I
let you down, I know it’s over.
But
why am I hearing your voice calling my name?
For
a long time, I’m so sorry.
Dont
leave me.
Call
me again.
So
when are you coming home?
Here’s
my apology.
PART
6.
[ “Semuanya
akan baik-baik saja, Junchan. Fokus saja pada dirimu dan aku akan mengurus
diriku, ok? Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti, eh, solo singer?” ]
Kim Junsu menghela nafas panjang.
Namja berambut orange itu mengusap wajah imutnya dan menyandarkan punggungnya pada
sandaran sofa.
Sudah setahun berlalu.
Dan ia masih belum bertemu dengan sepupu
cantiknya itu.
Ia dan Jaejoong sudah terlalu lama
berpisah.
Junsu sama sekali tidak menyangka kalau
ia akan seterkenal ini setelah bergabung dengan agensi milik Changmin.
Pria berwajah kekanakan yang muncul
secara misterius di hadapannya di hari mereka kabur dari kediaman Jung Yunho.
Jadwal menyanyinya semakin padat hari ke
hari.
Membuatnya tidak bisa meluangkan sedikit
waktu untuk menemui sepupunya itu.
Oh—Junsu sangat merindukannya.
Tapi kemudian ia tersenyum lucu
mengingat pertemuan tidak sengajanya dengan Yoochun beberapa waktu yang lalu
ketika namja chubby itu melakukan pemotretan di Jepang.
[ “Kau tidak akan percaya,
Jaejoong menjadi perbincangan banyak orang saat ini!” ]
“Junsu-ssi?”
Namja imut itu tersentak kaget.
Ia berdiri dari duduknya dan mendapati
salah satu staff membuka pintu
ruangannya dan tersenyum sopan seraya menyerahkan sesuatu kepadanya.
Sebuah majalah dengan wajah cantik yang
familiar di cover depannya.
Model cantik yang sedang naik daun bulan
ini.
Kim Jaejoong.
“Seperti biasanya” Ujar wanita manis itu lembut.
Junsu mengangguk dan mengucapkan ucapan
terima kasih.
Lalu ia kembali duduk di kursinya dan
mendesah pendek.
Memperhatikan dengan penuh kagum pose
menantang dari namja cantik itu.
Rambut almond-nya yang lurus berubah menjadi ikal tak tersisir.
Ia berbaring di atas sofa yang terjatuh
dengan wajah yang mendongak secara terbalik.
Sementara wajah cantiknya memperlihatkan
ekspresi arogan.
Oh—Jaejoong sudah sejauh ini ternyata.
Junsu tidak bisa mengatakan betapa
bangganya ia.
Akhirnya jadi model eh?
Namja imut itu terkikik geli.
Ia sungguh tidak sabar untuk bertemu
dengan sepupu berisiknya itu lagi.
Ia tidak tahan untuk memamerkan kepada
namja cantik itu tentang berapa banyak pendapatannya selama ini. Ia bahkan
tidak pernah kelaparan lagi sekarang.
Sementara ia menunggu waktu yang tepat,
ia hanya bisa memuaskan dirinya dengan mengoleksi setiap majalah yang memuat
foto Jaejoong.
“Pose yang sangat menggoda!”
Junsu menoleh, menatap manajernya yang
memekik seraya merebut majalah yang ada di tangan Junsu.
Pria imut itu mengerutkan dahinya.
“Menggoda? Menurutku ia terlihat aneh, apa lehernya tidak sakit dengan
posisi seperti itu?” Gumam Junsu bingung.
Makoto-chan—manajer Junsu—terkikik geli
mendengar komentar dari penyanyi polosnya.
“Kuharap Joongie tidak harus masuk rumah sakit karena lehernya yang
patah” Sambung Junsu lagi.
“Kau ini! Ini sedang trend tahu!”
Ujar Makoto-chan mencebilkan bibirnya.
Junsu tersenyum congkak.
Namja imut itu berkacak pinggang dan
menaikkan alisnya.
“Kau mencoba menguji kemampuan bahasa inggrisku eh? Aku tahu kalau trend itu maksudnya teman. Tapi kau
salah, aku dan Jaejoong itu sepupu, kami bukan sekedar teman!”
Oh—Makoto-chan memutar bola matanya.
-------
“Joongie, ireona”
Namja cantik itu mengerutkan dahinya
seraya membuka kedua mata besarnya.
Ia mendengus dan mendudukkan dirinya.
“Apakah ia sudah pulang?”
Wanita paruh baya itu tersenyum tipis mendengar
pertanyaan yang selalu keluar dari bibir ranum itu setiap kali mereka bertatap
muka.
Ia menghela nafas dan menggeleng pelan.
Membuat Jaejoong menopang dirinya dengan
kedua tangannya.
“Ini sudah setahun, dan ia masih membiarkanku menunggu” Ujar Jaejoong
sedih.
“Jae, kita tidak pernah tahu kapan ia akan kembali, bahkan ia mengatakan
kalau ia tidak tahu—”
“Gwenchana”
“Jae”
“Setahun bukan masalah..Sepuluh—Sepuluh tahunpun akan kutunggu, Bibi”
Oh—wanita paruh baya itu menjulurkan
tangannya, mengusapi wajah sembab Jaejoong.
Ia menghela nafas dan tersenyum kecil.
“Manajermu menelepon beberapa menit yang lalu. Ia bilang kau ada jadwal
satu jam lagi”
“Baiklah”
“Jae, tidak bisakah kau beristirahat satu hari saja? Apa kau tidak kasihan
dengan tubuhmu eoh?”
Namja cantik itu tersenyum kecut.
Ia menggeleng lemah.
“Aku harus bekerja keras, Bibi. Aku tidak bisa berhenti. Aku akan
membuat dunia mengenalku, lalu Yunho akan melihatku dan ia akan pulang”
Oh—Bibi Hwang terdiam.
Ia menahan nafasnya melihat air mata
yang menetes jatuh membasahi pipi tirus namja cantik itu.
Jaejoong sudah melakukan yang terbaik
yang ia bisa.
Pria cantik itu bahkan hanya mendapatkan
satu atau dua jam untuk tertidur pulas.
Selebihnya ia disibukkan dengan pekerjaan.
Wanita paruh baya itu menghapus air mata
Jaejoong dan tersenyum.
“Jja, mandilah, kau akan lebih segar setelah berendam”
“Ya, terima kasih”
Bibi Hwang beranjak meninggalkan
ruangan.
Meninggalkan Jaejoong sendirian di kamar
besar itu.
Kamar milik Yunho.
Kamar yang ia tempati sejak ia
kehilangan namja tampan itu.
Jaejoong mengusap wajahnya.
Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh
sudut ruangan seraya bersandar pada kedua tangannya yang menumpu di atas
ranjang.
DEG.
Jaejoong terkejut ketika ia melihat
Sajangnimnya sedang bersandar di dekat pintu kamar.
Dengan setelan jas armaninya yang
berwarna hitam.
Wajah tampan itu tampak angkuh, dengan
seringai menyebalkan andalannya.
[ “Ya,
aku baru saja mencumbu bibir manismu itu, kau bisa merasakanku?” ]
Jaejoong
menggeleng kuat.
Ia memejamkan
mata bulatnya dan kembali mendongak ke arah dinding.
Kosong.
Tidak ada
siapapun di sana.
Namja cantik itu
tertawa lirih.
Ia menghapus air
matanya yang berjatuhan.
Ya Tuhan, ia
kembali berimajinasi sekarang.
“Tenangkan dirimu, Kim Jaejoong...Yunho belum
pulang, ia tidak ada di sini..Jangan berhalusinasi, please” Gumam Jaejoong panik.
Namja cantik itu
berbalik dan meraih boneka beruang besar yang pernah dibelikan Yunho untuknya.
Ia memeluk benda
itu sekuat mungkin dan terus merapalkan ucapan yang sama.
Yoochun pernah
membawakan seorang psikolog untuknya karena ia tidak pernah bisa untuk tenang.
Wanita bernama
Park Sooji itu memberitahunya kalau ia memiliki ciri skizofrenia, dan itu hal
mengerikan yang bisa merebut karier modelnya.
“Yunho akan pulang..Ia akan kembali..” Gumam
Jaejoong berulang-ulang.
Please, Yunho.
Jangan biarkan aku menunggu lebih lama lagi.
Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku lebih dari
ini.
Aku tidak ingin ketakutanku mengambilmu dariku.
-------
“Aku ingin mengubah image dengan ini”
“Jae, kurasa kau tidak mengerti, tidak banyak
klien yang akan menyetujui ide gilamu itu”
“Justru itu akan menjadi ciri khasku, Nuna.
Kim Jaejoong akan menjadi satu-satunya model yang tampil bersama boneka
beruangnya”
“Ini kekanak-kanakan, Jae! Kau itu bukan
bocah berumur lima tahun! Astaga, bagaimana caranya aku menjelaskan kepada
agensi?”
Jaejoong menatap
tajam wanita berambut panjang itu.
Ia bersandar di
sandaran sofa ruang tunggunya dan menyilangkan kakinya angkuh.
“Take
it or not at all, its easy” Ujarnya dengan nada rendah.
“Aku akan menghubungi Yoochun” Balas manajer
cantik itu cepat.
Jaejoong
mendengus.
Membiarkan Sora
Nuna berbuat sesuka hatinya.
Eoh? Menghubungi
Yoochun? Seperti pria chubby itu adalah atasannya saja.
“Yoochun ingin bicara” Ujar Sora seraya
menyerahkan ponselnya kepada Jaejoong setelah beberapa saat ia bercerita kepada
model cassanova itu.
Jaejoong
mengambil ponsel itu dengan malas-malasan.
“Ya?”
“Sora Nuna
bilang kau sudah gila”
Ufh.
Jaejoong menahan
senyum gelinya.
“Ya, ia seratus persen benar. Aku sudah gila”
“Ya!
Kim Jaejoong!”
“Hahahaha~! Kau lucu sekali, Chun ah”
“Shit,
Jae, aku sedang pemotretan sekarang, beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi”
“Kau ingat apa yang dikatakan Park Sooji
waktu itu?”
“...”
“Yoochun?”
“Ya,
ketertarikanmu terhadap penyakit aneh itu”
Jaejoong
tersenyum kecut.
Ia melirik
boneka raksasa yang hampir setinggi tubuhnya itu dan mengusap bulu lembutnya.
“Entahlah, mungkin karena ini satu-satunya
hal yang membuatku terikat dengan Yunho, aku merasa bisa mengendalikan diriku
selama aku bersama benda ini. Menggelikan sekali bukan?”
“Ceritakan
padaku bagaimana caranya beruang bodoh itu bekerja”
“Halusinasi tentang Yunho berhenti setiap
kali aku bersama benda ini. Aku tahu aku sadar dari delusi ketika aku
bersentuhan dengan benda ini, Yoochun. Ia menarikku kembali ke kenyataan”
“...”
“Yoochun!”
“Fuck,
Kim Jaejoong! Katakan pada Sora Nuna untuk menyetujui ide gilamu itu!”
Sambungan
telepon itu terputus.
Menyisakan
Jaejoong yang tersenyum puas dengan mata yang berkilat-kilat menatap Sora Nuna.
Sementara
manajer cantik itu sudah mengusap wajahnya pasrah.
“Kuharap agensi tidak mempermasalahkan hal
ini” Gumamnya lelah.
Jaejoong
mengangkat bahunya.
-------
SRAK.
SRAK.
SRAK.
Setumpuk majalah
kelas atas dijatuhkan ke atas meja begitu saja oleh pria tampan yang kini telah
membangun agensi lain di London.
Pria bermata
musang itu bersidekap memperhatikan setiap cover
yang ada pada majalah-majalah tersebut.
Cover yang dihiasi oleh foto dari model yang
sama pada setiap serinya.
Model cantik
berambut blonde dengan image barunya.
Direktur tampan
itu bersandar pada sandaran kursinya.
Memperhatikan setiap
foto yang ada dengan tatapan penuh luka.
Mata musangnya
jatuh pada sebuah cover berwarna
hitam putih di mana Jaejoong sedang berbaring di atas lantai dengan boneka
beruang besar yang menindih tubuhnya.
Mata bulat itu
terpejam, menggigit bibir ranumnya memberikan ekspresi tersiksa namun dirundung
nikmat.
Kemudian ia
berpaling, memperhatikan cover lain
di mana Jaejoong duduk di sofa besar berwarna putih dengan kemeja berwarna sama
yang kebesaran di tubuhnya.
Kaki jenjangnya terekspose
bebas tanpa bawahan, sedikit mengangkang dengan satu tangan yang menggenggam
tangan boneka yang menjadi ikonnya di samping kiri.
Kedua mata
besarnya menantang kamera, dengan ekspresi yang kosong.
Tanpa kehidupan
di dalamnya.
“Shit!
Apa maumu sebenarnya, Kim Jaejoong?!” Pekik namja tampan itu berang.
Ia mengusap
wajah arogannya dan menggertakkan giginya.
Berpuluh minggu
namja cantik itu menghilang darinya.
Tapi kini ia
kembali muncul dengan cara yang sama sekali tidak terduga olehnya.
Namja cantik itu
berhasil meledakkan kepopularitasannya dengan image yang tidak lepas dari boneka beruang raksasanya.
Boneka pemberian
Yunho di kencan mereka dulu.
Yunho
menggeleng.
Mencoba
mengabaikan kelakuan Jaejoong yang seakan memberinya pesan tersembunyi.
“Tidak Yunho, berhentilah terobsesi
kepadanya. Ia membencimu. Karena itu ia kabur darimu” Gumam Yunho mendoktrin
kepalanya.
Ia mendesah
pendek dan menyusun majalah-majalah tersebut di sudut meja.
Kemudian membuka
laptopnya dan kembali fokus pada pekerjaannya.
Ya, Yunho sudah
menekan dirinya.
Ia mencoba untuk
berhenti menantikan Kim Jaejoong.
Ia sudah
menyerah sejak lama.
Sejak ia
memutuskan untuk pindah ke London dan menjauh dari segala hal yang bisa
mengingatkannya akan namja cantik itu.
Jaejoong harus
tahu bahwa ia sudah menolaknya.
Jaejoong harus
tahu bahwa ia bukanlah pria yang sama lagi.
Jaejoong harus
tahu bahwa ia terluka karenanya.
Namja cantik itu
harus mengerti bahwa Yunho menahan segala perasaannya sampai saat ini agar ia
merasakan hal yang sama.
Huh.
Jung Yunho menyeringai
kejam.
Ia mengepalkan
jemarinya erat dengan mata musangnya yang berkilat-kilat angkuh.
Kau akan tahu, Kim Jaejoong.
Ketika luka dibalas dengan luka.
“Elaine, atur
jadwal kepulanganku ke Seoul minggu depan” Ujar Yunho melalui wireless earphone-nya.
-------
“Selamat, Kim Jaejoong! Kau model terbaik
yang kami luncurkan sejauh ini! Popularitasmu semakin melesat sejak kita
mengganti image-mu!”
Direktur dari
agensi baru Jaejoong tersenyum puas setelah ia mengucapkan ucapan selamatnya.
Model cantik itu
membungkuk sopan.
Ia ikut
tersenyum.
Senyum yang
selama ini menjadi kamuflasenya.
“Aku mengadakan pesta ini untukmu, nikmatilah!
Aku juga mengundang direktur dari Paris dan London, kedua pria yang sangat
berpengaruh dalam industri hiburan Korea!”
DEG.
Namja cantik itu
tersentak kaget setelah mendengar ucapan sang Direktur.
Mata bulatnya
mengerjap cepat dan tenggorokannya tercekat.
Apa?
Apa katanya?
London?
Mendadak bibir
Jaejoong terasa kering.
Ia memeluk
boneka kesayangannya dengan erat.
Menenggelamkan
hidungnya di puncak kepala boneka besar itu.
Menghirup aroma lavender yang menguar dari sana.
“So—Sora Nuna, apakah—”
“Ya? Ada apa?”
Ucapan Jaejoong
terhenti ketika Yoochun muncul dari balik pintu masuk ruangan dan tersenyum
puas kepadanya.
Namja cantik itu
tersenyum kaku, membalas perlakuan Yoochun kepadanya.
“Tidak kusangka ide gilamu berhasil sejauh
ini! Kau memang mengagumkan! Eoh, apa kau memang dilahirkan menjadi seorang
model hah?” Ujar Yoochun tertawa geli.
Jaejoong
mendengus.
“Baiklah, tidak ada lagi yang bisa
mengalahkan Kim bersaudara ini! Apa kau tahu kalau Junsu dinominasikan sebagai
penyanyi paling berbakat di ajang musik bergengsi tahun ini?”
“Mwo? Yang benar saja?! Bebek maniak uang
itu?!”
Tawa Yoochun
meledak ketika mendengar sebutan yang Jaejoong berikan untuk sepupu polosnya.
Ia menggeleng
geli dan terkikik.
“Ya, dan kurasa ini sudah saatnya untukmu
mengatur jadwal agar bisa melakukan pemotretan di Jepang lalu bertemu
dengannya! Ia sudah sangat sangat merindukanmu, Jae” Ucap Yoochun dengan wajah
berserinya.
Jaejoong
mengangguk.
Ia tertawa.
“Aku juga tidak sabar lagi ingin bertemu
dengannya! Oh!—Bisa kau bayangkan seperti apa ia sekarang? Demi Tuhan,
rambutnya orange!” Pekik Jaejoong
heboh.
Yoochun baru
saja akan membalas ucapan sahabat baiknya.
Namun ia malah
tersenyum sopan hingga membuat Jaejoong mengerutkan dahinya dan berbalik ke
belakang.
Oh—Direkturnya
yang sungguh baik hati ternyata.
“Jae, agensi dari Paris ingin bertemu
denganmu, ia membawa penerjemahnya, tenang saja” Ujar sang Direktur tersenyum
penuh.
Jaejoong
berdehem.
Melirik Yoochun
yang mengangguk kepadanya.
Lalu ia
membungkuk sopan.
Namja cantik itu
mengerjapkan mata bulatnya kagum ketika ia berhadapan dengan seorang pria asing
yang sungguh tampan dan berwibawa.
Pria asing itu
tersenyum ramah kepadanya.
Kemudian ia
mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti Jaejoong.
Hingga membuat
namja cantik itu mengalihkan perhatiannya kepada sang penerjemah.
“Senang bertemu denganmu, Kim Jaejoong. Namaku
Pierre. Foto yang kau hasilkan selalu luar biasa. Kau benar-benar berbakat”
“Terima kasih atas pujiannya”
“Kau jauh lebih cantik daripada di foto.
Kesempatan yang baik sekali kita bisa bertemu di sini”
“Sekali lagi terima kasih, Direktur bilang
ada hal penting yang ingin anda sampaikan kepadaku?”
“Ya, aku ingin menawarimu sebuah kontrak
eksklusif untuk menjadi modelku. Direkturmu sudah menyetujui hal ini. Agensiku
akan bekerja sama dengan agensinya. Hanya saja kali ini kau berada di bawah
pengawasanku”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Apa?
“You’re
going to Paris! Its time to spread wide your wings!” Ujar Direktur asing
itu sumringah.
“I—Ini sungguh kabar yang luar biasa” Gugup
Jaejoong meremas boneka besarnya.
Pierre
tersenyum.
“Kau akan mengambil tawaran emas ini, kan?”
Tanya si penerjemah ikut tersenyum.
Jaejoong
menaikkan alisnya.
Ia baru saja
akan menyahut.
Namun
perhatiannya teralihkan kepada pintu ruangan yang terbuka lebar dan orang-orang
asing berjalan rapi memasuki ruangan.
Namja cantik itu
menaikkan alisnya.
Dan kemudian
waktu seakan berhenti ketika mata bulatnya menangkap sesosok namja tampan yang
selama ini ditunggunya berjalan di antara para pria asing itu.
Jantung Jaejoong
berdebar dengan sangat kencang.
Tubuhnya bergetar,
ia mencengkram erat boneka beruangnya.
Ya Tuhan, ini
nyata.
Ini bukan
delusinya.
Pria itu ada! Ia
ada di sana!
“J—Jung Yunho?” Lirih Jaejoong tanpa sadar
meneteskan air matanya.
Pierre terkejut
ketika melihat wajah basah Jaejoong.
Tapi model cantik
itu tidak peduli.
Ia terus menatap
ke arah pria arogan yang sudah berbincang dengan Direkturnya di sudut ruangan.
DEG!
Jaejoong
terkejut setengah mati ketika mata musang itu bertemu pandang dengannya.
Kaki Jaejoong
terasa lemas.
Bibir ranumnya
berkedut, menarik sebuah senyuman bahagia yang kentara.
Namun sedetik
kemudian senyum itu menghilang saat Yunho mengalihkan pandangannya.
Pria itu tidak
mengacuhkan kehadirannya.
Jaejoong shock.
Apa—apa itu
tadi?
Yunho tidak
mempedulikannya?
“Jaejoong, kau baik-baik saja?” Si penerjemah
bersuara khawatir.
Namja cantik itu
tersentak kaget.
Ia menoleh
menatap Pierre dengan matanya yang basah.
“Bi—Bisakah—Aku memikirkannya terlebih
dahulu? Tentang—Kontrak itu” Ujar Jaejoong terbata-bata.
Pierre
mengerutkan dahinya setelah mendengar penerjemahnya berbicara.
Lalu ia
mengangguk setuju.
Dan Jaejoong
segera berlari meninggalkan ruangan.
-------
Jaejoong
mengetuk pintu rumah besar itu dengan brutal.
Ia bahkan
memencet bel dengan tidak sabar.
Ketika pintu itu
terbuka oleh Bibi Hwang ia segera menodong wanita paruh baya itu dengan
rentetan pertanyaan.
“Apakah Yunho ada? Ia sudah kembali kan,
Bibi? Apa ia akan tinggal?” Pekik Jaejoong tidak sabar.
Wanita paruh
baya itu menaikkan alisnya mendapati Jaejoong yang terlihat berantakan di
hadapannya saat ini.
Ia baru saja akan
menjawab, namun suaranya mendadak tercekat.
Bibi Hwang
melebarkan matanya ketika ia melihat sosok Yunho yang kini sudah berdiri di
belakang Jaejoong.
Pria tampan itu
menaruh telunjuknya di depan bibir, menginstruksikan kepada wanita paruh baya
itu agar ia berpura-pura tidak menyadari kehadirannya.
Bibi Hwang
segera mengalihkan atensinya kepada Jaejoong yang masih menatap penuh harap
kepadanya.
“Tuan muda Jung tidak tinggal di sini lagi,
Joongie, memang benar ia baru saja kembali dari London, tapi ia sama sekali
tidak kembali ke rumah ini” Ujar wanita paruh baya itu sedih.
“Aku bertemu Yunho di kantor tadi pagi,
Bibi...Tapi ia mengalihkan pandangannya dariku...Apa—ia sudah benar-benar membenciku?”
Bisik Jaejoong dengan tangisnya yang pecah.
Wanita paruh
baya itu tidak sanggup menahan air matanya. Ia ikut menangis melihat keadaan
Jaejoong yang begitu menyedihkan.
Sementara Yunho
masih di sana. Mendengarkan semua percakapan yang terjadi di depannya.
Jaejoong terisak lirih.
Meremas dada kirinya yang begitu
sakit.
Jadi seperti inikah? Seperti inikah sakitnya, Yunho ah?
“Aku...Aku akan menerima tawaran untuk bekerja di
Paris...Aku—akan berangkat secepatnya...Hiks..Aku tidak bisa lagi berada di
sini, Bibi...Yunho—Yunho membenciku, ia tidak ingin melihatku lagi..Hiks..”
“Joongie—”
“Bolehkan aku masuk? Ada yang ingin kulakukan..Sebentar saja..”
Bibi Hwang mengangguk, membiarkan
Jaejoong melangkah memasuki rumah besar itu dan beranjak menuju kamar yang
selama ini ia tempati.
Kamarnya dan Yunho dulu. Ketika
cinta itu masih ada.
Pria tampan bermata musang itu ikut
melangkah, mengikuti jejak Jaejoong yang masih tidak menyadari akan
kehadirannya.
Yunho bersembunyi di balik pintu
kamar yang terbuka.
Memperhatikan Jaejoong yang terduduk
di pinggir ranjang kamar mewah itu.
Pria cantik itu tampak frustasi.
Ia menutup wajahnya dengan kedua
tangan.
Menggigit bibirnya erat berusaha
menghentikan tangisnya yang terus mengalir.
Lalu ia bangkit dari duduknya dan
mengusap wajah pucatnya yang sembab, membuka lemari pakaian milik Yunho dan
terdiam di depan sana.
Sedetik kemudian ia tersenyum pedih
seraya mengambil satu kemeja Yunho yang masih tergantung di sana setelah
setahun ini.
Pria cantik itu meringis, mencium
kemeja tersebut berusaha mendapatkan aroma citrus
milik Yunho.
Jaejoong terduduk lemah di atas
lantai. Ia memeluk erat kemeja tersebut dan menumpahkan tangisnya.
“Maafkan aku, Yunho...” Lirih Jaejoong terisak.
Namja cantik itu menghembuskan nafas
panjang beberapa kali.
Kemudian ia mengedarkan pandangannya
beberapa saat, lalu beranjak dari kamar tersebut dengan kaki yang berlari.
Meninggalkan Yunho yang masih
berdiri di sana tanpa diketahuinya.
Menatap penuh luka punggung
sempitnya.
Ia menggeleng.
Belum saatnya, Kim Jaejoong.
Belum.
Kau harus merasakan kesakitanku terlebih dulu.
Kau harus merasakan luka yang kau tabur.
Bibir Yunho berkedut.
Menarik sebuah seringai menyedihkan.
Tidak menyadari air matanya yang
jatuh membasahi pipi kirinya.
-------
Sora Nuna bersidekap di depan pintu
kamar modelnya.
Ia menatap sedih namja cantik yang
terlihat begitu menyedihkan itu.
Wanita cantik itu mendudukkan
dirinya di atas lantai, bersandar pada pintu kamar Jaejoong yang tertutup.
Sementara mata sipitnya terus
memperhatikan Jaejoong yang tidak berhenti menangis di atas ranjangnya.
Dengan jemari yang tidak berhenti
memeluk erat boneka beruang kesayangannya.
Sora memang tidak mengerti apa yang
sedang terjadi.
Ia tidak bisa bertanya.
Jaejoong mendorongnya setiap kali ia
mencoba untuk mendekat.
Yoochun masih ada jadwal, pria itu
tidak bisa menolongnya saat ini.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan
adalah menunggu Jaejoong berhenti menangis dan menjelaskan sesuatu kepadanya.
Ya Tuhan, Sora begitu khawatir.
Apa yang telah dilalui Jaejoong
hingga ia begitu frustasi seperti itu?
Tangisannya bahkan membuat Sora ikut
meneteskan air mata.
Manajer cantik itu mengangkat
wajahnya ketika ia melihat Jaejoong beranjak duduk dari baringnya.
Model cantik itu mengusap air matanya
dan mengambil kemeja berwarna putih yang ia bawa pulang entah dari mana.
Namja cantik itu mendudukkan boneka
besarnya dengan benar.
Kemudian ia menatap lama mata bulat
boneka beruang itu.
Membuat Sora mengerutkan dahinya
setelah beberapa menit berlalu Jaejoong masih berdiam diri.
Wanita cantik itu refleks berdiri
dari duduknya ketika ia melihat Jaejoong tersenyum.
Jenis senyum yang tidak pernah Sora
lihat sejauh ia mengenal Kim Jaejoong.
Namja cantik itu memakaikan kemeja
yang ia pegang pada beruang besar itu.
Kemudian ia tertawa geli.
“Apakah London begitu menyenangkan? Lihatlah betapa gendutnya dirimu
sekarang. Kemeja ini bahkan tidak bisa kukancingkan untukmu, Yunnie yah”
DEG.
Kim Sora membulatkan mata sipitnya.
Tidaaak..
BalasHapusjae, cepet sembuh yaa :(
Next chapter semoga appa udah dateng buat nymbuhin umma..
authornim, karyamu selalu jadi favoriiit
semoga author bisa jadi penulis yang diakui Indonesia..alurnya, ide ceritany, settingnya, kece bangeeeet :D
keren..
BalasHapuslanjut dong..
penasaran nih..
Astaga! Nggak nyangka banget! Jaejoongnya jadi gila? dia gila? gila? gilaaaaa???
BalasHapusAuthornim memang yang terbaik. Ceritanya ngga pernah pasaran, ngga disangka2, pokoknya luaaarrr biasa deh (y)
Astagaaa..
BalasHapus.yunhoo.
Aku udh nebak sih jj bkal nyesel...tp gk gini2 jga...
Pliss tlg hentikan jj dr obsesi n kgilaan nya....
Yunhoo...jgn trllu kejam....klian it sma2 trluka...miris bgt nasip mreka b2.
nangis lagi nangis lagi
BalasHapusHuaaa, hiks, yunho cukup kasian jae.
BalasHapusKeren ceritanya moga yunho liat keadaan jae yg sekarang, biar sadar bahwa mereka sama2 saling membutuhkan, semoga chapter depan cepet update, penasarannnn, semangat nulisnya authornim :)
Hiks jaejoong kasihan banget...ia menganggap boneka itu yunho?..jangan sampai jae jadi gila karena merindukan yunho..yun cepatlah temui jaejoong jangan balik menyakitinya..
BalasHapusAppaaaaa.... hueeeee mo sampe kpn hukum emak T_T udah dong cukup nyesek nge bayangin JJ semenderita itu *shella tjakep bgt dah bikin readers nya mewek
BalasHapusJunjun yah~~ please bikin pengen nyubit pipi nya gemes udah ganti y dr friend jd trend kkk~~
Next chap ditunggu author nim love you
Appaaaaa.... hueeeee mo sampe kpn hukum emak T_T udah dong cukup nyesek nge bayangin JJ semenderita itu *shella tjakep bgt dah bikin readers nya mewek
BalasHapusJunjun yah~~ please bikin pengen nyubit pipi nya gemes udah ganti y dr friend jd trend kkk~~
Next chap ditunggu author nim love you
jahaaaattt... yunppa jahat.. i hate you!! masa tegaan sama jaemma?? kalau jaemma.a gila baru tau rasa...
BalasHapussedih deh liat jae segitunya kesakitan,.. gag bisa berenti air mata ku... shella tgg jawab..
lanjutkan smpe end yaa... :)