I
let you down, I know it’s over.
But
why am I hearing your voice calling my name?
For
a long time, I’m so sorry.
Dont
leave me.
Call
me again.
So
when are you coming home?
Here’s
my apology.
PART
2.
Jaejoong merasa sungguh canggung saat
ini.
Ia tidak bisa merasakan sarapannya
dengan benar.
Segalanya sungguh baru baginya.
Ia tahu Jung Yunho itu kaya.
Tapi ia sama sekali tidak menyangka kalau
rumah namja tampan itu sebesar ini.
Mata besarnya memperhatikan para pelayan
yang berdiri di dekat dinding.
Kemudian melirik dapur yang terus
mengeluarkan makanan lezat.
Oh—seandainya Junsu ada di sini.
“Aku sudah menyuruh orang untuk mengantarkan makanan untuk sepupumu”
Ujar Yunho yang memakan sarapannya dengan santai.
Jaejoong tertegun.
Perhatiannya teralihkan kepada pria
tampan berjas armani itu.
“Gomawo, Sajangnim” Balasnya pelan.
“Mulai saat ini rumah ini adalah rumahmu juga, jadi jangan pernah
sungkan”
“Ne, Sajangnim”
“Dan satu lagi, panggil aku Yunho kalau tidak sedang berada di kantor”
Jaejoong meletakkan sendoknya.
Ia mengernyit.
“Tapi umur kita—”
“Jangan melawanku, Jaejoong”
“Maafkan aku”
Jaejoong menundukkan wajahnya.
Masih tidak mengerti mengapa Yunho
melakukan ini semua.
Apakah ada sesuatu yang tidak ia
ketahui?
Atau—
“Jaejoong, angkat wajahmu”
“Ya?”
Namja cantik itu mengerjapkan matanya
ketika ia mendongak dan mendapati Yunho yang mengulurkan garpunya yang tertusuk
daging sapi.
Jaejoong refleks tersenyum dan membuka
mulutnya.
“Enak” Gumamnya dengan pipi menggembung.
Yunho tersenyum tipis.
“Sajang—Yun—Yun—ho..Aku tidak membuat bekal hari ini”
“Kita makan di restoran seperti biasa”
Jaejoong terdiam.
Kemudian ia menghela nafas panjang.
Menatap sepasang mata musang Yunho
dengan berani.
“Aku tidak bisa terus seperti ini, Sajang—Yun—ho, terlalu banyak yang
kau berikan kepadaku. Aku tidak akan sanggup untuk membalasnya” Ujarnya serius.
Eoh?
Yunho meminum kopinya.
Ia berujar dengan santai.
“Aku tidak memintamu untuk membalasnya”
“Tapi tetap saja—”
“Kalau kau memaksa, sebagai gantinya kau harus selalu berada di
sampingku, bagaimana?”
“Hah?”
“Kau mendengarku, Jae”
“Selalu berada di sampingmu? Tapi bagaimana kalau aku ingin ke toilet?
Atau aku harus latihan?”
Puh.
Yunho tidak bisa menahan senyum gelinya.
Ia menatap Jaejoong dengan tatapan yang
berhasil membuat pipi apel itu merona segar.
“Yang kumaksud adalah jangan pernah meninggalkanku tanpamu, Kim
Jaejoong, apapun yang terjadi”
“Kenapa aku harus meninggalkanmu?”
Yunho menaikkan alisnya.
“Mungkin saja—suatu saat nanti”
Jaejoong terdiam.
Menatap Yunho dengan tatapan yang tidak
bisa diartikan.
Yunho beranjak dari duduknya.
Ia merapikan jas armaninya yang mahal.
“Kau sudah menyetujui ucapanku”
Jaejoong mendongak.
Menatap Yunho yang memandang langsung
kedua mata besarnya.
“Jadi awas saja kalau kau sampai berani melanggarnya” Desisnya tajam.
DEG.
Jaejoong terkejut.
Ia segera mengangguk dengan dada yang
berdebar-debar ketakutan.
Ia benci sisi dingin Yunho.
Kenapa pria itu tidak bisa selalu
tersenyum ramah kepadanya?
Ia akan lebih senang kalau Yunho
bersikap seperti biasa saja.
“Arasseo” Gumam Jaejoong pelan.
Kemudian ia bangkit dan mengikuti Yunho
ke teras depan.
Mereka akan berangkat bersama mulai pagi
ini.
-------
“Pagi, Jae”
Jaejoong menoleh, tersenyum kepada
Yoochun yang menunggunya di depan ruang latihan.
Namja cantik itu segera menghampiri
Yoochun.
“Kulihat kau berangkat bersama Sajangnim, jadi benar ya, kalau kau dekat
dengannya?”
Jaejoong tersenyum tipis, ia segera
duduk di samping namja chubby itu.
“Ya, begitulah”
“Melihat caranya memperhatikanmu sepertinya ia tertarik kepadamu”
“Mwo? Yang benar saja! Kupikir ia hanya butuh teman bicara”
“Oh ya? Tapi dari pengamatanku terlihat tidak seperti yang kau katakan”
“Kau kan baru sehari di sini, Chun”
Yoochun tidak menjawab lagi.
Ia mengangkat bahunya.
“Kajja, kita latihan”
Jaejoong mengangguk, tapi kemudian ia
menarik lengan bahu Yoochun.
“Chun, aku punya permintaan” Gumamnya pelan.
“Apa?” Balas Yoochun menoleh.
“Temui Junsu dan jaga dia untukku”
“APA?”
“Aku mungkin akan sulit untuk bertemu dengannya lagi setelah hari ini,
kumohon, hanya kau teman yang kupunya”
“Kau serius?”
“Ia anak yang ramah kok, kau tenang saja”
“Kenapa bukan Sajangnim saja yang menjaganya? Oh—aku lupa, ia sudah
menjagamu”
“Aish, Yoochun!”
Namja berpipi chubby itu tertawa.
Membuat Jaejoong menghentakkan kakinya
kesal.
Kedua remaja itu terus bersenda gurau
sambil berlatih dengan buku tebal.
Tidak menyadari sepasang mata musang
yang memperhatikan keduanya dengan intens.
Pria tampan itu mengepalkan kedua
tangannya.
.
.
.
“Lalu kami berlatih sampai jam makan siang”
Yunho memotong lasagna miliknya dengan tenang.
Sementara Jaejoong sudah menyeruput jus
jeruknya dengan senang.
“Sepertinya kau dekat sekali dengan trainee
baru itu. Apa tidak ada teman lain selain dia?” Tanya Yunho menatap
Jaejoong.
Pria cantik itu menggembungkan pipinya.
“Cuma dia yang baik padaku” Keluhnya.
“Jadi aku tidak baik, eh?” Balas Yunho menaikkan alisnya.
Jaejoong menelan salivanya.
“Ani, Sajangnim yang terbaik!”
“Lebih dari anak baru itu?”
“Ne, lebih!”
Yunho tersenyum.
Membuat pipi Jaejoong merona segar
melihatnya.
Ia suka sekali senyum penuh itu.
Bukan seringai menakutkan seperti
biasanya.
“Sajangnim, boleh aku bertanya?”
“Ya, Jaejoong, ada apa?”
“Uhm—itu—aku hanya penasaran, kenapa aku? Maksudku, kenapa harus aku?”
“Kau akan tahu nanti”
“Tapi aku penasaran”
“Jangan berhenti untuk itu”
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Menyebalkan sekali. Sepertinya pria
arogan itu sungguh menikmati permainannya eh.
“Bagaimana dengan Junsu?”
“Aku sudah mengirim orang untuk menjaganya seperti yang kau mau”
“Sajangnim, sampai kapan aku harus tinggal bersamamu? Ini aneh sekali,
kau dan aku, kita—”
“Ya, Jaejoong, ada apa dengan kita?”
DEG.
Tatapan itu lagi.
Jaejoong menggaruk taplak meja dengan
gelisah.
Ia menggigit bibir ranumnya dan
menggeleng.
Tapi Yunho tidak berhenti menatapnya.
Pria itu butuh jawaban.
“Ki—kita jauh berbeda..Aku hanya seorang trainee dan kau pemilik agensinya” Cicit Jaejoong lirih.
“Lalu?” Balas Yunho datar.
“Ani”
Jaejoong kembali menggeleng.
Ia lebih memilih jalur aman untuk
berkonsentrasi pada spageti miliknya.
“Jae, apakah kau pernah berpikir kalau bagaimana seandainya impianmu itu
tidak terwujud?”
“Mwo? Apa kau berniat untuk tidak meluluskanku sebagai model,
Sajangnim?”
“Jawab saja”
“Aku pasti akan marah! Aku sudah mengeluarkan tenaga dan uang untuk trainee ini, tega sekali kalau kau
menggagalkanku, memangnya apa salahku sampai kau berniat seperti itu?”
“Aku hanya bertanya, Jae”
“Kau bertanya pasti karena memiliki rencana seperti itu”
Yunho tidak menjawab.
Pria itu kembali menyuap lasagna-nya.
Ya,
tentu saja aku memiliki rencana untukmu.
Karena
hanya aku yang boleh memilikimu.
Tidak
untuk orang lain.
Kau
milikku.
Milikku.
“Sajangnim?”
Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap Jaejoong yang mengerutkan
dahinya.
“Kau sudah selesai? Kajja” Ujar Yunho seraya bangkit dari duduknya.
Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia menurut saja pada pria arogan itu.
-------
“Yunho, ini terlalu banyak”
Jaejoong mengernyitkan dahinya kepada Yunho
yang sudah mengambil beberapa potong pakaian sesuka hatinya.
Ia tentu saja suka dengan semua pilihan
namja tampan itu.
Tapi tetap saja, atasannya memanjakan
dirinya begitu banyak, menurutmu?
“Masih kurang” Gumam Yunho yang sudah memperhatikan jejeran pakaian yang
baru.
“Bagaimana kalau kita ke sini lagi di lain waktu? Sungguh, ini sudah
banyak” Potong Jaejoong cemas.
Yunho menoleh, menatap namja cantik itu
sejenak.
Kemudian ia mengangguk.
“Baiklah, ayo pulang”
Jaejoong mendesah lega.
Ia segera berjalan mengikuti Yunho.
Pria cantik itu melirik bawahan Yunho
yang sudah membungkus pakaian-pakaian tersebut.
“Yunho, itu”
Namja tampan itu berhenti melangkah.
Ia mengikuti arah pandang Jaejoong.
Yunho pikir pria cantik itu sedang
melihat perhiasan atau semacamnya.
Tapi yang dilihatnya hanya sebuah boneka
beruang besar yang terpajang di etalase toko.
“Kau mau itu?” Tanya Yunho kepada Jaejoong.
Jaejoong mengangguk antusias.
Matanya melirik boneka raksasa itu
sesekali.
“Cium aku”
“Apa?”
“Cium aku, kalau kau ingin aku membelikan boneka itu”
Yunho selalu suka bagaimana wajah cantik
itu berubah menjadi merah padam setiap kali ia menggodanya.
Jaejoong mengernyitkan hidungnya lucu.
Ia mengerucutkan bibir ranumnya tanpa
sadar.
Memanggil Yunho tanpa sebutan resmi
sungguh membuatnya lupa diri.
“Aku tidak mau” Ujarnya bergumam.
“Kenapa?” Balas Yunho bertanya.
“Aku tidak pernah mencium seseorang sebelumnya. Tega sekali kau
memintaku menyerahkan ciuman pertamaku seperti ini”
Yunho menaikkan alisnya.
Ciuman pertama?
Sungguh kejutan. Pikirnya.
“Lalu kau ingin aku bagaimana?”
“Aku ingin sesuatu yang berkesan dan romantis, pokoknya sampai dadaku
berde—”
Jaejoong membulatkan mata besarnya kaget
mendapati Yunho yang menarik tangannya secara tiba-tiba.
Pria tampan itu menyeretnya menuju lorong
sempit yang pertama kali terlihat olehnya.
Jaejoong baru saja akan bersuara, namun
Yunho sudah lebih dulu mencium bibir ranumnya.
OH!
Remaja cantik itu semakin membulatkan
matanya kaget.
Jantungnya berdebar-debar dengan sungguh
kencang, perutnya sakit seakan ada ratusan kupu-kupu yang berterbangan di dalam
sana ketika mata bulatnya menatap wajah Yunho yang terpejam di hadapannya.
Ya Tuhan! Mimpi apa ia semalam?!
Jung Yunho menciumnya!
Beberapa saat kemudian pria cantik itu
memejamkan matanya dengan erat dan mencengkram erat kemeja Yunho dengan kedua
tangannya.
Jantungnya seperti akan meledak dan
tubuhnya bergetar saat ia merasakan bibir seksi milik pria tampan itu
menghisap-hisap bibir ranumnya dengan basah.
Oh—Jaejoong bisa pingsan kalau seperti
ini caranya.
“Bagaimana? Apakah ini berkesan?” Bisik Yunho setelah ia menjauhkan
wajah mereka.
Jaejoong terlihat bingung.
Mata besarnya menatap Yunho dengan tidak
yakin.
Pipinya merona merah, sementara bibirnya
berkedut-kedut dan basah.
Namja cantik itu menyentuh bibirnya yang
hangat dengan jarinya, dan mata bulatnya kembali membesar saat Yunho menunduk
dan mengecup jari yang berada di depan bibir ranumnya.
“Baiklah, aku anggap itu iya” Ujar namja tampan itu dengan senyuman
puasnya.
“Sa-Sa-Sajangnim me-menciumku??” Ucap Jaejoong terbata-bata.
Eoh?
Yunho tertawa gemas melihat reaksi lucu
dari namja cantik ini.
Ia menarik bahu Jaejoong dan menempelkan
bibir hangatnya di telinga namja cantik itu.
Membuat Jaejoong berjengit kaget.
“Ya, aku baru saja mencumbu bibir manismu itu, kau bisa merasakanku?”
Bisiknya menggoda.
Kaki Jaejoong terasa lemas seperti jelly.
Yunho sungguh keterlaluan.
Pria itu terlihat begitu menikmati
reaksi polos dari remaja cantik itu.
Ia merengkuh bahu Jaejoong dan
menyibakkan poninya ke samping.
“Baiklah, kurasa sudah cukup, kita beli bonekamu dan segera pulang”
“N-ne”
Jaejoong hanya bisa mengangguk patuh.
Jantungnya masih saja berdebar-debar
kencang.
Oh—sekali lagi, ciuman pertamanya!
-------
Jaejoong tidak bisa tidur.
Dan itu semua karena Yunho.
Namja cantik itu terus-terusan menyentuh
bibir ranumnya. Seolah ia masih bisa merasakan manisnya bibir Yunho di atas bibirnya.
Aish.
Bagaimana bisa pria arogan itu
memporak-porandakan dirinya dalam waktu sesingkat ini eoh?
Hanya dengan melalui satu ciuman mesra.
Remaja cantik itu beranjak bangun dari
baringnya dan berjalan keluar kamar.
Ia melangkah menuju pintu kamar Yunho
dan berdiri di sana.
Menggigit bibir bawahnya ragu, namun
pada akhirnya ia tetap mengetuk pintu kamar tersebut.
“Y-Yunho” Panggilnya bergetar.
Jaejoong sungguh merasa gugup.
TOK
TOK TO—
CKLEK.
Mata besar Jaejoong mengerjap.
Memperhatikan bagaimana seksinya rambut
cokelat yang terlihat acak-acakan itu.
Dan—oh—jangan lupakan dada bidangnya
yang terlihat karena pajama’s robe-nya
tersingkap.
“Ya, Jaejoong?”
Namja cantik itu sontak mendongak,
kembali fokus kepada wajah bantal Yunho.
Lucu sekali kalau ia mengingat sosok
Yunho yang berwibawa di kantor.
Ini membuatnya merasa sungguh spesial,
karena hanya ia yang mengetahui sosok lain dari si arogan Yunho ketika pria itu
di kantor.
“Aku tidak bisa tidur, dan kurasa aku butuh segelas susu, tapi aku tidak
berani ke bawah sendirian” Ujar Jaejoong pelan.
Yunho mengusap wajahnya.
Ia menutup pintu kamar dan segera
merangkul bahu kecil remaja cantik itu.
Membawanya menuruni tangga dan
menggiringnya memasuki dapur.
Yunho mendudukkan dirinya di kursi meja
makan dan menopang wajahnya dengan kedua tangan sementara mata musangnya
terpejam lengkap dengan dahinya yang mengernyit.
Jaejoong membuka pintu kulkas dan
mengambil sekotak susu vanilla dari
dalam sana.
Ia menuangkannya ke dalam gelas kaca dan
mengembalikan kotak susu tersebut ke dalam kulkas.
Pria cantik itu berbalik, kemudian ia
tertegun mendapati Jung Yunho yang tertidur di atas meja dengan kedua tangan
yang menopang wajah tampannya.
Uh.
Remaja cantik itu tersenyum geli.
Ia segera duduk di seberang Yunho dan
meneguk susunya seraya menikmati pemandangan langkanya.
Mata besarnya bergerak pelan,
memperhatikan bibir seksi yang sudah mengambil ciuman pertamanya itu.
Mendadak jantungnya berdebar kencang.
Jaejoong menghabiskan tegukan susu
terakhirnya dan meletakkan gelas kaca tersebut di westafel.
Kemudian ia menghampiri Yunho dengan
dada yang berdebar-debar.
Namja cantik itu berdiam diri di samping
Yunho.
Namun setelah cukup lama ia membeku,
Jaejoong memberanikan tangannya untuk bergerak dan menaruhnya di atas kepala
Yunho.
Lalu ia mengusap-usap rambut berantakan
itu dengan lembut.
Ufh.
Bibir Jaejoong berkedut menahan
senyuman.
Rambutnya tebal dan lembut sekali, ia
suka.
“Kau
sedang apa, Jae?”
DEG!
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya membulat sempurna.
Ia refleks menjauhkan tangannya dari
kepala Yunho.
Oh! Ia tidak sadar! Apa yang sudah
dilakukannya barusan?!
Yunho menoleh, menatap Jaejoong yang
menggigit bibir bawahnya gugup.
Pria tampan itu menarik lengan Jaejoong
dan membawanya untuk duduk di pinggiran meja makan tepat di hadapannya.
Ia menggenggam tangan remaja cantik itu
“Mianhae” Gumam Jaejoong lirih.
Pipi yang merona itu!
Sungguh membuat Jung Yunho berusaha
untuk memenangkan kesabarannya.
Ia sudah lama memimpikan hal ini.
Ia masih perlu untuk bertahan sedikit
lagi.
Tapi pipi yang memerah dan bibir yang
tergigit itu membuatnya lepas kendali.
“Kenapa kau minta maaf?” Tanya Yunho dengan suaranya yang parau.
Jaejoong mengintip dari celah poninya.
Lucu sekali.
“Ini milikmu” Bisik Yunho seraya menaruh tangan Jaejoong di atas
kepalanya.
Pria tampan itu tersenyum tipis.
“Semua ini milikmu” Sambung Yunho lagi.
Wajah Jaejoong kini merah padam.
Tidak terselamatkan lagi.
Remaja cantik itu mengusap rambut tebal
Yunho dan tersenyum kecil menikmati perbuatannya.
Sementara Yunho sudah terbakar oleh
gairah yang ditimbulkan Jaejoong kepadanya.
Pria arogan itu menyurukkan wajahnya di
leher namja cantik itu.
Membuat Jaejoong melenguh tanpa sadar.
“Ini milikku” Bisik Yunho lagi.
Jaejoong menegang.
Ia bisa merasakan lidah panas Yunho yang
bergerak-gerak menggoda lehernya.
Kemudian satu hisapan kuat yang ia yakin
akan meninggalkan bekas yang sangat kentara dengan kulit putihnya di sana.
Tapi entah mengapa ia tidak bisa menolak
semua sentuhan Yunho.
Kedua tangannya malah semakin erat
mencengkram dan mengacak rambut Yunho.
“Ungh”
Jaejoong meringis, tangan kanannya masih
berada di atas kepala Yunho.
Sementara tangan yang satunya sudah
mencakar punggung Yunho saat namja tampan itu berpindah di dadanya dan
menghisapnya dari luar.
“Ini juga milikku” Desis namja tampan itu.
Remasan tangan Jaejoong di rambutnya
membuatnya semakin bergairah.
Ia mendongak, menatap pria cantik yang
sedang mengatur nafasnya itu.
Kemudian menyentuhkan hidungnya dengan
hidung bangir milik Jaejoong.
“Dan kau, kau adalah milikku” Bisiknya seduktif.
“Yun—!” Pekik Jaejoong saat sesuatu meremas bagian tersensitifnya di
bawah sana.
Jaejoong menggeleng.
Seolah tersadar akan atmosfer yang Yunho
ciptakan untuk menghipnotisnya.
“Yunho—”
Panggilan Jaejoong tercekat ketika namja
tampan itu mendorongnya hingga ia berbaring di atas meja makan yang besar itu.
Mata Jaejoong membelalak ngeri.
Ia mencengkram kedua tangannya yang
mengepal erat.
“Kau
yang memulainya, Jae” Desis Yunho dengan senyuman menakutkannya.
Namja cantik itu semakin terkejut saat
Yunho menarik celana piyamanya dengan kasar.
Membuat kaki telanjangnya ter-ekspose bebas.
Lalu namja tampan itu menarik kedua sisi
betisnya hingga ia mengangkang sekarang.
Wajah Jaejoong terasa panas.
Ia sungguh malu. Terlebih rasa takut
mendominasi kepalanya.
“Aku akan menandaimu sebagai milikku satu-satunya, tidak ada lagi Kim
Jaejoong si calon model, kau hanya akan menjadi Kim Jaejoong milikku,
kesayanganku yang paling berharga”
“M-mwo? Ani—Yun—AKH!!”
Jaejoong mendongak, meneteskan air
matanya akan rasa terbakar yang membara di tubuhnya.
Kedua tangannya mencakar-cakar lapisan
meja.
Yunho segera mengambil kedua tangan
cantik tersebut dan meletakkannya di atas kepalanya.
Ia menyukai sensasi yang datang ketika
Jaejoong mencengkram dan meremas rambutnya.
Pria licik itu sudah di ambang
kebatasannya.
Sudah cukup kesabarannya selama ini.
Mulai besok ia akan mengurung namja
cantik itu.
Merantainya agar selalu dekat dengannya
sebagaimana mimpi-mimpi liarnya selama ini.
“Kau milikku, Jae! Milikku seorang!” Pekik Yunho lantang.
Jaejoong tidak menyahut.
Hanya desahan dan isakan tangis yang
keluar dari mulutnya.
Dan beberapa kali nama Yunho yang berada
di atas tubuhnya.
Namja cantik itu memejamkan kedua
matanya erat.
Berusaha mengerti apa yang sedang
terjadi.
[ “Melihat caranya memperhatikanmu
sepertinya ia tertarik kepadamu” ]
[ “Yah, dilihat dari sudut
manapun, Sajangnim kaya itu menyukaimu, Joongie” ]
Benarkah?
Telinganya
berdenging, ia hanya bisa merasakan basah yang menyapa pada daun telinganya.
Air
matanya mengalir tanpa henti.
TBC :D
kyaaa apa yang yunniebear lakukaaaann
BalasHapus>.<
So sweeettt wkwkwk :v
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusBingung mau koment apa..di satu sisi yunho sweet banget tapi kok kayaknya jae gak suka ya...
BalasHapusHuaaa akhirnya setelah sekian lama bersabar sisi beruangnya keluar juga (?) :D
BalasHapusYunho berlebihan -- kalo sayang jangan disiksa jongie nurut banget imut
BalasHapusYunho berlebihan -- kalo sayang jangan disiksa jongie nurut banget imut
BalasHapus