Tittle:
APOLOGY
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
CHAPTER
Rating:
family-romance-hurt-angst-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
I
let you down, I know it’s over.
But
why am I hearing your voice calling my name?
For
a long time, I’m so sorry.
Dont
leave me.
Call
me again.
So
when are you coming home?
Here’s
my apology.
PART
1.
Jung Yunho adalah pria paling egois yang
pernah ada.
Latar belakang keluarganya yang buruk
membuatnya tumbuh menjadi pribadi yang selalu berbuat sesukanya.
Sikapnya yang dingin membuat banyak
orang lebih memilih untuk menghindar apabila bertatapan dengannya.
Satu lagi—pria tampan itu sungguh keras
kepala.
Apa yang telah menjadi miliknya maka
akan selalu menjadi miliknya.
“Ini surat perjanjian dari perusahaan Choi Siwon, Sajangnim”
Pria tampan itu tidak menoleh.
Masih terbius oleh pemandangan manis
yang ada di depannya.
Mata musangnya mengerjap memperhatikan
sepasang kekasih yang sedang bermain bersama putra mereka di taman seberang
kantornya itu.
“Sajangnim?”
Yunho mengerjap.
Ia berbalik dan menatap Yorin—sekretaris
keduanya—yang berdiri kaku di samping meja.
Pria tampan itu menjauhi jendela kacanya
dan segera duduk di kursinya.
Ia menerima kertas yang disodorkan oleh
wanita cantik itu.
“Apakah anda baik-baik saja?”
Yunho mendongak.
Menatap Yorin Kim yang tampak gugup
setelah bertanya kepadanya.
“Anda terlihat kesepian”
“Kau dipecat”
Mwo?
Wanita cantik itu terkejut mendengar
ucapan singkat Yunho.
“Keluar dari ruanganku segera” Ujar Yunho lagi.
Wanita cantik itu tidak menyahut.
Ia masih kaget dengan apa yang baru saja
terjadi.
Yorin Kim mengangguk patuh dan menunduk
sopan, kemudian ia berjalan keluar ruangan dengan air mata yang sudah membasahi
pipi tirusnya.
Gong Minzy dan Jessica Jung hanya
melirik wanita cantik itu ketika Yorin menutup pintu ruangan Yunho dengan tangisan
yang pecah.
Mereka mendesah pendek.
Dasar wanita bodoh, pikir keduanya
kompak.
Ia pasti melakukan sesuatu yang membuat
Yunho marah.
Well,
bekerja
pada pria arogan yang dingin itu tidak semudah yang orang lihat.
Jung Yunho itu benar-benar pribadi yang
sulit ditebak.
TOK
TOK TOK.
Yunho mengangkat wajahnya, mengalihkan
atensinya pada pintu ruangannya yang baru saja diketuk dari luar.
“Masuk” Ujarnya datar.
CKLEK.
“Selamat siang, Sajangnim”
Oh—itu Jaejoong.
Model cantik yang masih seorang trainee dari perusahaannya.
Pria manis berusia 17 tahun yang
berhasil membuat Yunho menaruh minat kepadanya.
“Kau sudah siap?” Tanya Yunho tiba-tiba.
“E-eh? Siap untuk apa, Sajangnim?” Balas Jaejoong balik bertanya.
Mata bulatnya membesar kaget ketika
Yunho berdiri dari duduknya dan berjalan menghampirinya.
“Tentu saja makan siang bersamaku” Ucap Yunho mengintimidasi.
Jaejoong mengepalkan jemarinya, menelan
salivanya gugup.
“Eh—Um—tapi aku membawa bekal” Gumamnya pelan.
Berdoa di dalam hati agar Yunho tidak
mendepaknya dari agensi seperti kasus yang sudah-sudah.
Bagaimanapun caranya, pria tampan itu
tidak boleh tersulut emosi.
“Bawa saja bekalmu” Sahut Yunho masih menatap remaja cantik itu.
Jaejoong mendongak.
“Boleh?” Tanyanya kaget.
Yunho mengangguk.
Ia segera berjalan membuka pintu
sementara Jaejoong mengikuti di belakangnya.
Namja cantik itu tersenyum sopan kepada
dua sekretaris Yunho yang masih tersisa.
Awalnya pria tampan itu punya lima.
Tapi tiga dari mereka sudah dipecat,
termasuk Yorin Kim yang tadi.
Minzy dan Jessica melirik punggung
Jaejoong diam-diam.
Kemudian mereka saling menatap satu sama
lain.
Lalu kembali sibuk dengan pekerjaan
masing-masing.
Siapa yang tidak tahu tentang Kim
Jaejoong eoh?
Remaja cantik yang berhasil lulus audisi
model yang diadakan perusahaan mereka dua bulan yang lalu.
Sebenarnya para juri sudah akan menunda
kelulusan Jaejoong.
Tapi Jung Yunho mendadak turun tangan
dan mengambil namja cantik itu sebagai salah satu trainee mereka.
Pria tampan itu bahkan memperlakukan
Jaejoong secara spesial.
Memang tidak dikatakan dengan jelas,
tapi para karyawan The Jung’s tidak
bodoh.
Mereka tahu pasti dari perlakuan Yunho
kepada namja cantik itu.
Yunho suka mengajaknya makan siang
bersama.
Atau terkadang pria tampan itu akan
melihat latihan Jaejoong kalau ia senggang.
Kim Jaejoong si anak emas—begitu sebutan
dari para karyawan yang beredar di kalangan mereka.
Oh—bukan tidak sedikit yang merasa
cemburu akan namja cantik itu.
Tapi tentu saja mereka tidak berani berkutik.
Siapa yang berani melawannya eoh?
Melawan Kim Jaejoong sama saja dengan
berhadapan langsung dengan Jung Yunho.
Bisa menjadi trainee di agensi ini saja sudah cukup beruntung.
Tentu saja mereka semua tidak ingin
dipecat langsung oleh Yunho sebelum debut.
“Selamat datang”
Mata besar Jaejoong tidak pernah bisa
berhenti mengerjap kagum setiap kali ia memasuki restoran mewah ini.
Restoran bawah tanah milik agensi
tempatnya bernaung memiliki standar yang sungguh tinggi.
Ia yang miskin tentu saja tidak akan
sanggup membayar makanan di tempat ini.
Justru karena itu ia selalu membawa
bekal.
Tapi Yunho suka membawanya ke sini dan
mentraktirnya makan.
Jaejoong memang merasa tidak enak, tapi
apa boleh buat.
Pria tampan itu yang berkuasa.
“Pesan makanan yang kau inginkan, seperti biasanya” Ujar Yunho setelah
mereka duduk berhadapan.
Jaejoong mengangguk, namun mata besarnya
masih menatap kotak bekalnya yang berbentuk kepala gajah.
“Aku akan memakan bekalmu untuk makan malam nanti” Ucap Yunho seakan tahu
isi kepala namja cantik itu.
Jaejoong terkejut.
Pipinya memerah, ini sudah kesekian
kalinya namja tampan itu membawa pulang bekalnya.
“Apa—masakanku enak?” Tanya Jaejoong takut-takut.
Yunho menaikkan alisnya.
Ia mengangguk.
Dan Jaejoong segera memasang senyum
lebar.
“Coffee latte dan sirloin steak” Ucap Yunho kepada sang
pelayan yang sudah menunggu di samping meja sejak tadi.
Jaejoong memegang buku menu-nya.
Ia bahkan tidak membukanya.
“Sajangnim pesankan punyaku” Ujarnya masih dengan senyum yang sama.
Pelayan itu menatap ngeri kepada
Jaejoong diam-diam.
Anak ini—berani sekali ia memerintah
Sajangnim! Pikirnya dalam hati.
Ia sudah mengira Jaejoong akan dipecat
detik itu juga.
Tapi kemudian matanya melebar saat Yunho
membuka buku menu dan berkata
kepadanya.
“Strawberry milkshake dan honey waffle”
“A-arasseo, Sajangnim!”
Pelayan tersebut segera berjalan cepat
meninggalkan meja mereka.
Jaejoong terkikik geli di kursinya.
Laki-laki itu pasti pelayan baru.
“Bagaimana latihanmu?” Tanya Yunho yang meneguk anggurnya.
Sementara Jaejoong menatap minat anggur
tersebut.
Tapi tentu saja, Yunho tidak pernah
mengizinkan pria cantik itu meminum minuman yang sama dengannya.
Jaejoong hanya boleh meminum jus atau
soda.
“Hmm, lancar, tapi masih belum cukup untuk terjun ke dunia hiburan”
Sahut Jaejoong.
“Kenapa?”
“Pengalamanku masih belum cukup, lagi pula, aku masih belum sehebat
senior-senior di agensi”
“Aku bisa membuatmu langsung menjadi model papan atas kalau kau mau”
“Ani, aku tidak mau, orang-orang akan membicarakanku”
“Kau tidak mau menuruti perintahku?”
Jaejoong tersenyum gugup.
“Maksudku, aku tidak mau kalau orang-orang akan kecewa padaku ketika
mereka melihatku menjadi seorang model tapi aku masih amatir”
Oh.
Yunho hanya mengangguk.
Memperhatikan setiap gerak dari namja
cantik itu.
Lihat, betapa lucunya remaja cantik itu
ketika ia bermain-main dengan garpu dan sendoknya.
“Selamat menikmati pesanan anda, Sajangnim”
Jaejoong mendongak, tersenyum kepada
sang pelayan yang sudah berganti dengan yang tadi.
Sepertinya pelayan yang tadi terlalu
gugup menghadapi Sajangnimnya yang begitu mengintimidasi.
“Terima kasih” Ujar Jaejoong manis.
Pelayan tersebut mengangguk.
Kemudian ia menunduk sopan dan segera
beranjak pergi dari sana.
Menghindari resiko kemarahan Yunho kalau
ia berlama-lama dengan namja cantik itu.
“Seperti biasa, makanan mahal memang enak, Sajangnim” Ujar Jaejoong
dengan senyum lebarnya.
Yunho hanya mendengus sombong.
Ia menjulurkan ibu jarinya mengusap krim
dari minuman Jaejoong yang menempel di bibir atasnya.
Membuat namja cantik itu otomatis
membeku.
Mata bulatnya mengerjap lucu menatap
Yunho.
Tapi pria tampan itu hanya tersenyum
tipis dengan kerennya.
Ih, menyebalkan, gumam Jaejoong dalam
hatinya.
-------
“Terima kasih sudah mengantarkanku pulang, Sajangnim”
“Ya, sama-sama”
“Uhm, mulai besok aku bisa naik bis, Sajangnim”
Jaejoong meringis ketika pria tampan
berusia 24 tahun itu menatap tidak senang kepadanya.
Ia menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal.
“Aku hanya tidak ingin merepotkanmu” Ujarnya pelan.
“Aku sama sekali tidak direpotkan olehmu, Kim Jaejoong” Balas Yunho
dingin.
Jaejoong mengangguk.
“Maafkan aku” Bisiknya.
“Mulai besok kau dilarang menolak segala perlakuanku, arasseo?” Ujar
Yunho menuntut.
Jaejoong mengangguk lagi. Ia tidak akan
berani untuk menolak.
“Bagus, aku pulang”
“Ya, hati-hati di jalan, Sajangnim”
Pintu mobil mewah itu tertutup, dan
segera melaju meninggalkan Jaejoong di depan rumah kumuhnya.
Rumah kecil berwarna putih yang hanya
memiliki dua kamar.
“Jaejoongie! Diantar Sajangnim lagi ya? Bawa makanan tidak?”
Jaejoong menoleh, menatap Junsu,
sepupunya yang sudah berdiri di depan pintu pagar.
Namja cantik itu tersenyum kecut, ia
menggeleng, yang segera saja membuat Junsu mendengus kecewa.
“Aku tidak enak untuk meminta pada Sajangnim” Ujarnya lesu.
“Kau kan bisa membeli makanan dengan uangmu sendiri” Cibir Junsu.
“Ya, lalu Sajangnim akan membawakan kedainya ke rumah”
Junsu tertawa mendengarnya.
Ia merangkul Jaejoong dan membawanya
masuk ke dalam rumah.
“Yah, dilihat dari sudut manapun, Sajangnim kaya itu menyukaimu, Joongie”
Ujar Junsu yang sudah duduk di atas karpet.
“Apa hanya uang saja yang ada di dalam kepalamu, Kim Junsu?” Gerutu
Jaejoong yang ikut duduk di atas karpet.
Junsu menyengir.
Yah, tapi tidak salah kalau Junsu hanya
memikirkan uang dan makanan enak sepanjang waktu.
Pria imut itu miskin dan sebatang kara.
Ia sudah lama ditinggalkan keluarganya.
Saat ia masih duduk di sekolah dasar,
orang tuanya menitipkannya di rumah Jaejoong dan tidak pernah kembali lagi
untuk menjemputnya.
Junsu dibuang, kepada seorang remaja
cantik yang hanya tinggal bersama dengan neneknya.
Tapi itu tidak berlangsung lama, karena
tidak lama setelah Junsu datang, nenek mereka meninggal karena sakit.
Sejak saat itu Junsu bekerja sambil
bersekolah.
Ia mengantar susu di pagi hari dan
bekerja sebagai pembawa acara radio di malam hari.
Sementara Jaejoong berambisi untuk
mencapai cita-citanya menjadi seorang model.
Ia juga bekerja, mengantar koran di pagi
hari sebelum pergi ke sekolah.
Hanya Junsu yang Jaejoong punya
sekarang.
Dan begitu juga sebaliknya.
“Kau sudah makan kan?” Tanya Jaejoong khawatir.
Jika namja imut itu belum makan, ia akan
keluar mencari makanan sekarang juga.
Junsunya tidak boleh lapar.
Namja imut itu butuh energi untuk
bersekolah.
Junsu dua tahun lebih muda dari
Jaejoong.
Tapi ia lebih suka memanggil Jaejoong
langsung dengan namanya.
“Sudah kok, kau tenang saja” Balas Junsu tersenyum lebar.
“Syukurlah, maafkan aku ya, makan enak tanpamu, nanti kalau aku sudah
jadi model terkenal, aku akan membawamu makan ke tempat yang mahal” Ujar
Jaejoong balas tersenyum.
Junsu mengangguk.
“Kau tidak ke studio radio hari ini?”
“Tidak, aku masuk besok malam”
“Kalau begitu ayo tidur, aku lelah sekali hari ini”
“Kajja”
Mereka berdua masuk ke dalam kamar
masing-masing dan segera telelap pulas.
Jaejoong mendesah pendek.
Ia sungguh tidak sabar menunggu hari di
mana ia bisa menjadi seorang model yang terkenal.
Biaya untuk trainee ini sungguh besar.
Membuatnya harus menghemat dengan benar.
Yunho memang menjadikannya anak emas di
agensi.
Tapi bukan berarti ia bisa dengan
seenaknya meminta namja tampan itu meng-gratiskan biaya trainee-nya kan?
“Lihat saja, sebentar lagi Kim Jaejoong akan terkenal!” Gumamnya penuh
semangat.
-------
BRUKK!
Jaejoong meringis ketika buku yang
ditumpuk di atas kepalanya terjatuh.
Ia berbalik dan mendapati tatapan tajam
dari pelatih.
“Mianhae” Ujar Jaejoong membungkuk.
“Ulangi” Sahut pelatih itu ketus.
Jaejoong mengangguk patuh.
Ia melirik para seniornya yang mencibir
ke arahnya.
Uh, ini tidak enaknya menjadi anak emas
dari pemilik agensi.
Orang-orang akan membencinya.
“Semuanya, perhatian!”
Eoh?
Jaejoong dan seluruh anggota trainee berbalik dan menatap salah satu
pelatih yang berdiri di depan dinding cermin.
Mata bulatnya mengerjap menatap seorang
remaja berpipi chubby yang terlihat keren dengan topi rajutnya.
“Ini Park Yoochun, baru saja direkrut dari Virginia. Ia akan menjadi
salah satu dari kalian. Perlakukan ia dengan baik, arasseo?!” Ujar sang pelatih
lantang.
“Ne! Arasseo!” Sahut seluruh trainee
kompak.
Pelatih itu menepuk punggung Yoochun dan
menepuk tangannya, menginstruksikan para trainee
agar mereka kembali berlatih.
Jaejoong sudah mengambil buku-bukunya
yang berserakan di lantai.
Perhatiannya teralihkan saat ia
mendapati sepasang sepatu kets yang ada di depannya.
Ia segera berdiri dan tersenyum membalas
senyuman dari namja bernama Yoochun itu.
“Salam kenal, namaku Kim Jaejoong” Ujar namja cantik itu ramah.
Yoochun mengangguk.
“Aku Yoochun, umurku 17 tahun” Balasnya.
Jaejoong tersenyum, ia mengacungkan ibu
jarinya.
“Kita sama!” Ujarnya.
Membuat Yoochun tertawa geli.
Ah, namja yang sungguh menarik,
pikirnya.
Ia memang sudah memperhatikan Jaejoong
sejak ia menginjakkan kaki di ruangan ini.
Wajah cantik itu benar-benar menarik
perhatian.
“Kau sedang apa?” Tanya Yoochun menaikkan alisnya ketika Jaejoong sudah
menumpuk buku tebalnya di atas kepala.
“Berlatih, apa lagi?” Balas Jaejoong masih dengan senyum manisnya.
Yoochun mengangguk.
Ia mengambil dua buku dari kepala
Jaejoong dan balas tersenyum.
Kemudian ia mengikuti latihan Jaejoong
dan berjalan di sampingnya.
“Benar kau dari Virginia?”
“Ya, hanya tinggal di sana sebentar”
“Itu negara bagian mana? Aku tidak pernah dengar”
“Aku juga bingung, yang jelas bukan di Korea”
Aih.
Namja cantik itu tertawa geli
mendengarnya.
“Kau lucu, pasti cocok kalau dijodohkan dengan Junsu” Ujar Jaejoong
melirik Yoochun.
“Junsu?”
“Ya, sepupuku, orang yang cerewet, tapi menyenangkan”
“Oh ya? Aku jadi ingin bertemu dengannya”
“Nanti main ke rumahku ya, kalau sempat, eh, kau tinggal di mana?”
“Tentu, aku tinggal di asrama agensi”
Jaejoong mengangguk.
Ia baru saja akan berbalik dan kembali
berjalan, namun perhatiannya sudah teralihkan ke pintu ruangan.
“Sajangnim” Gumamnya pelan.
Yoochun dan trainee lain berhenti berlatih.
Mereka terdiam memandang Yunho yang
sudah berjalan masuk mendekati Jaejoong.
“Ikut aku” Ujar Yunho dingin.
Jaejoong mengangguk patuh.
Ia melirik Yoochun dan tersenyum tipis kepada
namja chubby itu.
Kemudian segera berlari kecil mengikuti
Yunho.
“Siapa anak itu?” Tanya Yunho setelah mereka berada di dalam lift.
“Eh, trainee baru, dari
Virginia” Sahut Jaejoong menunduk.
Yunho berbalik.
Mendengus kepada Jaejoong.
“Jauhi dia, aku tidak suka”
“Tapi—”
“Apa?”
“Tapi aku tidak punya teman selain dia”
“Cukup berbicara denganku saja, tidak perlu ada orang lain”
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Ia menarik lengan jas Yunho dan
menatapnya memelas.
“Please?” Bisiknya.
Yunho menghela nafas.
“Berteman di ruang latihan saja” Ujar Yunho kemudian.
Jaejoong mengangguk, terpaksa puas
dengan jawaban itu.
“Sajangnim, kita mau ke mana? Ini belum jam makan siang”
“Ke rumahku”
“EEH?”
Yunho menarik tangan Jaejoong, tersenyum
licik kepadanya.
Membuat Jaejoong merasakan tulang
punggungnya dingin.
Oh—jangan bilang ada hal lain yang ia
tidak ketahui tentang Yunho?
“Kita akan melihat kamarmu, kau bisa mengubahnya kalau kau tidak suka”
“Ka-kamarku?”
“Ya, mulai besok kau akan tinggal bersamaku”
DEG.
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
Ia refleks melepaskan genggaman Yunho
pada tangannya, dan namja tampan itu segera menatap tajam kepadanya.
Jaejoong menggeleng.
“Tidak bisa begitu! Kau tidak bisa berbuat sesukamu kepadaku, Sajangnim!
Sudah cukup orang-orang di agensi tidak suka padaku, jangan membuatnya semakin
rumit!” Ujar Jaejoong kesal.
Yunho masih diam.
Menatap tajam mata bulat itu.
“Aku—lagipula aku masih trainee baru,
Sajangnim, aku tidak bisa. Aku juga punya Junsu di rumah yang harus kujaga, aku
tidak akan pernah meninggalkannya sendirian” Ujar Jaejoong memelankan nada
suaranya.
Mulai merasa tidak nyaman dengan
intimidasi dari Yunho.
“Siapa bilang kau bisa memutuskan?”
Jaejoong terkejut.
Ia menatap bingung wajah tampan yang
mulai menyeringai jahat itu.
“Kau akan tetap tinggal bersamaku, suka atau tidak”
Namja cantik itu memundurkan langkahnya
takut, tersentak ketika punggungnya menyentuh dinding lift.
Ia menatap Yunho yang terlihat
mengerikan saat ini.
Pria itu tidak terlihat seperti
biasanya.
Dan Jaejoong ingin lari saja dari tempat
ini kalau ia bisa.
“Kalau aku menolak? Tidak pergi ke rumahmu besok?” Cicit Jaejoong seraya
mengepalkan kedua tangannya.
Oh?
Yunho menaikkan alisnya.
Menikmati raut ketakutan namja cantik
itu.
“Silahkan katakan selamat tinggal pada impianmu” Ujarnya santai.
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
“Kau tidak bisa melakukan itu kepadaku, Sajangnim!” Pekiknya emosi.
Kedua matanya terasa panas sekarang.
Ia menatap Yunho seakan-alan namja
tampan itu adalah musuhnya.
“Aku memberimu keringanan, Kim Jaejoong, selama ini kau sudah menjadi
anak yang baik untukku, lalu kenapa sekarang membangkang hm?”
“Tapi—ini tidak masuk akal, aku punya rumahku sendiri, ada sepupuku di
sana, aku harus—”
“Menjaganya? Ia bisa menjaga dirinya sendiri”
“Sajangnim—”
Air mata Jaejoong jatuh.
Ia sadar tidak akan bisa menolak pria
kejam ini.
Yunho bisa saja berbuat sesuatu kepada
Junsunya untuk mengancamnya jika ia melawan.
“Ya, Jaejoong?”
“Kau harus berjanji kepadaku untuk selalu menjaga Junsu”
Yunho mengangguk.
Dengan bibir yang berkedut puas.
Ia akan memulainya dengan
perlahan-lahan.
Lalu Jaejoong akan jatuh ke dalam
pelukannya.
Ia harus memiliki namja cantik itu.
Harus.
Tidak peduli bagaimanapun caranya.
Kim Jaejoong tercipta hanya untuknya.
ehhh yunho..... warbiyasaaaahhh xD
BalasHapusseneng kalo liat karakter yunho dingin2 cool gimanaaaa gituuu xD
ehhh yunho..... warbiyasaaaahhh xD
BalasHapusseneng kalo liat karakter yunho dingin2 cool gimanaaaa gituuu xD
Yunho berkuasa jadi jae gak bakalan bisa melawan..kkk apakah junsu akan sndiri di rumah?
BalasHapusAhh... selamat datang yunho ku yg dingin,posessif
BalasHapusDan Jaejoong ku yg rapuh,ringkih dan tidak berdaya
hehehe selalu jd fave karakter ku utk yunjae
Keren,, posesif jung, jae gk berkutik kkkk :D
BalasHapusYunho jgn terkalu keras ama jaeeee....
BalasHapusLanjutka
New reader. Hehe.
BalasHapusSangat posesif kasian juga jongie
BalasHapusSangat posesif kasian juga jongie
BalasHapus