This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 05 Oktober 2015

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/PIECES 2


 
Tittle: PIECES 2

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-fluffy-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*

Sebuah epilog kecil, tentang kehidupan cinta mereka di hari-hari selanjutnya.


-------


Cinta itu ada, namun tak tampak.
.
.
.
  “Kuahnya asin”

Jaejoong mengangkat wajahnya, menatap suaminya yang berujar sebelum meminum air mineralnya.
Pria cantik itu menghembuskan nafas pendek.
Kemudian ia berdiri dari duduknya dan mengangkat mangkuk sup yang ada di dekat Yunho.

  “Tunggu” Ucap Yunho menahan tangan kekasihnya.

Namja cantik itu mengernyit bingung.
Aih, apa lagi yang diinginkan tuan besar ini?
Bukankah ia bilang supnya asin?
Lalu kenapa ia menahan tanganny—

  “Mmh”

Jaejoong terkejut, namun mata beningnya refleks menutup.
Yunho mencium bibirnya dengan lidah panasnya yang menyusup terlebih dahulu.
Pria cantik itu sempat menahan nafasnya ketika Yunho dengan beraninya menghisap lidah istrinya.
Dan kemudian ciuman singkat itu terlepas.

  “Hahh..hh…hh”

Jaejoong mencoba meraup nafasnya dengan rakus.
Pipinya bersemu merah, ia menatap Yunho dengan intens.
Tapi tuan besar yang arogan itu malah tersenyum simpul.

  “Sekarang sudah tidak asin lagi” Ucapnya dengan nada sombongnya.


AIH!

Jaejoong sungguh gemas dengan pria tampan itu!
Bagaimana bisa Yunho bersikap semenyebalkan itu setelah ia berhasil memporak-porandakan hatinya eoh?
Uh, namja cantik itu mengalihkan pandangannya.
Ia menutup mulutnya yang basah dengan punggung tangan.

Demi Tuhan, dadanya tidak berhenti berdebar kencang sejak ciuman itu dimulai.

  “Aku berangkat” Ujar Yunho seraya bangkit dari duduknya.

Jaejoong tidak mengacuhkan pria arogan itu.
Ia menyibukkan dirinya dengan piring-piring kotor yang ada di meja makan, walau sebenarnya itu adalah pekerjaan para pelayan di rumah.
Tapi ia tidak peduli, ia butuh pengalih perhatian dari Yunho.
Ia tidak akan kuat jika berlama-lama dengan namja tampan itu dalam keadaan seperti ini sekarang.

Langkah kaki itu terdengar menjauh, dan Jaejoong segera menghentikan aktifitasnya.
Ia terdiam, menghembuskan nafas panjang dan kembali duduk di kursi meja makan.
Mengusap wajahnya yang masih hangat.

Kau, satu-satunya yang berhasil mengacaukan hariku.
.
.
.
  “Teater?”

  “Ya, kau tahu cerita tentang Rotten Apple? Para dewi memperebutkan hati Michael dan kudengar akhir ceritanya akan berbeda dengan yang biasanya”

Yunho sedang duduk bersandar di kepala ranjang saat ini, dengan kacamata baca yang bertengger di hidung mancungnya serta beberapa dokumen yang belum sempat ia baca.
Sementara namja cantik itu sudah berbaring di tempatnya, memandangi secarik brosur teatrikal yang ada di tangannya.
Oh—ia sungguh tidak sabar lagi untuk menonton acara ini.

  “Kapan?” Tanya Yunho masih fokus dengan dokumennya.

  “Besok malam, aku menonton sendiri atau kau juga ikut?” Balas Jaejoong balik bertanya.

  “Tidak akan ada yang ikut. Besok malam Choi’s Industry mengadakan pesta peresmian cabangnya”

  “Aku bisa pergi sendiri kalau begitu”

  “Aku tidak mengizinkan, kau tahu, terakhir kali aku membiarkanmu pergi sendirian koran pagi memuat berita tentang keretakan rumah tangga kita”

  “Itu urusanmu, bukan urusanku”

Yunho mengernyit.
Dan Jaejoong sudah mendengus tidak senang.

  “Aku akan menjemputmu sepulang dari kantor besok malam” Ujar Yunho tegas.

  “Terserah” Balas Jaejoong ketus.

Pria cantik itu memiringkan tubuhnya membelakangi Yunho.
Ia mencengkram erat brosur yang masih ada di dalam genggamannya itu.
Jaejoong meringis kesal, berusaha memejamkan matanya agar ia jatuh tertidur.
Oh—tidak ada lagi yang lebih menyebalkan dari sikap otoriter pria arogan itu! Erangnya dalam hati.

Beberapa saat kemudian lampu kamar telah padam.
Jaejoong yang setengah terlelap mengerjapkan mata bulatnya ketika ia merasakan sepasang lengan kekar yang memeluknya erat.
Ia menggumam tidak jelas, kemudian ia segera tertidur pulas.
.
.
.
Yunho hanya diam seolah tidak peduli mendapatkan wajah dingin Jaejoong saat ia menjemput pria cantik itu.
Mereka berdua tidak bersuara satu sama lain selama perjalanan menuju kediaman Choi.
Yunho sibuk dengan I-pad-nya dan Jaejoong sibuk dengan ponselnya.
What a romantic couple ever, pikir Jaejoong mendengus.

  “Kita sudah sampai, tuan” Ujar sang supir 20 menit kemudian.

Jaejoong memasukkan ponselnya ke dalam saku bajunya, lalu ia bersiap untuk membuka pintu mobil.
Namun Yunho sudah lebih dulu menahan tangannya.

  “Tunggu di sini” Ujar pria tampan itu.

Mwo?

  “Lalu kenapa aku harus ikut sampai ke sini kalau hanya untuk menunggumu bersenang-senang di pesta sialan itu eh?” Sungut Jaejoong mencebilkan bibir ranumnya tanpa sadar.

Yunho tidak menjawab, pria arogan itu sudah lebih dulu membuka pintu yang satunya dan segera beranjak keluar dari sana.
Meninggalkan Jaejoong yang sudah mem-pout-kan bibirnya kesal.

  “Sebuah kehormatan bisa bertemu dengan anda malam ini, tuan Jung!”

Namja tampan itu mengangguk pelan kepada tuan besar dari perusahaan Choi.
Ia menerima uluran tangan dari pria tinggi itu dan balas menjabat tangannya.

  “Terima kasih atas undangannya”

  “Ya, dan kau datang tepat pada waktunya, aku baru saja akan memamerkan koleksi kesayanganku kepada para tamu”

  “Aku sangat menghargai ajakan anda, tuan Choi, tapi sayangnya aku tidak bisa berlama-lama di sini”

  “Eh? Mengapa begitu?”

Yunho menoleh ke belakang, membuat tuan besar Choi itu mengikuti arah pandangnya.
Dan pria tinggi itu melihat sebuah mobil mewah keluaran terbaru tahun ini di parkiran rumahnya.
Oh—tapi bukan itu titik temu pandangnya.
Choi Siwon menaikkan alisnya ketika mata sipitnya menangkap siluet seseorang yang sedang duduk di kursi belakang melalui jendela mobil.
Dan ia segera menyeringai manis.

  “Aku mengerti, tidak usah sungkan” Ucap pria bertubuh tinggi itu.

Yunho mengangguk, dan setelah sedikit basa-basi, pria arogan itu melangkah meninggalkan pesta.

CKLEK.

Jaejoong terkejut saat pintu mobil terbuka secara mendadak.
Ia menatap Yunho dengan kedua mata besarnya.

  “Tidak adakah sopan santun mengetuk pintu sebelum masuk?” Ucap namja cantik itu kesal.

  “Ini mobilku, bukan mobil orang lain” Sahut Yunho setelah menutup kembali pintu mobil dan memerintahkan supirnya untuk jalan.

  “Dunia juga tahu ini mobilmu”

  “Jae”

  “Ya, Yunho?”

  “Bisakah kau diam sebentar saja? Aku pusing mendengar ocehanmu”

  “Mwo?”

Mata Jaejoong membesar, ia menatap Yunho tidak percaya.
Aish!
Apa-apaan pria sombong ini?!
Namja cantik itu baru saja akan membuka kembali mulutnya untuk memaki Yunho.
Tapi kemudian ia mengurungkan niatnya.

Uh.

Yunho ada benarnya juga.
Setiap saat ia bersuara hanya ocehan saja yang keluar dari mulutnya.
Jaejoong mendengus lagi untuk yang kesekian kalinya.
Ia bersidekap menatap pemandangan dari jendela mobil.
Sedetik kemudian mata bulatnya telah berkaca-kaca.

Ia benci mereka yang sulit untuk akur.

Dan ia benci mulut cerewetnya.

  “Yunho”

Namja tampan itu sontak menoleh kepada kekasihnya ketika suara bergetar itu terdengar.
Jaejoong masih memalingkan wajah dari Yunho.

  “Kau tidak akan berhenti mencintaiku hanya karena aku berisik kan?” Bisiknya lirih.

Yunho tidak menjawab, ia segera beringsut mendekati kekasihnya yang sangat sensitif dan menarik dagunya.
Memberikan satu ciuman hangat di bibir ranum tersebut.
Kemudian ia mengecup lembut dahi Jaejoong.

  “Kau tahu jawabannya, Jung Jaejoong, berhentilah menangis karena aku tidak suka itu” Ucap Yunho pelan.

Jaejoong mengangguk, berusaha mengatur nafasnya yang terasa sesak.
Yunho menarik bahu Jaejoong, lalu membuat namja cantik itu bersandar di dada bidangnya.

  “Tuan, kita sudah sampai”

Choi Minho sialan itu sudah berhasil menghancurkan momen romantis yang langka itu.
Supir pribadi keluarga Jung itu segera beranjak keluar dari dalam mobil dan bergegas membuka pintu mobil mewah tersebut.
Yunho mengulurkan tangannya, membantu Jaejoong untuk keluar bersamanya.

Dan Jaejoong menurut patuh.

Pria cantik itu mendengar suara-suara di belakangnya.
Ia menatap Yunho yang memasang wajah datar, kemudian ia membalikkan tubuhnya dan mendapatkan dirinya tercekat.

Rotten Apple’s Theater.

  “Yunho—”

  “Aku tahu kau mencintaiku, dan jangan menangis”

Aih.
Pria cantik itu tersenyum simpul mendengarnya.
Ia kembali menghadap Yunho dan segera menerjang pria arogan itu dengan ciuman panas.
Oh—ia sungguh bahagia memiliki namja tampan itu sebagai suaminya.
Walau terkadang juga ia menyesalinya karena pria itu begitu arogan dan menyebalkan.

  “Ayo masuk, teaternya akan segera dimulai” Ajak Yunho dengan senyum menawan di bibir seksinya.

Jaejoong menyambut tangan itu.
Kemudian ia meleleh.

Laki-laki yang penuh dengan sejuta kejutan.
Dan aku tidak akan pernah bisa berhenti untuk memujamu.


-------


Namja cantik itu mendengus kesal seraya menumpu kedua tangannya di atas meja makan.
Sudah hampir tengah malam, dan Yunho belum pulang.
Uh, ia sudah sangat mengantuk sekarang.
Tapi sialnya hanya pelukan Yunho yang bisa membuatnya tertidur pulas setiap harinya.
Jaejoong mengurut pangkal hidungnya.

Ia meringis merasakan matanya yang memberat namun tak dapat terpejam.

  I’ll rape you off, Jung bastard Yunho!” Geramnya marah.

Jaejoong beranjak dari duduknya.
Ia menguap dan berjalan menuju tangga, kemudian memasuki kamar mereka setelah kakinya berpijak di lantai dua.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Kedua mata besarnya mengerjap lambat mendapati sekelilingnya kini gelap.
Pelipisnya mulai berkeringat dingin, membuat namja cantik itu menggigit bibir bawahnya yang bergetar.
Ya Tuhan, kenapa listriknya harus padam di saat seperti ini?!

Jaejoong merasakan pipinya basah dan tubuhnya seolah membeku.
Ia ketakutan, dan ia butuh Yunhonya sekarang juga!

  “Hnng—” Nafasnya mulai sesak,

BRUKK!

Namja cantik itu terjatuh di atas hambal.
Ia meringkuk dengan nafas yang menderu tidak teratur.

  “Y—Yunho—” Lirihnya tercekat.

Jemarinya mencengkram sisi ambal dengan erat.
Jaejoong mencoba memejamkan kedua matanya yang basah.
Ia semakin ketakutan.
Gelap, gelap sekali!

CKLEK!

TAP TAP TAP!

Jaejoong terkejut.
Telinganya mendengar jelas suara pintu yang terbuka kasar dan langkah kaki yang berjalan cepat.
Siapa?
Siapa yang datang?

Pria cantik itu meringis, berusaha menghentikan tubuhnya yang terus bergetar kencang.

  “JAEJOONG!”

NO!
Siapa itu?!

Jaejoong merasakan kakinya beku.
Ia tidak bisa bergerak seinci pun.

  “Y-Yunho..Yunho—” Isak Jaejoong lirih.

Detik berikutnya Jaejoong mengejang, ketika ia merasakan seseorang memeluknya dengan erat.
Namja cantik itu meronta, mencoba melepaskan diri dari pelukan tersebut.

  Noo! Yunhoo! Yunho help me!” Jerit Jaejoong merintih.

  “Ini aku, Jaejoong! Ini aku Yunho!” Balas suara bariton itu lantang.

Namja cantik itu terdiam dalam sekejap, rontaannya berhenti, ia bisa merasakan jantungnya berdebar dengan sangat kencang.
Jaejoong mencoba mengatur nafasnya, agar ia bisa mendapatkan sesuatu yang membuatnya yakin kalau ini adalah suaminya yang arogan.

  “—Hiks..Yunho..”

After Shave ini—ya, ini Yunho, Jung Yunhonya.

  “Yunho—Yun—Hiks..”

  “Sssh, aku di sini, sayang, peluk aku” Bisik Yunho selembut mungkin.

Jaejoong mengulurkan tangannya yang masih bergetar, ia memeluk punggung dan leher Yunho dengan sangat erat.
Sementara Yunho sudah mengecup-kecup pelipisnya agar ia tenang dengan tangan yang mengusap lembut punggung sempitnya.

  “Jangan berhenti memelukku, aku di sini untukmu” Bisik Yunho berulang-ulang.

Namja tampan itu merasakan tubuh Jaejoong berangsur rileks.
Ia mendesah pendek dan menyelipkan tangannya di bawah lutut dan tengkuk namja cantik itu.
Kemudian ia menggendong kekasihnya, membawanya berbaring di atas ranjang.
Yunho tersenyum tipis ketika Jaejoong segera menariknya dan semakin mengeratkan pelukannya saat namja tampan itu hendak melepaskan jas armaninya.

Pria tampan itu ikut berbaring di samping Jaejoong, mengusap-usap lembut wajah cantiknya yang basah.
Kemudian ia menyentuh bibir ranum itu dengan bibir seksinya.
Menciumnya dalam hingga Jaejoong jatuh ke dalam pelukannya.

  “Mnn—Hh..hh..”

Jaejoong memejamkan matanya dengan erat.
Jemarinya beralih mencengkram rambut cokelat Yunho.
Ia bisa merasakan saliva mereka yang bercampur kini mengalir membasahi dagu dan lehernya.
Pria cantik itu menunduk, ketika merasakan bibir Yunho sudah bergerak memakan tubuhnya.

  “—Yunho—” Pekik Jaejoong tertahan.

  “Ya, Jae, ini aku..Kau bisa merasakanku?” Balas Yunho setelah ia menyusupkan tangannya ke dalam piyama Jaejoong, masih berusaha untuk membuat kekasihnya tenang.

  “Aku..Aku mencintaimu Yunho..” Desah Jaejoong lirih dengan wajah yang mendongak.

Yunho tersenyum.
Ia menundukkan wajahnya, menciumi bagian tubuh Jaejoong yang paling ia suka.

  “Ya, Jae, dan aku juga mencintaimu” Balasnya lembut.
.
.
.
Jaejoong mendapati dada bidang Yunho ketika ia membuka matanya pagi ini.
Pria cantik itu menguap dan seketika meringis merasakan bagian bawah tubuhnya berdenyut-denyut menyakitkan.
Namja cantik itu mengerjapkan matanya, dalam sekejap wajahnya berubah menjadi merah padam.

Oh—apakah semalam ia bersikap seperti laki-laki murahan dan menyerah sepenuhnya kepada namja arogan ini?

  “Selamat pagi, tuan agresif”

DEG.

Mata besar Jaejoong membesar, Yunho sudah bangun.
Dan pria arogan itu sedang menyeringai kepadanya.

Sial!

  “Yu—Yunho—Semalam—”

  “Ya, sayang, semalam kau sangat bergairah, seperti bukan dirimu saja”

BLUSH.

Wajah Jaejoong semakin memerah padam.
Ia menggigit bibir bawahnya malu dan beralih membelakangi pria tampan itu.
Yunho tertawa melihat tingkahnya.
Jaejoong refleks kembali berbalik menghadap Yunho ketika ia mendengar suara tawa yang langka itu.

Pipi apelnya merona, dan dadanya berdebar ringan melihat bagaimana kedua mata musang itu menyipit tak tampak dengan suara tawa yang renyah di telinga Jaejoong.

Itu tawa pertama Yunho untuknya.

Miliknya.

  “Aku mencintaimu Yunho” Bisik Jaejoong tersenyum manis.

Eoh?

Namja tampan itu menghentikan tawanya.
Beralih tersenyum sombong kepada namja cantik itu.

  “Aku tahu, Jung Jaejoong, hanya aku yang bisa membuatmu jatuh cinta hingga seperti ini”

  “Aish”

Namja tampan itu kembali tertawa melihat reaksi kekasihnya.
Ia mengacak gemas rambut almond Jaejoong.


-------


  “Choi Minho”

  “Ya, Ma’am?

  “Apakah mereka harus sedekat itu?”

Eoh?
Supir tampan itu menaikkan alisnya.
Ia menoleh dan memandang tuannya—Jung Yunho—yang sedang berbicara serius dengan rekan kerjanya yang cantik—walau tidak secantik Jaejoong—.

  “Mereka sedang membicarakan bisnis, Ma’am

  “Aduh, Minho, kau ini bodoh sekali eoh? Maksudku, apa mereka harus berbicara seintim itu? Mereka kan bukan pasangan seks”

  “Uhuk!”

Jaejoong mengerutkan dahinya, menatap Minho yang sedang memukul-mukul dadanya karena tersedak kopi.
Namja cantik itu tertawa ketika melihat ekspresi lucu dari namja bermata kodok itu.
Ia segera menepuk-nepuk bahu Minho dan memijatnya.

  “Maafkan aku, aku salah ya?” Jaejoong bertanya sambil menggigit bibir ranumnya gemas.

Choi Minho segera menghindar, ia menggeleng dan tersenyum kaku.
Oh—ia tentu tidak berani mengambil resiko dari kemarahan Yunho kalau pria tampan itu melihat Jaejoong menyentuhnya.

  “Apa aku ketinggalan sesuatu yang menarik?”

DEG!

Minho kembali tersedak.
Membuat Jaejoong tidak bisa menahan tawa cantiknya.
Ia meringis geli.

  “Tidak, Tuan, tidak ada yang terjadi” Ujar Minho dengan wajahnya yang merah.

Sial, tenggorokannya seperti terbakar.

  “Benar?” Tanya Yunho kepada kekasih cantiknya.

Jaejoong mengangkat bahunya.
Ia mendesah.

  “Aku sudah lapar, Yunho” Ujar namja cantik itu tak acuh.

Yunho segera membuka pintu mobilnya dan Jaejoong masuk ke dalam mobil.

  “Kupikir kalian sedang membicarakan sesuatu yang sangat seru, jarang sekali melihatmu sesenang ini” Ujar Yunho setelah ia menutup pintu mobil.

Mendengar ucapan Yunho membuat Jaejoong teringat akan kecemburuannya tadi.
Ia mendengus secara tidak sadar.
Dan hal itu tidak luput dari perhatian Yunho.
Pria tampan itu menatap tajam Choi Minho melalui spion tengah.
Namja berjas armani itu segera menarik bahu Jaejoong dan merangkulnya erat selama perjalanan berlangsung.

Jaejoong tidak ambil pusing dengan sikap Yunho yang mendadak aneh.
Ia masih sibuk dengan pikirannya.
Sementara Choi Minho terus mengutuk namja cantik itu di dalam hatinya.
Ia benci menyetir di bawah tekanan seperti ini.
Yunho yang sedang kesal tidak berdampak baik untuknya.

Ingatkan ia untuk menjauhi namja cantik itu nanti.

  “Apa yang sedang kau pikirkan?”

Jaejoong tertegun ketika ia mendengar suara Yunho yang begitu dekat dengan telinganya.
Namja cantik itu melenguh geli merasakan bibir Yunho yang menciumi bagian sensitifnya itu.
Wajahnya memerah dalam sekejap.

  “Yunho, tidak bisakah kau bertanya dengan normal?”

  “Kenapa? Kau takut mengganggu kenyamanan Minho?”

  “Mwo? Kenapa membawa-bawa Minho? Kau menyebalkan!”

  “Kau membelanya?”

  “Ya, aku membelanya, kenapa memangnya? Salah?”

Minho merasakan punggungnya dingin.
Ia mencengkram stir mobil dengan gugup dan melirik Yunho takut-takut melalui kaca spion.

  “S-Saya pikir tu-tuan Jung tidak me-miliki hubungan a-apapun, Ma-Ma’am

Jaejoong segera melotot kepada supir bodoh itu.
Ia mencibir dengan bibir ranumnya mengisyaratkan tutup-mulutmu-bodoh!

  “Oh?”

Yunho menaikkan alisnya.
Ia melirik kekasih hatinya dan menyeringai licik.
Membuat Jaejoong melotot kepadanya.

  “Apa?!” Sengit namja cantik itu kesal.

Yunho menggeleng, masih dengan seringai menyebalkannya itu.

  “Jadi kau cemburu eh, Boo?” Ujarnya dengan nada yang paling dibenci Jaejoong.

  “Tidak!” Seru Jaejoong kencang.

Wajahnya sudah merah padam sekarang.
Dan Yunho sungguh suka melihatnya.

  “Baiklah, aku mengerti, Go Ahra itu memang wanita yang menarik. Ia punya tubuh yang seksi, wajah yang cantik, dan rambut hitam yang indah” Ucap Yunho masih dengan nada menyebalkannya.

  “Kubilang—aku—tidak—cemburu—bodoh!” Pekik Jaejoong marah.

Pria tampan itu menyunggingkan senyum liciknya.
Ia menarik Jaejoong hingga pria cantik pencemburu itu terduduk di pangkuannya, Jaejoong terkejut hingga ia mencengkram kedua sisi paha Yunho tanpa sadar.
Sementara pria tampan itu sudah menarik rapat tubuhnya hingga punggung sempitnya bersentuhan erat dengan dada bidang Yunho.

  “Tapi kau tidak kalah menarik, wajahmu sungguh cantik, dan rambutmu lebih indah” Bisik Yunho seraya mengendus telinga Jaejoong.

  “Uh—” Jaejoong menggigit bibir bawahnya, berusaha menahan desahannya.

  “Dan yang terpenting, tubuhmu yang seksi inis gampang sekali membuatku ereksi” Bisik Yunho lagi.

Jaejoong terkejut, ia bisa merasakan rasa sesak di dalam celananya sendiri.
Sial! Pria tampan itu sengaja menggodanya!
Jaejoong memejamkan matanya dengan erat, berusaha menahan gairah bercampur malu yang menerpanya.
Ia cukup sadar tidak hanya mereka berdua yang ada di dalam mobil.

Sementara itu, Yunho sudah menggerakkan tangannya mengusap pinggang ramping kekasihnya.
Satu tangannya menyusup masuk ke dalam celah selangkangan Jaejoong yang tertutup rapat.
Mata musangnya menatap tajam Choi Minho yang bergetar di kursi kemudi.
Ia menyeringai.

  “Pria ini milikku, bukan begitu, Choi Minho?” Tanya Yunho seraya mencengkram apa yang ada di dalam genggamannya.

Jaejoong memekik tertahan, wajahnya sungguh merah.
Deru nafasnya tidak teratur.
Dan yang paling dibencinya adalah, ia tidak memiliki tenaga untuk melawan.
Sentuhan Yunho sungguh membuatnya mabuk.

   “Y-Ya tuan” Sahut Minho ketakutan.

Ia bahkan sampai berkeringat dingin.
Yunho mengangguk puas.
Ia melirik Jaejoong dan menghentikan perbuatannya, pria arogan itu kembali mendudukkan Jaejoong di sampingnya.
Memperhatikan Jaejoong yang meringkuk lucu dengan tangan yang mengepal erat.

  “Hentikan mobilnya dan tunggu di luar” Perintah Yunho dingin.

Minho segera menurut patuh.
Ia menghentikan mobil mewah tersebut di pinggir jalan dan segera beranjak keluar dari dalam mobil.
Memunggungi benda tersebut dan mengusap wajah tampannya.
Ia bersumpah tidak akan pernah lagi berurusan dengan Yunho yang sedang cemburu.

Sementara Yunho sudah menepuk-nepuk kepala Jaejoongnya.
 
  “Kau dan aku sama-sama tegang, kita tidak mungkin makan di restoran dengan keadaan seperti ini kan, sayang?”

Jaejoong membeku.
Ia mengangkat wajah merahnya dan menatap Yunho dengan gugup.
Namja tampan itu menempelkan bibirnya di telinga Jaejoong seraya menarik punggung namja cantik itu mendekat kepadanya.

  “Kita akan saling mengoral agar kita bisa segera makan siang” Ujarnya.

Jaejoong tersentak.
Ia mendesah lirih dengan kepala yang mengangguk.
Jemarinya mencengkram kuat jas mahal Yunho.

Aish.

Pria arogan ini.


-------


Yunho menutup pintu kamar mandi dan segera beranjak naik ke atas ranjang.
Menyusul kekasihnya yang sudah berbaring di sana.
Ia melirik Jaejoong yang menyamping dengan mata bulat yang mengerjap lucu.

  “Ada yang mengganggu pikiranmu?” Tanya Yunho seraya membenarkan posisi bantalnya hingga ia bisa duduk bersandar.

Jaejoong mengangguk.
Ia mendongak kepada Yunho yang lebih tinggi darinya.

  “Katakan” Perintah Yunho cepat.

Jaejoong menghela nafas.
Ia menunduk memperhatikan perutnya dan mengusapnya pelan.

  “Aku ingin punya anak” Gumamnya lirih.

Eoh?
Yunho menaikkan alisnya.
Terkejut dengan ucapan kekasih hatinya.
 
  “Kau tidak bercanda kan, Jae?”

  “Tentu saja, hanya satu ini, Yun, satu keping lagi dan hidup kita akan sempurna”

Namja tampan itu terdiam sejenak.
Memperhatikan Jaejoong yang masih mengusap-usap perutnya.
Kemudian ia beringsut turun dari duduknya dan berbaring di samping pria cantik itu.
Memeluk erat tubuh mungilnya.

  “Tapi kau laki-laki sayang” Bisik Yunho sehati-hati mungkin, tidak ingin kesayangannya itu tersinggung.

Jaejoong mendongak.

  “Kita bisa mengikuti program kedokteran, Yun” Balasnya pelan.

Yunho menatapnya dengan tatapan yang Jaejoong sungguh tahu.
Pria tampan itu tidak setuju dengan idenya.

  “Program semacam itu berbahaya kalau kau tidak cukup kuat, Jaejoong, aku tidak ingin sesuatu terjadi padamu”

  “Ya, aku tahu, kemungkinannya hanya satu banding sepuluh”

Yunho mengangguk.
Sedikit tidak rela ketika melihat mata bulat Jaejoong yang berkaca-kaca.

  “Kau mengkhawatirkanku kan?” Bisik Jaejoong lirih.

  “Tentu saja, aku tidak ingin kehilanganmu” Balas Yunho tersenyum.

Bukan senyum menyebalkan seperti biasanya.
Tapi ini senyuman yang Jaejoong sungguh suka.
Dan ia akan langsung melumer ketika melihatnya.

  “Baiklah, lupakan” Ujar Jaejoong seraya beringsut ke dalam pelukan Yunho.

Namja tampan itu mengusap lembut punggung kekasihnya.
Ia menghela nafas dan mengecup lembut puncak kepala namja cantik itu.

  “Kalau kau memang sungguh menginginkan anak, kita bisa mengadopsinya saja, itu lebih baik”

  “KAU SERIUS?!”

Aih.
Yunho tertawa melihat Jaejoong yang terduduk dengan refleks.
Mata musangnya bisa melihat dengan jelas binar kebahagiaan dari wajah cantik itu.

  “Tentu saja, apa sih yang tidak bisa Jung Yunho lakukan?” Ujar Yunho dengan nada sombongnya seperti biasa.

Ah—Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Apa sih yang tidak bisa Jung Yunho lakukan?” Ulangnya gemas.

Yunho tertawa.
Dan ia mendapatkan Jaejoong jatuh di atas tubuhnya, memeluknya dengan erat.

  “Aku cinta padamu, tuan arogan!” Pekiknya senang.
 
  “Ya, aku tahu itu, selalu saja kau yang tergila-gila kepadaku” Balas Yunho angkuh.

Jaejoong mengangguk.
Ia tersenyum lebar.

  “Siapa suruh kau begitu tampan?”

  “Mulutmu mulai nakal eoh?”

  “Tentu saja, kau yang mengajariku!”


-------


  “Selamat datang di rumah!”

Yunho tidak bisa menahan senyumannya melihat Jaejoong yang begitu ceria hari ini.
Pria cantik itu menerobos kantornya siang tadi, begitu bersemangat untuk mengambil kedua balita lucu dari panti asuhan.
Dua?
Oh—baiklah.
Yunho memang selalu kalah akan permintaan kesayangannya yang keras kepala itu.

  “Kau bisa membuat mereka terbangun, Jae” Tegur Yunho menghela nafasnya.

Tapi Jaejoong tidak peduli.
Ia sudah membuka pintu kamar mereka dan mendorong masuk stroller berkursi dua itu.
Namja tampan itu hanya diam memperhatikan Jaejoong yang begitu telaten memindahkan balita kembar itu ke atas ranjang mereka.
Jaejoong mendesah puas.

Ia segera beringsut mendekati Yunho dan memeluk pinggang namja tampan itu tanpa melepaskan pandangannya dari kedua bocah kembar yang lucu itu.

  “Kalau diperhatikan lagi, mereka mirip kita, ya?” Gumam Jaejoong gemas.

Yunho mengangguk.

  “Kau senang?”

  “Tentu saja! Aku sungguh tidak sabar menunggu kamar mereka selesai, tapi aku juga tidak keberatan mereka tidur bersama dengan kita. Bagaimana menurutmu?”

  “Hmm, aku senang kalau kau senang”

  “Ah—Ayah yang baik”

Yunho tertawa.
Dan Jaejoong tidak pernah lupa untuk jatuh cinta pada tawa itu.
.
.
.
Pagi ini rumah besar itu terlihat lebih hidup dari pagi-pagi yang sebelumnya.
Yunho tampak berjalan menuruni tangga dengan balita bermata bulat di gendongannya.
Ia menciumi pipi gembul Junhon sesekali.
Tidak mengacuhkan dasinya yang belum terpasang di lehernya.
Mata musangnya mendapati Jaejoong yang sedang menyuapi Junhon bubur di meja makan.

Bayi bermata musang itu terlihat kotor dengan tumpahan bubur di mana-mana.
Pipi dan hidungnya berlepotan, padahal ia baru saja mandi.

  “Sebaiknya mulai besok mereka sarapan saja dulu sebelum mandi”

Jaejoong menoleh, tersenyum kepada Yunho yang berjalan mendekatinya.
Ia mengangguk.

  “Aku setuju” Ujarnya.

  Da..da..da~~

Jung Junhon berceloteh tidak jelas ketika Yunho mendudukkannya di kursi bayi di samping Jaeho.
Ia melompat-lompat dari duduknya berusaha menggapai Yunho.
Pria tampan itu terkekeh geli dibuatnya.

  “Sini” Bisik Jaejoong seraya memakaikan dasi Yunho dengan benar.

  “Kurasa Honchan sudah lapar” Gumam Yunho yang tidak bisa berhenti memperhatikan bayi-bayi mereka sejak tadi.

Jaejoong menoleh, memekik kaget mendapati kedua bayinya sedang berebut sendok.

  “Ini bubur Hon, jangan mengambil punya Hyung, arachi?” Tegur Jaejoong seraya meletakkan mangkuk bubur Junhon di meja kecilnya.

Bayi bermata bulat itu segera mengaduk-aduk mangkuknya dengan berantakan.
Ia memekik lantang ketika bubur itu berlepotan di tangannya.

  “Sepertinya ia hanya ingin meniru perbuatan Hyungnya” Desah Jaejoong tersenyum tipis.

Ia menoleh ketika Yunho memeluknya dari belakang.

  “Eoh? Sejak ada mereka aku perhatikan kau lebih sering bersikap manis padaku, ada apa eh?” Ujar Jaejoong mendongak.

  “Entahlah, aku hanya suka melihatmu berinteraksi dengan mereka, kau sungguh ibu yang baik” Balas Yunho dengan tawa kecil dari bibir seksinya.

  “Ah—kenapa selalu saja kau yang memujaku hn?”

  “Karena aku sudah mengancam semua pria yang menyukaimu termasuk Choi Minho itu agar mereka menjauhimu”

  “Kejamnya”

  “Tentu saja”

  “Hahaha, aku mencintaimu, Yunnie”

  “Aku tahu itu”

Ck.
Jaejoong mendengus mendengarnya.
Dasar arogan.

END.

9 komentar:

  1. selaluuu sajaaa.. luar biasaaahhh..
    keluarga mereka selalu saja terlihat harmonis xD
    aigoo meleleh rasanya xD

    BalasHapus
  2. Pfffffftt sumpah aku ngikik pas bagian yunho cemburu sm minho kkkk kebayang deh suasana mencekamnya di tatap sm si beruang es.. akhirnya suasana cair yah stelah mereka adopsi anak hahhh~~ senang nya~~

    BalasHapus
  3. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  4. Si kembar akhirnya bisa mencairkan suasana di kehidupan yunjae..ya meski rada kecewa juga sih ternyata jae mengangkat anak asuh..bukan anak kandungnya sendiri... tapi tetap kok ff nya keren

    BalasHapus
  5. Si kembar yg melengkapi kehidupan yunjae 😀

    BalasHapus
  6. Ihhh.. yunho bikin aku melting lagi.. :D
    Yunho manis banget sih.. pengen punya pasangan kayak yunhoo ..haha
    Gomawo nee

    BalasHapus
  7. pokok nya ff shella rizal daebak deh <3 kadang bikin senyum" sendiri XD bikin salting kdang juga bikin nangis :'( keren deh

    BalasHapus