Tittle: THE MAN WHO CAN’T BE MOVED
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-angst-hurt-friendship
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Going back to the corner, where I first saw you.
Gonna camp in my sleeping bag, I’m not gonna move.
.
.
.
Namja tampan itu
membuka kedua mata musangnya ketika jam bekernya berbunyi nyaring pertanda pagi
telah tiba.
Yunho mengerang.
Meringis
merasakan bagian kosong pada sisi ranjangnya.
Dan pada
hatinya.
Ia mematikan jam
beker tersebut dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Kemudian ia
beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya di sana.
Namja tampan itu
menggigil ketika ia selesai mandi.
Hanya
menggunakan selembar handuk yang melilit pada pinggangnya, ia membuka lemari
dan mencari pakaian untuk hari ini.
Dahi Yunho
mengernyit ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa menentukan apa yang
harus dikenakannya hari ini.
Biasanya segala
yang ia butuhkan telah tersedia di atas ranjang.
Tapi sekarang
tidak lagi.
Membuatnya
menghela nafas panjang.
Yunho mengambil
asal kaus putih pada bagian teratas lipatan pakaiannya dan celana training berwarna hitam.
Ck, untuk apa ia
berdandan rapi?
Tidak ada yang
akan memandang dan memuji ketampanannya lagi sekarang.
TAP TAP TAP.
Yunho berjalan
menuruni tangga perlahan.
Mengedarkan
pandangannya pada rumah besar yang tampak lengang itu.
[ “Hey
handsome~ Mimpi indah semalam?” ]
Yunho
mengerjapkan matanya.
Mencoba
menyadarkan kepalanya kalau dapur itu tidak lagi memperlihatkan sosok seorang
namja cantik yang dulu selalu memasak di sana.
Ia tersenyum kecut
dan membuka kulkas.
Ada beberapa
sayur yang tampak layu di sana.
Yunho memang
sengaja tidak membuang semua itu.
Karena ia masih
berharap suatu saat nanti sayur-sayur layu itu akan terganti oleh yang baru.
Seseorang akan
menggantinya.
Yunho masih percaya
itu.
Setelah menyeduh
secangkir kopi susu hangat, Yunho memutuskan untuk duduk di sofa ruang tengah
dan menonton televisi.
Tidak ada lagi
hal spesial yang dapat dilakukannya di hari libur seperti ini selain itu.
[ “Hmm,
aroma kopi susunya nikmat sekali, boleh aku mencicipinya?” ]
SLRUP.
Yunho menyeruput
sedikit bagian dari minuman hangatnya.
Ia mengangguk
dalam diam.
Kemudian ia
menoleh ke samping, dan merasakan kedua matanya panas.
Basah.
Dan memerah.
“Maafkan aku..Karena aku merindukanmu” Bisik
Yunho lirih.
Mengapa
penyesalan selalu datang terlambat?
Hukum alam mana
yang menyatakan hal seperti itu pada kaum Adam?
Yunho meletakkan
cangkirnya di atas meja.
Lalu ia menekuk
kedua lututnya dan terisak lirih tanpa suara.
Bahunya tampak
bergetar.
Ia sendirian
sekarang.
Yunho tahu ia
salah.
Yunho sadar akan
hal itu.
Seharusnya ia
tidak terobsesi dengan pekerjaannya.
Seharusnya ia
tidak menjelma menjadi seorang workaholic.
Seharusnya ia
tidak mempedulikan dokumen-dokumen sialan itu.
[ “I’m
out! Just marry those fucking damn files!!” ]
Kekasihnye
menjerit.
Melemparkan
cincin pertunangan mereka yang selalu melekat indah pada jari lentiknya.
Wajahnya memerah
penuh amarah.
Tangis
kekecewaannya mengalir tanpa henti.
Itu adalah malam
terburuk dalam hidup Yunho.
“Jaejoong ah..” Lirihnya sakit.
Yunho
mendongakkan wajahnya seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.
Ia menghembuskan
nafas panjang.
Kedua matanya
bergerak nanar memandangi langit-langit rumah tersebut.
Mengingat
beberapa klise manis ketika mereka berhubungan dulu.
[ “Mungkin
ini tidak terlalu romantis, tapi suatu hari nanti aku akan melamarmu di sini,
di sudut jalan ini, karena kita dipertemukan di sini” ]
Yunho tersentak.
Tubuhnya terasa
tegang.
Namja tampan itu
segera melompat dari sofa dan berlari menaiki tangga.
Mencari kemah
kempingnya dan sleeping bag
kepompongnya.
Ia membuka kasar
pintu lemari dan mengambil sebuah tas besar.
Mengisi pakaian
dan hal yang diperlukannya di dalam sana.
Yah.
Hatinya benar.
Kenapa ia tidak
menunggu di sana?
Dan takdir akan
kembali mengikat keduanya.
“Jaejoong ah, tunggu aku” Gumam Yunho pelan.
Nyaris tidak
terdengar.
-------
Beberapa orang
yang sedang berlalu lalang di seberang Oak’s
street itu tampak mengerutkan dahi mereka.
Sebagian
terlihat kaget, dan sisanya hanya melengos acuh.
Memandang
sesuatu yang terlihat menarik perhatian di sudut jalan sana.
Sesosok pria
tampan yang sedang membangun kemahnya di sana.
“Tuan, kau baik-baik saja?”
Pria tampan
bernama Jung Yunho itu menoleh, memandang seorang bocah yang sedang menjilati
permen Lollipop jeruknya.
“Sure,
I’m okay, little kid” Sahut Yunho tersenyum.
Bocah tampan itu
hanya memiringkan kepalanya.
Mata hijaunya
terus memperhatikan Yunho yang membenahi barang-barangnya.
Hingga lima
menit kemudian segalanya telah tertata rapi.
Kini ia duduk di
samping kemahnya, di atas trotoar.
Yunho
mengeluarkan sebuah papan tulis mungil berwarna hitam.
Ia mengambil
kapur yang tersimpan di belakang papan tersebut dan mulai menuliskan sesuatu di
sana.
Kemudian ia
meraih selembar foto dari saku jaketnya dan memperlihatkan potret sosok lelaki cantik
berambut almond dengan bibir cherry dan mata bulatnya yang tampak
mempesona di sana kepada para pejalan kaki menggunakan tangan kanannya.
Sementara tangan
kirinya memperlihatkan kalimat yang tertulis pada papan hitam tersebut.
‘If you
see this guy, can you tell him where I am?’
“Oh, kau mencari seseorang?” Tanya bocah
tadi.
Yunho menoleh,
tersenyum dan mengangguk pasti.
“Siapa namamu?” Balas Yunho bertanya.
“Eden,
Eden Costanza” Sahut bocah bermata
hijau itu.
“So, Eden,
kau pernah melihat lelaki cantik ini sebelumnya?”
“Nope”
“Kalau kau melihatnya kau harus segera
memberitahuku, got it?”
Eden mengangguk.
Ia tersenyum manis.
“Kenapa kau mencarinya? Apa ia memiliki
hutang padamu?”
Yunho tersenyum
geli mendengarnya.
Ia menggeleng
pelan.
“No,
aku mencarinya karena hatiku ada padanya”
“Aku tidak mengerti”
“Kau akan mengerti suatu hari nanti, Eden”
Bocah bermata
hijau itu hanya mengangguk pelan.
Ia mulai
menggigiti pinggiran permen bundarnya.
“Tapi kuharap orang yang kau cari akan segera
mengingatmu dan hatimu, Sir” Gumamnya
kemudian.
Yunho tertegun.
-------
“Hey!
Where do you wanna go?”
“As usual,
Mom~”
“Hu-uh?”
“I
wanna meet the man who can’t be moved at Oak’s street”
Namja kecil
bermata hijau itu meraih sepeda mungilnya dan menggenggam erat dua batang
permen Lollipop kesukaannya.
Ia mengayuh
pedal dengan sekuat tenaga setelah berpamitan pada ibunya.
Eden menyipitkan mata
indahnya, memperhatikan sosok pria tampan yang masih setia duduk di samping
kemahnya.
“Yunho Hyong!”
Namja tampan itu
menoleh, tersenyum mendapati Eden yang
turun dari sepeda kecilnya dan ikut duduk di sampingnya.
Yunho mengusap
lembut rambut pirang namja kecil itu.
“Yunho Hyung, Eden” Ujar Yunho membenarkan.
Bocah kecil itu
hanya menggumam tidak jelas dan menyerahkan satu permen bundarnya untuk Yunho.
Membuat namja
tampan itu tidak bisa menahan senyum manisnya.
“Thanks”
Ujar Yunho berbisik.
Eden mengangguk.
Ia mulai membuka
permennya dan menghisap benda itu pelan.
