This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 21 September 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/COLD RAIN



Tittle: COLD RAIN

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Kalau aku bilang aku akan mendapatkanmu, aku serius.
.
.
.
  “Selamat pagi, Sajangnim!”

  “Pagi”

Namja tampan berjas armani itu mengangguk pelan menanggapi sapaan hormat dari para karyawannya.
Ia melenggang memasuki dapur restoran berbintang tujuh yang terletak di lantai dasar hotel 40 tingkat miliknya.
Eh—dapur restoran?

  “Selamat pagi, sayang”

Oh—ternyata hanya satu dari sekian modus seorang Jung Yunho kepada Jaejoong—chef utama dari The Jung’s—

  “Bisakah kau berhenti melakukan hal ini setiap pagi? Aku hampir saja memotong jariku karenamu!” Pekik Jaejoong kesal.

Jaejoong menggerakkan tubuhnya ke kiri dan kanan, berusaha menjauhkan Yunho dari dirinya.
Pria tampan itu menggerutu, tanpa melepaskan pelukan eratnya di pinggang namja cantik itu.

  “Tapi aku rindu”

  “Buang saja rindumu itu ke laut! Menyebalkan!”

  “Kejamnya”

Perlahan jemarinya bergerak, meremas pelan sisi pinggang Jaejoong dengan intens.

  “YA! BYUNTAE!” Teriak Jaejoong dengan telinganya yang memerah.


Yunho refleks mundur satu langkah ketika Jaejoong refleks berbalik seraya mengacungkan pisau sayurnya.
Ia menyengir lucu berharap Jaejoong tidak akan menusukkan pisau tersebut di perutnya.

  “Sajangnim, laporan keuangan bulan ini sudah menunggu di kantor anda”

Yunho dan Jaejoong menoleh, mendapati Choi Siwon—asisten Yunho—sedang berdiri sopan di depan pintu akses dapur.
Namja tampan itu mengangguk.
Ia merapikan jasnya dan tersenyum manis kepada chef cantik itu.

  “Sampai bertemu nanti, sayang” Ujarnya lembut.

  “Aku bukan kekasihmu!” Seru Jaejoong melotot.

Yunho tertawa.
Ia memberikan kedipan mata yang menggoda kepada pria cantik itu.

  “Sekarang memang belum, tapi nanti, kau akan jatuh ke dalam pelukanku”

  “Sirheo!”

Yunho dan Siwon sudah menghilang dari dapur.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang dan kembali menyibukkan diri dengan sayurannya.

  “Yah, kau seharusnya lebih lembut kepada Sajangnim” Tegur Heechul—salah satu chef di dapur—

  “Kalau ia bersikap sopan kepadaku mungkin aku akan memikirkan tentang itu” Sahut Jaejoong asal.

Heechul tersenyum aneh.

  “Kau ini, kenapa keras kepala sekali sih? Yunho Sajangnim itu jelas-jelas menyukaimu, aigoo”

  “Aku tahu itu, Heechul”

  “Lantas? Asal kau tahu saja, Kim Jaejoong, dari seluruh karyawan yang bekerja kepada keluarga Jung, hanya kau yang bisa memanggilnya dengan namanya langsung”

  “Itu kan karena ia memintaku untuk memanggilnya seperti itu”


Jaejoong mengaduh, Heechul memukul kepalanya.

  “Kau itu sungguh beruntung! Kalau aku yang disukai Sajangnim, aku pasti akan langsung melemparkan diriku kepadanya tanpa diminta!”

  “Jalang sekali”

  “Biar saja, yang penting aku menyandang marga Jung di depan namaku dan aku bebas memakai kartu kreditnya yang tidak memiliki batasan!”

Jaejoong tertawa.
Aih, sahabatnya yang satu itu.

  “Kau tahu kenapa, Kim Heechul” Bisik Jaejoong tiba-tiba.

Heechul terdiam.
Mengerjapkan mata besarnya memandang Jaejoong.
Ia menghembuskan nafas pendek.

  “Ya, aku tahu” Balas Heechul pelan.

Kemudian ia kembali mengaduk sup dagingnya.


-------


  “Kajja”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Mendapati Yunho yang sudah menarik tangannya ketika mereka bertemu di pintu belakang hotel.

  “Yu—Yunho?! Kau mau membawaku ke mana eoh?!” Pekik Jaejoong kaget.

Namja tampan itu menaruh telunjuknya di depan bibir seksinya, kemudian ia tersenyum.

  “Kau pasti suka” Ujarnya.

Aih.
Jaejoong tersenyum konyol mendengarnya.
Namja tampan itu memasukkan Jaejoong ke dalam mobil mewahnya, kemudian ia mengemudikan mobil tersebut memasuki jalan besar.

  “Aku bahkan masih memakai seragamku” Keluh Jaejoong seraya menjentik lengan seragam putihnya.

  “Jja” Ujar Yunho seraya mengambil kantung kertas dari jok belakang dan memberikannya kepada Jaejoong.

  “Apa ini?”

  “Baju ganti, aku membelinya untukmu”

Eoh?

Jaejoong segera mengeluarkan isi dari kantung kertas itu.
Ia mengerjap kagum menatap kaus lengan panjang berompi yang didapatkannya.
Eclaire? Ini brand termahal yang pernah ada!
Wow!

  “Kau suka?”

  “Terima kasih!”

  “Ck, kalau begini saja kau bersikap manis kepadaku”

Jaejoong tertawa.
Ia meletakkan kantung kertasnya di bawah kakinya, kemudian menempelkan baju barunya di badan.
Aduh, ia suka sekali! Yunho benar-benar mengerti seleranya!
Tidak buruk juga memiliki seorang fans.

  “Sebaiknya segera ganti seragammu dengan baju itu, kita hampir sampai” Beritahu Yunho.

  “Di sini? Di hadapanmu?” Kaget Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Aku tidak akan mengintip, Kim Jaejoong”

  “Benarkah? Siapa yang menjamin kalau kau tidak berbohong? Aku tidak mau!”

Yunho memutar stirnya, membelokkan mobil tersebut ke arah kanan.
Kemudian ia melirik Jaejoong sekilas.

  “Kalau aku bilang aku tidak akan mengintip, maka aku tidak akan melakukannya, Jaejoongie” Ujar namja tampan itu serius.

DEG.

Jaejoong terdiam.
Mata besarnya mengerjap menyadari tangannya kini bergetar karena gugup.
Dan jantungnya! Oh—berdebar kencang seolah akan lepas dari tempatnya!
Ani, ini tidak boleh terjadi, ia tidak boleh terpesona pada Jung Yunho! Tidak!

  “Baiklah” Gumam Jaejoong setelah terdiam beberapa detik.

Namja cantik itu melepas kancing seragamnya dengan cepat, menarik syal merahnya dan segera melepaskan seragam tersebut dari tubuhnya.
Ia melirik ke arah Yunho diam-diam.
Gosh. Pria itu serius.
Yunho bahkan tidak menoleh sedikitpun.
Namja tampan itu benar-benar menjaga perkataannya.

Jaejoong tersenyum tipis.
Ia segera memakai baju barunya dan tersenyum puas.

Ah, kapan lagi ia bisa memiliki branded Eclaire selain di hari pengambilan gajinya?

  “Kau sudah selesai?”

  “Ya”

  “Bagus, karena kita sudah sampai”

Jaejoong menatap keluar jendela mobil.
Dan ia terperangah untuk kesekian kalinya.

Apa-apaan itu?! The most grand hotel ever!
Bukankah ini aset terbesar milik keluarga Jung? Kenapa Yunho membawanya ke tempat semacam ini?
Pria itu tidak sedang mabuk, kan?

  “Ayo”

Yunho menggenggam tangan Jaejoong, membawanya berjalan memasuki lobi dan berputar menuju kolam renang.

  Pool dinner?” Tanya Jaejoong tersenyum.

Yunho mengangguk.

  “Kupikir kau akan suka” Ujarnya.

Ia menarik kursi yang tersedia dan membantu Jaejoong duduk di sana.
Kemudian ia segera duduk di seberang namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum lebar, memperhatikan lampion cantik yang menghiasi air di kolam.
Bahkan ada beberapa yang tergantung di pohon dan lampu.
Indah sekali, rasanya seperti melihat puluhan kunang-kunang raksasa.

  “Menakjubkan” Gumam Jaejoong menatap kepada Yunho.

Namja tampan itu tersenyum manis.
Tidak sia-sia ia berkonsultasi dengan si cerewet Heechul.
Ia jadi bisa melihat pipi merah Jaejoong setiap saat.
Yunho mengangkat gelas anggurnya, kemudian membenturkannya dengan gelas milik Jaejoong saat namja cantik itu menyodorkan miliknya.

  Cheers!” Ujar namja cantik itu riang.

  “Kuharap kau suka” Ucap Yunho.

  “Suka? Aku bahkan jatuh cinta! Kapan lagi aku bisa makan malam di hotel termewah se-Asia eoh?” Balas Jaejoong setelah ia meneguk anggurnya.

  “Kau bisa kapanpun kau mau, sayang”

  “Mwo?”

  “Menikahlah denganku, maka kau akan mendapatkan semuanya”

Senyum di wajah Jaejoong menghilang.
Ia meletakkan gelas anggurnya di atas meja dan menatap Yunho dengan kedua mata bulatnya yang besar.
Sementara Yunho masih di sana, duduk tenang bersandar di kursinya.

  “Yunho, ini tidak semudah yang kau pikirkan” Ujar Jaejoong pelan.

  “Ya, tentu saja kita bisa membuatnya mudah, kau tinggal mengatakan ya, Kim Jaejoong! Dan kita akan menikah!”

  “Kau sungguh yakin bahwa kau mencintaiku?”

  “Tentu saja! Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa cintaku kepadamu!”

  “Lantas...Bagaimana kau bisa yakin kalau aku juga mencintaimu dengan rasa yang sama?”

DEG.

Yunho terdiam.
Mata musangnya berkilat.
Jemarinya mengepal di atas meja.

Oh—tidak.
Mereka bahkan belum memulai makan malam.

  “Jaejoong, please, jangan merusak semuanya” Ujar Yunho memohon.

  “Aku hanya bertanya kepadamu, Yunho, apa yang kurusak?” Balas Jaejoong mengernyitkan dahinya.

Sial.
Yunho merasa matanya panas.
Ia berdiri dari duduknya dan membelakangi Jaejoong.
Bersidekap seraya menghembuskan nafasnya.

  “Hatiku, Jaejoong. Kau merusak hatiku” Desisnya kesal.

Jaejoong terkejut ketika ia merasakan dadanya berdenyut sakit.
Ia menunduk, mengepalkan jemarinya di atas lutut.
Ya Tuhan, apa yang telah dilakukannya?
Kenapa mulutnya tidak bisa dihentikan?

  “Maafkan aku” Lirih Jaejoong pelan.

Ya, tentu saja aku memaafkanmu, sayang.
Untuk maafmu yang kesekian kalinya ketika aku melamarmu.

  “Yunho, please, bisakah kita makan sekarang?” Suara Jaejoong kembali terdengar.

Namja tampan itu memejamkan mata musangnya.
Dan ia merasakan sesuatu jatuh membasahi pipinya.

  “Makanlah duluan, aku akan menyusul” Ujar Yunho seraya melangkahkan kakinya.

  “Yunho!” Panggil Jaejoong berdiri dari duduknya.

Ia meremas kausnya.

  “Jangan pergi..” Lirihnya pelan.


-------


Ini tidak berjalan dengan seharusnya.
Jaejoong pikir segalanya akan kembali seperti semula setelah malam itu.
Seperti kejadian-kejadian sebelumnya.
Yunho tidak pernah menyerah.

Namja tampan itu tidak bosan-bosannya mengganggu Jaejoong bahkan ketika namja cantik itu menolak lamarannya.

Apakah sekarang ini saatnya?
Saat di mana Yunho jenuh dengannya?
Saat di mana Yunho akan berpaling darinya?

Oh—berpaling apanya, Kim Jaejoong? Kau bahkan bukan kekasihnya.

  “Kau baik-baik saja?”

Jaejoong tertegun, ia menoleh dan mendapati Heechul di sampingya.

  “Tidak..” Sahut Jaejoong lesu.

  “Baiklah, segera ambil barangmu dan pulang, kau tidak bisa menghasilkan makanan yang baik dengan kondisi seperti ini”

  “Ya, tentu saja, terima kasih, Heechul”

  “Kau bawa payung? Di luar sedang hujan deras”

Jaejoong mengindikkan bahunya.
Ia tersenyum kecil.
 
  “Oh—dasar bocah nakal! Ambil payungku di atas loker!” Seru Heechul melotot.

Jaejoong sudah menghilang di balik pintu ruang ganti.
Ia mendudukkan dirinya di kursi dan menghela nafas panjang.
Kemudian mengambil tasnya dan memakai jaket putihnya.
Lalu berjalan menuju pintu keluar belakang hotel.

CKLEK.

Heechul membuka pintu ruang ganti berniat untuk memberikan semangkuk sup kepada sahabatnya yang sedang lesu itu.
Namun yang didapatkannya hanyalah ruangan kosong.
Tidak ada seorangpun di sana.

Pria berwajah angkuh itu mendongak ke atas lokernya.
Ia mendesah pendek.

  “Dasar bocah” Gumamnya lirih.

Namja cantik itu tidak mengambil payungnya.
.
.
.
Jaejoong berjalan menerobos hujan.
Ia mengerutkan dahinya membiarkan tubuhnya basah kuyup.
Beranggapan bahwa hujan yang dingin bisa menjernihkan pikirannya.
Jaejoong pikir ia adalah pria yang sungguh tidak tahu diri.

Dicintai oleh seorang namja yang sangat sukses dan baik hati seperti Yunho, namun kemudian ia menolak cintanya.

Dunia pasti berpikir ia sinting.

Jaejoong mendekap tubuhnya sendiri, giginya bergemeletuk kedinginan.
Bibirnya sedikit membiru, dan wajahnya pucat.

Sementara fokusnya kembali ke masa lalu.

Di mana ia hidup bahagia bersama kekasihnya yang penyayang, yang selalu memberikan apa yang ia minta, kemudian pria itu pergi setelah meninggalkan luka yang mendalam kepadanya.
Jaejoong merasakan pipinya hangat.
Air matanya jatuh.
Dan ia mulai terisak lirih.

  [ “Aku mencintaimu, Jaejoongie, bahkan mautpun tidak akan bisa memisahkan kita” ]

  [ “Selamat malam, sayang! Apa kau sudah bersiap? Aku akan membawamu ke tempat yang menarik bersamaku!” ]

  [ “Kau membuat miniatur ini untukku, Hyungie? Indah sekali~!” ]

  [ “Ya, aku mendesain miniatur ini untuk rumah masa depan kita, sayang, kau dan aku, kita akan bahagia selamanya” ]

Jaejoong tersentak ketika seseorang menubruk bahunya.

  “Ya! Hati-hati kalau jalan!”

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia mengusap pipinya yang basah dan mempercepat langkahnya.

  [ “Hyung? Kenapa kita ke sini?” ]

  [ “Kau mencintaiku kan, Jaejoong? Kau akan menurutiku apapun itu kan?” ]

  [ “Aku mendapat tawaran untuk bekerja di Paris, tapi itu semua tidak gratis, sayang, bayarannya sangat mahal” ]

  [ “Mereka menginginkanmu, Joongie” ]

  [ “Kau menjualku?! Kau berani menjualku untuk pekerjaanmu, Yihan Hyung?!” ]

  [ “Maafkan aku, Jae, aku tidak punya pilihan” ]

  [ “Jangan tinggalkan aku, Hyung! Kau bilang kita akan selalu bersama!” ]

Pria cantik itu berlari.
Menembus hujan yang mengoyak hatinya.


-------


Yunho sedang memperhatikan grafik perusahaannya dengan serius.
Ia bahkan langsung melesat menuju ruangannya tanpa mampir ke dapur terlebih dahulu seperti biasanya.
Salah satu investornya mengalami kebangkrutan, sehingga ia harus memfokuskan dirinya kepada perusahaan beberapa hari ke depan.
Choi Siwon yang ingin mengajukan cutipun terpaksa membatalkan surat cutinya karena perusahaan sedang tidak stabil.
Ia malah ikut membantu pekerjaan Yunho.

DDRRRTTT...DDRRTTT...

Ponsel Yunho bergetar panjang.
Seseorang meneleponnya.
Choi Siwon segera mengangkat wajahnya, menatap ponsel yang bergerak-gerak di atas meja kerja Yunho.

  “Sajangnim, ponsel anda” Lapor Siwon memberitahu.

Yunho tidak peduli.
Pekerjaannya sangat penting untuk saat ini.
Ia harus menghubungi investor lain dan meminta mereka melipatgandakan saham sementara bagian keuangan perusahaan akan mengurusi investor yang bangkrut.

DRRRTTT...DDRRTTT...

Yunho tetap fokus.
Tapi Siwon tidak.
Ia menghela nafas dan berdiri dari duduknya.

  “Sajangnim, ponsel anda” Ujar namja berlesung pipi itu lagi.

Yunho mendengus, ia mengambil ponselnya dan menjawab panggilan tersebut tanpa melihat layarnya terlebih dahulu.

Aish!
Siapapun ini, awas saja kalau pembicaraannya tidak penting! Geram Yunho di dalam hatinya.

  ....

Yunho mengerutkan dahinya.
Ia tidak mendengar suara apapun kecuali deru nafas yang berat.

  “Yeoboseyo?” Sapa Yunho bingung.

Suara deru nafas itu semakin terdengar.

  ...Yunho...hh...

Mata musang Yunho membulat.
Ia menjauhkan ponselnya dan mendapati nomor Jaejoong yang tertera di layar ponselnya.

  Yunho...Aku sakit...

Suara Jaejoong berdengung parau dengan nafasnya yang tidak teratur.
Membuat jantung Yunho berdebar begitu kencang.
Pria tampan itu melompat dari kursinya dan melemparkan berkasnya ke meja Siwon yang berjengit kaget.

  “Siwon! Scan semuanya dan kirimkan ke email-ku!” Teriak namja tampan itu.

Namja berlesung pipi itu refleks beranjak dari duduknya dan mengumpulkan kertas-kertas yang berterbangan.
Sementara Yunho sudah membanting pintu ruangan dengan kasar.

  “Belikan aku bubur ayam dan obat, obat apapun untuk demam dan flu! Dan bawa laptopku juga! Kalau aku sampai di apertemen Jaejoong tanpa pesananku di sana, lupakan saja bonus akhir tahun nanti!” Teriak Yunho kepada sekretaris-sekretaris cantiknya.

Jessica, Minzy, dan Park Bom terlonjak kaget.
Mereka segera berlari mengikuti Yunho kecuali Jessica yang berbalik masuk ke dalam ruangan Yunho untuk mengambil laptop namja tampan itu.
.
.
.
  “Sajangnim!”

Ketiga sekretaris cantik itu memanggil Yunho dengan kompak.
Pria tampan itu baru saja turun dari mobilnya dan segera menghampiri mereka.

  “Kami sudah membawa semua yang anda minta, ini kartu akses apertemen Jaejoong dan sandinya” Ujar Minzy cepat.

Yunho mengangguk, ia tidak salah memilih karyawan ternyata.
Mereka semua sangat gesit.

Namja tampan itu mengambil kartu akses dan selembar kertas yang berisikan sandi apertemen Jaejoong, kemudian ia berlari menuju lift diikuti ketiga sekretarisnya.

Mereka berempat berhenti di lantai 10, dan Yunho segera menemukan pintu kamar calon kekasihnya.
Namja tampan itu segera menggesekkan kartu platinum tersebut ke dalam slot, namun ketika ia akan memasukkan pin sandinya, ia membeku.

Mata musangnya mengerjap bodoh.

Ini kan—tanggal ulang tahunnya.

Kenapa—

  “Sajangnim!”

Panggilan dari Jessica membuat Yunho terkejut.
Ia segera memasukkan angka-angka yang ada dan mendesah lega ketika akses pintu terbuka.

  “Letakkan semuanya di meja dan kembalilah ke kantor” Perintah Yunho seraya berjalan menuju kamar namja cantik itu.

Jessica, Minzy, dan Park Bom mengangguk patuh.
Mereka melakukan apa yang Yunho minta dan segera beranjak dari sana.
Sementara Yunho sudah memasuki kamar Jaejoong.

Namja tampan itu melihat wajah pucat yang terpejam di atas ranjang.
Dengan selimut tebal yang menggulung di atas tubuhnya.
Oh—pria tampan itu segera duduk di pinggir ranjang dan mengusap rambut basah milik namja cantik itu.
Panas sekali, gumam Yunho di dalam hatinya.

  “Ung...” Jaejoong berdengung.

Matanya masih terpejam.
Namun dahinya mengernyit tanda tidak nyaman.
Yunho berdesis pelan seraya menggenggam tangan namja cantik itu.
Dan tanpa sadar Jaejoong balas menggenggam tangan Yunho.

  “Yunho..hngg” Gumam Jaejoong tidak jelas.

  “Ya sayang, aku di sini, di sampingmu” Balas Yunho lembut.

  “Yunho ah..Aku sakit..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Yunho mengusap sudut mata Jaejoong yang berair.

  “Ya, sayang, aku tahu. Aku akan mengambilkan obat dan buburmu”

Namja tampan itu menghentikan gerakannya ketika Jaejoong menarik tangannya.
Mata bulatnya setengah terbuka.
Tangannya sungguh panas.

  “Baiklah, aku mengerti” Bisik Yunho dengan senyumannya.

Ia kembali menaiki ranjang dan berbaring di samping namja cantik itu.
Membuka jasnya dan dan kancing kemejanya satu persatu.
Kemudian ia menggantikan tangan kanannya yang digenggam Jaejoong dengan tangan kirinya agar ia bisa melepaskan pakaiannya dan membuatnya bertelanjang dada.

Jaejoong tidak minum obat dan memakan buburnya saat ini.
Jadi satu-satunya alternatif yang ada adalah mengurangi suhu tubuhnya yang kelewat panas terlebih dahulu.

  “Hng” Jaejoong tersentak, namun itu tidak menghentikan Yunho untuk melanjutkan pekerjaannya menanggalkan piyama Jaejoong yang basah karena keringatnya.

  “Sssh, sini sayang, sini” Ujar Yunho seraya menarik Jaejoong ke dalam pelukannya.

Kedua namja itu merintih ketika suhu tubuh mereka bercampur.
Yunho menggigit bibirnya menahan sakit menerima suhu panas Jaejoong.
Sementara namja cantik itu menggerakkan tubuhnya secara natural agar tenggelam di dalam pelukan Yunho.
Tubuh namja tampan itu dingin sekali, dan ia suka.

Yunho mengusapkan tangannya di punggung Jaejoong setelah ia menarik selimut dan menyelimuti mereka berdua.
Pria tampan itu mendesah pendek merasakan deru nafas panas Jaejoong yang menerpa lehernya.
Pria cantik itu tampak seperti bayi kucing saat ini, meringkuk manja kepada Yunho dengan wajah yang tenggelam di lekuk leher Sajangnim tampan itu.
.
.
.
Mata bulat itu terbuka.
Jaejoong terbangun sendirian di atas ranjang tanpa pakaian.
Ia mengusap wajahnya yang hangat.
Apakah ia bermimpi?

Yunho datang dan memeluknya selama ia tidur.

Namja cantik itu mengambil selimut tebalnya dan menggulungnya di tubuhnya.
Kemudian ia melangkah keluar kamar seraya berpegangan pada dinding.
Langkahnya tertatih, kepalanya pusing. Matanya berat.
Dan ia haus.

Namja cantik itu tertegun ketika ia mendapati Jung Yunho yang duduk di sofa ruang tengahnya seraya mengetik sesuatu di laptopnya.
Jaejoong merasakan kedua matanya panas dan basah.
Ia terharu menyadari bahwa yang tadi bukanlah mimpi.

Itu nyata.

Pria tampan itu memang datang dan menjaganya.
Jaejoong segera melangkah menghampiri Sajangnimnya yang tampak seksi dengan kemeja putihnya yang kusut.
Ia membuat Yunho terkejut karena tiba-tiba muncul di hadapan pria tampan itu dan menjatuhkan diri di atas pangkuannya.

  “Kenapa bangun hmm?” Tanya Yunho seraya membenarkan posisi Jaejoong di atasnya.

Namja cantik itu kembali meringkuk.
Menenggelamkan wajahnya di leher namja tampan itu dengan tangan yang mencengkram erat selimut tebalnya.

  “Haus” Ujar Jaejoong parau.

Yunho menahan Jaejoong dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menjulur mengambil air mineral yang ia siapkan untuk Jaejoong di atas meja.

  “Jja”

Jaejoong meneguk minumnya dengan rakus, walau ia harus menahan sakit pada tenggorokannya.

  “Makan bubur sekarang?” Tanya Yunho setelah ia mengembalikan gelasnya ke atas meja.

Jaejoong menggeleng.

  “Aku masih mau tidur” Bisiknya.

  “Baiklah, kau memang butuh tidur” Balas Yunho.

Namja tampan itu bersandar di sandaran sofa, mengatur Jaejoong agar sepenuhnya jatuh kepadanya.
Kemudian ia mengusap-usap punggung telanjang Jaejoong seraya mencium puncak kepalanya sesekali.

  “Yunho..”

  “Ya, sayang?”

  “Terima kasih”

  “Bukan masalah”

  “Hmm”

  “Tidurlah, aku tidak akan meninggalkanmu”

Jaejoong mengangguk, kemudian bernafas dengan tenang.
Sementara Yunho mendesah panjang.
Mata musangnya melirik layar laptopnya yang menerima banyak email dari Siwon.
Ah—ia akan begadang malam ini.
.
.
.
Yunho ketiduran, sedangkan Jaejoong terbangun.
Namja cantik itu tidak melakukan hal lain selain mengamati wajah tampan Yunho.
Ia bertelungkup di atas tubuh Yunho yang sudah berbaring di atas sofa.
Merasakan deru nafas namja tampan itu di wajah cantiknya.

  “Kau tampan sekali” Bisik Jaejoong tidak bisa menahan senyumnya.

Mengecup penuh sayang rahang namja tampan itu.

  “Tapi sayangnya terlalu banyak janji yang kau berikan”

Jari telunjuk Jaejoong bergerak, mengusapi pipi Yunho.

  “Kau tidak boleh berjanji kepadaku, Yunho, kau hanya perlu membuktikan ucapanmu”

Namja cantik itu mendesah pendek, ia menempelkan dahinya dengan dahi Yunho.

  “Karena ketika kau berjanji, kau akan mengingkarinya”

Jaejoong mengecup lama bibir Yunho, membasahinya dengan saliva miliknya, kemudian ia bangkit dari sana.
Menggulung selimutnya dan berjalan memasuki kamarnya.
Ia sudah merasa lebih baik setelah meminum obatnya, hanya sedikit lagi istirahat dan ia bisa kembali bekerja besok.

Langkah kaki Jaejoong menghilang.
Dan Yunho membuka kedua matanya.
Menyentuh bibirnya yang hangat dan basah seraya menatap langit-langit ruangan.

Sial.

Manis bibirnya tinggal.


-------


Walaupun Yunho sudah menghabiskan waktunya bersama Jaejoong selama dua malam terakhir, ia masih tidak muncul di dapur restoran hingga siang hari.
Para chef berpikir bahwa mereka sedang bertengkar.
Tapi sebenarnya Yunho hanya bingung.
Ia tidak tahu harus bagaimana untuk menghadapi namja cantik itu.

  “Seluruh jadwal sudah selesai anda laksanakan, Sajangnim” Lapor Siwon.

Yunho yang sedang merenung di dekat jendela, menoleh kepada asistennya dan mengangguk.
Baiklah, ia punya waktu beberapa menit untuk menemui Jaejoong sebelum namja cantik itu pulang ke apertemennya.
Ia harus mengatakan sesuatu, mereka harus berbicara.
Mungkin ia bisa meminta kejelasan dari namja cantik itu kapan ia akan menerima lamarannya, jadi ia tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu untuk memikirkan cara yang tepat untuk melamar chef cantik itu.

Apapun itu, intinya mereka harus bertemu.

Namja tampan itu merapikan jas armaninya.
Ia berjalan keluar ruangan dan menggunakan lift ke lantai dasar untuk ke ruang ganti karyawan dapur.

  “Kau bisa pergi, Choi Siwon”

Siwon mengangguk, ia berbalik dan berjalan meninggalkan Yunho yang sudah berdiri di depan pintu ruang ganti.

  “Ini tidak mudah, Heechul”

Yunho terkejut.
Ia tidak jadi membuka pintu kayu itu.
Telinganya tidak salah, barusan itu suara calon kekasihnya.

  “Sajangnim itu orang yang berbeda, ia bukan si brengsek Yihan, kau tahu itu”

  “Ya, tentu saja mereka berbeda. Yunho itu terlalu lembut, penyayang, dan selalu menerimaku apa adanya walaupun aku telah berkali-kali menyakiti hatinya, dan—”

  “Dan apa?”

  “Dan aku membencinya! Aku benci semua sikap baiknya terhadapku, Heechul! Aku tidak pernah suka ketika ia memanggilku sayang dan memelukku setiap pagi ia rindu!”

DEG.

Yunho terdiam.
Hatinya seolah membeku.
Nafasnya tercekat, dan ia menggerakkan matanya tidak fokus.
Sesuatu—sesuatu di dalam dirinya retak, akan hancur berkeping-keping.

Namja tampan itu melangkahkan kakinya, hendak beranjak pergi meninggalkan pintu kayu itu.
Namun kemudian suara Jaejoong kembali terdengar.

  “Aku membenci semua tentangnya karena ia telah menjeratku, sejak awal ia sudah memenangkan hatiku...Aku tidak pernah menyukai panggilan sayangnya untukku karena aku takut tidak bisa jauh darinya, dan pelukannya...Ia membuatku merindukannya setiap aku bernafas, Heechul...”

Mata musang Yunho membulat.
Ia mendekap mulutnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menopang dirinya di dinding.
Air matanya jatuh membasahi tangannya.
Yunho terkejut.

Ini terlalu banyak untuknya.

  “Aku bisa gila kalau ia meninggalkanku, Heechullie, ini berbeda dengan Yihan. Aku tidak akan sanggup menahannya...”

Dan kemudian Yunho melangkah pergi.


-------


  “Selamat pagi, sayang!”

  “Yunho! Kau mengagetkanku!”

Jaejoong berjengit ketika ia mendapatkan sebuah pelukan yang familiar di pinggangnya.
Namja cantik itu mendesah pendek.
Tidak tahu lagi apa yang harus diucapkannya kepada Yunho.
Sesuatu telah berubah, semuanya tidak lagi sama.
Sejak malam itu, malam di mana ia sakit.

  “Yunho, kau seorang pemimpin, tidak seharusnya kau berada di sini”

  “Kau mengusirku?”

  “Ya, aku mengusirmu”

  “Kejamnya”

  “Aku serius, Yunho, aku sedang memasak untuk tamu hotelmu!”

Tapi Yunho tidak mendengar.
Ia semakin mempererat pelukannya di tubuh namja cantik itu.
Menaruh dagunya di atas bahu kanan Jaejoong.
Ia bahkan tidak peduli apakah para karyawannya sedang memperhatikan mereka saat ini.

  “Yunho—”

  “Jangan memintaku untuk pergi, Jaejoongie, karena aku tidak akan pernah mau melakukannya”

DEG.

Jaejoong tertegun.
Tangannya berhenti memotong sayur.
Mata bulatnya mengerjap cepat, mencoba mengerti arah pembicaraan Yunho.

  “Aku sudah mendengar semuanya dari Heechul, tentang mantan kekasihmu yang tidak tahu diri itu”

  “Yun—”

Namja tampan itu membalikkan tubuh Jaejoong dengan sekali sentak, kemudian ia mengambil pisau sayur yang ada di tangan Jaejoong dan menaruhnya di atas konter.

  “Heechul benar, Jaejoongie, aku bukan Yihan, aku tidak akan berbuat hal yang sama seperti dirinya”

  “Bukan kau, Yunho! Bukan kau ataupun Yihan! Ini tentangku, aku yang bermasalah!”

Yunho tidak bersuara.
Hanya mata musangnya yang menatap Jaejoong dengan intens.
Dan ia melihat air mata menggenang di kelopak mata besar itu.
Oh—

  “Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku, kalau suatu saat nanti kau pergi meninggalkanku, aku tidak akan bisa lagi hidup normal, Yunho yah..” Rintih Jaejoong nyaris berbisik.

  “Aku tidak akan pernah meninggalkanmu, sayang, tidak untuk kapanpun” Balas Yunho seraya mendekap tubuh Jaejoong.

  “Jangan berjanji—”

  “Ini bukan sebuah janji, ini kejujuran dari hatiku, aku bersungguh-sungguh, Kim Jaejoong, kau bisa membunuhku kalau aku ingkar”

Air mata Jaejoong jatuh.
Membasahi tangan kanan Yunho yang menangkup wajah cantiknya.

  “Aku mencintaimu, sayang, kau dengar itu? Aku selalu mencintaimu”

  “Maafkan aku, Yunho..”

Namja tampan itu segera menarik Jaejoong ke dalam pelukannya ketika namja cantik itu mulai terisak.
Ia mendekap Jaejoong dengan penuh sayang.
Mengecup puncak kepalanya sesekali.

  “Aku juga cinta padamu” Ujar Jaejoong dengan suara paraunya.

Jung Yunho tersenyum lebar.
Ini yang ia nanti sejak tadi.
Namja tampan itu melirik Heechul yang tidak beranjak dari posisinya sejak awal.
Yunho tersenyum lucu memperlihatkan gigi rapinya.
Ia mengacungkan ibu jarinya ke arah kamera yang terus hidup di tangan Heechul sejak tadi.

Oh—ini sangat menarik.

Ia akan memutar rekaman itu di hadapan Jaejoong setiap kali namja cantik itu marah padanya.
Atau sebaiknya pada hari pernikahan mereka saja?

Heechul balas mengangkat ibu jarinya.
Ia menyeringai cantik.

Ingatkan ia untuk tidak lupa mengirimkan rekaman ini kepada Yihan.

END.

-4Minute, Cold Rain-

10 komentar:

  1. Aigoo, baca FF eonni emang ngga pernah ngga blushing >///<
    yunho so sweet banget sih... untung Jaejoong akhirnya nerima dia.
    Daebak sekali FF.nya xD

    BalasHapus
  2. yaikkkkk appa mah sweet banget >_< kan pengen jadinya hihihi XD Umma akhirnya mau jujur ma perasaannya ke appa selama ini :) heechul diam2 menghanyutkan jga -_- yeyyyy yunjae happy ne :)

    BalasHapus
  3. Paling suka ama bedscenenya YunJae..
    Sweet nya Yunho yg ngurusin sakitnya JJ.
    Aku pikir, dibikin Omake ky yg Arachi tmbh keren dh Shell. Isinya tuh scene Heechul crita masa lalu ke Yunho gt..

    BalasHapus
  4. Wahhhh cerita yang bagus, salut ama kesabaran yunho nunggu jae, di tunggu cerita yunjae yg laen, tetep semangat nulis ffnya ya :)

    BalasHapus
  5. Hueeee romatis nya appa gak pernah terbantahkan... manjainnya bikin aku gigit2 bantal gemeeezzz kyaaak emak beruntung deh pkk nya gimana pun yunppa di takdirkan cm utk Jaemma T_T

    BalasHapus
  6. Hueeee romatis nya appa gak pernah terbantahkan... manjainnya bikin aku gigit2 bantal gemeeezzz kyaaak emak beruntung deh pkk nya gimana pun yunppa di takdirkan cm utk Jaemma T_T

    BalasHapus
  7. Huwaaa ff eonni kok bagus mulu/? Salut deh ama eonni.. eonni jjang

    BalasHapus
  8. Eonni.. kamu makan apa sih sayang benernya.. ? Semua ff mu bikin aku meleleh :3
    Suka sama endig yang bahagia.. :)
    Gomawo nee

    BalasHapus
  9. Eonni.. kamu makan apa sih sayang benernya.. ? Semua ff mu bikin aku meleleh :3
    Suka sama endig yang bahagia.. :)
    Gomawo nee

    BalasHapus
  10. Weleh weleh jung yunho anda sosweet sekali. Saya suka.

    Akhirñya mak jj luluh juga.

    Mau dong di cintai sama pengusaga kaya yang baik banget. Ganteng juga.

    BalasHapus