This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Selasa, 13 November 2012

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/WHITE UMBRELLA



Tittle: WHITE UMBRELLA

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-friendship-gelundungan


WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  “See? Pada akhirnya hujan akan berlari mengejar payung..Karena payung dan hujan, adalah satu..”

.
.
.

Seoul, -musim hujan- November, 2003.


ZZZRRRSSHH…


DRAP DRAP DRAP!


Sesosok namja bertubuh mungil itu berlari kencang menuju rumahnya.
Ia meringis saat guyuran hujan menerpa tubuhnya.
Membuat seragam sekolah dasarnya basah kuyup.
Jung Yunho masih tetap berusaha menaruh tasnya di atas kepala.


Ah, ia lupa membawa payung hari ini.

Yunho mencebilkan bibirnya kesal.
Ia mendelik menatap awan yang mendung.
Gelap.
Hanya terlihat beberapa orang yang berlalu lalang dengan payung mereka.

Namja mungil itu mengedarkan pandangannya disela langkahan kakinya.
Melihat rerumputan lapangan luas yang ada di bawah tangga menuju sungai Han bergoyang kencang.


DEG.


Perlahan langkah Yunho melambat.
Sampai kemudian terhenti tepat di samping jalan.
Jantungnya berdebar.
Menatap sesosok namja mungil yang berdiri memebelakanginya.

Namja itu menghadap ke arah sungai.
Jemarinya mencengkram erat pegangan payungnya.
Yunho memiringkan kepalanya.
Menatap payung berwarna putih dengan sepasang telinga kelinci di atasnya.

Apa yang sedang dilakukan anak itu disana?

Yunho mengernyitkan dahi.
Kemudian ia memutuskan untuk melangkah menuruni tangga dan berlari menghampiri anak kecil itu.

  “Hei”

Sosok mungil yang berdiri di hadapan sungai itu tidak bergeming.
Yunho memberanikan diri untuk menyentuh bahu anak itu.


TEP.


DEG!


Anak itu terkejut.
Sontak ia menolehkan wajahnya.
Mata beningnya membulat.

Yunho mengerjapkan mata musangnya.
Omo, imut sekali, pikir Yunho.

Tapi, anak itu mengenakan pakaian yang terlihat aneh.
Baju goth-lolli yang serba hitam bercampur merah.
Payung putihnya membuat penampilannya semakin mencolok.

  “Apa yang kau lakukan disini? Bahaya kalau sungainya meluap” Ujar Yunho akhirnya.

Namja cantik itu tidak menyahut.
Hanya mata beningnya yang mengerjap sendu.
Ia kembali menoleh.
Menatap rintikan hujan deras yang mengguyur sungai itu.
Membuat arusnya terlihat kencang.

  “Aku membunuh adikku” Bisiknya pelan.


DEG.


Mata musang Yunho bergerak pelan.
Apa?

  “Ia jatuh ke sungai, hujan membawanya pergi, padahal baru saja kami bermain bersama” Bisik namja kecil itu lagi.

Yunho merinding.
Ia meringis takut dan memundurkan langkahnya.
Kemudian ia segera berlari menjauh.
Mata musangnya terus menatap anak kecil itu.

Payung putihnya…Yang bertelinga kelinci.

Tidak akan pernah terlupakan.


-------


Seoul, -musim panas- Agustus 2012.


  “TANGKAP!”

Kim Junsu tertawa geli.
Ia melempar jus kaleng dinginnya kepada Yunho.
Namja tampan itu segera mengulurkan tangan kanannya.
Kemudian ia menangkap kaleng dingin itu.

Hmp.
Yunho tersenyum kecil.
Ia benar-benar haus.
Dan Junsu adalah malaikat penolongnya hari ini.

  “Ahhh”

Yunho mendesah nikmat.
Ia terkekeh saat melihat Changmin yang tersedak.
Aigoo.

Namja tampan itu mengedarkan pandangannya ke sekeliling kelas.
Ah, ia sudah kelas 3 SMA sekarang.
Yunho melirik beberapa siswi yang sedang bercerita di pojok kelas.
Kemudian satu siswa kutu buku yang sedang membaca buku pengetahuan.
Dan..

Sesosok namja cantik yang pendiam selama 3 tahun terakhir ini.

Namanya Kim Jaejoong.
Setahu Yunho ia sama sekali tidak memiliki teman.
Well, walaupun wajahnya terlihat seperti seorang yeoja tapi ia sama sekali jauh dari kata ramah.
Jaejoong adalah namja yang sangat dingin.
Ia selalu menatap orang dengan tatapan tajamnya.
Seakan memberi sinyal kalau ia tidak bisa didekati.

  “Yunho ah! Kenapa kau terus memandanginya? Kau jatuh cinta padanya eoh?” Ejek Yoochu tertawa geli.

Jish.
Yunho mencebilkan bibirnya kesal.
Ia meletakkan kalengnya kasar.
Membuat namja cantik yang sedang membaca bukunya di depan sana menoleh ke belakang.
Yunho segera menatap tajam namja cantik itu.

  “MWO?” Tantangnya.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya balas menatap tajam dan kembali membaca.
Yunho mengerang kesal dan menepuk kepala Changmin.

  “Namja hantu itu membuatku kesal!” Ujarnya.

Changmin meringis.
Ia mengerucutkan bibirnya seraya mengusap kepalanya.

  “Kudengar ia tinggal sendiri” Bisik Junsu pelan.

Eoh?
Yunho, Yoochun dan Changmin merasa tertarik.
Mereka segera merapat kepada Junsu.

  “Keluarganya pergi meninggalkan dirinya, well, lebih tepatnya, ia dibuang” Ulang Junsu masih berbisik.

  “Tentu saja, mana mungkin keluarganya mau memelihara hantu seperti dia!” Teriak Yunho keras.

Sengaja agar namja cantik itu mendengarnya.
Tapi Jaejoong masih acuh.

  “Yunho, jangan terlalu frontal” Bisik Yoochun.

Namja tampan itu hanya memutar bola matanya kesal.


TENG TENG TENG~


  “Sudah waktunya pulang, kka, apa kita bertanding game lagi di rumahku?” Tanya Junsu menaikkan alisnya.

Yoochun menggeleng.
Begitu juga dengan Changmin.

  “Aku juga tidak” Ujar Yunho.

Well, namja imut itu hanya mengangguk pelan.
Ia berbalik menuju kursinya dan membereskan barang-barangnya.
Aish.
Yunho mendesah malas.

Sebenarnya ia duduk tepat di samping namja pendiam itu.
Namja tampan itu merasa tidak senang kepada Jaejoong sejak kesan pertama mereka bertemu.
Yunho bisa dikatakan siswa yang mudah bergaul.
Ia memiliki banyak teman walaupun hanya dekat dengan Junsu, Yoochun dan Changmin.

Waktu itu kalau tidak salah, adalah hari pertama semester baru.
Yunho sudah mengingatkan Changmin agar duduk di sampingnya.
Tapi Jaejoong mendadak datang dan meletakkan tasnya di meja Changmin.
Ia tidak menyuruh namja berwajah kekanakan itu pindah.

Hanya diam menatap mata sipitnya sehingga Changmin ketakutan.
Namja berwajah kekanakan itu segera pindah ke belakang kursi Yunho.
Jaejoong tidak mengatakan apa pun.
Namja cantik itu bahkan tidak peduli ketika Yunho memarahinya.

Dan well, sejak saat itulah Yunho membenci Jaejoong.

  “Jaejoong ah~ Anyeong!”

Yunho, Yoochun dan Changmin mendelik kaget menatap Junsu.
Namja imut itu terkekeh renyah setelah melambai kepada namja cantik itu.
Junsu berjalan riang menuju loker sepatunya.

  “YYA! Apa kau gila? Kenapa kau masih tetap saja menyapanya eoh?!” Bentak Yoochun mengerutkan dahinya.

  “Kau bisa dikutuk kalau ia tidak suka!” Jerit Changmin histeris.

  “Dan bahkan dia mengacuhkan semua salammu!” Sambung Yunho.

Mereka bertiga menatap serius namja imut itu.
Tapi Junsu malah terkekeh geli.
Membuat mata sipitnya terlihat melengkung lucu.

Namja imut itu membuka lokernya dan memakai sepatunya.
Kemudian ia berdiri dan menatap ketiga sahabatnya.

  “Ia tidak seperti yang kalian pikirkan” Ujarnya.

Eoh?

Mereka bertiga menatap Junsu penuh tanya.
Namja imut itu tertawa renyah.

  “Jaejoong selalu tersenyum setiap kali aku menyapanya, kurasa ia anak yang baik” Ucap Junsu polos.

  “MMWWWOOO??” Teriak Yunho, Yoochun dan Changmin.

Senyum?
Tersenyum?

Seorang Kim Jaejoong tersenyum?

Yoochun dan Changmin saling bertatapan satu sama lain.

  “Senyumnya pasti menyeringai sadis seperti penyihir” Ujar mereka berdua.

Ah-ah.
Junsu menggeleng.
Ia masih terkekeh kecil.

  “Senyumnya sangat manis” Bisiknya pelan.


DEG.


Yoochun dan Changmin berteriak-teriak tidak jelas.
Diikuti tawa renyah Junsu yang kembali terdengar.
Mereka bertiga terus mengacaukan keheningan.

Mengacuhkan Yunho yang terdiam.
Mata musangnya bergerak pelan menatap lantai.
Yunho tidak mengerti.
Yunho bingung.

Tapi ada rasa penasaran yang menelusup ketika Junsu berkata seperti itu.

Tersenyum?
Seorang Kim Jaejoong memiliki sebuah senyum yang manis?

Hmp.
Yunho menaikkan alisnya.
Benarkah?


-------


Seoul, -musim hujan- November 2012.


TING TING~ TING~~


  “Yes! That was so amaaaazziinnggg~~” Puji Yuri Songsaenim puas.

Guru musik itu bertepuk tangan dan tersenyum manis kepada Jaejoong.
Namja cantik itu hanya mengangguk pelan.
Kemudian ia memindahkan tangannya dari tuts piano.

Jaejoong beranjak duduk di kursinya.
Namun sejenak mata beningnya tidak sengaja melirik ke arah Yunho.
Jaejoong tertegun.
Namja tampan itu memperhatikannya.

Tapi kemudian Yunho memalingkan pandangannya.

  “Baiklah~ Sekarang kita dengar lagu dari Kim Junsu~”

Junsu tertawa senang.
Ia selalu bersikap ceria seperti biasanya.
Namja imut itu beranjak duduk di kursi piano dan mulai bermain.


TIK.

TIK.

TIK.


ZZRRRSSSHHHHH…


Yunho tertegun.
Sontak matanya refleks menoleh ke arah jendela kelas yang terbuka.
Hujan.
Sama seperti waktu itu.

Namja tampan itu mengulas kembali ingatannya di masa lalu.
10 tahun yang lalu.
Hujan, hari dimana ia lupa membawa payung.
Dan anak kecil berpakaian aneh dengan payung putih bertelinga kelincinya.

Yunho masih ingat dengan jelas.
Wajah tanpa ekspresi anak itu.
Dan suara bisikan lirihnya di tengah derasnya hujan.

  [ “Aku membunuh adikku” ]

Sejak hari itu, Yunho ketakutan.
Ia telah bertemu dengan orang aneh.
Namja tampan itu selalu memilih jalan memutar selama ia pulang pergi sekolah.
Tapi entah kenapa, hanya disaat musim hujan ia kembali melewati jalanan itu.

Menelusuri sungai Han dengan mata musangnya.

Berharap kembali bertemu dengan anak itu.

Satu yang Yunho sadari sejak beberapa waktu yang lalu adalah, tanpa sadar ia telah jatuh cinta kepada anak itu.
Terus memikirkannya setiap waktu membuat Yunho terpikat kepadanya.
Mata beningnya yang bulat.
Tidak akan pernah terlupakan.

  “Good, sekarang giliranmu Yunho ah”

  “…”

  “Yunho?”

  “…”

  “Jung Yunho, kau mendengarku?”

  “…”


TRAK!


DEG!


Yunho tersentak kaget.
Lamunannya buyar seketika.
Mata musangnya mengerjap cepat.
Menatap Jaejoong yang baru saja memukul keras mejanya.

  “Yuri Sam memanggilmu” Ujar Jaejoong datar.

Ah.
Yunho menoleh.
Menatap guru musiknya yang memasang tampang kesal.
Kemudian ia segera beranjak bangun dan duduk di depan piano.
Mengacuhkan bisik-bisik Yoochun, Junsu dan Changmin.

  “Wajar saja, sudah musim hujan” Ujar namja chubby itu.

Junsu mengangguk.

  “Yunho selalu seperti itu setiap kali hujan turun, ia aneh” Sambungnya.

Ketiga namja itu menghentikan pembicaraan mereka.
Menoleh memperhatikan gerakan tangan Yunho yang lincah di atas tuts piano.

Tanpa menyadari Kim Jaejoong yang menggerakkan matanya pelan.
Seulas senyum sendu terlukis di bibirnya.


-------


  “Yunho, belikan telur!”

  “Yeeeee”

Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia meraih uang yang diserahkan Ummanya dan mengancingi jaketnya.
Kemudian ia mencabut satu payung berwarna hitam dari tempatnya.

  “Aku pergi!”


BLAM!


Yunho berjalan santai menelusuri hujan deras yang masih saja mengguyur.
Namja tampan itu bersiul pelan dan mengedarkan pandangannya.
Ah, setiap kali musim hujan tiba para pejalan kaki di daerah ini terlihat sepi.


TAP TAP TAP.


Yunho berhenti tepat di depan sebuah supermarket.
Ia menutup payungnya dan meletakkan payung itu di tempat penitipan payung.
Kemudian ia segera masuk ke dalam supermarket tanpa menyadari payung putih yang terlihat usang tergeletak dua kotak dari payungnya.

  “Selamat datang”

Yunho mengangguk.
Ia berjalan menuju rak telur dan mengambil beberapa butir telur.
Lalu ia menyerahkan telur-telur itu kepada sang kasir.

  “3000 Won”

Namja tampan itu menyerahkan uangnya.
Ia meraih plastik belanjaan itu dan melangkah keluar supermarket.


SREK.


SSRAK!


Payung hitam itu terbuka.
Yunho baru saja hendak kembali bersenandung, namun tenggorokannya tercekat saat ia melihat sesosok namja yang berdiri di ujung jalan.
Ia tidak bisa meliht jelas namja itu karena ia berdiri membelakangi dirinya.
Tapi yang jelas, payung yang ada di genggaman namja itu adalah payung yang selama ini menghantui pikiran Yunho.

  “HEI!”

Yunho berteriak lantang.
Ia berlari menuju namja itu.
Wajahnya mendongak.
Menatap lampu penyebrangan yang berwarna merah.
Mata musang Yunho bergerak cepat ketika ia melihat seseorang yang memegang payung putih bertelinga kelinci itu menyebrangi jalan.


DUG!


  “Mianhae!”


DUGG!


  “Maaf!”

Yunho meringis.
Payungnya benar-benar mengganggu.
Orang-orang yang hendak menyebrang mengomel karena payung Yunho menyeruduk orang-orang disekitarnya.

  “AISHH!!”

Yunho membuang payung itu kasar.
Ia menambah kecepatan larinya.
Mengacuhkan tubuhnya yang basah kuyup dalam sekejap.

Mata musang Yunho menyipit.
Ia melihat payung putih itu berbelok ke jalanan kecil di ujung kanan.
Nafas Yunho terengah.
Uap tebal terbentuk dari hembusan nafasnya yang tidak teratur.
Namja tampan itu berdecak kesal.


DRAP DRAP DRAP!


TAP!


  “Hhh..hhh…hhhhnngghh”

Yunho menghentikan langkahnya.
Pandangannya menjelajah.
Dalam sekejap ia tertegun.
Ini..
Pinggiran sungai Han.

Yunho memutar pandangannya.
Jantungnya berdebar kencang.
Berharap bisa menemukan payung putih itu.

Tapi keberuntungan tidak berpihak kepadanya.
Tidak ada siapa pun di sini kecuali dirinya.
Daerah itu sepi.
Sunyi.
Yunho menghela nafas panjang.

Yunho mengusap wajahnya kesal dan tersentak kaget saat ia melihat plastik belanjaan yang ada di tangannya.
Namja tampan itu segera membuka plastik itu dan berteriak kesal menatap telur-telur yang sudah pecah akibat guncangan keras.

  “OMO! PAYUNGKU!”

Yunho menjerit histeris.
Mata musangnya membesar.
Kemudian ia kembali berlari menuju jalanan sebelumnya.

Aish!

Itu payung kesayangan Ummanya!
Ottokhe?!

Namja tampan itu berlari sekencang mungkin.
Ia terus merutuk kesal.
Sampai tidak menyadari sesosok namja cantik yang dilewati olehnya.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia memutar-mutar payung putih bertelinga kelinci miliknya.


-------


  “Ah”

Namja tampan itu tertegun saat membuka pintu kelasnya.
Mata musangnya hanya menangkap Jaejoong yang sedang mengelap jendela di sana.
Sepertinya ia datang terlalu cepat hm?
Ummanya masih marah karena kemarin telurnya pecah dan payungnya rusak.
Sehingga Yunho memutuskan untuk menghindari omelan Ummanya hari ini dengan segera berangkat ke sekolah.

Tapi ia tidak menyangka kalau dirinya akan bertatap muka dengan namja cantik itu saat ini.

Yunho meletakkan tasnya di atas meja.
Kemudian ia melirik daftar piket.
Ah, gilirannya.
Namja tampan itu mengambil kain lap yang tergeletak di lemari penyimpanan kelas dan mengelap jendela di samping Jaejoong.

Hening.

Hanya terdengar suara hujan yang mengguyur Seoul.

Yunho menghela nafas malas.
Namja tampan itu iseng melirik ke samping.
Namun ia malah tertegun.
Mata musangnya mengerjap tidak percaya.
Sejak kapan Jaejoong bisa secantik ini?

Jantung Yunho berdebar ringan.

Namja cantik itu tersenyum manis seraya menggerakkan bibirnya tanpa suara.
Sepertinya ia sedang bersenandung dalam hening hm?


DEG.


Yunho mengerutkan dahinya.
Rasanya ada yang aneh.
Mata itu..
Terlihat tidak asing.

  “Jae---”

  “Selamat pagi! Eoh? Yunho?”

Yunho menoleh ke belakang.
Menatap Junsu yang tersenyum cerah.
Yunho mengangguk pelan.

  “Pagi Jaejoongie!” Sapa Junsu.

Jaejoong menoleh.
Ia tersenyum seperti biasa kepada namja imut itu.
Membuat Yunho tidak bisa berhenti mengerutkan dahinya.

  “Hehehe, sepertinya kau sedang senang, Jaejoongie” Ujar Junsu.

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia kembali mengelap jendela kelas.
Sementara Yunho hanya diam.

  “Kim Jaejoong”

Namja cantik itu menghentikan gerakan tangannya.
Ia terdiam seketika.
Mata beningnya bergerak pelan.

  “Kau adalah anak yang waktu itu kan?” Desis Yunho yakin.

Jaejoong tidak bergeming.
Matanya hanya memandang guyuran hujan di balik jendela.

  “Dan kau berpakaian goth-lolli waktu itu”

Hmph.

Jaejoong tersenyum remeh.
Ia menoleh dan menantang mata musang itu.

  “Apa yang kau bicarakan, Jung?” Desisnya jelas.

Membuat Yunho mengerutkan dahinya.

  “Kau tidak perlu berpura-pura, aku tahu kalau kau adalah anak yang berdiri di pinggir sungai Han 10 tahun yang lalu”

  “Then?”

  “Payung putih bertelinga kelinci”

Jaejoong terdiam.
Yunho mendesaknya mundur.

  “Bagaimana bisa kau menuduhku seperti itu? Kenapa tidak sejak dulu saja kalau kau seyakin ini?” Balas Jaejoong bertanya.

  “Matamu..” Bisik Yunho pelan.


DEG.


Jaejoong terkesiap.
Mata?
Ada apa dengan matanya?

  “Yunho? Kau sehat?” Junsu berteriak nyaring.

Ia mengernyitkan dahinya tidak mengerti.
Namja tampan itu menatap malas ke arah Junsu.
Kemudian ia melirik Yoochun dan Changmin yang berjalan menuju kelas.
Yunho kembali menatap Jaejoong.
Kemudian ia berbisik pelan sebelum meninggalkan namja cantik itu.

  “Dimana ada hujan, pasti ada payung..Dan seorang anak lelaki yang melindungi dirinya dengan tas sekolah”

Jaejoong menahan nafasnya.


-------


  “Yunho? Wae?”

Yunho menoleh.
Menatap Yoochun yang memandangnya aneh.
Namja tampan itu menggeleng.
Ia kembali menatap papan tulis.

  “Dia terus memandangi kursi Jaejoong sejak tadi” Jelas Changmin yang duduk di belakang Yunho.

Namja tampan itu tersenyum kecil.
Kemudian ia kembali menoleh, menatap kursi kosong yang ada di sampingnya.
Hari ini Jaejoong tidak pergi ke sekolah.
Membuat Yunho kembali merasa penasaran.

  “Ah, sebentar lagi bel pulang! Akhirnyaa~” Jerit Junsu saat Minho Sam sudah keluar dari kelas mereka.

  “Memangnya kau mau kemana eoh? Diluar sedang hujan deras” Ucap Yoochun mengejek.

  “Hujan? AKU LUPA MEMBAWA PAYUNG!” Jerit Changmin histeris.


DEG.


Yunho tersentak.
Ia mengangkat wajahnya menatap teman-temannya.

  “Yunho! Kau bawa payung tidak?” Tanya Changmin.

Yunho menggeleng.
Ia juga lupa membawa payungnya hari ini.
Aigoo.


TENG TENG TENG~


  “Yun, kita---”

  “AKU PULANG DULUAN!”

Eoh?
Yoochun, Junsu dan Changmin saling menatap Yunho bingung.
Namja tampan itu melompat dari kursinya dan berlari keluar kelas membawa tasnya.
Meninggalkan ketiga sahabatnya yang terdiam disana.


DRAP DRAP DRAP!


Yunho berlari kencang menerobos hujan deras.
Ia melindungi dirinya dengan tas sekolah.
Persis seperti 10 tahun yang lalu.
Namja tampan itu terus berlari.

Sampai ia tiba di pinggir lapangan luas yang terlihat familiar.


DEG.


Yunho menghentikan langkahnya.
Nafasnya menderu tidak teratur.
Menatap sebuah payung putih dengan telinga kelinci yang terlihat usang di pinggir sungai Han.
Persis seperti waktu itu.

Yunho segera berlari menuruni tangga dan menghampiri namja itu.

  “See? Pada akhirnya hujan akan berlari mengejar payung..Karena payung dan hujan, adalah satu..”

Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia menoleh menatap Yunho.
Mata beningnya bergerak pelan.

  “Dari mana kau tahu kalau aku ada disini hari ini?” Tanya Jaejoong.

Yunho tersenyum.

  “Insting, aku lupa membawa payung sama seperti waktu itu dan---”

  “Dan hari ini adalah hari kematian adikku”

Yunho terdiam.
Jaejoong mengulas senyum sendunya.

  “Sejak waktu itu, aku sama sekali tidak bisa melupakanmu, anak aneh yang menghampiriku di sini..”

  “…”

  “Kau masih ingat? Aku membunuh adikku”

Yunho mengangguk.
Matanya masih menatap Jaejoong yang memandang derasnya aliran sungai.

  “Kami bermain bersama, tapi payungnya jatuh ke sungai, dan dia berusaha mengambilnya..Hujan membuat tanah menjadi licin, adikku terpeleset dan tercebur, terbawa arus, kemudian mati..”

  “Tapi ia terjatuh sendiri---”

  “Sama saja dengan membunuhnya! Aku tidak bisa berbuat apapun untuk menolongnya waktu itu”

  “…”

  “Umma dan Appaku membawaku ke Jepang untuk menyembunyikanku dari penyelidikan polisi, tapi kemudian mereka kembali membawaku ke sini dan meninggalkan aku sendiri..Tepat seperti yang dikatakan Junsu waktu itu, mereka membuangku..”

Yunho menelan salivanya.

  “Kau tahu kenapa waktu itu aku langsung menyerobot kursi milik Changmin?”

Yunho menggeleng.
Jaejoong terkekeh kecil.

  “Itu karena aku ingin kau melihatku, mengingat kalau aku adalah anak yang waktu itu”

  “Kenapa kau tidak langsung memberitahuku?”

  “Karena aku ingin membuktikan, kalau takdir itu nyata”

Hmp.
Yunho balas tersenyum.
Ia mengusap wajahnya.

  “Kau belum menjawabku waktu itu, dari mana kau yakin kalau aku adalah orang yang kau cari?” Tanya Jaejoong lagi.

  “Matamu..Aku tidak pernah melihat matamu dari jarak sedekat itu selama ini, dan hari itu aku melihatnya” Sahut Yunho pelan.

Jaejoong mengerjapkan matanya.
Ia memalingkan wajahnya sejenak.
Menyembunyikan tangisnya yang mengalir.

Sesak.

  “Aku tahu kalau kau tidak membunuh adikmu, karena matamu yang mengatakan semuanya Jaejoong ah”

  “Hiks..”

  “Akhirnya aku menemukanmu”


SSRAK~!


Payung putih itu terjatuh.
Terhempas di sela rerumputan yang bergoyang.
Basah terguyur hujan.

Mengacuhkan pemiliknya yang sedang memejamkan mata.
Yunho menyatukan bibir mereka di antara guyuran hujan.
Jemari kanannya merengkuh tengkuk Jaejoong, sementara tangan kirinya bertaut dengan jemari namja cantik itu.

Namja cantik itu menggenggam erat tautan jemari Yunho padanya.
Memiringkan wajahnya menikmati hangatnya nafas namja tampan itu.
Kedua namja itu terus berciuman, sampai kemudian rintikan hujan mulai mereda.

Keduanya saling melepaskan tautan bibir mereka.

Nafas menderu.
Mata musang Yunho menatap bibir cherry Jaejoong yang basah dan merah.
Ia tersenyum kecil.

  “Aku mencintaimu, sejak waktu itu” Bisik Yunho pelan.

  “Dan aku tidak pernah bisa melupakanmu sekali pun, terutama di musim hujan” Sambung Jaejoong balas berbisik.

Keduanya terkekeh geli.
Mereka berpelukan erat dan kembali berciuman.

Mengacuhkan tiga namja yang merapat dalam satu payung.
Mereka saling menutup mulut masing-masing dengan tangan dan mata yang membesar tidak percaya.
Kemudian mereka saling menatap satu sama lain.

  “MEREKA BERCIUMAN!!!”


END.

3 komentar:

  1. lol XD ini lucuuuu thor! >.<

    BalasHapus
  2. Mfftttt.. kirain bakalan sedih ceritanya.. Tau nya happy ending :D lucu yosumin XD

    BalasHapus
  3. Mfftttt.. kirain bakalan sedih ceritanya.. Tau nya happy ending :D lucu yosumin XD

    BalasHapus