PART 5.
“Ania, pokoknya tunggu aku
seperti biasa nanti sore”
Jaejoong mempoutkan bibirnya kesal.
Mata beningnya mendelik tidak senang.
“Ahjusi egois! Aku tidak mau
pulang bersamamu! Ish!” Jeritnya marah.
Yunho menghela nafas pendek.
Oh well.
Tapi ternyata hal itu sama sekali tidak merubah sikap Jaejoong
kepadanya.
Ck, padahal namja tampan itu mengira Jaejoong akan bersikap semanis
mungkin kepadanya setelah ciuman waktu itu.
“Aku tidak mau tahu, terserah
kau mau menunggu atau tidak, yang jelas hari ini aku tidak pulang bersamamu,
Ahjusi!” Ketus Jaejoong seraya melangkah memasuki gerbang sekolahnya.
Eunjae yang melihat pertengkaran itu hanya terkekeh geli.
Ia menggeleng pelan dan menggenggam jemari kekasihnya.
“Joongie bertengkar lagi dengan
tunangannya?” Tanya Yorin.
Gadis cantik berbibir tipis itu mengernyitkan dahinya.
Menatap Yunho yang mengusap wajahnya dan memasuki mobil Audy hitamnya.
Berjalan meninggalkan perkarangan DongBang High School.
“Sudah menjadi aktifitas rutin,
sayang” Kekeh Eunjae.
“Uhum? Apa kalau kita menikah
nanti kita juga akan seperti mereka?” Ujar Yorin tersenyum.
Eoh?
Eunjae tertawa geli mendengarnya.
“Tentu saja tidak sayang, justru
kita yang akan menjadi sepasang suami istri paling romantis di dunia setelah
menikah nanti” Ujar Eunjae lembut.
“Yeah, kedua di dunia setelah
kami”
Huh?
Eunjae dan Yorin sontak menoleh ke samping.
Menaikkan alis menatap Yoochun dan Junsu yang sudah berjalan di sana.
Namja chubby itu terkekeh geli.
Mengedipkan mata kirinya kepada Eunjae, seolah mengatakan secara tidak
langsung bahwa ia sudah berhasil mendapatkan Junsu.
“Omo, bukankah itu Shim
Changmin?” Gumam Junsu pelan.
TAP.
Mereka semua terdiam satu sama lain.
Menatap sosok namja berwajah kekanakan yang menyapa adik kecil Kim
Eunjae di sana.
Junsu mengerutkan dahinya.
Jaejoong yang tadinya memasang raut semarah mungkin mendadak langsung
tersenyum manis saat Changmin berdiri di sampingnya.
Oh-oh.
Mereka semua saling berpandangan satu sama lain.
“Jangan bilang kalau---”
Eunjae menghentikan kalimatnya.
Ia menoleh.
Menatap Yorin dan Junsu bergantian.
“Bukan kami! Yang bertugas
mengawasi Jaejoong di sekolah adalah Yoochun!” Ucap Yorin dan Junsu bersamaan.
Jish.
Namja chubby bermarga Park itu mendecih sebal.
Matanya memutar malas.
“Mereka hanya sahabat” Ujar
Yoochun.
“Dari mana kau yakin?” Tanya
Eunjae.
“Well, insting seorang lelaki
sejati?”
“Aku juga laki-laki! Tapi
instingku berbeda denganmu!” Jerit Junsu kesal.
Eunjae dan Yorin saling menatap satu sama lain.
Kemudian mereka tertawa kecil dan kembali berjalan memasuki gedung utama
sekolah swasta yang besar itu.
-------
TAP TAP TAP.
“Gomawo untuk bantuannya Min-ah,
aku tidak akan lulus tes tanpamu” Ujar Jaejoong tersenyum manis.
Namja berwajah kekanakan itu tertawa.
Ia menggeleng pelan.
“Itu juga karena kau memang
pintar, Jaejoongie”
“Aniya, aku pasti tidak lewat
kalau kau tidak memberitahu soal apa saja yang akan keluar”
“Baiklah, kalau begitu, sebagai
rasa terima kasih darimu, aku ingin kita jalan-jalan besok sore”
“Um~ Bagaimana kalau aku ke
rumahmu saja? Kau bisa mencoba masakanku nanti”
“Kau ingin menjadikanku kelinci
percobaan?”
“Aniyaaa~! Tapi bukankah kau
sendiri yang mengatakan kalau masakanku sudah lebih baik dari sebelumnya?
Aish~”
“Hahahaha, bercanda, Joongie,
arasseo, aku akan menunggumu”
Namja cantik itu tertawa.
Ia melambaikan tangannya kepada Changmin setelah mereka sampai di depan
rumah namja cantik itu.
“Anyeong Minnie ah~ Gomawo sudah
mengantarkanku nee~”
Changmin mengangguk.
Ia menepuk kepala Jaejoong lembut dan berbalik meninggalkan namja cantik
itu.
Jaejoong tersenyum manis.
Ia menunggu sampai punggung Changmin menghilang dari pandangannya dan
berjalan masuk ke dalam rumahnya.
CKLEK.
TAP TAP TAP.
“Jadi ini alasan kenapa kau
tidak ingin aku menjemputmu eoh? Kau bersama seseorang?”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Sontak langkahnya berhenti di tempat.
Ia menoleh, menaikkan alisnya menatap Yunho yang sedang duduk di ruang
keluarga.
Namja cantik itu menghela nafasnya.
Ia memutuskan untuk tetap berjalan menuju kamarnya.
“BooJae, aku sedang berbicara
denganmu” Ujar Yunho berdiri.
Jaejoong menoleh.
Menatap datar namja tampan itu.
“Lalu? Apa aku harus bertepuk
tangan sekarang juga?”
“Mwo?”
“Aku lelah, lebih baik kau
pulang saja, Ahjusi”
BLAM!
Namja cantik itu menutup pintu kamarnya.
Ia merebahkan tubuhnya di atas ranjang dan segera terlelap.
Mengacuhkan Yunho yang mengernyit bingung di bawah sana.
Hei, ada apa dengan tunangannya?
-------
Hari ini Yunho kembali mengernyitkan dahinya.
Ia sedang berada di dalam mobil Audynya sekarang.
Mengantar Jaejoong ke sekolah seperti biasa.
Well, hanya saja kali ini Eunjae bersama mereka.
Yorin tidak ke sekolah karena sakit, jadi Yunho menawarkan Eunjae untuk
pergi bersama mereka.
Yunho menundukkan wajahnya.
Mata musangnya bergerak pelan.
Menatap Jaejoong yang tertidur di bahunya.
Nafasnya menderu teratur.
Wajahnya terlihat sedikit pucat.
“Eunjae?” Panggil Yunho menoleh.
Memandang Eunjae yang sedang mengisi buku soal ujiannya.
“Ne?”
“Apa kau tahu ada apa dengan
Jaejoong? Tidak biasanya ia tidur seperti ini”
“Eoh?”
Eunjae menoleh.
Melirik adiknya yang terlelap pulas di bahu tunangannya.
Namja hangat itu mengangkat bahunya.
Ia kembali menatap buku soalnya.
“Tapi belakangan ini memang ada
yang aneh dengan Jaejoong” Ujarnya.
Mwo?
Yunho menaikkan alisnya.
“Ia jarang pulang ke rumah
setiap kali sekolah selesai, dan kalau sudah pulang, Jaejoong pasti segera
masuk ke kamarnya dan tidur, aku saja sudah jarang bertemu dengannya” Jelas
Eunjae pelan.
Namja tampan itu terdiam.
Pikirannya menjalar kemana-mana.
Kemudian ia mengusap bahu kekasihnya dan mengecup lembut dahinya.
Mencoba mencari alasan kenapa Jaejoong mendadak berubah seperti ini.
“Ngg”
Namja cantik itu mengerang lembut.
Ia menyurukkan wajahnya di dada bidang Yunho.
Membuat namja tampan itu menarik senyum manisnya dan mendekap tubuh
Jaejoong dengan erat.
Hangat.
“Sudah sampai, Tuan”
Eunjae segera membuka pintu mobil.
Ia turun dan memasuki gerbang sekolah setelah menyapa Yunho.
Namja tampan itu menepuk lembut pundak Jaejoong.
Membuat Jaejoong membuka matanya dan mengerjapkannya lucu.
“Nanti sore kujemput, sayang?”
Bisik Yunho lembut.
“Nggg” Jaejoong menggumam seraya
menggeleng.
Yunho tersenyum kecil dan mengecup lembut bibir ranum kekasihnya.
Jaejoong memejamkan matanya.
Ia hanya balas mengecup bibir Yunho sekilas.
Setelah itu ia beranjak turun dari mobil dan berjalan memasuki
perkarangan sekolah.
DDRRTT…DDRRRTTT…
Yunho meraih ponselnya yang bergetar.
Ia melirik nama Tiffany di sana dan segera mengangkat ponselnya.
“Mianhae, apa aku mengganggumu?”
“Ani, waeyo? Tidak biasanya kau
menghubungiku pagi-pagi seperti ini”
“Fany Fany memintamu untuk berjalan-jalan bersama nanti sore, otte? Ia
terus menangis sejak semalam Yunho ah”
“Ah, ne, tentu saja, kebetulan
aku tidak menjemput Jaejoong nanti”
“Mianhae Yunho ah, aku benar-benar merasa tidak enak padamu, yeoja kecil
ini sedang mengajukan protesnya karena perceraianku dengan Siwon sudah disahkan
oleh pengadilan”
“Jadi, sudah benar-benar
berpisah?”
“Well, tapi namja itu masih bertingkah seolah tidak terjadi apa pun!
Padahal jelas-jelas aku memergokinya berselingkuh dengan yeoja lain!”
“Hahahaha, arasseo, arasseo,
baiklah, aku akan menjemputmu dan Fany Fany nanti sore”
“Jeongmall gomawo Yunho ah, kau sahabatku yang terbaik”
Yunho tersenyum kecil.
Ia mematikan telepon itu.
Kemudian kembali menghela nafasnya.
Mengingat Jaejoong yang terlihat aneh akhir-akhir ini.
Sementara itu, kelas XI-3
terlihat sepi saat ini.
Jam istirahat sudah masuk.
Beberapa dari mereka sedang
makan pagi di kantin sekolah.
Hanya Jaejoong, Junsu, dan
tiga siswa lain di dalam kelas.
“Joongie ah~ Nanti sore kita ke
toko buku bersama otte?” Ajak Junsu tersenyum manis.
“Aigoo, mianhae Junsu ah, aku
sudah ada janji” Tolak Jaejoong berdesah pendek.
Uh.
Namja imut itu mempoutkan bibirnya kesal.
“Jangan bilang dengan Shim
Changmin” Desisnya manja.
Jaejoong terkekeh seakan membenarkan.
Ia menepuk bahu Junsu dan membereskan buku-bukunya.
BRUKK!
Junsu menunduk.
Menatap satu buku Jaejoong terjatuh ke lantai.
Ia segera mengambilnya dan mengernyitkan dahinya.
“Eoh? Resep masakan? Kau belajar
memasak, Jaejoongie?” Tanya Junsu polos.
GREPP!
Jaejoong segera merebut buku itu dari tangan Junsu.
Kemudian ia hanya tersenyum kecil.
-------
Jaejoong dan Changmin terlihat masih memakai seragam sekolah mereka.
Keduanya sedang berada di dalam toko alat tulis sekarang.
Mereka sedang berdiri di hadapan jendela toko seraya mencoba berbagai
kacamata lensa yang ada.
“Bagaimana dengan yang ini? Kau
bisa membacanya?” Tanya Changmin mengerutkan dahinya.
Jaejoong mengerjapkan matanya.
Jemarinya mencengkram erat pinggiran kacamata putih yang terpasang di
wajahnya.
“Sepertinya yang ini terlalu
berat Min ah, mungkin mataku kurang dari ini” Ujar Jaejoong mempoutkan
bibirnya.
Changmin mengangguk.
“Mungkin kacamata yang pas
untukmu sama seperti milikku ania? Bukankah kau juga belajar tengah malam sama
sepertiku?”
“Um, mungkin saja”
Jaejoong mengambil kacamata yang diberikan Changmin kepadanya.
Ia memakainya dan mengerjapkan matanya sesekali.
Kemudian ia tersenyum manis.
“Kau benar, ini yang terbaik!”
Ujarnya terkekeh.
“Joongie” Panggil Changmin
pelan.
Jaejoong menoleh.
Masih dengan senyum manisnya.
“Terima kasih, kau masih mau
berteman denganku”
“Eoh? Seharusnya aku yang
berterima kasih, Changmin ah, kau masih mau membantuku belajar dan menemaniku
membeli kacamata lensa, padahal aku sudah menolakmu, hehehe”
“Aku hanya tidak menyangka kalau
kau sudah memiliki tunangan”
“Um, yeah, tapi kau tidak
memberitahu siapa-siapa kan kalau aku belajar masak di rumahmu?”
Changmin menggeleng.
Ia balas tersenyum manis.
Oh well.
Belakangan ini mereka berdua memang sangat dekat.
Bahkan mungkin sudah menjadi sahabat.
Jaejoong tidak menyangka kalau Changmin adalah namja yang sangat jenius.
Namja cantik itu selalu belajar bersama Changmin setiap jam pulang
sekolah.
Diselingi dengan acara belajar memasaknya di rumah namja berwajah
kekanakan itu.
Changmin memang senang makan, jadi ia tidak keberatan jika Jaejoong
memasak di sana.
Dan saat Jaejoong pulang ke rumah, ia tertidur karena lelah.
Lalu terbangun tengah malam untuk belajar sendiri.
Well, wajar bukan?
Ujian kelulusan tinggal sebulan lagi.
Dan Ia tidak boleh bermain-main.
“Kudengar tunanganmu itu lebih
tua darimu?”
DEG.
Jaejoong menoleh.
Menatap Changmin yang sedang memeriksa kacamata bertungkai putih di
tangannya.
Jaejoong memalingkan wajahnya.
Memandang jalanan Seoul dari jendela toko itu.
“Um”
“Apa kau tahu berapa usianya?”
“Mo-Mollaseo”
“Joongie, aku bukannya ingin
menghasutmu atau apa..Tapi, hanya saja..Kau tahu kan? Kalau remaja seusia kita
seharusnya menikmati masa muda?”
“Maksudmu?”
“Bukankah setelah lulus kau akan
segera menikah dengan Ahjusi itu? Sedangkan aku dan yang lain akan melanjutkan
kuliah”
“…”
“Jaejoongie, kau adalah siswa
yang sangat pintar, kau berbeda dari mereka, bahkan kepintaran kita hampir
sama, sayang sekali jika kau tidak melanjutkan kuliah dan menikah dengan
seorang pria yang usianya jauh berbeda darimu”
“Tapi—Tapi belum tentu usia kami
sejauh itu”
“Kau belum memperkirakannya
kan?”
Jaejoong mendesah pendek.
Mata beningnya bergerak pelan.
Menatap beberapa orang yang berlalu lalang setelah lampu Zebra Cross menjadi merah.
DEG.
Namja cantik itu tertegun.
Mata indahnya membulat.
Jantungnya berdegup kencang.
Ia tidak salah lihat kan?
Yunho dan Tiffany sedang berjalan bersama menyebrangi jalan.
Ada seorang anak kecil yang familiar di antara mereka.
Ah, Jaejoong ingat.
Ia pernah melihat anak itu di La
Pomme.
GRT.
Jaejoong merasakan hatinya sakit.
Matanya terasa panas.
Ia mencengkram erat kedua jemarinya yang terkepal.
Nafasnya memburu.
Apa yang ia lihat di sana, benar-benar gambaran sebuah keluarga yang
seharusnya.
“Joongie, kurasa kacamata yang
ini---Joongie? Kau menangis?”
Changmin terhenyak kaget.
Menatap Jaejoong yang menangis dalam diam.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya.
Ia terisak lirih.
“Ka-Kau benar Changmin
ah..Hiks..Usia kami terlalu jauh berbeda..Hiks..Aku tidak pantas untuknya..”
Bisik Jaejoong pelan.
Changmin terdiam.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap dalam mata sipit namja berwajah kekanakan itu.
“Tapi aku mencintainya..” Desis
Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Hening.
Hanya terdengar suara bel pintu toko yang berbunyi pelan.
Keduanya saling merapatkan bibir satu sama lain.
Mata sipit Changmin bergerak pelan.
Jujur, hatinya terasa berdenyut saat mendengar kalimat lirih itu.
Dari awal Changmin sudah tahu kalau ia tidak akan pernah bisa
mendapatkan Jaejoong.
“Hei” Panggil Changmin.
Jaejoong tertegun.
Ia mendongak sekali lagi.
Menatap Changmin yang tersenyum lebar kepadanya.
“Tangismu akan berhenti kalau
kau menari seperti ini” Ujar Changmin seraya menggerakkan tubuhnya ke kiri dan
kanan dengan kedua tangan terentang.
Eoh?
Jaejoong mengernyitkan dahinya.
Mata beningnya mengerjap.
Namun seulas senyum manis itu terlukis di bibir ranumnya.
“Hahahahaha”
Jaejoong tertawa geli.
Ia benar-benar tidak menyangka kalau Changmin yang terkenal jenius itu
bisa bertingkah sekonyol ini di hadapannya.
Namja cantik itu ikut menggerakkan tubuhnya.
“Seperti ini?” Tanya Jaejoong
geli.
Changmin tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk dan terus menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan.
-------
“Pelan-pelan, Fany” Ujar Tiffany
menunduk.
Jemarinya menuntun putri tunggalnya berjalan.
Yeoja kecil itu tertawa geli.
Memperlihatkan eye smile-nya
yang manis.
Yunho memalingkan wajahnya.
Memastikan bahwa lampu jalanan masih berwarna merah.
Namun gerakan matanya terhenti pada sebuah etalase toko alat tulis yang
ada di seberang jalan.
Yunho tertegun.
Menatap tunangannya yang sedang tertawa bersama namja yang dilihatnya di
café waktu itu.
Mereka berdua terlihat sangat konyol.
Menggerakkan tangan mereka ke kiri dan kanan bersama tubuh mereka.
Lalu kembali tertawa satu sama lain.
Yunho mengerjapkan mata musangnya sendu.
Inikah?
Jadi inikah alasan mengapa kekasihnya selalu menolak untuk pergi
bersamanya?
Karena Jaejoong sudah memiliki janji bersama namja tinggi itu?
Yunho merasakan hatinya sakit.
Tidak seharusnya ia melihat pemandangan itu.
Tidak sama sekali.
Mereka berdua terlihat sangat serasi.
Mendadak Yunho merasa bersalah terhadap Jaejoong.
Namja cantik itu seharusnya sedang menikmati masa remajanya bersama
teman-teman seusianya.
Memikirkan perguruan tinggi mana yang akan mereka masuki bersama.
Tapi karena perjanjian masa lalu Haraboji mereka, Jaejoong terpaksa
menikah dengannya segera lulus.
Namja tampan itu memalingkan wajahnya dari etalase toko itu.
Berusaha menenangkan perasaannya yang berkecamuk.
-------
Fuh.
Yunho melirik jam tangannya.
Sudah hampir tengah malam.
Ia segera mematikan laptopnya dan memutuskan untuk beranjak keluar dari
kamar dan mengecek kamar kekasihnya.
Well.
Berhubung karena besok tanggal merah, Heechul memaksa Yunho untuk
menginap di rumahnya.
Namja tampan itu berjalan menaiki tangga.
Lampu rumah sudah mati.
Seluruh anggota keluarga Kim sudah terlelap pulas.
CKLEK.
Yunho menutup pelan pintu kamar Jaejoong.
Ia menaikkan alisnya.
Menatap namja cantik yang tertidur di atas meja belajarnya.
Kedua tangannya memangku wajahnya.
Lampu terang itu menyorot wajah cantik kekasihnya di tengah kegelapan
ruangan.
Namja tampan itu hendak menggendong Jaejoong dan merebahkannya di atas
ranjang.
Namun gerakannya terhenti saat ia menyadari kacamata yang terpasang di
mata cantik yang sedang terpejam itu.
“Eoh? Sejak kapan kau memakai
kacamata, sayang?” Gumam Yunho bingung.
Yunho melepas kacamata itu.
Ia baru saja merapikan buku-buku pelajaran yang berserakan itu.
Mendadak tiba-tiba Jaejoong tersentak.
Mata beningnya terbuka dalam sekejap.
“Yunnie ah” Gumam Jaejoon pelan.
“Wae? Kenapa bangun hum?” Balas
Yunho lembut.
Jaejoong menggumam tidak jelas.
Ia mengusap dan mengucek matanya lucu.
Kemudian ia mengedarkan pandangannya.
“Sudah pagi?”
“Ani, masih tengah malam, Boo,
sejak kapan kau memakai kacamata hm? Dan lagi, kenapa kau belajar? Bukankah
besok libur?”
“Ngg, penglihatanku mulai
berkurang karena aku selalu belajar di dalam gelap..”
“Sini, coba kulihat”
Jaejoong menurut.
Ia mendongakkan wajahnya.
Membiarkan Yunho menangkup wajahnya dan menatap lurus mata beningnya.
“Kau bisa melihatku dengan
jelas?” Tanya Yunho.
Ish.
Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Aku belum buta, Yunnie bear!”
Erangnya kesal.
Namja tampan itu terkekeh geli.
Ia mengecup lembut kedua mata Jaejoong dan mengecup dahinya pelan.
“Yunnie”
“Ne?”
“Boleh aku tahu berapa usiamu?”
DEG.
Yunho tertegun.
Mata musangnya bergerak pelan.
Kemudian ia tersenyum kecil.
“Baiklah, usiaku 23 tahun”
“23? Itu berarti usia kita
terpaut 6 tahunkah?”
“Wae?”
“Kau benar-benar seorang Ahjusi,
bear”
Yunho tertawa geli.
Ia menepuk lembut kepala kekasihnya.
Kemudian ia menangkup wajah cantik itu dan mengecup hidung tegasnya
sekilas.
“Tapi aku mencintaimu, Kim
Jaejoong” Bisik Yunho tersenyum lembut.
Jaejoong tertegun.
“Dan cinta, tidak memandang
perbedaan antara kaya atau miskin, status dan derajat, termasuk perbedaan
usia..Semuanya cukup dengan perasaan sayang yang tulus, arasseo?”
DEG.
Namja cantik itu terhenyak.
Mata beningnya mengerjap polos.
Menatap dalam mata musang Yunho yang balas memandangnya.
Kemudian ia tersenyum kecil dan memejamkan kedua matanya pelan saat
Yunho mendekatkan wajahnya.
Kedua bibir itu saling bertaut lembut.
Mengecap dan memagut mesra satu sama lain.
Jaejoong melenguh manis.
Memeluk leher Yunho dengan erat.
Lidah mungilnya menjulur menjelajah rongga mulut Yunho yang hangat.
Namja tampan itu mengecup lembut bibir kekasihnya saat ciuman usai.
Kemudian ia membaringkan Jaejoong di atas ranjang dan menidurkannya.
Setelah itu ia kembali masuk ke dalam kamarnya.
-------
Pagi ini Heechul dan Hangeng menatap tidak percaya meja makan yang
tersedia banyak makanan.
Mereka berdua menatap Jaejoong yang tersenyum bangga dengan celemek
merah muda yang melekat di piyama bergarisnya.
“Otte?” Tanya namja cantik itu
tersenyum cerah.
Eunjae melahap telur gulungnya.
Kemudian ia mengangguk dan memberi ibu jarinya kepada Jaejoong.
“Mulai sekarang kau bisa
membuatkan Hyung bekal, baby” Ujar namja itu.
Heechul dan Hangeng sudah duduk di kursi masing-masing.
Melahap sarapan yang dimasakkan oleh si bungsu Kim.
Kecuali Yunho.
Namja cantik itu sudah lebih dulu menarik lengan Yunho menjauh saat
Yunho ingin memakan sarapannya.
Jaejoong menyeretnya sampai ke ruang keluarga.
“Kau tidak boleh makan!” Ujar
Jaejoong lantang.
Yunho mengerutkan dahinya.
“Wae? Kenapa aku tidak boleh?
Changmin, Umma, Appa dan Eunjae boleh memakan masakanmu, kenapa hanya aku
yang---”
“Itu masih masakan percobaan,
Ahjusi! Aku tidak ingin kau memakannya! Kau harus memakan masakanku yang
sebenarnya kalau aku sudah mahir nanti! Arasseo?!”
Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Tersenyum geli memperhatikan wajah Jaejoong yang memerah.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya dalam.
Ish, ia benar-benar malu sekarang!
“Jadi, untukku yang spesial ne?”
Bisik Yunho manis.
BLUSH.
Jaejoong melotot menatap Yunho.
Sementara Yunho berusaha keras menahan senyum gelinya.
Aigoo, raut wajah Jaejoong yang memerah padam saat ini benar-benar
terlihat cute!
Yunho terkekeh.
Ia merengkuh pinggang kekasihnya dan menatap dalam mata bening itu.
“Lalu? Boleh aku tahu kenapa kau
belajar sangat berlebihan akhir-akhir ini hm?” Tanya Yunho pelan.
Jaejoong memalingkan wajahnya.
Pipinya terasa panas.
“Bukankah Umma Jung bilang aku
harus mendapatkan nilai sempurna di ujian kelulusan untuk menjadi istrimu?”
Yunho tertegun.
Mata musangnya mengerjap.
Demi apa.
Gosh, jadi, selama ini Jaejoong belajar mati-matian hanya untuk itu?
Untuk sebuah syarat konyol yang diajukan oleh Ummanya?
Omo.
Yunho benar-benar merasa bahagia.
Bukankah itu tandanya Jaejoong serius untuk menikah dengannya ania?
“Tanpa belajar pun kau pasti
akan mendapatkan nilai sempurna, sayang, bukankah kau siswa terpintar di
sekolah?”
“Ani, Changmin masih lebih
pintar dariku”
“Maka dari itu kau memintanya
untuk mengajarimu setiap pulang sekolah?”
Jaejoong mengangguk.
Ia menggembungkan pipinya lucu.
Membuat Yunho tidak tahan untuk mengecup pipi gembul itu.
Ah, he is so cute ania?
TBC
:D
saya tambah diabetes haha :D #lol
BalasHapustp, sya suka ceritanya benar2 cute unni ^.^