I don’t want you to go..Please..
PART 2.
Yunho terus menyibukkan
dirinya dengan berkas-berkas laporan perusahaannya.
Ia bahkan melupakan sarapan
pagi dan makan siangnya.
Namja tampan itu terus
bekerja hingga ia bisa mengalihkan perhatiannya dari pernikahannya beberapa
waktu lalu.
Sudah seminggu.
Namun Yunho masih belum bisa
menerima kehadiran Jaejoong sepenuhnya.
Ia tetap memandang benci
namja cantik itu setiap kali mereka bertatap muka.
Menolak semua masakan yang
diterimanya dari namja cantik itu.
Walaupun pada akhirnya ia
akan terlelap dengan susu buatan Jaejoong.
TOK TOK TOK.
“Masuk”
CKLEK.
Yunho menolehkan pandangannya,
menatap Park Yoochun yang melangkah memasuki ruangan setelah menutup pintu.
Namja chubby itu tersenyum
dan membungkukkan tubuhnya.
“Ada apa?” Tanya Yunho jengah.
Yoochun masih tersenyum.
Ia melirik jam tangannya.
“Hanya ingin mengingatkanmu kalau ini sudah
hampir tengah malam, Yunho”
“Lalu?”
“Istrimu akan sangat khawatir kalau kau tidak
kembali sekarang juga”
GRUSAKK!
Yunho mencengkram erat
berkas yang masih ada di genggamannya.
Dahinya mengerut emosi.
Nafasnya tersendat.
Ia menatap nyalang mata
bulat Yoochun.
“Kau mendengarku, Park Yoochun, aku tidak
akan pernah menganggap namja sialan itu sebagai istriku! Tidak akan pernah!!
Bagaimana bisa kau menyebutnya sebagai seorang istri sementara untuk melakukan
tugas utama dari statusnya saja ia tidak akan pernah bisa?!” Teriak Yunho
marah.
Yoochun terdiam.
Ia menundukkan wajahnya.
“Maafkan aku” Ujarnya.
Yunho menggebrak meja.
Ia kembali terduduk di
kursinya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran.
“Kepalaku sakit, Chun ah..Aku hanya
menginginkan seorang anak..Hanya itu..Kenapa hidupku jadi seperti ini?”
Desahnya lirih.
Yoochun tidak menyahut.
Ia masih menunduk
mendengarkan segala keluh kesah Tuan Muda Jung itu.
Yunho mengusap wajahnya
kasar.
Ia menarik nafas panjang dan
segera menyambar tas kerjanya.
“Kajja” Ucapnya melewati Yoochun.
Namja chubby itu segera
beranjak mengikuti Yunho.
Ia tahu ia harus menyetir
untuk atasannya itu sekarang.
Yunho tidak akan pernah bisa
menyetir dengan normal jika ia telah dikuasai oleh emosi.
Ia cukup tahu hal itu.
Dua puluh menit kemudian
mobil mewah itu berhenti di depan teras rumah Yunho.
Namja tampan itu beranjak
keluar dari mobil dan segera memasuki pintu rumahnya setelah ia mengajak
Yoochun untuk menginap saja di rumahnya.
CKLEK.
Yunho menutup pintu
tersebut.
Ia melangkah memasuki ruang
tengah dan terdiam mendapati Jaejoong yang tertidur di sofa.
Eoh?
Namja cantik itu
menunggunya?
Yunho berdecak.
Ia melanjutkan langkahnya
menaiki tangga dan menuju kamarnya.
Meninggalkan Yoochun yang
kini menghampiri namja cantik itu.
“Joongie, kau akan masuk angin kalau tidur di
sini” Bisik Yoochun seraya menggoyangkan tubuh Jaejoong.
Namja cantik itu tersentak
kaget.
Mata bulatnya terbuka dalam
sekejap.
Ia terkejut mendapati
Yoochun yang berlutut di hadapannya saat ini.
“Yoochun ah?” Ujarnya bingung.
“Aku mengantar Yunho pulang, ia sudah di
kamarnya sekarang” Jelas Yoochun.
Oh, Jaejoong mengangguk
mengerti.
Ia segera beranjak dari
duduknya.
“Jja Chun ah, aku akan mengantarmu ke kamar
tamu, lebih baik kau menginap saja”
“Ne, Yunho juga memintaku untuk bermalam di
sini”
Jaejoong tersenyum, ia
mengantarkan Yoochun ke kamar yang ada di lantai satu.
Setelah memastikan namja
chubby itu nyaman dengan kamarnya, ia segera menyusul Yunho ke lantai dua.
CKLEK.
Jaejoong membuka pelan pintu
kamarnya.
Mata bulatnya mendapati
Yunho yang sudah terlelap pulas di sana.
Hmp.
Seulas senyum manis terukir
di bibir ranumnya.
Ia berjalan mendekati sang
suami dengan pelan.
Kemudian ia berlutut di
sampingnya.
“Kau pasti sangat lelah hn?” Bisik Jaejoong
lirih. Nyaris tidak terdengar.
Jemari lentiknya mengusap
lembut poni Yunho ke belakang.
Mengagumi paras tampan
kekasihnya.
Sangat tampan.
“Tidurlah yang lelap, aku mencintaimu”
Sambung Jaejoong lagi.
Namja cantik itu
mencondongkan tubuhnya ke depan, mengecup lembut dahi dan bibir Yunho.
Kemudian ia menaiki ranjang
dan tidur di samping Yunho.
Malam ini saja, ia ingin
ikut beristirahat, setelah memanipulasi tidur suaminya selama ini.
“Cepatlah hadir, Umma menantikanmu” Gumam
Jaejoong seraya mengusap lembut perutnya.
-------
Yunho menuruni tangga dengan
pelan pagi ini.
Untung saja ini hari libur,
ingatnya.
Namja tampan itu menguap
pelan dan menggaruk tengkuknya.
“Hahaha! Kau benar~!”
DEG.
Yunho terkesiap.
Jantungnya berdebar pelan.
Suara itu, bukankah milik
Jaejoong?
Namja tampan itu
mengernyitkan dahinya ketika ia berhasil mengintip ruang makan.
Mata musangnya bergerak
pelan memperhatikan Jaejoong dan Yoochun yang tampak tertawa bersama di sana.
Mata bulat Jaejoong menyipit
lucu.
Bibir ranumnya tertawa
manis.
Gurat bahagia tercetak jelas
pada wajah cantiknya.
Yunho tidak pernah melihat
tawa itu sebelumnya.
“Ah, Yunho! Kajja, kita sarapan!” Seru
Jaejoong saat ia melihat Yunho tidak sengaja.
Namja tampan itu
mengerjapkan mata musangnya.
Ia berbalik dan berjalan
meninggalkan ruang makan.
Mengacuhkan Jaejoong untuk
yang kesekian kalinya.
Yunho terus berjalan sampai
pintu depan.
Ia memakai skaulnya dan
memutar ke halaman belakang melalui jalan setapak di samping rumahnya.
Namja tampan itu mengedarkan pandangannya.
Memperhatikan wahana replika
taman bermain yang berdiri kokoh di sana.
Roller coaster yang sunyi.
Komidi putar yang lengang.
Dan puluhan wahana lainnya
yang berderit pelan karena angin.
Yunho mendudukkan dirinya di
bangku taman yang menghadap langsung wahana-wahana tersebut.
Ia mengusap wajahnya.
Mencoba menahan air matanya
agar tidak tumpah.
Sekarang harus ia apakan
semua ini?
Ia tidak akan pernah bisa
memiliki anak.
Tidak akan pernah bisa
melihat hadiahnya ini terpakai.
Pikiran itu membuat Yunho
tertekan.
Namja tampan itu menundukkan
wajahnya.
Memijat pelipisnya
membiarkan tangisnya mengalir dalam hening.
Tanpa menyadari Jaejoong
yang telah berdiri di belakangnya.
Namja cantik itu hanya
berniat untuk mengajak Yunho minum teh bersama karena Yunho belum memakan
sarapannya.
Ia sama sekali tidak
menyangka akan mendapati suaminya dalam keadaan seperti ini.
Jaejoong mulai sadar betapa
berartinya kehadiran malaikat kecil untuk suaminya saat ini.
Mata bulatnya menjelajah
seluruh halaman belakang dengan tenggorokan yang tercekat.
Air matanya mulai
berjatuhan.
Ia menutup mulutnya dengan
kedua tangan, tidak ingin Yunho menyadari kehadirannya di sana.
Sementara itu, tanpa
keduanya sadari, Park Yoochun tengah memperhatikan mereka.
Namja chubby itu berdiri di
balik jendela kaca yang ada di ruang tengah.
Ia memegang erat kamera
polaroid milik Jaejoong.
Dan tanpa sadar ia
mengangkat benda itu tepat di depan matanya.
CKLIK!
Selembar kertas keluar dari
bagian atas kamera.
Tersangkut begitu saja tanpa
terambil.
-------
Yunho tampak diam
akhir-akhir ini.
Ia nyaris tidak pernah lagi
berbicara.
Setengah dari waktunya hanya
ia habiskan untuk melamun.
Setidaknya itu yang ada di
pikiran Park Yoochun saat ini.
“Direktur Hwang ingin mengunjungi kantor kita
dan melihat produk ponsel dari perusahaan, Yunho”
“…”
“Yunho!”
DEG!
Yunho tersentak kaget.
Ia segera duduk dengan tegak
dan menatap Yoochun yang menghela nafasnya.
“Kita bisa melanjutkan pembicaraan ini kalau kau
sudah merasa sehat” Ucap namja chubby itu penuh kesabaran.
“Mianhae” Bisik Yunho.
Yoochun hanya diam.
Jemarinya sibuk merapikan
berkas yang diacaknya sejak tadi.
Aish, percuma saja ia
berkoar panjang lebar kalau ternyata Yunho kembali kambuh.
Melamun seperti biasanya.
“Aku hanya khawatir, apakah tidak ada yang
ingin kau ceritakan kepadaku?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya.
Yunho menghembuskan nafas
panjang.
Ia tersenyum kecut.
“Kau tahu apa yang sudah mengganggu pikiranku
akhir-akhir ini?”
“Kalau aku tahu tentu aku tidak akan
bertanya, Yunho”
“Kau benar”
Yoochun tersenyum.
“Jadi? Apa?”
“Aku berniat meninggalkan Jaejoong”
“MWO?!”
Park Yoochun membulatkan
matanya tidak percaya.
Ia refleks memekik
mendengarnya.
Meninggalkan Jaejoong?
Apa Yunho sudah gila?
“Maksudku, bukan dengan
perceraian..Aku..Hanya ingin jauh darinya, itu saja” Jelas Yunho.
Yoochun mengerutkan dahinya.
Masih tidak menerima ucapan
Yunho.
“Untuk apa aku menghabiskan waktuku
bersamanya jika aku hanya bisa menyakitinya dengan segala tingkah laku-ku, Chun
ah? Lebih baik aku pergi”
“Tapi itu bukan solusi yang baik!”
“Lalu? Bisa kau beritahu aku bagaimana solusi
yang kau maksud?”
“…”
“Kupikir aku butuh waktu untuk diriku
sendiri..Aku lelah..Aku telah bersumpah pada Ummaku agar tidak pernah menodai
pernikahan ini..”
“Apakah kau sudah memberitahu Jaejoong?”
Yunho tersenyum kecil.
Ia menggeleng.
Memijat pelipisnya pelan.
“Aku belum memberitahunya, mungkin nanti”
Bisiknya pelan.
Yoochun hanya diam.
-------
Jaejoong sedang sibuk
mengisi buku bersampul merahnya saat Yunho pulang.
Namja cantik itu segera bergegas
menjemput Yunho di teras depan dengan senyum manisnya seperti biasa.
Yunho yang sedang membuka
sepatunya melirik sekilas namja cantik itu.
Ia melihat Jaejoong mendekap
sebuah buku bersampul merah di dadanya.
“Aku sudah menyiapkan makan malam” Ucap
Jaejoong lembut.
“Aku sudah makan di luar” Sahut Yunho dingin.
Jaejoong hanya bisa
tersenyum miris.
Selalu seperti ini.
Tidak pernah berubah.
Sudah hampir dua bulan
pernikahan mereka berlangsung, tapi Yunho sama sekali tidak memberikan celah
kepadanya untuk masuk.
“Ne, gwenchana, kau ingin langsung mandi atau
tidur, Yunho yah?”
“Mandi”
“Arasseo, aku akan menyiapkan air hangatnya
dulu”
Jaejoong merengkuh jas dan
tas kantor milik suaminya.
Ia berjalan tergesa menaiki
tangga.
Well, setidaknya ia masih bisa
melayani Yunho walau sekedar menyiapkan air mandinya.
BRUKK.
Yunho merebahkan tubuhnya di
atas sofa.
Mata musangnya menatap
kosong potret pernikahannya bersama Jaejoong.
Ia memijat tengkuknya pelan.
Di sana, di potret itu, ia
sama sekali tidak tersenyum.
Justru Jaejoong yang
tersenyum bahagia, kedua mata bulatnya yang menggemaskan tampak berkaca-kaca
karena haru.
Huh.
Yunho tersenyum miring.
Penasaran akan seperti apa
ekspresi namja cantik itu ketika ia tahu kalau Yunho akan pergi
meninggalkannya.
Apakah ia akan menangis?
Atau ia hanya diam?
“Yunho ah, air hangatnya sudah siap, piyamamu
kuletakkan di atas ranjang seperti biasa ne?”
Yunho terkejut ketika suara
merdu Jaejoong membahana secara tiba-tiba.
Namja tampan itu segera
berbalik dan mendapati Jaejoong sedang berjalan menuruni tangga.
Tersenyum padanya dan segera
memasuki dapur.
Ah, pasti membuat susu
untuknya lagi.
Yunho berjalan menaiki
tangga.
Mengingat-ingat kebaikan
Jaejoong selama ini.
Namja cantik itu tidak
pernah mengeluh atau marah-marah padanya setiap kali ia pulang terlambat.
Ia juga selalu sabar
menghadapi ucapan atau tingkah laku Yunho yang menyakitkan hati.
Bahkan ia masih saja
melayani suaminya dengan sepenuh hati.
Menyiapkan makanan walaupun
ia tahu Yunho tidak akan pernah memakannya.
Meletakkan pakaian yang akan
dikenakan Yunho setiap harinya.
Menghangatkan air mandi
setiap kali Yunho akan menggunakannya.
Hanya saja satu yang kurang.
Ia seorang namja.
Dan itu merusak segalanya.
Namja tampan itu
menghabiskan hampir satu jam untuk mandi dan memakai piyamanya.
Ia menoleh ketika Jaejoong
membuka pintu kamar dengan segelas susu hangat di tangannya.
Namja cantik itu tersenyum
manis, sangat manis.
Ia mendekati Yunho dan memberikan
gelas tersebut kepadanya.
“Habiskan ne” Ucap Jaejoong masih tersenyum.
Yunho membalikkan tubuhnya,
menghadap ke arah jendela kaca dan memandang siluet taman bermain yang terlihat
dari sana.
Namja tampan itu termenung
sesaat.
Ia segera meletakkan gelas
kaca tersebut di atas meja nakas setelah menghabiskan susunya.
Dan seperti biasa, Jaejoong
akan menunggu hingga lima belas menit kemudian, memastikan suaminya telah
terlelap pulas, kemudian memanfaatkan obat perangsang yang sudah dicampurkannya
ke dalam susu.
Curang memang, tapi Jaejoong
bisa apa?
Ia tidak mungkin secara
terang-terangan meminta Yunho untuk menyetubuhinya.
Namja tampan itu akan
mengamuk.
Jaejoong lebih menerima
sakit hatinya dan menelan air matanya setiap kali ia bersetubuh dengan Yunho
yang sama sekali tidak sadar.
Itu lebih baik.
Ya, itu lebih baik.
Ia ingin memberikan kejutan
kepada Yunho setelah segala usahanya selama ini berhasil.
Dan ia akan mengatakan
semuanya dengan jujur kepada Yunho setelah itu.
Ia berjanji.
-------
Yunho berjalan menuruni
tangga seraya memakai dasinya.
Namja tampan itu tidak
menemukan Jaejoong di manapun pagi ini.
Tidak di kamar, tidak juga
di dapur.
Padahal biasanya Jaejoong
ada di sana memasak sarapan.
Apa namja cantik itu sudah
lelah karena Yunho selalu menolak masakannya?
“Eoh?”
Yunho menaikkan alisnya
ketika ia melewati jendela dapur yang terbuat dari kaca raksasa itu.
Bukankah itu Jaejoong?
Yang sedang duduk di kursi
taman belakang?
Yunho segera membuka pintu
geser jendela tersebut dan melangkah keluar, menghampiri istrinya.
“Hei” Panggil Yunho.
Tidak ada sahutan.
Namja tampan itu
mengernyitkan dahinya.
Mendapati Jaejoong yang
tertidur di kursi itu.
“Bagaimana bisa ia tidur di sini? Apa ia
sakit?” Pikir Yunho menaikkan alisnya.
Namja tampan itu menyentuh
pipi Jaejoong hendak membangunkan namja cantik itu, namun kemudian ia tersentak
kaget merasakan pipi tersebut panas.
Yunho memekik.
“Yah! Kau benar-benar sakit?!”
Namja tampan itu mendadak
panik, ia segera menggendong Jaejoong dan membawanya masuk ke dalam rumah.
Aish.
Ia berdecak kesal dan
menelepon Yoochun dengan segera, memberitahukan namja chubby itu kalau ia tidak
pergi ke kantor hari ini.
Yunho merebahkan Jaejoong di
atas ranjang.
Ia berlari menuruni tangga
dan membuka kotak kesehatan dengan tergesa, mengambil apa saja yang berbau
mengobati demam.
CKLEK!
Pintu kamar terbuka kasar,
Yunho segera menghampiri Jaejoong yang masih tidak sadar dan menempelkan
plester penurun panas di dahinya.
Namja tampan itu
melonggarkan ikatan dasi pada lehernya dan membuka kancing teratas kemejanya.
Ia mendesah panjang dan
mengambil kunci mobilnya.
Well, ia sangat buruk dalam hal
memasak, dan ia tahu itu.
Jadi lebih baik ia segera
pergi membeli bubur terdekat sebelum panas Jaejoong semakin menjadi.
Setengah jam kemudian Yunho
kembali.
Ia menuangkan bubur ke dalam
mangkuk dan membawanya ke kamar atas.
Mendapati Jaejoong sudah
terbangun seraya menatap kosong langit-langit kamar.
“Hei, kau sudah sadar” Sapa Yunho.
Jaejoong menoleh.
Mengerutkan dahinya melihat
apa yang Yunho bawa.
“Jja, kau harus makan bubur ini dan segera
minum obat”
“Ugh..Aku tidak mau bubur”
“Lalu? Kau mau apa? Mie?”
“Aku mau es krim”
“MWOYA? Es krim? Ya! Kau itu sedang sakit,
Jaejoong ah! Apa kau gila?!”
Jaejoong mempoutkan bibir
ranumnya kesal.
Wajahnya tampak memerah
karena demam.
Ia mendengus.
“Aku tidak akan minum obat apa pun selama
tidak ada es krim!” Erangnya manja.
Aish.
Yunho mengusap wajahnya
sabar.
Ia menatap tajam namja
cantik itu.
Kemudian ia beranjak turun
ke dapur dan mengambil satu cup es krim rasa vanilla dari kulkas.
“Habiskan!” Kesal Yunho.
“Gomawo” Seru Jaejoong senang.
Namja cantik itu sedikit
mengeluh ketika ia mencoba untuk bersandar pada kepala ranjang.
Namun jemarinya segera
mencengkram sendok es krim dengan semangat.
Ia melahap es krim tersebut
penuh nikmat.
Membuat Yunho hanya bisa
menatapnya tidak percaya.
“Yah, jangan terlalu banyak, nanti kau bisa
flu”
“Bukankah kau menyuruhku menghabiskannya?”
“Aish, aku hanya bercanda! Sini!”
Jaejoong mencebilkan
bibirnya.
Namja cantik itu membuka
mulutnya ketika Yunho sudah bersiap memasukkan obat ke dalam mulutnya.
“Istirahat lagi, aku ada di bawah, kalau
butuh apa-apa teriak saja”
Yunho mengangkat mangkuk es
krim tersebut dan berjalan menuruni tangga.
Mengacuhkan Jaejoong yang
terdiam di tempatnya.
Ia baru sadar.
Kalau Yunho memerhatikannya.
-------
Demam Jaejoong sudah sembuh
hari ini.
Namja cantik itu mendapatkan
peringatan dari dokter pribadinya ketika ia memeriksakan dirinya sendiri ke
rumah sakit.
Dokter cantik itu bilang
kalau Jaejoong kelelahan karena memaksakan diri untuk melayani suaminya setiap
malam.
Aish.
Dokter itu membuatnya malu.
Seakan-akan suaminya adalah
seseorang yang tidak bisa menahan nafsunya sehari saja.
Huh, Jaejoong tersenyum
kecut.
Andai wanita itu tahu
kejadian sebenarnya.
“Aku pulang”
Jaejoong menutup pintu
rumahnya pelan.
Ia memasukkan jemarinya ke
dalam saku jaketnya dan merasakan pipinya panas.
Yunho harus segera melihat
hasil pemeriksaannya hari ini.
Harus!
“Yunho ah?”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Kedua mata bulatnya menatap
bingung Yunho yang berdiri di pinggir ranjang mereka.
Dengan sebuah koper besar
yang tertutup.
“U-Untuk apa koper itu? Apa kau akan pergi
karena pekerjaan?” Tanya Jaejoong bergetar.
Yunho menghela nafasnya.
Ia mengambil koper itu dan
menyeretnya di lantai.
“Aku akan pergi, Jaejoong, tapi bukan karena
pekerjaan” Sahut Yunho akhirnya.
Jantung Jaejoong berpacu
kencang.
Nafasnya sesak.
Kedua matanya mulai
berkaca-kaca.
Ia melangkahkan kakinya
mengikuti Yunho yang berjalan menuju pintu depan.
“Ke-kenapa? Kenapa, Yunho ah?” Bisik Jaejoong
lirih, nyaris tidak terdengar.
Yunho menundukkan wajahnya
sejenak.
Kemudian ia berbalik dan
menatap langsung mata bulat itu.
“Maafkan aku..Aku sudah memikirkan hal ini
sejak lama..Dan ini adalah batasku, aku tidak bisa bersamamu lebih lama lagi
Jaejoong ah..Atau kau dan aku akan saling terluka satu sama lain”
“Ka-Kau tidak bisa melakukan hal ini kepadaku
Yunho ah..Tidak bisa..”
“Mianhae”
Jaejoong merasakan hatinya
hancur ketika Yunho kembali menyeret kopernya.
Mengacuhkan ia yang terpaku
di depan pintu.
“Yunho ah! Kapan? Kapan kau akan kembali?”
Desis Jaejoong menatap nanar punggung kekar itu.
“Mungkin..Aku tidak akan pernah kembali lagi,
Jaejoong ah..Jaga dirimu” Balas Yunho tanpa menoleh.
Air mata Jaejoong
berjatuhan.
Tangisnya pecah.
Namja cantik itu terduduk
lemas di lantai.
Sengguknya begitu keras,
hingga wajahnya tampak memerah.
“Kajima Yunho ah! Kajima..Hiks..Hiks..”
Jaejoong mencengkram rambut
hitamnya erat.
Nafasnya semakin sesak.
Air matanya tidak berhenti
mengalir.
Perih.
Sangat perih.
“I
don’t want you to go..Please..” Isaknya lirih.
Namja cantik itu memekikkan
nama Yunho lantang, berharap namja tampan itu akan kembali padanya.
Ia mencengkram saku
jaketnya, mengambil selembar kertas dari sana.
Membiarkan benda itu
terjatuh nanar di atas lantai.
Jaejoong merasakan kepalanya
berdenyut sakit.
Ia merintih di lantai.
Bibir ranumnya berkicau tak
jelas.
“Aku hamil Yunho yah..Aku hamil..”
TBC :D
Ih.. bodoh banget sih yunho ini kesel jadinya :3
BalasHapusIh.. bodoh banget sih yunho ini kesel jadinya :3
BalasHapus