Tittle:
COLD RAIN
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Kalau aku bilang
aku akan mendapatkanmu, aku serius.
.
.
.
“Selamat pagi, Sajangnim!”
“Pagi”
Namja tampan berjas armani itu
mengangguk pelan menanggapi sapaan hormat dari para karyawannya.
Ia melenggang memasuki dapur restoran
berbintang tujuh yang terletak di lantai dasar hotel 40 tingkat miliknya.
Eh—dapur restoran?
“Selamat pagi, sayang”
Oh—ternyata hanya satu dari sekian modus
seorang Jung Yunho kepada Jaejoong—chef utama
dari The Jung’s—
“Bisakah kau berhenti melakukan hal ini setiap pagi? Aku hampir saja
memotong jariku karenamu!” Pekik Jaejoong kesal.
Jaejoong menggerakkan tubuhnya ke kiri
dan kanan, berusaha menjauhkan Yunho dari dirinya.
Pria tampan itu menggerutu, tanpa
melepaskan pelukan eratnya di pinggang namja cantik itu.
“Tapi aku rindu”
“Buang saja rindumu itu ke laut! Menyebalkan!”
“Kejamnya”
Perlahan jemarinya bergerak, meremas
pelan sisi pinggang Jaejoong dengan intens.
“YA! BYUNTAE!” Teriak Jaejoong dengan telinganya yang memerah.
Yunho refleks mundur satu langkah ketika
Jaejoong refleks berbalik seraya mengacungkan pisau sayurnya.
Ia menyengir lucu berharap Jaejoong
tidak akan menusukkan pisau tersebut di perutnya.
“Sajangnim, laporan keuangan bulan ini sudah menunggu di kantor anda”
Yunho dan Jaejoong menoleh, mendapati
Choi Siwon—asisten Yunho—sedang berdiri sopan di depan pintu akses dapur.
Namja tampan itu mengangguk.
Ia merapikan jasnya dan tersenyum manis
kepada chef cantik itu.
“Sampai bertemu nanti, sayang” Ujarnya lembut.
“Aku bukan kekasihmu!” Seru Jaejoong melotot.
Yunho tertawa.
Ia memberikan kedipan mata yang menggoda
kepada pria cantik itu.
“Sekarang memang belum, tapi nanti, kau akan jatuh ke dalam pelukanku”
“Sirheo!”
Yunho dan Siwon sudah menghilang dari
dapur.
Jaejoong menghembuskan nafas panjang dan
kembali menyibukkan diri dengan sayurannya.
“Yah, kau seharusnya lebih lembut kepada Sajangnim” Tegur Heechul—salah
satu chef di dapur—
“Kalau ia bersikap sopan kepadaku mungkin aku akan memikirkan tentang
itu” Sahut Jaejoong asal.
Heechul tersenyum aneh.
“Kau ini, kenapa keras kepala sekali sih? Yunho Sajangnim itu
jelas-jelas menyukaimu, aigoo”
“Aku tahu itu, Heechul”
“Lantas? Asal kau tahu saja, Kim Jaejoong, dari seluruh karyawan yang
bekerja kepada keluarga Jung, hanya kau yang bisa memanggilnya dengan namanya
langsung”
“Itu kan karena ia memintaku untuk memanggilnya seperti itu”
Jaejoong mengaduh, Heechul memukul
kepalanya.
“Kau itu sungguh beruntung! Kalau aku yang disukai Sajangnim, aku pasti
akan langsung melemparkan diriku kepadanya tanpa diminta!”
“Jalang sekali”
“Biar saja, yang penting aku menyandang marga Jung di depan namaku dan
aku bebas memakai kartu kreditnya yang tidak memiliki batasan!”
Jaejoong tertawa.
Aih, sahabatnya yang satu itu.
“Kau tahu kenapa, Kim Heechul” Bisik Jaejoong tiba-tiba.
Heechul terdiam.
Mengerjapkan mata besarnya memandang
Jaejoong.
Ia menghembuskan nafas pendek.
“Ya, aku tahu” Balas Heechul pelan.
Kemudian ia kembali mengaduk sup
dagingnya.
-------
“Kajja”
Jaejoong menaikkan alisnya.
Mendapati Yunho yang sudah menarik
tangannya ketika mereka bertemu di pintu belakang hotel.
“Yu—Yunho?! Kau mau membawaku ke mana eoh?!” Pekik Jaejoong kaget.
Namja tampan itu menaruh telunjuknya di
depan bibir seksinya, kemudian ia tersenyum.
“Kau pasti suka” Ujarnya.
Aih.
Jaejoong tersenyum konyol mendengarnya.
Namja tampan itu memasukkan Jaejoong ke
dalam mobil mewahnya, kemudian ia mengemudikan mobil tersebut memasuki jalan
besar.
“Aku bahkan masih memakai seragamku” Keluh Jaejoong seraya menjentik
lengan seragam putihnya.
“Jja” Ujar Yunho seraya mengambil kantung kertas dari jok belakang dan
memberikannya kepada Jaejoong.
“Apa ini?”
“Baju ganti, aku membelinya untukmu”
Eoh?
Jaejoong segera mengeluarkan isi dari
kantung kertas itu.
Ia mengerjap kagum menatap kaus lengan panjang
berompi yang didapatkannya.
Eclaire? Ini brand termahal yang pernah ada!
Wow!
“Kau suka?”
“Terima kasih!”
“Ck, kalau begini saja kau bersikap manis kepadaku”
Jaejoong tertawa.
Ia meletakkan kantung kertasnya di bawah
kakinya, kemudian menempelkan baju barunya di badan.
Aduh, ia suka sekali! Yunho benar-benar
mengerti seleranya!
Tidak buruk juga memiliki seorang fans.
“Sebaiknya segera ganti seragammu dengan baju itu, kita hampir sampai”
Beritahu Yunho.
“Di sini? Di hadapanmu?” Kaget Jaejoong mengerutkan dahinya.
“Aku tidak akan mengintip, Kim Jaejoong”
“Benarkah? Siapa yang menjamin kalau kau tidak berbohong? Aku tidak
mau!”
Yunho memutar stirnya, membelokkan mobil
tersebut ke arah kanan.
Kemudian ia melirik Jaejoong sekilas.
“Kalau aku bilang aku tidak akan mengintip, maka aku tidak akan
melakukannya, Jaejoongie” Ujar namja tampan itu serius.
DEG.
Jaejoong terdiam.
Mata besarnya mengerjap menyadari
tangannya kini bergetar karena gugup.
Dan jantungnya! Oh—berdebar kencang seolah
akan lepas dari tempatnya!
Ani, ini tidak boleh terjadi, ia tidak
boleh terpesona pada Jung Yunho! Tidak!
“Baiklah” Gumam Jaejoong setelah terdiam beberapa detik.
Namja cantik itu melepas kancing
seragamnya dengan cepat, menarik syal merahnya
dan segera melepaskan seragam tersebut dari tubuhnya.
Ia melirik ke arah Yunho diam-diam.
Gosh. Pria itu serius.
Yunho bahkan tidak menoleh sedikitpun.
Namja tampan itu benar-benar menjaga
perkataannya.
Jaejoong tersenyum tipis.
Ia segera memakai baju barunya dan
tersenyum puas.
Ah, kapan lagi ia bisa memiliki branded Eclaire selain di hari
pengambilan gajinya?
“Kau sudah selesai?”
“Ya”
“Bagus, karena kita sudah sampai”
Jaejoong menatap keluar jendela mobil.
Dan ia terperangah untuk kesekian kalinya.
Apa-apaan itu?! The most grand hotel ever!
Bukankah ini aset terbesar milik
keluarga Jung? Kenapa Yunho membawanya ke tempat semacam ini?
Pria itu tidak sedang mabuk, kan?
“Ayo”
Yunho menggenggam tangan Jaejoong,
membawanya berjalan memasuki lobi dan berputar menuju kolam renang.
“Pool dinner?” Tanya Jaejoong
tersenyum.
Yunho mengangguk.
“Kupikir kau akan suka” Ujarnya.
Ia menarik kursi yang tersedia dan
membantu Jaejoong duduk di sana.
Kemudian ia segera duduk di seberang
namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum lebar, memperhatikan
lampion cantik yang menghiasi air di kolam.
Bahkan ada beberapa yang tergantung di
pohon dan lampu.
Indah sekali, rasanya seperti melihat
puluhan kunang-kunang raksasa.
“Menakjubkan” Gumam Jaejoong menatap kepada Yunho.
Namja tampan itu tersenyum manis.
Tidak sia-sia ia berkonsultasi dengan si
cerewet Heechul.
Ia jadi bisa melihat pipi merah Jaejoong
setiap saat.
Yunho mengangkat gelas anggurnya,
kemudian membenturkannya dengan gelas milik Jaejoong saat namja cantik itu
menyodorkan miliknya.
“Cheers!” Ujar namja cantik
itu riang.
“Kuharap kau suka” Ucap Yunho.
“Suka? Aku bahkan jatuh cinta! Kapan lagi aku bisa makan malam di hotel
termewah se-Asia eoh?” Balas Jaejoong setelah ia meneguk anggurnya.
“Kau bisa kapanpun kau mau, sayang”
“Mwo?”
“Menikahlah denganku, maka kau akan mendapatkan semuanya”
Senyum di wajah Jaejoong menghilang.
Ia meletakkan gelas anggurnya di atas
meja dan menatap Yunho dengan kedua mata bulatnya yang besar.
Sementara Yunho masih di sana, duduk
tenang bersandar di kursinya.
“Yunho, ini tidak semudah yang kau pikirkan” Ujar Jaejoong pelan.
“Ya, tentu saja kita bisa membuatnya mudah, kau tinggal mengatakan ya,
Kim Jaejoong! Dan kita akan menikah!”
“Kau sungguh yakin bahwa kau mencintaiku?”
“Tentu saja! Tidak ada yang bisa mengalahkan rasa cintaku kepadamu!”
“Lantas...Bagaimana kau bisa yakin kalau aku juga mencintaimu dengan
rasa yang sama?”
DEG.
Yunho terdiam.
Mata musangnya berkilat.
Jemarinya mengepal di atas meja.
Oh—tidak.
Mereka bahkan belum memulai makan malam.
“Jaejoong, please, jangan merusak semuanya” Ujar Yunho memohon.
“Aku hanya bertanya kepadamu, Yunho, apa yang
kurusak?” Balas Jaejoong mengernyitkan dahinya.
Sial.
Yunho
merasa matanya panas.
Ia
berdiri dari duduknya dan membelakangi Jaejoong.
Bersidekap
seraya menghembuskan nafasnya.
“Hatiku, Jaejoong. Kau merusak hatiku”
Desisnya kesal.
Jaejoong
terkejut ketika ia merasakan dadanya berdenyut sakit.
Ia
menunduk, mengepalkan jemarinya di atas lutut.
Ya
Tuhan, apa yang telah dilakukannya?
Kenapa
mulutnya tidak bisa dihentikan?
“Maafkan aku” Lirih Jaejoong pelan.
Ya, tentu saja
aku memaafkanmu, sayang.
Untuk maafmu
yang kesekian kalinya ketika aku melamarmu.
“Yunho, please,
bisakah kita makan sekarang?” Suara Jaejoong kembali terdengar.
Namja
tampan itu memejamkan mata musangnya.
Dan
ia merasakan sesuatu jatuh membasahi pipinya.
“Makanlah duluan, aku akan menyusul” Ujar
Yunho seraya melangkahkan kakinya.
“Yunho!” Panggil Jaejoong berdiri dari
duduknya.
Ia
meremas kausnya.
“Jangan pergi..” Lirihnya pelan.
-------
Ini
tidak berjalan dengan seharusnya.
Jaejoong
pikir segalanya akan kembali seperti semula setelah malam itu.
Seperti
kejadian-kejadian sebelumnya.
Yunho
tidak pernah menyerah.
Namja
tampan itu tidak bosan-bosannya mengganggu Jaejoong bahkan ketika namja cantik
itu menolak lamarannya.
Apakah
sekarang ini saatnya?
Saat
di mana Yunho jenuh dengannya?
Saat
di mana Yunho akan berpaling darinya?
Oh—berpaling
apanya, Kim Jaejoong? Kau bahkan bukan kekasihnya.
“Kau baik-baik saja?”
Jaejoong
tertegun, ia menoleh dan mendapati Heechul di sampingya.
“Tidak..” Sahut Jaejoong lesu.
“Baiklah, segera ambil barangmu dan pulang,
kau tidak bisa menghasilkan makanan yang baik dengan kondisi seperti ini”
“Ya, tentu saja, terima kasih, Heechul”
“Kau bawa payung? Di luar sedang hujan deras”
Jaejoong
mengindikkan bahunya.
Ia
tersenyum kecil.
“Oh—dasar bocah nakal! Ambil payungku di atas
loker!” Seru Heechul melotot.
Jaejoong
sudah menghilang di balik pintu ruang ganti.
Ia
mendudukkan dirinya di kursi dan menghela nafas panjang.
Kemudian
mengambil tasnya dan memakai jaket putihnya.
Lalu
berjalan menuju pintu keluar belakang hotel.
CKLEK.
Heechul
membuka pintu ruang ganti berniat untuk memberikan semangkuk sup kepada
sahabatnya yang sedang lesu itu.
Namun
yang didapatkannya hanyalah ruangan kosong.
Tidak
ada seorangpun di sana.
Pria
berwajah angkuh itu mendongak ke atas lokernya.
Ia
mendesah pendek.
“Dasar bocah” Gumamnya lirih.
Namja
cantik itu tidak mengambil payungnya.
.
.
.
Jaejoong
berjalan menerobos hujan.
Ia
mengerutkan dahinya membiarkan tubuhnya basah kuyup.
Beranggapan
bahwa hujan yang dingin bisa menjernihkan pikirannya.
Jaejoong
pikir ia adalah pria yang sungguh tidak tahu diri.
Dicintai
oleh seorang namja yang sangat sukses dan baik hati seperti Yunho, namun
kemudian ia menolak cintanya.
Dunia
pasti berpikir ia sinting.
Jaejoong
mendekap tubuhnya sendiri, giginya bergemeletuk kedinginan.
Bibirnya
sedikit membiru, dan wajahnya pucat.
Sementara
fokusnya kembali ke masa lalu.
Di
mana ia hidup bahagia bersama kekasihnya yang penyayang, yang selalu memberikan
apa yang ia minta, kemudian pria itu pergi setelah meninggalkan luka yang
mendalam kepadanya.
Jaejoong
merasakan pipinya hangat.
Air
matanya jatuh.
Dan
ia mulai terisak lirih.
[ “Aku
mencintaimu, Jaejoongie, bahkan mautpun tidak akan bisa memisahkan kita” ]
[ “Selamat
malam, sayang! Apa kau sudah bersiap? Aku akan membawamu ke tempat yang menarik
bersamaku!” ]
[ “Kau
membuat miniatur ini untukku, Hyungie? Indah sekali~!” ]
[ “Ya,
aku mendesain miniatur ini untuk rumah masa depan kita, sayang, kau dan aku,
kita akan bahagia selamanya” ]
Jaejoong
tersentak ketika seseorang menubruk bahunya.
“Ya! Hati-hati kalau jalan!”
Namja
cantik itu tidak menyahut.
Ia
mengusap pipinya yang basah dan mempercepat langkahnya.
[ “Hyung?
Kenapa kita ke sini?” ]
[ “Kau
mencintaiku kan, Jaejoong? Kau akan menurutiku apapun itu kan?” ]
[ “Aku
mendapat tawaran untuk bekerja di Paris, tapi itu semua tidak gratis, sayang,
bayarannya sangat mahal” ]
[ “Mereka
menginginkanmu, Joongie” ]
[ “Kau
menjualku?! Kau berani menjualku untuk pekerjaanmu, Yihan Hyung?!” ]
[ “Maafkan
aku, Jae, aku tidak punya pilihan” ]
[ “Jangan
tinggalkan aku, Hyung! Kau bilang kita akan selalu bersama!” ]
Pria
cantik itu berlari.
Menembus
hujan yang mengoyak hatinya.
-------
Yunho sedang memperhatikan grafik perusahaannya
dengan serius.
Ia bahkan langsung melesat menuju
ruangannya tanpa mampir ke dapur terlebih dahulu seperti biasanya.
Salah satu investornya mengalami
kebangkrutan, sehingga ia harus memfokuskan dirinya kepada perusahaan beberapa
hari ke depan.
Choi Siwon yang ingin mengajukan cutipun
terpaksa membatalkan surat cutinya karena perusahaan sedang tidak stabil.
Ia malah ikut membantu pekerjaan Yunho.
DDRRRTTT...DDRRTTT...
Ponsel Yunho bergetar panjang.
Seseorang meneleponnya.
Choi Siwon segera mengangkat wajahnya,
menatap ponsel yang bergerak-gerak di atas meja kerja Yunho.
“Sajangnim, ponsel anda” Lapor Siwon memberitahu.
Yunho tidak peduli.
Pekerjaannya sangat penting untuk saat
ini.
Ia harus menghubungi investor lain dan
meminta mereka melipatgandakan saham sementara bagian keuangan perusahaan akan
mengurusi investor yang bangkrut.
DRRRTTT...DDRRTTT...
Yunho tetap fokus.
Tapi Siwon tidak.
Ia menghela nafas dan berdiri dari
duduknya.
“Sajangnim, ponsel anda” Ujar namja berlesung pipi itu lagi.
Yunho mendengus, ia mengambil ponselnya
dan menjawab panggilan tersebut tanpa melihat layarnya terlebih dahulu.
Aish!
Siapapun ini, awas saja kalau
pembicaraannya tidak penting! Geram Yunho di dalam hatinya.
“....”
Yunho mengerutkan dahinya.
Ia tidak mendengar suara apapun kecuali
deru nafas yang berat.
“Yeoboseyo?” Sapa Yunho bingung.
Suara deru nafas itu semakin terdengar.
“...Yunho...hh...”
Mata musang Yunho membulat.
Ia menjauhkan ponselnya dan mendapati
nomor Jaejoong yang tertera di layar ponselnya.
“Yunho...Aku sakit...”
Suara Jaejoong berdengung parau dengan
nafasnya yang tidak teratur.
Membuat jantung Yunho berdebar begitu
kencang.
Pria tampan itu melompat dari kursinya
dan melemparkan berkasnya ke meja Siwon yang berjengit kaget.
“Siwon! Scan semuanya dan
kirimkan ke email-ku!” Teriak namja
tampan itu.
Namja berlesung pipi itu refleks
beranjak dari duduknya dan mengumpulkan kertas-kertas yang berterbangan.
Sementara Yunho sudah membanting pintu
ruangan dengan kasar.
“Belikan aku bubur ayam dan obat, obat apapun untuk demam dan flu! Dan
bawa laptopku juga! Kalau aku sampai di apertemen Jaejoong tanpa pesananku di
sana, lupakan saja bonus akhir tahun nanti!” Teriak Yunho kepada
sekretaris-sekretaris cantiknya.
Jessica, Minzy, dan Park Bom terlonjak
kaget.
Mereka segera berlari mengikuti Yunho
kecuali Jessica yang berbalik masuk ke dalam ruangan Yunho untuk mengambil
laptop namja tampan itu.
.
.
.
“Sajangnim!”
Ketiga sekretaris cantik itu memanggil
Yunho dengan kompak.
Pria tampan itu baru saja turun dari
mobilnya dan segera menghampiri mereka.
“Kami sudah membawa semua yang anda minta, ini kartu akses apertemen
Jaejoong dan sandinya” Ujar Minzy cepat.
Yunho mengangguk, ia tidak salah memilih
karyawan ternyata.
Mereka semua sangat gesit.
Namja tampan itu mengambil kartu akses
dan selembar kertas yang berisikan sandi apertemen Jaejoong, kemudian ia
berlari menuju lift diikuti ketiga
sekretarisnya.
Mereka berempat berhenti di lantai 10,
dan Yunho segera menemukan pintu kamar calon kekasihnya.
Namja tampan itu segera menggesekkan
kartu platinum tersebut ke dalam slot, namun ketika ia akan memasukkan pin
sandinya, ia membeku.
Mata musangnya mengerjap bodoh.
Ini kan—tanggal ulang tahunnya.
Kenapa—
“Sajangnim!”
Panggilan dari Jessica membuat Yunho
terkejut.
Ia segera memasukkan angka-angka yang
ada dan mendesah lega ketika akses pintu terbuka.
“Letakkan semuanya di meja dan kembalilah ke kantor” Perintah Yunho
seraya berjalan menuju kamar namja cantik itu.
Jessica, Minzy, dan Park Bom mengangguk
patuh.
Mereka melakukan apa yang Yunho minta
dan segera beranjak dari sana.
Sementara Yunho sudah memasuki kamar
Jaejoong.
Namja tampan itu melihat wajah pucat
yang terpejam di atas ranjang.
Dengan selimut tebal yang menggulung di
atas tubuhnya.
Oh—pria tampan itu segera duduk di
pinggir ranjang dan mengusap rambut basah milik namja cantik itu.
Panas sekali, gumam Yunho di dalam
hatinya.
“Ung...” Jaejoong berdengung.
Matanya masih terpejam.
Namun dahinya mengernyit tanda tidak
nyaman.
Yunho berdesis pelan seraya menggenggam
tangan namja cantik itu.
Dan tanpa sadar Jaejoong balas
menggenggam tangan Yunho.
“Yunho..hngg” Gumam Jaejoong tidak jelas.
“Ya sayang, aku di sini, di sampingmu” Balas Yunho lembut.
“Yunho ah..Aku sakit..” Lirih Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Yunho mengusap sudut mata Jaejoong yang
berair.
“Ya, sayang, aku tahu. Aku akan mengambilkan obat dan buburmu”
Namja tampan itu menghentikan gerakannya
ketika Jaejoong menarik tangannya.
Mata bulatnya setengah terbuka.
Tangannya sungguh panas.
“Baiklah, aku mengerti” Bisik Yunho dengan senyumannya.
Ia kembali menaiki ranjang dan berbaring
di samping namja cantik itu.
Membuka jasnya dan dan kancing kemejanya
satu persatu.
Kemudian ia menggantikan tangan kanannya
yang digenggam Jaejoong dengan tangan kirinya agar ia bisa melepaskan
pakaiannya dan membuatnya bertelanjang dada.
Jaejoong tidak minum obat dan memakan
buburnya saat ini.
Jadi satu-satunya alternatif yang ada
adalah mengurangi suhu tubuhnya yang kelewat panas terlebih dahulu.
“Hng” Jaejoong tersentak, namun itu tidak menghentikan Yunho untuk
melanjutkan pekerjaannya menanggalkan piyama Jaejoong yang basah karena
keringatnya.
“Sssh, sini sayang, sini” Ujar Yunho seraya menarik Jaejoong ke dalam
pelukannya.
Kedua namja itu merintih ketika suhu tubuh mereka bercampur.
Yunho menggigit bibirnya menahan sakit
menerima suhu panas Jaejoong.
Sementara namja cantik itu menggerakkan
tubuhnya secara natural agar tenggelam di dalam pelukan Yunho.
Tubuh namja tampan itu dingin sekali, dan
ia suka.
Yunho mengusapkan tangannya di punggung
Jaejoong setelah ia menarik selimut dan menyelimuti mereka berdua.
Pria tampan itu mendesah pendek
merasakan deru nafas panas Jaejoong yang menerpa lehernya.
Pria cantik itu tampak seperti bayi
kucing saat ini, meringkuk manja kepada Yunho dengan wajah yang tenggelam di
lekuk leher Sajangnim tampan itu.
.
.
.
Mata bulat itu terbuka.
Jaejoong terbangun sendirian di atas
ranjang tanpa pakaian.
Ia mengusap wajahnya yang hangat.
Apakah ia bermimpi?
Yunho datang dan memeluknya selama ia
tidur.
Namja cantik itu mengambil selimut
tebalnya dan menggulungnya di tubuhnya.
Kemudian ia melangkah keluar kamar
seraya berpegangan pada dinding.
Langkahnya tertatih, kepalanya pusing.
Matanya berat.
Dan ia haus.
Namja cantik itu tertegun ketika ia
mendapati Jung Yunho yang duduk di sofa ruang tengahnya seraya mengetik sesuatu
di laptopnya.
Jaejoong merasakan kedua matanya panas
dan basah.
Ia terharu menyadari bahwa yang tadi
bukanlah mimpi.
Itu nyata.
Pria tampan itu memang datang dan
menjaganya.
Jaejoong segera melangkah menghampiri
Sajangnimnya yang tampak seksi dengan kemeja putihnya yang kusut.
Ia membuat Yunho terkejut karena
tiba-tiba muncul di hadapan pria tampan itu dan menjatuhkan diri di atas
pangkuannya.
“Kenapa bangun hmm?” Tanya Yunho seraya
membenarkan posisi Jaejoong di atasnya.
Namja cantik itu kembali meringkuk.
Menenggelamkan wajahnya di leher namja
tampan itu dengan tangan yang mencengkram erat selimut tebalnya.
“Haus” Ujar Jaejoong parau.
Yunho menahan Jaejoong dengan tangan
kanannya, sementara tangan kirinya menjulur mengambil air mineral yang ia
siapkan untuk Jaejoong di atas meja.
“Jja”
Jaejoong meneguk minumnya dengan rakus,
walau ia harus menahan sakit pada tenggorokannya.
“Makan bubur sekarang?” Tanya Yunho setelah ia mengembalikan gelasnya ke
atas meja.
Jaejoong menggeleng.
“Aku masih mau tidur” Bisiknya.
“Baiklah, kau memang butuh tidur” Balas Yunho.
Namja tampan itu bersandar di sandaran
sofa, mengatur Jaejoong agar sepenuhnya jatuh kepadanya.
Kemudian ia mengusap-usap punggung
telanjang Jaejoong seraya mencium puncak kepalanya sesekali.
“Yunho..”
“Ya, sayang?”
“Terima kasih”
“Bukan masalah”
“Hmm”
“Tidurlah, aku tidak akan meninggalkanmu”
Jaejoong mengangguk, kemudian bernafas
dengan tenang.
Sementara Yunho mendesah panjang.
Mata musangnya melirik layar laptopnya
yang menerima banyak email dari
Siwon.
Ah—ia akan begadang malam ini.
.
.
.
Yunho ketiduran, sedangkan Jaejoong
terbangun.
Namja cantik itu tidak melakukan hal
lain selain mengamati wajah tampan Yunho.
Ia bertelungkup di atas tubuh Yunho yang
sudah berbaring di atas sofa.
Merasakan deru nafas namja tampan itu di
wajah cantiknya.
“Kau tampan sekali” Bisik Jaejoong tidak bisa menahan senyumnya.
Mengecup penuh sayang rahang namja
tampan itu.
“Tapi sayangnya terlalu banyak janji yang kau berikan”
Jari telunjuk Jaejoong bergerak,
mengusapi pipi Yunho.
“Kau tidak boleh berjanji kepadaku, Yunho, kau hanya perlu membuktikan
ucapanmu”
Namja cantik itu mendesah pendek, ia
menempelkan dahinya dengan dahi Yunho.
“Karena ketika kau berjanji, kau akan mengingkarinya”
Jaejoong mengecup lama bibir Yunho,
membasahinya dengan saliva miliknya, kemudian ia bangkit dari sana.
Menggulung selimutnya dan berjalan
memasuki kamarnya.
Ia sudah merasa lebih baik setelah
meminum obatnya, hanya sedikit lagi istirahat dan ia bisa kembali bekerja
besok.
Langkah
kaki Jaejoong menghilang.
Dan
Yunho membuka kedua matanya.
Menyentuh
bibirnya yang hangat dan basah seraya menatap langit-langit ruangan.
Sial.
Manis
bibirnya tinggal.
-------
Walaupun
Yunho sudah menghabiskan waktunya bersama Jaejoong selama dua malam terakhir,
ia masih tidak muncul di dapur restoran hingga siang hari.
Para
chef berpikir bahwa mereka sedang
bertengkar.
Tapi
sebenarnya Yunho hanya bingung.
Ia
tidak tahu harus bagaimana untuk menghadapi namja cantik itu.
“Seluruh jadwal sudah selesai anda
laksanakan, Sajangnim” Lapor Siwon.
Yunho
yang sedang merenung di dekat jendela, menoleh kepada asistennya dan
mengangguk.
Baiklah,
ia punya waktu beberapa menit untuk menemui Jaejoong sebelum namja cantik itu
pulang ke apertemennya.
Ia
harus mengatakan sesuatu, mereka harus berbicara.
Mungkin
ia bisa meminta kejelasan dari namja cantik itu kapan ia akan menerima
lamarannya, jadi ia tidak perlu repot-repot menghabiskan waktu untuk memikirkan
cara yang tepat untuk melamar chef cantik
itu.
Apapun
itu, intinya mereka harus bertemu.
Namja
tampan itu merapikan jas armaninya.
Ia
berjalan keluar ruangan dan menggunakan lift
ke lantai dasar untuk ke ruang ganti karyawan dapur.
“Kau bisa pergi, Choi Siwon”
Siwon
mengangguk, ia berbalik dan berjalan meninggalkan Yunho yang sudah berdiri di
depan pintu ruang ganti.
“Ini tidak mudah, Heechul”
Yunho
terkejut.
Ia
tidak jadi membuka pintu kayu itu.
Telinganya
tidak salah, barusan itu suara calon kekasihnya.
“Sajangnim itu orang yang berbeda, ia bukan
si brengsek Yihan, kau tahu itu”
“Ya, tentu saja mereka berbeda. Yunho itu
terlalu lembut, penyayang, dan selalu menerimaku apa adanya walaupun aku telah
berkali-kali menyakiti hatinya, dan—”
“Dan apa?”
“Dan aku membencinya! Aku benci semua sikap
baiknya terhadapku, Heechul! Aku tidak pernah suka ketika ia memanggilku sayang
dan memelukku setiap pagi ia rindu!”
DEG.
Yunho
terdiam.
Hatinya
seolah membeku.
Nafasnya
tercekat, dan ia menggerakkan matanya tidak fokus.
Sesuatu—sesuatu
di dalam dirinya retak, akan hancur berkeping-keping.
Namja
tampan itu melangkahkan kakinya, hendak beranjak pergi meninggalkan pintu kayu
itu.
Namun
kemudian suara Jaejoong kembali terdengar.
“Aku membenci semua tentangnya karena ia
telah menjeratku, sejak awal ia sudah memenangkan hatiku...Aku tidak pernah
menyukai panggilan sayangnya untukku karena aku takut tidak bisa jauh darinya,
dan pelukannya...Ia membuatku merindukannya setiap aku bernafas, Heechul...”
Mata
musang Yunho membulat.
Ia
mendekap mulutnya dengan tangan kanannya, sementara tangan kirinya menopang
dirinya di dinding.
Air
matanya jatuh membasahi tangannya.
Yunho
terkejut.
Ini
terlalu banyak untuknya.
“Aku bisa gila kalau ia meninggalkanku,
Heechullie, ini berbeda dengan Yihan. Aku tidak akan sanggup menahannya...”
Dan
kemudian Yunho melangkah pergi.
-------
“Selamat pagi, sayang!”
“Yunho! Kau mengagetkanku!”
Jaejoong
berjengit ketika ia mendapatkan sebuah pelukan yang familiar di pinggangnya.
Namja
cantik itu mendesah pendek.
Tidak
tahu lagi apa yang harus diucapkannya kepada Yunho.
Sesuatu
telah berubah, semuanya tidak lagi sama.
Sejak
malam itu, malam di mana ia sakit.
“Yunho, kau seorang pemimpin, tidak
seharusnya kau berada di sini”
“Kau mengusirku?”
“Ya, aku mengusirmu”
“Kejamnya”
“Aku serius, Yunho, aku sedang memasak untuk
tamu hotelmu!”
Tapi
Yunho tidak mendengar.
Ia
semakin mempererat pelukannya di tubuh namja cantik itu.
Menaruh
dagunya di atas bahu kanan Jaejoong.
Ia
bahkan tidak peduli apakah para karyawannya sedang memperhatikan mereka saat ini.
“Yunho—”
“Jangan memintaku untuk pergi, Jaejoongie,
karena aku tidak akan pernah mau melakukannya”
DEG.
Jaejoong
tertegun.
Tangannya
berhenti memotong sayur.
Mata
bulatnya mengerjap cepat, mencoba mengerti arah pembicaraan Yunho.
“Aku sudah mendengar semuanya dari Heechul,
tentang mantan kekasihmu yang tidak tahu diri itu”
“Yun—”
Namja
tampan itu membalikkan tubuh Jaejoong dengan sekali sentak, kemudian ia
mengambil pisau sayur yang ada di tangan Jaejoong dan menaruhnya di atas
konter.
“Heechul benar, Jaejoongie, aku bukan Yihan,
aku tidak akan berbuat hal yang sama seperti dirinya”
“Bukan kau, Yunho! Bukan kau ataupun Yihan!
Ini tentangku, aku yang bermasalah!”
Yunho
tidak bersuara.
Hanya
mata musangnya yang menatap Jaejoong dengan intens.
Dan
ia melihat air mata menggenang di kelopak mata besar itu.
Oh—
“Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku,
kalau suatu saat nanti kau pergi meninggalkanku, aku tidak akan bisa lagi hidup
normal, Yunho yah..” Rintih Jaejoong nyaris berbisik.
“Aku tidak akan pernah meninggalkanmu,
sayang, tidak untuk kapanpun” Balas Yunho seraya mendekap tubuh Jaejoong.
“Jangan berjanji—”
“Ini bukan sebuah janji, ini kejujuran dari
hatiku, aku bersungguh-sungguh, Kim Jaejoong, kau bisa membunuhku kalau aku
ingkar”
Air
mata Jaejoong jatuh.
Membasahi
tangan kanan Yunho yang menangkup wajah cantiknya.
“Aku mencintaimu, sayang, kau dengar itu? Aku
selalu mencintaimu”
“Maafkan aku, Yunho..”
Namja
tampan itu segera menarik Jaejoong ke dalam pelukannya ketika namja cantik itu
mulai terisak.
Ia
mendekap Jaejoong dengan penuh sayang.
Mengecup
puncak kepalanya sesekali.
“Aku juga cinta padamu” Ujar Jaejoong dengan
suara paraunya.
Jung
Yunho tersenyum lebar.
Ini
yang ia nanti sejak tadi.
Namja
tampan itu melirik Heechul yang tidak beranjak dari posisinya sejak awal.
Yunho
tersenyum lucu memperlihatkan gigi rapinya.
Ia
mengacungkan ibu jarinya ke arah kamera yang terus hidup di tangan Heechul
sejak tadi.
Oh—ini
sangat menarik.
Ia
akan memutar rekaman itu di hadapan Jaejoong setiap kali namja cantik itu marah
padanya.
Atau
sebaiknya pada hari pernikahan mereka saja?
Heechul
balas mengangkat ibu jarinya.
Ia
menyeringai cantik.
Ingatkan
ia untuk tidak lupa mengirimkan rekaman ini kepada Yihan.
END.
-4Minute, Cold Rain-
Aigoo, baca FF eonni emang ngga pernah ngga blushing >///<
BalasHapusyunho so sweet banget sih... untung Jaejoong akhirnya nerima dia.
Daebak sekali FF.nya xD
yaikkkkk appa mah sweet banget >_< kan pengen jadinya hihihi XD Umma akhirnya mau jujur ma perasaannya ke appa selama ini :) heechul diam2 menghanyutkan jga -_- yeyyyy yunjae happy ne :)
BalasHapusPaling suka ama bedscenenya YunJae..
BalasHapusSweet nya Yunho yg ngurusin sakitnya JJ.
Aku pikir, dibikin Omake ky yg Arachi tmbh keren dh Shell. Isinya tuh scene Heechul crita masa lalu ke Yunho gt..
Wahhhh cerita yang bagus, salut ama kesabaran yunho nunggu jae, di tunggu cerita yunjae yg laen, tetep semangat nulis ffnya ya :)
BalasHapusHueeee romatis nya appa gak pernah terbantahkan... manjainnya bikin aku gigit2 bantal gemeeezzz kyaaak emak beruntung deh pkk nya gimana pun yunppa di takdirkan cm utk Jaemma T_T
BalasHapusHueeee romatis nya appa gak pernah terbantahkan... manjainnya bikin aku gigit2 bantal gemeeezzz kyaaak emak beruntung deh pkk nya gimana pun yunppa di takdirkan cm utk Jaemma T_T
BalasHapusHuwaaa ff eonni kok bagus mulu/? Salut deh ama eonni.. eonni jjang
BalasHapusEonni.. kamu makan apa sih sayang benernya.. ? Semua ff mu bikin aku meleleh :3
BalasHapusSuka sama endig yang bahagia.. :)
Gomawo nee
Eonni.. kamu makan apa sih sayang benernya.. ? Semua ff mu bikin aku meleleh :3
BalasHapusSuka sama endig yang bahagia.. :)
Gomawo nee
Weleh weleh jung yunho anda sosweet sekali. Saya suka.
BalasHapusAkhirñya mak jj luluh juga.
Mau dong di cintai sama pengusaga kaya yang baik banget. Ganteng juga.