This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Jumat, 28 Desember 2012

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/MEMORIES/PART 3


  Jika kau dihadapkan kembali dengan kenangan terburuk yang pernah hadir di dalam hidupmu, apa yang akan kau lakukan?

.
.
.

  Aku memilih untuk lari..


PART 3.


  “Yoosu lebih tua setahun dari kalian arasseo? Panggil ia Hyung” Ujar Junsu tersenyum manis.

  “Neee”

Namja kembar itu mengangguk patuh.
Mereka segera menghampiri Yoosu yang sudah berjalan menaiki tangga menuju kamarnya.
Meninggalkan Jaejoong, Junsu dan Yoochun yang duduk di sofa.

  “Sudah lama sekali tidak melihatmu, Hyung” Ujar Yoochun tersenyum.

Jaejoong balas tersenyum.
Ia menyesap teh madunya.
Sementara Junsu membuka tutup mangkuk-mangkuk berisi cemilan.

Ah, ruangan ini mulai dipenuhi pernak-pernik Natal.

  “Bagaimana kabarmu?” Tanya Yoochun lagi.

  “Well, seperti yang kau lihat” Sahut Jaejoong.

Hmp.
Junsu tersenyum manis.

  “Hyung, kau sudah mendengar dari Junsu ania? Kalau Yunho---”

  “Hentikan”


DEG.


Yoochun dan Junsu tertegun satu sama lain.
Mereka menatap Jaejoong yang mengeraskan raut wajahnya.
Ada secercah luka di sana.

  “Kumohon, bisakah kalian berhenti membahas segala hal tentangnya?” Lirih Jaejoong berbisik.

  “Tapi Hyung, cerita sebenarnya---”

  “Aku tidak peduli, satu-satunya yang kupedulikan adalah bagaimana cara ia berhasil membuatku hancur saat itu”

  “Kau seharusnya memiliki sebuah kesempatan Hyung”

Heh.
Jaejoong tersenyum remeh.
Menatap Yoochun yang mulai terlihat sok tahu di matanya.

  “Kesempatan apa Chun ah? Tidak ada kesempatan apa pun..Segala yang kumiliki hancur lebur sudah..”

  “Tapi ia benar-benar menyesal, ia bahkan mencari keberadaanmu selama ini”

  “…”

  “Hyung”


SSRAK!


  “Joongie Hyung!” Panggil Junsu.

Jaejoong balas memandang adiknya.
Namun ia tidak menanggapi panggilan itu.

  “Kudengar kau membeli lemari dari China, Junchan? Boleh aku melihatnya?”


Aish.
Yoochun menghela nafasnya.
Ia melirik Junsu yang mengangguk pasrah.

Well, setidaknya mereka mencoba untuk membantu ania?
Setelah mengetahui apa yang sebenarnya terjadi 8 tahun yang lalu.

  “Namaku Shim Minkyu” Ucap namja berwajah evil itu.

Junhon mengerjapkan matanya.

  “Boleh aku minta Lollipopmu?” Balasnya bertanya.

Eoh?
Namja Lollipop itu mengerutkan dahinya.
Ia mendongak melirik Yoosu yang duduk di sampingnya.
Namja cassanova itu tersenyum.
Minkyu mendesah pendek dan menyerahkan sebatang permen kepada Junhon.

Namja cherry itu terkekeh senang.

  “Hyung, kau membaca buku bisnis? Tidakkah masih terlalu cepat?” Tanya Jaeho yang sedang menelusuri rak buku Yoosu.

Namja cassanova itu menoleh.
Ia menaikkan alisnya dan tersenyum seraya mendekati namja almond itu.

  “Kalau merasa tertarik, kenapa harus menunggu lama? Lagi pula aku memang akan mewarisi perusahaan Appaku” Ujarnya santai.

Omo.
Jaeho mengerjapkan matanya.

  “Kau mau pinjam?” Tanya Yoosu tersenyum.

Jaeho mendongakkan wajahnya.
Dahinya mengerut.

  “Well, tapi untuk apa? Sepertinya aku akan mendapatkan café milik Umma nantinya”

  “Kau bisa membangun perusahaanmu sendiri kalau ingin”

Mata musang Jaeho terlihat bersinar-sinar.
Ia mencengkram buku bisnis itu dan mengangguk.

  “Kau benar”

  “Apa kau sudah bisa membaca hangul?”

  “Masih tahap belajar, Hyung, untukku hiragana lebih mudah”

  “Tentu saja, kau hidup di Jepang”

Namja almond itu terkekeh geli.
Ia beranjak duduk di atas ranjang Yoosu.

  “Aku bosan, kita main perang-perangan otte?” Ujar Minkyu jengah.

Jaeho dan Junhon membulatkan mata mereka.
Oh yes, tentu saja, itu permainan favorit keduanya.


CKLEK!


  “Aku jadi putrinyaa~!”

Jaeho dan Junhon sontak menoleh ke arah pintu.
Kemudian mereka tertegun.
Jaeho membulatkan matanya.

  “YA! Kenapa kau bisa ada disini eoh?!” Jerit namja almond itu kaget.

Yeoja ikal bernama Park Sooji itu mendecih.
Ia menutup pintu dengan pelan.

  “Memangnya kenapa? Ini kan rumahku” Sahutnya ketus.

Jaeho terdiam.
Menatap Yoosu yang memeluk adik kecilnya.

  “Oppa! Jangan peluk-peluukk~! Ish!”

Namja cassanova itu terkekeh geli.
Ia segera membuka kotak mainannya yang ada di sudut kamar dan mengambil satu pedang.
Jaeho dan Junhon beranjak membuka tas mereka.
Untung saja keduanya membawa pedang bercahaya warna warni itu.

  “Aku jadi musuh!” Ujar Minkyu seraya mengacungkan pedangnya.

  “Kami pangeran!” Jerit Jaeho dan Junhon kompak.

  “Kalau begitu aku jenderal perang” Sahut Yoosu menghidupkan lampu di pedangnya.

Sooji mengerutkan dahinya.
Menatap ketiga namja yang seakan membuang perannya disini.
Jaeho menoleh.
Ia menoyor dahi yeoja kecil itu dengan ujung pedang mainannya.

  “Kau jadi rakyat jelata!” Ujarnya.

Yeoja ikal itu memperlihatkan ekspresi tidak suka, ia baru saja membuka mulutnya untuk menyahut, namun Yoosu sudah lebih dulu memotong.

  “Kau jadi princess-ku, sayang, kka, ambil mahkotamu” Ucapnya.

Park Sooji tersenyum manis.
Ia segera berlari menuju kamarnya dan membongkar keranjang mainannya yang besar.
Mencari mahkota mainan dan tongkat berbentuk bintang.


-------


  “Kau mau kemana?”

Jung Yorin menoleh.
Menatap Yunho yang sedang membaca di sofa.
Yeoja cantik itu menunduk memperhatikan kantung kertasnya.

  “Aku akan mengantarkan ini, waeyo?” Tanya Yorin menaikkan alisnya.

Yunho terdiam sejenak.
Terlihat seolah sedang memikirkan sesuatu.
Namun kemudian ia beranjak dari duduknya.

  “Berikan alamatnya, biar aku saja yang mengantar”

  “E-eh?”

  “Kebetulan aku mau keluar, kka, kau siapkan makan siang saja”

Jung Yorin terdiam di tempat.
Mata sipitnya bergerak pelan.
Memikirkan kenapa mendadak Yunho menawarkan bantuan padahal selama ini namja tampan itu bersikap acuh.

  “Yunho ah, kau tahu siapa pemilik baju ini?” Tanya Yorin memastikan.

Hum?

Yunho mengangkat bahunya.
Ia sudah meraih kunci mobilnya.

  “Aku hanya bosan karena pekerjaan di kantor sudah selesai, lagi pula aku harus menemui kepala sekolah itu untuk memastikan akan berlangsungnya festival musik sekolah menjelang Natal”

Ah.
Yorin mengangguk pelan.
Ia menyerahkan bungkusan itu kepada Yunho.
Kemudian memperhatikan secarik kertas yang berisi alamat namja cantik itu.

Yorin merasa ragu.

Matanya bergerak gelisah.
Takut.

Ia takut Yunho akan berubah kalau ia tahu siapa yang memiliki pakaian itu.
Gosh.
Yorin tidak ingin Yunho kembali berpaling.

7 tahun, 7 tahun mereka hidup bersama, tidakkah seharusnya Tuhan memberikannya waktu sedikit lagi?
Agar Yunho bisa melupakan cinta pertamanya dan melihat ke arahnya?

  “Kemana pakaian ini harus kuantar?”


DEG!


Yorin tersentak kaget.
Matanya mengerjap dalam sekejap.
Jemarinya terlihat bergetar pelan.
Ia menyerahkan kertas mungil itu.

Yunho meraih potongan kertas itu.
Namun kemudian ia tertegun.
Mata musangnya mengerjap tidak percaya.

Tulisan ini..

Bukankah..

  “Pulang cepat ne Yun?” Bisik Yorin pelan.

Yunho mengangkat wajahnya.
Ia tersenyum kecil dan segera beranjak meninggalkan rumah.

Dadanya berdebar-debar.
Perutnya terasa sakit.
Gosh.
Jeongmall.

Ia tidak mungkin salah.

Walaupun terpisah selama 7 tahun lebih, ia tetap tidak akan mungkin bisa melupakan tulisan itu.
Melupakan segala hal yang berkaitan dengan namja cantik itu.
Yunho menundukkan wajahnya.
Memandang sweater yang ada di dalam kantung kertas.

  “Benarkah itu kau?” Bisiknya lirih.

Nyaris tidak terdengar.

Mobil Audy metalic hitam klasik itu terlihat mengebut di jalanan.
Seolah tidak sabar lagi ingin menatap wajah sang pemilik baju.
Keringat dingin menetesi pelipis Yunho.

Berkali-kali ia membasahi bibirnya yang terasa kering.

Semoga saja ia benar..

Kalau itu benar..

Bisakah ia menyebutnya sebagai takdir?

Hmp.
Yunho mulai merasa dirinya konyol sekarang.


CKIIIITTT!


BLAMM!


Mobil itu berhenti di parkiran apertement mewah itu.
Namja tampan itu segera mengambil bungkusan kertas berwarna cokelat yang tergeletak di dashboard dan berjalan cepat memasuki apertement.

  “Kamar nomor 9095?” Tanya Yunho kepada resepsionis.

Yeoja cantik itu tersenyum ramah.
Ia menyahut dengan lembut.

  “Atas nama tuan Kim Jaejoong ania? Lantai 12, silahkan”


DEG!


Jantung Yunho semakin berdebar kencang.
Seakan ingin lepas dari tempatnya.
Ia mengangguk dan tersenyum sumringah.

Kakinya melangkah cepat menuju lift.
Gosh, ia bahkan tidak bisa menunggu lebih lama.

Yang jelas ia akan segera memeluk namja cantik itu ketika bertemu dengannya!
Memeluknya, dan memberitahukan kepadanya tentang kejadian yang sebenarnya 7 tahun yang lalu.


TING!


DRAP DRAP DRAP!


Yunho menyeka pelipisnya.
Ia mengedarkan pandangannya mencari angka 9095 di setiap pintu.
Kemudian langkahnya terhenti tepat di hadapan sebuah pintu platinum yang berkilat itu.
Namja tampan itu menelan salivanya.

Jemarinya bergetar pelan ketika ia mencoba menekan bel yang ada.


TING TONG!


Yunho memejamkan matanya.
Berusaha menenangkan hatinya yang gugup.

  “Nee~ Nuguseyooo~?”


DEG!


Yunho terkesiap.
Mata musangnya sontak terbuka.
Mendengar suara anak kecil dari interkom itu.
Pikirannya mulai kalut.

Kenapa bisa ada suara anak-anak disana?

  “Bi-bisa aku bertemu dengan Kim Jaejoong?” Balasnya gugup.

Hening.
Terdengar suara kasak-kusuk dari balik interkom.

  “Ungg~ Umma sedang memasak~ Ada perlu apa yaa?”

  “Aku—Ingin mengembalikan pakaian miliknya yang kotor kemarin”

  “AH~! Nee~ Tunggu sebentar~”


DEG DEG DEG.


Mata musang Yunho mengerjap beberapa kali.

Apakah Jaejoong sudah menikah?

Suara siapa itu?


CKLEK!


DEG!!


Mata bening itu membulat seketika ketika ia membuka pintu dengan kasar dan menatap sosok tampan yang ada di hadapannya.
Jantungnya berdegup kencanng.
Jemarinya bergetar.
Emosinya berkecamuk.

Sementara namja tampan itu membulatkan kedua mata musangnya sempurna.
Nafasnya tercekat.
Waktu seolah berhenti untuk mereka.

  “Untuk apa kau kesini?” Lirih Jaejoong bergetar.

Yunho tertegun.
Ia segera mengerjapkan matanya.

  “Aku---”

  “Belum puas menyakiti perasaanku kah?”

  “Mwo?”

  “Apa salahku padamu?”

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia hendak menyahut perkataan Jaejoong.
Namun sebuah suara yang terdengar dari dalam apertement membuatnya mengurungkan niat.

  “Ummmaaaaa~! Supnya mendidih~! Ottokheee? Ratu Jamur yang jahat itu hampir berhasil memasuki pancinyaa! Kami kehabisan serbuk sihir!”


DEG.


Yunho terdiam.
Mata musangnya menatap tajam mata bening Jaejoong yang balas memandangnya.

  “Siapa itu?” Tanya Yunho memicingkan matanya.

Jaejoong menelan salivanya.

  “Anakku” Desisnya tajam.

Mata musang Yunho membulat.
Lama mereka saling terdiam.
Sampai kemudian ia tersenyum kecut dan memiringkan wajahnya sedikit.

  “Kau sudah memiliki anak heh? Ternyata 7 tahun kita berpisah membuat satu kemajuan besar ania?”

  “Bukankah itu hal wajar? Tidak mungkin aku hanya mengandung selama 7 tahun tanpa melahirkan ania? Waktu terus berputar, tuan Jung”


GRT.


Yunho menggertakkan giginya marah.
Rahangnya mengeras.
Mata musangnya bergerak tajam.


SSRAK!


Jaejoong terkejut.
Yunho menyerahkan kantung kertas itu dengan kasar kepadanya.
Membuatnya kewalahan.

  “Kuharap istriku tidak menyisakan sedikit pun noda coffee di pakaianmu, Kim Jaejoong” Ujarnya berdesis.


DEG.


Mata bening Jaejoong membulat sempurna.
Bibir cherrynya terbuka tidak percaya.

Menatap Yunho yang sudah beranjak pergi dari hadapannya.

Apa?

Apa?

Jaejoong merasakan kakinya lemas.
Ia terduduk di depan pintu platinum itu dengan bibir yang bergetar pelan.
Mata beningnya yang terasa panas memandang sweater miliknya.
Hatinya berdenyut.

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Perlahan ia terisak lirih tanpa suara.
Meneteskan air matanya pada sweater rajut itu.

  “I—Istri? Yeoja yang waktu itu adalah istrimu?” Bisiknya lirih.

Jaejoong merasakan hatinya semakin sakit.
Ia tidak mengerti.
Ia bingung.
Ia tidak tahu apa arti sakit ini.
Tidak.

Yang ia tahu adalah, rasa sakit ini sama persis dengan rasa sakit 7 tahun yang lalu.

Hari dimana mimpi buruknya dimulai.


-------


BLAMM!


Pintu mobil itu terbanting kasar.
Yunho merasakan emosinya memuncak.
Deru nafasnya terdengar tidak beraturan.
Wajahnya terlihat memerah.


BRAKK!


  “SHITT!!”

Namja tampan itu memukul keras stir berwarna hitam itu.
Ia meremas rambut cokelatnya erat seraya menggeram lirih.
Mata musangnya terasa panas.
Perlahan pipinya mulai basah.
Yunho menyipitkan matanya yang memburam.

  “Anak? Kau sudah memiliki seorang anak, BooJae ah?” Desis Yunho kecewa.

Hatinya hancur.
Rusak berkeping-keping.

Yunho sama sekali tidak menyangka kalau Jaejoong telah melupakannya begitu saja.

Oh well.

Waktu itu memang salahnya karena ia meninggalkan Jaejoong tanpa pemberitahuan.
Tapi, dua jam ketidakhadirannya di bandara incheon waktu itu sama sekali tidak sebanding dengan apa yang di dapatkannya hari ini!!

Jaejoong sudah memiliki anak!
Ia melahirkan darah daging yang bukan miliknya!

Yunho merasa dirinya dikhianati.
Padahal ia telah menjaga perasaannya sebaik mungkin demi namja cantik itu.
Mengacuhkan bisikan media massa mengenai rumah tangganya.

  “Fuck!” Maki Yunho marah.

Ia mengusap wajahnya dan menahan nafasnya yang memburu.
Jantungnya berdebar kencang dan kepalanya berdenyut.

Namja tampan itu tersenyum miris.

Sia-sia huh?
Penantiannya selama 7 tahun terakhir ini hanya sia-sia.

Percuma.


SRET.


Yunho menyentuh dada kirinya.
Ia meringis.

Sepahit apa pun kenyataan yang telah membuka mataku beberapa waktu yang lalu..

Tetap saja namamu masih terukir disini..

Shit!

Yunho menyandarkan punggungnya ke sandaran mobil.
Ia menghela nafas panjang dan memejamkan mata musangnya sejenak.
Berusaha mendapatkan secuil ketenangan.

Kemudian ia segera memutuskan untuk pergi menjauhi apertement mewah itu.


-------


Shim Minkyu menghisap permen Lollipopnya sejak tadi.
Ia hanya berdiam diri di ambang pintu.
Mata sipitnya menatap Appanya yang sedang berbincang dengan sepupunya yang cantik itu.

  “Aku takut Changmin ah..Hiks..Aku sangat takut..” Bisik Yorin lirih.

Namja berwajah kekanakan itu mengerutkan dahinya.
Ia melirik istrinya yang sedang berada di dapur membuat minuman.
Kyuhyun mengangkat bahunya seolah memberitahu ia tidak bisa membantu.

Aish.

  “Nuna, berhentilah menangis” Ujar Changmin pelan.

  “Selama ini aku berdiam diri karena aku tahu namja itu sudah pergi dari kehidupan suamiku..Tapi ternyata ia kembali berada disini..Hiks..” Isak Yorin keras.

  “Kenapa kau tidak mencoba sejak dulu kalau begitu?”

  “Aku mencoba! Aku berusaha mengalihkan perhatian Yunho! Tapi ia tidak pernah bisa melupakan namja itu..Hiks..Namja yang bernama Kim Jaejoong itu..”

  “Aishh, aku tidak tahu harus berkata apa, Nuna yah..”

  “Changmin ah..Menurutmu aku harus melakukan sesuatu yang lebih dari pada usaha sia-siaku selama ini ania?”

Mwo?

Changmin membulatkan matanya.
Yorin menyeka air matanya.
Ia menatap serius mata sipit sepupunya itu.

  “Sepertinya aku harus melenyapkan namja cantik itu ne? Atau setidaknya, membuatnya kembali menjauh dari kehidupan suamiku..Bagaimana menurutmu?”


DEG.


Changmin tidak menyahut.
Ia mendongak memandang Kyuhyun yang sudah meletakkan tiga cangkir antik di atas meja.
Namja evil itu tersenyum kecil.
Ia duduk di samping Changmin.


DRAP DRAP DRAP!


Namja Lollipop itu berlari menuju Ummanya.
Ia duduk di pangkuan Kyuhyun dan membiarkan namja evil itu mengusap lembut rambut hitamnya.

  “Mianhae, Nuna yah, tapi kurasa Changmin tidak bisa memberikan bantuan apa pun selain mendengarkan curahan hatimu” Ujar Kyuhyun tegas.

Yorin mengangkat wajahnya.

  “Karena aku tidak ingin keluargaku terlibat dalam hal yang memang seharusnya tidak ada hubungannya kami” Lanjutnya.

Yorin terdiam.
Sementara Changmin menghela nafas lega.
Oh well.

Kyuhyun menyelamatkannya kali ini.


TBC.

:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar