“Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan
terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?”
.
.
.
“Aku memilih untuk lari..”
PART 5.
Rumah sakit pusat itu terlihat riuh malam ini.
Padahal beberapa waktu sebelumnya para perawat masih
berkeliaran santai seraya memamerkan mistletoe
buatan mereka.
Tampak sesosok namja cantik yang sedang menangis
histeris di kursi tunggu ruang operasi.
Sweater longgar berwarna dark
blue kesayangannya terlihat basah dan berbau amis.
Darah Jaeho melekat disana saat ia memeluk namja
almond itu beberapa waktu yang lalu.
Sementara Junhon duduk di samping Ummanya.
Ia masih menangis dalam diam.
Mata beningnya bengkak dan memerah.
Yunho menghela nafas panjang.
Ia menyeka air matanya dan memandang jas dan kemeja
putihnya yang berlumuran darah.
Ia menggendong namja almond itu kesini beberapa menit
yang lalu.
Huh.
Siapa yang menyangka kalau malam yang seharusnya
meriah dan damai itu berubah menjadi sesuatu yang membuat semua orang menjerit
histeris?
“Maaf Hyung,
kami tidak sempat mencegah perbuatan jahat yeoja itu” Ujar Yoochun pelan.
Yunho menoleh.
Menatap Yoochun, Junsu, Kyuhyun dan Changmin yang
sudah berada di sampingnya.
Namja tampan itu menggeleng.
Ia tersenyum kecut.
“Setidaknya
polisi segera menangkapnya karena laporan dari kalian ania?” Bisiknya lirih.
“Kyuhyun
segera menghubungi kepolisian pusat waktu itu” Sahut Changmin.
Junsu mengusap air matanya.
Menatap Minkyu, Sooji dan Yoosu yang sedang
menenangkan Junhon di sana.
Namja cherry itu mulai histeris memanggil nama
Hyungnya.
Yunho melangkah perlahan mendekati Jaejoong yang masih
terisak disana.
Namja tampan itu berdiri di hadapan Jaejoong dan
memeluk erat namja cantik itu.
Membuat Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Ia balas mencengkram erat punggung Yunho.
“Maaf, aku
tidak bisa menjaga Jaeho” Bisik Yunho pelan.
Tangis Jaejoong pecah.
Ia menyurukkan wajahnya di dada bidang namja tampan
itu.
Mengacuhkan darah yang masih melekat disana.
PIIPP.
Lampu tanda selesai operasi itu menyala setelah empat
jam kemudian.
Yunho dan Jaejoong segera beranjak menghampiri dokter
yang keluar dari sana.
“Masa
kritisnya sudah lewat, untung saja lampu sorot itu tidak jatuh tepat di atas
kepalanya, pecahan kaca yang menempel di sekitar punggungnya sudah kami
bersihkan” Ujar dokter itu.
Yunho menghela nafas lega.
Ia mengangguk dan tersenyum kecil.
Tidak lama kemudian para perawat mendorong ranjang
Jaeho dari dalam ruang operasi.
“Hyuunnggg~!!”
Jerit Junhon berlari.
Junsu yang melihat itu segera menyusul Junhon.
Sementara Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mengusap wajahnya lega.
-------
“Minkyu
menitipkan ini untuk Jaeho” Ujar Kyuhyun seraya menyerahkan dua batang permen
Lollipop rasa jeruk kepada Jaejoong.
Namja cantik itu mengangguk pelan.
Ia tersenyum kecil walau wajahnya masih pucat.
Sepertinya ia benar-benar shock dengan kejadian yang menimpa putra pertamanya.
“Hati-hati di
jalan, Junchan” Ujar Jaejoong lembut.
Adik kecilnya itu mengangguk.
Ia tersenyum dan menyusul suaminya yang sudah berjalan
bersama Changmin dan Kyuhyun.
Namja cantik itu memperhatikan permen yang ada di tangannya.
Kemudian ia membuka pintu kamar rawat putranya.
CKLEK.
“Hahahaha~
Ahjusi payah!”
Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Memandang Junhon yang sedang berlari dari kejaran
Yunho.
Sementara Jaeho terkekeh menyaksikan mereka berdua.
Namja cantik itu mengeluh pelan.
Kemudian ia berjalan masuk ke dalam ruangan.
“Umma!” Jerit
Jaeho dan Junhon.
Namja cherry itu segera melompat dari kursi dan meraih
pedang bercahayanya.
Ia menusuk-nusuk udara kosong dan segera memeluk kaki
jenjang Jaejoong.
“Hampir saja
monster ikan berkakinya menggigit kaki Umma! Kka, Hon akan menemani Umma
berjalan!” Ujar namja cherry itu lucu.
Jaejoong tertawa kecil.
Ia menurut apa yang dilakukan putra bungsunya.
Sementara Jaeho terlihat tersenyum kecil di sana.
Ah, ia sangat ingin bergabung bersama Junhon dan
bermain lagi di sekitar Jaejoong.
“Kau sudah
makan?” Tanya Yunho menatap Jaejoong.
Namja cantik itu tertegun.
Menatap Yunho yang beranjak mendekatinya.
“Wajahmu masih
terlihat pucat” Ujar namja tampan itu.
Jaeho dan Junhon saling terkekeh satu sama lain.
Sementara Jaejoong merasa jengah.
“Walau kau
menyelamatkan putraku waktu itu, bukan berarti kau mendapat maaf begitu saja”
Ujar Jaejoong tegas.
Yunho terdiam.
Ia berbalik, memandang Jaejoong yang sudah berjalan
menghampiri Jaeho.
“Punggungmu
masih sakit, sayang?”
“Masih Umma,
dokternya bilang sebentar lagi sembuh”
“Nee, setelah
itu kita akan pulang ke Jepang”
“Hontouni?”
DEG.
Yunho membulatkan mata musangnya.
Menatap tidak percaya ke arah Jaejoong.
Apa?
Kembali ke Jepang?
“Kau
bercanda?” Tanya Yunho bingung.
Ia pikir Jaejoong akan memutuskan untuk kembali
padanya.
“Kenapa kau
masih disini?” Balas Jaejoong balik bertanya.
Yunho membuka mulutnya hendak menyahut.
Namun kemudian ia menghela nafas dan memutuskan untuk
beranjak dari ruangan itu.
Meninggalkan ketiga namja yang ada di dalam sana.
“Umma, kita
benar-benar akan kembali ke Jepang ania?” Tanya Junhon senang.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengangguk.
Namja cherry itu segera menjerit senang.
“Tapi Umma,
kalau kita pindah ke Jepang, kami tidak bisa bertemu lagi dengan Ahjusi tampan”
Ucap Jaeho pelan.
Junhon tersadar.
Ia ikut mengangguk.
“Umma sudah
lihat sendiri ania? Ahjusi tampan itu benar-benar baik!”
Jaejoong tertegun.
Mata beningnya memandang kedua putranya yang berwajah
sama.
Perlahan hatinya terasa sakit.
Kembali menggerogoti tempat yang sama.
Mata beningnya menggenangkan tetes bening yang siap
untuk mengalir.
See?
Ia sama sekali tidak menyangka kalau selama ini Ahjusi
yang diceritakan oleh kedua putranya adalah namja tampan itu.
Sama sekali tidak.
Jaejoong merasa sakit.
Ia tidak pernah mengizinkan Yunho bertemu dengan Jaeho
dan Junhon.
Tapi Tuhan telah mempertemukan mereka tanpa
sepengetahuannya.
Tidakkah ia tahu sebesar apa rasa sakit yang telah
diberikan Yunho kepadanya?
7 tahun yang lalu?
[ “Kita akan melarikan diri ke Jepang dan hidup
bahagia disana, tetap tunggu aku apa pun yang terjadi ne?” ]
Sakit..
[ “Kenapa kau tidak menghentikan semua ini?”
]
Sakit..
[ “Yunho baru saja selesai mengucapkan
sumpahnya, ia resmi menjadi suami dari Kim Yorin sekarang” ]
Perih..
[ “Uri umma sudah meninggal Hyung..Ia terus
memanggil namamu, tapi aku tidak bisa menghubungimu..” ]
Menghujam..
[ “Yunho masih mencintaimu, Hyung” ]
Tajam..
[ “Ahjusi tampan itu sangat baik! Ia mentraktir
kami es krim sepuasnya, Umma!” ]
Jaeho dan Junhon mengerjapkan mata mereka.
Namja cherry itu menghampiri Ummanya dan mengusap
lembut wajah cantik namja itu.
Dahinya mengerut sendu.
“Umma, jangan
menangis..” Bisik Junhon lirih.
Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Ia memeluk namja cherry itu dengan erat.
Tidak.
Tidak semudah itu untuk memberikan kata maaf.
Sama sekali tidak.
Luka di hatinya membekas.
Dan sampai kapan pun tidak akan pernah hilang.
Jaejoong tidak akan pernah lupa dengan mimpi terburuk
yang pernah ada dalam hidupnya waktu itu.
-------
Yunho baru saja selesai menutup kasus percobaan
pembunuhan mantan istrinya beberapa waktu yang lalu.
Ia sudah resmi bercerai dari yeoja berbibir tipis itu
sekarang.
Namja tampan itu menyapa beberapa perawat yang
melewatinya.
Ia tersenyum senang hari ini.
Jemarinya menggenggam dua pedang mainan keluaran
terbaru untuk putra kembarnya.
CKLEK.
Jaejoong, Junhon dan Jaeho sontak menoleh.
Menatap Yunho yang masuk ke dalam ruang rawat.
Hening.
Membuat namja tampan itu mengerutkan dahinya bingung.
“Umma belikan
roti ne” Bisik Jaejoong menatap Jaeho.
Ia segera beranjak dari duduknya dan berjalan melewati
Yunho.
Mengacuhkan namja tampan itu.
Yunho hanya menghela nafas.
Ia baru saja akan melangkahkan kakinya mendekati Jaeho
dan Junhon.
Namun suara mereka membuatnya mengurungkan niat.
“Kami tidak
ingin bertemu lagi denganmu, Appa”
DEG.
Mata musang Yunho membulat sempurna mendengarnya.
Mwo?
Appa?
Bukankah itu berarti..
“Kenapa masih
menutup mulut dari kami? Bukankah seharusnya Appa mengaku setelah kecelakaan
itu?” Tanya Jaeho mengerutkan dahinya.
Yunho terdiam.
Ia menundukkan wajahnya.
Junhon terisak lirih.
“Hon
kecewa..Hiks..Hon tahu sekarang..Hon tahu semuanya..Hiks..”
“Pergilah”
Yunho tersentak.
Mengangkat wajah menatap Jaeho yang bersuara.
Namja almond itu menatap tajam mata musang yang sama
seperti miliknya itu.
“Pergi dan jangan
pernah kembali lagi” Desisnya tajam.
Yunho tersenyum kecut.
Oh well.
Serapat apa pun ia menyembunyikan sebuah rahasia tetap
saja akan terbongkar ania?
Cepat atau lambat.
TREK.
Namja tampan itu meletakkan dua pedang mainan itu di
atas ranjang.
Ia mendekati Jaeho dan Junhon, kemudian mengecup dahi
keduanya.
“Mianhae..”
Jaeho memalingkan wajahnya.
Sementara Junhon semakin terisak.
Namja tampan itu beranjak meninggalkan mereka.
CKLEK.
Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang berdiri di hadapannya saat ini.
Ia menghela nafas pendek.
“Sudah cukup
bukan? Sudah banyak waktu yang kau habiskan untuk kedua putraku, sekarang
waktumu sudah habis” Desis Jaejoong tajam.
“Mereka juga
putraku, Joongie” Sahut Yunho menatap mata Jaejoong.
“Kau sama
sekali tidak pantas menjadi Appa mereka”
“Walaupun kau
berkata seperti itu, tetap saja----”
“Sama sekali
tidak pantas! Setelah kau meninggalkanku di bandara begitu saja”
DEG.
“…”
“Kau membuatku
menunggu, menunggu dan terus menunggu, bahkan aku tidak tahu kalau saat itu
Ummaku tengah berjuang melawan masa kritisnya!”
“…”
“Ummaku
meninggal dan aku tidak ada di sampingnya karena kau! Karena kau, Jung Yunho!!”
Namja cantik itu berteriak lantang seraya memukul dada
bidang namja tampan itu.
Tangisnya tumpah.
Segala yang ia pendam selama 7 tahun lebih terakhir
ini habis sudah.
Yunho hanya diam.
Menerima pukulan dari namja cantik itu.
“Kau
bajingan!!”
“…”
“Pembohong!!”
“…”
“Penipu!!
Hiks..Kau pengecut!!”
Jaejoong terisak keras.
Ia menundukkan wajahnya.
Pukulan-pukulan lemahnya itu berhenti.
Ia malah mencengkram erat kemeja Yunho sekarang.
Lama mereka saling terdiam.
Sampai kemudian Yunho merengkuh tubuh namja cantik itu
dan memeluknya erat.
Menahan tubuh Jaejoong yang meronta.
“Maafkan
bajingan ini..Pembohong yang menorehkan luka di hatimu..Penipu yang menutup
semuanya darimu..dan Pengecut yang masih mencintaimu sampai saat ini, BooJae
ah..” Bisik Yunho lirih.
Jaejoong berhenti meronta.
Ia menggigit bibir bawahnya.
Yunho semakin mempererat pelukannya di tubuh namja
cantik itu.
“Kau tahu arti
dari kata terlambat?” Balas Jaejoong berbisik.
Yunho tertegun.
Pandangannya lurus menatap lantai.
Jaejoong tersenyum kecut disela tetesan air matanya
yang mengalir bebas membasahi pipinya.
“Kalau kau
tidak tahu, maka sekarang kau harus tahu..”
SRET.
Namja cantik itu melepaskan pelukan Yunho di tubuhnya.
Matanya masih menatap ke bawah.
Tidak berani untuk bertatapan langsung dengan mata
musang yang tajam itu.
“Kenanganku
yang lalu, itu terlalu buruk..Jauh lebih buruk dari yang kau bayangkan..”
“…”
“Aku
mengandung Jaeho dan Junhon di hari yang bersamaan..”
“…”
“Aku
melahirkan mereka tanpa ada yang mendampingi..”
“…”
“Aku
membesarkan mereka sendirian..”
“…”
“Menahan
setiap rasa benci yang menyeruak ketika aku menatap wajah Jaeho yang begitu
mirip denganmu, dan kebiasaan Junhon yang sama denganmu..”
Hening.
Keduanya saling terdiam satu sama lain.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia baru saja akan berjalan masuk ke dalam kamar rawat
Jaeho, namun gerakannya tertahan saat mendadak Yunho menarik lengannya dan
memerangkapnya dalam rengkuhan namja tampan itu.
“Mmmpphh!”
Jaejoong mengerang lirih.
Memejamkan matanya dengan erat.
Berusaha meronta, melepaskan tautan bibir Yunho di
atas bibirnya.
Namun percuma, semakin ia memberontak, Yunho semakin
erat mencengkram punggung dan tengkuknya.
Ia hanya bisa pasrah.
Membiarkan Yunho melumat bibirnya setelah sekian lama.
Menghisap manis bibir atas bawahnya bergantian.
Menggigit lembutnya dengan mesra.
Menyesap rasa manis yang telah lama hilang.
Perlahan lumatan-lumatan menuntut itu mulai berganti
menjadi kecupan-kecupan manis nan lembut.
Membuai Jaejoong untuk bergerak membalas kecupan dari
Yunho dengan gigitan nakal.
Sampai ia bisa merasakan saliva mereka tercampur
dengan benar.
Lima menit kemudian, ciuman panas itu terlepas.
“Hhhhh..hahhh..hhhh…”
Keduanya saling menarik nafas satu sama lain.
Yunho menatap tajam wajah namja cantik itu.
Tapi Jaejoong lebih memilih menundukkan wajahnya.
Masih dengan posisi yang sama.
“Lepaskan!”
Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Namja cantik itu menepis rengkuhan Yunho.
Ia segera menyentuh kenop pintu itu.
“Kau
menikmatinya kan?”
DEG.
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Yunho berbalik menatap punggung namja cantik itu.
Mata musangnya mengerjap sendu.
“Menikmati,
berbeda dengan merindukan..” Balas Jaejoong berdesis.
CKLEK.
Pintu itu terbuka.
Namun Yunho masih berusaha menyampaikan perasaannya
sebelum Jaejoong benar-benar menghilang dari sana.
“Aku
mencintaimu”
DEG.
Jaejoong mencengkram erat kenop pintu itu.
Jantungnya berdebar.
Darahnya berdesir hangat.
“Aku masih
mencintaimu sampai detik ini..Rasaku akanmu tidak pernah berubah..Walau 7 tahun
telah berlalu..”
“Tidak ada
yang perlu aku deng---”
“7 tahun yang
lalu, hari dimana aku akan pergi menemuimu di bandara, Ummaku jatuh pingsan
karena penyakit jantungnya”
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
“Ia
menyampaikan permohonan terakhirnya kepadaku..Memintaku untuk menikah dengan
Kim Yorin, karena perjodohan yang sudah dijanjikan kepada sahabat baiknya..”
“…”
“Aku tidak
bisa mengucapkan sumpah dengan benar, karena pikiranku hanya tertuju padamu
yang sedang menungguku..”
“…”
“Tapi aku
harus, demi Ummaku, demi seorang wanita yang sudah melahirkanku, dan
membesarkanku hingga dewasa..”
“…”
“Rasa sakitku
sama dengan milikmu..Aku kehilangan Ummaku di hari yang sama..Dan aku juga
kehilanganmu..”
Jaejoong meringis.
Memejamkan matanya sekuat mungkin, berusaha menahan
air matanya yang hendak jatuh.
TAP TAP TAP.
Jaejoong berbalik, memandang Yunho yang sudah berjalan
meninggalkan dirinya.
“Hiks..”
Namja cantik itu terduduk lemas di depan pintu.
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.
Dan sekali lagi, pintu yang setengah terbuka itu,
membuat dua namja berwajah sama yang ada di dalam sana mendengar semuanya.
-------
Papan pemberitahuan itu terus memunculkan hal yang
sama sejak tadi.
Nama penerbangan berikutnya, tujuan berikutnya, dan
waktu menjelang take off.
Namja cantik itu memandang arlojinya.
Kemudian ia menoleh menatap Jaeho dan Junhon yang
terlihat sangat diam sejak beberapa hari yang lalu.
Ia menghela nafas.
“Waeyo?
Bukankah sebentar lagi kita akan kembali ke Jepang hm? Kenapa tidak senang?”
Tanya Jaejoong tersenyum.
Jaeho yang masih mendapat perban luka di kepalanya
mendongak.
Diikuti Junhon yang menatap wajah cantik Jaejoong.
“Kami belum
berpamitan dengan Ahjusi tampan” Ujar mereka kompak.
DEG.
Jaejoong mengerjapkan matanya.
“Ahjusi
bernama Yunho itu tidak seburuk yang kami pikirkan”
“Ne, lagi
pula, Jepang akan terdengar lebih menarik kalau Ahjusi itu bisa ikut dengan
kita ania?”
Lama namja cantik itu terdiam.
Merenungi perkataan Yunho beberapa waktu yang lalu di
rumah sakit.
Kemudian ia memandangi wajah putranya.
Hmp.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya seraya tersenyum kecut.
Kemudian ia mengacak gemas rambut keduanya.
Setelah itu ia meraih ponselnya.
Mendial satu nomor yang selama ini tidak pernah
dihubunginya sekali pun.
Tidak selama 7 tahun berlangsung.
Sementara itu, terlihat sosok namja berwajah tampan
yang baru saja memakai jaketnya.
Ia memasuki pintu masuk bandara incheon yang besar itu
dan berjalan ke arah penerbangan menuju Jepang.
DDRRTTT…DDRRTTT…
Yunho tertegun.
Ia berhenti melangkah dan meraih ponselnya.
Kemudian menekan tombol penjawab panggilan tanpa
melihat layar ponselnya terlebih dahulu.
“Ne?”
“Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan
terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?”
DEG.
Yunho tertegun.
Namun kemudian ia tersenyum kecil.
Tanpa melihat pun, ia sudah tahu milik siapa suara
itu.
“Kalau kau?
Apa yang akan kau lakukan?”
“Aku memilih untuk lari..”
“Lari tidak
akan pernah menyelesaikan masalah, sekuat apa pun kau berlari, kenangan itu
akan selalu ada di belakangmu, kecuali kau berhenti berlari dan berhadapan
langsung dengannya”
“Kau benar, aku telah berhenti untuk
berlari..Sekarang aku berdiri disini, menginjak kembali kenangan dimana aku
menunggu kehadiranmu..”
“Dan aku hadir
disini seperti yang kau tunggu”
Namja cantik itu tertegun.
Sontak ia berbalik dan membulatkan mata beningnya.
Kemudian ia terkekeh lirih.
Disela air matanya yang menetes membasahi pipinya.
Yunho menyimpan ponselnya di dalam saku.
Ia menyeret koper miliknya dan memeluk erat namja
cantik itu.
Membiarkan Jaejoong membasahi kausnya dengan air mata.
“Sekarang
bisakah aku mendapatkan maaf darimu?” Bisik namja tampan itu pelan.
“Aku
memaafkanmu..Untuk 7 tahun yang terlewati..Dan untuk 7 tahun yang hilang..”
Balas Jaejoong berbisik.
Hmp.
Namja tampan itu tersenyum.
Ia mengusap lembut punggung Jaejoong dan memandang
kedua putranya.
Namja kembar itu mengayunkan pedang bercahaya keluaran
terbaru milik mereka dengan ekspresi meremehkan.
“Kita tidak perlu susah payah menyusun
strategi penyerangan lagi ania?” Ujar Jaeho menaikkan alisnya.
“Hon yakin
monster berbulu yang ada di kamar Umma setiap pagi akan musnah untuk selamanya”
Sambung Junhon terkekeh.
Kemudian mereka berucap kompak.
“Karena kita
punya seorang jenderal perang sekarang”
Namja cantik itu tertawa lirih.
Ia melepas pelukan Yunho dan meraih koper milik namja
tampan itu.
Dan aku telah berhenti untuk berlari..
Hmp,
Kalau kau, apa yang akan kau lakukan jika kau dihadapkan kembali dengan
kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu hm?
-memories-
END.
Waw.. ahirnya.. yunjae balikan deh.. :D
BalasHapusSuka suka suka :D
Waw.. ahirnya.. yunjae balikan deh.. :D
BalasHapusSuka suka suka :D
Hai.
BalasHapusSumveh ffnya k sella selalooo bagus....
maaf bru bsa komen kak. Pdahal udh sering bgt baca..... maaaaaaf banget kak...
Ff kkak bkin kcamduan.