I
let you down, I know it’s over.
But
why am I hearing your voice calling my name?
For
a long time, I’m so sorry.
Dont
leave me.
Call
me again.
So
when are you coming home?
Here’s
my apology.
PART
5.
Kedua mata bulat itu terbuka lebar saat
ia tersentak bangun dari tidurnya.
Deru nafasnya terdengar tidak teratur.
Jantungnya berdebar kencang, ia melihat
sekeliling kamarnya.
Kemudian ia menghela nafas panjang
setelah berhasil meyakinkan dirinya kalau ia sendirian di kamar ini.
Jaejoong menarik kakinya merapat pada
dadanya, kemudian ia memeluknya erat dan menenggelamkan wajah cantiknya di
sana.
[ “Kau harus ingat, Jae, bahwa
sejak saat itu, kau adalah milikku, satu-satunya” ]
Bahu namja cantik itu bergetar ringan.
Sebuah isakan menyedihkan lolos dari
mulutnya.
Jaejoong menangis.
Ia benci Yunho.
Ia benci pria yang tidak pernah
meninggalkan pikirannya itu.
Pria yang selalu mengganggu tidur
pulasnya.
Jaejoong menyeka air matanya dan
mengusap wajahnya.
Dan setelah berhasil menenangkan
dirinya, ia beranjak turun dari ranjang dan meneguk air mineral yang tersedia
di meja nakasnya.
Kemudian ia menghidupkan televisi dan
tersenyum kecut.
Memandang seseorang yang sangat dikenalnya
berada di dalam sana.
Pria imut yang sudah mewarnai rambut
hitamnya menjadi biru terang.
Kim Junsu. Sepupunya.
Hari itu mereka berhasil kabur dengan
sukses.
Ia melihat Junsu berhadapan dengan
seorang pria berwajah kekanakan yang cukup tinggi.
Pria itu membawa Junsu pergi setelah
membiarkan namja imut itu mengantarnya ke apertemen Yoochun.
Ia mengaku bernama Shim Changmin,
sebagai pemilik agensi dari Entertainment
ternama di Jepang.
Dan ia menginginkan Junsu untuk menjadi
artisnya.
Perpisahan itu terjadi begitu cepat,
Yoochun melarang Junsu untuk membawa Jaejoong ikut ke Jepang karena pria arogan
bernama Jung Yunho itu akan segera menemukan Jaejoong dengan mudah bila ia
melihat Junsu di televisi.
Satu-satunya cara adalah kembali ke
rencana awal.
Yoochun akan terus berpura-pura tidak
tahu dan Jaejoong bersembunyi di apertemen barunya.
“Apa yang sedang kau lakukan, Yunho yah?” Desah Jaejoong pelan.
Memejamkan matanya mencoba membayangkan
amukan Yunho saat namja arogan itu mengetahui kepergiannya.
“Ada apa denganku? Kenapa aku tidak pernah bisa lagi hidup tenang?”
Lirih Jaejoong seraya menghapus air matanya yang kembali menetes.
Ia tidak mengerti.
Setiap kali ia memikirkan tentang Yunho,
hatinya pasti akan berdenyut sakit dan air matanya akan mengalir.
Ya Tuhan, ia sudah gila.
Ia merindukan Yunho.
-------
“Kau membohongiku, Kim Jaejoong!!”
Yunho hancur.
Pria itu tidak pernah semenyedihkan ini
dalam hidupnya.
Sumber kehidupannya sudah hilang.
Pergi meninggalkan dirinya.
Jaejoongnya lenyap.
Hilang tak berbekas.
Ia sudah mengancam Yoochun untuk
mengaku, tapi namja chubby itu berkata ia tidak tahu apapun.
Dan berapa kalipun Yunho mencoba,
hasilnya tetap sama.
Bagaimana Yoochun bisa terlibat kalau ia
dan Jaejoong saja sudah lama sekali tidak bertemu sejak Yunho mengurung namja
cantik itu eh?
Yunho menghela nafasnya.
Ia sedang berbaring di atas ranjang
dengan kemeja putihnya yang berantakan.
Tangan kanannya mengusap rambut hitamnya
ke belakang.
Ia menjilat bibirnya yang terasa kering.
Wanita paruh baya yang bekerja padanya
itu masih berada di rumah sakit karena amukannya.
Ia membuat Bibi Hwang terjatuh dari
tangga dan mematahkan kakinya.
Tapi wanita itu juga sama.
Tidak tahu hal apapun tentang Kim
Jaejoong.
Sial! Dengus Yunho seraya memukul ranjangnya.
Ia juga sudah mengirimkan seseorang
untuk mengawasi Kim Junsu yang entah bagaimana kini sudah muncul di televisi
dengan ribuan penggemar yang membludak.
Detektif sialan itu juga mengatakan
bahwa ia tidak melihat ada hal aneh yang disembunyikan Junsu dari publik.
Namja imut itu tinggal sendirian di
kediaman agensi.
Tidak ada tanda-tanda dari Kim Jaejoong
di sana.
“Sebenarnya kau ada di mana, Jae?” Desis Yunho lirih.
Nafasnya sesak.
Hatinya tidak bisa menerima kepergian
Jaejoong.
Remaja cantik itu meninggalkannya.
Jaejoong membencinya.
“AARRGGH!” Yunho berteriak kesal.
Ia bangkit dari ranjang dan melempar apa
saja yang ada di hadapannya.
Membuat rumah yang sunyi itu menjadi
bising di tengah keheningan malam.
“Aku akan menemukanmu, Kim Jaejoong!! Aku bersumpah akan merantaimu!!”
Teriaknya penuh emosi.
Pria arogan itu bahkan tidak
mempedulikan telapak kakinya yang berdarah karena menginjak pecahan vas bunga.
Ia begitu frustasi dan menyedihkan.
Hatinya terasa kosong.
Seolah sesuatu yang sangat penting
menghilang dari dalam sana.
Yunho benci ini.
Ia selalu membencinya.
Rasa sepi yang menggerogoti dirinya.
Pada akhirnya ia selalu menjadi pihak
yang ditinggalkan.
“Kembali padaku, Jae...Jangan tinggalkan aku lebih lama dari ini...”
Lirih Yunho seraya mengusap kasar wajah tampannya.
-------
“Aku datang”
Jaejoong berdiri dari duduknya.
Ia segera menghampiri Yoochun yang
menutup pintu apertemen dengan tangan kanannya. Sementara tangan kirinya
memegang paper bag yang berisi bahan
makanan dan cemilan.
Mata besar Jaejoong mengerjap
memperhatikan penampilan Yoochun yang sudah berbeda lagi dari saat terakhir
kali ia melihatnya.
Remaja chubby itu tampak seksi dengan
rambut ikal sebahunya.
“Yoochun, aku sudah tidak tahan lagi hidup seperti ini” Ujar Jaejoong
lelah.
Ia menyusul Yoochun yang sudah
meletakkan belanjaannya di konter dapur.
“Aku terkurung, tidak bisa ke manapun, ini tidak jauh berbeda dengan
saat aku masih bersama Yunho dulu” Keluhnya lagi.
“Kalau begitu, keluar saja” Ujar Yoochun santai.
Mwo? Jaejoong menaikkan alisnya.
“Yunho akan menemukanku, Chun! Aku tidak bisa membayangkan apa yang akan
dilakukannya kalau ia melihatku, aku pasti akan mati di tangannya!”
“Yunho tidak di sini, Jae”
DEG.
A—apa?
“Sajangnim pergi ke London sejak seminggu yang lalu. Orang-orang di
agensi mengatakan kalau ia akan pergi dalam jangka waktu yang lama”
Jaejoong terdiam.
Mata besarnya mengerjap-kerjap.
Ia terduduk di kursi meja makan dengan
bingung.
“Lagi pula ini sudah bulan kelimamu mengurung diri. Hampir setengah
tahun, Jae. Mungkin Sajangnim sudah menyerah terhadapmu” Ujar Yoochun seraya
menyusun apel di dalam kulkas.
Sementara Jaejoong menghembuskan nafas
pelan.
Memperhatikan kedua tangannya yang
mengepal tanpa sadar di atas meja makan.
Menyerah?
Yunho?
Kepadanya?
“Kau tahu Yunho, Yoochun. Ia tidak akan pernah menyerah, tidak semudah
itu” Gumam Jaejoong pelan.
“Entahlah, mungkin saja kan? Lima bulan itu bukan waktu yang sebentar,
Jae” Sahut Yoochun mengangkat bahunya.
Ia melirik Jaejoong yang tampak
kehilangan semangatnya.
“Atau jangan-jangan kau tidak ingin ia menyerah? Kau ingin ia terus
mencarimu sampai ia menemukanmu bersembunyi di sini”
DEG.
Jaejoong terkejut.
Mata besarnya membulat sempurna.
Ia menatap Yoochun dengan bibir yang
tergigit erat.
Jaejoong tidak berani menggeleng.
Ia hanya menundukkan wajahnya dalam.
Menghindari tatapan tajam dari Yoochun.
“Aku tidak mengerti, Jae. Kau sendiri yang meminta pertolonganku, kau
sendiri yang ingin pergi darinya” Ujar Yoochun ikut duduk di kursi meja makan.
Tepat berhadapan dengan Jaejoong.
Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya duduk diam menatap kakinya.
Membuat Yoochun mendesah pendek dan
bersandar di sandaran kursinya.
“Baiklah, ini pilihanmu. Terserah kau mau apa sekarang” Ucapnya.
Jaejoong refleks mengangkat wajah
cantiknya. Menatap Yoochun dengan kedua mata besarnya.
“Satu yang perlu kau ingat, tidak ada lagi pertolongan kedua” Sambung
Yoochun lagi.
Namja cantik itu menahan nafas.
“Lagipula Junsu juga sudah jauh dan sangat sibuk sekarang. Tidak ada
lagi yang bisa membantuku kalau seandainya kau menghubungiku lagi” Ujarnya.
Ck.
Jaejoong mendengus.
Menendang kaki Yoochun dari bawah meja.
Sementara namja chubby itu tertawa geli.
-------
Jaejoong tidak bisa menghentikan
senyumannya yang melebar sempurna.
Remaja cantik itu berjalan dengan
hentakan kaki yang penuh dengan semangat menelusuri jalanan Seoul.
Oh!—indah sekali rasanya bebas!
Namja cantik itu berlari kecil memasuki
area taman dan menaiki semua permainan anak-anak yang ada.
Ia begitu senang! Seakan dunia
merentangkan tangan menyambut kehadirannya setelah sekian lama.
Mata besar itu memandang para pekerja
bangunan yang berlalu-lalang di seberang taman dekat apertemen Yoochun.
Ia duduk di atas rumput dan menopang
dagunya.
Hmm. Padahal belum lama ia bersembunyi,
tapi sudah terlihat perubahan di sana-sini.
Jaejoong menghembuskan nafas pendek.
Namja cantik itu melompat berdiri dan
kembali melanjutkan perjalanannya.
Ia berhenti tepat di samping lampu lalu
lintas dan mendongakkan wajahnya.
Mengerjap memandang layar plasma raksasa
yang ada di atas gedung tinggi di seberang jalan.
Itu Yoochun.
Dalam promosi majalah Elle-nya.
GYUT.
Jaejoong mengepalkan jemarinya erat.
Menahan rasa sesak yang menyerangnya tiba-tiba.
Seharusnya dia. Seharusnya ia yang ada
di sana.
Itu mimpinya.
Mimpi yang telah dipadamkan oleh
laki-laki kejam itu.
Apakah ia harus mencari agensi baru?
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Itu ide yang cukup bagus. Tapi agensi
baru sama saja dengan kembali dari titik nol.
Di mana ia harus mengeluarkan biaya yang
tidak sedikit untuk pelatihan dan kontrak training.
Belum lagi harus menunggu waktu yang
tidak pasti untuk menjalani debut.
Jaejoong kembali menghela nafasnya.
“Maaf, lampunya sudah merah”
Eoh?
Jaejoong menoleh, menatap seorang siswa
berseragam yang berdiri di sampingnya.
Namja cantik itu mengangguk sopan.
Kemudian ia segera menyeberangi jalanan.
“Apa kau sudah membeli kumpulan foto terbaru Yoochun Oppa untuk edisi
musim panas?”
Jaejoong menolehkan pandangannya,
melihat sekumpulan gadis berseragam sekolah yang sedang berkerumun di depan
supermarket.
“Tentu saja sudah! Aduh, aku suka sekali dengan fotonya yang di pantai!”
“Iya! Bajunya yang basah itu membuatnya terlihat semakin seksi~ Aigoo~”
“Apa kalian sudah tahu kalau Yoochun Oppa ternyata berteman dengan
penyanyi musikal dari Jepang yang sedang naik daun itu?”
“AH! Kim Junsu, bukan?! Yang kudengar mereka lebih dari sekedar dekat!
Seminggu yang lalu—”
Hmpf.
Jaejoong tersenyum kecut setelah tidak
lagi mendengar percakapan gadis-gadis cantik itu.
Ia mempercepat langkah kakinya.
Kemudian mendongak dengan kedua tangan
yang berada di dalam saku jaketnya.
Rasanya lucu sekali, mendengar orang
lain berbicara tentang orang yang nyatanya sangat dekat denganmu.
Di mana seharusnya mereka juga
membicarakan tentang dirinya.
Mimpi itu tidak sepenuhnya hangus.
Jaejoong masih menyimpan bara apinya di
dalam hatinya yang terdalam.
Hanya tinggal menambah sedikit angin,
dan ia akan kembali membakar.
Jaejoong menahan nafasnya, kemudian ia
berlari menelusuri jalanan dengan cepat.
Merasakan letupan di dadanya yang
membuncah ketika hatinya mengetahui ke mana kepalanya menuntun jalan.
.
.
.
Tangan Jaejoong terasa sedingin es sejak
kakinya menginjak lantai marmer gedung mewah ini.
Gedung yang dulu pernah menjadi tempat
latihannya sehari-hari.
The
Jung’s Entertainment.
Mata besar itu melengkung karena senyum
saat ia berpapasan dengan beberapa orang yang telah dikenalnya.
Namun ia tidak berminat untuk berhenti
dan mengobrol ringan dengan orang-orang yang menyapanya.
Kakinya terus melangkah, hingga ia
berhenti di hadapan sebuah pintu kayu besar berwarna cokelat muda.
Jaejoong membuka pintu tersebut dengan
pelan dan langsung mendapati pemandangan yang selalu ia suka.
Para trainee
yang sedang berlatih dengan buku tebal mereka.
Namja cantik itu memiringkan wajahnya,
menatap sisa trainee yang sudah naik
tingkat sedang melatih diri di hadapan kamera di sudut ruangan.
“Jaejoong?”
DEG.
Namja cantik itu terkejut, ia refleks
berbalik dan tersenyum kaku balas menatap pria yang pernah menjadi pelatihnya
dulu.
“Ke mana saja kau? Apa sudah tidak berminat lagi menjadi model eoh?”
Tanya pria bertubuh kekar itu menaikkan alisnya.
Jaejoong menggeleng. Ia tersenyum kaku.
“Aku—Umm—ada sedikit masalah, hehe” Balas Jaejoong gugup.
Pria kekar itu bersidekap.
Kemudian ia tersenyum tipis sebelum
memasuki ruang latihan.
“Kau tahu? Menurutku kau itu berbakat. Sayang sekali kalau harus
berhenti menjadi trainee”
Jaejoong tertegun.
Mengerjapkan mata bulatnya lucu.
Menatap punggung kekar yang sudah
menghilang dari balik pintu besar itu.
Namja cantik itu menyentuh wajahnya
pelan.
Oh—berbakatkah ia? Sungguh?
Jaejoong kembali mengintip ruang latihan
dari celah pintu.
Kemudian ia mencengkram kenop pintu
tersebut.
Tapi Yunho memberitahunya bahwa ia tidak
pantas.
Kh—lagi-lagi Yunho.
-------
“Kau mengerti?”
Bibi Hwang mengangguk pasrah.
Ia memilih patuh walau dengan mata yang
berkaca-kaca.
Demi Tuhan, ia mengenal Yunho sejak
namja tampan itu kecil.
Ia yang paling tahu tentang Yunho.
Yunho yang tempramen, Yunho yang egois,
dan Yunho yang rapuh.
Ia mungkin terlihat kejam dan arogan di
luar sana.
Tapi itu semua hanya tameng untuk
menutupi sisi retaknya.
Jung Yunho tidak lagi sama sejak
orang-orang termasuk keluarganya pergi meninggalkan dirinya begitu saja.
Tapi kini semuanya berbeda.
Kehadiran remaja cantik itu telah
mengubah segalanya.
“Dengar, jangan sekalipun melanggar perintahku yang satu ini, Bibi
Hwang” Ujar Yunho sekali lagi.
Wanita paruh baya itu segera mengangguk
mengerti.
Ia mengusap air mata yang membasahi
pipinya.
“Apakah anda akan baik-baik saja di sana, Tuan?” Lirih wanita paruh baya
itu sedih.
Yunho memandang tajam wanita yang telah
menjaganya sejak kecil itu.
Ia melirik putri dari Bibi Hwang yang
sedang menyeduh teh hangat di sudut ruangan.
Kemudian ia mengangguk.
“Tentu saja, tidak ada yang perlu dikhawatirkan” Ucapnya tegas.
“Tapi bagaimana kalau ia mengunjungi rumah? Apa yang harus kukatakan?”
Tanya Bibi Hwang lagi.
“Tidak ada tawanan yang akan kembali ke tempat ia mengalami penderitaan”
“Tapi tidak selamanya ia menderita”
Yunho terdiam.
Mendengar wanita paruh baya itu kembali
berbicara.
“Saya pernah melihatnya menunggu anda yang tertidur di ruang kerja anda,
dan ia terus tersenyum memperhatikan anda, Tuan”
Jemari Yunho mengepal.
Menggertakkan giginya menahan jantungnya
yang berdetak kencang.
Tidak,
jangan lanjutkan!
“—dan ia mencium anda”
DEG.
Yunho tertegun mendengar sambungan
cerita Bibi Hwang.
Ia mengerjapkan mata musangnya.
“Apakah kau memberitahuku tentang hal ini agar aku membatalkan
semuanya?” Desis Yunho marah.
“Saya hanya tidak ingin terjadi kesalahpahaman, Tuan” Ujar Bibi Hwang
khawatir.
Tapi Yunho terlalu angkuh untuk peduli.
“Sejak awal tidak ada yang namanya salah paham. Jaejoong membenciku, dan
apa yang kau lihat—mungkin hanya rasa ibanya terhadapku, lupakan saja” Ujar
namja tampan itu seraya berdiri dari duduknya.
Ia merapikan jas armaninya dan hendak
beranjak meninggalkan kamar rawat wanita paruh baya itu.
Namun suara Bibi Hwang yang bergetar
kembali menyapa telinganya.
“Kapan anda akan kembali, Tuan Jung?”
Yunho menaikkan alisnya.
Ia berucap tanpa menolehkan wajah
tampannya.
“Entahlah, mungkin aku tidak akan pernah kembali”
-------
Jaejoong gelisah. Dan ia tidak tahu
kenapa.
Hati nuraninya terus memperingatinya
untuk mendatangi kediaman Yunho.
Tapi tentu saja ia menolak, mana mungkin
ia kembali lagi ke sana.
Yunho akan membunuhnya.
“Jaejoong?
Kau baik-baik saja?”
Namja cantik itu terkejut.
Ia berbalik dan mendesah pendek
mendapati Yoochun yang baru saja melangkah memasuki apertemen.
“Ya, kurasa” Sahutnya pelan.
Model terkenal itu menaikkan alisnya.
Ia menghampiri Jaejoong dan duduk di
samping namja cantik itu.
“Kalau aku bilang aku ingin kembali ke rumah Yunho, bagaimana?”
“Mwo? Micheosseo?!”
Jaejoong menggigit bibir bawahnya.
“Ya, aku sudah gila. Pikiranku kacau sejak kau memberitahuku kalau Yunho
sedang di London, kemarin aku mendatangi kantor agensi dan aku—”
“Apa? Kau mendatangi kantor agensi? Demi Tuhan! Jae! Yunho memang tidak
sedang di sini, tapi matanya ada di mana-mana! Ia bahkan bisa membuat rumput
berbicara!”
“Kau terlalu panik, Yoochun”
“Aku hanya khawatir kepadamu, kau tahu, kau ini menyebalkan sekali eoh!”
Jaejoong tersenyum tipis.
“Lalu apa yang kau lakukan di sana?” Tanya Yoochun menghela nafasnya.
“Aku bertemu dengan pelatih. Dan ia bilang kalau sayang sekali aku
berhenti dari training”
Namja chubby itu menatap Jaejoong.
Ia tidak bodoh. Mata Jaejoong jelas
terlihat basah.
“Hei, kau tahu, aku bisa membantumu untuk debut kalau kau mau” Ujarnya
tiba-tiba.
Mwo?
Jaejoong membulatkan mata besarnya.
“Ya, lagipula kau sudah pernah menjalani latihan kan? Jadi tidak
masalah. Aku bisa menghubungi agensi yang pernah memberitahuku kalau ia sedang
mencari bintang baru”
“Tapi—Yunho—”
“Tapi itu semua terserah kepadamu. Kalau kau masih takut Yunho akan
menemukanmu dan kembali menangkapmu, lebih baik lupakan saja”
Jaejoong menahan nafasnya.
Ia menggenggam tangan Yoochun, kemudian
menatap mata sipit namja chubby itu dengan penuh keyakinan.
“Ani, aku akan mengambilnya. Aku akan kembali menghidupkan mimpiku,
Yoochun ah”
Yoochun tersenyum tipis.
-------
Pada akhirnya namja cantik itu tidak
pernah menang melawan keinginan terlarangnya.
Siang ini Jaejoong berdiri di depan
pintu pagar raksasa yang pernah dilewatinya lima bulan yang lalu.
Mata besarnya bergerak gugup mengintip
celah-celah pagar.
Ia bisa melihat halaman luas dengan
taman bunga yang indah di dalam sana.
Tapi terlalu sunyi.
Seakan tidak ada kehidupan di dalam
sana.
Ia juga tidak melihat mobil yang biasa
dipakai Yunho untuk berpergian.
Apakah namja tampan itu masih belum
kembali dari London?
“Ada yang bisa kami bantu?”
DEG!
Jaejoong terkejut ketika seorang penjaga
bersuara dari interkom pintu pagar.
Ia mengusap dadanya kaget dan berdehem.
“Y—ya, apakah Tuan Jung ada di rumah?”
“Tidak, anda bisa meninggalkan pesan”
“Ah! Bibi Hwang—apakah ia ada?”
“Ya, kau ingin bertemu dengannya?”
Jaejoong mengangguk.
Dan pintu raksasa itu terbuka lebar.
Namja cantik itu merasakan jantungnya
yang berdebar kencang.
Ya Tuhan, Yoochun benar.
Ia sudah gila.
Namja cantik itu berjalan cepat menuju
pintu rumah Yunho.
Ia meremas-remas jemarinya yang
bergetar.
TING
TONG.
Jaejoong menelan salivanya ketika bel
berbunyi.
Ia bisa mendengar suara langkah kaki
yang mendekat dari dalam rumah.
Oh—ia nyaris pingsan karena gelisah.
CKLEK.
“J—Jaejoong?”
Wanita paruh baya itu membulatkan mata
sipitnya.
Ia menatap tidak percaya kepada namja
cantik yang kini berdiri di hadapannya.
Bibi Hwang mengusap dadanya.
Ia menggeleng pelan.
“Oh! Demi Tuhan! Sungguh kejutan melihatmu lagi!” Pekik wanita paruh
baya itu tidak bisa menahan senyumannya.
Jaejoong mengangguk.
Tersenyum kaku pada wanita paruh baya
itu.
Wanita yang pernah dibentaknya karena
rasa marah.
“Apa kabarmu, Jae? Ke mana saja kau selama ini? Apa yang kau lakukan di
sini?” Rentet wanita paruh baya itu tidak sabar.
Jaejoong menggaruk tengkuknya yang tidak
gatal.
Ia menggigit bibir bawahnya dan
menggerakkan mata bulatnya mencoba mengintip ke dalam rumah.
“Aku baik—uhm—itu—apakah Yunho ada di dalam?” Bisiknya ragu.
Bibi Hwang menelan semua suaranya.
Ia mengatupkan bibirnya dalam sekejap.
Menatap Jaejoong dengan pandangan yang
berbeda.
Membuat namja cantik itu mengerutkan
dahinya bingung.
“Kau mencarinya? Untuk apa?”
“Aku—”
“Setelah kau kabur darinya lalu kau datang kembali untuk mencarinya?”
DEG.
Jaejoong terdiam.
Meremas jemarinya yang berkeringat.
“Tuan muda
sudah tidak tinggal di sini lagi, ia pindah ke luar negeri”
Mata besar Jaejoong membulat.
Ia bisa merasakan sesuatu di dalam
dirinya retak.
Tapi ia tidak tahu apa.
Oh—
“Pi—pindah?” Lirih Jaejoong bingung.
Bibi Hwang mengangguk.
Ia menghela nafasnya.
“T—Tapi yang kudengar—ia hanya pergi sementara—”
Wanita paruh baya itu menatap iba pada
namja cantik yang ada di hadapannya.
Kentara sekali namja cantik itu kacau.
Hatinya ikut merasa sedih ketika ia
mendapati air mata yang menetes jatuh membasahi pipi tirus itu.
Jaejoong berpegangan pada pintu.
Ia menahan nafasnya.
“Mungkin ia pergi karena sudah menyerah, Jaejoong ah. Kau tidak pernah
memberinya kesempatan” Ujar Bibi Hwang lirih.
Jaejoong membekap mulutnya.
“Semua orang menilainya sebagai pribadi yang begitu dingin dan tak
tersentuh. Tapi sesungguhnya ia namja yang hangat..Hanya saja hatinya sudah
terlalu lama tidak merasakan cinta”
Wanita paruh baya itu memekik kaget saat
Jaejoong kehilangan keseimbangannya.
Ia terjatuh di atas lantai karena
kakinya yang terasa lemas.
Kepalanya terasa pusing.
Namja cantik itu mencengkram erat lengan
Bibi Hwang yang terus memanggil namanya.
Ia terisak.
“Aku hanya ingin memberitahunya kalau ia bisa memilikiku tanpa mengekang
diriku—aku—aku hanya ingin memberinya kesempatan tanpa menghancurkan
mimpiku—t—tapi—tapi—hiks...”
Tangis Jaejoong pecah.
Apakah
terlalu lama?
Apakah
aku sudah pergi terlalu lama?
Kenapa
kau tidak bisa bertahan sedikit lagi, Yunho yah?
Kenapa
kau menyerah semudah ini?
Bibi Hwang ikut menangis selama ia
memeluk Jaejoong yang menangis di dalam dekapannya.
Ia menyesal mengapa kedua namja ini
begitu bodoh.
Yunho hanya perlu menahan egonya
sementara Jaejoong hanya perlu meredam rasa takutnya.
Tapi takdir seakan mempermainkan
keduanya.
“Aku selalu memimpikan Yunho..Aku selalu mendengar suaranya—kupikir aku
sudah siap untuk bertemu dengannya lagi, aku tidak bisa terus bersembunyi
seperti ini..Hiks..Bagaimana bisa ia pergi setelah mengacaukan diriku?” Isak
Jaejoong lantang.
Ia mencengkram bahu Bibi Hwang dengan
erat.
“Seharusnya aku tidak pernah lari..Hiks..Seharusnya aku
bertahan..Mianhae Yunho yah..Hiks..Mianhae..” Lirih Jaejoong penuh kesakitan.
“Jaejoong ah, semuanya sudah berlalu, berhentilah menangis” Bisik Bibi
Hwang pelan.
Mengusap punggung Jaejoong yang
bergetar.
“Apakah dia memberitahumu kapan ia akan pulang? Kapan ia akan kembali
lagi?” Ujar Jaejoong dengan wajah yang basah akan air mata.
“Ia bilang ia tidak tahu—mungkin—mungkin ia
tidak akan kembali lagi..” Lirih wanita paruh baya itu iba.
Jaejoong tercekat.
Merasakan air matanya kembali meleleh
dalam hening.
Hatinya sesak.
Seolah seluruh udara terenggut darinya.
I
let you down, I know it’s over.
TBC
:D
Astagaaaa sekarang gantian Jaejoong yang frustasi. Kesel banget sih liat keduanya. Hal yang simple jadi keliatan rumit kan? Jaejoong dah balik, gantia Yunho yang pergi. Duh! -_-
BalasHapusLanjutkan authornim, jangan lama2 update.nya yaa kekeke
Please jangan sad ending...
BalasHapusSemoga yunho masih dan tetap mencintai jaejoong
waduh,,,kenapa malah jaejoong yang menderita?
BalasHapusIni menegangkan, mereka saling mncintai tpi juga saling salah paham... semoga mereka segera d pertemukan...
BalasHapusKak Shella ffnya keren" 😊 suka sama karya"nya...
Ah jaejoong udah nyesel pergi dari yun..
BalasHapustebakan ku yg blg Jaechunsu bakal kabur ke Jepang utk nge hindarin Yunho meleset tp tebakan ku di sini yg bakal nyesel JJ bnr ya ^_^v y emg kelemahan si emak y appa bear mo se killer dan se posessive apapun Yunho y ujung2 nya ttp aja merana kl di tinggal si beruang madu sigh~~
BalasHapustebakan ku yg blg Jaechunsu bakal kabur ke Jepang utk nge hindarin Yunho meleset tp tebakan ku di sini yg bakal nyesel JJ bnr ya ^_^v y emg kelemahan si emak y appa bear mo se killer dan se posessive apapun Yunho y ujung2 nya ttp aja merana kl di tinggal si beruang madu sigh~~
BalasHapus