ketika ia melewati jendela dapur yang terbuat dari kaca raksasa itu.
Bukankah itu Jaejoong?
Yang sedang duduk di kursi taman belakang?

Yunho segera membuka pintu geser jendela tersebut dan melangkah keluar, menghampiri istrinya.

  “Hei” Panggil Yunho.

Tidak ada sahutan.
Namja tampan itu mengernyitkan dahinya.
Mendapati Jaejoong yang tertidur di kursi itu.

  “Bagaimana bisa ia tidur di sini? Apa ia sakit?” Pikir Yunho menaikkan alisnya.

Namja tampan itu menyentuh pipi Jaejoong hendak membangunkan namja cantik itu, namun kemudian ia tersentak kaget merasakan pipi tersebut panas.
Yunho memekik.

  “Yah! Kau benar-benar sakit?!”

Namja tampan itu mendadak panik, ia segera menggendong Jaejoong dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Aish.
Ia berdecak kesal dan menelepon Yoochun dengan segera, memberitahukan namja chubby itu kalau ia tidak pergi ke kantor hari ini.

Yunho merebahkan Jaejoong di atas ranjang.
Ia berlari menuruni tangga dan membuka kotak kesehatan dengan tergesa, mengambil apa saja yang berbau mengobati demam.

CKLEK!

Pintu kamar terbuka kasar, Yunho segera menghampiri Jaejoong yang masih tidak sadar dan menempelkan plester penurun panas di dahinya.
Namja tampan itu melonggarkan ikatan dasi pada lehernya dan membuka kancing teratas kemejanya.

Ia mendesah panjang dan mengambil kunci mobilnya.

Well, ia sangat buruk dalam hal memasak, dan ia tahu itu.
Jadi lebih baik ia segera pergi membeli bubur terdekat sebelum panas Jaejoong semakin menjadi.

Setengah jam kemudian Yunho kembali.
Ia menuangkan bubur ke dalam mangkuk dan membawanya ke kamar atas.
Mendapati Jaejoong sudah terbangun seraya menatap kosong langit-langit kamar.

  “Hei, kau sudah sadar” Sapa Yunho.

Jaejoong menoleh.
Mengerutkan dahinya melihat apa yang Yunho bawa.

  “Jja, kau harus makan bubur ini dan segera minum obat”

  “Ugh..Aku tidak mau bubur”

  “Lalu? Kau mau apa? Mie?”

  “Aku mau es krim”

  “MWOYA? Es krim? Ya! Kau itu sedang sakit, Jaejoong ah! Apa kau gila?!”

Jaejoong mempoutkan bibir ranumnya kesal.
Wajahnya tampak memerah karena demam.
Ia mendengus.

  “Aku tidak akan minum obat apa pun selama tidak ada es krim!” Erangnya manja.

Aish.
Yunho mengusap wajahnya sabar.
Ia menatap tajam namja cantik itu.
Kemudian ia beranjak turun ke dapur dan mengambil satu cup es krim rasa vanilla dari kulkas.

  “Habiskan!” Kesal Yunho.

  “Gomawo” Seru Jaejoong senang.

Namja cantik itu sedikit mengeluh ketika ia mencoba untuk bersandar pada kepala ranjang.
Namun jemarinya segera mencengkram sendok es krim dengan semangat.
Ia melahap es krim tersebut penuh nikmat.
Membuat Yunho hanya bisa menatapnya tidak percaya.

  “Yah, jangan terlalu banyak, nanti kau bisa flu”

  “Bukankah kau menyuruhku menghabiskannya?”

  “Aish, aku hanya bercanda! Sini!”

Jaejoong mencebilkan bibirnya.
Namja cantik itu membuka mulutnya ketika Yunho sudah bersiap memasukkan obat ke dalam mulutnya.

  “Istirahat lagi, aku ada di bawah, kalau butuh apa-apa teriak saja”

Yunho mengangkat mangkuk es krim tersebut dan berjalan menuruni tangga.
Mengacuhkan Jaejoong yang terdiam di tempatnya.

Ia baru sadar.

Kalau Yunho memerhatikannya.


-------


Demam Jaejoong sudah sembuh hari ini.
Namja cantik itu mendapatkan peringatan dari dokter pribadinya ketika ia memeriksakan dirinya sendiri ke rumah sakit.
Dokter cantik itu bilang kalau Jaejoong kelelahan karena memaksakan diri untuk melayani suaminya setiap malam.

Aish.

Dokter itu membuatnya malu.
Seakan-akan suaminya adalah seseorang yang tidak bisa menahan nafsunya sehari saja.

Huh, Jaejoong tersenyum kecut.
Andai wanita itu tahu kejadian sebenarnya.

  “Aku pulang”

Jaejoong menutup pintu rumahnya pelan.
Ia memasukkan jemarinya ke dalam saku jaketnya dan merasakan pipinya panas.
Yunho harus segera melihat hasil pemeriksaannya hari ini.

Harus!

  “Yunho ah?”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Kedua mata bulatnya menatap bingung Yunho yang berdiri di pinggir ranjang mereka.
Dengan sebuah koper besar yang tertutup.

  “U-Untuk apa koper itu? Apa kau akan pergi karena pekerjaan?” Tanya Jaejoong bergetar.

Yunho menghela nafasnya.
Ia mengambil koper itu dan menyeretnya di lantai.

  “Aku akan pergi, Jaejoong, tapi bukan karena pekerjaan” Sahut Yunho akhirnya.

Jantung Jaejoong berpacu kencang.
Nafasnya sesak.
Kedua matanya mulai berkaca-kaca.
Ia melangkahkan kakinya mengikuti Yunho yang berjalan menuju pintu depan.

  “Ke-kenapa? Kenapa, Yunho ah?” Bisik Jaejoong lirih, nyaris tidak terdengar.

Yunho menundukkan wajahnya sejenak.
Kemudian ia berbalik dan menatap langsung mata bulat itu.

  “Maafkan aku..Aku sudah memikirkan hal ini sejak lama..Dan ini adalah batasku, aku tidak bisa bersamamu lebih lama lagi Jaejoong ah..Atau kau dan aku akan saling terluka satu sama lain”

  “Ka-Kau tidak bisa melakukan hal ini kepadaku Yunho ah..Tidak bisa..”

  “Mianhae”

Jaejoong merasakan hatinya hancur ketika Yunho kembali menyeret kopernya.
Mengacuhkan ia yang terpaku di depan pintu.

  “Yunho ah! Kapan? Kapan kau akan kembali?” Desis Jaejoong menatap nanar punggung kekar itu.

  “Mungkin..Aku tidak akan pernah kembali lagi, Jaejoong ah..Jaga dirimu” Balas Yunho tanpa menoleh.

Air mata Jaejoong berjatuhan.
Tangisnya pecah.
Namja cantik itu terduduk lemas di lantai.
Sengguknya begitu keras, hingga wajahnya tampak memerah.

  “Kajima Yunho ah! Kajima..Hiks..Hiks..”

Jaejoong mencengkram rambut hitamnya erat.
Nafasnya semakin sesak.
Air matanya tidak berhenti mengalir.
Perih.
Sangat perih.

  I don’t want you to go..Please..” Isaknya lirih.

Namja cantik itu memekikkan nama Yunho lantang, berharap namja tampan itu akan kembali padanya.
Ia mencengkram saku jaketnya, mengambil selembar kertas dari sana.
Membiarkan benda itu terjatuh nanar di atas lantai.

Jaejoong merasakan kepalanya berdenyut sakit.
Ia merintih di lantai.
Bibir ranumnya berkicau tak jelas.

  “Aku hamil Yunho yah..Aku hamil..”

TBC :D

2 komentar: