This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 05 Oktober 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/APOLOGY/PART 2



I let you down, I know it’s over.
But why am I hearing your voice calling my name?
For a long time, I’m so sorry.

Dont leave me.
Call me again.
So when are you coming home?

Here’s my apology.

PART 2.

Jaejoong merasa sungguh canggung saat ini.
Ia tidak bisa merasakan sarapannya dengan benar.
Segalanya sungguh baru baginya.
Ia tahu Jung Yunho itu kaya.
Tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau rumah namja tampan itu sebesar ini.

Mata besarnya memperhatikan para pelayan yang berdiri di dekat dinding.
Kemudian melirik dapur yang terus mengeluarkan makanan lezat.

Oh—seandainya Junsu ada di sini.

  “Aku sudah menyuruh orang untuk mengantarkan makanan untuk sepupumu” Ujar Yunho yang memakan sarapannya dengan santai.

Jaejoong tertegun.
Perhatiannya teralihkan kepada pria tampan berjas armani itu.

  “Gomawo, Sajangnim” Balasnya pelan.

  “Mulai saat ini rumah ini adalah rumahmu juga, jadi jangan pernah sungkan”

  “Ne, Sajangnim”

  “Dan satu lagi, panggil aku Yunho kalau tidak sedang berada di kantor”


Jaejoong meletakkan sendoknya.
Ia mengernyit.

  “Tapi umur kita—”

  “Jangan melawanku, Jaejoong”

  “Maafkan aku”

Jaejoong menundukkan wajahnya.
Masih tidak mengerti mengapa Yunho melakukan ini semua.
Apakah ada sesuatu yang tidak ia ketahui?
Atau—

  “Jaejoong, angkat wajahmu”

  “Ya?”

Namja cantik itu mengerjapkan matanya ketika ia mendongak dan mendapati Yunho yang mengulurkan garpunya yang tertusuk daging sapi.
Jaejoong refleks tersenyum dan membuka mulutnya.

  “Enak” Gumamnya dengan pipi menggembung.

Yunho tersenyum tipis.

  “Sajang—Yun—Yun—ho..Aku tidak membuat bekal hari ini”

  “Kita makan di restoran seperti biasa”

Jaejoong terdiam.
Kemudian ia menghela nafas panjang.
Menatap sepasang mata musang Yunho dengan berani.

  “Aku tidak bisa terus seperti ini, Sajang—Yun—ho, terlalu banyak yang kau berikan kepadaku. Aku tidak akan sanggup untuk membalasnya” Ujarnya serius.

Eoh?

Yunho meminum kopinya.
Ia berujar dengan santai.

  “Aku tidak memintamu untuk membalasnya”

  “Tapi tetap saja—”

  “Kalau kau memaksa, sebagai gantinya kau harus selalu berada di sampingku, bagaimana?”

  “Hah?”

  “Kau mendengarku, Jae”

  “Selalu berada di sampingmu? Tapi bagaimana kalau aku ingin ke toilet? Atau aku harus latihan?”

Puh.
Yunho tidak bisa menahan senyum gelinya.
Ia menatap Jaejoong dengan tatapan yang berhasil membuat pipi apel itu merona segar.

  “Yang kumaksud adalah jangan pernah meninggalkanku tanpamu, Kim Jaejoong, apapun yang terjadi”

  “Kenapa aku harus meninggalkanmu?”

Yunho menaikkan alisnya.
 
  “Mungkin saja—suatu saat nanti”

Jaejoong terdiam.
Menatap Yunho dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Yunho beranjak dari duduknya.
Ia merapikan jas armaninya yang mahal.

  “Kau sudah menyetujui ucapanku”

Jaejoong mendongak.
Menatap Yunho yang memandang langsung kedua mata besarnya.

  “Jadi awas saja kalau kau sampai berani melanggarnya” Desisnya tajam.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia segera mengangguk dengan dada yang berdebar-debar ketakutan.
Ia benci sisi dingin Yunho.
Kenapa pria itu tidak bisa selalu tersenyum ramah kepadanya?
Ia akan lebih senang kalau Yunho bersikap seperti biasa saja.

  “Arasseo” Gumam Jaejoong pelan.

Kemudian ia bangkit dan mengikuti Yunho ke teras depan.
Mereka akan berangkat bersama mulai pagi ini.


-------


  “Pagi, Jae”

Jaejoong menoleh, tersenyum kepada Yoochun yang menunggunya di depan ruang latihan.
Namja cantik itu segera menghampiri Yoochun.
 
  “Kulihat kau berangkat bersama Sajangnim, jadi benar ya, kalau kau dekat dengannya?”

Jaejoong tersenyum tipis, ia segera duduk di samping namja chubby itu.

  “Ya, begitulah”

  “Melihat caranya memperhatikanmu sepertinya ia tertarik kepadamu”

  “Mwo? Yang benar saja! Kupikir ia hanya butuh teman bicara”

  “Oh ya? Tapi dari pengamatanku terlihat tidak seperti yang kau katakan”

  “Kau kan baru sehari di sini, Chun”

Yoochun tidak menjawab lagi.
Ia mengangkat bahunya.

  “Kajja, kita latihan”

Jaejoong mengangguk, tapi kemudian ia menarik lengan bahu Yoochun.

  “Chun, aku punya permintaan” Gumamnya pelan.

  “Apa?” Balas Yoochun menoleh.

  “Temui Junsu dan jaga dia untukku”

  “APA?”

  “Aku mungkin akan sulit untuk bertemu dengannya lagi setelah hari ini, kumohon, hanya kau teman yang kupunya”

  “Kau serius?”

  “Ia anak yang ramah kok, kau tenang saja”

  “Kenapa bukan Sajangnim saja yang menjaganya? Oh—aku lupa, ia sudah menjagamu”

  “Aish, Yoochun!”

Namja berpipi chubby itu tertawa.
Membuat Jaejoong menghentakkan kakinya kesal.
Kedua remaja itu terus bersenda gurau sambil berlatih dengan buku tebal.
Tidak menyadari sepasang mata musang yang memperhatikan keduanya dengan intens.
Pria tampan itu mengepalkan kedua tangannya.
.
.
.
  “Lalu kami berlatih sampai jam makan siang”

Yunho memotong lasagna miliknya dengan tenang.
Sementara Jaejoong sudah menyeruput jus jeruknya dengan senang.

  “Sepertinya kau dekat sekali dengan trainee baru itu. Apa tidak ada teman lain selain dia?” Tanya Yunho menatap Jaejoong.

Pria cantik itu menggembungkan pipinya.

  “Cuma dia yang baik padaku” Keluhnya.

  “Jadi aku tidak baik, eh?” Balas Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong menelan salivanya.

  “Ani, Sajangnim yang terbaik!”

  “Lebih dari anak baru itu?”

  “Ne, lebih!”

Yunho tersenyum.
Membuat pipi Jaejoong merona segar melihatnya.
Ia suka sekali senyum penuh itu.
Bukan seringai menakutkan seperti biasanya.

  “Sajangnim, boleh aku bertanya?”

  “Ya, Jaejoong, ada apa?”

  “Uhm—itu—aku hanya penasaran, kenapa aku? Maksudku, kenapa harus aku?”

  “Kau akan tahu nanti”

  “Tapi aku penasaran”

  “Jangan berhenti untuk itu”

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Menyebalkan sekali. Sepertinya pria arogan itu sungguh menikmati permainannya eh.

  “Bagaimana dengan Junsu?”

  “Aku sudah mengirim orang untuk menjaganya seperti yang kau mau”

  “Sajangnim, sampai kapan aku harus tinggal bersamamu? Ini aneh sekali, kau dan aku, kita—”

  “Ya, Jaejoong, ada apa dengan kita?”

DEG.

Tatapan itu lagi.
Jaejoong menggaruk taplak meja dengan gelisah.
Ia menggigit bibir ranumnya dan menggeleng.
Tapi Yunho tidak berhenti menatapnya.
Pria itu butuh jawaban.

  “Ki—kita jauh berbeda..Aku hanya seorang trainee dan kau pemilik agensinya” Cicit Jaejoong lirih.

  “Lalu?” Balas Yunho datar.

  “Ani”

Jaejoong kembali menggeleng.
Ia lebih memilih jalur aman untuk berkonsentrasi pada spageti miliknya.

  “Jae, apakah kau pernah berpikir kalau bagaimana seandainya impianmu itu tidak terwujud?”

  “Mwo? Apa kau berniat untuk tidak meluluskanku sebagai model, Sajangnim?”

  “Jawab saja”

  “Aku pasti akan marah! Aku sudah mengeluarkan tenaga dan uang untuk trainee ini, tega sekali kalau kau menggagalkanku, memangnya apa salahku sampai kau berniat seperti itu?”

  “Aku hanya bertanya, Jae”

  “Kau bertanya pasti karena memiliki rencana seperti itu”

Yunho tidak menjawab.
Pria itu kembali menyuap lasagna-nya.

Ya, tentu saja aku memiliki rencana untukmu.
Karena hanya aku yang boleh memilikimu.
Tidak untuk orang lain.

Kau milikku.
Milikku.

  “Sajangnim?”

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang mengerutkan dahinya.

  “Kau sudah selesai? Kajja” Ujar Yunho seraya bangkit dari duduknya.

Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia menurut saja pada pria arogan itu.


-------


  “Yunho, ini terlalu banyak”

Jaejoong mengernyitkan dahinya kepada Yunho yang sudah mengambil beberapa potong pakaian sesuka hatinya.
Ia tentu saja suka dengan semua pilihan namja tampan itu.
Tapi tetap saja, atasannya memanjakan dirinya begitu banyak, menurutmu?

  “Masih kurang” Gumam Yunho yang sudah memperhatikan jejeran pakaian yang baru.

  “Bagaimana kalau kita ke sini lagi di lain waktu? Sungguh, ini sudah banyak” Potong Jaejoong cemas.

Yunho menoleh, menatap namja cantik itu sejenak.
Kemudian ia mengangguk.

  “Baiklah, ayo pulang”

Jaejoong mendesah lega.
Ia segera berjalan mengikuti Yunho.
Pria cantik itu melirik bawahan Yunho yang sudah membungkus pakaian-pakaian tersebut.

  “Yunho, itu”

Namja tampan itu berhenti melangkah.
Ia mengikuti arah pandang Jaejoong.
Yunho pikir pria cantik itu sedang melihat perhiasan atau semacamnya.
Tapi yang dilihatnya hanya sebuah boneka beruang besar yang terpajang di etalase toko.

  “Kau mau itu?” Tanya Yunho kepada Jaejoong.

Jaejoong mengangguk antusias.
Matanya melirik boneka raksasa itu sesekali.

  “Cium aku”

  “Apa?”

  “Cium aku, kalau kau ingin aku membelikan boneka itu”

Yunho selalu suka bagaimana wajah cantik itu berubah menjadi merah padam setiap kali ia menggodanya.
Jaejoong mengernyitkan hidungnya lucu.
Ia mengerucutkan bibir ranumnya tanpa sadar.

Memanggil Yunho tanpa sebutan resmi sungguh membuatnya lupa diri.

  “Aku tidak mau” Ujarnya bergumam.

  “Kenapa?” Balas Yunho bertanya.

  “Aku tidak pernah mencium seseorang sebelumnya. Tega sekali kau memintaku menyerahkan ciuman pertamaku seperti ini”

Yunho menaikkan alisnya.
Ciuman pertama?
Sungguh kejutan. Pikirnya.

  “Lalu kau ingin aku bagaimana?”

  “Aku ingin sesuatu yang berkesan dan romantis, pokoknya sampai dadaku berde—”

Jaejoong membulatkan mata besarnya kaget mendapati Yunho yang menarik tangannya secara tiba-tiba.
Pria tampan itu menyeretnya menuju lorong sempit yang pertama kali terlihat olehnya.
Jaejoong baru saja akan bersuara, namun Yunho sudah lebih dulu mencium bibir ranumnya.

OH!

Remaja cantik itu semakin membulatkan matanya kaget.
Jantungnya berdebar-debar dengan sungguh kencang, perutnya sakit seakan ada ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam sana ketika mata bulatnya menatap wajah Yunho yang terpejam di hadapannya.
Ya Tuhan! Mimpi apa ia semalam?!
Jung Yunho menciumnya!

Beberapa saat kemudian pria cantik itu memejamkan matanya dengan erat dan mencengkram erat kemeja Yunho dengan kedua tangannya.
Jantungnya seperti akan meledak dan tubuhnya bergetar saat ia merasakan bibir seksi milik pria tampan itu menghisap-hisap bibir ranumnya dengan basah.
Oh—Jaejoong bisa pingsan kalau seperti ini caranya.

  “Bagaimana? Apakah ini berkesan?” Bisik Yunho setelah ia menjauhkan wajah mereka.

Jaejoong terlihat bingung.
Mata besarnya menatap Yunho dengan tidak yakin.
Pipinya merona merah, sementara bibirnya berkedut-kedut dan basah.
Namja cantik itu menyentuh bibirnya yang hangat dengan jarinya, dan mata bulatnya kembali membesar saat Yunho menunduk dan mengecup jari yang berada di depan bibir ranumnya.

  “Baiklah, aku anggap itu iya” Ujar namja tampan itu dengan senyuman puasnya.

  “Sa-Sa-Sajangnim me-menciumku??” Ucap Jaejoong terbata-bata.

Eoh?
Yunho tertawa gemas melihat reaksi lucu dari namja cantik ini.
Ia menarik bahu Jaejoong dan menempelkan bibir hangatnya di telinga namja cantik itu.
Membuat Jaejoong berjengit kaget.

  “Ya, aku baru saja mencumbu bibir manismu itu, kau bisa merasakanku?” Bisiknya menggoda.

Kaki Jaejoong terasa lemas seperti jelly.
Yunho sungguh keterlaluan.
Pria itu terlihat begitu menikmati reaksi polos dari remaja cantik itu.
Ia merengkuh bahu Jaejoong dan menyibakkan poninya ke samping.

  “Baiklah, kurasa sudah cukup, kita beli bonekamu dan segera pulang”

  “N-ne”

Jaejoong hanya bisa mengangguk patuh.
Jantungnya masih saja berdebar-debar kencang.
Oh—sekali lagi, ciuman pertamanya!


-------


Jaejoong tidak bisa tidur.
Dan itu semua karena Yunho.
Namja cantik itu terus-terusan menyentuh bibir ranumnya. Seolah ia masih bisa merasakan manisnya bibir Yunho di atas bibirnya.
Aish.
Bagaimana bisa pria arogan itu memporak-porandakan dirinya dalam waktu sesingkat ini eoh?
Hanya dengan melalui satu ciuman mesra.

Remaja cantik itu beranjak bangun dari baringnya dan berjalan keluar kamar.
Ia melangkah menuju pintu kamar Yunho dan berdiri di sana.
Menggigit bibir bawahnya ragu, namun pada akhirnya ia tetap mengetuk pintu kamar tersebut.

  “Y-Yunho” Panggilnya bergetar.

Jaejoong sungguh merasa gugup.

TOK TOK TO—

CKLEK.

Mata besar Jaejoong mengerjap.
Memperhatikan bagaimana seksinya rambut cokelat yang terlihat acak-acakan itu.
Dan—oh—jangan lupakan dada bidangnya yang terlihat karena pajama’s robe-nya tersingkap.

  “Ya, Jaejoong?”

Namja cantik itu sontak mendongak, kembali fokus kepada wajah bantal Yunho.
Lucu sekali kalau ia mengingat sosok Yunho yang berwibawa di kantor.
Ini membuatnya merasa sungguh spesial, karena hanya ia yang mengetahui sosok lain dari si arogan Yunho ketika pria itu di kantor.

  “Aku tidak bisa tidur, dan kurasa aku butuh segelas susu, tapi aku tidak berani ke bawah sendirian” Ujar Jaejoong pelan.

Yunho mengusap wajahnya.
Ia menutup pintu kamar dan segera merangkul bahu kecil remaja cantik itu.
Membawanya menuruni tangga dan menggiringnya memasuki dapur.
Yunho mendudukkan dirinya di kursi meja makan dan menopang wajahnya dengan kedua tangan sementara mata musangnya terpejam lengkap dengan dahinya yang mengernyit.

Jaejoong membuka pintu kulkas dan mengambil sekotak susu vanilla dari dalam sana.
Ia menuangkannya ke dalam gelas kaca dan mengembalikan kotak susu tersebut ke dalam kulkas.
Pria cantik itu berbalik, kemudian ia tertegun mendapati Jung Yunho yang tertidur di atas meja dengan kedua tangan yang menopang wajah tampannya.

Uh.

Remaja cantik itu tersenyum geli.
Ia segera duduk di seberang Yunho dan meneguk susunya seraya menikmati pemandangan langkanya.
Mata besarnya bergerak pelan, memperhatikan bibir seksi yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu.
Mendadak jantungnya berdebar kencang.

Jaejoong menghabiskan tegukan susu terakhirnya dan meletakkan gelas kaca tersebut di westafel.
Kemudian ia menghampiri Yunho dengan dada yang berdebar-debar.
Namja cantik itu berdiam diri di samping Yunho.
Namun setelah cukup lama ia membeku, Jaejoong memberanikan tangannya untuk bergerak dan menaruhnya di atas kepala Yunho.

Lalu ia mengusap-usap rambut berantakan itu dengan lembut.

Ufh.
Bibir Jaejoong berkedut menahan senyuman.
Rambutnya tebal dan lembut sekali, ia suka.

  “Kau sedang apa, Jae?”

DEG!

Jaejoong terkejut.
Mata besarnya membulat sempurna.
Ia refleks menjauhkan tangannya dari kepala Yunho.
Oh! Ia tidak sadar! Apa yang sudah dilakukannya barusan?!

Yunho menoleh, menatap Jaejoong yang menggigit bibir bawahnya gugup.
Pria tampan itu menarik lengan Jaejoong dan membawanya untuk duduk di pinggiran meja makan tepat di hadapannya.
Ia menggenggam tangan remaja cantik itu

  “Mianhae” Gumam Jaejoong lirih.

Pipi yang merona itu!
Sungguh membuat Jung Yunho berusaha untuk memenangkan kesabarannya.
Ia sudah lama memimpikan hal ini.
Ia masih perlu untuk bertahan sedikit lagi.

Tapi pipi yang memerah dan bibir yang tergigit itu membuatnya lepas kendali.

  “Kenapa kau minta maaf?” Tanya Yunho dengan suaranya yang parau.

Jaejoong mengintip dari celah poninya.
Lucu sekali.

  “Ini milikmu” Bisik Yunho seraya menaruh tangan Jaejoong di atas kepalanya.

Pria tampan itu tersenyum tipis.

  “Semua ini milikmu” Sambung Yunho lagi.

Wajah Jaejoong kini merah padam.
Tidak terselamatkan lagi.
Remaja cantik itu mengusap rambut tebal Yunho dan tersenyum kecil menikmati perbuatannya.
Sementara Yunho sudah terbakar oleh gairah yang ditimbulkan Jaejoong kepadanya.

Pria arogan itu menyurukkan wajahnya di leher namja cantik itu.
Membuat Jaejoong melenguh tanpa sadar.

  “Ini milikku” Bisik Yunho lagi.

Jaejoong menegang.
Ia bisa merasakan lidah panas Yunho yang bergerak-gerak menggoda lehernya.
Kemudian satu hisapan kuat yang ia yakin akan meninggalkan bekas yang sangat kentara dengan kulit putihnya di sana.

Tapi entah mengapa ia tidak bisa menolak semua sentuhan Yunho.
Kedua tangannya malah semakin erat mencengkram dan mengacak rambut Yunho.

  “Ungh”

Jaejoong meringis, tangan kanannya masih berada di atas kepala Yunho.
Sementara tangan yang satunya sudah mencakar punggung Yunho saat namja tampan itu berpindah di dadanya dan menghisapnya dari luar.

  “Ini juga milikku” Desis namja tampan itu.

Remasan tangan Jaejoong di rambutnya membuatnya semakin bergairah.
Ia mendongak, menatap pria cantik yang sedang mengatur nafasnya itu.
Kemudian menyentuhkan hidungnya dengan hidung bangir milik Jaejoong.

  “Dan kau, kau adalah milikku” Bisiknya seduktif.

  “Yun—!” Pekik Jaejoong saat sesuatu meremas bagian tersensitifnya di bawah sana.

Jaejoong menggeleng.
Seolah tersadar akan atmosfer yang Yunho ciptakan untuk menghipnotisnya.

  “Yunho—”

Panggilan Jaejoong tercekat ketika namja tampan itu mendorongnya hingga ia berbaring di atas meja makan yang besar itu.
Mata Jaejoong membelalak ngeri.
Ia mencengkram kedua tangannya yang mengepal erat.

  “Kau yang memulainya, Jae” Desis Yunho dengan senyuman menakutkannya.

Namja cantik itu semakin terkejut saat Yunho menarik celana piyamanya dengan kasar.
Membuat kaki telanjangnya ter-ekspose bebas.
Lalu namja tampan itu menarik kedua sisi betisnya hingga ia mengangkang sekarang.
Wajah Jaejoong terasa panas.
Ia sungguh malu. Terlebih rasa takut mendominasi kepalanya.

  “Aku akan menandaimu sebagai milikku satu-satunya, tidak ada lagi Kim Jaejoong si calon model, kau hanya akan menjadi Kim Jaejoong milikku, kesayanganku yang paling berharga”

  “M-mwo? Ani—Yun—AKH!!”

Jaejoong mendongak, meneteskan air matanya akan rasa terbakar yang membara di tubuhnya.
Kedua tangannya mencakar-cakar lapisan meja.
Yunho segera mengambil kedua tangan cantik tersebut dan meletakkannya di atas kepalanya.
Ia menyukai sensasi yang datang ketika Jaejoong mencengkram dan meremas rambutnya.

Pria licik itu sudah di ambang kebatasannya.
Sudah cukup kesabarannya selama ini.
Mulai besok ia akan mengurung namja cantik itu.
Merantainya agar selalu dekat dengannya sebagaimana mimpi-mimpi liarnya selama ini.

  “Kau milikku, Jae! Milikku seorang!” Pekik Yunho lantang.

Jaejoong tidak menyahut.
Hanya desahan dan isakan tangis yang keluar dari mulutnya.
Dan beberapa kali nama Yunho yang berada di atas tubuhnya.
Namja cantik itu memejamkan kedua matanya erat.
Berusaha mengerti apa yang sedang terjadi.

  [ “Melihat caranya memperhatikanmu sepertinya ia tertarik kepadamu” ]

  [ “Yah, dilihat dari sudut manapun, Sajangnim kaya itu menyukaimu, Joongie” ]

Benarkah?
Telinganya berdenging, ia hanya bisa merasakan basah yang menyapa pada daun telinganya.
Air matanya mengalir tanpa henti.

TBC :D

6 komentar:

  1. kyaaa apa yang yunniebear lakukaaaann
    >.<
    So sweeettt wkwkwk :v

    BalasHapus
  2. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  3. Bingung mau koment apa..di satu sisi yunho sweet banget tapi kok kayaknya jae gak suka ya...

    BalasHapus
  4. Huaaa akhirnya setelah sekian lama bersabar sisi beruangnya keluar juga (?) :D

    BalasHapus
  5. Yunho berlebihan -- kalo sayang jangan disiksa jongie nurut banget imut

    BalasHapus
  6. Yunho berlebihan -- kalo sayang jangan disiksa jongie nurut banget imut

    BalasHapus