Let me show you what’s you’re missin..
PART 3.
Yoochun yang saat itu hanya
iseng ingin mengunjungi Jaejoong menjadi panik ketika ia mendapati namja cantik
itu pingsan di pintu depan rumahnya.
Aish, ia tidak tahu kalau
para maid paruh waktu bisa
mendapatkan hari libur khusus seperti hari ini.
Bagaimana kalau ia tidak
datang?
Yoochun tidak berani
membayangkan apa yang akan terjadi pada namja cantik itu.
Namja chubby itu masih duduk
di sofa seberang setelah ia membawa Jaejoong masuk ke dalam rumah dan
membaringkannya di salah satu sofa yang panjang.
Menunggu Jaejoong sadar dari
pingsannya.
Ah, Yoochun baru ingat, ia
tidak melihat Yunho sejak tadi.
“Ngh..”
“Jaejoong ah? Gwenchana?”
Dahi Jaejoong mengernyit.
Ia merasakan pusing yang
luar biasa ketika membuka mata bulatnya.
Namja cantik itu mengenali
langit-langit tersebut.
Kemudian ia menoleh dan
mendapati Yoochun yang tersenyum lega padanya.
“Yoochun?”
“Ne, mianhae, aku masuk tanpa permisi ke
rumahmu”
“Ani, ani, gwenchana, seharusnya aku
berterima kasih padamu karena telah membawaku ke dalam”
“Hmm..”
“Yo-Yoochun ah?”
“Ne?”
“Apakah, Yunho kembali? Maksudku, apa kau
melihat Yunho?”
Namja chubby itu
mengernyitkan dahinya.
Ia menggeleng dan menatap
bingung namja cantik itu.
Jaejoong membeku.
Air matanya kembali menetes
jatuh membasahi kedua pipinya.
Membuat Yoochun terkejut.
“Apa yang sudah terjadi, Jaejoong? Katakan
padaku!” Ujar Yoochun mengerutkan dahinya.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya terisak lirih di
atas sofa.
Menutupi wajah cantiknya
dengan tangan.
“Yunho pergi? Namja itu meninggalkanmu?”
Rentet Yoochun tidak sabar.
Tangis Jaejoong semakin
pecah.
Ia tidak dapat menghentikan
kesedihannya.
“Apa salahku Chun ah? Di mana letak
kesalahanku? Beritahu aku..Hiks..Apa..Apa karena aku seorang namja? Hiks..”
“Ani, ani, bukan kau yang salah Joongie, ani”
“Maafkan aku..Hiks..”
“Jangan minta maaf, kau sama sekali tidak
salah”
Jaejoong bersandar pada sandaran
sofa.
Matanya terasa perih karena
tangisannya.
Sengguk kecil masih
terdengar dari tenggorokannya.
Ia menatap nanar potret
pernikahannya bersama Yunho di dinding.
Yoochun yang melihat pemandangan
itu menjadi semakin iba.
Ia menghela nafas panjang
dan memejamkan matanya sejenak.
Kemudian ia menatap langsung
mata sembab Jaejoong.
“Beritahu aku, Joongie, apakah kertas ini
benar? Semua yang tertulis di sini, itu nyata?” Tanya Yoochun seraya
memperlihatkan selembar kertas yang ditemukannya ketika Jaejoong pingsan tadi.
Namja cantik itu menoleh.
Tersenyum kecil kepada
Yoochun.
Ia mengangguk.
“Ne, pemeriksaan itu memang benar, aku hamil”
Lirihnya pelan.
Yoochun terdiam.
Menatap tidak percaya namja
cantik itu.
Ia memang pernah mendengar
tentang seorang namja yang bisa mengandung.
Tapi ia sama sekali tidak
menyangka kalau hal itu benar adanya.
Namja chubby itu menyandarkan
punggungnya di sandaran sofa.
Sementara Jaejoong
mengerjapkan kedua mata bulatnya, ia melamun.
“Maafkan aku, tapi..Bagaimana bisa? Setahuku
Yunho---”
“Aku mencampurkan Aphrodisiac ke dalam susunya setiap malam”
DEG.
“M-mwo?”
“Aku tahu perbuatanku salah, aku tahu aku
curang, tapi hanya ini yang bisa kulakukan Chun ah..Yunho tidak akan mungkin
menerimaku kalau aku meminta hal itu secara manusiawi kepadanya”
“Ta-tapi..Tapi..Aish apa Yunho sudah
mengetahui hal ini?”
“Kalau ia tahu, ia tidak akan pergi
meninggalkanku”
Yoochun masih bisa melihat
air mata itu kembali jatuh.
Namun Jaejoong tersenyum.
Sungguh miris.
“Lalu..Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya
Yoochun.
“Tentu saja menunggu anak ini lahir, Park
Yoochun, kau sungguh lucu” Kekeh Jaejoong mengusap wajahnya.
“Ani, maksudku..Kau tahu kapan Yunho akan
kembali?”
“Ia bilang ia tidak akan pernah
kembali..Cukup untuk menyadarkanku kalau ia sama sekali tidak mencintaiku..”
“Aku akan menelepon namja bodoh itu sekarang!
Akan kuminta ia untuk kembali!”
“Andwae!”
Eoh?
Yoochun mengernyitkan
dahinya.
Menatap Jaejoong yang
memekik padanya dengan suara yang serak.
“Kenapa?”
“Aku tidak ingin dia kembali karena aku atau
karena anak ini, Chun ah..Aku ingin dia kembali karena dia memang ingin pulang”
Yoochun tidak bisa
membantah.
Ia hanya bisa mendengus
pelan.
Namja chubby itu mengambil
ponselnya dari dalam saku dan menelepon Yunho dengan segera.
Membuat Jaejoong menahan nafasnya.
“Yeoboseyo, Yunho?”
“Ne
Yoochun ah, waeyo?”
“Aku ingin meminta izin untuk mengambil cuti
panjang mulai hari ini, ada urusan yang sangat mendesak saat ini, Yunho ah”
Jaejoong menahan nafasnya.
Apa maksudnya?
“Seberapa
lama?”
“Aku tidak tahu, mungkin lebih dari setahun,
atau dua tahun, kau bisa memecatku jika kau tidak bisa menerimanya”
“…”
“Yunho?”
“Ne
Yoochun ah, aku menerima izin cutimu walau dengan alasan dan jangka waktu yang
sangat tidak masuk akal. Aku melakukan hal ini karena kau sepupuku”
“Gomawo”
“Ne,
gwenchana”
KLIK.
“Suaranya tidak terdengar seperti seseorang
yang sedang berada dalam masalah” Ujar Yoochun setelah memutuskan sambungan
telepon.
Namja chubby itu menatap
Jaejoong yang balas menatapnya bingung.
“Apa maksudmu, Chun ah?”
“Aku akan menggantikan Yunho selama ia tidak
ada, Joongie. Aku akan menjagamu dan merawatmu sampai anak itu lahir”
“Mwo?”
“Anak itu akan menjadi keponakanku, dan aku
tidak akan membiarkannya lahir sendirian, dan aku akan menjadi paman yang baik
untuknya”
Jaejoong terdiam.
Ia menutup mulutnya dengan
tangan.
Membuat Yoochun tersenyum
kecil dibuatnya.
“Jangan menangis lagi, Jung Jaejoong”
Gumamnya pelan.
“Gomawo Chun ah..Hiks..Gomawo..” Isak namja
cantik itu sedih.
-------
Yunho terdiam menatapi
langit-langit kamar hotelnya saat ini.
Ia memutuskan untuk pindah
ke Jepang hingga pikirannya tenang.
Ia sadar apa yang
diperbuatnya lima bulan yang lalu itu telah menyakiti Jaejoong.
Tapi egonya tidak mau kalah.
Lima bulan.
Ia kehilangan banyak hal.
Tidak ada lagi wangi masakan
Jaejoong setiap pagi ia bangun.
Tidak ada lagi yang
menunggunya pulang dari kantor setiap malam.
Tidak ada lagi susu untuknya
ketika ia akan tidur saat malam tiba.
Tapi setidaknya ia mulai
terbiasa, mengurusi dirinya sendiri seperti yang telah dilakukannya jauh
sebelum saat ia menikah dengan namja cantik itu.
Dan tentang Yoochun, ia
tidak mengerti urusan apa yang bisa membuat namja chubby itu mengambil cuti
yang begitu panjang.
Setahun? Dua tahun? Yunho
masih tidak bisa menebak hal apa itu.
Mata musang Yunho terpejam
sesaat.
Telinganya mendengar suara
tawa kanak-kanak yang begitu manis.
Hidungnya mencium wangi bayi
yang sangat menenangkan jiwa.
Dan ketika ia membuka mata,
itu semua masih menjadi angan-angannya.
Yunho menangis.
Sementara itu, nun jauh di
negeri ginseng tersebut, tampak sesosok namja cantik yang kini sedang duduk di
kursi taman belakang rumahnya.
Ia mengelus lembut perutnya
yang mulai membesar.
Bibir ranumnya menarik
sebuah senyum manis.
Sangat manis.
“Cepatlah lahir, lalu kita akan menaiki semua
wahana yang ada bersama-sama” Bisiknya lembut.
Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Memperhatikan setiap mainan
yang ada.
“Apa yang telah Appamu bangun ini adalah
hadiah termegah yang pernah ada, kau harus senang” Sambungnya lagi.
“Kau belum tidur?”
DEG.
Jaejoong menoleh, tersenyum
kepada Yoochun yang baru saja mengagetkan dirinya.
“Aku belum mengantuk”
Yoochun hanya berdehem
pelan.
Ia ikut duduk di samping
Jaejoong dan mengagumi taman bermain tersebut.
Namja chubby itu sudah lama
tinggal di rumah Jaejoong untuk menepati janjinya menjaga namja cantik itu
selama masa kehamilannya.
Dan Jaejoong pun tidak menolak,
ia tahu bahwa ia akan membutuhkan seorang teman untuk bersandar jika ia lemah.
“Bukumu sudah penuh?”
Jaejoong tertawa.
Ia tahu Yoochun sedang
membicarakan buku bersampul merah miliknya itu.
“Tinggal beberapa lembar lagi”
“Kau harus menghematnya, terlalu banyak foto
di sana”
“Yah, kau berceramah seakan-akan kau tahu
betul apa isinya”
Yoochun mengindikkan
bahunya.
Ia tertawa.
“Jja, sudah cukup untuk menghirup angin
segar, sekarang waktunya untuk calon Umma yang cantik ini masuk ke dalam dan
beristirahat”
Jaejoong mendengus.
-------
Hampir empat tahun, dan
Yunho belum juga kembali.
Namja tampan itu tampak
sedang sibuk dengan berkas-berkas kantornya.
Ia menghabiskan waktunya
untuk membunuh Jaejoong yang selalu hadir dalam setiap kerjapan matanya.
Menghapus Jaejoong dalam
setiap lamunannya.
Ia terjerat.
Sudah terlalu dalam.
Namun egonya masih berada di
puncak tertinggi.
Tidak satupun kabar tentang
istri cantiknya itu ia terima.
Yunho meninggalkannya begitu
saja saat itu.
Bahkan Yoochun pun seakan
hilang ditelan bumi.
Yunho tidak bisa menyalahkan
siapapun.
Ia yang pergi, ia yang lebih
dulu menghilang.
Namja tampan itu memijat
pelipisnya.
Masih merindukan tawa
Jaejoong yang tidak sengaja dilihatnya hari itu.
TOK TOK TOK.
“Masuk”
CKLEK.
Yunho mengangkat wajahnya.
Detik itu juga ia terkejut.
Mata musangnya membesar.
Menatap tidak percaya Park
Yoochun yang memasuki ruangannya saat ini.
Demi Tuhan, ia baru saja
bertanya-tanya bagaimana kabar asistennya itu sekarang.
Yoochun duduk di kursi yang
ada di hadapan Yunho dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat.
Ia menatap tajam wajah
tampan Yunho dan meletakkan sebuah buku bersampul merah di atas meja kerja
namja tampan itu.
“Yoochun ah---”
“Kenapa kau tidak pernah kembali?”
DEG.
Mata musang Yunho mengerjap.
“Katakan kepadaku, Jung Yunho, kenapa kau
tidak pernah kembali?” Desis Yoochun emosi.
“Apa maksudmu, Yoochun ah?” Tanya Yunho
bergetar.
“Kau mengerti betul apa yang aku pertanyakan!
Empat tahun!! Empat tahun Yunho! Kau meninggalkan Jaejoong begitu saja di
rumahmu! Menghilangkan dirimu tanpa kabar sama sekali! Kau bahkan tidak juga
kembali di saat istrimu membutuhkanmu di sampingnya saat ia akan melahirkan
anak kalian!”
DEG!
Yunho tercekat di tempat.
Tubuhnya membeku.
Nafasnya tertahan.
“Apa? Apa yang kau katakan barusan?” Bisik
Yunho tajam.
“Demi Tuhan! Apakah butuh waktu selama ini
untuk menyadarkanmu bahwa Jung Ahjumma benar-benar ingin membahagiakanmu eoh?!
Jaejoong bukan namja biasa seperti kita! Ia istimewa, ia memiliki rahim seperti
wanita di dalam tubuhnya Yunho ah!” Erang Yoochun emosi.
Yunho terdiam.
Raut wajahnya menegang.
Mencerna baik-baik seluruh
kalimat yang dilontarkan Yoochun kepadanya.
“Buku itu yang akan memberitahukanmu
segalanya!” Seru Yoochun kesal.
Nafasnya menderu tidak
tenang.
Astaga, ia benar-benar emosi
sekarang.
Tadinya ia bahkan sudah
hampir lupa dengan keberadaan Jung Yunho di kediaman Jung itu.
Tapi pikirannya tersentak
keras ketika ia secara tidak sengaja menemukan buku kesayangan Jaejoong
tergeletak begitu saja di meja makan.
Dan ia tidak sengaja juga
membaca isinya.
Demi Tuhan.
SRET.
Yunho mengambil buku
tersebut.
Mengerutkan dahinya.
Ia pernah melihat buku ini
dalam genggaman Jaejoong waktu dulu. Dulu sekali.
Namja tampan itu membuka
halaman pertama, kemudian tertegun ketika melihat potret pernikahannya bersama
Jaejoong tertempel di sana.
‘I will
make everything come true, I will make you a miracle, I will make anything you
want..Let me show you what’s you’re missin…’
Jantung Yunho berpacu
kencang.
Ia menjilat bibirnya seraya
membuka halaman berikutnya.
Detik itu juga ia terkejut.
Potretnya, ada potretnya di
sana.
Ia tidak ingat kapan foto
itu diambil.
Yang ia tahu, saat itu ia
sedang berbincang bersama seorang direktur dari perusahaan lain.
‘Namanya
Jung Yunho, dan aku jatuh cinta’
Hati Yunho mencelos.
Membaca sederet kalimat yang
Jaejoong torehkan di sana.
Namja tampan itu menahan
nafasnya.
Jaejoong..mencintainya?
Yunho membuka halaman
ketiga, melihat potret Jaejoong saat hari pernikahan mereka.
Namja cantik itu berdiri di
pinggir danau, dengan kedua mata yang berkaca-kaca.
‘Aku
bahagia, aku bahagia..’
Yunho membuka halaman
selanjutnya lagi, ia menemukan potret makanan yang terlihat sangat lezat di
sana.
Masakan Jaejoong.
‘Tidak
pernah tersentuh, mungkin belum..’
Ia membuka halaman
berikutnya, menemukan potret dirinya yang sedang terpejam pulas.
‘Tampan
sekali, sangat tampan, aku sangat mencintai suamiku..Maafkan aku..’
Eoh?
Yunho tidak mengerti mengapa
Jaejoong meminta maaf.
Ia segera membuka halaman
berikutnya.
Ada potret Jaejoong yang
sedang mencium hidungnya di sana. Dan Demi Tuhan, ia yakin seratus persen
mereka tanpa pakaian di sana!
‘Maafkan
aku, atas kecurangan yang aku lakukan, untuk kebahagiaanmu,
kebahagiaanku..kebahagiaan kita…’
Halaman berikutnya terbuka,
Yunho melihat potret ia yang duduk di kursi halaman belakang, sementara
Jaejoong berdiri di belakangnya. Potret itu diambil dari belakang.
Yunho mengernyitkan dahinya
sejenak.
‘Maafkan
aku untuk setiap air mata yang mengalir karenaku Yunho ah..Aku mencintaimu..’
Yunho menatap Yoochun yang
masih memperhatikannya.
Namja chubby itu masih
mendengus.
Yunho segera menyibak
halaman selanjutnya.
Ada potret taman bermain
yang telah dibangunnya di sana. Yunho menyadari lembar halaman itu sedikit
berkerut. Mungkin basah karena air mata namja cantik itu.
‘Kau
pergi. Tanpa tahu apa yang telah terjadi..Aku hamil, benih yang akan melepas canda tawanya di sana..Taman bermain yang kau ciptakan untuknya..’
Mata musang Yunho terasa
panas.
Jemarinya bergetar pelan.
Ia menyibak halaman
berikutnya, memperhatikan potret hasil USG
yang ditempelkan Jaejoong di sana.
‘Umma
dan Appa menunggumu’
“Yoochun ah”
“Jangan katakan apa pun”
Yunho mengusap air matanya,
membiarkan matanya menelusuri halaman berikutnya.
Melihat potret Jaejoong yang
sedang melahap es krim vanilla kesukaannya, perutnya tampak membesar.
‘Ada
kenangan manis pada es krim ini. Yunho ah, aku merindukanmu, kami merindukanmu.
Kembalilah’
Belum, buku itu belum
selesai, Yunho segera membuka halaman berikutnya lagi.
Melihat potret Jaejoong yang
terlelap karena lelah. Wajahnya terlihat pucat dengan keadaan yang berantakan.
Foto itu tertempel lagi dengan satu foto lain, Jaejoong masih mengenakan
pakaian yang sama. Hanya saja saat ini ia sedang menggendong dua bayi yang
sangat menggemaskan di pelukannya. Senyumnya terlihat begitu indah.
‘Kembar,
mereka kembar, Appa! Cepatlah pulang, segeralah kembali, Jung Jaeho dan Jung
Junhon merindukanmu..’
Tangis Yunho pecah.
Ia terisak pilu seraya
mencengkram buku tersebut.
Tenggorokannya tercekat.
Namja tampan itu membuka
halaman terakhir dan menemukan sebaris kalimat panjang di sana.
Terlihat samar, karena
kertas bagian itu sangat berkerut.
‘I just
need you, I don’t want you to go, please..Look at my eyes, let me show you
what’s you’re missin..I will make everything come true, I will make you a
miracle, I will make everything you want, I am your paradise..’
“Kenapa? Kenapa ia tidak memintaku untuk
kembali?”
“Karena ia ingin kau kembali karena kau
memang ingin pulang..Bukan karena ia atau anaknya”
Yunho mengusap kasar
wajahnya yang basah akan air mata.
Ia mendesah panjang.
Menatap tajam namja chubby
itu.
“Jadi ini cuti yang kau maksudkan? Menjaga
istriku selama ia hamil dan melahirkan?”
“Selama suaminya belum kembali”
“Kenapa?”
“Karena kau sepupuku, Yunho”
“Bukan, bukan itu..Kenapa sekarang? Kenapa
baru sekarang?”
Yoochun menghela nafas
panjang.
Ia tersenyum kecut.
“Karena aku menemukan buku itu” Bisiknya
lirih.
-------
Langkah kaki itu terdengar
pelan, sangat pelan hingga tak ada yang menyadari.
Namun cepat, terkesan tidak
sabaran.
Namja tampan itu menelusuri
jalan setapak menuju halaman belakang.
Dadanya berdebar kencang
ketika ia mendengar sayup-sayup suara tawa.
Tulang punggungnya terasa
dingin.
Ia terpaku ketika mata
musangnya menangkap apa yang telah terjadi di sana.
Ia melihat dua bocah kembar
yang baru saja tertawa lantang setelah turun dari komidi putar raksasa itu.
Kemudian ia melihat sesosok
namja cantik yang hanya tampak bagian punggungnya saja karena ia sedang
mengomeli putranya yang belum menghabiskan nasinya.
Sosok cantik itu entah
mengapa, tampak berbeda.
Rambut hitamnya telah
berubah.
Potongannya sedikit pendek
dengan warna almond yang mencolok.
Punggungnya tetap lebar dan
kokoh walau tampak rapuh.
Yunho tidak bisa menahan
senyumnya.
Matanya terasa panas.
Ketika dua bocah itu
menyadari kehadirannya dan berteriak lantang dengan wajah berseri.
“APPA!”
Hatinya mencelos bahagia.
Pandangannya beralih kepada
namja yang membalikkan tubuhnya ke belakang, dan menangkap mata musangnya
dengan kedua mata bulatnya yang melebar sempurna.
Bola mata itu tampak
memerah, hingga kemudian air mata jatuh membasahi pipinya yang tirus.
Yunho masih diam.
Jaeho dan Junhon saling
berlari memeluk kaki namja tampan itu.
Membuat Yunho tertawa tanpa
sadar.
Ia berlutut dan memeluk
kedua putranya.
Mengecup dahi mereka penuh
kasih sayang.
Rasa menyesal yang amat
sangat ia rasakan ketika menyadari bahwa ia telah kehilangan masa-masa
menyaksikan kedua putranya beranjak besar.
Yunho mendongak ketika
menyadari bahwa Jaejoong telah berdiri di hadapannya saat ini.
Namja cantik itu menutup
mulutnya dengan tangan.
Seakan tidak percaya kalau
Yunhonya telah kembali.
“Kenapa? Kenapa kau kembali?” Tanya Jaejoong
terisak.
Yunho berdiri, menarik namja
cantik itu jatuh ke dalam pelukannya.
Ia mengecup pinggir dahi
Jaejoong.
Membiarkan air matanya
membasahi bahu namja cantik itu.
“Karena aku memang ingin pulang, Jaejoong ah”
Bisiknya lembut.
Namja cantik itu mencengkram
erat punggung suaminya.
Menumpahkan segala
perasaannya melalui tangisannya.
I am miracle, I am miracle..
No feeling, no pain, no fear..
There is no fear..
I am your paradise..
END.
-Kim Jaejoong, Paradise-
nangis baca crita ini T.T
BalasHapusEndingnya ngena banget...bkin aku nangis bacanya hiks .....yunnie lma banget baru kmbali....good job shella :)
BalasHapusceritanya keren.... endingnya bikin nangis.... fellnya dapet baget... author daebak :)
BalasHapusNo comment... Angst dengan happy ending itu memang sakit tp lega (?)
BalasHapusTerharu banget..
Omo.. aku kira jj udah gak ada makanya ucun yg kasih buku itu ke yunyun.. ternyata..
BalasHapusTerharu deh.. :'(
Omo.. aku kira jj udah gak ada makanya ucun yg kasih buku itu ke yunyun.. ternyata..
BalasHapusTerharu deh.. :'(
Sukses bikin aku nangis besar
BalasHapus