I
let you down, I know it’s over.
But
why am I hearing your voice calling my name?
For
a long time, I’m so sorry.
Dont
leave me.
Call
me again.
So
when are you coming home?
Here’s
my apology.
PART
3.
“Selamat pagi! Kau Kim Junsu, bukan?”
Namja berwajah imut itu mengerutkan
dahinya.
Menatap seorang remaja berusia Jaejoong
yang berpegangan pada pagar rumah kecilnya.
Junsu mengangguk dengan polos. Kemudian
ia melangkah mendekati pria bertopi rajut itu.
“Ya, kau siapa? Pelanggan susuku? Aku belum mengambil susunya, tunggu
saja di rumahmu” Ujar Junsu seraya bersidekap.
Eoh?
Park Yoochun menaikkan alisnya lalu ia
terkekeh geli begitu saja.
Jaejoong tidak bercanda ternyata, sepupu
imutnya ini sungguh pribadi yang unik.
“Namaku Park Yoochun, aku teman Jaejoong” Ucap Yoochun seraya
memperlihatkan senyum manisnya.
“Oh ya? Jadi kau ke sini untuk mencari Jaejoong? Tapi dia sudah tidak
tinggal di sini lagi sejak seminggu yang lalu” Balas Junsu ikut berpegangan di
pagar.
Oh—seharusnya kau membukakan pintu pagar
itu untuk Yoochun, sayang.
“Ya dan tidak. Tunggu, tidak tinggal di sini lagi? Maksudmu?”
“Hmm, seseorang datang ke rumah, ia memberitahuku kalau Jaejoong diajak
tinggal bersama dengan Sajangnimnya”
“Dan kau baik-baik saja dengan hal itu?”
“Kenapa aku tidak boleh baik-baik saja? Sajangnim mengirimkan banyak
makanan dan pakaian bagus untukku, kalau aku saja mendapatkan hal-hal seperti
itu, bukankah itu berarti Jaejoong juga sama? Jadi sama sekali tidak masalah
untukku”
“Aigoo, kau sungguh polos ternyata”
Junsu mengernyit.
“Apa maksudmu eoh?! Asal kau tahu saja ya, aku ini sudah dewasa! Aku
bisa minum soda sampai dua gelas sekaligus!” Pekiknya marah.
Puh.
Yoochun menahan kedutan nakal di bibir
tebalnya.
Ia meringis menatap Junsu yang sudah
merah padam di hadapannya.
Pria imut itu akan meledak kalau sampai
ia tertawa saat ini.
“Baiklah, aku minta maaf, aku hanya ingin melihat keadaanmu saja, tapi
sepertinya kau baik-baik saja”
“Hah?”
“Yah, Jaejoong menitip pesan kepadaku, ia memintaku untuk mencarimu dan
menjagamu selama ia tidak ada di rumah”
“Aku bukan bayi! Lagipula sudah ada orang suruhan Jung Sajangnim yang
berjaga di sekitar rumahku!”
Yoochun segera menoleh, baru menyadari
kalau sejak tadi tidak hanya mereka berdua yang ada di sini.
Ia menghela nafas.
“Yasudah kalau begitu, yang penting aku sudah menemukanmu. Jja, antar
susumu dan hiduplah dengan baik” Ujar Yoochun seraya menepuk kepala Junsu.
“Yya! Kau pikir aku balita?!” Pekik namja imut itu kesal.
Dan kali ini Yoochun tidak menahan
tawanya.
-------
Jaejoong membuka matanya pagi ini dan
menyadari bahwa ia sedang berbaring di atas ranjang milik Yunho.
Namja cantik itu tidak bergerak.
Hanya mata bulatnya yang
mengerjap-kerjap menatap pintu kamar yang tertutup rapat.
Pria cantik itu masih diam selama
beberapa menit.
Sampai kemudian ia menopang tubuhnya
dengan kedua sikunya dan meringis ketika merasakan bagian bawah tubuhnya
berdenyut-denyut sakit seakan terbakar.
Jaejoong merintih, kembali berbaring dan
mencengkram bantal yang ada di bawah kepalanya dengan erat.
Ia hampir saja lupa.
Laki-laki itu kembali memperkosanya
semalam.
Laki-laki licik yang berhasil menipunya
dengan kelakuan baiknya.
Ya, pria itu. Jung Yunho.
CKLEK.
“Sudah kuduga, kau pasti sudah bangun”
Pria cantik itu tidak bersuara.
Ia merapatkan bibirnya.
Menatap tajam kepada wanita paruh baya
yang masih terlihat cantik itu kini sedang berjalan menghampirinya.
Mata bening Jaejoong yang dingin masih
terus menatap wanita tersebut yang kini sudah berlutut di pinggir ranjang dan
menyentuh dahinya yang hangat.
“Kau masih demam” Ucapnya pelan.
PLAK!
Jaejoong mendengus, ia segera menepis
tangan wanita itu dari wajahnya.
Kemudian ia membalikkan tubuhnya
memunggungi wanita tersebut dengan punggungnya yang penuh dengan bekas
kepemilikan dari Yunho.
“Aku akan mengelap tubuhmu, kau pasti gerah” Ujar wanita itu lagi.
Jaejoong merasakan pergerakan handuk
lembab yang hangat di lengan telanjangnya.
Ia mengernyit.
“Pergi!” Pekiknya lantang.
Tapi wanita itu tidak peduli.
Ia menarik tangan Jaejoong agar
memudahkannya membersihkan tubuh remaja cantik itu.
“Aku bilang pergi, Bibi Hwang!!” Teriak Jaejoong marah.
“Kumohon, Jae, tuan Jung akan marah kalau ia tahu aku belum
membersihkanmu” Balas wanita paruh baya itu lemah.
Jaejoong mendudukkan dirinya, tidak
mempedulikan bagian bawah tubuhnya yang seolah robek kembali, ia menahan rasa
sakitnya yang amat sangat dan memilih untuk memberikan tatapan kecewa kepada
wanita paruh baya itu.
“Kau jahat padaku! Kenapa kau tidak menolongku?!” Pekik namja cantik itu
marah.
Matanya berkaca-kaca.
Satu kedipan saja akan membuat air
matanya menetes jatuh.
“Kau ada di sana..Kau melihat Yunho memaksaku lagi semalam, tapi kau
hanya diam!” Ujar Jaejoong terisak pilu.
Wanita paruh baya itu menggeleng.
Ia mendesah pendek.
“Maafkan aku, Jae..Tuan Jung sudah memperingatkanku, keluargaku tidak
akan selamat kalau aku menentangnya”
“Kau jahat!”
Tangis Jaejoong pecah.
Ia menutup wajahnya dengan kedua
tangannya yang bergetar.
Membuat wanita paruh baya itu ikut
menangis karenanya.
Ia sungguh menyesal tidak dapat berbuat
apapun untuk menolong namja cantik ini.
Remaja baik hati yang diperkenalkan
Yunho kepadanya sejak seminggu yang lalu.
“Aku benci kalian...Hiks..Aku benci Yunho..” Isak Jaejoong berulang-ulang.
CKLEK.
“Kenapa kau masih di sana? Dan kenapa Jaejoong belum siap?”
DEG!
Bibi Hwang terkejut.
Ia refleks berdiri dari posisinya dan
menundukkan wajahnya dalam.
Menghindari tatapan tajam dari
majikannya yang kejam itu.
Sementara Jaejoong meringkuk di atas
ranjang, merasakan tubuhnya yang mengejang mendengar suara langkah kaki itu
mendekat.
“Keluar” Perintah Yunho dingin.
Wanita paruh baya itu mengangguk, ia
segera beranjak meninggalkan kamar tersebut dengan cepat.
Kemudian menutup pintu berwana cokelat
itu dengan sopan.
Yunho tampak tampan seperti biasanya
hari ini.
Ia sudah mengenakan setelan jas
armaninya dengan lengkap.
Pria tampan itu segera mendudukkan
dirinya di pinggir ranjang.
Dan seketika tersenyum tipis ketika
Jaejoong bergeser menjauhinya.
“JANGAN MENYENTUHKU!!” Teriak Jaejoong kaget saat Yunho menyentuh
punggung telanjangnya.
Namja cantik itu menarik selimut
putihnya hingga membungkus tubuh ringkihnya.
Mata besarnya menatap penuh ketakutan
mata musang yang menggelap itu.
Oh tidak—seringai menakutkan itu kembali
muncul.
“Apa itu yang barusan? Kau melarangku? Memerintahku, eh?” Desis pria
arogan itu kejam.
Jaejoong menggeleng.
Ia sungguh kacau.
Ketakutan dan rasa bencinya bercampur
aduk hingga membuatnya mual.
“Padahal sebelum ini kau sungguh manis kepadaku” Ujar Yunho seraya
mendekati namja cantik itu.
Jaejoong beringsut ketakutan.
“Jangan bergerak, Jae” Perintah Yunho tegas.
Dan Jaejoong membeku.
“Bagus, aku akan memandikanmu agar kita bisa segera sarapan bersama” Ucap
Yunho seraya menarik Jaejoong agar jatuh di pelukannya.
Ia bisa merasakan tubuh Jaejoong yang
bergetar hebat di dalam gendongannya.
Seulas senyum puas segera muncul di
bibir seksinya.
“Pe-pelan-pelan Yun..Sakit..” Bisik Jaejoong yang kembali menangis.
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya mengangguk dan menaruh Jaejoong
ke dalam bathtup dengan hati-hati.
Mata musangnya memperhatikan dengan
jelas ringisan dari namja cantik itu ketika bagian bawah tubuhnya bersentuhan
dengan air hangat.
Sial.
Lagi-lagi ia terangsang.
Jaejoong membelalak ngeri mendapati
selangkangan Yunho yang terdapat ereksi di sana
Ia segera mendongak, menatap Yunho
dengan penuh permohonan.
Jangan lagi, pantatnya sungguh sakit.
Yunho yang melihatnya segera menyeringai
tipis.
Ah—ia sudah punya rencana untuk ini.
“Mandilah dengan tenang, BooJae, kita akan mengurus ini nanti” Bisik
Yunho parau.
Namja tampan itu menempelkan bibirnya di
telinga Jaejoong, mengecupnya singkat dan membuat Jaejoong melenguh secara
spontan.
“Kau bisa beristirahat hari ini” Bisik pria arogan itu.
Jaejoong terkejut saat Yunho mengecup
bibir ranumnya dengan kilat.
Mata besarnya membulat lucu tanpa sadar.
“Tapi tidak dengan mulutmu” Sambung Yunho dengan senyuman mempesonanya.
Senyum yang selalu menjadi kesukaan
Jaejoong.
—Ia sungguh benci mengakuinya—
Bahkan sampai saat ini.
.
.
.
Yunho mengelap bibir basah Jaejoong
dengan tissue yang tersedia di meja nakas.
Memandang puas wajah cantik yang merona
merah itu.
Jaejoong terbaring lemas di atas
ranjang.
Nafasnya menderu tidak teratur.
Yunho baru saja membuatnya mengoral
milik namja tampan itu.
Hal yang seharusnya tidak dilakukan
remaja di bawah umur seperti dirinya.
Tapi mana Yunho peduli.
“Kau tahu, sudah lama sekali aku menunggu untuk ini” Ujar Yunho tiba-tiba.
Jaejoong menole, menatap Yunho dalam
diam.
“Seharusnya aku masih bisa menunggu, tapi kau—kau yang mengusik
semuanya”
Ah—itu?
Jaejoong ingat.
Malam di mana ia—entah mengapa—tergoda
untuk menyentuh pria tampan itu.
Mengganggu gairah yang tersembunyi di
dalam diri Yunho.
“Kau harus ingat, Jae, bahwa sejak saat itu, kau adalah milikku,
satu-satunya”
“Yunho..”
“Ya?”
“Bagaimana dengan Junsu?”
“Ia baik-baik saja, aku akan memperlihatkanmu fotonya nanti malam”
“Lalu—training-ku? Bagaimana
dengan training modelku?”
Jaejoong mendesah cemas.
Menatap penuh harap pria tampan itu.
Tapi Yunho sudah lebih dulu bangkit dari
duduknya seraya mengancingi celananya.
Kemudian ia berjalan menuju pintu kamar
dan berbalik menatap Jaejoong.
“Kau harus melupakan yang satu itu, karena tidak ada celah bagimu untuk
keluar dari rumah ini sejak awal” Ucapnya kejam.
DEG.
Mata besar Jaejoong membulat sempurna.
Hatinya retak.
Air matanya lolos begitu saja.
Apa—apa katanya?
“Yun—kau tidak bisa—”
“Kau adalah tawananku, Kim Jaejoong! Aku tidak akan pernah
melepaskanmu!”
BLAM!
Pintu itu tertutup rapat.
Meninggalkan luka yang menganga pada
diri Jaejoong.
Pria cantik itu menumpahkan tangisnya.
Ia menggeleng dan menggeram marah.
Jaejoong beranjak turun dari ranjang, ia
berlari menubruk pintu besar itu dan menendangnya dengan kaki telanjang.
Persetan dengan kakinya yang terluka.
Ia tidak peduli lagi.
DUG
DUG DUG!
“Aku membencimu brengsek! Pengecut! Lepaskan aku dari sini!” Teriak
Jaejoong sekuat tenaga.
Jaejoong terduduk lemas di atas lantai.
Ia menyandarkan kepalanya di pintu kayu
itu.
Kemudian menangis pilu.
-------
TOK
TOK TOK.
“Masuk”
CKLEK.
Yunho menoleh ke arah pintu.
Menatap Park Yoochun yang melangkah
memasuki ruangannya.
“Sajangnim” Sapa Yoochun sopan.
Yunho mengangguk, lalu kembali sibuk
dengan dokumen pentingnya.
“Ada yang ingin kutanyakan” Ujar Yoochun gugup.
Ia tidak tahan berlama-lama berada di
ruangan ini.
Aura Yunho sungguh mengintimidasi
dirinya.
Bagaimana bisa Jaejoong terus menempel
pada namja tampan itu selama ini eoh?
“Ini tentang Jaejoong”
Yunho berhenti bergerak.
Ia mengangkat wajahnya, menatap Yoochun
dengan kedua mata musangnya yang tajam.
“Eh—itu—ia sudah lama sekali tidak kembali ke agensi. Apakah ada
masalah?”
Heh.
Yunho tersenyum sombong mendengarnya.
“Bukankah kau adalah temannya? Seharusnya kau tahu mengapa” Balasnya
congkak.
Yoochun menelan salivanya.
Diam-diam merasa kesal di dalam hatinya.
“Tapi ia lebih sering bersamamu, Sajangnim” Ucap Yoochun pelan.
Ah—Yunho mengangguk.
Ia bersidekap di kursinya dengan menatap
namja chubby itu dengan ekspresi dingin.
“Ya, ia lebih sering bersamaku”
Yoochun ingin segera pergi dari ruangan
sialan ini.
Tatapan itu sungguh membuatnya benci dan
ingin sekali meninggalkan satu pukulan keras di sana.
Tapi ia tahu kalau semua itu mustahil.
Jung Yunho terlalu berkuasa untuk
dilawan.
Ia tidak akan pernah menang.
“Kembalilah latihan, Park Yoochun, kau akan dipertimbangkan untuk debut
tidak lama lagi” Ujar Yunho kemudian.
Mwo?
Pria berpipi chubby itu terkejut.
Ia menatap tidak percaya ke arah Yunho.
Ia bahkan baru saja menjadi trainee!
Bagaimana bisa Yunho meluluskan debutnya
secepat itu?
Ini benar-benar kejutan untuknya!
“Terima kasih Sajangnim, maaf telah mengganggu waktumu” Ujar Yoochun
seraya menunduk sopan dan beranjak meninggalkan ruangan.
Pria berpipi chubby itu menutup pintu
dengan pelan.
Dan Yunho hanya memperhatikannya dengan
seringai kejam.
“Kim Jaejoong tidak akan pernah kembali, Park Yoochun. Karena ia sudah
berada di tempat yang seharusnya” Desisnya puas.
Oh—seharusnya Yoochun sadar kalau Yunho
sudah berhasil mengalihkan perhatiannya.
-------
“Di mana dia?”
Bibi Hwang terkejut mendengar suara
Yunho yang tiba-tiba menyapa telinganya.
Ia menoleh dan menunduk sopan kepada
tuan muda itu.
“Baru saja beristirahat, Tuan, sepertinya demamnya sudah sembuh”
“Di kamar?”
“Di taman belakang, Tuan”
Yunho mengangguk.
Ia segera beranjak menyusul Jaejoong.
Namja tampan itu melihat pintu kaca di
belakang rumah terbuka lebar hingga membuat gorden yang ada berkibar cantik.
Yunho melangkah keluar dan tersenyum
tipis mendapati remaja cantiknya sedang duduk di atas ayunan.
Pria arogan itu melepaskan jasnya dan
menyampirkannya di bahu Jaejoong.
Membuat pria cantik itu terkejut
karenanya.
“Kau bisa masuk angin” Ujar Yunho lembut.
DEG.
Jaejoong mengerjap.
Mengalihkan pandangannya dari Yunho,
mencengkram jas milik Yunho yang menghangatkan dirinya.
Namja tampan itu segera mendudukkan
dirinya di samping Jaejoong, mengintip pipi apel yang merona diam-diam itu.
Cantik sekali.
“Kau sudah makan?” Tanya Yunho seraya bersandar pada sandaran ayunan
tersebut.
Jaejoong mengangguk.
Ia menghembuskan nafas pendek, kemudian
melirik Yunho dengan enggan.
“Aku sudah makan” Ujar Yunho tersenyum.
Rasa geli menyebar dengan cepat di dalam
perut Jaejoong.
Mata besarnya menatap dengan seksama
senyuman hangat itu.
Sesuatu yang bisa dihitung jari untuknya
melihat.
“Pejamkan matamu” Perintah Yunho yang menyadari Jaejoong terus
menatapnya tanpa henti.
Jaejoong mengernyit.
“Cepat” Sambung Yunho lagi.
Namja cantik itu segera menurut patuh.
Ia memejamkan kedua matanya dengan erat.
CUP.
DEG.
Namja cantik itu sontak membuka kedua
mata bulatnya.
Terkejut menatap Yunho yang terkekeh
gemas akan reaksi polosnya.
Oh—!
Jaejoong menyentuh pipinya yang terasa
panas.
Ia menggigit bibir bawahnya erat.
Ada apa dengannya?
“Kau lucu sekali” Ucap Yunho kemudian.
Rona merah Jaejoong kini merambat hingga
menyentuh telinganya.
Wajahnya benar-benar panas.
Ia tidak terbiasa mendapatkan perlakuan
semanis ini.
Terutama setelah Yunho membuatnya
menangis belakangan ini.
“Ayo masuk, anginnya semakin kencang”
Jaejoong mengangguk, membiarkan
tangannya tenggelam dalam genggaman Yunho.
Melangkahkan kakinya mengikuti pria
tampan itu.
DEG
DEG DEG.
Jaejoong tidak mengerti dirinya.
Seharusnya ia benci.
Seharusnya ia marah.
Tapi kenapa semuanya terasa begitu
menawan?
Apakah ia sudah terjebak?
Oh tidak.
Mereka berjalan bersama menaiki tangga.
Namja cantik itu sempat melirik Bibi
Hwang yang menatap keduanya dari dapur.
Ia mengalihkan wajahnya.
Dahinya mengernyit.
Ia masih belum bisa memaafkan wanita
paruh baya itu.
“Kau sedang memikirkan sesuatu?”
“Tidak”
Yunho menatap lama mata bulat itu.
Kemudian ia membawa Jaejoong duduk di
atas ranjang.
Sementara Jaejoong duduk manis memandang
Yunho yang sedang mengambil sesuatu dari laci nakasnya.
Pria tampan itu duduk di samping
Jaejoong.
Ia memberikan setumpuk foto yang ada di
dalam amplop berwarna cokelat kepada namja cantik itu.
“Itu Junsumu, beberapa hari terakhir ini”
Jaejoong segera membuka amplop tersebut
dan memeriksa satu persatu foto yang ada.
Ia tersenyum melihatnya.
“Aku merindukan Junsu” Gumamnya tanpa sadar.
Yunho hanya diam.
Tidak merespon ucapan namja cantik itu.
“Sepertinya ia baik-baik saja, apa ia tidak merindukanku?” Tanya
Jaejoong mendongakkan wajahnya.
“Aku tidak tahu” Sahut Yunho asal.
Jaejoong mendengus.
Ia kembali memeriksa foto-foto tersebut.
Tapi kemudian tatapannya jatuh kepada
satu foto yang berbeda.
Mata bulatnya mengerjap.
Memperhatikan sosok sepupunya yang
sedang berpegangan di pagar rumah.
Bersama seorang namja dengan topi
rajutnya.
“Yoochun?”
Yoochun ke rumahnya?
Bagaimana bisa?
Jaejoong mencari foto lain yang sama, ia
tidak salah.
Pria yang ada di dalam foto itu memang
Yoochun.
Apakah—pria itu menepati janjinya?
Yoochun menemui Junsu karena
permintaannya kan?
“Lama sekali melihatnya” Ujar Yunho tiba-tiba.
Jaejoong terkejut.
Ia menaruh foto itu ke samping dan
memandangi foto lain.
Tapi Yunho sudah lebih dulu menaruh
tangannya di atas foto yang sedang Jaejoong lihat.
Memaksa namja cantik itu memberi
perhatian kepadanya.
“Ani, aku hanya kaget ia datang ke rumah” Ucap Jaejoong pelan.
“Untuk apa?” Tuntut Yunho.
“Kurasa—untuk menemui Junsu. Aku pernah menceritakan tentang Junsu
kepadanya”
“Ia datang bukan karenamu kan Jae?”
Eoh?
Jaejoong mendongak.
Menatap Yunho dengan mata besarnya.
“Kenapa ia harus datang karenaku? Aku tidak ada di rumah” Jawabnya lugu.
Uh.
Yunho tidak membalas.
Hanya mengangguk membenarkan.
“Yunho, aku sudah memikirkan ini dengan matang, aku akan menerima dengan
suka rela untuk tinggal bersamamu, dan—dan apapun yang ingin kau lakukan kepadaku—aku
tidak peduli. Tapi kumohon, biarkan aku kembali ke agensi” Ujar Jaejoong
menggigit bibir bawahnya erat.
Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Jaejoong yang sudah menggenggam
kedua tangannya.
Kemudian ia kembali memandang mata besar
yang sudah basah itu.
Ia tersenyum tipis.
Mengulurkan jarinya mengusap sudut mata
Jaejoong.
“Tapi kau tidak bisa, Jaejoong. Aku tidak memberimu izin” Bisiknya tegas.
“Menjadi model adalah satu-satunya impian terbesarku, Yunho. Itu
ambisiku” Mohon Jaejoong lagi.
“Kau bisa belajar untuk melupakannya sekarang”
“Yunho, please, aku berjanji
akan menuruti semua perintahmu, please”
Ekspresi Yunho berubah dalam sekejap
mata.
Jaejoong gentar ketika melihat mata
musang yang menatapnya tajam itu.
“Yu-Yunho” Cicit Jaejoong ketakutan.
Ia melepaskan genggamannya di tangan
Yunho.
Tapi namja tampan itu menahannya,
mencengkram erat keduanya.
Jaejoong meringis.
“Kau tahu? Itu adalah satu-satunya hal yang tidak bisa kumudahkan. Aku
bahkan ingin menyingkirkan temanmu itu sesegera mungkin karena ia begitu
khawatir padamu”
“Maksudmu—Yoochun?”
Yunho menyeringai.
“Ya, aku akan meluluskan debutnya sebagai seorang model dan
mengirimkannya jauh-jauh darimu”
DEG.
Jaejoong membulatkan matanya.
Ia berdiri dari duduknya dan menatap
marah namja tampan itu.
“Kau tidak bisa melakukannya! Aku lebih dulu menjadi trainee daripada dirinya! Ia bahkan baru
beberapa hari di sini!” Teriak Jaejoong marah.
Oh—Yunho sudah berhasil memancing sisi
egoisnya.
“Kenapa
kau melakukan ini kepadaku?! Kau sungguh kejam!” Pekik Jaejoong dengan wajahnya
yang memerah marah.
“Ya,
Jaejoong. Aku memang kejam, terserah apa katamu, aku akan melakukan segala hal
yang tidak pernah kau bayangkan agar bisa memilikimu tetap di sampingku. Kau sudah
berjanji, ingat?” Balas Yunho tegas.
“Kau
brengsek! Aku membencimu!”
BRUKK!
Jaejoong merintih ketika Yunho
mendorongnya jatuh ke atas ranjang secara tiba-tiba.
Ia mendongak, berusaha menendang-nendang
tubuh besar Yunho yang akan menindihnya.
“Menjauh
dariku! Brengsek!”
“Kau
harus belejar menjaga mulutmu yang manis itu, Kim Jaejoong, atau kau
membutuhkanku untuk mengajarimu, eh?”
Jaejoong menjerit ketika Yunho membuka
lebar kedua kakinya.
Ia menggeleng, tangisnya pecah.
“Dengarkan aku, Jae, aku akan mematahkan
sayapmu hingga kau hanya membutuhkanku untuk hidup. Kau mengerti? Menjadi seorang
model bukanlah takdirmu, kau bahkan tidak cukup pantas untuk berdiri di depan
kamera!” Seru Yunho dengan rahangnya yang mengeras.
Jaejoong membulatkan matanya.
Menahan nafasnya yang tercekat mendengar
ucapan Yunho yang begitu menyakitkan baginya.
Apa katanya?
Tidak cukup pantas?
Jaejoong benci ini. Saat di mana ia
hanya bisa menangis seperti yang sudah-sudah.
Ia benci mengakui dirinya yang tidak sekuat
Yunho.
Ia hanya seorang remaja miskin yang
lemah.
Bahkan melawan dirinya sendiri saja ia
tidak bisa.
Melawan keinginannya untuk melarikan
diri dari tempat terkutuk ini.
TBC
:D
gyaaahhh yunniebear berubah jadi menyeramkan :/ kata-katanya kejam banget lagi
BalasHapusiya siihh enak dimanjain gitu tapi kalo segitunya banget mah.. hmm... Lanjutkan ne eonni xD
Greget bgt yunhony kak, jadi pen nabok -_-
BalasHapusYunho kejam dan egois..
BalasHapusDitunggu next part nya
Errrr... kejam ne yunho nya, tp aku suka gmn dong? Puhahaha reader yg aneh
BalasHapusOk review org normal nya: yunppa sinting! Kasian bgt jaemma nya, itu yoochun mo di kirim kmn? Kasian dong junjun aku ga ada yg jagain, dsr beruang mesum skt jiwa!
Kyaa suka sm ff nya di tunggu next chap nya asap
kejam bangetsih si yunho,pasti ujung2nya nyesel nie,,,,,
BalasHapusAduhh yunho kejam bgt yaa >\\<
BalasHapusKira2 smpe brpa chaptr nih crita ka ?
Yunho kejammmmm, jae juga jangan cari gara2 marah kan yunbearnya :D
BalasHapus