This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 03 November 2012

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/CUTE/PART 3


PART 3.


Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Ia melenguh lembut dan membuka matanya perlahan.


DEG.


Jaejoong tersentak kaget.
Menyadari kalau ia tertidur di dalam rengkuhan Yunho.
Mata musang yang sedang memperhatikan Jaejoong sejak tadi terlihat menyipit manis.
Tanda bahwa bibir seksi itu sedang melengkungkan sebuah senyuman lebar.

  “Tidurmu pulas sekali Boo”


SSRAK!



Jaejoong segera melepas pelukannya.
Ia beranjak bangun dan melompat dari ranjang.

  “Jam berapa sekarang?!” Jeritnya panik.

Yunho terkekeh.
Ia duduk dan menatap mata bening itu.

  “Sudah siang”

  “Aigoo”

Jaejoong mendesah pendek.
Ia benar-benar membolos hari ini.
Ckk.

  “BooJae”

  “Mwo?!”

  “Kau membolos untukku?”


BLUSH.


Wajah Jaejoong terlihat merona.
Namun ia segera memalingkan wajahnya.

  “Si-Siapa bilang?! Aku kesini karena aku ingin memastikan kalau kau mati atau tidak!”

  “Arasseo, arasseo”

Uh.

Namja cantik itu menggembungkan pipinya kesal.
Ia berjalan keluar kamar dan meninggalkan Yunho yang sudah benar-benar bangun.
Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Melihat Keybum yang sedang menata meja makan.

  “Umma, aku pulang sekarang ne”

  “Eoh? Tidak makan dulu, sayang?”

  “Gwenchana, aku bisa makan di rumah, lagi pula Umma pasti akan marah kalau ia tahu aku pulang terlambat”

  “Hehehe, tidak apa Joongie, Ummamu sudah tahu kalau kau tidak sekolah hari ini”

  “MWO?”

  “Nee, tadi Umma menelepon ke rumahmu”

Aish.

Jaejoong mengusap wajahnya.
Matilah ia.

Ckk!

Namja cantik itu menolehkan wajahnya saat mendengar suara langkah kaki dari tangga.
Ah, Yunho.

  “Kau mau pulang? Aku antar---”

  “KEMBALI KE KAMARMU DAN TIDUR! AKU TIDAK INGIN PERGI SENDIRI KE SEKOLAH BESOK PAGI!!”

Yunho tersentak kaget.
Niatnya untuk mengantar Jaejoong lenyap tanpa bekas.
Namja tampan itu segera mengangguk dan berdiam di sana.

Sementara Jaejoong menghela nafasnya dan memeluk Keybum.

  “Aku pulang ne Umma”

  “Hati-hati sayang”

Jaejoong mengangguk.
Ia berbalik dan beranjak meninggalkan rumah besar itu.
Mengacuhkan Keybum yang terkikik geli dan melirik putra tunggalnya.

  “Calon istrimu benar-benar menggemaskan Yunho ah~”

Hmp.

Yunho hanya tersenyum geli.


-------


  “Aku pulang”

Jaejoong berjalan hati-hati menaiki tangga.
Menyelidik mencari tahu apakah Heechul berada di rumah atau tidak.
Well, ia tidak ingin kena hukuman mencuci piring karena membolos sekolah hari ini.

  “ANAK NAKAL!”


PLAKK!


  “AAWW! Kenapa Umma memukulku eoh!?”

Jaejoong mengernyit kesal.
Mengelus kepalanya yang dipukul Heechul dari belakang.
Yeoja cantik itu menghela nafasnya.
Ia menatap tajam mata bening Jaejoong.

  “Kenapa kau tidak menginap saja?! Aishh, Yunho sedang sakit dan kau cepat sekali pulangnya!” Bentak Heechul kesal.

Mwo?

Mata bening Jaejoog mengerjap.

  “Umma tidak marah karena aku membolos sekolah?”

  “Siapa yang akan marah kalau untuk kepentingan darurat?”

Jish -_-

Jaejoong memutar bola matanya dan beranjak memasuki kamarnya.

  “Tahu begini lebih bagus aku tidak ke rumahnya saja! Ckk!” Dengusnya kesal.

Namja cantik itu melirik pintu kamar Eunjae yang tertutup.
Sepertinya Hyungnya yang satu itu juga belum pulang.
Ah, paling pergi kencan dengan Yorin Nuna lagi.


TAP TAP TAP.


Eunjae yang baru saja selesai melahap kue madunya menoleh menatap Heechul yang kembali ke dapur.
Namja hangat itu meneguk minumnya dan tersenyum manis.

  “Otte Umma?”

  “Ia sudah masuk ke dalam kamar”

Namja hangat itu mengangguk.


  “Aku sudah menelepon Junsu dan Yoochun, mereka akan segera datang”

Heechul mengangguk.
Keybum dan Yunho juga masih dalam perjalanan ke rumah mereka.
Hum.
Something secret huh?


-------


  “Jaejoong eodisseo?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Tidur” Sahut Eunjae tersenyum.

Namja tampan itu hanya menganggukkan wajahnya.
Mereka sedang berkumpul di dalam kamar tamu sekarang.

  “Jadi, bagaimana rencananya?” Tanya Hangeng mengernyitkan dahi.

  “Ulang tahun Jejoong seminggu lagi, masih ada cukup waktu” Potong Heechul.

Keybum berdehem pelan.

  “Sepertinya kita memang harus meminta bantuan Tiffany”

  “Umma, ia sedang sibuk”

Yeoja bermata kucing itu melirik Yunho yang menyahut.
Ia menaikkan alisnya.

  “Ia pasti tidak akan menolak, lagi pula hanya sekedar sandiwara biasa”

Junsu memotong.

  “Apa rencana ini akan berhasil?”

Eoh?
Seluruh anggota yang berkumpul disana menatap namja imut itu.
Jinki tersenyum lebar.

  “Pasti berhasil” Ucap Yoochun yakin.

Eunjae mengangguk.

  “Baiklah, jadi besok Yunho Hyung bisa mulai menjauhi Uri Joongie dan mendekati Tiffany Nuna, setelah itu kita semua akan berpura-pura tidak tahu dengan apa yang terjadi”

  “Hehehe, Jaejoongie pasti marah besar kalau ia tahu tentang rencana konyol ini”

  “Sekali-sekali tidak apa, bukankah ulang tahun ke 17 hanya terjadi sekali seumur hidup ania?”

Oh well.
Mereka semua saling tersenyum manis.

  “Yunho ah, demamnya sudah mendingan?” Tanya Heechul.

Yunho mengangguk.
Ia tersenyum manis mengingat Jaejoong yang menemaninya tidur tadi pagi.

  [ “Tidurlah..Aku disini” ]

Ah, that’s so cute~


-------


  “Wajah apa itu eoh?”

Yoochun menaikkan alisnya mengejek namja cantik itu.
Jaejoong mencebilkan bibir cherrynya.
Menatap kesal ke arah namja chubby itu.
Sementara Junsu dan Eunjae hanya tersenyum penuh arti.

Ah, rencana mereka sudah dimulai hum?

  “Ahjusi mesum itu tidak bisa menjemputku pulang sekolah nanti!” Ujar Jaejoong kesal.

  “Nanti? Ah, ne, tadi pagi Yunho Hyung bilang dia ada keperluan yang sangat penting” Ucap Yoochun.

Eoh?

Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Ige mwoeyo?”

  “Mollaseo, tapi yang jelas aku mengintip ponselnya, disana ada memo tentang janjinya bersama seseorang sore ini”

  “Di mana?”

  “Wae? Kau ingin membuntutinya huh?”

  “Y-YA! Aku hanya bertanya, jidat lebar!”

Namja chubby itu tertawa geli.
Ia mengangguk dan mengirimi pesan ke ponsel Jaejoong.
Namja cantik itu segera membuka ponselnya.
Kemudian ia tertegun.

Café La Pomme?

  “Setelah babak kedua kita segera pulang otte?” Usul Junsu.

Eunjae menggeleng.

  “Aku ada latihan gabungan, pertandingan sepak bola antar sekolah sudah semakin dekat” Ujarnya.


PRRITTT~!


Mereka semua menoleh.
Memperhatikan keributan yang terjadi saat bola dari sekolah lawan berhasil masuk melewati ring.

  “Pertandingan basket akbar memang selalu heboh seperti ini ya?” Tanya Yoochun.

Junsu mengangguk.

  “Soalnya mempertaruhkan kehormatan sekolah, tapi setahuku sekolah ini selalu memegang juara satu berturut-turut”

Ah.
Namja chubby itu menggumam mengerti.
Ia membalikkan tubuhnya menghadap lapangan basket.
Kembali menatap pertandingan yang berlangsung.
Sementara itu tampak bibir cherry yang mempout sempurna di samping Junsu.

Jaejoong terlihat tidak senang.

Dahinya mengerut.
Ia punya perasaan buruk tentang janji Yunho hari ini.
Oh well.
Yunho memang sudah menjelaskan kepadanya kalau yeoja yang kemarin berada di pelukannya adalah sahabatnya.
Tapi ada kemungkinan kalau namja tampan itu berbohong padanya ania?

  “AISHH!!”

Junsu tersentak kaget mendengar teriakan kesal sahabatnya.
Ia menaikkan alisnya.
Namun saat mata sipitnya memperhatikan ponsel Jaejoong yang menampilkan email berisi alamat café itu senyumnya mengembang.
Hahaha.
Junsu tahu kenapa Jaejoong seperti ini.


-------


DEG DEG DEG.


Jaejoong merasa dirinya konyol.
Jantungnya berdebar-debar sejak tadi.
Aish.
Namja cantik itu mengerutkan dahinya mengintip pengunjung café.
Yah, sebenarnya ia melarikan diri diam-diam dari Junsu, Yoochun dan Eunjae setelah pulang sekolah.
Rasa penasarannya akan Yunho benar-benar mengganggu pikirannya.
Ck.

  “Apa Yoochun berbohong?” Gumam Jaejoong kesal.

Namja cantik itu mengeluarkan ponselnya.
Ia baru saja hendak menelepon namja chubby itu.
Namun gerakannya terhenti ketika matanya tidak sengaja menatap pintu café yang baru terbuka.


DEG.


Pupil Jaejoong melebar.
Bergerak pelan tidak percaya.
Bukankah itu yeoja yang kemarin? Dan Yunho?

Lalu, kalau mereka memang bersahabat kenapa harus bergandengan tangan??

Ukh.
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Matanya terasa panas.
Sakit.
Ia mencengkram jemarinya yang bertaut.

Tenang, Kim.
Pastikan dulu..

Jaejoong mendesah pendek.
Ia mengangkat wajahnya dan terdiam di tempat.

  “Ahjusi!”

Siapa yeoja mungil itu?
Apakah anaknya Tiffany?

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mencoba mengacuhkan perasaannya yang semakin sakit.
Mata beningnya terus memperhatikan Yunho yang memangku anak perempuan itu.
Namja tampan itu tertawa saat yeoja mungil itu menarik-narik dasinya.


DEG.


Jaejoong terdiam.
Ia membuang wajahnya dan meremas celananya.
Pemandangan yang memuakkan!
Namja cantik itu memutuskan untuk beranjak dari kursinya.
Ia berjalan perlahan meninggalkan café.

Tanpa menyadari Yunho yang tersenyum melihatnya.

  “Yunho ah, aku merasa tidak enak pada tunanganmu” Ujar Tiffany berbisik.

Namja tampan itu masih tersenyum.
Ia membenarkan posisi duduk Fany Fany.

  “Gwenchana, tidak usah terlalu dipikirkan, Jaejoong tidak akan terpengaruh dengan kondisi seperti ini” Ujar Yunho.

Tiffany tidak menyahut.
Ia hanya mendesah pendek.

  “Tapi..Tadi aku melihatnya menangis..” Ucap yeoja cantik itu pelan.

Mwo?
Yunho tertegun.
Mata musangnya bergerak pelan.

  “Hiks..”

Jaejoong terisak kecil.
Ia mengusap wajahnya seraya mempercepat jalannya.
Melangkahkan kakinya menyusuri jalanan Seoul.

Ia tidak pernah melihat Yunho tersenyum seperti itu kepadanya.
Jeongmall.
Tapi Yunho tersenyum kepada yeoja itu.

  “Apa selama ini kau berbohong kepadaku?” Lirih Jaejoong lemah.

Namja cantik itu memutuskan untuk duduk di taman Seoul.
Ia menaiki ayunan dan mencengkram talinya.
Pandangannya lurus ke bawah.

Anak itu..


SRET.


Jaejoong menyentuh pelan perutnya.
Ia menggeram kesal.

  “Aku juga bisa memberinya anak!”

Tapi, sepertinya Yunho tidak ingin menunggunya lagi hum?
Cih.
Jaejoong terkekeh disela tangisnya.
Air matanya tidak bisa berhenti mengalir.

  “Memangnya aku siapa? Hanya seorang anak kecil yang jauh berbeda dengannya..Hiks..”

Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Sakit.
Kenapa terasa sangat sakit?

Mendadak Jaejoong merasa takut.

Takut kalau suatu saat nanti Yunho memutuskan hubungan pertunangan mereka.
Takut kalau suatu saat nanti Yunho meninggalkan dirinya.
Takut kalau suatu saat nanti Yunho menghilang dari sisinya.

  “Yunnie ah..” Lirih Jaejoong menumpahkan tangisnya.


-------


Namja cantik itu menghela nafas.
Menatap Yunho yang duduk di hadapannya saat ini.
Well, Jaejoong memang tidak mengerti kenapa Yunho mau repot-repot datang ke rumahnya malam-malam seperti ini.

Cih.

Namja cantik itu memicing memperhatikan pakaian Yunho.
Pasti namja tampan itu baru saja pulang dari café bersama Tiffany.

  “Jaejong ah” Panggil Yunho.


DEG.


Jaejoong tertegun.
Kenapa panggilannya berubah?
Bukankah biasanya Yunho selalu memanggilnya dengan panggilan sayang dalam keadaan apa pun?

Jemari Jaejoong bergetar pelan.
Jantungnya semakin berdebar.
Ia merasakan firasat buruk.

  “Apa? Cepat katakan padaku kalau ada yang ingin kau ucapkan, Ahjusi! Aku sibuk!” Ujar Jaejoong ketus.

Yunho tersenyum kecil.
Ia menghela nafasnya.

  “Baiklah, aku ingin kita sampai disini saja”

Apa?
Mata bening Jaejoong bergerak pelan.
Menatap mata musang Yunho yang memandangnya tajam.

  “Kurasa lebih baik pertunangan kita sampai disini saja, Jaejoong ah..Aku ingin kita berpisah” Ucap Yunho sejelas mungkin.

Bagai dihantam palu, namja cantik itu terdiam seribu bahasa.
Nafasnya tercekat.
Sesak.
Ia melupakan cara untuk bernafas.

Huh.
Perlahan bibir cherry itu menarik sebuah senyuman kecut.
Ia menatap tajam mata musang itu.

  “Kenapa tidak sejak dulu saja? Akhirnya aku bisa bebas darimu, Ahjusi” Sahut Jaejoong tajam.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya menatap Jaejoong yang beranjak dari duduknya.

  “Baiklah, mulai hari ini kau dan aku tidak terikat hubungan apa pun lagi, kau tidak usah menjemput atau mengantarku lagi, Ahjusi, selamat tinggal!” Ujar Jaejoong seraya berjalan menaiki tangga.

Meninggalkan Yunho yang masih diam disana.
Mata musangnya bergerak pelan.
Memperhatikan Jaejoong yang sudah memasuki kamar.

Namja tampan itu menoleh.
Menatap Heechul dan Hangeng yang mengintip dari dapur.
Mereka semua berlari menyusul Yunho.
Eunjae yang mengintip dari tempat berbeda ikut menghampiri namja tampan itu.

  “Umma, kurasa ini sudah keterlaluan” Ujar Yunho berdesah.

Eoh?

Heechul terkikik geli.

  “Ia harus merasakan guncangan yang berat kalau ingin hadiah ulang tahunnya nanti membekas, Yunho ah~”

  “Tapi---”

  “Gwenchana, ia baik-baik saja, kka, kau bilang ingin mencoba kue baru buatan Umma ania?”

Huf.

Yunho menghela nafas panjang.
Ia hanya mengangguk pasrah dan berjalan menyusul Heechul ke ruang makan.
Diam-diam wajahnya menoleh.
Menatap pintu kamar berstiker animasi gajah merah muda di lantai dua.

Mungkin hanya perasaannya saja.

Tapi ia melihat mata bening itu berkaca-kaca dan memerah beberapa saat yang lalu.

  [ “Tadi aku melihatnya menangis” ]

Yunho menggeleng.
Jaejoong tidak mungkin menangis.
Bukankah selama ini ia terang-terangan membenci namja tampan itu?

  “Mungkin Umma benar, Jaejoong akan baik-baik saja” Ujar Yunho tersenyum.

Heechul balas tersenyum.
Ia meletakkan piring berisi kue di hadapan Yunho.


-------


Pintu kamar itu tertutup rapat.
Hari sudah malam.
Angin berhembus lembut memasuki celah-celah jendela yang terbuka kecil itu.
Menyibakkan gorden berwarna kelabu yang terpasang di sana.

Tampak sosok cantik yang sedang meringkuk di ranjangnya.
Ia tidak berhenti menangis sejak tadi.

Lembaran tissue bertebaran dimana-mana.

Jaejoong frustasi.
Ia merasakan hatinya hancur berkeping-keping dalam sekejap.
Benar-benar tidak menyangka kalau kalimat terkutuk itu keluar dari bibir Yunho.


GGRTT!


Jaejoong mencengkram kasar bantalnya.
Wajahnya sembab.
Mata bulatnya membengkak.
Ia menggigit bibir bawahnya seraya meringis.

  “Kalau dari awal kau berniat untuk memutuskan pertunangan konyol itu kenapa kau harus repot-repot mengejarku? Kenapa kau melakukannya sejak awal?” Lirih Jaejoong terisak.


BRUKK!


Jaejoong mendesis emosi.
Ia melempar keras bantal itu.
Mata beningnya bergerak tajam.
Air matanya kembali mengalir.

  “AKU MEMBENCIMU, JUNG YUNHO!!” Teriaknya marah.

Jaejoong membanting tubuhnya ke atas ranjang.
Ia meringis seraya mencengkram rambut hitamnya.
Bibirnya terus berdesis tidak jelas.

  “Seenaknya saja kau membatalkan semuanya..Hiks..Menghancurkan perasaanku sesuka hatimu..Hiks..Kau merusak segalanya..Merusak perasaan yang sudah kukumpulkan untukmu..Hiks..Hiks..”

Namja cantik itu mengusap wajahnya.
Nafasnya mulai menderu lemah.
Matanya terasa berat.
Ia merindukan pelukan hangat beruang madu itu sekarang.

Perlahan mata beningnya terpejam.
Namja cantik itu kehilangan kesadarannya.
Sebelum bibirnya berucap pelan,

  “Aku mencintaimu Yunnie ah..


TBC

:D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar