This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 07 Januari 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MEMORIES/PART 5 *END*



  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?

.
.
.

  Aku memilih untuk lari..


PART 5.

Rumah sakit pusat itu terlihat riuh malam ini.
Padahal beberapa waktu sebelumnya para perawat masih berkeliaran santai seraya memamerkan mistletoe buatan mereka.
Tampak sesosok namja cantik yang sedang menangis histeris di kursi tunggu ruang operasi.
Sweater longgar berwarna dark blue kesayangannya terlihat basah dan berbau amis.
Darah Jaeho melekat disana saat ia memeluk namja almond itu beberapa waktu yang lalu.

Sementara Junhon duduk di samping Ummanya.
Ia masih menangis dalam diam.
Mata beningnya bengkak dan memerah.

Yunho menghela nafas panjang.
Ia menyeka air matanya dan memandang jas dan kemeja putihnya yang berlumuran darah.
Ia menggendong namja almond itu kesini beberapa menit yang lalu.


Huh.
Siapa yang menyangka kalau malam yang seharusnya meriah dan damai itu berubah menjadi sesuatu yang membuat semua orang menjerit histeris?

  “Maaf Hyung, kami tidak sempat mencegah perbuatan jahat yeoja itu” Ujar Yoochun pelan.

Yunho menoleh.
Menatap Yoochun, Junsu, Kyuhyun dan Changmin yang sudah berada di sampingnya.

Namja tampan itu menggeleng.
Ia tersenyum kecut.

  “Setidaknya polisi segera menangkapnya karena laporan dari kalian ania?” Bisiknya lirih.

  “Kyuhyun segera menghubungi kepolisian pusat waktu itu” Sahut Changmin.

Junsu mengusap air matanya.
Menatap Minkyu, Sooji dan Yoosu yang sedang menenangkan Junhon di sana.
Namja cherry itu mulai histeris memanggil nama Hyungnya.

Yunho melangkah perlahan mendekati Jaejoong yang masih terisak disana.
Namja tampan itu berdiri di hadapan Jaejoong dan memeluk erat namja cantik itu.
Membuat Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Ia balas mencengkram erat punggung Yunho.

  “Maaf, aku tidak bisa menjaga Jaeho” Bisik Yunho pelan.

Tangis Jaejoong pecah.
Ia menyurukkan wajahnya di dada bidang namja tampan itu.
Mengacuhkan darah yang masih melekat disana.


PIIPP.


Lampu tanda selesai operasi itu menyala setelah empat jam kemudian.
Yunho dan Jaejoong segera beranjak menghampiri dokter yang keluar dari sana.

  “Masa kritisnya sudah lewat, untung saja lampu sorot itu tidak jatuh tepat di atas kepalanya, pecahan kaca yang menempel di sekitar punggungnya sudah kami bersihkan” Ujar dokter itu.

Yunho menghela nafas lega.
Ia mengangguk dan tersenyum kecil.

Tidak lama kemudian para perawat mendorong ranjang Jaeho dari dalam ruang operasi.

  “Hyuunnggg~!!” Jerit Junhon berlari.

Junsu yang melihat itu segera menyusul Junhon.
Sementara Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mengusap wajahnya lega.


-------


  “Minkyu menitipkan ini untuk Jaeho” Ujar Kyuhyun seraya menyerahkan dua batang permen Lollipop rasa jeruk kepada Jaejoong.

Namja cantik itu mengangguk pelan.
Ia tersenyum kecil walau wajahnya masih pucat.
Sepertinya ia benar-benar shock dengan kejadian yang menimpa putra pertamanya.

  “Hati-hati di jalan, Junchan” Ujar Jaejoong lembut.

Adik kecilnya itu mengangguk.
Ia tersenyum dan menyusul suaminya yang sudah berjalan bersama Changmin dan Kyuhyun.

Namja cantik itu memperhatikan permen yang ada di tangannya.
Kemudian ia membuka pintu kamar rawat putranya.


CKLEK.


  “Hahahaha~ Ahjusi payah!”

Mata bening Jaejoong mengerjap pelan.
Memandang Junhon yang sedang berlari dari kejaran Yunho.
Sementara Jaeho terkekeh menyaksikan mereka berdua.

Namja cantik itu mengeluh pelan.
Kemudian ia berjalan masuk ke dalam ruangan.

  “Umma!” Jerit Jaeho dan Junhon.

Namja cherry itu segera melompat dari kursi dan meraih pedang bercahayanya.
Ia menusuk-nusuk udara kosong dan segera memeluk kaki jenjang Jaejoong.

  “Hampir saja monster ikan berkakinya menggigit kaki Umma! Kka, Hon akan menemani Umma berjalan!” Ujar namja cherry itu lucu.

Jaejoong tertawa kecil.
Ia menurut apa yang dilakukan putra bungsunya.
Sementara Jaeho terlihat tersenyum kecil di sana.

Ah, ia sangat ingin bergabung bersama Junhon dan bermain lagi di sekitar Jaejoong.

  “Kau sudah makan?” Tanya Yunho menatap Jaejoong.

Namja cantik itu tertegun.
Menatap Yunho yang beranjak mendekatinya.

  “Wajahmu masih terlihat pucat” Ujar namja tampan itu.

Jaeho dan Junhon saling terkekeh satu sama lain.
Sementara Jaejoong merasa jengah.

  “Walau kau menyelamatkan putraku waktu itu, bukan berarti kau mendapat maaf begitu saja” Ujar Jaejoong tegas.

Yunho terdiam.
Ia berbalik, memandang Jaejoong yang sudah berjalan menghampiri Jaeho.

  “Punggungmu masih sakit, sayang?”

  “Masih Umma, dokternya bilang sebentar lagi sembuh”

  “Nee, setelah itu kita akan pulang ke Jepang”

  “Hontouni?”


DEG.


Yunho membulatkan mata musangnya.
Menatap tidak percaya ke arah Jaejoong.
Apa?
Kembali ke Jepang?

  “Kau bercanda?” Tanya Yunho bingung.

Ia pikir Jaejoong akan memutuskan untuk kembali padanya.

  “Kenapa kau masih disini?” Balas Jaejoong balik bertanya.

Yunho membuka mulutnya hendak menyahut.
Namun kemudian ia menghela nafas dan memutuskan untuk beranjak dari ruangan itu.
Meninggalkan ketiga namja yang ada di dalam sana.

  “Umma, kita benar-benar akan kembali ke Jepang ania?” Tanya Junhon senang.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengangguk.

Namja cherry itu segera menjerit senang.

  “Tapi Umma, kalau kita pindah ke Jepang, kami tidak bisa bertemu lagi dengan Ahjusi tampan” Ucap Jaeho pelan.

Junhon tersadar.
Ia ikut mengangguk.

  “Umma sudah lihat sendiri ania? Ahjusi tampan itu benar-benar baik!”

Jaejoong tertegun.
Mata beningnya memandang kedua putranya yang berwajah sama.

Perlahan hatinya terasa sakit.
Kembali menggerogoti tempat yang sama.
Mata beningnya menggenangkan tetes bening yang siap untuk mengalir.

See?

Ia sama sekali tidak menyangka kalau selama ini Ahjusi yang diceritakan oleh kedua putranya adalah namja tampan itu.
Sama sekali tidak.
Jaejoong merasa sakit.
Ia tidak pernah mengizinkan Yunho bertemu dengan Jaeho dan Junhon.

Tapi Tuhan telah mempertemukan mereka tanpa sepengetahuannya.

Tidakkah ia tahu sebesar apa rasa sakit yang telah diberikan Yunho kepadanya?
7 tahun yang lalu?

  [ “Kita akan melarikan diri ke Jepang dan hidup bahagia disana, tetap tunggu aku apa pun yang terjadi ne?” ]

Sakit..

  [ “Kenapa kau tidak menghentikan semua ini?” ]

Sakit..

  [ “Yunho baru saja selesai mengucapkan sumpahnya, ia resmi menjadi suami dari Kim Yorin sekarang” ]

Perih..

  [ “Uri umma sudah meninggal Hyung..Ia terus memanggil namamu, tapi aku tidak bisa menghubungimu..” ]

Menghujam..

  [ “Yunho masih mencintaimu, Hyung” ]

Tajam..

  [ “Ahjusi tampan itu sangat baik! Ia mentraktir kami es krim sepuasnya, Umma!” ]

Jaeho dan Junhon mengerjapkan mata mereka.
Namja cherry itu menghampiri Ummanya dan mengusap lembut wajah cantik namja itu.
Dahinya mengerut sendu.

  “Umma, jangan menangis..” Bisik Junhon lirih.

Jaejoong semakin menumpahkan tangisnya.
Ia memeluk namja cherry itu dengan erat.
Tidak.

Tidak semudah itu untuk memberikan kata maaf.

Sama sekali tidak.

Luka di hatinya membekas.
Dan sampai kapan pun tidak akan pernah hilang.

Jaejoong tidak akan pernah lupa dengan mimpi terburuk yang pernah ada dalam hidupnya waktu itu.


-------


Yunho baru saja selesai menutup kasus percobaan pembunuhan mantan istrinya beberapa waktu yang lalu.
Ia sudah resmi bercerai dari yeoja berbibir tipis itu sekarang.

Namja tampan itu menyapa beberapa perawat yang melewatinya.

Ia tersenyum senang hari ini.
Jemarinya menggenggam dua pedang mainan keluaran terbaru untuk putra kembarnya.


CKLEK.


Jaejoong, Junhon dan Jaeho sontak menoleh.
Menatap Yunho yang masuk ke dalam ruang rawat.

Hening.

Membuat namja tampan itu mengerutkan dahinya bingung.
 
  “Umma belikan roti ne” Bisik Jaejoong menatap Jaeho.

Ia segera beranjak dari duduknya dan berjalan melewati Yunho.
Mengacuhkan namja tampan itu.
Yunho hanya menghela nafas.
Ia baru saja akan melangkahkan kakinya mendekati Jaeho dan Junhon.

Namun suara mereka membuatnya mengurungkan niat.

  “Kami tidak ingin bertemu lagi denganmu, Appa”


DEG.


Mata musang Yunho membulat sempurna mendengarnya.
Mwo?
Appa?

Bukankah itu berarti..

  “Kenapa masih menutup mulut dari kami? Bukankah seharusnya Appa mengaku setelah kecelakaan itu?” Tanya Jaeho mengerutkan dahinya.

Yunho terdiam.
Ia menundukkan wajahnya.

Junhon terisak lirih.

  “Hon kecewa..Hiks..Hon tahu sekarang..Hon tahu semuanya..Hiks..”

  “Pergilah”

Yunho tersentak.
Mengangkat wajah menatap Jaeho yang bersuara.
Namja almond itu menatap tajam mata musang yang sama seperti miliknya itu.

  “Pergi dan jangan pernah kembali lagi” Desisnya tajam.

Yunho tersenyum kecut.

Oh well.

Serapat apa pun ia menyembunyikan sebuah rahasia tetap saja akan terbongkar ania?
Cepat atau lambat.


TREK.


Namja tampan itu meletakkan dua pedang mainan itu di atas ranjang.
Ia mendekati Jaeho dan Junhon, kemudian mengecup dahi keduanya.

  “Mianhae..”

Jaeho memalingkan wajahnya.
Sementara Junhon semakin terisak.

Namja tampan itu beranjak meninggalkan mereka.


CKLEK.


Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang berdiri di hadapannya saat ini.
Ia menghela nafas pendek.

  “Sudah cukup bukan? Sudah banyak waktu yang kau habiskan untuk kedua putraku, sekarang waktumu sudah habis” Desis Jaejoong tajam.

  “Mereka juga putraku, Joongie” Sahut Yunho menatap mata Jaejoong.

  “Kau sama sekali tidak pantas menjadi Appa mereka”

  “Walaupun kau berkata seperti itu, tetap saja----”

  “Sama sekali tidak pantas! Setelah kau meninggalkanku di bandara begitu saja”


DEG.


  “…”

  “Kau membuatku menunggu, menunggu dan terus menunggu, bahkan aku tidak tahu kalau saat itu Ummaku tengah berjuang melawan masa kritisnya!”

  “…”

  “Ummaku meninggal dan aku tidak ada di sampingnya karena kau! Karena kau, Jung Yunho!!”

Namja cantik itu berteriak lantang seraya memukul dada bidang namja tampan itu.
Tangisnya tumpah.
Segala yang ia pendam selama 7 tahun lebih terakhir ini habis sudah.
Yunho hanya diam.

Menerima pukulan dari namja cantik itu.

  “Kau bajingan!!”

  “…”

  “Pembohong!!”

  “…”

  “Penipu!! Hiks..Kau pengecut!!”

Jaejoong terisak keras.
Ia menundukkan wajahnya.
Pukulan-pukulan lemahnya itu berhenti.
Ia malah mencengkram erat kemeja Yunho sekarang.

Lama mereka saling terdiam.

Sampai kemudian Yunho merengkuh tubuh namja cantik itu dan memeluknya erat.
Menahan tubuh Jaejoong yang meronta.

  “Maafkan bajingan ini..Pembohong yang menorehkan luka di hatimu..Penipu yang menutup semuanya darimu..dan Pengecut yang masih mencintaimu sampai saat ini, BooJae ah..” Bisik Yunho lirih.

Jaejoong berhenti meronta.
Ia menggigit bibir bawahnya.
Yunho semakin mempererat pelukannya di tubuh namja cantik itu.

  “Kau tahu arti dari kata terlambat?” Balas Jaejoong berbisik.

Yunho tertegun.
Pandangannya lurus menatap lantai.
Jaejoong tersenyum kecut disela tetesan air matanya yang mengalir bebas membasahi pipinya.

  “Kalau kau tidak tahu, maka sekarang kau harus tahu..”


SRET.

Namja cantik itu melepaskan pelukan Yunho di tubuhnya.
Matanya masih menatap ke bawah.
Tidak berani untuk bertatapan langsung dengan mata musang yang tajam itu.

  “Kenanganku yang lalu, itu terlalu buruk..Jauh lebih buruk dari yang kau bayangkan..”

  “…”

  “Aku mengandung Jaeho dan Junhon di hari yang bersamaan..”

  “…”

  “Aku melahirkan mereka tanpa ada yang mendampingi..”

  “…”

  “Aku membesarkan mereka sendirian..”

  “…”

  “Menahan setiap rasa benci yang menyeruak ketika aku menatap wajah Jaeho yang begitu mirip denganmu, dan kebiasaan Junhon yang sama denganmu..”

Hening.

Keduanya saling terdiam satu sama lain.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia baru saja akan berjalan masuk ke dalam kamar rawat Jaeho, namun gerakannya tertahan saat mendadak Yunho menarik lengannya dan memerangkapnya dalam rengkuhan namja tampan itu.

  “Mmmpphh!”

Jaejoong mengerang lirih.
Memejamkan matanya dengan erat.
Berusaha meronta, melepaskan tautan bibir Yunho di atas bibirnya.

Namun percuma, semakin ia memberontak, Yunho semakin erat mencengkram punggung dan tengkuknya.
Ia hanya bisa pasrah.
Membiarkan Yunho melumat bibirnya setelah sekian lama.

Menghisap manis bibir atas bawahnya bergantian.
Menggigit lembutnya dengan mesra.
Menyesap rasa manis yang telah lama hilang.

Perlahan lumatan-lumatan menuntut itu mulai berganti menjadi kecupan-kecupan manis nan lembut.
Membuai Jaejoong untuk bergerak membalas kecupan dari Yunho dengan gigitan nakal.

Sampai ia bisa merasakan saliva mereka tercampur dengan benar.

Lima menit kemudian, ciuman panas itu terlepas.

  “Hhhhh..hahhh..hhhh…”

Keduanya saling menarik nafas satu sama lain.
Yunho menatap tajam wajah namja cantik itu.
Tapi Jaejoong lebih memilih menundukkan wajahnya.

Masih dengan posisi yang sama.

  “Lepaskan!” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Namja cantik itu menepis rengkuhan Yunho.
Ia segera menyentuh kenop pintu itu.

  “Kau menikmatinya kan?”


DEG.


Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Yunho berbalik menatap punggung namja cantik itu.
Mata musangnya mengerjap sendu.

  “Menikmati, berbeda dengan merindukan..” Balas Jaejoong berdesis.


CKLEK.


Pintu itu terbuka.
Namun Yunho masih berusaha menyampaikan perasaannya sebelum Jaejoong benar-benar menghilang dari sana.

  “Aku mencintaimu”


DEG.


Jaejoong mencengkram erat kenop pintu itu.
Jantungnya berdebar.
Darahnya berdesir hangat.

  “Aku masih mencintaimu sampai detik ini..Rasaku akanmu tidak pernah berubah..Walau 7 tahun telah berlalu..”

  “Tidak ada yang perlu aku deng---”

  “7 tahun yang lalu, hari dimana aku akan pergi menemuimu di bandara, Ummaku jatuh pingsan karena penyakit jantungnya”

Mata bening Jaejoong bergerak pelan.

  “Ia menyampaikan permohonan terakhirnya kepadaku..Memintaku untuk menikah dengan Kim Yorin, karena perjodohan yang sudah dijanjikan kepada sahabat baiknya..”

  “…”

  “Aku tidak bisa mengucapkan sumpah dengan benar, karena pikiranku hanya tertuju padamu yang sedang menungguku..”

  “…”

  “Tapi aku harus, demi Ummaku, demi seorang wanita yang sudah melahirkanku, dan membesarkanku hingga dewasa..”

  “…”

  “Rasa sakitku sama dengan milikmu..Aku kehilangan Ummaku di hari yang sama..Dan aku juga kehilanganmu..”

Jaejoong meringis.
Memejamkan matanya sekuat mungkin, berusaha menahan air matanya yang hendak jatuh.


TAP TAP TAP.


Jaejoong berbalik, memandang Yunho yang sudah berjalan meninggalkan dirinya.

  “Hiks..”

Namja cantik itu terduduk lemas di depan pintu.
Ia menutup wajahnya dengan kedua telapak tangan.

Dan sekali lagi, pintu yang setengah terbuka itu, membuat dua namja berwajah sama yang ada di dalam sana mendengar semuanya.


-------


Papan pemberitahuan itu terus memunculkan hal yang sama sejak tadi.
Nama penerbangan berikutnya, tujuan berikutnya, dan waktu menjelang take off.
Namja cantik itu memandang arlojinya.

Kemudian ia menoleh menatap Jaeho dan Junhon yang terlihat sangat diam sejak beberapa hari yang lalu.

Ia menghela nafas.

  “Waeyo? Bukankah sebentar lagi kita akan kembali ke Jepang hm? Kenapa tidak senang?” Tanya Jaejoong tersenyum.

Jaeho yang masih mendapat perban luka di kepalanya mendongak.
Diikuti Junhon yang menatap wajah cantik Jaejoong.

  “Kami belum berpamitan dengan Ahjusi tampan” Ujar mereka kompak.


DEG.


Jaejoong mengerjapkan matanya.

  “Ahjusi bernama Yunho itu tidak seburuk yang kami pikirkan”

  “Ne, lagi pula, Jepang akan terdengar lebih menarik kalau Ahjusi itu bisa ikut dengan kita ania?”

Lama namja cantik itu terdiam.
Merenungi perkataan Yunho beberapa waktu yang lalu di rumah sakit.
Kemudian ia memandangi wajah putranya.

Hmp.

Namja cantik itu mengerutkan dahinya seraya tersenyum kecut.
Kemudian ia mengacak gemas rambut keduanya.
Setelah itu ia meraih ponselnya.
Mendial satu nomor yang selama ini tidak pernah dihubunginya sekali pun.
Tidak selama 7 tahun berlangsung.

Sementara itu, terlihat sosok namja berwajah tampan yang baru saja memakai jaketnya.
Ia memasuki pintu masuk bandara incheon yang besar itu dan berjalan ke arah penerbangan menuju Jepang.


DDRRTTT…DDRRTTT…


Yunho tertegun.
Ia berhenti melangkah dan meraih ponselnya.
Kemudian menekan tombol penjawab panggilan tanpa melihat layar ponselnya terlebih dahulu.

  “Ne?”

  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?


DEG.


Yunho tertegun.
Namun kemudian ia tersenyum kecil.
Tanpa melihat pun, ia sudah tahu milik siapa suara itu.

  “Kalau kau? Apa yang akan kau lakukan?”

  Aku memilih untuk lari..

  “Lari tidak akan pernah menyelesaikan masalah, sekuat apa pun kau berlari, kenangan itu akan selalu ada di belakangmu, kecuali kau berhenti berlari dan berhadapan langsung dengannya”

  Kau benar, aku telah berhenti untuk berlari..Sekarang aku berdiri disini, menginjak kembali kenangan dimana aku menunggu kehadiranmu..

  “Dan aku hadir disini seperti yang kau tunggu”

Namja cantik itu tertegun.
Sontak ia berbalik dan membulatkan mata beningnya.
Kemudian ia terkekeh lirih.
Disela air matanya yang menetes membasahi pipinya.

Yunho menyimpan ponselnya di dalam saku.
Ia menyeret koper miliknya dan memeluk erat namja cantik itu.
Membiarkan Jaejoong membasahi kausnya dengan air mata.

  “Sekarang bisakah aku mendapatkan maaf darimu?” Bisik namja tampan itu pelan.

  “Aku memaafkanmu..Untuk 7 tahun yang terlewati..Dan untuk 7 tahun yang hilang..” Balas Jaejoong berbisik.

Hmp.

Namja tampan itu tersenyum.
Ia mengusap lembut punggung Jaejoong dan memandang kedua putranya.
Namja kembar itu mengayunkan pedang bercahaya keluaran terbaru milik mereka dengan ekspresi meremehkan.

  “Kita tidak perlu susah payah menyusun strategi penyerangan lagi ania?” Ujar Jaeho menaikkan alisnya.

  “Hon yakin monster berbulu yang ada di kamar Umma setiap pagi akan musnah untuk selamanya” Sambung Junhon terkekeh.

Kemudian mereka berucap kompak.

  “Karena kita punya seorang jenderal perang sekarang”

Namja cantik itu tertawa lirih.
Ia melepas pelukan Yunho dan meraih koper milik namja tampan itu.

Dan aku telah berhenti untuk berlari..

Hmp,

Kalau kau, apa yang akan kau lakukan jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu hm?

-memories-

END.

3 komentar:

  1. Waw.. ahirnya.. yunjae balikan deh.. :D
    Suka suka suka :D

    BalasHapus
  2. Waw.. ahirnya.. yunjae balikan deh.. :D
    Suka suka suka :D

    BalasHapus
  3. Hai.
    Sumveh ffnya k sella selalooo bagus....
    maaf bru bsa komen kak. Pdahal udh sering bgt baca..... maaaaaaf banget kak...
    Ff kkak bkin kcamduan.

    BalasHapus