This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 05 Oktober 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/PIECES


Tittle: PIECES

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-fluffy-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Haruskah aku menyerah?
.
.
.

Jaejoong membenci laki-laki itu.
Tidak ada hal yang paling ia benci di dunia ini kecuali lelaki tampan bermata musang itu.
Oh, kecuali serangga, hantu, dan petir, tentu saja.
Tapi sungguh. Siapa yang tidak akan marah ketika mengetahui bahwa seluruh aset keluarga milikmu telah diporak-porandakan oleh orang asing hanya untuk memiliki dirimu?
Itu yang Jaejoong alami sekarang.

Ia tidak mengenal pria bernama Jung Yunho itu sebelumnya.
Yang ia tahu hanya perusahaan raksasa bernama The Jung’s itu dimiliki oleh seorang pria arogan, dingin, dan paling menyebalkan sepanjang masa.
Ia bahkan tidak tahu kapan tepatnya seorang Jung Yunho yang hebat itu menaruh perhatian kepadanya.
Hanya saja dunianya telah berubah sejak pintu cokelat itu diketuk dari luar dan ia mendapati Ummanya menjerit ketika melihat seorang Jung Yunho berdiri di sana.

Tanpa senyum, datang melamarnya.

  “Tegakkan pundakmu, orang-orang melihat”


Mata besar Jaejoong mengerjap.
Iris cokelatnya melirik pria yang kini menjadi suaminya secara sah itu sedang menatap tajam kepadanya.
Ck. Jaejoong mendengus.

  “Ini pestamu, bukan pestaku” Ujarnya sinis.

  “Dan kau istriku” Balas Yunho singkat.

Jaejoong semakin mendengus, dan sedetik kemudian ia tercekat mendapati Yunho mencengkram pinggangnya dengan erat, membuatnya menahan nafas.

  “Jaga kelakuanmu, Jung Jaejoong. Jangan mempermalukan aku” Desis Yunho tajam.

  “Aku tidak peduli” Ketus Jaejoong kesal.

  “Kalau begitu silahkan tidur sendiri malam ini”

Mwo?
Namja cantik itu menegang. Ia mengerutkan dahinya mendengar ucapan suaminya.
Tidur sendiri? Tapi, mereka sama-sama tahu kalau malam ini cuaca tidak akan bersahabat.
Jaejoong merinding membayangkan suara-suara petir yang menggelegar di tengah malam dengan kesendiriannya.
Pria cantik itu menelan salivanya.

  “Aku mengantuk, aku akan pulang bersama Minho” Ucap Jaejoong seraya menyentak lengan Yunho yang melingkar di pinggangnya.

Pria tampan itu tidak menyahut, ia bahkan tidak berusaha menahan Jaejoong.
Yunho malah membalikkan tubuhnya dan menanggapi beberapa wartawan yang  datang menghampirinya.
Tidak mengacuhkan Jaejoong yang mengepalkan kedua tangannya menahan rasa sakit yang mencekat di tenggorokannya.

Kau bilang aku milikmu.
Tapi menjaga perasaanku saja kau tak bisa.

  Ma’am?” Choi Minho—supir utama keluarga Jung— itu menaikkan alisnya mendapati Jaejoong yang hendak membuka pintu mobil.

Namja cantik itu mengangkat tangannya, memberitahu Minho kalau ia hanya ingin pulang sekarang.
Dan Minho mengangguk patuh.
Supir tampan itu melirik sekilas pria cantik yang kini menangis dalam diam di kursi belakang melalui kaca spion tengah.
Minho menghela nafas diam-diam.
Pemandangan seperti ini sudah tidak asing lagi baginya.
.
.
.

Jaejoong mencengkram erat bantalnya setiap kali suara petir terdengar memekakkan telinga.
Tubuh ringkihnya bergetar hebat.
Ia mengatupkan giginya dengan rapat berusaha menahan tangisnya.
Mengasihani dirinya sendiri yang terlihat begitu menyedihkan.
Ia hanya ingin hidup bahagia, apa permintaannya terlalu muluk?

CKLEK.

Jaejoong menahan nafasnya sejenak, ketika pintu mahoni itu terbuka pelan.
Dan suara langkah kaki mulai terdengar mendekat.
After shave ini, aroma yang sungguh tidak asing lagi bagi Jung Jaejoong.

SRAK.

Selimut tebal itu tersibak pelan, dan Jaejoong dapat merasakan punggungnya terasa hangat akibat sentuhan dada bidang yang merapat padanya.
Pria cantik itu mencengkram bantalnya erat.
Ketika Yunho menyelipkan lengan kirinya di bawah kepala Jaejoong agar menjadi bantalan untuknya dan lengan kanannya di atas perut namja cantik itu.

Jaejoong memejam refleks saat bibir tebal Yunho menyentuh pelipisnya, mengecup-kecup lembut pinggir dahinya.
Dan—oh!
Jaejoong tenggelam ketika Yunho membalikkan tubuhnya menghadap pria tampan itu dan mendapatkan ciuman memabukkan tepat di bibir ranumnya.

  “Yunho…” Desah Jaejoong tanpa sadar.

Yunho tidak menyahut.
Pria tampan itu melonggarkan pelukannya setelah tautan bibir keduanya lepas.
Dan Jaejoong meringkuk di dalam dada bidangnya.

  “Tidurlah, aku di sini” Ujar Yunho pelan.

Jaejoong benci ini.
Ia sungguh membenci saat-saat seperti ini.
Di mana ia jatuh tenggelam dalam pesona Yunho.
Dan hanya Yunho yang bisa mengendalikan dirinya.

Lagi-lagi seperti ini.
Lagi-lagi aku bergantung kepadamu, kau, seolah canduku.


-------


  “Kuahnya terlalu asin”

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mata bulatnya menatap jengah kepada Yunho yang duduk di seberang meja makan.
Aish, menyebalkan sekali laki-laki tampan itu!

  “Kemarin kau tidak berkomentar” Balas Jaejoong.

  “Hari ini asin” Ujar Yunho lagi.

  “Itu masih kuah yang sama, aku hanya menghangatkannya saja”

  “Oh ya?”

  “Demi Tuhan, Yunho! Kalau kau memang hanya ingin membuatku kesal lebih baik kau makan saja di luar!”

Jaejoong beranjak dari duduknya.
Ia membanting serbetnya dengan kasar dan berjalan cepat menaiki tangga, meninggalkan Yunho di sana.
Cih, persetan dengan sopan santun! Pria arogan itu harus diberi pelajaran!

BLAM!

Jaejoong membanting pintu kamar mereka dengan kasar.
Nafasnya menderu kencang.
Wajahnya tampak memerah.
Sial, Jaejoong merasa sangat sakit hati.
Yunho boleh saja menghinanya atau memakinya sesuka hati, tapi tolong, jangan masakannya.

Karena itu adalah satu-satunya wadah Jaejoong untuk menumpahkan perasaan bahagianya yang tersisa.

CKLEK!

Jaejoong terkejut, bahunya tersentak kaget.
Dalam sekejap perasaan takut menyergap dirinya.
Yunho membanting pintu kamar dan mendekati Jaejoong dalam sekejap mata.
Raut wajahnya dingin, tapi matanya menyiratkan rasa tidak senang.

  “Yunho!”

Jaejoong memekik ketakutan ketika Yunho membalik tubuhnya dengan kasar dan membanting punggungnya ke dinding.
Memerangkap tubuh mungilnya dengan deru nafas penuh emosi.
Air mata merembes membasahi pipi tirus Jaejoong, pria cantik itu berusaha menahan kedua tangan Yunho yang kini membuka paksa celananya.

  “Yunho, please, no!” Pekik Jaejoong lagi.

Tapi Yunho tidak peduli.
Detik berikutnya kedua lengan Jaejoong melingkar di punggung dan leher pria tampan itu.
Nafas Jaejoong tercekat, jemarinya mencengkram erat punggung Yunho.
Rasa sakit menyerbu tubuhnya bertubi-tubi.
Mata bulatnya yang basah terpejam.

  “Ugh…Hh..Hiks..Please…” Erang Jaejoong seraya menyurukkan wajahnya di lekukan leher Yunho.

Sakit.
Rasanya sakit sekali.
Hati dan tubuhnya.

  I hate you” Desis Jaejoong sebelum semuanya menjadi gelap.
.
.
.

Pria cantik itu membuka kedua matanya dan mendapati jam yang sudah menunjukkan pukul delapan malam.
Dahinya mengernyit, lama sekali ia tertidur.
Dan Jung Yunho brengsek itu tidak terlihat sama sekali batang hidungnya.
Ia pasti lembur lagi.
Dasar monster. Maki Jaejoong dalam hatinya.

Eoh?

Mata bulat Jaejoong mengerjap lucu ketika lengannya menyentuh sesuatu yang berbulu lembut di sampingnya.
Ia menoleh dan membulatkan matanya mendapati sebuah boneka beruang teddy yang berukuran setengah dari tinggi badannya terduduk manis di sana.
Pria cantik itu sontak bangun dari baringnya dan mengambil kartu pesan yang terselip di balik pita leher beruang cokelat itu.

  I know you will like it

Cih.
Jaejoong memutar bola matanya malas.
Dasar arogan, makinya lagi.
Tapi Jaejoong tidak bisa menahan senyum manisnya ketika mata bulatnya bertemu pandang dengan dua kelereng hitam di wajah boneka itu.
Lucu sekali, pikirnya.

Dan tanpa pikir panjang Jaejoong segera menerjang boneka raksasa itu.
Memeluknya dengan erat dan menghirup wangi lavender yang menguar dari bulu-bulu lembutnya.

Kau menyakitiku, kemudian menyembuhkan lukaku.
Sebenarnya apa maumu?


-------


Jaejoong demam.
Dan ia merasa segala yang ada di hadapannya menjadi dua.
Tidak adakah yang lebih buruk lagi dari ini?
Pria cantik itu tidak mengerti apa yang telah membuatnya sakit.
Tapi dokter mengklaim bahwa ia butuh istirahat.
Bagaimana ia bisa? Yunho selalu memforsir tubuhnya setiap pria tampan itu emosi.
Dan Yunho sering emosi akhir-akhir ini.

  “Kau sudah minum obatmu?”

Itu suara Yunho.
Dan setelahnya Jaejoong menangkap suara pintu yang tertutup.
Ah, pria arogan itu sudah kembali ternyata.

Perhatian sekali kau padaku, tidak ingat kenapa aku bisa sakit?

Rasanya ingin sekali Jaejoong mengucapkan kalimat tersebut dengan kesal.
Tapi yang ia lakukan hanya mengerjapkan kedua mata sayunya dan berdesis lirih.

  “Yunho, kau ada dua…”

Oh, Yunho tahu pria cantik itu belum meminum obatnya.

Pria tampan itu menundukkan wajahnya, mengecup lembut dahi panas kekasihnya dan membuka jas armaninya.
 
  “Kka, aku akan membantumu minum obat” Ujar pria tampan itu seraya menggulung lengan kemeja putihnya hingga siku.

Jaejoong bergumam tidak jelas.
Tapi ia masih bisa menepis tangan Yunho yang menyodorkan tiga butir kapsul kepadanya.
Aih, masih bisa keras kepala eoh?

  “Yunho..Aku mau duduk di beranda..” Bisik Jaejoong lemah.

  “Kau sakit parah, Jaejoong, dan kau akan tetap tidur di ranjang sampai kau sembuh” Balas Yunho.

  “Kenapa kau selalu jahat padaku?”

  “Minum obatmu”

  “Yunho…”

Yunho membuka mulut Jaejoong, kemudian memasukkan tiga kapsul tersebut ke dalam sana, lalu ia membungkam mulut Jaejoong dengan mulutnya yang sudah berisi air mineral.
Jaejoong menggeliat tidak tenang, jemarinya mencengkram lengan Yunho.
Pria tampan itu memejamkan kedua mata musangnya, lidahnya bergerak-gerak di dalam mulut istrinya, membantu pria cantik keras kepala itu untuk menelan obat demamnya.

  “Aku ganti baju dulu” Ujar Yunho setelah melepaskan tautan bibir mereka.

Wajah Jaejoong yang memerah tampak semakin merah.
Nafasnya menderu tidak teratur dengan bibir ranum yang basah dan membengkak.
Ya Tuhan, apa jantungnya juga ikut sakit?
Kenapa benda sialan itu berdetak sangat kencang sekarang?

Dahi pria cantik itu mengernyit.

Yunho sedang memakai piyama di hadapannya.
Dan pria itu masih terlihat dua.

Jaejoong menghembuskan nafas panjang.
Ia baru saja akan memejamkan kedua mata bulatnya yang sayu, namun goncangan pada tubuhnya membuatnya kembali terjaga.
Yunho menggendongnya, dan membawanya duduk di beranda, di atas pangkuannya.
Pria tampan itu tampak seperti mengemong kucing kecil di pangkuannya saat ini.

  “Pakai selimutmu dengan benar” Ujar Yunho seraya membalut tubuh panas kekasihnya.

Jaejoong merasa haru.
Ia benci mengakuinya, tapi ia sadar kalau Yunho akan selalu menuruti permintaannya walaupun pria tampan itu menyebalkan.
Namja cantik itu menggerakkan tubuhnya, semakin merapat dalam pelukan Yunho, bergidik ketika angin malam berhembus menerpa kulitnya yang panas.
Dan Yunho dengan segera mengusap lengan istrinya saat Jaejoong kedinginan.

Jaejoong mendongakkan wajahnya.
Ia bisa melihat gurat lelah di wajah tampan suaminya itu.
Tapi tetap tidak meninggalkan raut dinginnya sehari-hari.
Pria cantik itu menghembuskan nafas panjang sekali lagi.

  I hate you” Bisiknya lirih.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya menggumam tidak jelas dengan tangan yang masih mengusap lengan kekasihnya, berusaha memberinya kehangatan.
Oh, ia benci melihat pria aktif ini jatuh sakit.

  “Semuanya ada dua, kalau kau menciumku apa aku akan mencium dua bibir?” Racau Jaejoong mulai melantur.

Yunho menundukkan wajahnya, memandang Jaejoong yang terlihat kacau.
Ia hanya diam, tidak menyahut ocehan pria cantik itu.
Jaejoong kembali bersuara.

  “Yunho, cium aku”

Dan detik berikutnya bibir ranum itu tenggelam di dalam mulut Yunho.

Aku sungguh ingin membencimu.
Sungguh.


-------


Jung Yunho terlihat sangat sibuk hari ini.
Ia tidak berhenti menandatangani berkas-berkas penting yang diberikan oleh sekretarisnya.
Bahkan ia sama sekali tidak merasa pusing melihat tulisan-tulisan kecil itu.
Seakan-akan pekerjaan ini adalah hobinya sehari-hari.
Namja tampan itu menghela nafasnya setelah ia menyelesaikan berkas kesekiannya.

Pria arogan itu bersandar di sandaran kursinya dan menghentikan pandangannya pada sebuah pigura mini yang terlihat apik di sudut meja kerjanya.
Foto kekasih hatinya.
Jung Jaejoong.
Mata musang Yunho mengerjap.
Tanpa sadar jemarinya terulur untuk mengusap bingkai hitam itu.

  “Mirip sekali…” Gumam Yunho tersenyum tipis.

Mata bulat itu.
Mata yang telah membuatnya jatuh hati untuk yang kedua kalinya.
Mata yang terlihat sama dengan milik cinta pertamanya.
Karam Kim. Laki-laki manis yang sudah lama pergi dari hidupnya.
Tapi kemudian senyum itu memudar, berganti dengan kekehan kecil yang sangat jarang dikeluarkannya.

  “Tapi tetap saja berbeda” Sambungnya seraya meletakkan kembali pigura tersebut.

Ah, ia jadi merindukan Jaejoong sekarang.
.
.
.
  “Ini sudah semuanya?”

Pelayan berpenampilan necis itu mengangguk.
Ia menunduk sementara Jaejoong bersidekap memperhatikan dua kardus yang ditemukannya di balik lemari buku.
Tadinya Jaejoong ingin menghabiskan waktunya di perpustakaan milik Yunho.
Namun ia mengurungkan niatnya ketika mata bulatnya menemukan tumpukan kardus di balik lemari paling ujung.

Berdebu.

Tidak tersentuh.

Seolah pemiliknya ingin menjauhkan benda-benda itu sejauh-jauhnya.

  “Baiklah, terima kasih, aku akan mengurusnya sendiri” Ujar Jaejoong tersenyum.

Pelayan tersebut mengangguk, tapi ia tidak beranjak dari sana.
Pria paruh baya itu tahu kalau Jaejoong akan menemukan pertanyaan-pertanyaan setelah pria cantik itu melihat isi dari kotak-kotak tersebut.
Ia adalah kepala pelayan satu-satunya di kediaman besar ini.
Bertahun-tahun sudah ia mengabdi, dan hanya ia yang mengetahui seluk beluk mengenai tuan besarnya itu.

Jung Yunho adalah anak asuhnya selama pria tampan itu ditinggal pergi oleh kedua orang tuanya.

  “Oh~”

Jaejoong menaikkan alisnya ketika ia menemukan sebuah boneka beruang kecil yang tampak usang dari dalam kotak pertama.
Namja cantik itu menepuk beruang tersebut dan mendongak menatap sang kepala pelayan.

  “Kenapa ia harus dimasukkan ke dalam sini? Kasihan sekali”

  “Boneka itu pernah menjadi benda berharga milik tuan besar”

Mwo?

Mata bulat Jaejoong mengerjap cepat.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Lalu…Kenapa…”

  “Bukankah saya mengatakan pernah? Itu berarti sekarang tuan besar tidak melihat boneka itu sebagai benda berharganya lagi. Lagipula ia sudah menemukan anda sebagai sesuatu yang paling berharga baginya sekarang”

Aih.
Pipi Jaejoong merona malu.
Ia mengerucutkan bibir ranumnya mendengar ucapan sang kepala pelayan.
Kemudian ia merogoh kembali isi kotak tersebut.

  “Um? Kenapa album foto ditaruh di sini? Di perpustakaan kan ada lemarinya” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya.

Pria cantik itu mengusap album kecil itu dengan pelan, kemudian ia membuka lembar pertama dan refleks tersenyum mendapati foto Yunho kecil yang tampak lucu.
Aih, ternyata penampilan arogannya sudah terbentuk sejak ia kecil eoh?
Lihat saja kemeja putih dan dasi kupu-kupunya itu. Lengkap dengan wajah tanpa senyumnya.
Jaejoong merasa gemas dengannya.

Namja cantik itu membalik halaman berikutnya.
Dan detik itu juga senyum manisnya lenyap.

Mata bulatnya bergerak pelan, dengan jari telunjuk yang menelusuri wajah kecil Yunho yang tampak tertawa manis memperlihatkan gigi gingsulnya.
Tapi ia tidak sendirian di sana.
Ada seorang bocah laki-laki yang bergandengan tangan dengannya.
Bocah laki-laki yang terlihat mirip dengannya.

SRAK!

Jemari Jaejoong bergetar ringan.
Ia membalik halaman berikutnya dengan jantung yang semakin berdebar.
Pria cantik itu menelan salivanya.
Ia terus membalik halaman-halaman album kecil itu dengan perasaan yang tidak menentu.
Mendadak dadanya terasa sakit, dan mata beningnya terasa panas.

Siapa bocah kecil ini?
Kenapa dia bisa membuat Yunho tersenyum dan tertawa begitu banyak?

  “Namanya Karam”

Jaejoong terdiam.
Ia menatap dalam potret bocah manis itu.

  “Cinta pertama tuan Jung Yunho”

DEG.

Mata besar Jaejoong membelalak ketika mendengar hal tersebut.
Air matanya yang telah menggenang jatuh bebas begitu saja.
Membasahi album kecil yang telah dicengkramnya tanpa sadar.
Ulu hatinya terasa sakit.
Seolah menolak kenyataan bahwa ia bukanlah yang pertama bagi Yunho.

  “Mereka telah dijodohkan sejak kecil, dan tuan Karam selalu menjadi teman bermain tuan Jung”

Air mata itu semakin tumpah.
Pria cantik itu menggigit bibir bawahnya.
Tidak, ia tidak ingin dengar!

  “Tuan Jung adalah seseorang dengan kepribadian yang tertutup, namun hanya ketika ia bersama dengan tuan Karam ia bisa dengan mudah untuk terseny—”

  “HENTIKAN!!”

Kepala pelayan itu terkejut.
Ia sontak melenyapkan senyum simpul yang sempat terulas di bibirnya tanpa sadar.
Kemudian pria paruh baya itu mengerjapkan matanya, memandang Jaejoong yang menundukkan wajah cantiknya.

  “Ma-maafkan aku, Ma’am, bukan maksudku untuk—”

Pria paruh baya itu terdiam ketika Jaejoong melempar album kecil itu dan berlari menaiki tangga.
Ia mengusap dadanya merasa bersalah, oh, ia sama sekali tidak bermaksud untuk membuat namja cantik itu sedih.
Ia hanya tidak sadar telah kembali mengenang masa lalunya.
Masa di mana rumah besar ini terlihat hidup, dengan canda tawa seluruh keluarga setiap harinya.

Kepala pelayan itu berlutut di atas hambal, ia mengambil album tersebut dan tertegun ketika mendapati benda itu basah.

Oh, ia semakin merasa berdosa sekarang.
.
.
.
Jaejoong terus berdoa di dalam hatinya agar Yunho tidak pulang ke rumah hari ini.
Ia tidak ingin melihat wajah itu.
Ia tidak ingin bertemu dengan pria arogan itu.
Ia tidak ingin semakin terluka.

Namja cantik itu mencengkram erat seprai ranjangnya.
Nafasnya tersendat-sendat, dan wajahnya telah basah akan air mata.

Brengsek! Kenapa ia menangis?! Kenapa air mata ini jatuh?!

Jaejoong beralih mencengkram rambut almond-nya.
Hatinya terasa perih sekali.
Ia memejamkan matanya erat, berusaha mengusir pikiran-pikiran aneh yang merasuki kepalanya.

  Jung Yunho tidak menyayangimu, kau hanyalah seorang pengganti

  “Ani…” Desis Jaejoong lirih.

  Pria itu menikahimu karena cinta pertamanya

Jaejoong berteriak, ia menjatuhkan dirinya di atas ranjang dan menumpahkan rasa sakitnya.
Menyadari bahwa semua perlakuan Yunho kepadanya selama ini semata-mata karena pria itu menganggapnya sebagai pengganti Karam.
Bukan sebagai dirinya sendiri.
Mengingat hal itu membuat Jaejoong semakin terluka.
Seakan hatinya dikoyak secara paksa.

Kenapa begini?
Kenapa harus di saat aku mulai melihatmu dengan perasaanku?
Kenapa aku seolah dipaksa untuk menyerah?


-------


Yunho menyadari bahwa ada sesuatu yang berubah dari namja cantik itu.
Ia tidak lagi mendapati ucapan tajam dari Jaejoong ataupun tatapan bencinya seperti yang biasa ia lihat.
Jaejoong bahkan tidak meronta lagi ketika ia meniduri namja cantik itu.
Pria bermata bulat itu hanya diam.

Dengan mata beningnya yang redup.

Sesuatu telah terjadi, dan Yunho tidak tahu apa.

Jaejoong menutup mulutnya rapat-rapat, hanya bersuara saat dibutuhkan, dan menjadi istri yang patuh ketika Yunho memerintahkan dirinya untuk hal ini dan itu.

  “Kau sudah makan malam?”

Yunho memandang kekasih hatinya yang sedang membaca buku di atas ranjang mereka.
Jaejoong tidak menoleh, tapi ia mengangguk.

  “Sudah minum susumu?”

Jaejoong mengangguk lagi.
Sementara Yunho sudah selesai mengancingi piyama sutranya.

  “Sudah malam, tidurlah”

Pria arogan itu memperhatikan bagaimana Jaejoong menaruh buku bacaannya di atas meja nakas dan segera berbaring untuk tidur.
Berbaring membelakangi dirinya.
Yunho tidak berkomentar, ia segera berbaring di samping Jaejoong dan memejamkan matanya.

CTARR!

DEG!

Namja cantik itu terkejut dan refleks mencengkram erat seprai ketika suara petir terdengar menggelegar.
Tubuhnya mulai gemetaran, Jaejoong berusaha memejamkan matanya dengan dahi yang mengernyit.
Namja cantik itu berusaha keras agar ia tidak menangis.
Ia meringkukkan tubuhnya, seolah melindungi dirinya sendiri.

Dan Yunho melihat hal itu.

Tubuh Jaejoong menegang ketika suara gesekan selimut terdengar dan ia mendapatkan Yunho memeluknya dari belakang.
Uh, namja cantik itu mendengus, ia mendorong namja tampan itu dengan tangan kirinya.
Menolak pelukan dari suaminya.

Tapi Yunho tidak selemah yang ia kira.
Namja tampan itu malah semakin merapatkan dada bidangnya dengan punggung Jaejoong dan menahan kedua tangan namja cantik itu dengan lengannya.
Jaejoong meringis, merutuki dirinya yang begitu lemah.

  “Jangan peluk aku, Yunho..” Bisik Jaejoong bergetar.

Yunho tidak menyahut.
Ia menggerakkan satu tangannya untuk menyusup ke dalam piyama Jaejoong, mengusap perut pria cantik itu dengan lembut.

  “Yunho…” Desis Jaejoong lemah.

  “Aku tidak akan melepaskanmu” Ucap Yunho.

  Please, jangan seperti ini…Hiks….”

  “Tidurlah”

Jaejoong mencengkram erat tangan Yunho yang berada di luar piyamanya.
Ia terisak pilu.
Dan menit selanjutnya pria cantik itu jatuh tertidur di dalam pelukan hangat Yunho.


-------


  “Buka mulutmu”

Namja cantik itu menurut, ia membuka mulutnya menerima suapan nasi dari Yunho.
Ia duduk bersandar di sofa ruang tengah dengan Yunho yang menemani di sampingnya.
Pria arogan itu baru saja kembali dari kantor untuk makan siang di rumah.
Biasanya Jaejoong sudah memasak untuknya, tapi hari ini ia mendapati pria cantik itu terjatuh lemas ketika menginjakkan kakinya di dapur.

Para pelayan mengadu kepadanya bahwa Jaejoong belum makan apapun sejak ia bangun dari tidurnya.

Mata musang Yunho tidak berhenti memandangi wajah pucat istrinya.
Ia begitu khawatir dengan kondisi Jaejoong yang tidak seperti biasanya.
Yunho memutuskan bahwa ia tidak akan memaksa namja cantik itu untuk bercerita kepadanya. Ia akan menunggu kekasihnya mengaku tentang hal apa yang sudah membuatnya jatuh sakit seperti ini.

  “Kenyang” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho meletakkan piringnya di atas meja kaca.
Kemudian ia mengambil air minum yang sudah tersedia, meletakkan tangannya di tengkuk Jaejoong membantu namja cantik itu minum.

Namja cantik itu memejamkan kedua mata bulatnya yang sayu saat Yunho mengambil alih dirinya dan membuatnya bersandar di dada bidang Yunho.
Ia bisa merasakan usapan-usapan lembut tangan Yunho di lengannya.
Mata bulat Jaejoong terasa panas.
Ia akui ia begitu cengeng belakangan ini.

Ia tidak bisa menahan perasaan sakitnya, ketika pikirannya memberitahu bahwa Yunho memperlakukannya selembut ini hanya karena ia khawatir dengan sosok Karam yang terdapat pada dirinya.

  “Umhh..” Jaejoong melenguh, menggerakkan tubuhnya menyamping hingga ia bisa menenggelamkan wajah cantiknya yang pucat di dada bidang Yunho.

  “Ssshh” Yunho berdesis, mencoba untuk membuat namja cantik itu bersandar senyaman mungkin.

  “Yunho…”

  “Ya, Jae?”

  “Bolehkah aku menyerah?”

DEG.

Yunho tertegun.
Mata musangnya refleks mengerjap memandang namja cantik itu.

  “Menyerah dalam hal apa hn? Beritahu aku” Bisik Yunho selembut mungkin. Merasa bahwa ini saatnya Jaejoong siap untuk bercerita tentang perubahannya akhir-akhir ini.

  “Yunho”

  “Ya?”

  “Aku sangat mengerti kalau cinta pertama itu tidak mudah untuk dilupakan…Tapi aku tidak bisa setuju kalau sampai harus menikahi seseorang agar dapat dijadikan pengganti untuk memuaskan perasaan yang kehilangan”

Yunho bergeming.
Pria cantik itu mengalihkan wajahnya, mendongak menatap Yunho dengan kedua mata besarnya yang berkaca-kaca.
Ia tersenyum miris.

  “Jadi kalau aku memutuskan untuk menyerah mencintaimu tidak apa kan?” Bisiknya selirih mungkin.

DEG.

Yunho terkesiap.
Cinta?
Jaejoong mencintainya?

  “Namja itu bisa membuatmu tersenyum dan tertawa setiap hari, tidak sepertiku yang hanya membuatmu melontarkan makian…Aku sama sekali tidak sebanding dengannya…Aku tidak cukup percaya diri untuk bersanding bersamamu, Yunho ah…” Ujar Jaejoong serak.

  “Jae, apa maksudmu?” Desis Yunho mengerutkan dahinya. Dadanya berdebar-debar, mengira-ngira apa yang ada di kepala namja cantik itu saat ini.

Jaejoong beringsut bangun dari posisinya, kini ia duduk dengan benar.
Menundukkan wajahnya menolak untuk menatap langsung kedua mata musang itu.
Mata yang entah sejak kapan menjadi sesuatu yang melemahkan pertahanannya.

  “Aku menemukan album itu”

Yunho terkejut.

  “Dan aku…Melihat Karam…”

Jaejoong meringis, ia menutup wajahnya dengan kedua tangannya.
Berusaha keras agar ia tidak meledak.

  “Aku mencintaimu Yunho ah…Hiks…Tapi aku tidak sanggup lagi dijadikan sebagai pengganti Karam…Aku berbeda dengannya, aku—”

Isakan itu terputus ketika Yunho menarik tangannya dengan  sekali sentak dan mencium bibir ranumnya.
Air mata Jaejoong membuat ciuman itu terasa basah dan lengket.
Tapi Yunho tidak peduli.
Pria arogan itu mendorong Jaejoong hingga namja cantik itu jatuh berbaring di atas sofa.

  “Ugmmh..Hhngks....”

Jaejoong melenguh dengan isakannya yang tertahan, ia membuka mata bulatnya sayu dan mendapati wajah tampan Yunho yang terpejam di depannya.
Namja cantik itu meringis, merasakan ciuman Yunho yang semakin brutal di bibirnya.
Membuatnya memeluk erat leher Yunho saat namja tampan itu berkali-kali menggigit bibir ranumnya dan membuatnya terasa nyeri.

Jaejoong mendongakkan wajahnya ke atas ketika nafasnya mencapai batas.
Ia terengah dengan kasar.
Dan berjengit saat Yunho menghisap dalam jakunnya.

  “Aku memang tertarik kepadamu karena aku melihat Karam di matamu” Ujar Yunho dengan nafasnya yang menderu.

Jaejoong tidak menyahut, hanya kedua tangannya yang semakin mencengkram punggung Yunho.

  “Tapi kau dan dia berbeda, kau ada di sini untukku, sementara dia sudah lama pergi meninggalkanku”

Yunho mengulurkan tangannya, menarik wajah cantik itu agar dapat melihat kedua matanya.

  “Dan matamu tidak seindah matanya…Aku melihat luka di matamu, aku melihat rasa benci yang tidak tertahankan, tapi aku juga melihat cinta yang kau sembunyikan”

Namja tampan itu menundukkan wajahnya, mengecup lembut bibir bengkak kekasihnya.

  “Aku menikahimu karena dirimu, dan aku menginginkanmu karena dirimu, bukan karena orang lain”

  I hate you…

Yunho tersenyum, senyum pertama yang ia berikan untuk Jaejoongnya.
Senyum yang membuat namja cantik itu terpesona menatapnya.

  “Aku juga mencintaimu” Bisiknya lembut.

Jaejoong tertegun dengan mata yang mengerjap. Dan ia tidak bisa menahan pipinya yang perlahan bersemu merah.
Yunho mengusapkan wajahnya, membersihkannya dari sisa-sisa air mata.

  “Dan aku tidak akan pernah mengizinkanmu untuk menyerah, kau dengar itu Jung Jaejoong?” Sambung pria tampan itu setelah ia memberikan kecupan dalam di bibir merah itu.

Ukh.

Jaejoong tidak sanggup lagi.
Dadanya begitu sesak, dan ia butuh pelampiasan.
Pria cantik itu menerjang Yunho dengan pelukan mautnya.
Ia memejamkan kedua mata bulatnya, mencengkram punggung Yunho sekali lagi dengan kedua tangannya.

  “Aku percaya padamu” Ucapnya.

  “Memang itu yang kubutuhkan darimu” Balas Yunho dengan nada sombongnya seperti biasa.

Aih, Jaejoong terkekeh geli dibuatnya.

  “Hentikan itu, Jung Yunho”

  “Kalau aku tidak mau?”

  “Aku akan menciummu hingga mati”

  “Kau ini memang tidak ada manis-manisnya”

Puh, Jaejoong tertawa dibuatnya.
Kemudian mereka tertawa bersama.

END.

Otte?
Joahe ania?

DILARANG MEMPLAGIAT DALAM BENTUK APAPUN!!


4 komentar:

  1. aiihh astagaa... baca ff yang ini berasa hati diporak porandakan xD udah nangis2 karena jae patah hati tapi bikin blushing ternyata diakhirnya xD warbiyaasaaahh kekekke

    BalasHapus
  2. Pertama-tama tebar konferti YUNJAE IS BACK 2015!!
    Ke dua woah senang nya shella update ff baru lagi, banyak lg
    Ke 3 review : kelam deh ne yunjae nya, sedikit nyesek krn yunppa pnya cinta pertama dan bukan sm jaemma well wlw akhirnya jaemma yg ttp menjadi takdir nya dan cinta sejati yunppa, dan yg penting happy end

    BalasHapus
  3. Pertama-tama tebar konferti YUNJAE IS BACK 2015!!
    Ke dua woah senang nya shella update ff baru lagi, banyak lg
    Ke 3 review : kelam deh ne yunjae nya, sedikit nyesek krn yunppa pnya cinta pertama dan bukan sm jaemma well wlw akhirnya jaemma yg ttp menjadi takdir nya dan cinta sejati yunppa, dan yg penting happy end

    BalasHapus