This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 01 Januari 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MEMORIES/PART 4



  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?

.
.
.

  Aku memilih untuk lari..


PART 4.


  “Dengar Umma, sayang? Jangan kemana-mana arachi? Umma akan mengantar Jaejae Hyung ke sekolah sekarang”

  “Tidak adil~! Kenapa Cuma Hyung yang tampil di festival musik?”

  “Aigoo, Umma juga tidak tahu sayang, hmm, mungkin saja karena Honchan masih butuh latihan lebih ania?”

  “Tapi kami lulus bersama Ummaaaaa~!”

Hmp.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut rambut cokelat Junhon dan mengecup dahinya.

  “Ada pudding di kulkas kalau Hon lapar, ne?”

Junhon mencebilkan bibir cherrynya kesal.
Ia menatap iri ke arah Jaeho yang sedang mengenakan jaketnya.

Jaejoong sudah beranjak menuju lift.

  “Hyung pergi ne Hon?” Bisik Jaeho tersenyum kecil.

Ia mengecup lembut bibir cherry Junhon yang manis.
Membuat rona merah menyemburat di pipi namja cherry itu.

  “Ung..” Gumamnya nyaris tidak terdengar.

  “Jangan seperti ini nee? Musik yang Hyung mainkan nanti khusus untukmu, Honchan, arrata?” Bisik Jaeho menepuk kepala adik kembarnya.

Wajah Junhon terlihat merah padam sekarang.
Ia memeluk erat Hyungnya dan menyurukkan wajahnya di leher namja almond itu.

  “Mungkin Umma benar, Hon masih perlu latihan lagi” Ujarnya.

Jaeho tersenyum simpul.
Ia balas memeluk adiknya dan mengecup lembut dahinya.
Kemudian ia berlari menyusul Jaejoong yang sudah menunggu di luar.

Hufff.

Junhon menghela nafasnya.
Ia menutup pintu dan beranjak duduk di atas sofa, melanjutkan tontonan anime Detektif Conan itu.


KRUYUUKK~


Eoh?

Junhon menundukkan wajahnya.
Mempoutkan bibir cherrynya memandang perutnya yang berbunyi.
Ia lapar.
Namja cherry itu melompat dari sofa.
Berlari menuju dapur dan memanjat kursi dapur yang bertangga itu.

Kemudian ia membuka pintu kulkas.

Aish.

Hanya ada pudding dan sandwich yang harus di hangatkan disana.
Ia tidak bisa menggunakan oven.

Ottokhe?

Apa sebaiknya beli makanan saja diluar ya?

Lama Junhon berdiam di dapur.
Sampai kemudian ia menghembuskan nafas kencang dan berlari memasuki kamarnya mengambil lembaran uang yang ada di lemari bajunya.
Uang saku simpanan hm?

  “Umma bilang tidak boleh membiarkan perut kosong, nanti bisa sakit maag seperti Appa” Gumamnya seraya berlari menuju pintu apertement.

Eh?

Junhon tertegun.
Matanya mengerjap lucu.
Barusan ia mengingat tentang Appanya.

Omo, bukankah seharusnya tidak boleh?

Jaeho akan marah kalau ia tahu tentang hal ini.


DRAP DRAP DRAP!


Para penghuni apertement saling tersenyum ramah ketika namja cherry itu lewat.
Junhon balas melambaikan tangan mungilnya dan menuju supermarket yang searah dengan apertement mewah itu.


SRET!


Pintu kaca itu terbuka otomatis ketika Junhon melangkah masuk.
Ia langsung diterpa penghangat ruangan yang nyaman.
Well, bukankah diluar sedang musim dingin?

  “Adik kecil mau beli apa?”

Junhon mendongakkan wajahnya.
Ia menatap pegawai supermarket yang ramah itu.

  “Hon mau nasi kepal” Ucapnya polos.

  “Eoh? Disini tidak ada nasi kepal, bagaimana kalau permen?” Tawar pegawai itu.

Junhon mengerutkan dahinya.
Ia menolehkan wajahnya memperhatikan isi supermarket itu.

Kalau di Jepang dulu, ada rak khusus nasi kepal dan bento sekali habis di dekat kasir.
Tapi sepertinya disini tidak ada.
Aigoo.

  “Ahjusi?”

Yunho yang sedang membayar roti sandwichnya menoleh ke belakang.
Menaikkan alisnya menatap Junhon yang sedang berkedip lucu disana.
Omo.

  “Kau sendirian? Mana Hyungmu? Apa kau tersesat?” Tanya Yunho seraya menyamakan tinggi badannya dengan namja cherry itu.

Junhon menggeleng.

  “Hon lapar, Umma sedang pergi bersama Hyung” Ujarnya polos.

  “Mwo? Bukankah seharusnya kau tidak keluar rumah kalau tidak ada orang ania?” Tanya Yunho lagi.

  “Hon mau nasi kepal, di rumah Cuma ada roti sama pudding, disini juga tidak ada”

Yunho menghela nafasnya.
Aigoo.
Ia mengacak rambut Junhon dan tersenyum kecil.

  “Kka, Ahjusi akan membawamu ke restoran Jepang, tapi sebelumnya beritahu Ahjusi dimana rumahmu”

  “Hontouni? *benarkah?* Yattaaa~! Rumah Hon dekat sini kok, hehehe~ Kajja kajja!”

Aish.

Yunho tidak bisa menahan senyumnya.
Ia segera menggendong Junhon dan membawanya masuk ke dalam Audy metalic hitam klasik miliknya.

Namja tampan itu mengemudikan mobilnya menuju restoran Jepang terdekat.
Sesekali ia memandang Junhon yang berceloteh tidak jelas dalam bahasa Jepang.
Hm, sepertinya ia tidak asli sini ania?

  “Sudah sampai” Ujar Yunho pelan.

Junhon tersenyum manis dan membiarkan Yunho membukakan selfbelt-nya.

  “Apa kau pernah tinggal di Jepang?”

  “Ung, Hon lahir di sana, baru saja pindah ke sini”

  “Jeongmall?”

Junhon mengangguk.
Menggenggam tangan Yunho yang menuntunnya masuk ke dalam restoran itu.

Mereka segera memesan tempat dan duduk berhadapan.

  “Mohon menunggu pesanannya”

Yunho mengangguk.
Mengacuhkan pelayan yang beranjak menjauhi mereka setelah menanyakan pesanan.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Memandang wajah Junhon membuatnya teringat akan namja cantik itu.

Entah kenapa.

Mereka benar-benar mirip.
Rasanya seperti menatap replika mini dari Kim Jaejoong.

  “Ahjusi wae? Raut wajah Ahjusi terlihat sangat menyedihkan” Ucap Junhon mengerutkan dahinya.

  “Eh?” Gumam Yunho tertegun.

  “Sejak kemarin juga Umma memperlihatkan wajah seperti itu”

  “Hon ah, kau selalu menyebut-nyebut Ummamu, kenapa tidak pernah menceritakan tentang Appamu?”

Junhon terdiam.
Mata beningnya bergerak pelan.

  “Ahjusi bisa jaga rahasia ania? Jangan sampai Hyung tahu kalau Hon cerita, nanti Hyung marah”

  “Arasseo, Ahjusi janji”

Junhon menjulurkan jari kelingkingnya yang mungil.
Membuat Yunho merasa dejavu.
Dulu, kekasihnya juga selalu menuntut pinky promise ketika mereka melakukan ikatan janji.

Hmp.
 
  “Uri Appa adalah namja yang sangat jahat” Bisik Junhon pelan.

Seakan takut orang lain mendengarnya.
Yunho menaikkan alisnya.
Mendengar dengan baik setiap kalimat namja cherry itu.

  “Apakah Appa selalu memukul Umma?”  Tanya Yunho bingung.

Junhon menggeleng.

  “Ani, Hon tidak pernah melihat Appa sejak lahir, Umma bilang Appa bekerja di luar negeri”


DEG.


Yunho terdiam.

  “Lalu? Kenapa Appa bisa jahat?”

  “Hon sering melihat Umma menangis, Umma pernah bilang, kalau Appa pergi darinya, Appa meninggalkan kami”

  “…”

  “Hon benci Appa, Hyung juga benci Appa”

Namja tampan itu membuka mulutnya hendak bertanya, namun suaranya tenggelam ketika pelayan itu telah kembali dan meletakkan berbagai pesanan mereka di atas meja.
Yunho memandang Junhon yang terlihat sangat senang.

Kemudian ia menghela nafas dan memutuskan untuk ikut makan.


-------


Kepala sekolah DongBang Elementary School itu tersenyum ramah kepada seorang wanita yang sudah menunggunya sejak tadi.
Ia membungkukkan tubuhnya dan berjalan mendekat.

  “Tidak biasanya anda mengunjungi sekolah, Nyonya Jung”

  “Hm, aku hanya penasaran dengan festival musik yang diadakan sekolah ini”

  “Presdir Jung yang mengatur semuanya, festival kali ini bertepatan dengan kontes piano seluruh sekolah”

  “Ah, jeongmall?”

Kepala sekolah itu mengangguk.
Ia masih tersenyum ramah.

Sama sekali tidak menaruh curiga terhadap yeoja berbibir tipis itu.

  “Aku ingin melihat-lihat, bolehkah?”

  “Tentu! Tentu saja, silahkan, tapi maaf, aku tidak bisa menemani anda, ada wali murid yang harus kutemui”

Jung Yorin mengangguk pasti.
Ia tersenyum dan berjalan menuju aula sekolah yang luas itu.
Mendongakkan wajah menatap lampu-lampu yang berjejer disana.
Pohon Natal yang sangat besar diletakkan di sudut panggung.

Ada sebuah piano hitam di tengah panggung.


TAP TAP TAP.


Yeoja cantik itu melangkahkan kakinya.
Mencari seseorang yang dikenal olehnya.
Kemudian ia berjalan mendekat.

  “Ini fotonya” Bisik yeoja itu pelan.

Namja yang mengenakan seragam teknisi itu meraih potret itu.
Ia membenarkan posisi topinya yang berwarna hitam.
Menatap potret seorang anak lelaki yang berambut almond.

  “Ia akan memainkan piano saat festival berlangsung, aku ingin kau menjatuhkan dua-tiga lampu sorot tepat ke arahnya”

Hmp.

Namja itu menyeringai pasti.
Ia menatap tajam mata musang namja almond itu.

  “Tentu, asal bayarannya setimpal”

  “Masalah itu kau tidak perlu khawatir, aku pasti akan menyerahkan uang yang kau minta setelah tugasmu selesai”

Namja itu mengangguk patuh.
Ia menyimpan foto itu di dalam kantung seragam teknisnya.
Mengacuhkan Jung Yorin yang berjalan menuju kursi para penonton.

Ia memejamkan matanya seraya tersenyum lembut.

Tidak disangka, Yunho yang tidak pernah meniduriku sekali pun selama 7 tahun telah melakukan hal itu padamu.

Ternyata kedua namja berwajah sama itu adalah putra Yunho hm?

Mengakses informasi mengenai dirimu sangat mudah, Kim Jaejoong.
Siapa yang tidak mengenal pemilik café elit terlaris di Jepang?

Oh well.

Dan aku sudah memperhitungkan semuanya.
Kau akan membawa putramu kembali ke Jepang setelah ia tertimpa lampu-lampu sorot itu.
Dan kembali menghilang dari pandangan suamiku.


TAP TAP TAP.


Yeoja cantik itu berjalan meninggalkan aula.
Mengacuhkan sesosok namja cantik yang melangkah masuk ke dalam aula melalui pintu yang satunya.
Ia menatap kagum interior aula yang sudah dihias sedemikian rupa.

  “Umma! Jaejae akan memainkan piano disana!” Ujar Jaeho menunjuk panggung.

Namja cantik itu tersenyum simpul.
Ia mengangguk dan mengikuti Jaeho yang sudah berlari mendekati piano hitam itu.

  “Acaranya tidak lama lagi ania?”

  “Um, songsaenim sudah memberitahu”

  “Ah, sebaiknya kita kembali sekarang Jae ah, Hon pasti lapar”

Jaeho mengangguk.
Ia melompat dari kursi itu dan berlari mengejar Jaejoong.
Membuat namja cantik itu terkekeh geli.

Mereka melangkah keluar aula.

Tanpa menyadari sesosok namja berpakaian teknisi yang menyeringai disana.
Oh well.
Ia kembali memasukkan potret Jaeho ke dalam sakunya setelah meyakinkan wajah namja itu.


-------


  “Ahjusi terima kasih nee, makan siangnya menyenangkan sekali~!”

  “Nee, berhati-hatilah di jalan”

  “Ah, ne~ Ahjusi, rumah Hon disana”


DEG.


Mata musang Yunho mengerjap pelan.
Memandang Junhon yang sudah berlari memasuki wilayah apertement mewah itu.

Oh gosh.

Bukankah itu tempat tinggal Jaejoong?

Perasaan Yunho mulai tidak enak.
Ia menggelengkan kepalanya mencoba mengusir berbagai pemikiran yang merasuki kepalanya.
Tidak.
Mungkin saja namja kembar itu adalah anak dari pasangan yang menempati salah satu kamar di apertement mewah itu ania?
Bukankah apertement berlantai 25 itu memiliki jumlah kamar yang sangat banyak?

Yunho menghela nafas.
Ia memijat pelipisnya dan segera mengemudikan mobilnya dari sana.

Sementara itu, Jaejoong dan Jaeho hendak memasuki lift menuju kamar mereka.
Namun keduanya menaikkan alis menatap Junhon yang berteriak memanggil keduanya dan berlari memasuki lift.


TING~


Pintu lift itu tertutup otomatis.
Junhon menumpu lututnya.
Ia menarik nafas panjang.

  “Hon? Kau dari mana? Bukankah sudah Umma peringatkan jangan keluar rumah?” Tanya Jaejoong berlutut di hadapan namja cherry itu.

Junhon tersenyum manis.
Ia menyeka dahinya.

  “Hon lapar, Hon pergi ke supermarket, tapi tidak ada nasi kepal disana, terus Hon ketemu Ahjusi tampan” Ujar Junhon.

  “Jeongmall?” Tanya Jaeho terlihat antusias.

Junhon mengangguk.
Ia memperlihatkan deretan gigi susunya yang rapi.

  “Ahjusi tampan mentraktir Hon makan siang di restoran Jepang~”

  “Huaaaa~! Curang! Hyung juga mau!”

  “Hehehehe, Hon makan banyak sushi tadi~”

  “YA!!”


DEG.


Kedua namja berwajah sama itu saling terdiam satu sama lain.
Menatap bingung Jaejoong yang terlihat kesal.
Raut wajahnya mulai keruh.

  “Dengarkan Umma, arraseo? Mulai sekarang jangan pernah menyebut-nyebut Ahjusi itu lagi! Ia pasti berniat buruk! Kalau kalian melihatnya lagi segera lari dan jangan hampiri ia!”

  “Tapi Umma---”

  Wakatta ne?! *mengerti?!*”

Uh.

Namja kembar itu saling menatap satu sama lain.
Mereka menghela nafas pendek.
Kemudian menganggukkan wajah kompak.


-------


  “Minkyu ah~!”

Shim Changmin tersenyum kecil memandang Sooji dan Yoosu yang memanggil putranya.
Namja Lollipop itu segera berlari menuju teman-temannya.
Meninggalkan Changmin dan Kyuhyun yang duduk di sofa.

  “Mereka terlihat semakin akrab” Ujar Changmin terkekeh.

Yoochun ikut tertawa kecil.
Sementara Junsu sedang menyiapkan minuman di dalam dapur.

  “Kau bilang ada yang ingin dibicarakan ania? Ige mwoya?” Tanya Kyuhyun penasaran.

  “YAA! Jangan mulai tanpa akuuu!” Jerit Junsu dari dapur.

Eoh?

Ketiga namja itu tertawa satu sama lain.
Aish.
Dasar bebek.


TAP TAP TAP.


  “Ceritakan” Ujar Changmin setelah Junsu meletakkan empat cangkir teh di atas meja.

  “Ini mengenai Hyung Iparmu” Ujar Yoochun pelan.

Eoh?

  “Wae?”

  “Kau tahu kan, alasan kenapa rumah tangganya dengan sepupumu yang bernama Yorin itu tidak pernah terdengar baik-baik saja?”

  “Well, kurasa semua orang tahu akan hal itu”

  “Yunho masih mencintai mantan kekasihnya”

  “Dan mantan kekasihnya itu sedang berada di Seoul sekarang”

Yoochun dan Junsu saling menaikkan alis mereka.

  “Kau sudah tahu?”

  “Beberapa hari yang lalu Nuna mengunjungiku dan menceritakan semuanya”

  “Lalu?”

  “Um, yeah, ia---”

  “Ia meminta bantuan suamiku untuk melenyapkan mantan kekasih Yunho itu”

MWO?

Yoochun dan Junsu sontak menatap Kyuhyun.
Namja evil itu mendengus tidak senang.

  “Tentu saja aku langsung menolak tegas! Bagaimana bisa ia melibatkan keluargaku ke dalam hal seperti itu eoh? Kalau Yunho tidak menyukainya itu masalahnya! Tuhan sudah memberikan waktu cukup lama untuknya!” Ketus namja evil itu.

Hening.
Mereka semua saling bertatapan satu sama lain.

  “Semalam Nuna menghubungiku, dan ia bilang, kami harus datang ke acara festival sekolahnya Minkyu, akan ada sesuatu yang menarik disana” Lanjut Changmin pelan.

Yoochun membulatkan mata sipitnya.

  “Kau tidak berpikir? Menurutmu apa yang akan begitu menarik sehingga ia memberitahumu?”

Kyuhyun mengerutkan dahinya.

  “Ah ne, Jaejoong Hyung bilang putranya yang bernama Jaeho akan menampilkan permainan piano saat malam festival” Celetuk Junsu.


DEG.


Yoochun menatap tajam mata sipit Changmin yang membulat.
Seolah membenarkan maksud dari tatapan namja berwajah kekanakan itu.

  “Ia gila!” Desis Kyuhyun melotot.

Namja evil itu segera meraih ponselnya dan menghubungi seseorang.


-------


Suasana sekolah elit itu terlihat sangat meriah malam ini.
Ratusan murid, orang tua, dan para pejabat serta musisi hadir disana.
Oh well.
Festival musik menjelang Natal hm?

  “Setelah ini giliranmu, ottokhe?” Tanya Jaejoong menepuk bahu putranya.

Jaeho tersenyum manis ia mengacungkan jempolnya.

  “Ibu Peri selalu menemani anak baik ne Umma? Jaejae anak baik selama seminggu ini~” Ujarnya lucu.

Membuat Jaejoong terkekeh geli.

  “Junhon?”

Uh.
Namja cherry itu masih tetap mempoutkan bibir cherrynya.
Ia iri karena tidak bisa tampil bersama namja almond itu.

  “Umma janji kita akan makan es krim sepuasnya setelah acara ini nee? Kka, beri semangat untuk Hyungmu” Bujuk Jaejoong lembut.

Junhon melirik Hyungnya.
Jaeho menaikkan alisnya dan merentangkan tangannya.
Namja cherry itu segera memeluk erat Hyungnya.

  “Semoga sukses, Hyung” Lirihnya berbisik.

Jaeho mengangguk.
Ia terkekeh kecil.

  “Umma akan berbicara dengan wali kelas kalian sebentar nee? Tunggu disini ara?”

Jaeho dan Junhon mengangguk kompak.
Menatap Jaejoong yang sudah beranjak dari sana.

  “Ah! Ahjusi!”

Namja tampan yang sedang berbincang dengan para musisi terkenal itu menolehkan wajahnya.
Menaikkan alis menatap Jaeho dan Junhon yang memanggilnya.
Ia tersenyum dan segera berjongkok di hadapan mereka.

  “Ahjusi sangat tampan!” Jerit Junhon gemas.

Yunho tertawa kecil.

  “Kenapa Ahjusi bisa ada disini? Ahjusi tahu kalau Jaejae akan tampil ania?” Tanya Jaeho tersenyum lebar.

Eoh?
Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Tampil?
Omo, jangan-jangan, murid beasiswa yang terpilih dari Jepang itu adalah namja almond ini hm?

  “Nee, kau benar, berikan penampilan yang terbaik nee” Ujar Yunho mengusap rambut namja almond itu.

Jaeho mengacungkan ibu jarinya.
Seorang staff memanggil namja almond itu untuk segera bersiap.
Jaeho melangkahkan kakinya beranjak.
Namun belum beberapa langkah ia bergerak, Yunho yang sempat tertegun sontak memanggil namanya.
Membuat Jaeho berbalik.

  “Ada yang ingin Ahjusi tanyakan” Ujar Yunho pelan.

Junhon mengerutkan dahinya.

  “Siapa nama kalian?”

Eoh?

Jaeho dan Junhon saling terkekeh satu sama lain.

  “Namaku Jung Jaeho, ini adik kembarku, Jung Junhon”


DEG.


Mata musang Yunho membulat sempurna.
Apa?
Jung?

  “Jaeho” Panggilnya sebelum namja almond itu beranjak.

Eum?
Jaeho menoleh dan tersenyum manis.

  “Siapa nama Appa kalian?”

Jaeho mengerutkan dahinya.
Menatap adiknya yang terlihat kaget.

  “Ahjusi mengingkari janji” Ujar Junhon berdesis.

Namja tampan itu menoleh menatap Junhon, namun ia berusaha untuk acuh.
Junhon terlihat kecewa padanya.
Jaeho yang menyadari perubahan raut wajah adiknya segera tersenyum manis.

  “Gwenchana Hon ah, Hyung percaya pada Ahjusi” Ujarnya.

Eh?
Junhon segera mengangkat wajahnya.
Aish, ia pikir namja almond itu akan marah padanya.
 
  “Jung Jaeho!”

Nama Jaeho dipanggil untuk yang kedua kalinya.
Namja almond itu segera mengangguk, kemudian ia berbalik menatap Yunho dan berucap kompak dengan adiknya.

  “Jung Yunho, itu nama Appa kami”


DEG.


Mata musang Yunho mengerjap.
Jaeho sudah berjalan meninggalkannya, sementara Junhon berlari menuju Ummanya saat mata beningnya menangkap bayang namja cantik itu.

Hanya Yunho yang masih berdiam di tempat.
Mencerna baik-baik kalimat namja kembar itu tadi.

  [ “Siapa itu?” ]

DEG.

  [ “Anakku” ]

DEG.
 
  [ “Kau sudah memiliki anak heh? Ternyata 7 tahun kita berpisah membuat satu kemajuan besar ania?” ]

DEG.

  [ “Bukankah itu hal wajar? Tidak mungkin aku hanya mengandung selama 7 tahun tanpa melahirkan ania? Waktu terus berputar, tuan Jung” ]

DEG.

Yunho tersentak kaget.
Mata musangnya mengerjap saat ia menatap Jaejoong yang sedang berbicara dengan Junhon di sana.
Jantungnya berdebar kencang.

Gosh.

Kalau begitu, selama ini namja berwajah sama yang selalu berada didekatnya adalah putranya sendiri?
Dan..Jaejoong tidak pernah menikah?
Benarkah?

  “Jaejoongie!!” Panggil Yunho seraya mendekati namja cantik itu.

Ia butuh penjelasan sekarang juga.
Para undangan sudah duduk di kursi masing-masing.
Jaeho mulai menekan tuts-tuts piano dan memainkan musik klasik yang indah.

  “Boojae!” Teriak Yunho di tengah keheningan.

Jaejoong sontak menolehkan wajahnya.
Mata beningnya membulat.
Menatap Yunho yang sedang berjalan cepat ke arahnya.


TING~


BRUAKK!!


  “KKKKYYYYYYAAAAAAAA!!!”

Suara teriakan terdengar membahana setelah terdengar suara pecahan dan sesuatu yang jatuh membentur tengah panggung.
Suara piano mendadak lenyap.

Junhon menoleh ke panggung dan berteriak lantang.
Sementara Jaejoong dan Yunho menoleh kompak  ke arah panggung.

Mata mereka membesar.
Menatap dua lampu sorot yang jatuh tepat di atas Jaeho.
Namja almond itu terjatuh ke lantai panggung dengan punggung yang berlumuran darah.

Kedua mata musangnya terpejam.

Yunho terpaku.

  [ “Uri Appa adalah namja yang sangat jahat” ]

  [ “Hon tidak pernah melihat Appa sejak lahir, Umma bilang Appa bekerja di luar negeri” ]

  [ “Hon sering melihat Umma menangis, Umma pernah bilang, kalau Appa pergi darinya, Appa meninggalkan kami” ]

Gosh..

No..

  [ “Hon benci Appa, Hyung juga benci Appa” ]


TBC.

:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar