PART 2.
Jaejoong membuka
pelan pintu kamarnya setelah menidurkan Jaeho dan Junhon.
Namja cantik itu
menahan nafasnya melihat sang Richie terduduk
di pinggir ranjang.
Membelakangi
dirinya.
Hati Jaejoong
sesak.
Ia menutup pintu
dan memeluk Yunho dari belakang.
Menyurukkan
wajahnya di bahu namja tampan itu.
Yunho menutup
wajahnya dengan kedua tangan.
Jaejoong tahu
suaminya menangis.
Hal yang tidak
pernah dilakukannya selama ia mengenal namja tampan ini.
Oh Tuhan,
hatinya ikut terluka.
“Apakah aku salah? Semuanya?” Bisik Yunho
serak.
Tangis Jaejoong
pecah.
Ia mempererat
pelukannya pada namja tampan itu.
Mencoba memberikannya
kekuatan lebih.
“Aku meminta Jaeho memanggilku dengan sebutan
yang berbeda karena aku ingin dispesialkan oleh mereka, aku ingin menunjukkan
pada dunia kalau aku punya dua putra yang luar biasa” Ujar Yunho meringis.
Menahan sakit di hatinya.
Jaejoong
beringsut duduk di samping kekasihnya.
Meraih jemari
itu dan mengusap lembut pipi basah sang jutawan.
Oh, Appa mana
yang tidak sedih melihat putranya sendiri lebih memilih menyayangi orang lain
dibandingkan dirinya?
Yunho
benar-benar terluka.
“Aku berusaha mendidik Jaeho untuk sedikit
lebih di atas Junhon karena ia kakaknya, karena suatu saat nanti ia yang akan
menggantikan posisiku di perusahaan, dan aku..Aku sengaja meninggalkan Jaeho di
rumah setiap hari karena aku tidak ingin kau kesepian. Aku tahu ia dekat
denganmu Boo”
“Yunnie..”
“Apa aku salah, Boo? Aku..Aku tidak becus
menjadi seorang Appa..”
Air mata Yunho
kembali berjatuhan.
Ia tampak lemah.
Hanya di hadapan
Jaejoongnya.
Namja cantik itu
menangkup penuh sayang wajah suaminya.
Mengusap setiap
air mata yang turun.
“Kau hanya terlalu bersemangat, sayang, Jaeho
dan Junhon adalah pengalaman pertama untukmu, untuk kita berdua” Ucap Jaejoong
lembut.
“Maafkan aku..” Bisik Yunho pelan.
“Oh Yunnie”
Jaejoong segera melingkupi
namja tampan itu dengan pelukan eratnya.
Mencoba
mengurangi rasa sedih kekasihnya.
“Membagi rata kasih sayang untuk anak kembar
memang tidak semudah yang dibayangkan, Yunnie, jangan memperlakukan Jaeho
seperti itu lagi. Ia memang seorang kakak, tapi tetap saja mereka itu kembar”
“Mianhae..”
“I hate
your tears, Yunnie..Please,
uljima..”
Yunho
menghembuskan nafas panjang.
Gosh.
Tidak pernah ia
sesentimentil ini seumur hidupnya.
Kedua putranya
punya pengaruh besar dalam hidupnya.
Yunho berjanji
pada dirinya kalau ia akan mengubah segalanya besok pagi.
Ia akan
menyayangi Jaeho sebagaimana yang namja almond
itu inginkan.
“Kurasa lebih baik kita segera tidur” Bujuk
Jaejoong.
Yunho
mengangguk.
Ia melonggarkan
pelukan mereka dan mengecup bibir ranum Jaejoong.
Melegakan
pikirannya dengan sedikit cumbuan dari kekasih cantiknya.
Perlahan
Jaejoong merebahkan dirinya hingga terbaring di atas ranjang.
Membiarkan Yunho
mengurangi sedikit kesedihannya saat ini.
-------
“Umma, Jaejae tidak mau pergi”
Jaejoong menoleh
menatap Jaeho yang merengek padanya.
Junhon
mengangguk setuju.
Ia mengenggam
erat tangan Jaeho seakan menunjukkan kekompakan mereka.
Jaejoong
tersenyum kecil dibuatnya.
“Taman kanak-kanak tidak seburuk yang kalian
pikirkan, sayang, jja, habiskan sarapannya. Appa akan mengantarkan kalian ke sekolah
setelah ini”
“Ummaaa”
“Jung Jae Hon kalian dengar Umma?”
Uh.
Junhon
mengerutkan dahinya kesal.
Ia mendongak
memandang Hyungnya.
Ia tidak ingin
ke sana.
Ia tidak ingin
pergi ke tempat di mana banyak kamera yang selalu mengikuti mereka.
Ia tidak ingin
anak-anak di sana terpesona pada Hyungnya dan mengajak Hyungnya bermain.
Tidak!
“Daddy~!”
Pekik Junhon mencari bantuan.
Yunho yang
sedang mengunyah sarapannya itu tersenyum manis.
“Ya sayang? Kita berangkat sekarang?”
Junhon mendorong
piringnya tidak senang.
Sementara Jaeho
hanya mendesah pendek.
Ia masih ingin
berada di rumah lebih lama dan menghabiskan waktu bersama Ummanya seperti
biasa.
“Okay,
Daddy have meetings this morning and we
should go right now” Ujar Yunho telak.
Jaejoong
membantu Jaeho dan Junhon turun dari kursi mereka.
Membenarkan
pakaian keduanya dan mengecup lembut dahi putranya.
“Hati-hati ne, jangan nakal dan cari teman yang
banyak” Pesan Jaejoong.
Jaeho dan Junhon
mau tidak mau terpaksa mengangguk.
Mereka memeluk
Jaejoong dan berjalan mengikuti Yunho yang sudah memasuki mobilnya.
“Daddy,
Hon punya janji dengan Chwang samchon pulang sekolah, kami mau makan burger
bersama” Lapor Junhon setelah memasuki mobil mewah tersebut.
Yunho menoleh
padanya.
“Hm, ingat, jangan memakan lebih dari 2 junkfood. Kau bisa sakit”
Junhon
mengangguk riang.
Ia menarik
lengan Hyungnya.
“Mian ne Hyung, Hon janjinya Cuma berdua
dengan Chwang samchon”
“Mwo? Kau meninggalkanku?”
“Hehehe, nanti Hon bawa pulang burger deh,
jangan marah ya?”
“Hyung marah”
“Hyuuunngg~!”
Jaeho tertawa
kecil.
Ia menepuk gemas
kepala adik kembarnya dan mengecup sayang dahi namja cherry itu.
Mereka tertawa
bersama.
Mengacuhkan
Yunho yang tertegun memperhatikan keduanya.
Omo.
Putranya
benar-benar menggemaskan. Pikirnya.
Mobil mewah
tersebut berhenti di depan perkarangan sebuah bangunan raksasa yang lebih mirip
istana daripada sebuah taman kanak-kanak.
Yunho keluar dan
mengecup pipi kedua putra kembarnya.
Mengacuhkan
suara jepretan kamera yang entah sejak kapan membidik mereka.
“Kalau begitu Jaejae tunggu Appa jemput ne?
Jangan ke mana-mana” Ujarnya.
Jaeho mengangguk
patuh.
Ia menarik
tangan Junhon memasuki perkarangan sekolahnya.
Yunho menghela
nafas pelan.
Kemudian ia
tersenyum kecil.
Tidak ada
salahnya meminta bantuan Changmin untuk membawa Junhon sebentar agar ia bisa
mengambil kembali hati Jaeho untuknya.
Namja tampan itu
berbalik memasuki mobil setelah memastikan kedua putranya menghilang ke dalam
kelas mereka.
Ia menghidupkan wireless earphone yang ada di telinga
kirinya dan mulai mendengarkan jadwalnya hari ini dari sekretarisnya.
.
.
.
Suara petir yang
menyambar terdengar memecah keheningan ruangan Yunho.
Namja tampan itu
terkejut dan segera menolehkan wajahnya keluar jendela.
Langit terlihat
sangat gelap.
Angin berhembus
kencang.
Ia meraih
ponselnya dan menelepon Jaejoong ketika hujan mulai turun membasahi jendela
kantornya.
“Ne
bear?”
“Sayang, kau baik-baik saja?”
“Ah,
ne, gwenchana, ada Yoochun dan Junsu di sini”
“Benarkah? Kau ingin aku pulang sekarang
menemanimu? Aku khawatir padamu Boo”
“Aigoo
Yunnie, aku hanya mual dan pusing seperti biasanya. Aku seorang Umma sekarang,
bukan lagi pengantinmu yang masih lugu”
Hmp.
Yunho mengulas
senyum kecilnya.
Aish.
Jaejoongnya itu.
“Ne, baiklah kalau begitu, jaga kesehatanmu
arra? Jangan sampai kau jatuh sakit dan segera beristirahat, jangan lupa pakai
penutup telingamu, aku mencintaimu”
“Umma
juga mencintai Appa, hehehe, jja ne”
KLIK.
Yunho mendesah
pelan dengan senyum manisnya.
Ia meletakkan
ponselnya begitu saja di atas meja dan kembali melanjutkan pekerjaannya.
Mengacuhkan
hujan yang semakin deras mengguyur Seoul sore ini.
TOK TOK TOK.
“Masuk”
CKLEK.
Yunho mengangkat
wajahnya sekilas.
Menatap Siwon
yang memasuki ruangannya.
Kemudian ia
beralih menandatangani berkas-berkas penting yang menumpuk itu.
“Um, Tuan, apa anda tidak melupakan sesuatu?”
Tanya Siwon mengernyitkan dahinya.
Huh?
Yunho
menggeleng.
Mengacuhkan
Siwon yang memiringkan kepalanya bingung.
Ia melihat jam
tangannya yang sudah menunjukkan pukul lima sore.
“Tapi saya pikir anda akan menjemput Tuan
Muda karena sekolahnya sudah berakhir setengah jam yang lalu”
DEG.
Kedua mata
musang Yunho melebar sempurna.
Ia mengangkat
wajahnya dan menatap asistennya itu.
“MWOYA?!”
Yunho berteriak
panik.
Ia melempar
berkas-berkas itu berhamburan di udara.
Membiarkan Choi
Siwon yang bergerak panik menyelamatkan dokumen-dokumen berharga tersebut.
Aigoo.
“Kim Jonghyun! Siapkan mobil!” Ucap Yunho
menekan earphone-nya.
Namja tampan itu
berlari memasuki lift dan mengetuk pintunya
tidak sabar memperhatikan angka-angka yang berjalan mundur.
Shit!
Shit shit shit!
Bagaimana ia
bisa lupa eoh?!
Seharusnya ia
menjemput Jaeho tepat waktu dan menghabiskan waktu berdua dengan putra
pertamanya itu!
.
.
.
Yunho melompat
keluar dari mobilnya setelah membuka kasar pintu mobil mewah tersebut.
Sementara dua
pengawal yang selalu setia mengikutinya kemana pun segera memayungi Tuan Besar
mereka.
Yunho bisa
melihat seorang wanita cantik berdiri cemas di depan kelas berpintu ungu itu.
“Tuan Jung! Kami mencoba menghubungi anda
sejak tadi, tapi telepon tidak tersambung!” Ujar wanita yang bertugas sebagai
wali kelas Jaeho dan Junhon.
“Di mana putraku?” Tanya Yunho langsung.
Wanita itu meringis
panik.
“Ia terus mengeluh sebelum hujan turun, Jaeho
sempat memutuskan untuk menerobos hujan untuk mendatangi kantor anda, tetapi ia
pingsan setelah terguyur hujan. Kulitnya memerah, kami begitu panik, ia ada di
ruang kesehatan sekarang”
Alergi hujan!
Damn!
Seharusnya Yunho
memeriksakan kedua putranya sewaktu mereka bayi!
Tapi kandungan
Jaejoong yang selalu dalam keadaan sehat membuatnya mengurungkan niat.
Namja tampan itu
segera berlari menyusul wali kelas cantik itu.
Ia membuka kasar
pintu ruang kesehatan dan berdesah lirih melihat Jaehonya tampak masih terlelap
di atas ranjang.
Pakaiannya sudah
diganti oleh sang guru kesehatan.
Yunho segera
menghampiri putranya dan duduk di sampingnya.
Ia meringis.
Menggenggam
jemari kecil putranya yang dingin.
Hatinya terluka.
“Mianhae, Jae” Bisik Yunho di telinga namja almond itu.
Yunho segera
menggendong Jaeho dan mengucapkan terima kasih kepada guru cantik itu.
Kemudian ia
berjalan memasuki mobilnya dan berucap pada Kim Jonghyun.
“Kita ke hotelku sekarang, hubungi Dokter
Shim dan beritahu Jaejoong kalau aku dan Jaeho akan menginap di sana malam ini”
Supir pribadi
itu mengangguk patuh.
Yunho menghela
nafas panjang.
Ia mengusap poni
Jaeho ke belakang.
Mengecup-kecup
penuh sayang dahi dan pelipisnya.
Namja tampan itu
segera turun dari mobil ketika mereka sampai di tempat tujuan.
Ia bisa melihat
Ayah dari Shim Changmin sudah berdiri menunggunya di depan hotel.
Pria paruh baya
itu segera mengikuti Yunho yang membawa anaknya menuju suite termewah yang ada di dalam gedung itu.
“Ia baik-baik saja kan?” Tanya Yunho
khawatir.
Dokter Shim itu
mengangguk.
Ia menyelimuti
putra jutawan itu dan berbalik menghadap Yunho.
“Jangan biarkan ia terkena hujan lagi, obat
ini sama dengan yang dikonsumsi Jaejoong, hanya saja dosisnya setengah dari
yang biasanya”
“Arasseo”
Pria paruh baya
itu mengangguk.
Ia tersenyum dan
menepuk bahu Yunho.
Kemudian ia
beranjak meninggalkan kamar hotel tersebut.
Yunho melepas
jas armaninya dan meletakkannya di atas meja.
Kemudian ia
berbaring di samping Jaeho.
Memperhatikan
wajah tampannya yang mulai merona kembali.
DDRRTT…DDRRTTT…
Yunho meraih
ponselnya.
Menjawab
panggilan dari BooJae tersayangnya itu.
“Yunnie,
Jonghyun menghubungiku, uri Jaejae baik-baik saja kan?”
“Ne, ia sudah dirawat Dokter Shim, kurasa
lebih baik kami menginap di sini malam ini, gwenchana sayang?”
“Oh
Yunnie, lakukan yang terbaik untuk Jaeho, please”
“Honchan sudah pulang?”
“Changmin
sedang dalam perjalanan mengantarkannya pulang, Yunnie”
“Ia baik-baik saja kan? Tidak menangis ketika
hujan turun kan?”
“Aniyo
Yun, ia baik-baik saja”
“Syukurlah”
“Yunnie,
mianhae..Karena penyakit konyolku itu putra kita sakit sekarang..”
“Hei, jangan sedih, semuanya akan baik-baik
saja, apa kau sudah memakai penutup telingamu?”
“Ne
Yun, Junsu juga masih di sini sampai Changmin membawa Junhon”
“Baiklah, kalau begitu aku tutup teleponnya
ya? Aku mencintaimu”
“Aku
lebih mencintaimu”
KLIK.
Yunho
mengalihkan pandangannya.
Ia berbaring
miring menghadap putra kecilnya.
Jemarinya
terulur mengusap lembut pipi Jaeho.
Ia mengecup
lembut bagian itu dan memejamkan kedua mata musangnya.
-------
Jung Jaeho
mengernyitkan dahinya.
Menggumam tidak
jelas merasakan sesuatu memeluknya dengan erat.
Membuatnya sulit
untuk bergerak lebih.
Namja almond itu menoleh ke samping.
Terkejut
mendapati sang Appa yang tertidur sambil memeluknya.
Ya Tuhan.
Apa yang sudah
terjadi?
Jaeho
melonggarkan pelukan Yunho pada tubuh kecilnya.
Ia berbaring miring
menghadap namja tampan itu dan mengusap lembut pipi Yunho.
Ini kali pertama
ia melihat Yunho dalam jarak yang sedekat ini.
“Appa” Bisiknya lirih.
Yunho terusik.
Ia membuka kedua
mata musangnya dan mendapati Jaeho sedang memandangnya dalam diam.
“Hey
boy” Sapa Yunho tersenyum.
Namja almond itu tersenyum kecil.
“How do
you feel?”
“Um..Baik?”
“Great,
because we have a lot things to do”
Yunho beranjak
bangun dari baringnya.
Diikuti Jaeho
yang menguap pelan.
Kulitnya sudah
tidak memerah lagi.
“Appa”
“Yep?”
“Apa yang sudah terjadi?”
Yunho merapatkan
bibirnya.
Menatap dalam
mata musang yang sangat persis dengan miliknya itu.
Kemudian ia
tersenyum.
Merentangkan
tangannya memeluk erat putra sulungnya.
“Nothing”
Bisiknya lirih.
Jaeho balas
memeluk Yunho dengan erat.
Kedua mata
musangnya mengerjap pelan.
Mencengkram
kemeja Yunho dan menyembunyikan wajahnya di dalam dada bidang namja tampan itu.
Sementara Yunho
tersenyum sendu.
Mengusap lembut
punggung namja kecilnya yang kini terisak hebat.
“Maafkan Appa Jae..Let me fix it..All of us” Desah Yunho pelan.
Jaeho
mengangguk.
Ia hanya semakin
mempererat pelukannya.
Pelukan yang
didambakannya sejak dulu.
.
.
.
Jung Jaeho
tertawa kecil ketika Yunho mencondongkan tubuhnya untuk membersihkan saus cherry yang berlepotan di bibir
mungilnya.
Namja almond itu melahap habis pancake kesukaannya.
“Kenapa kau persis seperti Ummamu hm? Kalian
sama-sama berantakan kalau makan ini”
“Hahaha”
“Jja, minum jus jeruknya, kau butuh vitamin
yang banyak”
“Ne Appa”
Yunho beralih
menyesap kopinya lagi.
Memperhatikan
Jaeho yang makan dengan lahap.
“Appa, nanti kita beli es krim ya?”
“Ne, kita beli yang banyak”
“Oh, Jaejae lupa! Honchan pasti bawa pulang
burger untuk Jae!”
“Kita bisa minta Umma untuk menghangatkannya
lagi hm? Habiskan makananmu”
“Appa, apa kita akan langsung pulang setelah
ini?”
“Hmm, Appa ingin mengajakmu berkeliling dulu,
kau mau?”
“Mau!”
Yunho tersenyum
lembut.
Menatap putra
kecilnya penuh cinta.
Entah kenapa
hari ini ia sangat ingin menghabiskan waktu penuh berdua saja bersama Jaehonya.
A special time with daddy’s little boy.
“Jaejae”
“Hm?”
“Appa minta maaf”
“Appa sayang Jae?”
“Tentu saja”
“Jaejae juga sayang Appa”
Yunho kembali
tersenyum.
-------
“Kami pulang!”
“Jae Hyuunngg~! Hon punya banyak cerita hari
ini!”
Jaejoong dan
Yunho saling tersenyum melihat Junhon yang berlari menubruk Hyungnya.
Mereka berdua
mulai berceloteh dan duduk di ruang keluarga.
Namja tampan itu
mengecup lembut bibir ranum kekasihnya dan memeluknya erat.
“Otteyo?” Tanya Jaejoong dengan suaranya yang
teredam.
Yunho terkekeh.
“We did
it” Balas Yunho senang.
Jaejoong
melonggarkan pelukan mereka.
Ia menatap penuh
sayang mata musang itu.
“Bukankah sudah kubilang? Kau hanya bingung,
karena mereka adalah yang pertama untuk kita”
“Ne, kau benar, dan terima kasih telah
menyelamatkanku, sayang”
“Aku mencintaimu, bear”
Yunho melebarkan
senyumnya.
Ia mengecup
kilat bibir Jaejoong dan mencium lembut dahi dan pipinya.
“Daddy,
daddy! Hon menghabiskan waktu bersama Umma hari ini! Kami membuat kue
bersama, belanja bersama, makan bersama, aigoo~ Kita harus melakukannya bersama
lain kali!” Pekik Junhon lantang.
Yunho yang masih
merengkuh Jaejoong menoleh ke bawah.
Tersenyum manis
kepada putra bungsunya yang begitu menggemaskan.
“Ne, Appa setuju, bagaimana kalau piknik
dengan Bentley putih milik Umma?”
Jaejoong
melebarkan mata bulatnya.
Menatap haru
suaminya itu.
“Kau masih mengingat janji itu, bear?” Desisnya lirih.
“Aku selalu mengingat apa pun yang berkaitan
denganmu sayang” Balas Yunho lembut.
Jaejoong tertawa
senang.
Ia kembali
memeluk Yunho dan mengecup gemas leher namja tampan itu.
“Hyung, ayo mandi bersama, cerita Honchan
masih banyak” Ujar Junhon menarik tangan Jaeho.
Namja almond itu mengangguk semangat.
Ia mengeratkan
genggaman tangan mereka dan mengikuti kembarannya memasuki lift.
“Umma, Appa, jangan ganggu kami,
arasseo?” Ujar kedua namja kembar itu kompak.
Eoh?
Jaejoong dan
Yunho tertawa.
Aish.
Bocah jutawan
itu.
“Aku senang bear, kau melakukannya dengan sangat baik, dan kuharap hal seperti
ini hanya terjadi sekali dalam hidup kita”
“Aku juga sayang, aku merasa kalau aku
semakin mendekati sosok seorang ayah yang sempurna, itu lucu”
“Bukan lucu bear, tapi mengesankan”
“Aku sungguh bangga kepadamu, BooJae sayang,
kau sudah menjadi seorang Umma yang sempurna untuk mereka tanpa perlu mengalami
metamorfosis seperti diriku”
“Semua itu juga karena dukungan darimu,
Yunnie”
“Mereka berdua, dan kau, adalah milikku
satu-satunya”
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”
“Yang tidak akan pernah dimiliki orang lain”
Sepasang kekasih
itu hampir saja kembali berciuman kalau Junsu tidak menginterupsi kegiatan
mereka.
Namja imut itu
mengusap tengkuknya dan tersenyum kikuk.
“Emm, Joongie, kau tidak lupa kan kalau aku
dan Chunnie masih ada di sini sejak tadi?”
Jaejoong dan
Yunho saling menatap satu sama lain.
Kemudian mereka
tertawa renyah.
“Hei, Daddy”
Panggil Yunho kepada Yoochun yang baru saja menghabiskan satu gelas jus jeruk
di dapur.
Namja chubby itu
menoleh.
Tertawa
menyahuti ucapan sepupunya.
Sepertinya
segala hal sudah membaik eoh?
“Hei juga, Daddy” Balasnya.
END.
Gyaaa!!!
BalasHapus2U dipanggil "Daddy" dan saking memanggil "Daddy" !!!!
#apadeh
Kocak abis terakhirnya...
Bener" bikin ketawa, nangis, terharu, dsb nya....
Suka suka suka.. :D yunho memang the best.. Jj juga jadi istri yang sempurna
BalasHapusSuka suka suka.. :D yunho memang the best.. Jj juga jadi istri yang sempurna
BalasHapus