This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 07 Januari 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/ANTAGONIST



Tittle: ANTAGONIST

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-mpreg-gelundungan


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

CAUTION: GO AHRIN DAN JUNG JAEHO MILIK AUTHOR SETANGKAI~

Ps: tebak uri Jaejoong jadi apa disini hayooo hahahaha~


-------


  “Siapa bilang tokoh antagonis tidak pernah bisa menang?”

.
.
.

Suasana Kerajaan tampak damai hari ini.
Para Dayang terlihat berkeliaran di sekitar halaman Istana.
Ah, hari ini adalah hari penting untuk mereka semua.

Hari diadakannya kompetisi masak untuk menyaring calon Dayang terbaik di Istana.

  “Appa!”

Yeoja kecil yang mengenakan hanbok Putri Mahkota itu terlihat senang ketika mata sipitnya menangkap bayang sang Appa.
Kaisar terbijaksana yang pernah ada di masa itu.

  “Ahrin ah” Kekeh Yunho geli.

Namja tampan itu menggendong putri kecilnya seraya berjalan mendekati taman Istana.

  “Umma eodisseoyo?” Tanya Yunho seraya mengecup pipi yeoja kecil itu.

Jung Ahrin tertawa.
Ia menepuk lembut pipi Appanya.

  “Umma di Istana dengan Ibu Suri”

Yunho mengangguk.
Namja tampan itu berjalan menuju ruang utama Istana dan menemukan keluarganya sedang berkumpul di sana.
Yunho segera menurunkan Ahrin dari gendongannya dan tersenyum menatap istrinya.

  “Rin ah, jangan mengganggu Appa” Ujar Ahra lembut.

Yeoja kecil itu mempoutkan bibirnya lucu.
Ia mendengus dan berlari memeluk Ibu Suri yang tertawa.

  “Gwenchana sayang, aku juga merindukan Putri Mahkota” Sahut Yunho duduk di samping Permaisurinya.

Ahra tersenyum manis.
Ia mengusap lembut rambut cokelat namja tampan itu.

  “Jadi, Yunho, bagaimana dengan perintah Appamu untuk segera memiliki Selir hm?” Tanya Ibu Suri.

Ahra tertegun.
Ia segera menatap suaminya.
Memberi pesan lewat tatapan matanya untuk menolak perintah Kaisar terdahulu.
Yunho yang melihat itu mengangguk pelan dan merengkuh bahu Permaisurinya.

  “Ani, Halmoni, aku tidak akan memiliki Selir”

  “Mwo? Apa kau tahu akibatnya kalau Appamu mendengar, Kaisar?”

  “Aku tahu Halmoni, tapi..Permaisuri sudah cukup untukku”

  “Tidak akan cukup tanpa hadirnya seorang Putra Mahkota, Kaisar”


DEG.

Mata sipit Ahra membesar sekejap.
Hatinya terasa sedih mendengar kalimat itu.
Ia tahu kalau Ibu Suri tidak bermaksud jahat.
Tapi tetap saja, kenyataan bahwa ia tidak akan bisa mengandung lagi setelah melahirkan Ahrin membuatnya sedih.

Pada akhirnya seluruh kerajaan tentu membutuhkan pewaris yang bisa memerintah sekaligus berperang.

  “Mohon menjaga perasaan Permaisuri, Halmoni, aku akan mencoba untuk berbicara dengan Appa nanti” Ujar Yunho pelan.

Ibu Suri hanya mengangguk.


-------


Yunho menghela nafasnya setelah ia memasuki kamar.
Namja tampan itu menaruh jubahnya di atas meja dan beranjak menghampiri kekasihnya yang terlihat sedih di ranjang.
Ahra menundukkan wajahnya menahan tangis.

  “Apa yang kau tangisi hm?” Gumam Yunho tersenyum.

Yeoja berambut hitam itu menggeleng lemah.
Ia mendongakkan wajahnya menatap harap mata musang suaminya.

  “Aku hanya takut, kalau kau benar-benar akan memiliki seorang Selir, Kaisar” Bisiknya lirih.

Omo.
Yunho mengusap sayang rambut hitam Ahra.
Ia menggeleng dan menangkup wajah cantiknya.

  “Aku berjanji, tidak akan ada seorang Selir pun di dalam ikatan pernikahan kita, arasseo?”

Yeoja cantik itu mengangkat wajahnya.
Mencoba mencari setitik kebohongan dari mata tajam suaminya.
Sedetik kemudian ia mengangguk dan tersenyum.

  “Kupegang janjimu, Yunho ah” Bisiknya pelan.

  “Kka, lebih baik kau istirahat, aku akan mengunjungi Pavilliun Appa sekarang” Ujar Yunho.

Ahra mengangguk.
Ia melepas hanbok sutranya dan segera berbaring.
Yunho segera beranjak keluar ruangan.

Namja tampan itu hanya berdiam diri selama perjalanan menuju Pavilliun milik Appanya.
Memikirkan berbagai masalah yang akan timbul ketika Kaisar terdahulu mengetahui penolakannya terhadap seluruh Selir.
Demi Permaisurinya.
Yah, demi istrinya.

  “Sudah sampai, Yang Mulia”

Yunho segera turun dari tandu.
Ia memasuki gerbang raksasa itu dan menghela nafas panjang.

  “Yang Mulia Jung tiba”

Pintu geser itu terbuka.
Yunho segera memasuki ruangan.

  “Angkat wajahmu, putraku” Ujar Jinki tersenyum.

Yunho menurut.
Namja tampan itu segera mengangkat wajahnya menatap sang Appa.
Namun mendadak nafasnya tercekat.
Ketika mata musangnya menangkap sosok lain yang duduk di samping Appanya.


DEG DEG DEG.

Jantung Yunho berdebar kencang.
Demi Tuhan, seumur hidupnya tidak pernah sekencang ini.
Mata musang itu mengerjap pelan.
Menatap seduktif sosok cantik yang tersipu malu itu.

Jung Jinki tertawa kecil mendapati reaksi putranya.

  “Anyeong, Appa” Ujar Yunho segera memberi hormat.

Kemudian ia duduk menghadap Appanya.

  “Ibu Suri tentu sudah memberitahumu mengenai perintah terakhirku kepadamu ania?” Tanya Jinki tersenyum.

Yunho mengangguk.
Niatnya untuk menolak hilang sudah.
Matanya hanya sibuk mengagumi sosok cantik itu saat ini.

  “Ia adalah putra Menteri Kim, dan ia memiliki keistimewaan untuk memberikanmu calon Putra Mahkota” Jelas Jinki.

Yunho mengangguk.

  “Perkenalkan dirimu, anakku” Ujar namja bermata bulan sabit itu tersenyum.

Namja cantik itu mengangguk.
Ia memberi hormat kepada Yunho dan menatap langsung mata musangnya yang tajam.

  “Kim Jaejoong imnida, Jeoha” Ujarnya lembut.

Ratusan kupu-kupu seakan mengerumuni perut Yunho sekarang.
Hatinya meledakkan berbagai kembang api warna warni.
Wajahnya menghangat.

Ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama.

  “Suaramu merdu sekali” Puji Yunho tersenyum.

Jaejoong terkekeh kecil.
Ia semakin menundukkan wajahnya malu.
Gosh, menggemaskan sekali.

  “Jadi, kapan kau akan mempersuntingnya sebagai Selirmu, Jung Yunho?” Tanya Jinki tersenyum.

Yunho segera menatap Appanya.

  “Besok, besok pagi” Sahutnya mantap.

Tanpa menyadari Jaejoong yang menyeringai senang di balik tundukan wajahnya.


-------


Permaisuri meneteskan air matanya dalam diam.
Jemarinya mencengkram erat hanbok sutranya.
Hatinya tercabik.
Menatap kekasihnya yang baru saja mengucapkan sumpah di halaman Istana.

Yeoja cantik berambut hitam itu meringis.
Ia menggeleng mengingat janji Yunho padanya.
Janji manis untuk tetap menjaga kesucian rumah tangga mereka.

Tapi  apa?

Yunhonya telah menikahi seorang namja yang memiliki rahim di tubuhnya.

  “Umma, kenapa Umma tidak duduk di samping Appa?”

Ahra menunduk.
Menatap Ahrin yang menarik-narik rok hanboknya.
Yeoja cantik itu tersenyum kecil.
Ia menepuk lembut kepala putrinya seolah memberi jawaban tidak apa.

  “Selirmu benar-benar cantik, Jeoha” Puji Ibu Suri tersenyum senang.

Jaejoong tersipu malu.
Ia balas tersenyum dan menundukkan tubuhnya memberi hormat.
Omo, benar-benar sopan. Pikir Ibu Suri.

  “Yunnie yah, apakah Permaisuri membenciku?” Tanya Jaejoong lirih.

Omooo~!
Yunho tidak bisa menahan senyum gemasnya mendengar panggilan imut itu.
Ia merengkuh pinggang Selirnya dan mengendus lembut leher jenjangnya.
Membuat Jaejoong mengeluh geli.

  “Kenapa kau bisa berpikir seperti itu hm?” Gumam Yunho tersenyum.

Jaejoong menolehkan wajahnya.
Menatap tajam sang Permaisuri yang masih berdiri di sudut pilar Istana bersama putri kecilnya.

  “Ia tidak menyapaku sejak aku tiba di Istana, dan bahkan ia lebih memilih untuk melihat pernikahan kita dari jauh”

Yunho mengangkat wajahnya.
Ia segera mengikuti arah pandang Jaejoong dan menaikkan alisnya.
Kemudian ia berbalik menatap namja cantik itu.

  “Aku sedih..” Bisik Jaejoong memperlihatkan mata besarnya yang sayu.

Omoo.
Yunho segera mengusap lembut wajah cantik itu.
Ia tidak tega melihat raut wajah Selirnya saat ini.

  “Jangan bersedih nee? Aku akan bicara padanya nanti”

  “Kau akan tidur bersamanya malam ini?”

  “Ani sayang, ani, tentu saja aku akan tidur bersamamu, bukankah ini malam pernikahan kita hm?”

  “Aish..Kau membuatku malu Yunnie yah”

Yunho terkekeh geli.
Ia mengecup lembut pipi Jaejoong dan kembali menyapa para Pejabat Istana.
Mengacuhkan Jaejoong yang kini tersenyum penuh kemenangan kepada Permaisuri.

Oh-oh.

Sepertinya Yunho telah dibutakan oleh namja cantik itu ania?


-------


Yeoja berambut hitam itu terduduk di atas ranjangnya.
Ia mencengkram seprai sutra itu dengan erat.
Mata sipitnya terlihat berkaca-kaca saat ini.

Ahra membenci posisinya saat ini.
Sangat.
Sangat benci.
Tapi ia tidak berdaya.

Selir cantik itu telah memonopoli Kerajaan dalam waktu singkat.
Ia telah mengambil seluruh perhatian dari penghuni Istana termasuk Ibu Suri darinya.
Bahkan pekerjaannya untuk mengatur para Dayang Istana juga direbut oleh Selir baru itu.

Kebahagiaannya terenggut.

Suaminya tidak pernah sekalipun berbaring bersamanya lagi sejak pernikahan itu berlangsung.
Yunho lebih memilih menghabiskan waktunya di kamar Jaejoong.
Namja tampan itu bahkan telah melupakan putri kecilnya.

Cih, sekarang malah dirinya yang lebih terlihat seperti seorang Selir ania?

  “Chuncoo Mama, Selir Kaisar telah menunggu” Lapor Dayang yang berdiri di depan pintu kamar.

Ahra terkejut.
Ia membulatkan mata sipitnya.
Jaejoong?
Untuk apa ia datang kesini?

  “Suruh ia masuk” Ujar Ahra pelan.

Pintu geser itu terbuka.
Memperlihatkan sosok cantik yang memakai hanbok kebesarannya.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia berdiri di hadapan Ahra.

See?

Ia bahkan tidak memberi hormat kepada Permaisuri.

  “Ada apa?” Tanya Ahra tersenyum lembut.

Hmp.
Jaejoong menggeleng.
Ia balas tersenyum manis.

  “Aku hanya ingin mengucapkan terima kasih kepadamu, karena telah berdiam diri selama kehadiranku” Ujar Jaejoong tajam.


DEG.

Ahra tertegun.
Ia membulatkan mata sipitnya.

Mwo?

  “Pernahkah kau berpikir, Yang Mulia, bahwa sebuah Kerajaan, tidak pernah dipimpin oleh Permaisuri yang lemah?”

  “A-Apa maksudmu, Selir Jung?”

  “Ah, selain cengeng ternyata kau juga lamban, Yang Mulia, hahaha”

  “Selir Jung! Beraninya kau menghinaku?!”

Heh.
Jaejoong menarik seringainya.
Ia berjalan mendekati yeoja cantik itu dan menangkup dagunya dengan satu tangan.
Membuat Ahra terpaksa mendongak menatapnya.

  “Kau masih menganggap dirimu seorang Ratu? Setelah apa yang terjadi selama ini terhadap kekuasaanmu? Lancang sekali kau!” Ujar Jaejoong menekan pipi Ahra.

Yeoja cantik itu meringis.
Air matanya mulai mengalir.

  “Lebih baik segera persiapkan dirimu, karena cepat atau lambat, aku akan dinobatkan sebagai Permaisuri Jung”

  “Tidak akan! Dalam sejarah tidak pernah ada seorang Selir yang memakai Mahkota sang Ratu! Seharusnya kau menyadari derajatmu!”

  “BERANI SEKALI KAU MENERIAKIKU EOH?!”


PLAKK!

Permaisuri berambut hitam itu tersentak kaget.
Jantungnya berdebar kencang.
Bibirnya bergetar pelan.
Menatap Jaejoong yang baru saja menampar wajahnya.

Demi Tuhan, Umma dan Appanya saja tidak pernah melakukan hal itu kepadanya!

  “Cih, aku terpaksa membuat tanganku kotor hari ini!” Desis Jaejoong kesal.

Namja cantik itu berbalik dan beranjak keluar ruangan.
Ia mendengus tidak senang.

  “Anyeong haseyo, Mamanim” Sapa Ahrin memberi hormat.

Jaejoong menghentikan langkahnya.
Mata beningnya bergerak pelan.
Menatap sosok mungil yang ada di hadapannya saat ini.

Ah, bukankah ia sang Putri Mahkota?

Hmp.
Jaejoong tersenyum manis dan segera melewatinya.
Membuat Ahrin menatap kagum namja cantik itu dari belakang.
Omo.
Ia benar-benar mempesona.

  “Panggilkan Kaisar” Perintah Jaejoong.

Dayang yang berjalan di belakangnya mengangguk patuh.
Ia segera berbalik dan berjalan menuju singgasana Kerajaan.
Sementara Jaejoong sudah memasuki kamarnya.

Namja cantik itu menghela nafas dan duduk di atas bantal duduknya.
Jaejoong meraih tetesan perasan dari bawang merah yang disimpannya di dalam mangkuk dan mengusapi matanya sedikit.
Membuat air matanya menggenang dan menetes.


GREK.

Pintu geser itu terbuka.
Memperlihatkan sosok tampan yang segera menerobos masuk ke dalam.
Tidak biasanya sang Selir memanggilnya seperti ini.

  “Omo, BooJae? Waeyo?” Tanya Yunho kaget.

Ia segera menghampiri Selirnya yang menangis di hadapannya.
Yunho berlutut di hadapan namja cantik itu dan mencoba untuk menyeka air matanya.

  “Kenapa kau menangis, sayang? Apa yang terjadi?” Tanya Yunho lagi.

Jaejoong terisak lirih.
Ia segera memeluk Yunho dengan erat dan mencengkram hanbok kebesarannya.
Membuat Yunho mengerutkan dahinya khawatir seraya mengusap pelan punggung namja cantik itu.

  “Yu-Yunnie yah..Hiks..”

Yunho berdesis pelan mencoba menenangkan namja cantik itu.
Ia melepas pelukan Jaejoong di tubuhnya dan menangkup wajah cantik itu seraya mengelus lembut pipi basahnya.
Memberikan senyuman terbaik yang ia punya.

  “Aku mendatangi kediaman Permaisuri tadi pagi..Hiks..Aku bermaksud untuk menyapanya..Hiks..Tapi-Tapi--”

  “Tapi kenapa hmm?”

  “Tapi ia malah menamparku dan berteriak padaku..Hiks..Appo Yunnie..Hiks..”

  “Mwo?”

Mata musang Yunho membesar.
Menatap Jaejoong yang semakin menumpahkan tangisnya.
Wajah cantiknya terlihat memerah sekarang.

  “Yunnie..Hiks..Aku mohon jangan marahi Permaisuri..Hiks..Semua ini memang salahku, seharusnya aku menolak menjadi Selirmu..Hiks..Hiks..”

Omo.
Yunho menggeleng pelan.
Ia mengecup lembut dahi namja cantik itu dan tersenyum kecil.

  “Ani sayang, sama sekali bukan salahmu ne? Aniya” Bisiknya lembut.

  “…Hiks..Hiks..”

  “Berhentilah menangis, aku tidak sanggup melihat air matamu, BooJae”

  “Hiks..”

  “Kau menyesal sudah menjadi Selirku?”

  “Ani..Ani..Hiks..Sama sekali tidak..Jeongmall”

  “Maka dari itu berhentilah membuang air matamu nee? Cha, bagian mana yang ditampar Ahra hm?”

  “Disini Yunnie, Appo”

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Ia memindahkan jemari lentik Jaejoong yang menyentuh pipi kanannya dan mengecup lembut bagian itu.
Menghisapnya manis dan menggigitnya nakal.

Membuat Jaejoong berhenti menangis dan mengeluh geli sekarang.
Tangan Yunho yang semula berada di leher namja cantik itu kini berpindah menuju pinggang ramping Selirnya.
Mencoba membuka ikatan erat hanboknya.

  “Mmngh..Yunnie” Lirih Jaejoong pelan.

Namja tampan itu menyurukkan wajahnya di leher Jaejoong.
Setelah memberikan kissmark-nya, ia beranjak untuk mencium bibir cherry namja cantik itu.
Jaejoong memejamkan matanya nyaman.
Jemari lentiknya sudah membuka pakaian Yunho sekarang.

  “Yunnie..Buat aku hamil..” Bisik Jaejoong manja.

Yunho tersenyum manis mendengarnya.
Ia berbisik lembut di telinga kanan kekasihnya.

  “Akan kubuat kau hamil, sayang” Sahutnya lembut.

Jaejoong kembali memejamkan mata beningnya.


-------


  “Umma!”

Jung Ahrin menangis kencang saat ini.
Ia berteriak memanggil Ummanya.
Menatap sang Permaisuri yang kini terjatuh ke lantai.

Tangisnya tumpah.
Pipi kanannya memerah merasakan tamparan keras dari suaminya.

Gosh.
Kemana Yunhonya yang manis?
Yang lembut dan tidak pernah membentaknya sekali pun sejak pernikahan mereka berlangsung?

  “Aku sangat kecewa padamu! Kenapa kau masih tidak bisa menerima kehadiran Jaejoong di Istana eoh?! Berani sekali kau memukulnya! Apa kau tidak memikirkan bagaimana kalau Ibu Suri mendengar hal ini?!” Teriak Yunho marah.

Ahra mengerutkan dahinya.
Ia menggeleng keras.
Mencoba memberitahu Yunho kalau kejadian sebenarnya tidak sepert itu.
Sama sekali tidak.


PLAKK!

  “AAHHH!” Ahra berteriak lantang.

Membuat Ahrin yang sejak tadi menonton pertengkaran itu berlari menghampiri Ummanya.
Yeoja mungil itu memeluk Ahra dan menangis disana.

  “Appa jangan pukul Umma lagii..Hiks..Hiks..”

Yunho berdesah pendek.
Mata musangnya menatap benci yeoja berambut hitam itu.

Sementara Ahra meringis sakit.
Ia mengusap sudut bibirnya yang berdarah.

  “Apa yang terjadi padamu Yunho ah? Hiks..Kau telah berubah..Kau bukan Jung Yunho yang dulu kukenal..Hiks..” Isak Ahra lirih.

  “Seharusnya aku yang berkata seperti itu padamu, Ahra yang kukenal sama sekali tidak pernah memukul dan meneriaki orang lain” Desis Yunho tajam.

Ahra menggeleng.
Ia membuka bibirnya hendak membantah.
Namun suaranya tercekat ketika seorang Dayang berteriak dari luar pintu.

  “Selir Jung pingsan di lorong Istana!”

Mwo?
Yunho yang mendengar hal itu segera beranjak keluar kamar.
Ia berlari tergesa menuju kekasihnya.
Jantungnya berdebar-debar.
Namja tampan itu bahkan melupakan Permaisurinya yang masih berada di dalam kamar.


GREK!

Yunho membuka pintu geser itu dengan kasar.
Nafasnya menderu tidak teratur.
Mata musangnya bergerak gelisah memandang Ibu Suri dan Tabib Istana yang berada di kamar kekasihnya.

Namja tampan itu segera menghampiri Jaejoong.

  “Yunnie” Bisiknya pelan.

Yunho mengangguk.
Ia masih menetralkan nafasnya seraya berlutut di samping kekasihnya yang sedang berbaring.

Namja cantik itu menyentuh pipi Yunho.
Mengusapnya dengan lembut.

  “Aku hamil” Ujarnya lirih.

Nyaris tidak terdengar.
Air matanya menetes perlahan.
Seulas senyum bahagia terukir di bibir cherrynya.

Membuat Yunho terhenyak.
Namja tampan itu menatap mata bening Jaejoong yang berair dan tersenyum manis.
Ia terkekeh seraya mengusap lembut perut Jejoong.

  “Gomawo Boo, gomawoyo” Bisiknya lembut.

Ibu Suri yang melihat mereka tertawa kecil.
Ah, sudah lama ia tidak melihat sang Kaisar seperti ini.


-------


Hari-hari sejak kehamilan sang Selir terus berganti.
Penghuni Istana yang mendengar kabar itu tersenyum manis.
Ah, tentu saja.
Seluruh yang berada di Kerajaan mengenal baik siapa namja cantik itu.
Mereka menyenangi sikapnya yang manis dan lembut.

Sementara itu.
Bergantinya hari menjadi minggu.
Minggu menjadi bulan.
Dan bulan menjadi bulan-bulan berikutnya.
Membuat penghuni Istana ikut bertanya-tanya.

Kemana hilangnya senyum sang Permaisuri yang dulunya ramah itu.

Jung Ahra lebih memilih menutup dirinya semenjak berita mengenai kehamilan Jaejoong tersebar.
Bahkan tidak sedikit Dayang yang mulai tidak menyukai dirinya.
Bukankah seharusnya seorang Permaisuri bersikap bijaksana terhadap pilihan Kaisar?
Bukankah seharusnya ia ikut senang atas berita hamilnya Selir Jung?

Tapi ia malah mengurung dirinya dari gunjingan orang-orang.
Bahkan untuk mengucapkan selamat kepada Jaejoong saja ia tidak pernah.

Sampai perlahan pandangan orang-orang terhadap Permaisuri berubah.

  “Yunnie”

Namja tampan itu menoleh.
Menatap Jaejoong yang tersenyum padanya seraya mengusap perutnya yang semakin membesar.
Tepat menginjak usia kandungannya 9 bulan.

  “Ne sayang?”

Jaejoong menggeser tubuhnya bersandar di dada bidang Yunho.
Ia mendongakkan wajahnya mengecup lembut dagu namja tampan itu sebelum berucap.

  “Kau mencintaiku?”

  “Kenapa kau bertanya seperti itu? Kau meragukan cintaku?”

  “Yunnieeee”

  “Nee, aku mencintaimu, sangat sangat mencintaimu Boo”

  “Dan kau akan memberikan segala yang kuminta?”

  “Apa pun yang kau inginkan, sayang”

  “Yunnie, aku menginginkan posisi Ahra”


DEG.

Mwo?

Yunho menatap Jaejoong.
Menaikkan alisnya meminta namja cantik itu mengulangi ucapannya.

  “Aku ingin dinobatkan sebagai Permaisuri, Yunnie, posisi Selir sangat tidak membuatku puas” Ujar Jaejoong menuntut.

  “Tapi sayang---”

  “Bukankah Tabib Shin sudah mengatakan? Kalau bayi yang kukandung adalah sang Putra Mahkota, ia akan menggantikan posisimu kelak, menjadi seorang Kaisar yang memimpin negara”

  “Lalu apa yang harus kulakukan kepada Ahra?”

  “Ceraikan dia”

Mata musang Yunho membesar.
Apa?
Cerai?
Menceraikan Ahra?

  “BooJae, walaupun aku sudah tidak lagi mencintainya, tetap saja aku harus mempertahankan dirinya, mengingat banyak hal yang ia lakukan untuk membantuku menduduki tahta, sayang”

  “Kalau kau tidak sanggup melakukannya, kita bisa memindahkan ia dan putrinya ke Pavilliun Istana ania?”

  “Itu hal yang sangat berat untuk dilakukan, Boo”

Uh.
Jaejoong mempoutkan bibirnya kesal.
Ia mendorong kasar dada bidang Yunho seraya memalingkan wajahnya.

  “Baiklah, kalau begitu aku saja yang pindah kesana! Biarkan putri kecilmu itu yang menjadi Kaisar mendatang, aku tidak peduli!”

Eoh?

Yunho terkekeh kecil mendengar gerutuan Selirnya.
Ia merengkuh pinggang Jaejoong dan mengusap lembut perutnya.

  “Jangan seperti itu sayang, bayi kita bisa ketakutan”

  “Kau tidak sungguh-sungguh mencintaiku~!”

  “Aish, calon Umma yang satu ini menyebalkan sekali ternyata”

  “Yunnieeeeee~!”

  “Arra, arra, aku akan bicara pada Ahra nanti ne?”

  “Apa yang akan kau bicarakan padanya?”

  “Mahkota Permaisuri yang akan disematkan di kepalamu, dan kepindahannya menuju Pavilliun Istana, otte?”

  “Hmp, aku mencintaimu bear~”

  “Aku juga sayang”

Jaejoong mengecup lembut bibir seksi Yunho.
Namja tampan itu tersenyum dan mengacak rambut almond Jaejoong.
Setelah itu ia beranjak bangun dan memakai jubahnya.

  “Aku harus menemui Pejabat Istana sekarang, cha, jaga dirimu ne?”

  “Um~”

Yunho tersenyum simpul dan menutup pintu kamar Jaejoong.
Meninggalkan namja cantik yang kini tersenyum senang itu.
Ah, tinggal sedikit lagi hm?
Lalu kekuasaan akan berada di tangannya.

  “Chuncoo Mama datang berkunjung, Mamanim” Lapor Dayang yang berdiri di luar pintu.

  “Ah, ne” Sahut Jaejoong tersenyum.

Pintu geser itu terbuka.
Mermpelihatkan Ahra dan putrinya yang bernama Ahrin memasuki ruangannya.
Namja cantik itu mengusap perutnya lembut.

  “Ada yang ingin kau bicarakan, Permaisuri?” Tanya Jaejoong pelan.

Yeoja berambut hitam itu meringis.
Ia menatap tajam mata bulat itu.

  “Tidak cukupkah bagimu Jae ah?” Bisiknya lirih.

Jaejoong tertegun.

  “Tidak cukupkah kau merebut segala yang ada di sekelilingku?” Ulang Ahra terisak.

  “Hmm” Gumam Jaejoong pelan.

  “Aku telah membiarkanmu merenggut segalanya, alih kekuasaanku, Ibu Suri, penghuni Istana, dan bahkan suamiku sendiri!”


BRUKK!

Jaejoong menaikkan alisnya.
Menatap Ahra yang kini berlutut di hadapannya.
Yeoja cantik itu menangis pilu.
Ia mencengkram erat jemarinya yang bergetar.

  “Kumohon, jangan mengambil satu-satunya tumpuanku di Istana..Biarkan kedudukanku sebagai Permaisuri tetap..Hiks..Demi putriku, Jaejoong ah..” Isak Ahra lirih.

Heh.

Namja cantik itu tersenyum kecil.
Namun kemudian senyuman itu berubah menjadi seringaian yang meremehkan.
Ia mengangkat wajahnya.

  “Apa untungnya putrimu bagiku?” Desis Jaejoong menaikkan alisnya.


DEG!

Ahra terdiam.
Mata sipitnya membulat sempurna.

Apa?

Apa katanya?

  “Percuma saja, sampai tangisanmu berubah menjadi tetesan darah pun kau tetap akan dipindahkan ke Pavilliun Istana” Ujar Jaejoong menyeringai.

Ahra menggeram.
Ia mengangkat wajahnya menatap tidak percaya Selir Jung itu.

  “Kau kejam..Kau sangat kejam, Jaejoong..Hiks..”

  “Seharusnya kau berterima kasih kepadaku karena aku tidak memaksa Yunho untuk menceraikanmu, bukan malah memujiku, Ahra ah”

  “Satu yang harus kau ingat, Jaejoong! Hiks..Bahwa peran antagonis seperti dirimu tidak akan menang! Yunho akan membuka matanya setelah ini! Hiks..”

Namja cantik itu tertawa kecil.
Membuat Jung Ahrin yang sejak tadi berdiam diri di samping Ummanya meringis kesal.
Yeoja kecil itu berlari ke arah Jaejoong dan mendorongnya kasar.
Membuat Jaejoong terkejut dan terjatuh ke atas ranjang.

  “AHRIN!” Teriak Ahra lantang.

Jaejoong meringis.
Perutnya terasa sakit.
Keringat dinginnya menetes perlahan.
Namja cantik itu mengulurkan tangannya dan menampar keras pipi sang Putri Mahkota.
Mata beningnya menatap tajam yeoja kecil itu.

  “Apa yang kau lakukan, yeoja jalang?! Kau dan ibumu sama saja!” Teriak Jaejoong disela ringisan sakitnya.

Ahrin mengusap pipinya dengan tangisan yang mengalir.
Ia terduduk di lantai dan semakin menumpahkan tangisnya.
Sementara Ahra terdiam menatap darah yang mengalir dari selangkangan Jaejoong.

  “Panggil Kaisar!” Teriak Dayang dari luar.

Beberapa Dayang muda berlarian menuju ruang Pejabat.
Sementara sisa dari mereka menerobos kamar Jaejoong dan menahan tubuh namja cantik itu agar tidak pingsan.

Ahra segera memeluk Ahrin dengan erat.

  “BOOJAE!”

Yunho berteriak lantang setelah ia sampai.
Mata musang namja tampan itu sontak membulat menatap kekasihnya yang sedang berteriak kesakitan di atas ranjang.
Namja tampan itu menoleh.
Menatap benci Ahra dan Ahrin yang terduduk di lantai.


PLAKK!

  “Kau sengaja membuatnya keguguran eoh?!” Teriak Yunho marah.

Ahra meringis merasakan pipinya yang berdenyut sakit.
Ia menangis dalam diam.

  “Yun-Yunnie ah..nngghh..pu-putrimu yang melakukannya..Hiks..Appooooo…hhh..aaahhhhh!” Ringis Jaejoong kesakitan.

Yunho menatap tidak percaya putri kecilnya.
Yeoja bermahkota itu menundukkan wajahnya takut.
Yunho menggeram kesal dan menampar kasar pipi putrinya.

  “YUNHO!” Teriak Ahra disela tangisnya.

  “Ummaaa..Hiks..Hiks..Appooo..Hiks..” Isak Ahrin kesakitan.

Yunho mendengus tajam.

  “Letakkan Mahkotamu di dalam kamar dan susun barang-barang kalian! Pintu Pavilliun Istana terbuka lebar!!” Teriak Yunho marah.

Ahra menggeleng keras.
Ia memeluk Ahrin yang berteriak ditengah tangisannya.

Tapi Yunho tidak peduli.

Namja tampan itu segera menghampiri Jaejoong yang akan melahirkan.


-------


Angin musim semi berhembus assri.
Membuat dedaunan bergoyang lembut diiringi para bunga yang menari.
Rumput-rumput terlihat hijau segar dan mengikuti gerakan angin di sekitarnya.

Istana terlihat damai hari ini.
Para penghuni Istana berkumpul di halaman ruang utama.
Putra Mahkota telah lahir.

Namja bermata musang seperti Yunho.
Membuat Ibu Suri bersama Ratu dan Kaisar yang terdahulu tersenyum bahagia.
Yunho mengecup lembut dahi Jaejoong dan menarik tangan namja cantik itu untuk bangun.
Sementara tangan yang satunya lagi menggendong namja almond itu.

Jaejoong tersenyum manis.

Ia berjalan mengikuti Yunho dan berhenti tepat di hadapan pagar penahan lantai.
Menatap Ahra dan putrinya yang berdiri di halaman Istana.
Ah, hari ini keduanya akan diasingkan dari Istana.

Jaejoong menunduk menatap wajah putranya.
Ia mengecup lembut dahi Jaeho dan tersenyum lembut.

  “Aku ingin mengucapkan kalimat perpisahan kepada Ratu terdahulu dan mantan Putri Mahkota, Yunnie yah” Ujar Jaejoong pelan.

Namja tampan itu mengangguk.
Membiarkan Jaejoong yang masih menggendong putranya berjalan menuruni anak tangga itu dan berdiri di hadapan Ahra dan Ahrin.

  “Ajarkan putrimu bagaimana caranya memberi hormat kepada seorang Permaisuri, Ahra yah” Ujar Jaejoong tersenyum.

Yeoja berambut hitam itu mengerjapkan matanya sendu.
Ia melirik Ahrin dan menekuk satu kakinya memberi hormat.
Yeoja kecil itu segera mengikuti gerakan Ummanya.
Membuat Jaejoong tersenyum puas.

  “Semoga perjalanan kalian menuju Pavilliun Istana cukup menyenangkan ne?” Ucap namja cantik itu lagi.

Ahra mendongakkan wajahnya.
Menatap Yunho yang berdiri di lantai ruang utama Istana.
Kemudian ia meraih jemari putrinya dan hendak melangkah menuju gerbang.
Namun kemudian langkahnya sontak terhenti.
Ketika Jaejoong memanggilnya dan berbisik manis seraya tertawa kecil.

  “Siapa bilang tokoh antagonis tidak pernah bisa menang?”

Yeoja berambut hitam itu tersentak kaget.
Perlahan air matanya menetes.
Namun kemudian ia memutuskan untuk kembali melangkah.
Meninggalkan Istana yang telah berbalik menghujamnya sejak kehadiran namja cantik itu.

Hmp.
Atau hanya aku, satu-satunya yang bisa menang?


END.

7 komentar:

  1. horeeeee....antagonis memang pantas menang...aplg kalo tuh jj hehhehee...kalo antagonis ny ahra ke laut aja deh....

    BalasHapus
  2. suka deh kalo emak jadi antagonis hemm

    BalasHapus
  3. Ini keren bangettttttt!!!!♥♥♥♥♥
    Kalo antagonisnya joongie yeppeo ya emg kudu menang..
    Sukaaaaaaa~

    ^-^

    BalasHapus
  4. hih moga2 aku nggak ketemu antagonis kaya jj XDDDDD

    bisa kalah telak aku hehehehehe.
    uma tolong baikin saya yah. suer saya anak berbakti
    #nyogokpake cincin cartier selusin

    BalasHapus
  5. jaejoong dilawan !

    yunho meskipun dikasih makan bulgogi ya enak pasti tetap memilih kimbaba buatan jaejoong.

    selamat jalan mantan ratu dan putri semoga ketemu harimau dan kalian ber2 dimakan nee.

    BalasHapus
  6. Aku ngerasa kasian untuk yg kedua kalinya ama Ahra. Dia di tampar mulu ama Jae Umma & Yun Appa.
    Appa gak kasian apa ama Ahrin yg masih kecil huwaaaa
    YunJae♡

    BalasHapus
  7. Aku ngerasa kasian untuk yg kedua kalinya ama Ahra. Dia di tampar mulu ama Jae Umma & Yun Appa.
    Appa gak kasian apa ama Ahrin yg masih kecil huwaaaa
    YunJae♡

    BalasHapus