This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 27 Oktober 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/ABDUCTION AGAIN


Tittle: ABDUCTION AGAIN/ABDUCTION EPILOG/

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-incest-romance-abduction-friendship-keliling kawah bareng uchun


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: JUNG JAEHO DAN JUNG JUNHON MILIK AUTHOR SETANGKAI!


-------


  Hembusan angin menerpa serpihan kayu di balik sang penguasa waktu, ketika tangan teracung ke atas dan kaki menunjuk lawan dari timur
.
.
.

  “Aku pulang”

  “Selamat datang~”

Namja cantik itu tersenyum manis ketika mendengar suara bass milik suaminya itu.
Jaejoong menepuk jemarinya di celemek berwarna biru yang dikenakannya dua kali.
Kemudian ia melangkah mendekati Yunho dan memberinya satu kecupan selamat datang.

  “Kau ingin mandi dulu atau makan dulu?” Tanya Jaejoong tersenyum manis.

Yunho menghela nafasnya.
Mata musangnya bergerak pelan memandang mata bening milik kekasihnya itu.
Oh well.
Sepertinya Jaejoong tahu apa arti dari tatapan memelas itu hm?

  “Baiklah, aku akan menyusul sebentar lagi setelah membuatkan Jaeho dan Junhon susu mereka”

Yunho tersenyum kecil.
Ia mengecup dahi Jaejoong pelan dan berjalan menaiki tangga.
Meninggalkan namja cantik yang terkekeh itu.

  “Hahhh, hari ini aku mandi sore dua kali..” Desah Jaejoong menghela nafas.

  “UMMMAAA! SUSUUUUU~!”

Eoh?

Jaejoong menolehkan wajahnya.
Ia segera berlari menyusul Jaeho dan Junhon yang sedang duduk di ruang keluarga.

  “Neee, Umma buatkan sekarang”

Junhon mengangguk.
Sementara Jaeho tampak acuh dengan televisinya.

  “Jaejae tidak ada PR hum?” Tanya Jaejoong dari dapur.

Jaeho menggeleng sambil menyahut.
Sepertinya ia tidak ingin melewatkan satu detik pun tayangan anime Detektif Conan itu hm?


TAP TAP TAP!


Jaejoong menoleh.
Memandang Junhon yang berjalan ke arahnya.
Namja cherry itu tersenyum lebar seraya berdiri di samping Ummanya.

  “Umma, Hon mau cookies juga, boleh?”

OMOOOO~~~!

Jaejoong mengerjapkan mata beningnya gemas.
Ia berjongkok dan mencubit kedua pipi namja cherry itu.
Membuat Junhon mengerang kesakitan seraya mempoutkan bibir cherrynya.

  “Tentu saja baby, apa yang tidak untuk putra Umma yang satu ini hm?” Gumam Jaejoong terkekeh.

Membuat Junhon semakin memajukan bibirnya.

  “Jadi Jaejae diasingkan?”

Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Menaikkan alisnya memperhatikan Jaeho yang memasang wajah masam.

  “Aigoo, bukan seperti itu sayang, apa anime-nya sudah selesai?” Ujar Jaejoong terkekeh.

Jaeho menggeleng.
Ia memutar pandangannya menelusuri meja makan.
Kosong.
Hanya ada beberapa roti disana.

  “Sedang iklan, Umma, tidak ada cookies?”

Jaejoong tertawa geli.
Aish.
Dasar kembar.

  “Ada, mau bantu Umma menghangatkannya? Appa membutuhkan Umma di atas” Ujar Jaejoong.

Jaeho dan Junhon mengangguk kompak.
Kedua namja berwajah sama itu saling membantu mengambil mangkuk cookies di dalam kulkas dan memanjat menaiki kursi untuk bisa membuka pintu oven.

  “Kami tahu kalau Appa meminta Umma mandi bersama” Ujar Jaeho santai.

  “YA! Nappeun namja!” Jerit Jaejoong malu.

Jaeho dan Junhon tertawa geli.
Mereka saling ber-toss ria dan melompat turun dari kursi.

  “Gwenchana Umma, Jaejae akan menjaga Honchan agar tidak mengintip~” Senandung Jaeho masih tertawa.

Wajah Jaejoong merah padam.
Aish, jeongmall.
Sepertinya mereka berdua mewarisi sifat usil Appanya.
Ck.

  “Cha”

Jaeho dan Junhon menjulurkan tangan mereka.
Menerima dua gelas kaca berisi susu masing-masing.
Kemudian mereka kembali berjalan menuju ruang keluarga dan duduk di atas hambal.

  “Jangan lupa cookiesnya neeee” Ujar Jaejoong seraya menaiki tangga.

Namja kembar yang sedang meneguk susu mereka itu mengangguk kompak.
Mata mereka menatap fokus layar televisi.

  “Apa Umma sudah masuk ke kamar?” Bisik Jaeho pelan.

Junhon menaikkan alisnya.
Ia mendongak dan mengintip dari bawah tangga.

  “Um” Gumamnya pelan.

Jaeho menarik seringai nakalnya.
Ia meletakkan gelas susunya di atas meja dan menatap bibir cherry Junhon yang basah.

  “Susunya berlepotan di bibirmu, Hon” Gumamnya pelan.

Junhon menunduk, berusaha memandang bibirnya.
Namun kemudian hanya dahinya yang mengernyit.


SRET.


Namja almond itu menyentuh lembut dagu kembarannya.
Ia tersenyum manis.

  “Hyung bersihkan otte?”

  “Ung~!”

Junhon mengangguk dengan senyum manis.
Mata beningnya menatap mata musang milik Hyungnya itu.
Oh well?


-------


CCRRSSHHHH..


Suara air dari keran yang terbuka itu terdengar jelas.
Jaejoong menekuk kedua kakinya dan meniupkan busa sabun yang menumpuk di kedua tangannya.
Membuat pipinya menggembung dengan raut wajah yang terlihat lucu.

Sementara terlihat di belakangnya Yunho yang sedang bersandar di sandaran bathtub.
Ia mendongakkan wajahnya dan melihat ke arah Jaejoong sesekali.

  “Waeyo? Ada masalah apa hmm?” Gumam Jaejoong membalikkan tubuhnya mendadak.

Membuat Yunho sedikit kaget dan memperbaiki posisi sandarannya.
Namja cantik itu terlihat sangat mempesona saat ini.
Tubuhnya dibalur dengan busa sabun yang manis.
Dan rambut almondnya yang basah dan meneteskan air.

  “Yoochun dan Junsu ditugaskan oleh Kapten Choi ke Jepang” Ujar Yunho.

Mwo?

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia mendekati suaminya.

  “Jepang? Jadi karena itu kau terlihat lesu?”

  “Masalahnya adalah, selama ini Yoochun yang selalu membantuku dalam menyelesaikan beberapa kasus sulit”

  “Bukankah sudah ada Changmin ania? Detektif dari Busan itu?”

  “Ia hanya bisa diandalkan kalau moodnya sedang bagus”

  “Omo, kasihan sekali beruang besar ini hum?”

Yunho tersenyum kecil.
Menatap Jaejoong yang menepuk lembut kepalanya.
Membuat busa yang ada di jemari lentiknya menempel di rambut cokelat namja tampan itu.

  “Menurutmu aku bisa mengatasi kepergian Yoochun dan bekerja sama dengan Changmin, Boo?” Bisik Yunho lirih.

Jaejoong tersenyum manis.
Ia mengangguk dan memeluk ringan leher namja tampan itu.
Menghadapkan wajahnya tepat di hadapan wajah tampan itu.

  “Kau bisa kalau kau mau, kalau kau berusaha, dan kalau kau ingin..Jangan hanya terpaku pada Yoochun, mungkin saja Kapten Choi beranggapan kalau kau dan Changmin akan menjadi partner yang hebat suatu hari nanti ania?” Ucap Jaejoong lembut.

Mata musang Yunho mengerjap.
Hanya mendengar nasehat manis dari bibir cherry itu.

Hmp.

Perlahan senyum Yunho terkembang.
Ia mengangguk dan mengusap pipi Jaejoong.

  “Kau membuatku merasa lebih baik, BooJae..”

  “Sudah tugasku sebagai istrimu hmm?”

  “Ani, aku sangat bergantung kepadamu kalau ada masalah yang menimpaku..Hanya kau yang bisa membuatku kembali tenang..Aku..Aku tidak bisa membayangkan kalau kau pergi dari sisiku..”

  “Aku tidak akan kemana-mana, Yunnie bear..Di setiap sisimu ada bayangku..Ne?”

  “Aku mencintaimu Boo”

  “Aku lebih mencintaimu, sayang”

Yunho tersenyum manis saat Jaejoong beranjak mengecup lembut pipinya.
Ia mencengkram kedua sisi pinggang ramping Jaejoong dan menahannya agar tetap seperti itu.

  “Jaejae dan Honchan otte? Masih menonton TV-kah?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia terkekeh geli.

  “Well, kalaupun mereka sudah selesai menonton mereka tidak akan mau mengintip kita berdua ania?”

  “Kau benar Boo, Jaeho terlalu sarkastik kalau kita berdua bermesraan”

  “Itu karena dia mencintaiku bear”

  “Eoh? Jadi sekarang aku punya saingan hm?”

  “Hahaha, bersiaplah untuk kalah”

Namja cantik itu berhenti sontak menggantikan tawanya dengan suara jeritan yang teredam.
Dahinya mengernyit saat ia merasakan ibu jari Yunho menyusup ke dalam tubuhnya.
Mata bening Jaejoong bergerak gelisah.
Menatap Yunho yang menyeringai.

  “Sekarang siapa yang kalah hm?” Gumam namja tampan itu menaikkan alisnya.

Oh well.

Jaejoong menggeleng kuat.
Ia hanya bisa menahan bibirnya agar tidak mengeluarkan jeritan atau desahan sekeras apa pun itu.
Bahaya kalau dua namja yang masih berada di bawah umur itu mendengarnya.


-------


Namja cantik itu tersenyum manis.
Memandang Yunho yang sudah berangkat dengan mobilnya.
Kemudian ia memalingkan wajahnya ke dalam rumah dan berjalan masuk menuju ruang tengah.

Aish.

Kenapa Jaeho dan Junhon senang sekali menyerakkan mainan mereka dimana-mana eoh?
Jaejoong mengeluh seraya memunguti satu persatu mainan namja kembar itu.
Kemudian ia menyusunnya di dalam kotak berbentuk peti harta karun yang tergeletak di sudut ruang keluarga.


TAP TAP TAP.


Jaejoong berjalan menaiki tangga.
Kemudian ia memasuki kamar namja kembar itu.


CKLEK.


  “Otte? Sudah siap?” Tanya Jaejoong lembut.

Jaeho dan Junhon yang baru saja selesai memasukkan barang-barang mereka menoleh ke arah pintu.
Mengangguk menatap Jaejoong.

  “Umma lihat partitur lagu baruku?” Tanya Jaeho kemudian.

  “Semalam Umma lihat tercecer di ruang tamu, sudah Umma masukkan di kantung nomor dua” Sahut Jaejoong.

Oh.

Namja almond itu mengangguk.
Ia memeriksa tasnya dan menutup resletingnya kembali.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan Junhon yang sedang memakai kaus kaki sepak bolanya.

Oh well.

Walaupun kembar hobi mereka berdua benar-benar berbeda ania?

  “Kka, nanti kalian terlambat pergi les” Ujar Jaejoong.

Jaeho menoleh menatap Junhon yang sudah selesai memakai kaus kakinya.
Mereka berdua berjalan menyusul Jaejoong yang sudah menuruni tangga.

  “Ingat, jangan lupa memberitahukan Yunji songsaenim dan Karam songsaenim kalau kalian tidak boleh pulang terlambat lagi hari ini, arasseo?” Ujar Jaejoong menaikkan alisnya.

Jaeho dan Junhon mengangguk kompak.
Mereka mengecup pipi Jaejoong dan memasuki mobil jemputan dari sekolah mereka.

Well, sekolah swasta itu mengadakan kelas eskul setiap hari sabtu.
Dan Jaeho mengambil kelas piano sementara Junhon mengambil kelas sepak bola.

  “Hahhh~”

Jaejoong menghela nafas.
Ia tersenyum memandang mobil berwarna kuning itu.


TAP.


GREP!


  “UMMPPHH!!”

Jaejoong tersentak kaget saat ia hendak melangkah memasuki rumahnya.
Seseorang mencengkram pergelangan tangannya dan menutup mulutnya dengan saputangan.
Mata bening Jaejoong membelalak lebar.
Ia mencoba untuk meronta.
Tapi pukulan keras di tengkuknya membuat kesadaraannya menghilang perlahan.


SSRAK~


Sebuah amplop berwarna putih polos dijatuhkan tepat di atas teras rumah besar itu.
Meninggalkan satu petunjuk yang terukir di dalamnya.


-------


  “Minggu depan pertandingan antar kelas, Hyung!” Ujar Junhon tertawa.

  “Kau harus semangat! Buat nama kelas kita menjadi yang terbaik, arasseo?” Sahut Jaeho terkekeh.

Namja cherry itu mengangguk pasti.
Ia melirik jam tangannya.

  “Kita pulang terlambat hari ini karena busnya mogok, Umma pasti marah” Ujar Junhon.

  “Biar Hyung yang bilang pada Umma” Ucap Jaeho.


CKLEK.


Jaeho membuka pintu pagar rumahnya.
Ia membiarkan Junhon masuk.
Setelah itu ia menyusul adik kembarnya memasuki perkarangan rumah.


DEG.


Namja cherry itu menghentikan langkahnya mendadak.
Dahinya mengernyit.
Ia menunduk memperhatikan sesuatu yang tergeletak di lantai teras.

  “Waeyo?”

  “Ung..Bukankah seharusnya surat diletakkan di kotak surat, Hyung?”

  “Mwo?”

  “Cha, ada surat disini”

Jaeho menatap Junhon yang hendak membungkuk dan meraih amplop itu.
Namun namja almond itu segera berteriak lantang.

  “JANGAN SENTUH, HON! SURAT ITU MENCURIGAKAN!”

Junhon tersentak kaget.
Ia segera memundurkan langkahnya refleks.

  “Ma-maksud Hyung?”

  “Letak surat ini mencurigakan, mungkin saja ada penjahat yang melakukannya ania?”

  “Hyung, Hon rasa Hyung terlalu banyak menonton anime Detektif Conan belakangan ini”

  “Kau meremehkanku?”

Junhon segera menggeleng.
Mata beningnya bergerak pelan.
Memperhatikan Hyung kembarnya yang mengambil surat itu dengan saputangan miliknya.

  “Panggil Umma, ppaliwa!”

Junhon mengangguk.
Ia segera melepas sepatunya dan berlari masuk ke dalam rumah.
Meninggalkan namja almond yang hendak membuka amplop putih itu.


DRAP DRAP DRAP!


  “HYUNG! Umma tidak ada!” Teriak Junhon panik.

Mwo?

Jaeho membulatkan mata musangnya.
Gosh.
Tidak, jam segini biasanya Jaejoong selalu berada di dapurnya membuat cake untuk mereka.
Apa mungkin Jaejoong ada keperluan?


SSRAK.


Jaeho sudah membuka surat mencurigakan itu.
Dalam sekejap ia merasakan nafasnya tercekat.

  “Honchan..”

  “Ne?”

  “Cepat telepon Appa”

  “Wa-wae Hyung?”

Jaeho menoleh.
Menatap Junhon dengan tatapan yang tidak bisa digambarkan.
Kemudian ia berbisik pelan.
Mata musangnya tampak berkaca-kaca.

  “Uri Umma diculik..”


DEG.


Junhon terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.
Tanpa sadar tetes bening itu mengalir dari matanya.

  “Umma..” Gumamnya lirih.


-------


Suara sirene mobil polisi terdengar riuh.
Para wartawan berdesakan mencari secuil informasi apa pun yang bisa mereka dapatkan.
Beberapa orang tampak berhenti di sekitar rumah berwarna putih minimalis itu.
Mendongakkan kepala mencoba mencari tahu apa yang sedang terjadi di dalam sana.

Yunho terlihat frustasi.
Ia duduk di kursi teras dengan jemari yang memijat pelipisnya.
Jantungnya tidak bisa berhenti berdebar kencang.
Mata musangnya bergerak gelisah.
Bibirnya bergetar emosi.

Gosh.

  [ “Aku tidak akan kemana-mana, Yunnie bear..Di setiap sisimu ada bayangku..Ne?” ]


GRT!


Namja tampan itu mencengkram erat pinggiran kursi mewah itu.
Mengacuhkan Changmin yang masih meneliti surat berisi petunjuk yang ada di genggaman tangannya.

  “Inspektur Jung, kurasa kau tahu maksud dari kalimat ini” Ujar Changmin pelan.

Yunho menghela nafas panjang.
Ia mengangkat kepalanya.
Sekilas mata musangnya melirik Junhon yang meraung di sudut teras.
Sementara Jaeho berusaha menenangkan adik kembarnya itu.

  Hembusan angin menerpa serpihan kayu di balik sang penguasa waktu, ketika tangan teracung ke atas dan kaki menunjuk lawan dari timur

Nope.
Yunho menggeleng pelan.
Otaknya sulit untuk diajak bekerja sama saat ini.
Perasaan kalutnya lebih mendominasi.
Rasa takut akan kehilangan namja cantik itu membuatnya depresi.

Oh gosh.

Ia merindukan Yoochun sekarang.
Detektif tetap itu pasti bisa memecahkan sandinya dalam waktu singkat.

  “UMMMAAAAAA~~~!! HIKS..HIKS”

Suara tangisan Junhon membuat kepala Yunho semakin sakit.
Namja tampan itu beranjak dari duduknya dan berjalan masuk ke dalam rumah.
Meninggalkan Jaeho yang menatap punggungnya dengan tajam.


CKLEK.


BRUKK.


Yunho merebahkan tubuhnya di kursi ruang kerjanya.

Kenapa Jaejoong?

Yunho memejamkan mata musangnya.
Berusaha mengingat kejadian akhir-akhir ini.

Setengah tahun yang lalu memang pernah ada kejadian seperti ini.
Tapi itu penculikan palsu yang direncanakan Jaeho dan Junhon untuk mereka berdua.
Jaejoong tidak mungkin ikut melakukan hal yang sama ania?

Lagi pula bulan ini tidak ada tanggal hari peringatan apa pun.

  “Kkkhhh”

Namja tampan itu mendesah keras.
Ia harus berpikir cepat.
Bayangan wajah ketakutan Jaejoong memenuhi kepalanya saat ini.

  “Siapa pelakunya? Dan apa motifnya?” Desah Yunho bergumam.


GREP!


Yunho meraih ponselnya.
Ia mendial nomor atasannya yang berlesung pipi itu dengan cepat.

  “Yeoboseyo? Kapten Choi? Bisakah kau mengembalikan Yoochun sekarang juga?”

  Mwo? Apa yang kau bicarakan Inspektur Jung?

  “Istriku diculik! Dan aku butuh Yoochun!! Aku harus segera menemukan Jaejoong, Kapten!”

  Diculik? Kau serius?

  “Bagaimana mungkin aku bercanda!”

  Tapi Yunho, bukankah sudah ada Changmin disana?

  “Aku tidak bisa bekerja sama dengannya!”

Hening.

Hanya terdengar suara deru hembusan nafas Yunho yang berkejaran.
Emosinya sudah berada di ubun-ubun sekarang.

Namun mendadak emosi itu lenyap ketika ia mendengar suara tegas dari atasannya.

  Yoochun sedang menyelidiki kasus di Jepang, Inspektur Jung, kau harus membuka kedua matamu, jangan hanya yang satunya saja


DEG.


  “A-Apa maksudmu, Kapten?”

  Ingat Yunho, kedua matamu


KLIK.


Namja tampan itu terdiam.
Mata musangnya bergerak pelan.
Mencoba mencerna maksud dari kalimat namja berlesung pipi itu.


TOK TOK TOK.


  “Masuk”


CKLEK.


  “Inspektur, ini aku”

  “Wae? Kau sudah menemukan arti dari sandi itu?”

  “Mianhae”

Ah.
Yunho mengangguk tanpa sadar.
Ia menghembuskan nafasnya pelan.

Tenang Yunho, tenang, Jaejoong pasti baik-baik saja.
Dinginkan kepalamu.

Namja tampan itu menatap Changmin yang beranjak duduk di hadapannya.
Namja berwajah kekanakan itu membentangkan surat berisi kalimat sandi tadi.

  “Kurasa ini berhubungan dengan waktu” Ujar Changmin pelan.

Yunho tidak menyahut.

  Lawan dari timur adalah barat”

  “Sebentar”

Changmin mengangkat wajahnya.
Menatap Yunho yang bersuara.
Raut tampan itu berubah menjadi serius.
Yeah, ini dia wajah sang Inspektur polisi terhebat di Seoul.

  “Apa mungkin ini maksudnya ketika jam menunjukkan pukul 3 tepat?” Ujar Yunho.

Changmin mengernyitkan dahi.

  “Kalau begitu seharusnya ada petunjuk yang mengatakan apakah itu pukul 3 pagi atau siang”

  “Kau benar, lagi pula angin berhembus setiap saat”

  Serpihan kayu ini..Apa maksudnya?”

  “Entahlah”

Namja berwajah kekanakan itu menangkup dagunya dengan kedua tangan.
Mata sipitnya terlihat memicing.
Sampai kemudian terdengar suara pintu yang terbuka.
Yunho dan Changmin menoleh.
Menatap Jaeho yang berjalan memasuki ruangan.

  “Junhon sudah tidur” Ujar namja almond itu.

  “Kenapa tidak temani Hon saja? Appa sedang bekerja Jaejae ah” Sahut Yunho pelan.

Jaeho memicingkan mata musangnya.

  “Appa seharusnya bersyukur Honchan bisa tertidur tanpa susu buatan Umma kali ini, ia kelelahan setelah menangis, dan lagi, lebih banyak kepala yang berpikir akan ada kemungkinan untuk terpecahkannya sandi itu ania?”


DEG.


Yunho terdiam.
Jaeho terlihat sangat marah kepadanya.
Namja tampan itu tidak menyahut lagi.
Hanya membiarkan namja bertubuh mungil itu duduk di samping Changmin.
Mata musangnya menatap sebaris kalimat aneh itu.

  “Otte? Kau mendapatkan sesuatu, Detektif cilik?” Goda Changmin tersenyum.

Jaeho menggumam.
Dahinya mengernyit.

  “Apakah sandi ini berhubungan dengan tempat?”

Eoh?

Yunho dan Changmin saling berpandangan.

  “Tapi hanya ada kalimat waktu, disini, Jaejae” Ujar Yunho.

Jaeho menggeleng.
Raut wajahnya berubah menjadi serius.
Persis seperti wajah Yunho beberapa menit yang lalu.

  “Changmin Ahjusi, ambilkan peta, ppali!” Ujar Jaeho lantang.

Namja berwajah kekanakan itu terkejut.
Namun ia segera menunduk dan mengambil gulungan peta Seoul yang tergeletak di nakas mungil berwarna cokelat kesayangan Yunho.
Jaeho merebutnya.
Ia membentangkan peta itu di atas meja.

Yunho terdiam.
Menatap jari telunjuk mungil milik putranya bergerak di atas jalur jalanan di Seoul.


DEG.


Mata musang Yunho melebar.
Sontak ia menatap Changmin yang memasang ekspresi sama dengannya.

  “Mungkinkah..Sang penguasa waktu yang dimaksud adalah menara jam yang ada di taman Namsan?” Gumam keduanya kompak.

Hmp.

Jaeho menarik seringainya.
Changmin segera merebut kertas itu.

  Hembusan angin menerpa serpihan kayu ini menunjukkan arah sebuah tempat yang berada  di balik sang penguasa waktu!” Ujar Changmin histeris.

Mata musang Yunho memicing.

  “Kalau begitu, ketika tangan teracung ke atas dan kaki menunjuk lawan dari timur bukan memberitahukan tentang waktu” Sambung Yunho.

Jaeho mendongakkan wajahnya.

  “Melainkan sebuah tempat yang berada di arah jam tiga” Potong namja almond itu.

Yunho terkesiap.
Mata musangnya bergerak pelan.

  “Pondok kayu taman bermain Namsan yang terletak di belakang menara jam, lokasinya arah pukul tiga tepat!” Seru Changmin, Yunho, dan Jaeho serentak.

Ketiga namja itu saling menyeringai satu sama lain.

  “Tinggal mencari tahu siapa pelakunya” Ujar Changmin.

Ah ah.
Yunho menggeleng.

  “Kita akan segera tahu siapa yang berada di balik penculikan ini setelah menemui Jaejoong”

Jaeho menutup gulungan petanya.
Ia melompat dari kursinya.

  “KKAJA!”

Yunho dan Changmin saling mengangguk satu sama lain.


-------


DRAP DRAP DRAP!


Yunho, Changmin, Jaeho, Junhon, dan polisi bawahan Yunho berlari memasuki taman Namsan.
Sekarang sudah pukul delapan malam.
Namja tampan itu merasakan pelipisnya basah oleh keringat.

Jantungnya semakin berdebar.

  “Gwenchana Hon, kita pasti menemukan Umma” Ujar Jaeho disela larinya.

Junhon menoleh menatap Jaeho.
Ia tersenyum dan menyeka air matanya.

  “UNG!” Gumamnya semangat.


DRAP!


Mereka semua berhenti berlari tepat di hadapan pondok kecil itu.
Angin malam berhembus lembut.
Menerbangkan sepihan kayu dari atap yang rapuh itu.
Yunho tersenyum kecil melihatnya.


SSRAK!


Namja tampan itu segera mengeluarkan pistolnya.
Sementara Changmin berjaga di sisi pintu yang berlainan.
Jaeho dan Junhon menunggu di balik barisan para polisi.


  “Hana, dul..Set!” Ujar Yunho dan Changmin kompak.


DUAKK!


Yunho menedang pintu kayu itu dengan sekuat tenaga.
Membuat pintu itu terbuka lebar.
Ia dan Changmin segera menodongkan pistol ke dalam ruangan.

Mata musang Yunho membelalak.
Gelap!


KLIK!


SSRAK!


  “KEJUTAAANN~~!”

EOH??

Mata musang namja tampan itu melebar seketika.
Mulutnya terbuka menatap tidak percaya kekasihnya yang tertawa lebar di hadapannya saat ini.
Jaejoong bertepuk tangan sangat kencang.

  “Apa yang---”

Suara Yunho tenggelam.
Ketika matanya menatap atasannya yang berlesung pipi itu di sana.
Choi Siwon tersenyum lebar.
Ia terkekeh geli.

  “Kapten Choi? Apa maksudnya ini semua?” Ujar Changmin menaikkan alisnya.

Ia sudah memasukkan pistolnya kembali ke dalam sarung.

Namja berlesung pipi itu membenarkan posisi topinya.
Ia tersenyum manis.

  “Jangan bilang kalau ini semua rencanamu, Kapten!” Ujar Yunho geram.

  “Pingpong~” Sahut Siwon tertawa.

Membuat Yunho semakin menggeram kesal.

  “Yah, sebenarnya aku merencanakan ini untukmu, Yunho ah” Ujar Siwon pelan.

Eoh?

Yunho menaikkan alisnya.

  “UMMMMMAAAAAA~!!”

Namja tampan itu menoleh.
Menatap kedua putra kembarnya yang berlari memeluk Jaejoong.
Kemudian ia kembali menatap Siwon.

  “Bukankah sudah kukatakan kepadamu untuk membuka mata? Kau tidak bisa terus bergantung kepada Yoochun, aku mengerti kalau kau dan dia sudah menjadi partner sejak lima tahun yang lalu, tapi sekarang keadaan telah berubah, kau harus bisa menjalin hubungan baik dengan Changmin”

  “…”

  “Aku bisa melihat kerja sama yang bagus dari kalian berdua hari ini, buktinya kalian berhasil menemukan Jaejoong kurang dalam waktu 5 jam ania? Lebih baik dari kau dan Yoochun dulu, ne Inspektur?”

Hoh.

Changmin menarik senyumnya.
Ia memandang Yunho yang ikut tersenyum.

  “Kau benar, Kapten, seharusnya aku membuka kedua mataku dan mencoba untuk membentuk kerjasama dengan Detektif Busan ini, bukannya malah mengeluh meminta Yoochun kembali” Kekeh Yunho kecil.

Namja berlesung pipi itu mengangkat bahunya.
Membiarkan Yunho bergabung bersama keluarganya.
Namja tampan itu memeluk erat kekasihnya.
Membuat Jaejoong tertawa geli di tempat.

Oh well.

Shim Changmin memicing menatap Siwon.
Kapten Choi itu menaikkan alisnya.

  “Kau tahu Kapten, kalau sebenarnya kode itu tidak dipecahkan oleh kami berdua” Ujar Changmin terkekeh.

Eoh?

Siwon mengernyitkan dahinya.

  “Bukan? Lalu?” Tanyanya penasaran.

Shim Changmin melirik sosok almond bertubuh mungil itu.
Ia tertawa geli.

  “Melainkan Detektif cilik yang angkuh itu”

M-mwo?

Siwon menoleh.
Membulatkan matanya mengikuti arah pandangan Changmin.

Jung Jaeho?

Yang benar saja!

  “Terkadang ada saatnya dimana kecerdasan dan kepolosan seorang anak kecil mengalahkan daya pikir orang dewasa ania? Kurasa kau bisa mencantumkan namanya sebagai calon Inspektur Seoul yang selanjutnya mulai sekarang, Kapten Choi” Bisik Changmin.

Hmp.

Oh well.

It’s a fake kidnapping again huh?
And don’t forget, always be a happy ending~


END.

2 komentar:

  1. senyum senyum sendiri pas baca ff ini.. sweet banget thor!

    BalasHapus
  2. Sukka banget!! Entah knpa bner2 suka keincestan jaehon :D
    kak shella coba bikinin ff ttg spesial jaehon dongg wktu mreka udh agak dewasa klo bisa adain yunjaeyun sma juju yaa pleasee {} /puppyeyes xD

    BalasHapus