This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Minggu, 11 Oktober 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/APOLOGY/PART 4



I let you down, I know it’s over.
But why am I hearing your voice calling my name?
For a long time, I’m so sorry.

Dont leave me.
Call me again.
So when are you coming home?

Here’s my apology.

PART 4.

Jaejoong masih bergeming.
Ia menatap lurus ponsel milik Bibi Hwang yang tertinggal di meja makan sejak tadi.
Jemarinya bergerak gelisah mencakar pegangan tangga berwarna cokelat itu.
Ambil, tidak? Ambil, tidak?

Namja cantik itu menggigit bibir bawahnya erat.
Yunho sudah pergi bekerja.
Dan wanita paruh baya itu baru saja meminta izin untuk pulang ke rumah dan merawat anaknya yang sedang sakit.
Ia terlalu panik, sampai melupakan ponselnya.

TAP TAP TAP.

Jaejoong melangkah.
Berdebar-debar menuju ponsel tersebut.
Mata bulatnya melirik para pelayan yang berlalu-lalang di sekitarnya.
Berharap cemas mereka tidak sedang memperhatikan dirinya.

Namja cantik itu mengambil serbet yang ada di atas meja dan membawanya menuju kulkas.
Ia mengambil susunya yang tersimpan di sana dan meneguknya.
Kemudian berjalan mendekati meja makan tepat di samping ponsel milik Bibi Hwang tergeletak.
Jaejoong berusaha bersikap senormal mungkin.


Ia mengelap bibirnya yang basah dengan serbet dan menjatuhkan serbet itu di atas ponsel Bibi Hwang.
Kemudian ia kembali meminum susunya.
Lalu ia meletakkan gelas susunya di atas meja dan mengambil serbet itu lagi, dan dengan gerakan secepat kilat ia mengambil ponsel tersebut dengan tangan yang satunya dan memasukkannya ke dalam kantung celana.

DEG DEG DEG.

Demi Tuhan, ia sungguh gugup.
Jaejoong melirik para pelayan yang sedang sibuk dengan aktifitas mereka masing-masing.
Ia tersenyum tipis.
Bagus.
Sepertinya tidak ada yang menyadari perbuatannya barusan.

Ia segera melangkah menaiki tangga dan berjalan cepat memasuki kamarnya.
Menutup pintu dengan hati-hati dan menghembuskan nafas panjang.

  “Maafkan aku, Bibi Hwang” Gumamnya pelan.

Jaejoong segera mengusap layar ponsel tersebut hingga memperlihatkan foto seorang gadis cantik yang sangat mirip dengan wanita paruh baya itu.
Pasti putri tunggalnya.

Jaejoong ingat kalau Junsu tidak memiliki ponsel sama seperti dirinya.
Lalu Yoochun, ia tidak tahu nomor pria itu.
Namja cantik itu memijit nomor telepon yang sudah dihapalnya sejak lama.
Kemudian ia menempelkan benda elektronik itu di telinganya.

  Selamat pagi, agensi The Jung’s siap membantu anda. Dengan siapa saya berbicara?

  “Um—Selamat siang, Kim Junsu imnida. Bisa aku berbicara dengan Park Yoochun?”

Jaejoong menggigit bibirnya erat.
Jemarinya sudah berkeringat sekarang.

  Ya, tentu saja, mohon tunggu beberapa saat

  “Ya, terima kasih”

Please, Yoochun.
Kau harus ada di sana.
Harus.

  Ya? Yoochun di sini, benar ini Junsu?

OH!

Jaejoong segera tersenyum lebar.

  “Yoochun! Ini aku! Jaejoong!”

  Apa? Yang benar?!

  “Ya, Yoochun! Ini aku! Dan aku butuh bantuanmu!”

  Oh Tuhan! Aku mengkhawatirkanmu kau tahu? Katakan kau baik-baik saja!

  “Aku baik-baik saja, aish, kau tidak dengar ucapanku? Aku butuh bantuanmu, Chun!”

  Bantuan apa?

  “Bantu aku melarikan diri dari sini!”

  Dari—apa? Setahuku kau sudah tingal bersama Sajang—Oh shit! Ia tidak memperlakukanmu dengan baik, ya kan?!

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mendadak bingung untuk menjawab.
Memperlakukannya dengan baik?
Ya—tentu saja—terkadang.
Dan itu selalu berhasil membuatnya lupa diri.

  Kau masih di sana?

  “Ya! Ya, aku masih di sini!”

  Aku tentu mau menolongmu, tapi bagaimana caranya? Akses masuknya pasti ketat sekali, dan lagi—Hey! Kau belum tahu kalau aku akan debut dalam waktu dekat, iya kan?

Jaejoong mendengus keras.

  “Park Yoochun!” Pekiknya kesal.

  Sorry—baiklah, tunggu saja, aku akan menolongmu secepat mungkin

  “Terima kasih, Yoochun, aku akan menunggumu”

Jaejoong memutuskan sambungan teleponnya.
Ia menyentuh dada kirinya dan merasakan jantungnya yang berdebar-debar kencang.
Lalu ia terduduk di pinggir ranjang.
Menghela nafas panjang.

Sudah benarkah keputusannya ini?
Sudah siapkah ia untuk pergi meninggalkan Yunho?

Jaejoong memejamkan mata bulatnya.
Ia tidak tahu, sungguh.
Pria itu—di satu sisi ia berhasil membuatnya ketakutan dan kesakitan sepanjang hari.
Tapi di sisi lainnya ia bisa membuat Jaejoong merona segar seharian.

Namja tampan itu memujanya—sekaligus menyakitinya.

Jaejoong tidak akan pernah lupa dengan hinaan yang diucapkan Yunho kepadanya waktu itu.
Bahwa ia tidak pantas untuk berdiri di depan kamera.
Bohong! Itu bohong!
Namja cantik itu membuka daftar panggilan dari ponsel Bibi Hwang dan segera menghapus nomor telepon agensinya.

Kemudian ia membuka pintu kamar dan meletakkan ponsel tersebut di dekat vas bunga.
Para pelayan akan menemukan benda itu untuk Bibi Hwang.
.
.
.
  “Aku pulang”

Yunho membuka pintu kamar dan mendapati Jaejoong yang tertidur dengan boneka beruang raksasanya.
Boneka yang dulu pernah dibelikan olehnya.
Namja tampan itu melepas jas armaninya dan mendudukkan dirinya di samping namja cantik itu.
Mengulurkan jemarinya mengusapi pipi lembut itu.

Mata bulat itu terbuka, dan pemiliknya refleks tersentak kaget dan beringsut mundur ke belakang.
Jaejoong mencengkram erat boneka kesayangannya.
Menatap Yunho yang memperhatikan gerak-geriknya dengan hati-hati.

  “Neo wasseo?” Gumam Jaejoong lirih.

Yunho menaikkan alisnya.

  “Ada apa denganmu hm? Kau terlihat ketakutan” Ujarnya dengan mata musang yang berkilat-kilat.

Jaejoong menelan salivanya.

  “A-ani” Sahut Jaejoong mengangkat wajahnya.

Membuat Yunho tersenyum tipis mendengar getaran yang kentara sekali pada suaranya.

  “Kau sudah makan?” Tanya Yunho mengalihkan pembicaraan.

  “Sudah” Sahut Jaejoong cepat.

  “Bagus”

Pria arogan itu membuka kemejanya dan menaruhnya di dalam keranjang pakaian kotor.
Kemudian ia memasuki kamar mandi.
Meninggalkan Jaejoong yang bernafas lega di sana.
Seharian ini Jaejoong dirundung rasa gelisah sejak ia berhasil menghubungi Yoochun.
Takut sekali kalau pembicaraan mereka bocor dan Yunho mengetahui rencananya untuk kabur.

Jaejoong tidak berani membayangkan, pria kejam itu pasti akan marah besar.

SRAK.

Jaejoong mendongak ketika Yunho menyibak selimut tebalnya dan berbaring di sampingnya.
Membuat namja cantik itu mengerutkan dahinya.
Ia tidak mendengar Yunho keluar dari kamar mandi.
Atau ia terlalu larut dalam lamunannya?

  “Yunho”

  “Ya?”

Namja tampan itu mematikan lampu meja, kemudian ia beralih membawa Jaejoong ke dalam pelukannya.
Ia bisa merasakan namja cantik itu mengejang ketika bersentuhan dengannya.
Ah—traumanya masih membekas eh?

  “Aku sudah lama tidak masuk sekolah, ini tahun terakhirku” Gumam namja cantik itu hati-hati.

  “Lupakan saja, aku akan membawa guru privat untukmu besok” Ujar Yunho singkat.

Jaejoong terdiam.
Mencengkram piyama Yunho tanpa sadar.
Ia benci aturan itu. Ia benci diatur-atur.
Tapi apa yang bisa dilakukannya selain menurut patuh?

  “Yunho, beritahu aku kenapa kau melakukan semua ini kepadaku. Ini tidak rasional, kau menculikku dan mempe—”

  “Menculik? Bagian mananya yang termasuk ke dalam penculikan eh? Kau sendiri yang menyetujui untuk tinggal bersama denganku”

  “Tapi kau mengurungku, Yunho! Kau memperlakukanku seperti tawanan!”

  “Ya, dan bukankah sudah kukatakan sebelumnya? Kau itu tawananku”

  “Aku tidak suka ini, Yun! Aku mau pergi! Aku ingin kehidupanku yang normal!”

Rahang Yunho mengeras.
Ia mencengkram dagu namja cantik itu hingga membuatnya mendongak paksa.
Yunho menatapnya dengan tatapan berbahaya yang Jaejoong takuti.

  “Jaga mulutmu, Kim Jaejoong, jangan melewati batas” Desis pria egois itu tegas.

Jaejoong menahan nafas.
Menatap ke mana saja kecuali mata musang Yunho.
Tubuh ringkihnya bergetar.
Ia mengernyitkan dahinya tidak nyaman.

Pria tampan itu mengecup singkat pipi Jaejoong.
Kemudian ia kembali berbaring seraya menahan pinggang namja cantik itu agar tetap berada di dalam pelukannya.

  “Tidurlah” Ujar Yunho.

Jaejoong tidak menyahut. Ia hanya diam sampai beberapa saat Yunho sudah mengira ia telah tertidur.
Namja cantik itu menoleh, menemukan leher Yunho di depan matanya.
Ia mendesah pendek seraya mengusap lengan namja tampan itu.

  “Jangan pernah meninggalkanku, Jae”

DEG.

Jaejoong membeku.
Mengerjapkan matanya dalam gelap.

  “Jangan tinggalkan aku sendirian” Lirih pria tampan itu pelan.

Suaranya terdengar sungguh terluka.
Hingga membuat Jaejoong tanpa sadar meneteskan air matanya.
Ia menahan nafas.

Oh—inikah?
Inikah sosok asli dari Jung Yunho yang kejam itu?

Jaejoong memejamkan mata besarnya erat.
Membiarkan air mata membasahi wajahnya.


-------


Yoochun gelisah.
Ia pikir ia harus memberitahu Junsu tentang hal ini.
Tapi apakah namja imut itu akan mengerti?
Jaejoong tidak baik-baik saja di sana.

Yunho mengurungnya.

Ya Tuhan. Yoochun menghela nafasnya.

Namja chubby itu memakai topi rajutnya dan memutuskan untuk masuk ke dalam cafe tempat ia melihat Junsu beberapa saat yang lalu.
Yah—ia menguntit Junsu seharian ini sebenarnya.
Berada di batas kebimbangan apakah ia harus mengajak namja imut itu atau melakukannya sendirian.

Memasuki kediaman Jung itu sulit sekali, Yoochun sudah melakukan observasi sebelumnya.
Tapi apa ia tega kepada Junsu jika seandainya nanti rencana mereka gagal?

  “Kepada semua pengunjung, terima kasih sudah mampir ke cafe kami. Hari ini adalah hari ulang tahunku, dan sahabatku akan menyanyikan satu lagu untukku”

Suara tepuk tangan yang riuh menyapa telinga Yoochun ketika ia berada di dalam cafe tersebut.
Mata sipitnya menangkap sosok imut Junsu yang tersenyum manis di atas panggung.
Yoochun menarik kursi kosong dan duduk di sana.
Memperhatikan Junsu sementara otaknya terus memikirkan rencana penyelamatan yang terbaik.

Alunan piano mulai terdengar, dan ketika Junsu mengeluarkan suara emasnya, Yoochun terhenyak.
Namja chubby itu mengerjapkan matanya tidak percaya.
Memandang Junsu yang sudah tenggelam dalam atmosfer nyanyiannya.
Oh—! Suaranya sungguh indah!

Yoochun tahu lagu ini. Jaejoong pernah menyanyikannya saat mereka latihan.
Kalau tidak salah judulnya In Heaven.

Tepuk tangan yang meriah mengakhiri penampilan Junsu yang mempesona.
Yoochun bahkan sampai berdiri tanpa sadar.
Dan ketika ia memperhatikan, ada pria satu lagi yang juga berdiri karena nyanyian Junsu.
Seorang pria tampan yang berwajah kekanakan.

  “Yoochun ah!”

Yoochun tersentak, ia menoleh dan tersenyum tipis kepada Junsu.

  “Aku tidak tahu kalau kau bisa bernyanyi sebagus itu” Ujar Yoochun menaikkan alisnya.

Junsu terkikik geli.

  “Kau sendirian? Seperti di film saja kita bisa bertemu seperti ini” Ucap Junsu lucu.

  “Ya, aku sengaja ke sini untuk mencarimu, ada yang ingin kubicarakan. Tapi tidak di sini” Balas Yoochun serius.

Bocah imut itu memiringkan kepalanya lucu, ia membulatkan bibir plump-nya.
Aish. Yoochun segera menarik tangan Junsu dan menyeretnya keluar dari cafe dan memasuki sebuah gang sempit di samping cafe tersebut.

  “Jaejoong disiksa” Ujar Yoochun dramatis.

  “MWO?!” Pekik Junsu melengking.

Namja chubby itu menutup telinganya seraya meringis.
Sementara Junsu sudah membulatkan matanya kaget.

  “Apa kau bilang? Disiksa? Yah! Berani sekali kau menyebarkan gosip yang tidak-tidak! Bagaimana mungkin sepupuku itu disiksa, oleh siapa eoh? Jangan bilang kau mau menuduh Sajangnim yang baik hati itu!” Cerocos Junsu tanpa henti.

  “Aku serius, Kim Junsu! Tidak ada waktu untuk bermain-main! Jaejoong meneleponku kemarin pagi, ia meminta tolong kepadaku!” Gusar Yoochun mengerutkan dahinya.

Junsu mendengus.

  “Kenapa ia menghubungimu? Kenapa ia tidak meneleponku? Aku kan sepupunya, bukan kau!” Pekik Junsu kesal.

Yoochun terdiam.

  “Oh!” Seru Junsu kemudian.

Namja imut itu tersenyum lucu.

  “Aku lupa, aku kan tidak punya ponsel”

  “Aish! Junsu! Ini bukan waktunya untuk bercanda! Kau sebenarnya sayang tidak sih pada Jaejoong? Kelihatannya santai sekali mendengarnya tersiksa!”

  “Jaga mulutmu, menyebalkan! Tentu saja aku khawatir padanya, hanya saja aku tidak tahu kalau ia tidak senang di sana, soalnya Sajangnim tidak berhenti mengirimkan makanan enak untukku, misalnya seperti sushi salmon, sirip ikan hiu, lalu—”

Yoochun mendengus keras.
Junsu segera merapatkan mulutnya.
Ia tersenyum tipis.

  “Sudah kuduga, aku tidak bisa membawamu ikut” Gumam Yoochun pasrah.

  “Kau berniat meninggalkanku? Kau tega? Aku harus ikut! Pokoknya ikut!” Balas Junsu marah.

Cepat sekali mood-nya berubah.
Seperti ibu hamil saja. Pikir Yoochun bingung.

  “Kau serius mau ikut? Ini bukan permainan biasa, Junsu, ini serius, hidup dan mati!”

  “Tentu saja! Ikut ke mana memangnya? Kita mau pergi ke gunung ya? Tapi tadi kau bilang kita harus menyelamatkan Jaejoong? Aduh, bagaimana sih!”

Aishhhh!
Yoochun mencubit gemas pipi gembul Junsu hingga namja imut itu memekik kesakitan.
Ia menjauhkan tangan Yoochun dan meringis mengusap-usap pipinya yang memerah tomat.
Yoochun sialan!


-------


  “Ada apa?”

Jaejoong duduk manis di kursinya, memakan sarapannya dengan baik.
Ia tidak mengerti mengapa Yunho harus menatapnya seperti itu.
Apakah ada yang salah dengannya pagi ini ini?
Namja tampan itu berdehem.

Ia meletakkan cangkir kopinya dan menatap Jaejoong dengan intens.

  “Aku merasakan firasat buruk” Ujar Yunho serius.

  “Hah?” Gumam Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Instingku mengatakan kalau sesuatu akan terjadi”

  “Lalu?”

Yunho diam.
Ia masih memperhatikan Jaejoong hingga membuat namja cantik itu menelan sarapannya gugup.
Sedikit lagi ia berani jamin kalau pipi apelnya akan merona merah.
Aish.

  “Kau tidak sedang merencanakan sesuatu, kan, Kim Jaejoong?” Ujar Yunho dingin.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Tapi ia segera mengerutkan dahinya seolah-olah dirinya tidak mengerti.
Ia meletakkan sendoknya di piring dan menurunkan tangannya mencengkram lutut.
Berusaha keras agar Yunho tidak melihatnya bergetar.

  “Memangnya apa yang harus kurencanakan? Aku tidak bisa ke mana-mana” Sahut Jaejoong mengerucutkan bibirnya.

Sementara jantungnya sudah menggila.
Pikirannya terus terpusat pada peristiwa beberapa hari yang lalu saat ia menghubungi Yoochun dan meminta tolong kepadanya.

Yunho semakin mempertajam tatapannya.
Memperhatikan raut wajah Jaejoong yang terlihat ketakutan sekaligus bingung.
Ia merasakan ada yang aneh.
Tapi wajah itu tidak berbohong kepadanya.

Namja tampan itu menghela nafas kasar.
Ia berdiri dari duduknya dan menghampiri namja cantik itu.
Menunduk untuk mengecup bibir ranumnya dan menariknya pelan.

  “Kau milikku, Jae” Bisiknya pelan.

Jaejoong mengangguk.

  “Ya, aku milikmu” Balasnya lirih—sedikit tidak rela—.

  “Aku berangkat”

  “Hati-hati”

Namja cantik itu mengantarkan Yunho hingga ke teras depan.
Memperhatikan namja tampan itu memasuki mobil mewahnya dan meninggalkan halaman rumah.
Jaejoong menghela nafas.
Setelah ini apa yang akan dilakukannya? Ia benar-benar bosan.

Ia baru saja akan melangkah memasuki rumah besar itu, namun suara seseorang yang familier menyapa telinganya.
Membuatnya berbalik dan memicing ke arah semak-semak.

  “Yoochun?” Seru Jaejoong tercekat.

Mata besarnya membulat sempurna.
Yoochun di sana, bersembunyi dengan topi rajutnya yang khas.

  “Apa yang kau—”

Jaejoong seketika membeku.
Oh—ia mengerti sekarang.

  “Jaejoongie! Ini kesempatan kita! Ayo lari!”

Yoochun terlihat gelisah di sana, takut-takut kalau Yunho mendadak kembali ke rumah.
Ia nekat menyusup masuk ke dalam saat gerbang terbuka ketika mobil Yunho keluar.
Ia sudah menyuruh Junsu untuk menunggu di luar sana dan melaksanakan sisa rencana mereka agar ia dan Jaejoong bisa pergi dari sini.

  “Jae!!” Bisik Yoochun keras.

Keringat dingin sudah mengalir di pelipisnya.
Oh—percaya padaku. Ini bukanlah hal yang mudah.
Yunho akan membunuhnya kalau ia tahu.

Jaejoong menelan salivanya.
Ia mengangguk dan meraih genggaman tangan Yoochun, menyembunyikan dirinya di balik semak-semak besar itu.
Jantungnya berdebar kencang.
Matanya terus melirik rumah besar itu tanpa henti.

  “Ahjusi! Aku dirampok!”

Mata besar Jaejoong membulat, melihat Kim Junsu—sepupu tengilnya—yang sedang berteriak-teriak panik dengan suara melengkingnya di depan pagar.
Membuat para penjaga gerbang yang berjumlah tiga orang itu membuka pintu gerbang dan berlari menghampirinya.

  “Ini dia! Ayo Jae!” Seru Yoochun dengan adrenalin yang memacu kencang.

Jaejoong mencengkram kuat tangan Yoochun.
Ia menoleh ke belakang.
Dan seketika mata bulatnya basah.

Yunho ah..

  [ “Jangan pernah meninggalkanku, Jae” ]

  [ “Jangan tinggalkan aku sendirian” ]

  [ “Kau sudah berjanji kepadaku, awas saja kalau kau melanggarnya” ]

Apakah ini sudah benar?

Apakah yang kulakukan ini sudah benar?

Aku selalu ingin pergi darimu.
Tapi kenapa hatiku terasa sakit?

Namja cantik itu mengusap wajahnya yang basah.
Ia terisak di tengah pelariannya.

Maafkan aku Yunho, hiduplah dengan baik setelah ini.

  “Tidak apa-apa Ahjusi, tas itu hanya berisi botol susu yang harus kuantar, aku hanya terlalu panik tadi, soalnya baru pengalaman pertama dirampok, hehehe”

Junsu membungkuk sopan.
Ia tersenyum manis dan segera pergi dari sana.
Meminta maaf untuk yang terakhir kalinya kepada para penjaga gerbang besar itu.
Kemudian ia berlari menyusul Jaejoong dan Yoochun.

  “Dengarkan aku Jaejoongie! Aku harus segera pergi ke agensi sekarang agar Yunho tidak mencurigaiku jika ia sadar kalau kau sudah menghilang!” Ujar Yoochun di tengah larinya.

  “Lalu bagaimana denganku? Apa yang harus kulakukan?!” Pekik Jaejoong panik.

  “Tunggu Junsu di perempatan jalan itu dan Junsu akan membawamu ke apertemenku!”

  “Apertemen?!”

  “Ya, baru kubeli kemarin! Dan asal kau tahu saja, ini semua demi kebebasanmu!”

Jaejoong tertegun.
Menatap tidak percaya punggung Yoochun yang berada di depannya.

Yoochun berkorban sampai sejauh itu hanya untuknya.
Dan dengan bodohnya ia merasa bersalah ketika menerima uluran tangan namja chubby itu.

Tapi ia juga telah meninggalkan Yunho begitu saja.
Setelah namja tampan itu memohon kepadanya agar ia tidak pergi.
.
.
.
Junsu kehabisan nafas.
Tapi ia tetap berlari.
Yoochun sudah memberitahunya ratusan kali kalau ia tidak boleh berleha-leha.
Atau Sajangnim pujaannya itu akan datang dan mencincang tubuhnya untuk dibuang ke kolam ikan pari.

  “Aish!” Dengus namja imut itu kesal.

Ia menghentakkan kakinya dan mempercepat larinya.
Mata sipitnya sudah menangkap punggung Jaejoong di perempatan jalan sana.
Junsu baru saja akan menyebrang, namun ia terjungkal ke belakang ketika seseorang menariknya dengan tiba-tiba.
Namja imut itu berbalik, mengerutkan dahinya marah.

  “Apa kau mau mati? Lampunya masih hijau!” Ujar sang penyelamat kesal.

Oh—Junsu mendongak, menyadari kalau lampu lalu lintasnya memang masih hijau.
Ia menyeka keringat di pelipisnya dengan lengan bajunya dan menunduk sopan.

  “Terima kasih” Ucapnya tulus.

Sang penyelamat itu berdecak keras.
Ia menatap Junsu yang terlihat kehabisan nafas dengan seksama.
Detik berikutnya mata bambinya membulat kaget.

  “Kau yang kemarin menyanyi di cafe kan?” Tanya pria berwajah kekanakan itu sumringah.

Junsu terkejut.
Ia membulatkan mulutnya.

  “Bagaimana kau bisa tahu? Apa kau ada di sana kemarin?” Balasnya balik bertanya,

Pria berwajah kekanakan itu tersenyum senang.
Ia mengangguk dengan semangat.

  “Suaramu bagus sekali! Tone yang sangat unik, orang-orang akan mudah menandaimu hanya dengan mendengarmu bernyanyi!”

  “Benarkah? Hahahaha, terima kasih”

  “Apa kau juga menyanyi di tempat lain?”

  “Hah? Tidak, tidak, aku hanya mengantar susu dan membawa acara radio tengah malam—”

  “Kalau begitu aku ingin kau bernyanyi untukku!”

Mwo?
Junsu membeo.
Membulatkan matanya lucu.
Wajahnya sungguh menggemaskan saat ini.
Ia menatap bingung namja berwajah kekanakan yang ada di hadapannya.

Pria itu tersenyum lebar seraya mengulurkan tangannya.

  “Namaku Shim Changmin, aku memiliki sebuah agensi di Jepang, dan aku menginginkanmu untuk bekerjasama denganku”

Mwo?
Junsu membeo sekali lagi.
Ia mengerjapkan matanya polos.

  “A-agensi? Apa kau memintaku untuk menjadi seorang penyanyi? Seperti yang di televisi itu?”

Pria berwajah kekanakan itu terkekeh.
Ia mengangguk dengan mantap.

  “Ya, dan aku akan membuat seluruh dunia mengenalmu. Namamu Kim Junsu kan? Bagaimana? Kau mau?”

Eh—oh—Perhatian Junsu teralihkan saat ia melihat lampu lalu lintas yang sudah berubah menjadi merah.
Ia mengintip ke ujung perempatan jalan di mana Jaejoong sedang melambai-lambai panik kepadanya, lalu ia berbalik menatap Shim Changmin.


TBC :D

12 komentar:

  1. Jiiaahh jangan bilang Junsu lupa sama Jaejoong! Gimana kalau mereka berdua kabur aja ke Jepang wkwkwk *reader sok ngatur*
    Lanjutkan neee author xD

    BalasHapus
  2. lanjutttt....eonnie mian baru komen....

    BalasHapus
  3. yeah!!!!!min bawa jae ke jepang dong,,,jadikan super model

    BalasHapus
  4. Wib keren kak. Jae bawa aj ke jep biar g ktemu Yuno lagi. Hahaa

    BalasHapus
  5. Junsu unyu bgt d sni . Gemessin bgt deh.. knapa saat meneganggkan gini su-ie galau sihh.. kburu jae.a d tmukn yunho tuh..

    Mian bru comment eon,, bru tw cra.a.. hehe
    Ff shella eonny top bgt.. love it ♥ trus berkarya ne eonn..;-)

    BalasHapus
  6. Jae knp ninggalin yunho, yunho pasti sedih, semoga jae gak bisa ngelupain yunho dan selalu kebayang yunho, teganya kau jae meninggalkan yunbear T-T

    BalasHapus
  7. Kereeen... jae ke jepang aja buktiin klo dia bisa jadi super model dan bikin yun makin kelabakan muehehehe :v

    BalasHapus
  8. Kereeen... jae ke jepang aja buktiin klo dia bisa jadi super model dan bikin yun makin kelabakan muehehehe :v

    BalasHapus
  9. O'o aku kok feeling nya gak enak y hmmm... curiga nanti Jae,Junsu dan yoochun kabur ke jepang merintis karir di sana di agency milik Changmin dan appa bear hueeeee..... jgn bunuh diri y hiks! Di sini siapa y yg akan menyesal nanti nya.. ky nya Jae deh. Yunho bs sprti itu pasti ada alasannya
    Di tunggu ne chap selanjutnya fighting shella!!

    BalasHapus
  10. Ahh Yunho salah cara nih buat mengikat JJ
    Ini mah dikurung mkanya JJ pilih kabur kn
    Hmm Junsu pasti trima tawaran Chwang buat debut di Jepang secara bs bawa pergi JJ dr Yunho kn
    Nah.. tinggal tunggu reaksi Yunho pas tw JJ kabur deh

    BalasHapus
  11. Kyk ny jj bkal mnyesal deh....yun bgtu pasti ad alasan ny...soal ny dlihat dr sikap ny...kentara skali dy itu syg bgt sm jae...hnya sj jj gk mlihat itu...ketutup sm pikiran buruk ny yg sll mrsa yun mengurung nya.... Mau ny sih nnti jj yg balik ngejar2 yun...hehehe

    BalasHapus
  12. Aku jadi deg"an pas adegan Jae Kabur ...

    BalasHapus