This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Kamis, 22 Oktober 2015

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/APOLOGY/PART 6



I let you down, I know it’s over.
But why am I hearing your voice calling my name?
For a long time, I’m so sorry.

Dont leave me.
Call me again.
So when are you coming home?

Here’s my apology.

PART 6.

  [ “Semuanya akan baik-baik saja, Junchan. Fokus saja pada dirimu dan aku akan mengurus diriku, ok? Kita akan bertemu lagi suatu hari nanti, eh, solo singer?” ]

Kim Junsu menghela nafas panjang.
Namja berambut orange itu mengusap wajah imutnya dan menyandarkan punggungnya pada sandaran sofa.
Sudah setahun berlalu.
Dan ia masih belum bertemu dengan sepupu cantiknya itu.
Ia dan Jaejoong sudah terlalu lama berpisah.

Junsu sama sekali tidak menyangka kalau ia akan seterkenal ini setelah bergabung dengan agensi milik Changmin.
Pria berwajah kekanakan yang muncul secara misterius di hadapannya di hari mereka kabur dari kediaman Jung Yunho.

Jadwal menyanyinya semakin padat hari ke hari.
Membuatnya tidak bisa meluangkan sedikit waktu untuk menemui sepupunya itu.

Oh—Junsu sangat merindukannya.

Tapi kemudian ia tersenyum lucu mengingat pertemuan tidak sengajanya dengan Yoochun beberapa waktu yang lalu ketika namja chubby itu melakukan pemotretan di Jepang.

  [ “Kau tidak akan percaya, Jaejoong menjadi perbincangan banyak orang saat ini!” ]

  “Junsu-ssi?”

Namja imut itu tersentak kaget.
Ia berdiri dari duduknya dan mendapati salah satu staff membuka pintu ruangannya dan tersenyum sopan seraya menyerahkan sesuatu kepadanya.

Sebuah majalah dengan wajah cantik yang familiar di cover depannya.
Model cantik yang sedang naik daun bulan ini.
Kim Jaejoong.

  “Seperti biasanya” Ujar wanita manis itu lembut.

Junsu mengangguk dan mengucapkan ucapan terima kasih.
Lalu ia kembali duduk di kursinya dan mendesah pendek.
Memperhatikan dengan penuh kagum pose menantang dari namja cantik itu.
Rambut almond-nya yang lurus berubah menjadi ikal tak tersisir.
Ia berbaring di atas sofa yang terjatuh dengan wajah yang mendongak secara terbalik.
Sementara wajah cantiknya memperlihatkan ekspresi arogan.

Oh—Jaejoong sudah sejauh ini ternyata.

Junsu tidak bisa mengatakan betapa bangganya ia.
Akhirnya jadi model eh?
Namja imut itu terkikik geli.
Ia sungguh tidak sabar untuk bertemu dengan sepupu berisiknya itu lagi.
Ia tidak tahan untuk memamerkan kepada namja cantik itu tentang berapa banyak pendapatannya selama ini. Ia bahkan tidak pernah kelaparan lagi sekarang.

Sementara ia menunggu waktu yang tepat, ia hanya bisa memuaskan dirinya dengan mengoleksi setiap majalah yang memuat foto Jaejoong.

  “Pose yang sangat menggoda!”

Junsu menoleh, menatap manajernya yang memekik seraya merebut majalah yang ada di tangan Junsu.
Pria imut itu mengerutkan dahinya.

  “Menggoda? Menurutku ia terlihat aneh, apa lehernya tidak sakit dengan posisi seperti itu?” Gumam Junsu bingung.

Makoto-chan—manajer Junsu—terkikik geli mendengar komentar dari penyanyi polosnya.

  “Kuharap Joongie tidak harus masuk rumah sakit karena lehernya yang patah” Sambung Junsu lagi.

  “Kau ini! Ini sedang trend tahu!” Ujar Makoto-chan mencebilkan bibirnya.

Junsu tersenyum congkak.
Namja imut itu berkacak pinggang dan menaikkan alisnya.

  “Kau mencoba menguji kemampuan bahasa inggrisku eh? Aku tahu kalau trend itu maksudnya teman. Tapi kau salah, aku dan Jaejoong itu sepupu, kami bukan sekedar teman!”

Oh—Makoto-chan memutar bola matanya.


-------


  “Joongie, ireona”

Namja cantik itu mengerutkan dahinya seraya membuka kedua mata besarnya.
Ia mendengus dan mendudukkan dirinya.

  “Apakah ia sudah pulang?”

Wanita paruh baya itu tersenyum tipis mendengar pertanyaan yang selalu keluar dari bibir ranum itu setiap kali mereka bertatap muka.
Ia menghela nafas dan menggeleng pelan.
Membuat Jaejoong menopang dirinya dengan kedua tangannya.

  “Ini sudah setahun, dan ia masih membiarkanku menunggu” Ujar Jaejoong sedih.

  “Jae, kita tidak pernah tahu kapan ia akan kembali, bahkan ia mengatakan kalau ia tidak tahu—”

  “Gwenchana”

  “Jae”

  “Setahun bukan masalah..Sepuluh—Sepuluh tahunpun akan kutunggu, Bibi”

Oh—wanita paruh baya itu menjulurkan tangannya, mengusapi wajah sembab Jaejoong.
Ia menghela nafas dan tersenyum kecil.

  “Manajermu menelepon beberapa menit yang lalu. Ia bilang kau ada jadwal satu jam lagi”

  “Baiklah”

  “Jae, tidak bisakah kau beristirahat satu hari saja? Apa kau tidak kasihan dengan tubuhmu eoh?”

Namja cantik itu tersenyum kecut.
Ia menggeleng lemah.

  “Aku harus bekerja keras, Bibi. Aku tidak bisa berhenti. Aku akan membuat dunia mengenalku, lalu Yunho akan melihatku dan ia akan pulang”

Oh—Bibi Hwang terdiam.
Ia menahan nafasnya melihat air mata yang menetes jatuh membasahi pipi tirus namja cantik itu.
Jaejoong sudah melakukan yang terbaik yang ia bisa.
Pria cantik itu bahkan hanya mendapatkan satu atau dua jam untuk tertidur pulas.
Selebihnya ia disibukkan dengan pekerjaan.

Wanita paruh baya itu menghapus air mata Jaejoong dan tersenyum.

  “Jja, mandilah, kau akan lebih segar setelah berendam”

  “Ya, terima kasih”

Bibi Hwang beranjak meninggalkan ruangan.
Meninggalkan Jaejoong sendirian di kamar besar itu.
Kamar milik Yunho.
Kamar yang ia tempati sejak ia kehilangan namja tampan itu.

Jaejoong mengusap wajahnya.
Ia mengedarkan pandangannya ke seluruh sudut ruangan seraya bersandar pada kedua tangannya yang menumpu di atas ranjang.

DEG.

Jaejoong terkejut ketika ia melihat Sajangnimnya sedang bersandar di dekat pintu kamar.
Dengan setelan jas armaninya yang berwarna hitam.
Wajah tampan itu tampak angkuh, dengan seringai menyebalkan andalannya.

  [ “Ya, aku baru saja mencumbu bibir manismu itu, kau bisa merasakanku?” ]

Jaejoong menggeleng kuat.
Ia memejamkan mata bulatnya dan kembali mendongak ke arah dinding.
Kosong.
Tidak ada siapapun di sana.
Namja cantik itu tertawa lirih.

Ia menghapus air matanya yang berjatuhan.

Ya Tuhan, ia kembali berimajinasi sekarang.

  “Tenangkan dirimu, Kim Jaejoong...Yunho belum pulang, ia tidak ada di sini..Jangan berhalusinasi, please” Gumam Jaejoong panik.

Namja cantik itu berbalik dan meraih boneka beruang besar yang pernah dibelikan Yunho untuknya.
Ia memeluk benda itu sekuat mungkin dan terus merapalkan ucapan yang sama.
Yoochun pernah membawakan seorang psikolog untuknya karena ia tidak pernah bisa untuk tenang.
Wanita bernama Park Sooji itu memberitahunya kalau ia memiliki ciri skizofrenia, dan itu hal mengerikan yang bisa merebut karier modelnya.

  “Yunho akan pulang..Ia akan kembali..” Gumam Jaejoong berulang-ulang.

Please, Yunho.
Jangan biarkan aku menunggu lebih lama lagi.

Aku takut tidak bisa mengendalikan diriku lebih dari ini.
Aku tidak ingin ketakutanku mengambilmu dariku.


-------


  “Aku ingin mengubah image dengan ini”

  “Jae, kurasa kau tidak mengerti, tidak banyak klien yang akan menyetujui ide gilamu itu”

  “Justru itu akan menjadi ciri khasku, Nuna. Kim Jaejoong akan menjadi satu-satunya model yang tampil bersama boneka beruangnya”

  “Ini kekanak-kanakan, Jae! Kau itu bukan bocah berumur lima tahun! Astaga, bagaimana caranya aku menjelaskan kepada agensi?”

Jaejoong menatap tajam wanita berambut panjang itu.
Ia bersandar di sandaran sofa ruang tunggunya dan menyilangkan kakinya angkuh.

  Take it or not at all, its easy” Ujarnya dengan nada rendah.

  “Aku akan menghubungi Yoochun” Balas manajer cantik itu cepat.

Jaejoong mendengus.
Membiarkan Sora Nuna berbuat sesuka hatinya.
Eoh? Menghubungi Yoochun? Seperti pria chubby itu adalah atasannya saja.

  “Yoochun ingin bicara” Ujar Sora seraya menyerahkan ponselnya kepada Jaejoong setelah beberapa saat ia bercerita kepada model cassanova itu.

Jaejoong mengambil ponsel itu dengan malas-malasan.

  “Ya?”

  Sora Nuna bilang kau sudah gila

Ufh.
Jaejoong menahan senyum gelinya.

  “Ya, ia seratus persen benar. Aku sudah gila”

  Ya! Kim Jaejoong!

  “Hahahaha~! Kau lucu sekali, Chun ah”

  Shit, Jae, aku sedang pemotretan sekarang, beritahu aku apa yang sebenarnya terjadi

  “Kau ingat apa yang dikatakan Park Sooji waktu itu?”

  “...”

  “Yoochun?”

  Ya, ketertarikanmu terhadap penyakit aneh itu

Jaejoong tersenyum kecut.
Ia melirik boneka raksasa yang hampir setinggi tubuhnya itu dan mengusap bulu lembutnya.

  “Entahlah, mungkin karena ini satu-satunya hal yang membuatku terikat dengan Yunho, aku merasa bisa mengendalikan diriku selama aku bersama benda ini. Menggelikan sekali bukan?”

  Ceritakan padaku bagaimana caranya beruang bodoh itu bekerja

  “Halusinasi tentang Yunho berhenti setiap kali aku bersama benda ini. Aku tahu aku sadar dari delusi ketika aku bersentuhan dengan benda ini, Yoochun. Ia menarikku kembali ke kenyataan”

  “...”

  “Yoochun!”

  Fuck, Kim Jaejoong! Katakan pada Sora Nuna untuk menyetujui ide gilamu itu!

Sambungan telepon itu terputus.
Menyisakan Jaejoong yang tersenyum puas dengan mata yang berkilat-kilat menatap Sora Nuna.
Sementara manajer cantik itu sudah mengusap wajahnya pasrah.

  “Kuharap agensi tidak mempermasalahkan hal ini” Gumamnya lelah.

Jaejoong mengangkat bahunya.


-------


SRAK.

SRAK.

SRAK.

Setumpuk majalah kelas atas dijatuhkan ke atas meja begitu saja oleh pria tampan yang kini telah membangun agensi lain di London.
Pria bermata musang itu bersidekap memperhatikan setiap cover yang ada pada majalah-majalah tersebut.
Cover yang dihiasi oleh foto dari model yang sama pada setiap serinya.
Model cantik berambut blonde dengan image barunya.

Direktur tampan itu bersandar pada sandaran kursinya.
Memperhatikan setiap foto yang ada dengan tatapan penuh luka.

Mata musangnya jatuh pada sebuah cover berwarna hitam putih di mana Jaejoong sedang berbaring di atas lantai dengan boneka beruang besar yang menindih tubuhnya.
Mata bulat itu terpejam, menggigit bibir ranumnya memberikan ekspresi tersiksa namun dirundung nikmat.

Kemudian ia berpaling, memperhatikan cover lain di mana Jaejoong duduk di sofa besar berwarna putih dengan kemeja berwarna sama yang kebesaran di tubuhnya.
Kaki jenjangnya terekspose bebas tanpa bawahan, sedikit mengangkang dengan satu tangan yang menggenggam tangan boneka yang menjadi ikonnya di samping kiri.
Kedua mata besarnya menantang kamera, dengan ekspresi yang kosong.
Tanpa kehidupan di dalamnya.

  Shit! Apa maumu sebenarnya, Kim Jaejoong?!” Pekik namja tampan itu berang.

Ia mengusap wajah arogannya dan menggertakkan giginya.
Berpuluh minggu namja cantik itu menghilang darinya.
Tapi kini ia kembali muncul dengan cara yang sama sekali tidak terduga olehnya.
Namja cantik itu berhasil meledakkan kepopularitasannya dengan image yang tidak lepas dari boneka beruang raksasanya.
Boneka pemberian Yunho di kencan mereka dulu.

Yunho menggeleng.
Mencoba mengabaikan kelakuan Jaejoong yang seakan memberinya pesan tersembunyi.

  “Tidak Yunho, berhentilah terobsesi kepadanya. Ia membencimu. Karena itu ia kabur darimu” Gumam Yunho mendoktrin kepalanya.

Ia mendesah pendek dan menyusun majalah-majalah tersebut di sudut meja.
Kemudian membuka laptopnya dan kembali fokus pada pekerjaannya.

Ya, Yunho sudah menekan dirinya.
Ia mencoba untuk berhenti menantikan Kim Jaejoong.
Ia sudah menyerah sejak lama.
Sejak ia memutuskan untuk pindah ke London dan menjauh dari segala hal yang bisa mengingatkannya akan namja cantik itu.

Jaejoong harus tahu bahwa ia sudah menolaknya.
Jaejoong harus tahu bahwa ia bukanlah pria yang sama lagi.
Jaejoong harus tahu bahwa ia terluka karenanya.

Namja cantik itu harus mengerti bahwa Yunho menahan segala perasaannya sampai saat ini agar ia merasakan hal yang sama.

Huh.

Jung Yunho menyeringai kejam.
Ia mengepalkan jemarinya erat dengan mata musangnya yang berkilat-kilat angkuh.

Kau akan tahu, Kim Jaejoong.

Ketika luka dibalas dengan luka.

  “Elaine, atur jadwal kepulanganku ke Seoul minggu depan” Ujar Yunho melalui wireless earphone-nya.


-------


  “Selamat, Kim Jaejoong! Kau model terbaik yang kami luncurkan sejauh ini! Popularitasmu semakin melesat sejak kita mengganti image-mu!”

Direktur dari agensi baru Jaejoong tersenyum puas setelah ia mengucapkan ucapan selamatnya.
Model cantik itu membungkuk sopan.
Ia ikut tersenyum.
Senyum yang selama ini menjadi kamuflasenya.

  “Aku mengadakan pesta ini untukmu, nikmatilah! Aku juga mengundang direktur dari Paris dan London, kedua pria yang sangat berpengaruh dalam industri hiburan Korea!”

DEG.

Namja cantik itu tersentak kaget setelah mendengar ucapan sang Direktur.
Mata bulatnya mengerjap cepat dan tenggorokannya tercekat.
Apa?
Apa katanya?
London?

Mendadak bibir Jaejoong terasa kering.
Ia memeluk boneka kesayangannya dengan erat.
Menenggelamkan hidungnya di puncak kepala boneka besar itu.
Menghirup aroma lavender yang menguar dari sana.

  “So—Sora Nuna, apakah—”

  “Ya? Ada apa?”

Ucapan Jaejoong terhenti ketika Yoochun muncul dari balik pintu masuk ruangan dan tersenyum puas kepadanya.
Namja cantik itu tersenyum kaku, membalas perlakuan Yoochun kepadanya.

  “Tidak kusangka ide gilamu berhasil sejauh ini! Kau memang mengagumkan! Eoh, apa kau memang dilahirkan menjadi seorang model hah?” Ujar Yoochun tertawa geli.

Jaejoong mendengus.

  “Baiklah, tidak ada lagi yang bisa mengalahkan Kim bersaudara ini! Apa kau tahu kalau Junsu dinominasikan sebagai penyanyi paling berbakat di ajang musik bergengsi tahun ini?”

  “Mwo? Yang benar saja?! Bebek maniak uang itu?!”

Tawa Yoochun meledak ketika mendengar sebutan yang Jaejoong berikan untuk sepupu polosnya.
Ia menggeleng geli dan terkikik.

  “Ya, dan kurasa ini sudah saatnya untukmu mengatur jadwal agar bisa melakukan pemotretan di Jepang lalu bertemu dengannya! Ia sudah sangat sangat merindukanmu, Jae” Ucap Yoochun dengan wajah berserinya.

Jaejoong mengangguk.
Ia tertawa.

  “Aku juga tidak sabar lagi ingin bertemu dengannya! Oh!—Bisa kau bayangkan seperti apa ia sekarang? Demi Tuhan, rambutnya orange!” Pekik Jaejoong heboh.

Yoochun baru saja akan membalas ucapan sahabat baiknya.
Namun ia malah tersenyum sopan hingga membuat Jaejoong mengerutkan dahinya dan berbalik ke belakang.
Oh—Direkturnya yang sungguh baik hati ternyata.

  “Jae, agensi dari Paris ingin bertemu denganmu, ia membawa penerjemahnya, tenang saja” Ujar sang Direktur tersenyum penuh.

Jaejoong berdehem.
Melirik Yoochun yang mengangguk kepadanya.
Lalu ia membungkuk sopan.

Namja cantik itu mengerjapkan mata bulatnya kagum ketika ia berhadapan dengan seorang pria asing yang sungguh tampan dan berwibawa.
Pria asing itu tersenyum ramah kepadanya.
Kemudian ia mengucapkan sesuatu yang tidak dimengerti Jaejoong.
Hingga membuat namja cantik itu mengalihkan perhatiannya kepada sang penerjemah.

  “Senang bertemu denganmu, Kim Jaejoong. Namaku Pierre. Foto yang kau hasilkan selalu luar biasa. Kau benar-benar berbakat”

  “Terima kasih atas pujiannya”

  “Kau jauh lebih cantik daripada di foto. Kesempatan yang baik sekali kita bisa bertemu di sini”

  “Sekali lagi terima kasih, Direktur bilang ada hal penting yang ingin anda sampaikan kepadaku?”

  “Ya, aku ingin menawarimu sebuah kontrak eksklusif untuk menjadi modelku. Direkturmu sudah menyetujui hal ini. Agensiku akan bekerja sama dengan agensinya. Hanya saja kali ini kau berada di bawah pengawasanku”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Apa?

  You’re going to Paris! Its time to spread wide your wings!” Ujar Direktur asing itu sumringah.

  “I—Ini sungguh kabar yang luar biasa” Gugup Jaejoong meremas boneka besarnya.

Pierre tersenyum.

  “Kau akan mengambil tawaran emas ini, kan?” Tanya si penerjemah ikut tersenyum.

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia baru saja akan menyahut.
Namun perhatiannya teralihkan kepada pintu ruangan yang terbuka lebar dan orang-orang asing berjalan rapi memasuki ruangan.
Namja cantik itu menaikkan alisnya.

Dan kemudian waktu seakan berhenti ketika mata bulatnya menangkap sesosok namja tampan yang selama ini ditunggunya berjalan di antara para pria asing itu.

Jantung Jaejoong berdebar dengan sangat kencang.
Tubuhnya bergetar, ia mencengkram erat boneka beruangnya.
Ya Tuhan, ini nyata.
Ini bukan delusinya.
Pria itu ada! Ia ada di sana!

  “J—Jung Yunho?” Lirih Jaejoong tanpa sadar meneteskan air matanya.

Pierre terkejut ketika melihat wajah basah Jaejoong.
Tapi model cantik itu tidak peduli.
Ia terus menatap ke arah pria arogan yang sudah berbincang dengan Direkturnya di sudut ruangan.

DEG!

Jaejoong terkejut setengah mati ketika mata musang itu bertemu pandang dengannya.
Kaki Jaejoong terasa lemas.
Bibir ranumnya berkedut, menarik sebuah senyuman bahagia yang kentara.
Namun sedetik kemudian senyum itu menghilang saat Yunho mengalihkan pandangannya.
Pria itu tidak mengacuhkan kehadirannya.

Jaejoong shock.

Apa—apa itu tadi?
Yunho tidak mempedulikannya?

  “Jaejoong, kau baik-baik saja?” Si penerjemah bersuara khawatir.

Namja cantik itu tersentak kaget.
Ia menoleh menatap Pierre dengan matanya yang basah.

  “Bi—Bisakah—Aku memikirkannya terlebih dahulu? Tentang—Kontrak itu” Ujar Jaejoong terbata-bata.

Pierre mengerutkan dahinya setelah mendengar penerjemahnya berbicara.
Lalu ia mengangguk setuju.
Dan Jaejoong segera berlari meninggalkan ruangan.


-------


Jaejoong mengetuk pintu rumah besar itu dengan brutal.
Ia bahkan memencet bel dengan tidak sabar.
Ketika pintu itu terbuka oleh Bibi Hwang ia segera menodong wanita paruh baya itu dengan rentetan pertanyaan.

  “Apakah Yunho ada? Ia sudah kembali kan, Bibi? Apa ia akan tinggal?” Pekik Jaejoong tidak sabar.

Wanita paruh baya itu menaikkan alisnya mendapati Jaejoong yang terlihat berantakan di hadapannya saat ini.
Ia baru saja akan menjawab, namun suaranya mendadak tercekat.

Bibi Hwang melebarkan matanya ketika ia melihat sosok Yunho yang kini sudah berdiri di belakang Jaejoong.
Pria tampan itu menaruh telunjuknya di depan bibir, menginstruksikan kepada wanita paruh baya itu agar ia berpura-pura tidak menyadari kehadirannya.
Bibi Hwang segera mengalihkan atensinya kepada Jaejoong yang masih menatap penuh harap kepadanya.

  “Tuan muda Jung tidak tinggal di sini lagi, Joongie, memang benar ia baru saja kembali dari London, tapi ia sama sekali tidak kembali ke rumah ini” Ujar wanita paruh baya itu sedih.

  “Aku bertemu Yunho di kantor tadi pagi, Bibi...Tapi ia mengalihkan pandangannya dariku...Apa—ia sudah benar-benar membenciku?” Bisik Jaejoong dengan tangisnya yang pecah.

Wanita paruh baya itu tidak sanggup menahan air matanya. Ia ikut menangis melihat keadaan Jaejoong yang begitu menyedihkan.
Sementara Yunho masih di sana. Mendengarkan semua percakapan yang terjadi di depannya.

Jaejoong terisak lirih.
Meremas dada kirinya yang begitu sakit.

Jadi seperti inikah? Seperti inikah sakitnya, Yunho ah?

  “Aku...Aku akan menerima tawaran untuk bekerja di Paris...Aku—akan berangkat secepatnya...Hiks..Aku tidak bisa lagi berada di sini, Bibi...Yunho—Yunho membenciku, ia tidak ingin melihatku lagi..Hiks..”

  “Joongie—”

  “Bolehkan aku masuk? Ada yang ingin kulakukan..Sebentar saja..”

Bibi Hwang mengangguk, membiarkan Jaejoong melangkah memasuki rumah besar itu dan beranjak menuju kamar yang selama ini ia tempati.
Kamarnya dan Yunho dulu. Ketika cinta itu masih ada.

Pria tampan bermata musang itu ikut melangkah, mengikuti jejak Jaejoong yang masih tidak menyadari akan kehadirannya.
Yunho bersembunyi di balik pintu kamar yang terbuka.
Memperhatikan Jaejoong yang terduduk di pinggir ranjang kamar mewah itu.

Pria cantik itu tampak frustasi.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Menggigit bibirnya erat berusaha menghentikan tangisnya yang terus mengalir.
Lalu ia bangkit dari duduknya dan mengusap wajah pucatnya yang sembab, membuka lemari pakaian milik Yunho dan terdiam di depan sana.
Sedetik kemudian ia tersenyum pedih seraya mengambil satu kemeja Yunho yang masih tergantung di sana setelah setahun ini.

Pria cantik itu meringis, mencium kemeja tersebut berusaha mendapatkan aroma citrus milik Yunho.
Jaejoong terduduk lemah di atas lantai. Ia memeluk erat kemeja tersebut dan menumpahkan tangisnya.

  “Maafkan aku, Yunho...” Lirih Jaejoong terisak.

Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang beberapa kali.
Kemudian ia mengedarkan pandangannya beberapa saat, lalu beranjak dari kamar tersebut dengan kaki yang berlari.
Meninggalkan Yunho yang masih berdiri di sana tanpa diketahuinya.
Menatap penuh luka punggung sempitnya.

Ia menggeleng.

Belum saatnya, Kim Jaejoong.
Belum.
Kau harus merasakan kesakitanku terlebih dulu.
Kau harus merasakan luka yang kau tabur.

Bibir Yunho berkedut.
Menarik sebuah seringai menyedihkan.
Tidak menyadari air matanya yang jatuh membasahi pipi kirinya.


-------


Sora Nuna bersidekap di depan pintu kamar modelnya.
Ia menatap sedih namja cantik yang terlihat begitu menyedihkan itu.
Wanita cantik itu mendudukkan dirinya di atas lantai, bersandar pada pintu kamar Jaejoong yang tertutup.
Sementara mata sipitnya terus memperhatikan Jaejoong yang tidak berhenti menangis di atas ranjangnya.
Dengan jemari yang tidak berhenti memeluk erat boneka beruang kesayangannya.

Sora memang tidak mengerti apa yang sedang terjadi.

Ia tidak bisa bertanya.
Jaejoong mendorongnya setiap kali ia mencoba untuk mendekat.
Yoochun masih ada jadwal, pria itu tidak bisa menolongnya saat ini.
Satu-satunya yang bisa ia lakukan adalah menunggu Jaejoong berhenti menangis dan menjelaskan sesuatu kepadanya.

Ya Tuhan, Sora begitu khawatir.
Apa yang telah dilalui Jaejoong hingga ia begitu frustasi seperti itu?
Tangisannya bahkan membuat Sora ikut meneteskan air mata.
Manajer cantik itu mengangkat wajahnya ketika ia melihat Jaejoong beranjak duduk dari baringnya.

Model cantik itu mengusap air matanya dan mengambil kemeja berwarna putih yang ia bawa pulang entah dari mana.
Namja cantik itu mendudukkan boneka besarnya dengan benar.
Kemudian ia menatap lama mata bulat boneka beruang itu.
Membuat Sora mengerutkan dahinya setelah beberapa menit berlalu Jaejoong masih berdiam diri.

Wanita cantik itu refleks berdiri dari duduknya ketika ia melihat Jaejoong tersenyum.
Jenis senyum yang tidak pernah Sora lihat sejauh ia mengenal Kim Jaejoong.
Namja cantik itu memakaikan kemeja yang ia pegang pada beruang besar itu.
Kemudian ia tertawa geli.

  “Apakah London begitu menyenangkan? Lihatlah betapa gendutnya dirimu sekarang. Kemeja ini bahkan tidak bisa kukancingkan untukmu, Yunnie yah”

DEG.

Kim Sora membulatkan mata sipitnya.

TBC :D

10 komentar:

  1. Tidaaak..
    jae, cepet sembuh yaa :(
    Next chapter semoga appa udah dateng buat nymbuhin umma..
    authornim, karyamu selalu jadi favoriiit
    semoga author bisa jadi penulis yang diakui Indonesia..alurnya, ide ceritany, settingnya, kece bangeeeet :D

    BalasHapus
  2. keren..
    lanjut dong..
    penasaran nih..

    BalasHapus
  3. Astaga! Nggak nyangka banget! Jaejoongnya jadi gila? dia gila? gila? gilaaaaa???
    Authornim memang yang terbaik. Ceritanya ngga pernah pasaran, ngga disangka2, pokoknya luaaarrr biasa deh (y)

    BalasHapus
  4. Astagaaa..
    .yunhoo.
    Aku udh nebak sih jj bkal nyesel...tp gk gini2 jga...
    Pliss tlg hentikan jj dr obsesi n kgilaan nya....
    Yunhoo...jgn trllu kejam....klian it sma2 trluka...miris bgt nasip mreka b2.

    BalasHapus
  5. nangis lagi nangis lagi

    BalasHapus
  6. Huaaa, hiks, yunho cukup kasian jae.
    Keren ceritanya moga yunho liat keadaan jae yg sekarang, biar sadar bahwa mereka sama2 saling membutuhkan, semoga chapter depan cepet update, penasarannnn, semangat nulisnya authornim :)

    BalasHapus
  7. Hiks jaejoong kasihan banget...ia menganggap boneka itu yunho?..jangan sampai jae jadi gila karena merindukan yunho..yun cepatlah temui jaejoong jangan balik menyakitinya..

    BalasHapus
  8. Appaaaaa.... hueeeee mo sampe kpn hukum emak T_T udah dong cukup nyesek nge bayangin JJ semenderita itu *shella tjakep bgt dah bikin readers nya mewek
    Junjun yah~~ please bikin pengen nyubit pipi nya gemes udah ganti y dr friend jd trend kkk~~
    Next chap ditunggu author nim love you

    BalasHapus
  9. Appaaaaa.... hueeeee mo sampe kpn hukum emak T_T udah dong cukup nyesek nge bayangin JJ semenderita itu *shella tjakep bgt dah bikin readers nya mewek
    Junjun yah~~ please bikin pengen nyubit pipi nya gemes udah ganti y dr friend jd trend kkk~~
    Next chap ditunggu author nim love you

    BalasHapus
  10. jahaaaattt... yunppa jahat.. i hate you!! masa tegaan sama jaemma?? kalau jaemma.a gila baru tau rasa...
    sedih deh liat jae segitunya kesakitan,.. gag bisa berenti air mata ku... shella tgg jawab..
    lanjutkan smpe end yaa... :)

    BalasHapus