“Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan
terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?”
.
.
.
“Aku memilih untuk lari..”
PART 3.
“Yoosu lebih
tua setahun dari kalian arasseo? Panggil ia Hyung” Ujar Junsu tersenyum manis.
“Neee”
Namja kembar itu mengangguk patuh.
Mereka segera menghampiri Yoosu yang sudah berjalan
menaiki tangga menuju kamarnya.
Meninggalkan Jaejoong, Junsu dan Yoochun yang duduk di
sofa.
“Sudah lama
sekali tidak melihatmu, Hyung” Ujar Yoochun tersenyum.
Jaejoong balas tersenyum.
Ia menyesap teh madunya.
Sementara Junsu membuka tutup mangkuk-mangkuk berisi
cemilan.
Ah, ruangan ini mulai dipenuhi pernak-pernik Natal.
“Bagaimana
kabarmu?” Tanya Yoochun lagi.
“Well, seperti
yang kau lihat” Sahut Jaejoong.
Hmp.
Junsu tersenyum manis.
“Hyung, kau
sudah mendengar dari Junsu ania? Kalau Yunho---”
“Hentikan”
DEG.
Yoochun dan Junsu tertegun satu sama lain.
Mereka menatap Jaejoong yang mengeraskan raut
wajahnya.
Ada secercah luka di sana.
“Kumohon,
bisakah kalian berhenti membahas segala hal tentangnya?” Lirih Jaejoong
berbisik.
“Tapi Hyung,
cerita sebenarnya---”
“Aku tidak
peduli, satu-satunya yang kupedulikan adalah bagaimana cara ia berhasil
membuatku hancur saat itu”
“Kau
seharusnya memiliki sebuah kesempatan Hyung”
Heh.
Jaejoong tersenyum remeh.
Menatap Yoochun yang mulai terlihat sok tahu di
matanya.
“Kesempatan
apa Chun ah? Tidak ada kesempatan apa pun..Segala yang kumiliki hancur lebur
sudah..”
“Tapi ia benar-benar
menyesal, ia bahkan mencari keberadaanmu selama ini”
“…”
“Hyung”
SSRAK!
“Joongie
Hyung!” Panggil Junsu.
Jaejoong balas memandang adiknya.
Namun ia tidak menanggapi panggilan itu.
“Kudengar kau
membeli lemari dari China, Junchan? Boleh aku melihatnya?”
Aish.
Yoochun menghela nafasnya.
Ia melirik Junsu yang mengangguk pasrah.
Well, setidaknya mereka mencoba untuk membantu ania?
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi 8 tahun
yang lalu.
“Namaku Shim
Minkyu” Ucap namja berwajah evil itu.
Junhon mengerjapkan matanya.
“Boleh aku
minta Lollipopmu?” Balasnya bertanya.
Eoh?
Namja Lollipop itu mengerutkan dahinya.
Ia mendongak melirik Yoosu yang duduk di sampingnya.
Namja cassanova itu
tersenyum.
Minkyu mendesah pendek dan menyerahkan sebatang permen
kepada Junhon.
Namja cherry itu terkekeh senang.
“Hyung, kau
membaca buku bisnis? Tidakkah masih terlalu cepat?” Tanya Jaeho yang sedang
menelusuri rak buku Yoosu.
Namja cassanova itu
menoleh.
Ia menaikkan alisnya dan tersenyum seraya mendekati
namja almond itu.
“Kalau merasa
tertarik, kenapa harus menunggu lama? Lagi pula aku memang akan mewarisi
perusahaan Appaku” Ujarnya santai.
Omo.
Jaeho mengerjapkan matanya.
“Kau mau
pinjam?” Tanya Yoosu tersenyum.
Jaeho mendongakkan wajahnya.
Dahinya mengerut.
“Well, tapi
untuk apa? Sepertinya aku akan mendapatkan café milik Umma nantinya”
“Kau bisa
membangun perusahaanmu sendiri kalau ingin”
Mata musang Jaeho terlihat bersinar-sinar.
Ia mencengkram buku bisnis itu dan mengangguk.
“Kau benar”
“Apa kau sudah
bisa membaca hangul?”
“Masih tahap
belajar, Hyung, untukku hiragana lebih mudah”
“Tentu saja,
kau hidup di Jepang”
Namja almond itu terkekeh geli.
Ia beranjak duduk di atas ranjang Yoosu.
“Aku bosan,
kita main perang-perangan otte?” Ujar Minkyu jengah.
Jaeho dan Junhon membulatkan mata mereka.
Oh yes, tentu saja, itu permainan favorit keduanya.
CKLEK!
“Aku jadi
putrinyaa~!”
Jaeho dan Junhon sontak menoleh ke arah pintu.
Kemudian mereka tertegun.
Jaeho membulatkan matanya.
“YA! Kenapa
kau bisa ada disini eoh?!” Jerit namja almond itu kaget.
Yeoja ikal bernama Park Sooji itu mendecih.
Ia menutup pintu dengan pelan.
“Memangnya
kenapa? Ini kan rumahku” Sahutnya ketus.
Jaeho terdiam.
Menatap Yoosu yang memeluk adik kecilnya.
“Oppa! Jangan
peluk-peluukk~! Ish!”
Namja cassanova itu
terkekeh geli.
Ia segera membuka kotak mainannya yang ada di sudut
kamar dan mengambil satu pedang.
Jaeho dan Junhon beranjak membuka tas mereka.
Untung saja keduanya membawa pedang bercahaya warna
warni itu.
“Aku jadi musuh!”
Ujar Minkyu seraya mengacungkan pedangnya.
“Kami
pangeran!” Jerit Jaeho dan Junhon kompak.
“Kalau begitu
aku jenderal perang” Sahut Yoosu menghidupkan lampu di pedangnya.
Sooji mengerutkan dahinya.
Menatap ketiga namja yang seakan membuang perannya
disini.
Jaeho menoleh.
Ia menoyor dahi yeoja kecil itu dengan ujung pedang
mainannya.
“Kau jadi
rakyat jelata!” Ujarnya.
Yeoja ikal itu memperlihatkan ekspresi tidak suka, ia
baru saja membuka mulutnya untuk menyahut, namun Yoosu sudah lebih dulu
memotong.
“Kau jadi princess-ku, sayang, kka, ambil
mahkotamu” Ucapnya.
Park Sooji tersenyum manis.
Ia segera berlari menuju kamarnya dan membongkar
keranjang mainannya yang besar.
Mencari mahkota mainan dan tongkat berbentuk bintang.
-------
“Kau mau
kemana?”
Jung Yorin menoleh.
Menatap Yunho yang sedang membaca di sofa.
Yeoja cantik itu menunduk memperhatikan kantung
kertasnya.
“Aku akan
mengantarkan ini, waeyo?” Tanya Yorin menaikkan alisnya.
Yunho terdiam sejenak.
Terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu.
Namun kemudian ia beranjak dari duduknya.
“Berikan
alamatnya, biar aku saja yang mengantar”
“E-eh?”
“Kebetulan aku
mau keluar, kka, kau siapkan makan siang saja”
Jung Yorin terdiam di tempat.
Mata sipitnya bergerak pelan.
Memikirkan kenapa mendadak Yunho menawarkan bantuan
padahal selama ini namja tampan itu bersikap acuh.
“Yunho ah, kau
tahu siapa pemilik baju ini?” Tanya Yorin memastikan.
Hum?
Yunho mengangkat bahunya.
Ia sudah meraih kunci mobilnya.
“Aku hanya
bosan karena pekerjaan di kantor sudah selesai, lagi pula aku harus menemui
kepala sekolah itu untuk memastikan akan berlangsungnya festival musik sekolah
menjelang Natal”
Ah.
Yorin mengangguk pelan.
Ia menyerahkan bungkusan itu kepada Yunho.
Kemudian memperhatikan secarik kertas yang berisi
alamat namja cantik itu.
Yorin merasa ragu.
Matanya bergerak gelisah.
Takut.
Ia takut Yunho akan berubah kalau ia tahu siapa yang
memiliki pakaian itu.
Gosh.
Yorin tidak ingin Yunho kembali berpaling.
7 tahun, 7 tahun mereka hidup bersama, tidakkah
seharusnya Tuhan memberikannya waktu sedikit lagi?
Agar Yunho bisa melupakan cinta pertamanya dan melihat
ke arahnya?
“Kemana
pakaian ini harus kuantar?”
DEG!
Yorin tersentak kaget.
Matanya mengerjap dalam sekejap.
Jemarinya terlihat bergetar pelan.
Ia menyerahkan kertas mungil itu.
Yunho meraih potongan kertas itu.
Namun kemudian ia tertegun.
Mata musangnya mengerjap tidak percaya.
Tulisan ini..
Bukankah..
“Pulang cepat
ne Yun?” Bisik Yorin pelan.
Yunho mengangkat wajahnya.
Ia tersenyum kecil dan segera beranjak meninggalkan
rumah.
Dadanya berdebar-debar.
Perutnya terasa sakit.
Gosh.
Jeongmall.
Ia tidak mungkin salah.
Walaupun terpisah selama 7 tahun lebih, ia tetap tidak
akan mungkin bisa melupakan tulisan itu.
Melupakan segala hal yang berkaitan dengan namja
cantik itu.
Yunho menundukkan wajahnya.
Memandang sweater
yang ada di dalam kantung kertas.
“Benarkah itu
kau?” Bisiknya lirih.
Nyaris tidak terdengar.
Mobil Audy
metalic hitam klasik itu terlihat mengebut di jalanan.
Seolah tidak sabar lagi ingin menatap wajah sang
pemilik baju.
Keringat dingin menetesi pelipis Yunho.
Berkali-kali ia membasahi bibirnya yang terasa kering.
Semoga saja ia benar..
Kalau itu benar..
Bisakah ia menyebutnya sebagai takdir?
Hmp.
Yunho mulai merasa dirinya konyol sekarang.
CKIIIITTT!
BLAMM!
Mobil itu berhenti di parkiran apertement mewah itu.
Namja tampan itu segera mengambil bungkusan kertas
berwarna cokelat yang tergeletak di dashboard
dan berjalan cepat memasuki apertement.
“Kamar nomor
9095?” Tanya Yunho kepada resepsionis.
Yeoja cantik itu tersenyum ramah.
Ia menyahut dengan lembut.
“Atas nama
tuan Kim Jaejoong ania? Lantai 12, silahkan”
DEG!
Jantung Yunho semakin berdebar kencang.
Seakan ingin lepas dari tempatnya.
Ia mengangguk dan tersenyum sumringah.
Kakinya melangkah cepat menuju lift.
Gosh, ia bahkan tidak bisa menunggu lebih lama.
Yang jelas ia akan segera memeluk namja cantik itu
ketika bertemu dengannya!
Memeluknya, dan memberitahukan kepadanya tentang
kejadian yang sebenarnya 7 tahun yang lalu.
TING!
DRAP DRAP DRAP!
Yunho menyeka pelipisnya.
Ia mengedarkan pandangannya mencari angka 9095 di
setiap pintu.
Kemudian langkahnya terhenti tepat di hadapan sebuah
pintu platinum yang berkilat itu.
Namja tampan itu menelan salivanya.
Jemarinya bergetar pelan ketika ia mencoba menekan bel
yang ada.
TING TONG!
Yunho memejamkan matanya.
Berusaha menenangkan hatinya yang gugup.
“Nee~
Nuguseyooo~?”
DEG!
Yunho terkesiap.
Mata musangnya sontak terbuka.
Mendengar suara anak kecil dari interkom itu.
Pikirannya mulai kalut.
Kenapa bisa ada suara anak-anak disana?
“Bi-bisa aku
bertemu dengan Kim Jaejoong?” Balasnya gugup.
Hening.
Terdengar suara kasak-kusuk dari balik interkom.
“Ungg~ Umma
sedang memasak~ Ada perlu apa yaa?”
“Aku—Ingin
mengembalikan pakaian miliknya yang kotor kemarin”
“AH~! Nee~
Tunggu sebentar~”
DEG DEG DEG.
Mata musang Yunho mengerjap beberapa kali.
Apakah Jaejoong sudah menikah?
Suara siapa itu?
CKLEK!
DEG!!
Mata bening itu membulat seketika ketika ia membuka
pintu dengan kasar dan menatap sosok tampan yang ada di hadapannya.
Jantungnya berdegup kencanng.
Jemarinya bergetar.
Emosinya berkecamuk.
Sementara namja tampan itu membulatkan kedua mata
musangnya sempurna.
Nafasnya tercekat.
Waktu seolah berhenti untuk mereka.
“Untuk apa kau
kesini?” Lirih Jaejoong bergetar.
Yunho tertegun.
Ia segera mengerjapkan matanya.
“Aku---”
“Belum puas
menyakiti perasaanku kah?”
“Mwo?”
“Apa salahku
padamu?”
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia hendak menyahut perkataan Jaejoong.
Namun sebuah suara yang terdengar dari dalam apertement
membuatnya mengurungkan niat.
“Ummmaaaaa~!
Supnya mendidih~! Ottokheee? Ratu Jamur yang jahat itu hampir berhasil memasuki
pancinyaa! Kami kehabisan serbuk sihir!”
DEG.
Yunho terdiam.
Mata musangnya menatap tajam mata bening Jaejoong yang
balas memandangnya.
“Siapa itu?”
Tanya Yunho memicingkan matanya.
Jaejoong menelan salivanya.
“Anakku”
Desisnya tajam.
Mata musang Yunho membulat.
Lama mereka saling terdiam.
Sampai kemudian ia tersenyum kecut dan memiringkan
wajahnya sedikit.
“Kau sudah
memiliki anak heh? Ternyata 7 tahun kita berpisah membuat satu kemajuan besar
ania?”
“Bukankah itu
hal wajar? Tidak mungkin aku hanya mengandung selama 7 tahun tanpa melahirkan
ania? Waktu terus berputar, tuan Jung”
GRT.
Yunho menggertakkan giginya marah.
Rahangnya mengeras.
Mata musangnya bergerak tajam.
SSRAK!
Jaejoong terkejut.
Yunho menyerahkan kantung kertas itu dengan kasar
kepadanya.
Membuatnya kewalahan.
“Kuharap
istriku tidak menyisakan sedikit pun noda coffee
di pakaianmu, Kim Jaejoong” Ujarnya berdesis.
DEG.
Mata bening Jaejoong membulat sempurna.
Bibir cherrynya terbuka tidak percaya.
Menatap Yunho yang sudah beranjak pergi dari
hadapannya.
Apa?
Apa?
Jaejoong merasakan kakinya lemas.
Ia terduduk di depan pintu platinum itu dengan bibir
yang bergetar pelan.
Mata beningnya yang terasa panas memandang sweater miliknya.
Hatinya berdenyut.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Perlahan ia terisak lirih tanpa suara.
Meneteskan air matanya pada sweater rajut itu.
“I—Istri?
Yeoja yang waktu itu adalah istrimu?” Bisiknya lirih.
Jaejoong merasakan hatinya semakin sakit.
Ia tidak mengerti.
Ia bingung.
Ia tidak tahu apa arti sakit ini.
Tidak.
Yang ia tahu adalah, rasa sakit ini sama persis dengan
rasa sakit 7 tahun yang lalu.
Hari dimana mimpi buruknya dimulai.
-------
BLAMM!
Pintu mobil itu terbanting kasar.
Yunho merasakan emosinya memuncak.
Deru nafasnya terdengar tidak beraturan.
Wajahnya terlihat memerah.
BRAKK!
“SHITT!!”
Namja tampan itu memukul keras stir berwarna hitam
itu.
Ia meremas rambut cokelatnya erat seraya menggeram
lirih.
Mata musangnya terasa panas.
Perlahan pipinya mulai basah.
Yunho menyipitkan matanya yang memburam.
“Anak? Kau
sudah memiliki seorang anak, BooJae ah?” Desis Yunho kecewa.
Hatinya hancur.
Rusak berkeping-keping.
Yunho sama sekali tidak menyangka kalau Jaejoong telah
melupakannya begitu saja.
Oh well.
Waktu itu memang salahnya karena ia meninggalkan
Jaejoong tanpa pemberitahuan.
Tapi, dua jam ketidakhadirannya di bandara incheon
waktu itu sama sekali tidak sebanding dengan apa yang di dapatkannya hari ini!!
Jaejoong sudah memiliki anak!
Ia melahirkan darah daging yang bukan miliknya!
Yunho merasa dirinya dikhianati.
Padahal ia telah menjaga perasaannya sebaik mungkin demi
namja cantik itu.
Mengacuhkan bisikan media massa mengenai rumah
tangganya.
“Fuck!” Maki
Yunho marah.
Ia mengusap wajahnya dan menahan nafasnya yang
memburu.
Jantungnya berdebar kencang dan kepalanya berdenyut.
Namja tampan itu tersenyum miris.
Sia-sia huh?
Penantiannya selama 7 tahun terakhir ini hanya
sia-sia.
Percuma.
SRET.
Yunho menyentuh dada kirinya.
Ia meringis.
Sepahit apa pun kenyataan yang telah membuka mataku beberapa waktu yang
lalu..
Tetap saja namamu masih terukir disini..
Shit!
Yunho menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil.
Ia menghela nafas panjang dan memejamkan mata
musangnya sejenak.
Berusaha mendapatkan secuil ketenangan.
Kemudian ia segera memutuskan untuk pergi menjauhi
apertement mewah itu.
-------
Shim Minkyu menghisap permen Lollipopnya sejak tadi.
Ia hanya berdiam diri di ambang pintu.
Mata sipitnya menatap Appanya yang sedang berbincang
dengan sepupunya yang cantik itu.
“Aku takut
Changmin ah..Hiks..Aku sangat takut..” Bisik Yorin lirih.
Namja berwajah kekanakan itu mengerutkan dahinya.
Ia melirik istrinya yang sedang berada di dapur
membuat minuman.
Kyuhyun mengangkat bahunya seolah memberitahu ia tidak
bisa membantu.
Aish.
“Nuna,
berhentilah menangis” Ujar Changmin pelan.
“Selama ini
aku berdiam diri karena aku tahu namja itu sudah pergi dari kehidupan
suamiku..Tapi ternyata ia kembali berada disini..Hiks..” Isak Yorin keras.
“Kenapa kau
tidak mencoba sejak dulu kalau begitu?”
“Aku mencoba!
Aku berusaha mengalihkan perhatian Yunho! Tapi ia tidak pernah bisa melupakan
namja itu..Hiks..Namja yang bernama Kim Jaejoong itu..”
“Aishh, aku
tidak tahu harus berkata apa, Nuna yah..”
“Changmin
ah..Menurutmu aku harus melakukan sesuatu yang lebih dari pada usaha sia-siaku
selama ini ania?”
Mwo?
Changmin membulatkan matanya.
Yorin menyeka air matanya.
Ia menatap serius mata sipit sepupunya itu.
“Sepertinya
aku harus melenyapkan namja cantik itu ne? Atau setidaknya, membuatnya kembali
menjauh dari kehidupan suamiku..Bagaimana menurutmu?”
DEG.
Changmin tidak menyahut.
Ia mendongak memandang Kyuhyun yang sudah meletakkan
tiga cangkir antik di atas meja.
Namja evil itu tersenyum kecil.
Ia duduk di samping Changmin.
DRAP DRAP DRAP!
Namja Lollipop itu berlari menuju Ummanya.
Ia duduk di pangkuan Kyuhyun dan membiarkan namja evil
itu mengusap lembut rambut hitamnya.
“Mianhae, Nuna
yah, tapi kurasa Changmin tidak bisa memberikan bantuan apa pun selain
mendengarkan curahan hatimu” Ujar Kyuhyun tegas.
Yorin mengangkat wajahnya.
“Karena aku
tidak ingin keluargaku terlibat dalam hal yang memang seharusnya tidak ada
hubungannya kami” Lanjutnya.
Yorin terdiam.
Sementara Changmin menghela nafas lega.
Oh well.
Kyuhyun menyelamatkannya kali ini.
TBC.
:D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar