“Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan
terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?”
.
.
.
“Aku memilih untuk lari..”
PART 4.
“Dengar Umma, sayang? Jangan kemana-mana arachi? Umma akan mengantar
Jaejae Hyung ke sekolah sekarang”
“Tidak adil~!
Kenapa Cuma Hyung yang tampil di festival musik?”
“Aigoo, Umma
juga tidak tahu sayang, hmm, mungkin saja karena Honchan masih butuh latihan
lebih ania?”
“Tapi kami
lulus bersama Ummaaaaa~!”
Hmp.
Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut rambut cokelat Junhon dan mengecup
dahinya.
“Ada pudding
di kulkas kalau Hon lapar, ne?”
Junhon mencebilkan bibir cherrynya kesal.
Ia menatap iri ke arah Jaeho yang sedang mengenakan
jaketnya.
Jaejoong sudah beranjak menuju lift.
“Hyung pergi
ne Hon?” Bisik Jaeho tersenyum kecil.
Ia mengecup lembut bibir cherry Junhon yang manis.
Membuat rona merah menyemburat di pipi namja cherry
itu.
“Ung..”
Gumamnya nyaris tidak terdengar.
“Jangan
seperti ini nee? Musik yang Hyung mainkan nanti khusus untukmu, Honchan,
arrata?” Bisik Jaeho menepuk kepala adik kembarnya.
Wajah Junhon terlihat merah padam sekarang.
Ia memeluk erat Hyungnya dan menyurukkan wajahnya di
leher namja almond itu.
“Mungkin Umma
benar, Hon masih perlu latihan lagi” Ujarnya.
Jaeho tersenyum simpul.
Ia balas memeluk adiknya dan mengecup lembut dahinya.
Kemudian ia berlari menyusul Jaejoong yang sudah
menunggu di luar.
Hufff.
Junhon menghela nafasnya.
Ia menutup pintu dan beranjak duduk di atas sofa,
melanjutkan tontonan anime Detektif
Conan itu.
KRUYUUKK~
Eoh?
Junhon menundukkan wajahnya.
Mempoutkan bibir cherrynya memandang perutnya yang
berbunyi.
Ia lapar.
Namja cherry itu melompat dari sofa.
Berlari menuju dapur dan memanjat kursi dapur yang
bertangga itu.
Kemudian ia membuka pintu kulkas.
Aish.
Hanya ada pudding dan sandwich yang harus di hangatkan
disana.
Ia tidak bisa menggunakan oven.
Ottokhe?
Apa sebaiknya beli makanan saja diluar ya?
Lama Junhon berdiam di dapur.
Sampai kemudian ia menghembuskan nafas kencang dan
berlari memasuki kamarnya mengambil lembaran uang yang ada di lemari bajunya.
Uang saku simpanan hm?
“Umma bilang
tidak boleh membiarkan perut kosong, nanti bisa sakit maag seperti Appa” Gumamnya seraya berlari menuju pintu apertement.
Eh?
Junhon tertegun.
Matanya mengerjap lucu.
Barusan ia mengingat tentang Appanya.
Omo, bukankah seharusnya tidak boleh?
Jaeho akan marah kalau ia tahu tentang hal ini.
DRAP DRAP DRAP!
Para penghuni apertement saling tersenyum ramah ketika
namja cherry itu lewat.
Junhon balas melambaikan tangan mungilnya dan menuju
supermarket yang searah dengan apertement mewah itu.
SRET!
Pintu kaca itu terbuka otomatis ketika Junhon
melangkah masuk.
Ia langsung diterpa penghangat ruangan yang nyaman.
Well, bukankah diluar sedang musim dingin?
“Adik kecil
mau beli apa?”
Junhon mendongakkan wajahnya.
Ia menatap pegawai supermarket yang ramah itu.
“Hon mau nasi
kepal” Ucapnya polos.
“Eoh? Disini
tidak ada nasi kepal, bagaimana kalau permen?” Tawar pegawai itu.
Junhon mengerutkan dahinya.
Ia menolehkan wajahnya memperhatikan isi supermarket
itu.
Kalau di Jepang dulu, ada rak khusus nasi kepal dan
bento sekali habis di dekat kasir.
Tapi sepertinya disini tidak ada.
Aigoo.
“Ahjusi?”
Yunho yang sedang membayar roti sandwichnya menoleh ke belakang.
Menaikkan alisnya menatap Junhon yang sedang berkedip
lucu disana.
Omo.
“Kau
sendirian? Mana Hyungmu? Apa kau tersesat?” Tanya Yunho seraya menyamakan
tinggi badannya dengan namja cherry itu.
Junhon menggeleng.
“Hon lapar,
Umma sedang pergi bersama Hyung” Ujarnya polos.
“Mwo? Bukankah
seharusnya kau tidak keluar rumah kalau tidak ada orang ania?” Tanya Yunho
lagi.
“Hon mau nasi
kepal, di rumah Cuma ada roti sama pudding, disini juga tidak ada”
Yunho menghela nafasnya.
Aigoo.
Ia mengacak rambut Junhon dan tersenyum kecil.
“Kka, Ahjusi
akan membawamu ke restoran Jepang, tapi sebelumnya beritahu Ahjusi dimana
rumahmu”
“Hontouni? *benarkah?* Yattaaa~! Rumah Hon dekat
sini kok, hehehe~ Kajja kajja!”
Aish.
Yunho tidak bisa menahan senyumnya.
Ia segera menggendong Junhon dan membawanya masuk ke
dalam Audy metalic hitam klasik
miliknya.
Namja tampan itu mengemudikan mobilnya menuju restoran
Jepang terdekat.
Sesekali ia memandang Junhon yang berceloteh tidak
jelas dalam bahasa Jepang.
Hm, sepertinya ia tidak asli sini ania?
“Sudah sampai”
Ujar Yunho pelan.
Junhon tersenyum manis dan membiarkan Yunho membukakan
selfbelt-nya.
“Apa kau
pernah tinggal di Jepang?”
“Ung, Hon
lahir di sana, baru saja pindah ke sini”
“Jeongmall?”
Junhon mengangguk.
Menggenggam tangan Yunho yang menuntunnya masuk ke
dalam restoran itu.
Mereka segera memesan tempat dan duduk berhadapan.
“Mohon
menunggu pesanannya”
Yunho mengangguk.
Mengacuhkan pelayan yang beranjak menjauhi mereka
setelah menanyakan pesanan.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Memandang wajah Junhon membuatnya teringat akan namja
cantik itu.
Entah kenapa.
Mereka benar-benar mirip.
Rasanya seperti menatap replika mini dari Kim
Jaejoong.
“Ahjusi wae?
Raut wajah Ahjusi terlihat sangat menyedihkan” Ucap Junhon mengerutkan dahinya.
“Eh?” Gumam
Yunho tertegun.
“Sejak kemarin
juga Umma memperlihatkan wajah seperti itu”
“Hon ah, kau
selalu menyebut-nyebut Ummamu, kenapa tidak pernah menceritakan tentang Appamu?”
Junhon terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.
“Ahjusi bisa
jaga rahasia ania? Jangan sampai Hyung tahu kalau Hon cerita, nanti Hyung
marah”
“Arasseo,
Ahjusi janji”
Junhon menjulurkan jari kelingkingnya yang mungil.
Membuat Yunho merasa dejavu.
Dulu, kekasihnya juga selalu menuntut pinky promise ketika mereka melakukan
ikatan janji.
Hmp.
“Uri Appa
adalah namja yang sangat jahat” Bisik Junhon pelan.
Seakan takut orang lain mendengarnya.
Yunho menaikkan alisnya.
Mendengar dengan baik setiap kalimat namja cherry itu.
“Apakah Appa
selalu memukul Umma?” Tanya Yunho
bingung.
Junhon menggeleng.
“Ani, Hon
tidak pernah melihat Appa sejak lahir, Umma bilang Appa bekerja di luar negeri”
DEG.
Yunho terdiam.
“Lalu? Kenapa
Appa bisa jahat?”
“Hon sering
melihat Umma menangis, Umma pernah bilang, kalau Appa pergi darinya, Appa
meninggalkan kami”
“…”
“Hon benci
Appa, Hyung juga benci Appa”
Namja tampan itu membuka mulutnya hendak bertanya,
namun suaranya tenggelam ketika pelayan itu telah kembali dan meletakkan
berbagai pesanan mereka di atas meja.
Yunho memandang Junhon yang terlihat sangat senang.
Kemudian ia menghela nafas dan memutuskan untuk ikut
makan.
-------
Kepala sekolah DongBang Elementary School itu
tersenyum ramah kepada seorang wanita yang sudah menunggunya sejak tadi.
Ia membungkukkan tubuhnya dan berjalan mendekat.
“Tidak
biasanya anda mengunjungi sekolah, Nyonya Jung”
“Hm, aku hanya
penasaran dengan festival musik yang diadakan sekolah ini”
“Presdir Jung
yang mengatur semuanya, festival kali ini bertepatan dengan kontes piano
seluruh sekolah”
“Ah,
jeongmall?”
Kepala sekolah itu mengangguk.
Ia masih tersenyum ramah.
Sama sekali tidak menaruh curiga terhadap yeoja
berbibir tipis itu.
“Aku ingin
melihat-lihat, bolehkah?”
“Tentu! Tentu
saja, silahkan, tapi maaf, aku tidak bisa menemani anda, ada wali murid yang
harus kutemui”
Jung Yorin mengangguk pasti.
Ia tersenyum dan berjalan menuju aula sekolah yang
luas itu.
Mendongakkan wajah menatap lampu-lampu yang berjejer
disana.
Pohon Natal yang sangat besar diletakkan di sudut
panggung.
Ada sebuah piano hitam di tengah panggung.
TAP TAP TAP.
Yeoja cantik itu melangkahkan kakinya.
Mencari seseorang yang dikenal olehnya.
Kemudian ia berjalan mendekat.
“Ini fotonya”
Bisik yeoja itu pelan.
Namja yang mengenakan seragam teknisi itu meraih
potret itu.
Ia membenarkan posisi topinya yang berwarna hitam.
Menatap potret seorang anak lelaki yang berambut
almond.
“Ia akan
memainkan piano saat festival berlangsung, aku ingin kau menjatuhkan dua-tiga
lampu sorot tepat ke arahnya”
Hmp.
Namja itu menyeringai pasti.
Ia menatap tajam mata musang namja almond itu.
“Tentu, asal
bayarannya setimpal”
“Masalah itu
kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan menyerahkan uang yang kau minta
setelah tugasmu selesai”
Namja itu mengangguk patuh.
Ia menyimpan foto itu di dalam kantung seragam
teknisnya.
Mengacuhkan Jung
Yorin yang berjalan menuju kursi para penonton.
Ia memejamkan
matanya seraya tersenyum lembut.
Tidak disangka, Yunho yang tidak pernah meniduriku
sekali pun selama 7 tahun telah melakukan hal itu padamu.
Ternyata kedua namja berwajah sama itu adalah putra
Yunho hm?
Mengakses informasi mengenai dirimu sangat mudah, Kim
Jaejoong.
Siapa yang tidak mengenal pemilik café elit terlaris
di Jepang?
Oh well.
Dan aku sudah memperhitungkan semuanya.
Kau akan membawa putramu kembali ke Jepang setelah ia
tertimpa lampu-lampu sorot itu.
Dan kembali menghilang dari pandangan suamiku.
TAP TAP TAP.
Yeoja cantik itu
berjalan meninggalkan aula.
Mengacuhkan
sesosok namja cantik yang melangkah masuk ke dalam aula melalui pintu yang
satunya.
Ia menatap kagum
interior aula yang sudah dihias sedemikian rupa.
“Umma! Jaejae akan memainkan piano disana!”
Ujar Jaeho menunjuk panggung.
Namja cantik itu
tersenyum simpul.
Ia mengangguk
dan mengikuti Jaeho yang sudah berlari mendekati piano hitam itu.
“Acaranya tidak lama lagi ania?”
“Um, songsaenim sudah memberitahu”
“Ah, sebaiknya kita kembali sekarang Jae ah,
Hon pasti lapar”
Jaeho
mengangguk.
Ia melompat dari
kursi itu dan berlari mengejar Jaejoong.
Membuat namja
cantik itu terkekeh geli.
Mereka melangkah
keluar aula.
Tanpa menyadari
sesosok namja berpakaian teknisi yang menyeringai disana.
Oh well.
Ia kembali
memasukkan potret Jaeho ke dalam sakunya setelah meyakinkan wajah namja itu.
-------
“Ahjusi terima kasih nee, makan siangnya
menyenangkan sekali~!”
“Nee, berhati-hatilah di jalan”
“Ah, ne~ Ahjusi, rumah Hon disana”
DEG.
Mata musang
Yunho mengerjap pelan.
Memandang Junhon
yang sudah berlari memasuki wilayah apertement mewah itu.
Oh gosh.
Bukankah itu
tempat tinggal Jaejoong?
Perasaan Yunho
mulai tidak enak.
Ia menggelengkan
kepalanya mencoba mengusir berbagai pemikiran yang merasuki kepalanya.
Tidak.
Mungkin saja
namja kembar itu adalah anak dari pasangan yang menempati salah satu kamar di
apertement mewah itu ania?
Bukankah
apertement berlantai 25 itu memiliki jumlah kamar yang sangat banyak?
Yunho menghela
nafas.
Ia memijat
pelipisnya dan segera mengemudikan mobilnya dari sana.
Sementara itu,
Jaejoong dan Jaeho hendak memasuki lift menuju kamar mereka.
Namun keduanya
menaikkan alis menatap Junhon yang berteriak memanggil keduanya dan berlari
memasuki lift.
TING~
Pintu lift itu
tertutup otomatis.
Junhon menumpu
lututnya.
Ia menarik nafas
panjang.
“Hon? Kau dari mana? Bukankah sudah Umma
peringatkan jangan keluar rumah?” Tanya Jaejoong berlutut di hadapan namja
cherry itu.
Junhon tersenyum
manis.
Ia menyeka
dahinya.
“Hon lapar, Hon pergi ke supermarket, tapi
tidak ada nasi kepal disana, terus Hon ketemu Ahjusi tampan” Ujar Junhon.
“Jeongmall?” Tanya Jaeho terlihat antusias.
Junhon
mengangguk.
Ia
memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapi.
“Ahjusi tampan mentraktir Hon makan siang di
restoran Jepang~”
“Huaaaa~! Curang! Hyung juga mau!”
“Hehehehe, Hon makan banyak sushi tadi~”
“YA!!”
DEG.
Kedua namja
berwajah sama itu saling terdiam satu sama lain.
Menatap bingung
Jaejoong yang terlihat kesal.
Raut wajahnya
mulai keruh.
“Dengarkan Umma, arraseo? Mulai sekarang
jangan pernah menyebut-nyebut Ahjusi itu lagi! Ia pasti berniat buruk! Kalau
kalian melihatnya lagi segera lari dan jangan hampiri ia!”
“Tapi Umma---”
“Wakatta
ne?! *mengerti?!*”
Uh.
Namja kembar itu
saling menatap satu sama lain.
Mereka menghela
nafas pendek.
Kemudian
menganggukkan wajah kompak.
-------
“Minkyu ah~!”
Shim Changmin
tersenyum kecil memandang Sooji dan Yoosu yang memanggil putranya.
Namja Lollipop
itu segera berlari menuju teman-temannya.
Meninggalkan
Changmin dan Kyuhyun yang duduk di sofa.
“Mereka terlihat semakin akrab” Ujar Changmin
terkekeh.
Yoochun ikut
tertawa kecil.
Sementara Junsu
sedang menyiapkan minuman di dalam dapur.
“Kau bilang ada yang ingin dibicarakan ania?
Ige mwoya?” Tanya Kyuhyun penasaran.
“YAA! Jangan mulai tanpa akuuu!” Jerit Junsu
dari dapur.
Eoh?
Ketiga namja itu
tertawa satu sama lain.
Aish.
Dasar bebek.
TAP TAP TAP.
“Ceritakan” Ujar Changmin setelah Junsu
meletakkan empat cangkir teh di atas meja.
“Ini mengenai Hyung Iparmu” Ujar Yoochun
pelan.
Eoh?
“Wae?”
“Kau tahu kan, alasan kenapa rumah tangganya
dengan sepupumu yang bernama Yorin itu tidak pernah terdengar baik-baik saja?”
“Well, kurasa semua orang tahu akan hal itu”
“Yunho masih mencintai mantan kekasihnya”
“Dan mantan kekasihnya itu sedang berada di
Seoul sekarang”
Yoochun dan
Junsu saling menaikkan alis mereka.
“Kau sudah tahu?”
“Beberapa hari yang lalu Nuna mengunjungiku
dan menceritakan semuanya”
“Lalu?”
“Um, yeah, ia---”
“Ia meminta bantuan suamiku untuk melenyapkan
mantan kekasih Yunho itu”
MWO?
Yoochun dan
Junsu sontak menatap Kyuhyun.
Namja evil itu
mendengus tidak senang.
“Tentu saja aku langsung menolak tegas!
Bagaimana bisa ia melibatkan keluargaku ke dalam hal seperti itu eoh? Kalau
Yunho tidak menyukainya itu masalahnya! Tuhan sudah memberikan waktu cukup lama
untuknya!” Ketus namja evil itu.
Hening.
Mereka semua saling
bertatapan satu sama lain.
“Semalam Nuna menghubungiku, dan ia bilang,
kami harus datang ke acara festival sekolahnya Minkyu, akan ada sesuatu yang
menarik disana” Lanjut Changmin pelan.
Yoochun
membulatkan mata sipitnya.
“Kau tidak berpikir? Menurutmu apa yang akan
begitu menarik sehingga ia memberitahumu?”
Kyuhyun
mengerutkan dahinya.
“Ah ne, Jaejoong Hyung bilang putranya yang
bernama Jaeho akan menampilkan permainan piano saat malam festival” Celetuk
Junsu.
DEG.
Yoochun menatap
tajam mata sipit Changmin yang membulat.
Seolah
membenarkan maksud dari tatapan namja berwajah kekanakan itu.
“Ia gila!” Desis Kyuhyun melotot.
Namja evil itu
segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.
-------
Suasana sekolah
elit itu terlihat sangat meriah malam ini.
Ratusan murid,
orang tua, dan para pejabat serta musisi hadir disana.
Oh well.
Festival musik
menjelang Natal hm?
“Setelah ini giliranmu, ottokhe?” Tanya
Jaejoong menepuk bahu putranya.
Jaeho tersenyum
manis ia mengacungkan jempolnya.
“Ibu Peri selalu menemani anak baik ne Umma?
Jaejae anak baik selama seminggu ini~” Ujarnya lucu.
Membuat Jaejoong
terkekeh geli.
“Junhon?”
Uh.
Namja cherry itu
masih tetap mempoutkan bibir cherrynya.
Ia iri karena
tidak bisa tampil bersama namja almond itu.
“Umma janji kita akan makan es krim sepuasnya
setelah acara ini nee? Kka, beri semangat untuk Hyungmu” Bujuk Jaejoong lembut.
Junhon melirik
Hyungnya.
Jaeho menaikkan
alisnya dan merentangkan tangannya.
Namja cherry itu
segera memeluk erat Hyungnya.
“Semoga sukses, Hyung” Lirihnya berbisik.
Jaeho
mengangguk.
Ia terkekeh
kecil.
“Umma akan berbicara dengan wali kelas kalian
sebentar nee? Tunggu disini ara?”
Jaeho dan Junhon
mengangguk kompak.
Menatap Jaejoong
yang sudah beranjak dari sana.
“Ah! Ahjusi!”
Namja tampan
yang sedang berbincang dengan para musisi terkenal itu menolehkan wajahnya.
Menaikkan alis
menatap Jaeho dan Junhon yang memanggilnya.
Ia tersenyum dan
segera berjongkok di hadapan mereka.
“Ahjusi sangat tampan!” Jerit Junhon gemas.
Yunho tertawa
kecil.
“Kenapa Ahjusi bisa ada disini? Ahjusi tahu
kalau Jaejae akan tampil ania?” Tanya Jaeho tersenyum lebar.
Eoh?
Yunho
mengerjapkan mata musangnya.
Tampil?
Omo,
jangan-jangan, murid beasiswa yang terpilih dari Jepang itu adalah namja almond
ini hm?
“Nee, kau benar, berikan penampilan yang
terbaik nee” Ujar Yunho mengusap rambut namja almond itu.
Jaeho
mengacungkan ibu jarinya.
Seorang staff
memanggil namja almond itu untuk segera bersiap.
Jaeho
melangkahkan kakinya beranjak.
Namun belum
beberapa langkah ia bergerak, Yunho yang sempat tertegun sontak memanggil
namanya.
Membuat Jaeho
berbalik.
“Ada yang ingin Ahjusi tanyakan” Ujar Yunho
pelan.
Junhon
mengerutkan dahinya.
“Siapa nama kalian?”
Eoh?
Jaeho dan Junhon
saling terkekeh satu sama lain.
“Namaku Jung Jaeho, ini adik kembarku, Jung
Junhon”
DEG.
Mata musang
Yunho membulat sempurna.
Apa?
Jung?
“Jaeho” Panggilnya sebelum namja almond itu
beranjak.
Eum?
Jaeho menoleh
dan tersenyum manis.
“Siapa nama Appa kalian?”
Jaeho
mengerutkan dahinya.
Menatap adiknya
yang terlihat kaget.
“Ahjusi mengingkari janji” Ujar Junhon
berdesis.
Namja tampan itu
menoleh menatap Junhon, namun ia berusaha untuk acuh.
Junhon terlihat
kecewa padanya.
Jaeho yang
menyadari perubahan raut wajah adiknya segera tersenyum manis.
“Gwenchana Hon ah, Hyung percaya pada Ahjusi”
Ujarnya.
Eh?
Junhon segera
mengangkat wajahnya.
Aish, ia pikir
namja almond itu akan marah padanya.
“Jung Jaeho!”
Nama Jaeho
dipanggil untuk yang kedua kalinya.
Namja almond itu
segera mengangguk, kemudian ia berbalik menatap Yunho dan berucap kompak dengan
adiknya.
“Jung Yunho, itu nama Appa kami”
DEG.
Mata musang
Yunho mengerjap.
Jaeho sudah
berjalan meninggalkannya, sementara Junhon berlari menuju Ummanya saat mata
beningnya menangkap bayang namja cantik itu.
Hanya Yunho yang
masih berdiam di tempat.
Mencerna
baik-baik kalimat namja kembar itu tadi.
[ “Siapa
itu?” ]
DEG.
[ “Anakku”
]
DEG.
[ “Kau sudah memiliki anak heh? Ternyata 7
tahun kita berpisah membuat satu kemajuan besar ania?” ]
DEG.
[ “Bukankah itu hal wajar? Tidak mungkin aku
hanya mengandung selama 7 tahun tanpa melahirkan ania? Waktu terus berputar,
tuan Jung” ]
DEG.
Yunho tersentak kaget.
Mata musangnya mengerjap saat ia menatap Jaejoong yang
sedang berbicara dengan Junhon di sana.
Jantungnya berdebar kencang.
Gosh.
Kalau begitu, selama ini namja berwajah sama yang
selalu berada didekatnya adalah putranya sendiri?
Dan..Jaejoong tidak pernah menikah?
Benarkah?
“Jaejoongie!!”
Panggil Yunho seraya mendekati namja cantik itu.
Ia butuh penjelasan sekarang juga.
Para undangan sudah duduk di kursi masing-masing.
Jaeho mulai menekan tuts-tuts piano dan memainkan
musik klasik yang indah.
“Boojae!”
Teriak Yunho di tengah keheningan.
Jaejoong sontak menolehkan wajahnya.
Mata beningnya membulat.
Menatap Yunho yang sedang berjalan cepat ke arahnya.
TING~
BRUAKK!!
“KKKKYYYYYYAAAAAAAA!!!”
Suara teriakan terdengar membahana setelah terdengar
suara pecahan dan sesuatu yang jatuh membentur tengah panggung.
Suara piano mendadak lenyap.
Junhon menoleh ke panggung dan berteriak lantang.
Sementara Jaejoong dan Yunho menoleh kompak ke arah panggung.
Mata mereka membesar.
Menatap dua lampu sorot yang jatuh tepat di atas
Jaeho.
Namja almond itu terjatuh ke lantai panggung dengan
punggung yang berlumuran darah.
Kedua mata musangnya terpejam.
Yunho terpaku.
[ “Uri Appa adalah namja yang sangat jahat”
]
[ “Hon tidak pernah melihat Appa sejak lahir,
Umma bilang Appa bekerja di luar negeri” ]
[ “Hon sering melihat Umma menangis, Umma
pernah bilang, kalau Appa pergi darinya, Appa meninggalkan kami” ]
Gosh..
No..
[ “Hon benci Appa, Hyung juga benci Appa” ]
TBC.
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar