Tittle: WHITE UMBRELLA
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-friendship-gelundungan
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“See?
Pada akhirnya hujan akan berlari mengejar payung..Karena payung dan hujan,
adalah satu..”
.
.
.
Seoul, -musim hujan- November, 2003.
ZZZRRRSSHH…
DRAP DRAP DRAP!
Sesosok namja bertubuh
mungil itu berlari kencang menuju rumahnya.
Ia meringis saat guyuran
hujan menerpa tubuhnya.
Membuat seragam sekolah
dasarnya basah kuyup.
Jung Yunho masih tetap
berusaha menaruh tasnya di atas kepala.
Ah, ia lupa membawa payung
hari ini.
Yunho mencebilkan bibirnya
kesal.
Ia mendelik menatap awan
yang mendung.
Gelap.
Hanya terlihat beberapa
orang yang berlalu lalang dengan payung mereka.
Namja mungil itu mengedarkan
pandangannya disela langkahan kakinya.
Melihat rerumputan lapangan
luas yang ada di bawah tangga menuju sungai Han bergoyang kencang.
DEG.
Perlahan langkah Yunho melambat.
Sampai kemudian terhenti
tepat di samping jalan.
Jantungnya berdebar.
Menatap sesosok namja mungil
yang berdiri memebelakanginya.
Namja itu menghadap ke arah
sungai.
Jemarinya mencengkram erat
pegangan payungnya.
Yunho memiringkan kepalanya.
Menatap payung berwarna
putih dengan sepasang telinga kelinci di atasnya.
Apa yang sedang dilakukan anak itu disana?
Yunho mengernyitkan dahi.
Kemudian ia memutuskan untuk
melangkah menuruni tangga dan berlari menghampiri anak kecil itu.
“Hei”
Sosok mungil yang berdiri di
hadapan sungai itu tidak bergeming.
Yunho memberanikan diri
untuk menyentuh bahu anak itu.
TEP.
DEG!
Anak itu terkejut.
Sontak ia menolehkan
wajahnya.
Mata beningnya membulat.
Yunho mengerjapkan mata
musangnya.
Omo, imut sekali, pikir
Yunho.
Tapi, anak itu mengenakan
pakaian yang terlihat aneh.
Baju goth-lolli yang serba hitam bercampur merah.
Payung putihnya membuat
penampilannya semakin mencolok.
“Apa yang kau lakukan disini? Bahaya kalau
sungainya meluap” Ujar Yunho akhirnya.
Namja cantik itu tidak
menyahut.
Hanya mata beningnya yang
mengerjap sendu.
Ia kembali menoleh.
Menatap rintikan hujan deras
yang mengguyur sungai itu.
Membuat arusnya terlihat
kencang.
“Aku membunuh adikku” Bisiknya pelan.
DEG.
Mata musang Yunho bergerak
pelan.
Apa?
“Ia jatuh ke sungai, hujan membawanya pergi,
padahal baru saja kami bermain bersama” Bisik namja kecil itu lagi.
Yunho merinding.
Ia meringis takut dan
memundurkan langkahnya.
Kemudian ia segera berlari
menjauh.
Mata musangnya terus menatap
anak kecil itu.
Payung putihnya…Yang bertelinga
kelinci.
Tidak akan pernah
terlupakan.
-------
Seoul, -musim panas- Agustus 2012.
“TANGKAP!”
Kim Junsu tertawa geli.
Ia melempar jus kaleng
dinginnya kepada Yunho.
Namja tampan itu segera
mengulurkan tangan kanannya.
Kemudian ia menangkap kaleng
dingin itu.
Hmp.
Yunho tersenyum kecil.
Ia benar-benar haus.
Dan Junsu adalah malaikat
penolongnya hari ini.
“Ahhh”
Yunho mendesah nikmat.
Ia terkekeh saat melihat
Changmin yang tersedak.
Aigoo.
Namja tampan itu mengedarkan
pandangannya ke sekeliling kelas.
Ah, ia sudah kelas 3 SMA
sekarang.
Yunho melirik beberapa siswi
yang sedang bercerita di pojok kelas.
Kemudian satu siswa kutu
buku yang sedang membaca buku pengetahuan.
Dan..
Sesosok namja cantik yang
pendiam selama 3 tahun terakhir ini.
Namanya Kim Jaejoong.
Setahu Yunho ia sama sekali
tidak memiliki teman.
Well, walaupun wajahnya
terlihat seperti seorang yeoja tapi ia sama sekali jauh dari kata ramah.
Jaejoong adalah namja yang
sangat dingin.
Ia selalu menatap orang
dengan tatapan tajamnya.
Seakan memberi sinyal kalau
ia tidak bisa didekati.
“Yunho ah! Kenapa kau terus memandanginya?
Kau jatuh cinta padanya eoh?” Ejek Yoochu tertawa geli.
Jish.
Yunho mencebilkan bibirnya kesal.
Ia meletakkan kalengnya
kasar.
Membuat namja cantik yang
sedang membaca bukunya di depan sana menoleh ke belakang.
Yunho segera menatap tajam
namja cantik itu.
“MWO?” Tantangnya.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya balas menatap tajam
dan kembali membaca.
Yunho mengerang kesal dan
menepuk kepala Changmin.
“Namja hantu itu membuatku kesal!” Ujarnya.
Changmin meringis.
Ia mengerucutkan bibirnya
seraya mengusap kepalanya.
“Kudengar ia tinggal sendiri” Bisik Junsu
pelan.
Eoh?
Yunho, Yoochun dan Changmin
merasa tertarik.
Mereka segera merapat kepada
Junsu.
“Keluarganya pergi meninggalkan dirinya,
well, lebih tepatnya, ia dibuang” Ulang Junsu masih berbisik.
“Tentu saja, mana mungkin keluarganya mau
memelihara hantu seperti dia!” Teriak Yunho keras.
Sengaja agar namja cantik
itu mendengarnya.
Tapi Jaejoong masih acuh.
“Yunho, jangan terlalu frontal” Bisik
Yoochun.
Namja tampan itu hanya
memutar bola matanya kesal.
TENG TENG TENG~
“Sudah waktunya pulang, kka, apa kita
bertanding game lagi di rumahku?”
Tanya Junsu menaikkan alisnya.
Yoochun menggeleng.
Begitu juga dengan Changmin.
“Aku juga tidak” Ujar Yunho.
Well, namja imut itu hanya
mengangguk pelan.
Ia berbalik menuju kursinya
dan membereskan barang-barangnya.
Aish.
Yunho mendesah malas.
Sebenarnya ia duduk tepat di
samping namja pendiam itu.
Namja tampan itu merasa
tidak senang kepada Jaejoong sejak kesan pertama mereka bertemu.
Yunho bisa dikatakan siswa
yang mudah bergaul.
Ia memiliki banyak teman
walaupun hanya dekat dengan Junsu, Yoochun dan Changmin.
Waktu itu kalau tidak salah,
adalah hari pertama semester baru.
Yunho sudah mengingatkan
Changmin agar duduk di sampingnya.
Tapi Jaejoong mendadak
datang dan meletakkan tasnya di meja Changmin.
Ia tidak menyuruh namja
berwajah kekanakan itu pindah.
Hanya diam menatap mata
sipitnya sehingga Changmin ketakutan.
Namja berwajah kekanakan itu
segera pindah ke belakang kursi Yunho.
Jaejoong tidak mengatakan
apa pun.
Namja cantik itu bahkan
tidak peduli ketika Yunho memarahinya.
Dan well, sejak saat itulah
Yunho membenci Jaejoong.
“Jaejoong ah~ Anyeong!”
Yunho, Yoochun dan Changmin
mendelik kaget menatap Junsu.
Namja imut itu terkekeh
renyah setelah melambai kepada namja cantik itu.
Junsu berjalan riang menuju
loker sepatunya.
“YYA! Apa kau gila? Kenapa kau masih tetap
saja menyapanya eoh?!” Bentak Yoochun mengerutkan dahinya.
“Kau bisa dikutuk kalau ia tidak suka!” Jerit
Changmin histeris.
“Dan bahkan dia mengacuhkan semua salammu!”
Sambung Yunho.
Mereka bertiga menatap
serius namja imut itu.
Tapi Junsu malah terkekeh
geli.
Membuat mata sipitnya
terlihat melengkung lucu.
Namja imut itu membuka
lokernya dan memakai sepatunya.
Kemudian ia berdiri dan
menatap ketiga sahabatnya.
“Ia tidak seperti yang kalian pikirkan”
Ujarnya.
Eoh?
Mereka bertiga menatap Junsu
penuh tanya.
Namja imut itu tertawa
renyah.
“Jaejoong selalu tersenyum setiap kali aku
menyapanya, kurasa ia anak yang baik” Ucap Junsu polos.
“MMWWWOOO??” Teriak Yunho, Yoochun dan
Changmin.
Senyum?
Tersenyum?
Seorang Kim Jaejoong
tersenyum?
Yoochun dan Changmin saling
bertatapan satu sama lain.
“Senyumnya pasti menyeringai sadis seperti
penyihir” Ujar mereka berdua.
Ah-ah.
Junsu menggeleng.
Ia masih terkekeh kecil.
“Senyumnya sangat manis” Bisiknya pelan.
DEG.
Yoochun dan Changmin
berteriak-teriak tidak jelas.
Diikuti tawa renyah Junsu
yang kembali terdengar.
Mereka bertiga terus mengacaukan
keheningan.
Mengacuhkan Yunho yang
terdiam.
Mata musangnya bergerak
pelan menatap lantai.
Yunho tidak mengerti.
Yunho bingung.
Tapi ada rasa penasaran yang
menelusup ketika Junsu berkata seperti itu.
Tersenyum?
Seorang Kim Jaejoong
memiliki sebuah senyum yang manis?
Hmp.
Yunho menaikkan alisnya.
Benarkah?
-------
Seoul, -musim hujan- November 2012.
TING TING~ TING~~
“Yes!
That was so amaaaazziinnggg~~” Puji
Yuri Songsaenim puas.
Guru musik itu bertepuk
tangan dan tersenyum manis kepada Jaejoong.
Namja cantik itu hanya
mengangguk pelan.
Kemudian ia memindahkan
tangannya dari tuts piano.
Jaejoong beranjak duduk di
kursinya.
Namun sejenak mata beningnya
tidak sengaja melirik ke arah Yunho.
Jaejoong tertegun.
Namja tampan itu memperhatikannya.
Tapi kemudian Yunho
memalingkan pandangannya.
“Baiklah~ Sekarang kita dengar lagu dari Kim
Junsu~”
Junsu tertawa senang.
Ia selalu bersikap ceria
seperti biasanya.
Namja imut itu beranjak
duduk di kursi piano dan mulai bermain.
TIK.
TIK.
TIK.
ZZRRRSSSHHHHH…
Yunho tertegun.
Sontak matanya refleks
menoleh ke arah jendela kelas yang terbuka.
Hujan.
Sama seperti waktu itu.
Namja tampan itu mengulas
kembali ingatannya di masa lalu.
10 tahun yang lalu.
Hujan, hari dimana ia lupa
membawa payung.
Dan anak kecil berpakaian
aneh dengan payung putih bertelinga kelincinya.
Yunho masih ingat dengan
jelas.
Wajah tanpa ekspresi anak
itu.
Dan suara bisikan lirihnya
di tengah derasnya hujan.
[ “Aku
membunuh adikku” ]
Sejak hari itu, Yunho ketakutan.
Ia telah bertemu dengan
orang aneh.
Namja tampan itu selalu
memilih jalan memutar selama ia pulang pergi sekolah.
Tapi entah kenapa, hanya
disaat musim hujan ia kembali melewati jalanan itu.
Menelusuri sungai Han dengan
mata musangnya.
Berharap kembali bertemu
dengan anak itu.
Satu yang Yunho sadari sejak
beberapa waktu yang lalu adalah, tanpa sadar ia telah jatuh cinta kepada anak
itu.
Terus memikirkannya setiap
waktu membuat Yunho terpikat kepadanya.
Mata beningnya yang bulat.
Tidak akan pernah
terlupakan.
“Good,
sekarang giliranmu Yunho ah”
“…”
“Yunho?”
“…”
“Jung Yunho, kau mendengarku?”
“…”
TRAK!
DEG!
Yunho tersentak kaget.
Lamunannya buyar seketika.
Mata musangnya mengerjap
cepat.
Menatap Jaejoong yang baru saja
memukul keras mejanya.
“Yuri Sam memanggilmu” Ujar Jaejoong datar.
Ah.
Yunho menoleh.
Menatap guru musiknya yang
memasang tampang kesal.
Kemudian ia segera beranjak
bangun dan duduk di depan piano.
Mengacuhkan bisik-bisik
Yoochun, Junsu dan Changmin.
“Wajar saja, sudah musim hujan” Ujar namja
chubby itu.
Junsu mengangguk.
“Yunho selalu seperti itu setiap kali hujan
turun, ia aneh” Sambungnya.
Ketiga namja itu
menghentikan pembicaraan mereka.
Menoleh memperhatikan
gerakan tangan Yunho yang lincah di atas tuts piano.
Tanpa menyadari Kim Jaejoong
yang menggerakkan matanya pelan.
Seulas senyum sendu terlukis
di bibirnya.
-------
“Yunho, belikan telur!”
“Yeeeee”
Namja tampan itu menghela
nafasnya.
Ia meraih uang yang
diserahkan Ummanya dan mengancingi jaketnya.
Kemudian ia mencabut satu
payung berwarna hitam dari tempatnya.
“Aku pergi!”
BLAM!
Yunho berjalan santai
menelusuri hujan deras yang masih saja mengguyur.
Namja tampan itu bersiul
pelan dan mengedarkan pandangannya.
Ah, setiap kali musim hujan
tiba para pejalan kaki di daerah ini terlihat sepi.
TAP TAP TAP.
Yunho berhenti tepat di
depan sebuah supermarket.
Ia menutup payungnya dan
meletakkan payung itu di tempat penitipan payung.
Kemudian ia segera masuk ke
dalam supermarket tanpa menyadari payung putih yang terlihat usang tergeletak
dua kotak dari payungnya.
“Selamat datang”
Yunho mengangguk.
Ia berjalan menuju rak telur
dan mengambil beberapa butir telur.
Lalu ia menyerahkan
telur-telur itu kepada sang kasir.
“3000 Won”
Namja tampan itu menyerahkan
uangnya.
Ia meraih plastik belanjaan
itu dan melangkah keluar supermarket.
SREK.
SSRAK!
Payung hitam itu terbuka.
Yunho baru saja hendak
kembali bersenandung, namun tenggorokannya tercekat saat ia melihat sesosok
namja yang berdiri di ujung jalan.
Ia tidak bisa meliht jelas
namja itu karena ia berdiri membelakangi dirinya.
Tapi yang jelas, payung yang
ada di genggaman namja itu adalah payung yang selama ini menghantui pikiran
Yunho.
“HEI!”
Yunho berteriak lantang.
Ia berlari menuju namja itu.
Wajahnya mendongak.
Menatap lampu penyebrangan
yang berwarna merah.
Mata musang Yunho bergerak
cepat ketika ia melihat seseorang yang memegang payung putih bertelinga kelinci
itu menyebrangi jalan.
DUG!
“Mianhae!”
DUGG!
“Maaf!”
Yunho meringis.
Payungnya benar-benar
mengganggu.
Orang-orang yang hendak
menyebrang mengomel karena payung Yunho menyeruduk orang-orang disekitarnya.
“AISHH!!”
Yunho membuang payung itu
kasar.
Ia menambah kecepatan larinya.
Mengacuhkan tubuhnya yang basah
kuyup dalam sekejap.
Mata musang Yunho menyipit.
Ia melihat payung putih itu
berbelok ke jalanan kecil di ujung kanan.
Nafas Yunho terengah.
Uap tebal terbentuk dari
hembusan nafasnya yang tidak teratur.
Namja tampan itu berdecak
kesal.
DRAP DRAP DRAP!
TAP!
“Hhh..hhh…hhhhnngghh”
Yunho menghentikan
langkahnya.
Pandangannya menjelajah.
Dalam sekejap ia tertegun.
Ini..
Pinggiran sungai Han.
Yunho memutar pandangannya.
Jantungnya berdebar kencang.
Berharap bisa menemukan
payung putih itu.
Tapi keberuntungan tidak
berpihak kepadanya.
Tidak ada siapa pun di sini
kecuali dirinya.
Daerah itu sepi.
Sunyi.
Yunho menghela nafas
panjang.
Yunho mengusap wajahnya
kesal dan tersentak kaget saat ia melihat plastik belanjaan yang ada di
tangannya.
Namja tampan itu segera
membuka plastik itu dan berteriak kesal menatap telur-telur yang sudah pecah
akibat guncangan keras.
“OMO! PAYUNGKU!”
Yunho menjerit histeris.
Mata musangnya membesar.
Kemudian ia kembali berlari
menuju jalanan sebelumnya.
Aish!
Itu payung kesayangan
Ummanya!
Ottokhe?!
Namja tampan itu berlari
sekencang mungkin.
Ia terus merutuk kesal.
Sampai tidak menyadari
sesosok namja cantik yang dilewati olehnya.
Namja cantik itu tersenyum
kecil.
Ia memutar-mutar payung
putih bertelinga kelinci miliknya.
-------
“Ah”
Namja tampan itu tertegun
saat membuka pintu kelasnya.
Mata musangnya hanya
menangkap Jaejoong yang sedang mengelap jendela di sana.
Sepertinya ia datang terlalu
cepat hm?
Ummanya masih marah karena
kemarin telurnya pecah dan payungnya rusak.
Sehingga Yunho memutuskan
untuk menghindari omelan Ummanya hari ini dengan segera berangkat ke sekolah.
Tapi ia tidak menyangka
kalau dirinya akan bertatap muka dengan namja cantik itu saat ini.
Yunho meletakkan tasnya di
atas meja.
Kemudian ia melirik daftar
piket.
Ah, gilirannya.
Namja tampan itu mengambil
kain lap yang tergeletak di lemari penyimpanan kelas dan mengelap jendela di
samping Jaejoong.
Hening.
Hanya terdengar suara hujan
yang mengguyur Seoul.
Yunho menghela nafas malas.
Namja tampan itu iseng
melirik ke samping.
Namun ia malah tertegun.
Mata musangnya mengerjap
tidak percaya.
Sejak kapan Jaejoong bisa
secantik ini?
Jantung Yunho berdebar
ringan.
Namja cantik itu tersenyum manis
seraya menggerakkan bibirnya tanpa suara.
Sepertinya ia sedang
bersenandung dalam hening hm?
DEG.
Yunho mengerutkan dahinya.
Rasanya ada yang aneh.
Mata itu..
Terlihat tidak asing.
“Jae---”
“Selamat pagi! Eoh? Yunho?”
Yunho menoleh ke belakang.
Menatap Junsu yang tersenyum
cerah.
Yunho mengangguk pelan.
“Pagi Jaejoongie!” Sapa Junsu.
Jaejoong menoleh.
Ia tersenyum seperti biasa
kepada namja imut itu.
Membuat Yunho tidak bisa
berhenti mengerutkan dahinya.
“Hehehe, sepertinya kau sedang senang,
Jaejoongie” Ujar Junsu.
Namja cantik itu tidak
menyahut.
Ia kembali mengelap jendela
kelas.
Sementara Yunho hanya diam.
“Kim Jaejoong”
Namja cantik itu
menghentikan gerakan tangannya.
Ia terdiam seketika.
Mata beningnya bergerak
pelan.
“Kau adalah anak yang waktu itu kan?” Desis
Yunho yakin.
Jaejoong tidak bergeming.
Matanya hanya memandang
guyuran hujan di balik jendela.
“Dan kau berpakaian goth-lolli waktu itu”
Hmph.
Jaejoong tersenyum remeh.
Ia menoleh dan menantang
mata musang itu.
“Apa yang kau bicarakan, Jung?” Desisnya
jelas.
Membuat Yunho mengerutkan
dahinya.
“Kau tidak perlu berpura-pura, aku tahu kalau
kau adalah anak yang berdiri di pinggir sungai Han 10 tahun yang lalu”
“Then?”
“Payung putih bertelinga kelinci”
Jaejoong terdiam.
Yunho mendesaknya mundur.
“Bagaimana bisa kau menuduhku seperti itu?
Kenapa tidak sejak dulu saja kalau kau seyakin ini?” Balas Jaejoong bertanya.
“Matamu..” Bisik Yunho pelan.
DEG.
Jaejoong terkesiap.
Mata?
Ada apa dengan matanya?
“Yunho? Kau sehat?” Junsu berteriak nyaring.
Ia mengernyitkan dahinya
tidak mengerti.
Namja tampan itu menatap
malas ke arah Junsu.
Kemudian ia melirik Yoochun
dan Changmin yang berjalan menuju kelas.
Yunho kembali menatap
Jaejoong.
Kemudian ia berbisik pelan
sebelum meninggalkan namja cantik itu.
“Dimana ada hujan, pasti ada payung..Dan
seorang anak lelaki yang melindungi dirinya dengan tas sekolah”
Jaejoong menahan nafasnya.
-------
“Yunho? Wae?”
Yunho menoleh.
Menatap Yoochun yang
memandangnya aneh.
Namja tampan itu menggeleng.
Ia kembali menatap papan
tulis.
“Dia terus memandangi kursi Jaejoong sejak
tadi” Jelas Changmin yang duduk di belakang Yunho.
Namja tampan itu tersenyum
kecil.
Kemudian ia kembali menoleh,
menatap kursi kosong yang ada di sampingnya.
Hari ini Jaejoong tidak
pergi ke sekolah.
Membuat Yunho kembali merasa
penasaran.
“Ah, sebentar lagi bel pulang! Akhirnyaa~”
Jerit Junsu saat Minho Sam sudah keluar dari kelas mereka.
“Memangnya kau mau kemana eoh? Diluar sedang
hujan deras” Ucap Yoochun mengejek.
“Hujan? AKU LUPA MEMBAWA PAYUNG!” Jerit
Changmin histeris.
DEG.
Yunho tersentak.
Ia mengangkat wajahnya
menatap teman-temannya.
“Yunho! Kau bawa payung tidak?” Tanya
Changmin.
Yunho menggeleng.
Ia juga lupa membawa
payungnya hari ini.
Aigoo.
TENG TENG TENG~
“Yun, kita---”
“AKU PULANG DULUAN!”
Eoh?
Yoochun, Junsu dan Changmin saling menatap Yunho bingung.
Yoochun, Junsu dan Changmin saling menatap Yunho bingung.
Namja tampan itu melompat
dari kursinya dan berlari keluar kelas membawa tasnya.
Meninggalkan ketiga
sahabatnya yang terdiam disana.
DRAP DRAP DRAP!
Yunho berlari kencang
menerobos hujan deras.
Ia melindungi dirinya dengan
tas sekolah.
Persis seperti 10 tahun yang
lalu.
Namja tampan itu terus
berlari.
Sampai ia tiba di pinggir
lapangan luas yang terlihat familiar.
DEG.
Yunho menghentikan
langkahnya.
Nafasnya menderu tidak
teratur.
Menatap sebuah payung putih
dengan telinga kelinci yang terlihat usang di pinggir sungai Han.
Persis seperti waktu itu.
Yunho segera berlari
menuruni tangga dan menghampiri namja itu.
“See?
Pada akhirnya hujan akan berlari mengejar payung..Karena payung dan hujan,
adalah satu..”
Namja cantik itu tersenyum
kecil.
Ia menoleh menatap Yunho.
Mata beningnya bergerak
pelan.
“Dari mana kau tahu kalau aku ada disini hari
ini?” Tanya Jaejoong.
Yunho tersenyum.
“Insting, aku lupa membawa payung sama
seperti waktu itu dan---”
“Dan hari ini adalah hari kematian adikku”
Yunho terdiam.
Jaejoong mengulas senyum
sendunya.
“Sejak waktu itu, aku sama sekali tidak bisa
melupakanmu, anak aneh yang menghampiriku di sini..”
“…”
“Kau masih ingat? Aku membunuh adikku”
Yunho mengangguk.
Matanya masih menatap
Jaejoong yang memandang derasnya aliran sungai.
“Kami bermain bersama, tapi payungnya jatuh
ke sungai, dan dia berusaha mengambilnya..Hujan membuat tanah menjadi licin,
adikku terpeleset dan tercebur, terbawa arus, kemudian mati..”
“Tapi ia terjatuh sendiri---”
“Sama saja dengan membunuhnya! Aku tidak bisa
berbuat apapun untuk menolongnya waktu itu”
“…”
“Umma dan Appaku membawaku ke Jepang untuk
menyembunyikanku dari penyelidikan polisi, tapi kemudian mereka kembali membawaku
ke sini dan meninggalkan aku sendiri..Tepat seperti yang dikatakan Junsu waktu itu,
mereka membuangku..”
Yunho menelan salivanya.
“Kau tahu kenapa waktu itu aku langsung
menyerobot kursi milik Changmin?”
Yunho menggeleng.
Jaejoong terkekeh kecil.
“Itu karena aku ingin kau melihatku,
mengingat kalau aku adalah anak yang waktu itu”
“Kenapa kau tidak langsung memberitahuku?”
“Karena aku ingin membuktikan, kalau takdir
itu nyata”
Hmp.
Yunho balas tersenyum.
Ia mengusap wajahnya.
“Kau belum menjawabku waktu itu, dari mana
kau yakin kalau aku adalah orang yang kau cari?” Tanya Jaejoong lagi.
“Matamu..Aku tidak pernah melihat matamu dari
jarak sedekat itu selama ini, dan hari itu aku melihatnya” Sahut Yunho pelan.
Jaejoong mengerjapkan
matanya.
Ia memalingkan wajahnya
sejenak.
Menyembunyikan tangisnya
yang mengalir.
Sesak.
“Aku tahu kalau kau tidak membunuh adikmu,
karena matamu yang mengatakan semuanya Jaejoong ah”
“Hiks..”
“Akhirnya aku menemukanmu”
SSRAK~!
Payung putih itu terjatuh.
Terhempas di sela rerumputan
yang bergoyang.
Basah terguyur hujan.
Mengacuhkan pemiliknya yang
sedang memejamkan mata.
Yunho menyatukan bibir
mereka di antara guyuran hujan.
Jemari kanannya merengkuh
tengkuk Jaejoong, sementara tangan kirinya bertaut dengan jemari namja cantik
itu.
Namja cantik itu menggenggam
erat tautan jemari Yunho padanya.
Memiringkan wajahnya
menikmati hangatnya nafas namja tampan itu.
Kedua namja itu terus
berciuman, sampai kemudian rintikan hujan mulai mereda.
Keduanya saling melepaskan
tautan bibir mereka.
Nafas menderu.
Mata musang Yunho menatap
bibir cherry Jaejoong yang basah dan merah.
Ia tersenyum kecil.
“Aku mencintaimu, sejak waktu itu” Bisik
Yunho pelan.
“Dan aku tidak pernah bisa melupakanmu sekali
pun, terutama di musim hujan” Sambung Jaejoong balas berbisik.
Keduanya terkekeh geli.
Mereka berpelukan erat dan
kembali berciuman.
Mengacuhkan tiga namja yang
merapat dalam satu payung.
Mereka saling menutup mulut
masing-masing dengan tangan dan mata yang membesar tidak percaya.
Kemudian mereka saling
menatap satu sama lain.
“MEREKA BERCIUMAN!!!”
END.
lol XD ini lucuuuu thor! >.<
BalasHapusMfftttt.. kirain bakalan sedih ceritanya.. Tau nya happy ending :D lucu yosumin XD
BalasHapusMfftttt.. kirain bakalan sedih ceritanya.. Tau nya happy ending :D lucu yosumin XD
BalasHapus