This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 06 Oktober 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/RAIN IS HURT



Tittle: RAIN IS HURT

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-angst-hurt-friendship-romance-guling2


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “Bagiku cinta itu seperti sebuah payung di saat hujan..Ketika hujan berhenti mengguyur bumi, maka payung akan tergeletak begitu saja..Sendiri..Sepi..Usang..”

.
.
.

TENG TENG TENG!


Bel tanda pulang berdentang nyaring.
Para siswa-siswi DongBang High School berhamburan dari kelas masing-masing.
Kecuali sekelompok namja yang sedang berkumpul di pojok kelas mereka.
Oh well.
Membicarakan masalah cinta lagi huh?

  “Jadi bagaimana? Kalian putus?” Tanya Junsu mengernyitkan dahinya.

Kyuhyun menghela nafas.
Ia mencebilkan bibir merahnya diiringi suara decakan lidah yang cukup keras.

  “Mollaseo, yang jelas aku kesal!” Ujarnya.

Jaejoong hanya tersenyum kecil.
Ia menepuk lembut punggung sahabatnya itu.

  “Jangan terlalu cepat mengambil keputusan, Kyunnie ah, kau juga harus mengerti kalau Changmin masih membutuhkanmu”

  “Apanya? Dia punya banyak fans, dia disukai semua orang, aku tidak peduli!”

  “Tapi ini beda, Kyunnie, kau kekasihnya”

  “Uh yah, aku kekasih paling cuek sedunia”

  “Hmm, mungkin saja ada ‘something special’ pada dirimu yang disukainya?”

  “Misalnya?”

  “Apa saja, yang tidak kau sadari”

Oh guess -__-

Namja evil itu menghela nafasnya.
Ia menjulurkan lidahnya kepada Jaejoong.

  “Dari pada kau menceramahiku, kurasa lebih baik kau meluangkan waktu untuk mencari kekasih Joongie ah”

  “MWO?”

Junsu tertawa geli.
Ia mengangguk dan mengangkat ibu jarinya tanda setuju.
Jaejoong segera mempoutkan bibir ranumnya.

Ketiga namja itu segera meraih tas masing-masing dan beranjak keluar kelas.

Jaejoong melirik ke arah Kyuhyun.
Kemudian ia berucap sekali lagi.

  “Ingat, Cho Kyuhyun! Jangan terlalu cepat memutuskan! Atau kau akan menyesal!”

Kyuhyun hanya mengangguk malas.
Lengkung bibir tipisnya menarik seulas senyum sendu.

Ah, menjadi seorang kekasih dari kapten tim basket sekolah memang menyebalkan.


-------


Namja cantik itu mendorong troli-nya perlahan.
Mata beningnya menjelajah makanan-makanan ringan di supermarket itu.
Um.
Bibirnya mengerucut lucu.

  “Ramen ramen ramen~” Gumamnya menunduk.


SRET!


DEG!


Jaejoong terkejut.
Mata beningnya sontak membesar saat ada jemari tegas yang menyentuh ramen yang hendak diambilnya.
Membuat kedua tangan mereka saling bersentuhan.

Namja cantik itu mengangkat wajahnya.
Dan detik itu juga rona merah menyemburat di pipinya.

Gosh!

Namja yang berdiri di hadapannya saat ini benar-benar tampan!

  “Ambil saja, aku bisa mengambil yang lain”

Dan oh, suara namja tampan itu benar-benar tegas dan nge-bass!
Jaejoong membuka mulutnya seperti orang bodoh.

  “Mianhae?”


DEG!


Namja cantik itu segera tersentak saat namja tampan bermata musang itu mengibaskan tangannya di hadapan wajah cantiknya.
Omo, Jaejoong menunduk malu sekarang.

  “G-Gomawo” Bisik Jaejoong lirih.

Namja tampan itu terkekeh geli melihat ekspresi malu namja cantik yang berdiri di hadapannya saat ini.
Membuat jantung Jaejoong semakin berdebar keras.
Mata beningnya mengerjap cepat.
Oh my.

Jaejoong masih setia dalam posisinya.
Ia terdiam memperhatikan namja tampan yang sudah berjalan menjauh itu.
Gosh.
Apa yang terjadi padanya?
Kenapa jantungnya berdebar begitu keras seolah akan lepas dari tempatnya?

  “Tampan sekali..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Namja cantik itu mengulas senyum kecilnya.
Ia bisa merasakan wajahnya menghangat.


TAP TAP TAP.


Jaejoong mendongakkan wajahnya perlahan.
Mengintip keluar jendela supermarket.
Ah, namja tampan itu sudah pergi.

  “Total semuanya 3000 Won”

  “…”

  “TOTAL SEMUANYA 3000 WON!”

  “EH?!”

Jaejoong tersentak kaget.
Ia segera mengalihkan pandangannya dari jendela.
Memandang sang kasir yang memasang wajah kesal.
Jaejoong membungkuk minta maaf.
Ia segera mengeluarkan dompetnya.


TIK

TIK

TIK


ZZZRRRSSSHHHH..


Namja cantik itu membulatkan mata beningnya.
Ia melotot memperhatikan jendela.

OH GOSH!! HUJAN!!

  “Maaf, apa disini menjual payung?” Tanya Jaejoong pelan.

Kasir itu menggeleng.
Membuat Jaejoong menghela nafas panjang.
Well right, rumahnya sekitar dua blok dari supermarket ini.
Dan itu tandanya kalau ia pulang sekarang maka ia akan berbasah-basahan.
Tapi kalau ia menunggu sampai hujan reda, Umma pasti akan memarahinya.
Argh.

  “Gomawo”

Kasir itu mengangguk.
Ia kembali melayani pelanggan yang lain.
Mengacuhkan Jaejoong yang berdiri di luar supermarket.
Dahinya mengernyit.
Masih menimbang-nimbang apakah ia akan menerobos hujan atau tidak.

  “Hufff”

Jaejoong mencoba yakin.
Ia memantapkan genggamannya pada plastik supermarket dan bersiap untuk berlari.

  “1, 2, 3!”


DRAP DRAP DRAP!


Jaejoong berlari kencang.
Mata beningnya tampak menyipit lucu.
Satu tangannya berada di depan mata, melindungi pandangannya dari hujan deras yang mengguyur.

Terlalu dingin, Jaejoong tidak tahan.

Ia melirik halte bus yang ada di depan taman kota.
Namja cantik itu segera berbelok ke sana dan berteduh sesegera mungkin.

  “Aisshhhh! Sepertinya memang harus menunggu hujan reda!” Omel Jaejoong kesal.

  “Ne, sepertinya kita berdua harus menunggu sampai hujannya selesai”


DEG!


Jaejoong tersentak kaget.
Sontak ia segera mengalihkan pandangannya ke samping.
Menaikkan alisnya memandang namja tampan yang ditemuinya barusan.
Dan, gosh! Namja itu tersenyum lebar!
Memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

Jaejoong merasa wajahnya menghangat sekarang.

  “Kudengar kalau dua orang yang saling tidak mengenal bertemu dalam keadaan yang sama sekali tidak direncanakan sebanyak dua kali, mereka adalah jodoh” Ujar namja tampan itu.

Eoh?

Jaejoong tersenyum geli.

  “Oh ya? Setahuku itu tiga kali”

  “Bagiku dua kali”


DEG DEG DEG.


Jaejoong terdiam.
Hanya wajahnya yang terlihat semakin memerah.
Namja tampan itu terkekeh geli sekarang.
Kemudian ia menyodorkan tangannya.

  “Namaku Jung Yunho”

  “Ja-Jaejoong, Kim Jaejoong”

Yunho tersenyum.
Ia berdiri di samping Jaejoong dan mendongak memperhatikan rintikan hujan yang mulai mereda.
Namja tampan itu menunduk sejenak.
Kemudian ia menyerahkan sebuah payung kepada Jaejoong.
Membuat namja cantik itu mengernyitkan dahinya.

  “Tadi aku bertemu dengan temanku, dan dia membawa dua payung, kau boleh pinjam payungnya” Ujar Yunho.

  “Kalau begitu, untuk apa kau berteduh?” Tanya Jaejoong bingung.

  “Tadi ponselku bunyi, makanya aku berdiri di sini”

  “Tapi..Kalau payungnya kupakai, kau bagaimana?”

  “Tidak perlu memikirkan aku, aku akan baik-baik saja, lagi pula rumahku tidak jauh dari sini”

  “Um..”

Jaejoong masih terlihat ragu.
Sementara namja tampan itu menarik tangan Jaejoong dan menggenggamkan payung tersebut di tangan namja cantik itu.

  “Kau bisa mengembalikan payungnya kalau suatu saat nanti kita bertemu lagi” Ucap Yunho.

  “Kau sekolah di mana?” Balas Jaejoong bertanya.

Hmp.

Namja tampan itu tersenyum kecil.

  “Kalau aku memberitahumu kau pasti akan mengantarkan payung itu ke sekolahku ania? Bukankah sudah kukatakan padamu? Kau bisa mengembalikannya kalau kita bertemu lagi”

Jaejoong masih mengernyitkan dahinya.
Kemudian ia menunduk.
Memperhatikan belanjaannya.

  “Mm, arrata, kalau begitu aku duluan ne?”

  “Ne, berhati-hatilah!”

  “Gomawo!”

Namja tampan itu tidak menyahut lagi.
Ia hanya tersenyum manis memperhatikan punggung mungil yang semakin menjauh itu.
Ah, Yunho terkekeh geli sekarang.


-------


  “Uri Joongie sudah gila”

Junsu mengangguk setuju.
Ia ikut menatap Jaejoong bersama Kyuhyun.
Kedua sahabat baik itu saling mengerutkan dahi masing-masing.

Kemudian mereka mendongak, menatap langit yang terlihat cerah dari jendela kelas.

  “Sudah seminggu ini hujan tidak turun, cuacanya selalu cerah” Ujar Junsu.

  “Hmmm” Gumam Jaejoong pelan.

  “Kenapa kau terus membawa payung, Jaejoongie?” Tanya Kyuhyun.

Namja cantik itu terkekeh manis.
Ia menekan kedua pipinya yang memerah.
Membuat kedua sahabatnya segera duduk di hadapannya.

  “Kurasa aku jatuh cinta” Bisik Jaejoong pelan.

  “MWOOO?!” Teriak Kyuhyun dan Junsu bersamaan.

Namja cantik itu terus terkekeh kecil.
Mengacuhkan ekspresi kaget dari kedua namja yang duduk di hadapannya saat ini.

  “Kalian ingat hari selasa minggu yang lalu?” Tanya Jaejoong.

Junsu dan Kyuhyun mengangguk.

  “Waktu itu hujan deras, hehehe”

  “Lalu?”

  “Aku bertemu dengan seorang namja tampan di halte bus, dan dia meminjamkan aku payungnya~”

  “Eoh? Bukankah itu aneh? Kalian sama sekali tidak saling mengenal, tapi ia mau meminjamkan payungnya untukmu, apa kau tidak curiga?”

  “Aku mengenalnya! Dia bernama Jung Yunho!”

  “Itu saja? Siswa sekolah mana dia?”

Jaejoong mempoutkan bibirnya.

  “Ia tidak memberitahuku, karena ia ingin aku mengembalikan payung ini di pertemuan ketiga yang tidak kami rencanakan”

  “Jadi karena itu kau selalu membawa payung kemana-mana? Aigoo~!”

Jaejoong mengangguk polos.
Ia memasang senyuman terbaiknya.

  “Aku jadi ingin bertemu dengan namja yang kau ceritakan itu” Ucap Junsu pelan.

Kyuhyun mengangguk seraya tertawa kecil.

  “Kka, kita pulang, sudah sore” Ajak Jaejoong.

Kedua namja itu segera mengangguk.
Mereka mengambil tas dan berjalan beriringan.

  “Kalian mau main ke rumahku dulu ania? Aku baru saja membeli video game yang baru” Ujar Kyuhyun.

Jaejoong menggeleng.
Membuat Junsu menaikkan alisnya.

  “Aku ingin ke supermarket”

  “Lagi?”

  “Waeyo?”

  “Belakangan ini kau sering sekali mampir ke tempat itu, Jae ah”

Hmp.

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia hanya tersenyum manis dan mengeratkan tas selempangnya.
Jaejoong menepuk bahu Junsu dan Kyuhyun pelan.
Kemudian ia berlari sambil menggenggam payung berwarna hitam itu.

  “Perasaanku mengatakan kalau aku akan bertemu dengannya lagi disana!” Teriak Jaejoong tertawa.

Membuat Junsu dan Kyuhyun saling menatap satu sama lain.

Oh well.


-------


BRUKK!


Jaejoong mendesah pendek.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang empuknya.
Ah, perasaannya sedang buruk saat ini.
Ia kesal karena tidak bertemu lagi dengan Yunho sejak saat itu.

Apa jangan-jangan namja tampan itu sebenarnya tidak nyata?
Tapi bagaimana caranya dia membayar belanjaannya di supermarket waktu itu?

Jaejoong menghembuskan nafas.
Ia memiringkan wajahnya dan meraih ponselnya yang bergetar pelan.
Ah, ada pesan masuk.


PIK!


  ‘From: 07374xxxxx

Anyeong Jaejoongie

Eoh?

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia segera mengetik balasan.

  ‘To: 07374xxxxx

Nuguseyo?

Namja cantik itu mendesah pendek untuk yang kedua kalinya.
Ia berbalik dan membuka pesan yang baru saja masuk itu.

  ‘From: 07374xxxxx

Selasa.
Hujan.
Payung.


SSRAK!


Jaejoong segera beranjak dari baringnya.
Mata beningnya membulat.
Menatap tidak percaya kalimat yang ada.
Ia segera mengirimkan balasan.

  ‘To: 07374xxxxx

Yunho?! Dari mana kau tahu nomor ponselku??


DEG DEG DEG.


Namja cantik itu menyentuh pelan dada kirinya.
Merasakan debaran jantungnya yang semakin mengencang.
Oh gosh.


PIK!


  ‘From: 07374xxxxx

Kalau kukatakan dari rintikan hujan, apakah kau akan percaya?

Hmp.

Jaejoong tersenyum geli.
Ia terkekeh sendiri dan hendak mengetik balasan.
Namun gerakannya terhenti ketika nomor itu memanggil ponselnya.
Namja cantik itu terdiam.

Sedetik kemudian ia tersadar dan segera mengangkat telepon itu.

  “Kenapa lama sekali?

  “Mi-Mianhae, aku gugup”

  “Eoh? Kau lucu sekali, hehehehe

  “U—Um..”

  “Apa kau sedang sibuk?

  “Aniya, waeyo? Kau ingin aku mengembalikan payungmu sekarang?”

  “HAHAHAHAHA

  “Kenapa kau malah tertawa?”

  “Kau benar-benar pengingat yang hebat

  “Itu karena aku selalu membawa payungmu kemana pun aku pergi!”

  “Hmm, baiklah, kau bisa mengembalikannya kepadaku besok

  “Dimana?”

  “Toho High School

  “To-Toho??”


KLIK.


Eoh?
Jaejoong mengernyitkan dahinya.
Yunho sengaja memutuskan sambungan teleponnya!
Aish!

Namja cantik itu menggeram gemas.
Ia melirik ponselnya cukup lama.

Sampai kemudian bibir ranumnya berucap lirih.

  “Bukankah itu sekolah elit khusus anak-anak kalangan atas? Omooooo!”



-------


  “Kau benar-benar menungguku?”

Jaejoong tersenyum kecil.
Jujur saja, sejak tadi ia merasa risih saat beberapa siswa-siswi dari sekolah elit itu melirik ke arahnya.
Namja cantik itu segera menyerahkan payung hitam itu kepada Yunho.

  “Terima kasih untuk payungnya”

  “Sama-sama”

  “…”

  “Kau ada acara setelah ini?”

  “Wae?”

  “Aku ingin pergi ke taman bermain, kkaja!”

  “E—EH?”

Jaejoong segera membuka mulutnya hendak berteriak untuk menolak.
Namun suaranya tertelan saat Yunho membuka pintu mobil mewah itu dan mendorongnya masuk ke dalam.

  “Jalan!” Perintah Yunho kepada supirnya.

Jaejoong terdiam.
Jantungnya berdebar-debar.
Gosh.
Junsu dan Kyuhyun pasti akan heboh kalau mereka tahu ia sedang berada di dalam mobil mewah bersama seorang siswa dari sekolah Toho!

Namja tampan itu tidak banyak bicara dalam perjalanan.
Membuat Jaejoong ikut membungkam.
Keduanya saling merapatkan bibir sampai mobil tersebut berhenti di depan pintu masuk taman bermain.


BLAM!


Jaejoong merasakan kepalanya pusing.
Ia baru saja menginjakkan kaki di tanah tapi Yunho sudah menarik tangannya dan berlari masuk ke dalam.
Namja cantik itu mengeratkan genggamannya di tangan Yunho agar tidak terlepas.

  “Kau mau naik apa?” Tanya Yunho tersenyum.

  “Itu” Sahut Jaejoong menunjuk wahana Roller Coaster.

Yunho mengangguk.
Mereka segera berlari bersama menuju wahana tersebut.

  “Hei! Kita belum membayar tiket!” Teriak Jaejoong panik.

Namja tampan itu tertawa kecil.

  “Santai saja, tempat ini milik keluargaku”

OMO.

Ia benar-benar anak orang kaya!

Namja cantik itu kembali merapatkan bibirnya.
Ia hanya pasrah saat petugas taman bermain memasangkan safety belt di pinggangnya.
Wahana itu mulai bergerak perlahan.
Jaejoong menolehkan wajahnya menatap Yunho.

  “Dari siapa kau mendapat nomor ponselku?”

  “Kau benar-benar ingin tahu?”

  “Um!”

  “Baiklah, adikku satu sekolah denganmu, dia ketua tim basket”

  “MWO? Changmin? Shim Changmin adalah adikmu?!”

  “Kau tertipu olehnya, namanya bukan Shim Changmin, tapi Jung Changmin”

  “Tapi---”

  “Lebih baik kau berhenti bicara dan tutup mulutmu Jae ah”

  “Kena---WWWWUUUUUAAAAAA!!!!”

Namja tampan itu tertawa geli saat wahana itu menukik tajam ke bawah.
Ia menikmati teriakan lantang dari namja cantik yang duduk di sampingnya ini.
Mata musang Yunho menyipit.
Ia benar-benar merasa bahagia sekarang.


-------


  “Bagaimana kalau kita naik itu?”

Jaejoong menoleh.
Menatap wahana bianglala raksasa yang terletak di ujung taman.
Ia mengangguk dan tersenyum manis.

Yunho kembali menggandeng tangannya.
Membuat jantungnya kembali memberontak.


CKLEK!


Pintu wahana tertutup rapat.
Jaejoong dan Yunho saling duduk berhadapan.

Keduanya masih terdiam.
Sampai kemudian namja cantik itu mendongakkan wajahnya.
Memperhatikan langit yang mulai gelap.
Mendung.

  “Payungmu” Ujar Jaejoong menyerahkan payung itu.

Yunho tersenyum.

  “Untukmu saja” Sahutnya pelan.

Eoh?

  “Bukankah payung itu milik tem---”

  “Payung itu memang milikku”

  “…”

  “Aku sengaja memberikannya kepadamu waktu itu”

Jaejoong terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.

Wahana mulai bergerak turun ke bawah.
Diiringi dengan rintikan hujan yang bergulir.

  “Hari apa sekarang?” Tanya Yunho pelan.

Jaejoong bergumam lirih.
Nyaris tidak terdengar.

  “Selasa..”


CUP.


Mata bening itu refleks terpejam saat Yunho mencondongkan tubuhnya ke depan dan mengecup lembut bibir cherry namja cantik itu.

Satu tangan Yunho mengusap leher jenjang Jaejoong dan satunya lagi menahan tubuhnya di kursi yang diduduki oleh namja cantik itu.
Jaejoong membuka mulutnya perlahan.
Membalas setiap lumatan dan kecapan lembut yang Yunho berikan.

Lama mereka saling berciuman.
Menukar saliva, menggesekkan lidah, dan menggelitiki rongga mulut masing-masing.

Sampai kemudian wahana besar itu berhenti tepat di tempatnya semula dan hujan semakin mengguyur deras.
Mata Jaejoong mengerjap.
Wajahnya tampak memerah dengan bibirnya yang basah dan merekah.

Ia menatap Yunho yang balas menatapnya tajam.

Namja cantik itu hendak menarik senyumnya.
Namun lengkungan itu terhenti ketika pintu wahana terbuka dengan kasar.

Jaejoong dan Yunho tersentak kaget.
Mereka menatap sesosok yeoja berambut hitam yang mengenakan seragam yang sama dengan Yunho.

  “APA YANG KALIAN LAKUKAN DISINI EOH?!”

Jaejoong terdiam.
Ia bingung dengan apa yang terjadi.

  “KAU!! SIAPA KAU? APA KAU MAU MEREBUT CALON SUAMIKU EOH?!” Bentak yeoja itu menatap Jaejoong.


DEG.


Namja cantik itu tersentak kaget.
Mata beningnya membulat sempurna.
Ia menoleh memandang Yunho.

  “Ca—calon suami?” Bisiknya lirih.

Hatinya mulai terasa sakit.
Perih.
Kepingan rasa-nya mulai meretak pelan.

  “Jangan dengarkan dia, Joongie ah, kami---”

  “Diam kau Yunho! Awas! Akan kuadukan kau kepada Appa Jung! Berani-beraninya kau berselingkuh di belakangku!”

Yunho membuka mulutnya hendak menyahut.
Namun suaranya hilang saat Jaejoong beranjak dari wahana itu dan menubruk kasar bahu yeoja cantik itu.
Jaejoong berlari dari sana.
Ia terisak keras di tengah derasnya guyuran hujan.
Tangisnya tumpah.
Hatinya hancur berkeping-keping.

Hujan yang selama ini dianggapnya indah di hari Selasa, buyar tanpa bekas.


-------


Jaejoong terlihat sangat tidak bersemangat hari ini.
Wajahnya muram.
Matanya berkantung.
Aura suram menyeruak dari punggungnya.

Membuat siapa saja yang berada di dekatnya ingin menjauh.

  “Kau harus tegar, Joongie ah” Ujar Kyuhyun pelan.

  “Kyuhyun benar, lagi pula, bukankah kalian berdua hanya sebatas peminjam-dan pemberi pinjaman payung?” Sambung Junsu.

Kyuhyun mendelikkan mata sipitnya.
Junsu segera menjulurkan lidahnya.

Jaejoong menggumam tidak jelas.
Ia menenggelamkan wajahnya di balik tas selempangnya.

  “Kalau dari awal dia memang tidak menyukaiku..Kenapa dia memberi payung itu kepadaku? Kenapa dia mencari nomor ponselku? Dan kenapa dia menciumku? Apa dia ingin membuatku tenggelam dalam sebuah harapan palsu?” Bisik Jaejoong lirih.

Suara merdunya terdengar bergetar dan serak.

Kyuhyun menganggukkan kepalanya.
Sementara Junsu menggelengkan kepalanya.
Jaejoong tidak peduli.
Ia menggigit bibir bawahnya mencoba menahan tangis.

  “Aku memang ingin jatuh cinta, Junsu ah, Kyunnie ah..Tapi bukan rasa sakit seperti ini yang kuharapkan!”

  “Kau bisa belajar dari apa yang sudah terjadi Joongie ah, jangan pernah menyukai seseorang sebelum kau mengenal siapa orang itu”

  “Bagaimana kalau aku sudah jatuh cinta padanya sejak pertama kali menatap wajahnya? Apa itu salah?”

Hening.
Tidak terdengar sahutan apa pun lagi.
Jaejoong mendesah panjang.
Ia beranjak dari duduknya dan berjalan menjauhi kedua sahabatnya.

Namja cantik itu terus melangkahkan kakinya sampai ke depan gerbang sekolah.
Ia mendongak.
Langit hari ini tampak kelabu.
Gelap.
Mendung.

Kemudian rintikan mungil berjatuhan dari atas.

Gerimis.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia benci hujan.
Sangat benci.

Rain is Hurt..

Jeongmall.

Namja cantik itu memutuskan untuk segera pulang ke rumah.
Namun langkahnya terhenti ketika mata beningnya menangkap bayang sesosok namja tampan yang berdiri di depan gerbang.

Mata bening Jaejoong bergerak pelan.

Walau namja tampan itu berdiri membelakanginya, ia tahu siapa yang berambut cokelat seperti itu.
Postur tubuh itu, dan seragam khas itu.


TAP!


Jaejoong memutuskan untuk acuh.
Ia berjalan cepat dari gerbang.
Belum jauh ia melangkah, langkahnya terhenti ketika pergelangan tangannya digenggam erat oleh jemari tegas milik namja tampan itu.

Jaejoong berhenti di tempat.

Tapi ia tidak menoleh.

  “Apa lagi?” Ujar Jaejoong sinis.

Namja tampan itu berjalan menghampiri Jaejoong.
Ia berhenti tepat di hadapan namja cantik itu.
Menabrak mata bening yang bulat itu dengan mata musangnya yang tajam.

  “Aku minta maaf soal kemarin” Ucap Yunho.

Heh.

Jaejoong tersenyum kecut.

  “Aku sudah melupakan masalah kemarin, tenang saja”

  “Aku juga ingin bilang, kalau wanita itu bukan tunanganku, ia hanya teman masa kecil yang ter-obsesi denganku Jae ah”

  “Lalu? Apa hubungannya denganku? Kenapa aku harus tahu?”

  “Karena aku mencintaimu”


DEG.


Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Bola mata yang bulat itu terlihat menggenangkan tetes bening yang mulai menyeruak.
Gerimis berganti menjadi rintikan deras.
Sampai kemudian berubah menjadi hujan.

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Membiarkan air matanya bercampur dengan tetes hujan yang membasahi wajahnya.

  “Bagiku cinta itu seperti sebuah payung di saat hujan..Ketika hujan berhenti mengguyur bumi, maka payung akan tergeletak begitu saja..Sendiri..Sepi..Usang..”

  “Maka aku akan selalu berusaha menciptakan hujan, dimana pun kau berada”

  “Kau pikir kau seorang dewa huh?”

Yunho menggeleng.
Ia tersenyum kecil.

Jemarinya terulur mengusap lembut pipi Jaejoong.
Menyeka tetes bening hangat yang bergulir dari kedua matanya yang indah.

  “Atau aku akan tetap membawa payung bersamaku kemana pun aku pergi, menjaganya agar tidak sendiri..Agar tidak kesepian..Dan agar tidak usang..”

  “Hiks..”

Namja tampan itu mengecup lembut dahi Jaejoong.
Namja cantik itu memejamkan matanya perlahan.
Ia meringis saat Yunho memeluknya dengan erat.
Memberinya secercah kehangatan dari dingin yang menusuk tulang.

Jaejoong menyurukkan wajahnya di pundak Yunho.
Jemarinya mencengkram erat punggung namja tampan itu.

  “Hujan hari ini terasa lebih indah dari pada hujan-hujan yang sebelumnya” Gumamnya pelan.

Yunho menarik senyum kecilnya.
Ia menunduk dan mengecup lembut tengkuk namja cantik itu.
Kemudian ia memejamkan matanya sejenak.

Rain is hurt..

Rain is hurt..

Rain is not hurt..


END.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar