This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 24 April 2014

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/PARADISE/PART 3 *END*



Let me show you what’s you’re missin..

PART 3.

Yoochun yang saat itu hanya iseng ingin mengunjungi Jaejoong menjadi panik ketika ia mendapati namja cantik itu pingsan di pintu depan rumahnya.
Aish, ia tidak tahu kalau para maid paruh waktu bisa mendapatkan hari libur khusus seperti hari ini.
Bagaimana kalau ia tidak datang?

Yoochun tidak berani membayangkan apa yang akan terjadi pada namja cantik itu.

Namja chubby itu masih duduk di sofa seberang setelah ia membawa Jaejoong masuk ke dalam rumah dan membaringkannya di salah satu sofa yang panjang.
Menunggu Jaejoong sadar dari pingsannya.
Ah, Yoochun baru ingat, ia tidak melihat Yunho sejak tadi.


  “Ngh..”

  “Jaejoong ah? Gwenchana?”

Dahi Jaejoong mengernyit.
Ia merasakan pusing yang luar biasa ketika membuka mata bulatnya.
Namja cantik itu mengenali langit-langit tersebut.
Kemudian ia menoleh dan mendapati Yoochun yang tersenyum lega padanya.

  “Yoochun?”

  “Ne, mianhae, aku masuk tanpa permisi ke rumahmu”

  “Ani, ani, gwenchana, seharusnya aku berterima kasih padamu karena telah membawaku ke dalam”

  “Hmm..”

  “Yo-Yoochun ah?”

  “Ne?”

  “Apakah, Yunho kembali? Maksudku, apa kau melihat Yunho?”

Namja chubby itu mengernyitkan dahinya.
Ia menggeleng dan menatap bingung namja cantik itu.
Jaejoong membeku.
Air matanya kembali menetes jatuh membasahi kedua pipinya.

Membuat Yoochun terkejut.

  “Apa yang sudah terjadi, Jaejoong? Katakan padaku!” Ujar Yoochun mengerutkan dahinya.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya terisak lirih di atas sofa.
Menutupi wajah cantiknya dengan tangan.

  “Yunho pergi? Namja itu meninggalkanmu?” Rentet Yoochun tidak sabar.

Tangis Jaejoong semakin pecah.
Ia tidak dapat menghentikan kesedihannya.

  “Apa salahku Chun ah? Di mana letak kesalahanku? Beritahu aku..Hiks..Apa..Apa karena aku seorang namja? Hiks..”

  “Ani, ani, bukan kau yang salah Joongie, ani”

  “Maafkan aku..Hiks..”

  “Jangan minta maaf, kau sama sekali tidak salah”

Jaejoong bersandar pada sandaran sofa.
Matanya terasa perih karena tangisannya.
Sengguk kecil masih terdengar dari tenggorokannya.
Ia menatap nanar potret pernikahannya bersama Yunho di dinding.

Yoochun yang melihat pemandangan itu menjadi semakin iba.
Ia menghela nafas panjang dan memejamkan matanya sejenak.
Kemudian ia menatap langsung mata sembab Jaejoong.

  “Beritahu aku, Joongie, apakah kertas ini benar? Semua yang tertulis di sini, itu nyata?” Tanya Yoochun seraya memperlihatkan selembar kertas yang ditemukannya ketika Jaejoong pingsan tadi.

Namja cantik itu menoleh.
Tersenyum kecil kepada Yoochun.
Ia mengangguk.

  “Ne, pemeriksaan itu memang benar, aku hamil” Lirihnya pelan.

Yoochun terdiam.
Menatap tidak percaya namja cantik itu.
Ia memang pernah mendengar tentang seorang namja yang bisa mengandung.
Tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau hal itu benar adanya.

Namja chubby itu menyandarkan punggungnya di sandaran sofa.
Sementara Jaejoong mengerjapkan kedua mata bulatnya, ia melamun.

  “Maafkan aku, tapi..Bagaimana bisa? Setahuku Yunho---”

  “Aku mencampurkan Aphrodisiac ke dalam susunya setiap malam”

DEG.

  “M-mwo?”

  “Aku tahu perbuatanku salah, aku tahu aku curang, tapi hanya ini yang bisa kulakukan Chun ah..Yunho tidak akan mungkin menerimaku kalau aku meminta hal itu secara manusiawi kepadanya”

  “Ta-tapi..Tapi..Aish apa Yunho sudah mengetahui hal ini?”

  “Kalau ia tahu, ia tidak akan pergi meninggalkanku”

Yoochun masih bisa melihat air mata itu kembali jatuh.
Namun Jaejoong tersenyum.
Sungguh miris.

  “Lalu..Apa rencanamu selanjutnya?” Tanya Yoochun.

  “Tentu saja menunggu anak ini lahir, Park Yoochun, kau sungguh lucu” Kekeh Jaejoong mengusap wajahnya.

  “Ani, maksudku..Kau tahu kapan Yunho akan kembali?”

  “Ia bilang ia tidak akan pernah kembali..Cukup untuk menyadarkanku kalau ia sama sekali tidak mencintaiku..”

  “Aku akan menelepon namja bodoh itu sekarang! Akan kuminta ia untuk kembali!”

  “Andwae!”

Eoh?
Yoochun mengernyitkan dahinya.
Menatap Jaejoong yang memekik padanya dengan suara yang serak.

  “Kenapa?”

  “Aku tidak ingin dia kembali karena aku atau karena anak ini, Chun ah..Aku ingin dia kembali karena dia memang ingin pulang”

Yoochun tidak bisa membantah.
Ia hanya bisa mendengus pelan.

Namja chubby itu mengambil ponselnya dari dalam saku dan menelepon Yunho dengan segera.
Membuat Jaejoong menahan nafasnya.

  “Yeoboseyo, Yunho?”

  Ne Yoochun ah, waeyo?

  “Aku ingin meminta izin untuk mengambil cuti panjang mulai hari ini, ada urusan yang sangat mendesak saat ini, Yunho ah”

Jaejoong menahan nafasnya.
Apa maksudnya?
 
  Seberapa lama?

  “Aku tidak tahu, mungkin lebih dari setahun, atau dua tahun, kau bisa memecatku jika kau tidak bisa menerimanya”

 

  “Yunho?”

  Ne Yoochun ah, aku menerima izin cutimu walau dengan alasan dan jangka waktu yang sangat tidak masuk akal. Aku melakukan hal ini karena kau sepupuku

  “Gomawo”

  Ne, gwenchana

KLIK.

  “Suaranya tidak terdengar seperti seseorang yang sedang berada dalam masalah” Ujar Yoochun setelah memutuskan sambungan telepon.

Namja chubby itu menatap Jaejoong yang balas menatapnya bingung.

  “Apa maksudmu, Chun ah?”

  “Aku akan menggantikan Yunho selama ia tidak ada, Joongie. Aku akan menjagamu dan merawatmu sampai anak itu lahir”

  “Mwo?”

  “Anak itu akan menjadi keponakanku, dan aku tidak akan membiarkannya lahir sendirian, dan aku akan menjadi paman yang baik untuknya”

Jaejoong terdiam.
Ia menutup mulutnya dengan tangan.
Membuat Yoochun tersenyum kecil dibuatnya.

  “Jangan menangis lagi, Jung Jaejoong” Gumamnya pelan.

  “Gomawo Chun ah..Hiks..Gomawo..” Isak namja cantik itu sedih.


-------


Yunho terdiam menatapi langit-langit kamar hotelnya saat ini.
Ia memutuskan untuk pindah ke Jepang hingga pikirannya tenang.
Ia sadar apa yang diperbuatnya lima bulan yang lalu itu telah menyakiti Jaejoong.
Tapi egonya tidak mau kalah.

Lima bulan.

Ia kehilangan banyak hal.

Tidak ada lagi wangi masakan Jaejoong setiap pagi ia bangun.
Tidak ada lagi yang menunggunya pulang dari kantor setiap malam.
Tidak ada lagi susu untuknya ketika ia akan tidur saat malam tiba.

Tapi setidaknya ia mulai terbiasa, mengurusi dirinya sendiri seperti yang telah dilakukannya jauh sebelum saat ia menikah dengan namja cantik itu.

Dan tentang Yoochun, ia tidak mengerti urusan apa yang bisa membuat namja chubby itu mengambil cuti yang begitu panjang.
Setahun? Dua tahun? Yunho masih tidak bisa menebak hal apa itu.

Mata musang Yunho terpejam sesaat.

Telinganya mendengar suara tawa kanak-kanak yang begitu manis.
Hidungnya mencium wangi bayi yang sangat menenangkan jiwa.
Dan ketika ia membuka mata, itu semua masih menjadi angan-angannya.

Yunho menangis.

Sementara itu, nun jauh di negeri ginseng tersebut, tampak sesosok namja cantik yang kini sedang duduk di kursi taman belakang rumahnya.
Ia mengelus lembut perutnya yang mulai membesar.
Bibir ranumnya menarik sebuah senyum manis.

Sangat manis.

  “Cepatlah lahir, lalu kita akan menaiki semua wahana yang ada bersama-sama” Bisiknya lembut.

Jaejoong mengedarkan pandangannya.
Memperhatikan setiap mainan yang ada.

  “Apa yang telah Appamu bangun ini adalah hadiah termegah yang pernah ada, kau harus senang” Sambungnya lagi.

  “Kau belum tidur?”

DEG.

Jaejoong menoleh, tersenyum kepada Yoochun yang baru saja mengagetkan dirinya.

  “Aku belum mengantuk”

Yoochun hanya berdehem pelan.
Ia ikut duduk di samping Jaejoong dan mengagumi taman bermain tersebut.
Namja chubby itu sudah lama tinggal di rumah Jaejoong untuk menepati janjinya menjaga namja cantik itu selama masa kehamilannya.

Dan Jaejoong pun tidak menolak, ia tahu bahwa ia akan membutuhkan seorang teman untuk bersandar jika ia lemah.

  “Bukumu sudah penuh?”

Jaejoong tertawa.
Ia tahu Yoochun sedang membicarakan buku bersampul merah miliknya itu.

  “Tinggal beberapa lembar lagi”

  “Kau harus menghematnya, terlalu banyak foto di sana”

  “Yah, kau berceramah seakan-akan kau tahu betul apa isinya”

Yoochun mengindikkan bahunya.
Ia tertawa.

  “Jja, sudah cukup untuk menghirup angin segar, sekarang waktunya untuk calon Umma yang cantik ini masuk ke dalam dan beristirahat”

Jaejoong mendengus.


-------


Hampir empat tahun, dan Yunho belum juga kembali.
Namja tampan itu tampak sedang sibuk dengan berkas-berkas kantornya.
Ia menghabiskan waktunya untuk membunuh Jaejoong yang selalu hadir dalam setiap kerjapan matanya.
Menghapus Jaejoong dalam setiap lamunannya.

Ia terjerat.

Sudah terlalu dalam.

Namun egonya masih berada di puncak tertinggi.
Tidak satupun kabar tentang istri cantiknya itu ia terima.
Yunho meninggalkannya begitu saja saat itu.
Bahkan Yoochun pun seakan hilang ditelan bumi.

Yunho tidak bisa menyalahkan siapapun.
Ia yang pergi, ia yang lebih dulu menghilang.
Namja tampan itu memijat pelipisnya.
Masih merindukan tawa Jaejoong yang tidak sengaja dilihatnya hari itu.

TOK TOK TOK.

  “Masuk”

CKLEK.

Yunho mengangkat wajahnya.
Detik itu juga ia terkejut.
Mata musangnya membesar.
Menatap tidak percaya Park Yoochun yang memasuki ruangannya saat ini.

Demi Tuhan, ia baru saja bertanya-tanya bagaimana kabar asistennya itu sekarang.

Yoochun duduk di kursi yang ada di hadapan Yunho dengan raut wajah yang sama sekali tidak bersahabat.
Ia menatap tajam wajah tampan Yunho dan meletakkan sebuah buku bersampul merah di atas meja kerja namja tampan itu.

  “Yoochun ah---”

  “Kenapa kau tidak pernah kembali?”

DEG.

Mata musang Yunho mengerjap.

  “Katakan kepadaku, Jung Yunho, kenapa kau tidak pernah kembali?” Desis Yoochun emosi.

  “Apa maksudmu, Yoochun ah?” Tanya Yunho bergetar.

  “Kau mengerti betul apa yang aku pertanyakan! Empat tahun!! Empat tahun Yunho! Kau meninggalkan Jaejoong begitu saja di rumahmu! Menghilangkan dirimu tanpa kabar sama sekali! Kau bahkan tidak juga kembali di saat istrimu membutuhkanmu di sampingnya saat ia akan melahirkan anak kalian!”

DEG!

Yunho tercekat di tempat.
Tubuhnya membeku.
Nafasnya tertahan.

  “Apa? Apa yang kau katakan barusan?” Bisik Yunho tajam.

  “Demi Tuhan! Apakah butuh waktu selama ini untuk menyadarkanmu bahwa Jung Ahjumma benar-benar ingin membahagiakanmu eoh?! Jaejoong bukan namja biasa seperti kita! Ia istimewa, ia memiliki rahim seperti wanita di dalam tubuhnya Yunho ah!” Erang Yoochun emosi.

Yunho terdiam.
Raut wajahnya menegang.
Mencerna baik-baik seluruh kalimat yang dilontarkan Yoochun kepadanya.

  “Buku itu yang akan memberitahukanmu segalanya!” Seru Yoochun kesal.

Nafasnya menderu tidak tenang.
Astaga, ia benar-benar emosi sekarang.
Tadinya ia bahkan sudah hampir lupa dengan keberadaan Jung Yunho di kediaman Jung itu.
Tapi pikirannya tersentak keras ketika ia secara tidak sengaja menemukan buku kesayangan Jaejoong tergeletak begitu saja di meja makan.

Dan ia tidak sengaja juga membaca isinya.

Demi Tuhan.

SRET.

Yunho mengambil buku tersebut.
Mengerutkan dahinya.
Ia pernah melihat buku ini dalam genggaman Jaejoong waktu dulu. Dulu sekali.
Namja tampan itu membuka halaman pertama, kemudian tertegun ketika melihat potret pernikahannya bersama Jaejoong tertempel di sana.

 I will make everything come true, I will make you a miracle, I will make anything you want..Let me show you what’s you’re missin…

Jantung Yunho berpacu kencang.
Ia menjilat bibirnya seraya membuka halaman berikutnya.
Detik itu juga ia terkejut.
Potretnya, ada potretnya di sana.

Ia tidak ingat kapan foto itu diambil.
Yang ia tahu, saat itu ia sedang berbincang bersama seorang direktur dari perusahaan lain.

 Namanya Jung Yunho, dan aku jatuh cinta

Hati Yunho mencelos.
Membaca sederet kalimat yang Jaejoong torehkan di sana.
Namja tampan itu menahan nafasnya.

Jaejoong..mencintainya?

Yunho membuka halaman ketiga, melihat potret Jaejoong saat hari pernikahan mereka.
Namja cantik itu berdiri di pinggir danau, dengan kedua mata yang berkaca-kaca.

 Aku bahagia, aku bahagia..

Yunho membuka halaman selanjutnya lagi, ia menemukan potret makanan yang terlihat sangat lezat di sana.
Masakan Jaejoong.

 Tidak pernah tersentuh, mungkin belum..

Ia membuka halaman berikutnya, menemukan potret dirinya yang sedang terpejam pulas.

 Tampan sekali, sangat tampan, aku sangat mencintai suamiku..Maafkan aku..

Eoh?
Yunho tidak mengerti mengapa Jaejoong meminta maaf.
Ia segera membuka halaman berikutnya.
Ada potret Jaejoong yang sedang mencium hidungnya di sana. Dan Demi Tuhan, ia yakin seratus persen mereka tanpa pakaian di sana!

 Maafkan aku, atas kecurangan yang aku lakukan, untuk kebahagiaanmu, kebahagiaanku..kebahagiaan kita…

Halaman berikutnya terbuka, Yunho melihat potret ia yang duduk di kursi halaman belakang, sementara Jaejoong berdiri di belakangnya. Potret itu diambil dari belakang.
Yunho mengernyitkan dahinya sejenak.

 Maafkan aku untuk setiap air mata yang mengalir karenaku Yunho ah..Aku mencintaimu..

Yunho menatap Yoochun yang masih memperhatikannya.
Namja chubby itu masih mendengus.
Yunho segera menyibak halaman selanjutnya.

Ada potret taman bermain yang telah dibangunnya di sana. Yunho menyadari lembar halaman itu sedikit berkerut. Mungkin basah karena air mata namja cantik itu.

 Kau pergi. Tanpa tahu apa yang telah terjadi..Aku hamil, benih yang akan melepas canda tawanya di sana..Taman bermain yang kau ciptakan untuknya..

Mata musang Yunho terasa panas.
Jemarinya bergetar pelan.
Ia menyibak halaman berikutnya, memperhatikan potret hasil USG yang ditempelkan Jaejoong di sana.

 Umma dan Appa menunggumu

  “Yoochun ah”

  “Jangan katakan apa pun”

Yunho mengusap air matanya, membiarkan matanya menelusuri halaman berikutnya.
Melihat potret Jaejoong yang sedang melahap es krim vanilla kesukaannya, perutnya tampak membesar.

 Ada kenangan manis pada es krim ini. Yunho ah, aku merindukanmu, kami merindukanmu. Kembalilah

Belum, buku itu belum selesai, Yunho segera membuka halaman berikutnya lagi.
Melihat potret Jaejoong yang terlelap karena lelah. Wajahnya terlihat pucat dengan keadaan yang berantakan. Foto itu tertempel lagi dengan satu foto lain, Jaejoong masih mengenakan pakaian yang sama. Hanya saja saat ini ia sedang menggendong dua bayi yang sangat menggemaskan di pelukannya. Senyumnya terlihat begitu indah.

 Kembar, mereka kembar, Appa! Cepatlah pulang, segeralah kembali, Jung Jaeho dan Jung Junhon merindukanmu..

Tangis Yunho pecah.
Ia terisak pilu seraya mencengkram buku tersebut.
Tenggorokannya tercekat.
Namja tampan itu membuka halaman terakhir dan menemukan sebaris kalimat panjang di sana.

Terlihat samar, karena kertas bagian itu sangat berkerut.

 I just need you, I don’t want you to go, please..Look at my eyes, let me show you what’s you’re missin..I will make everything come true, I will make you a miracle, I will make everything you want, I am your paradise..

  “Kenapa? Kenapa ia tidak memintaku untuk kembali?”

  “Karena ia ingin kau kembali karena kau memang ingin pulang..Bukan karena ia atau anaknya”

Yunho mengusap kasar wajahnya yang basah akan air mata.
Ia mendesah panjang.
Menatap tajam namja chubby itu.

  “Jadi ini cuti yang kau maksudkan? Menjaga istriku selama ia hamil dan melahirkan?”

  “Selama suaminya belum kembali”

  “Kenapa?”

  “Karena kau sepupuku, Yunho”

  “Bukan, bukan itu..Kenapa sekarang? Kenapa baru sekarang?”

Yoochun menghela nafas panjang.
Ia tersenyum kecut.

  “Karena aku menemukan buku itu” Bisiknya lirih.


-------


Langkah kaki itu terdengar pelan, sangat pelan hingga tak ada yang menyadari.
Namun cepat, terkesan tidak sabaran.
Namja tampan itu menelusuri jalan setapak menuju halaman belakang.
Dadanya berdebar kencang ketika ia mendengar sayup-sayup suara tawa.

Tulang punggungnya terasa dingin.
Ia terpaku ketika mata musangnya menangkap apa yang telah terjadi di sana.
Ia melihat dua bocah kembar yang baru saja tertawa lantang setelah turun dari komidi putar raksasa itu.
Kemudian ia melihat sesosok namja cantik yang hanya tampak bagian punggungnya saja karena ia sedang mengomeli putranya yang belum menghabiskan nasinya.

Sosok cantik itu entah mengapa, tampak berbeda.

Rambut hitamnya telah berubah.
Potongannya sedikit pendek dengan warna almond yang mencolok.
Punggungnya tetap lebar dan kokoh walau tampak rapuh.
Yunho tidak bisa menahan senyumnya.

Matanya terasa panas.

Ketika dua bocah itu menyadari kehadirannya dan berteriak lantang dengan wajah berseri.

  “APPA!”

Hatinya mencelos bahagia.
Pandangannya beralih kepada namja yang membalikkan tubuhnya ke belakang, dan menangkap mata musangnya dengan kedua mata bulatnya yang melebar sempurna.
Bola mata itu tampak memerah, hingga kemudian air mata jatuh membasahi pipinya yang tirus.

Yunho masih diam.

Jaeho dan Junhon saling berlari memeluk kaki namja tampan itu.
Membuat Yunho tertawa tanpa sadar.
Ia berlutut dan memeluk kedua putranya.
Mengecup dahi mereka penuh kasih sayang.

Rasa menyesal yang amat sangat ia rasakan ketika menyadari bahwa ia telah kehilangan masa-masa menyaksikan kedua putranya beranjak besar.

Yunho mendongak ketika menyadari bahwa Jaejoong telah berdiri di hadapannya saat ini.
Namja cantik itu menutup mulutnya dengan tangan.
Seakan tidak percaya kalau Yunhonya telah kembali.

  “Kenapa? Kenapa kau kembali?” Tanya Jaejoong terisak.

Yunho berdiri, menarik namja cantik itu jatuh ke dalam pelukannya.
Ia mengecup pinggir dahi Jaejoong.
Membiarkan air matanya membasahi bahu namja cantik itu.

  “Karena aku memang ingin pulang, Jaejoong ah” Bisiknya lembut.

Namja cantik itu mencengkram erat punggung suaminya.
Menumpahkan segala perasaannya melalui tangisannya.

I am miracle, I am miracle..
No feeling, no pain, no fear..
There is no fear..

I am your paradise..

END.

-Kim Jaejoong, Paradise-

7 komentar:

  1. nangis baca crita ini T.T

    BalasHapus
  2. Endingnya ngena banget...bkin aku nangis bacanya hiks .....yunnie lma banget baru kmbali....good job shella :)

    BalasHapus
  3. ceritanya keren.... endingnya bikin nangis.... fellnya dapet baget... author daebak :)

    BalasHapus
  4. No comment... Angst dengan happy ending itu memang sakit tp lega (?)
    Terharu banget..

    BalasHapus
  5. Omo.. aku kira jj udah gak ada makanya ucun yg kasih buku itu ke yunyun.. ternyata..
    Terharu deh.. :'(

    BalasHapus
  6. Omo.. aku kira jj udah gak ada makanya ucun yg kasih buku itu ke yunyun.. ternyata..
    Terharu deh.. :'(

    BalasHapus