Sudah hampir
tiga bulan selama ia melihat Yunho dan mengenal baik namja tampan ini.
Namja kecil itu
pasti akan selalu menemani Yunho duduk di trotoar
setiap sore.
Membawakan
sebatang permen Lollipop jeruk
untuknya.
Ia sangat
penasaran dengan sosok pria yang ditunggu oleh Yunho.
Seperti apa rupa
aslinya hingga namja tampan yang duduk di sampingnya ini rela ‘tinggal’ di
sudut jalan seperti itu hanya untuk bertemu dengannya.
KRING KRING.
Yunho dan Eden menoleh kompak ketika mendengar
suara dering bel sepeda.
Seorang pria
asing dengan seragam polisinya menghampiri mereka dan berlutut di hadapan namja
tampan itu.
Mata musang
Yunho memperhatikan name-tag polisi
tersebut.
‘Robert
Grinson’
“Son,
you can’t stay here” Ucap polisi itu.
Yunho mendesah
pendek.
Ia sudah bosan
mendengar ucapan itu setiap minggunya.
“Please
Sir” Gumam Yunho melemah.
Polisi itu
menggeleng tegas.
Ia menatap tajam
mata musang Yunho dengan kedua mata birunya.
Eden menggumam tidak
jelas.
Sementara Yunho
kini mengusap wajahnya.
“There’s
someone I’m waiting for. If it’s a day, a month, a year, even there’s rain or
snow” Ujar Yunho tegas.
Polisi itu
terdiam.
Ia menghela
nafas dan menatap Eden yang balas
memandangnya polos.
Namja berseragam
itu berdiri dan berkacak pinggang.
Menatap tajam
pada Yunho.
“Aku tidak mengerti bagaimana cinta bisa
membuatmu menjadi seperti ini” Komentarnya.
Yunho hanya
tersenyum kecil.
Polisi itu
menggeleng dan kembali menuju sepedanya, lalu ia mengayuhnya menjauhi Yunho dan
Eden.
“Hyong, aku baru ingat kalau aku berjanji
pada Chrissy untuk menemaninya
bermain basket di lapangan dekat rumah”
“Then
just go, I’m okay”
“Are
you sure?”
“Hu-um”
Eden mengangguk.
Namja bermata
hijau itu bangun dan berlari menuju sepeda mungilnya.
Ia menaiki benda
itu dan mengayuhnya kencang.
Meninggalkan
Yunho yang masih setia memperlihatkan potret Jaejoongnya beserta sebuah papan
tulis berwarna hitam yang bertuliskan kapur putih.
CRING~
Eh?
Yunho terkejut
ketika seorang wanita meletakkan beberapa koin dan 20 dollar di atas pangkuannya.
Namja tampan itu
mendongak pada si wanita.
Wanita itu tersenyum
kecil dan kembali melanjutkan langkahnya.
Huh.
Yunho tersenyum
kecut.
Ia menggeleng
pelan.
“You
don’t understand. I’m not broke, I’m just a broken hearted man” Gumam Yunho
lirih.
Nyaris tidak
terdengar.
-------
Eden dan Chrissy tampak duduk mengapit Yunho yang
berada di tengah seraya terkikik geli.
Mereka baru saja
membicarakan sebuah lelucon konyol yang ringan.
Lidah mereka
terjulur sesekali menjilati permen bundar dengan rasa jeruk itu.
Yunho merasa
dirinya begitu menyedihkan.
Tapi ia juga
merasa bahagia di saat yang bersamaan.
Ia sendirian.
Tapi ditemani
oleh tawa dua bocah kecil yang manis.
“Hyong, orang itu terus mengawasimu sejak
tadi” Adu Eden berbisik.
Yunho dan Chrissy menoleh ke seberang jalan.
Eden benar.
Ada seseorang
yang tampak mengawasi mereka sejak tadi.
Ah, dan orang
itu berjalan menyebrangi jalanan.
Menghampiri
mereka bertiga.
“Excuse
me” Ujar wanita berambut pirang itu.
Yunho mendongak.
Sedikit
terperangah menyadari bahwa wanita asing yang ada di hadapannya saat ini
terlihat rapi dengan blus biru gelapnya dan rambut panjangnya yang digulung
rapi ke belakang.
Namja tampan itu
mengangguk.
Memberikan
wanita tersebut izin untuk berbicara.
“Aku Tiffany
Alfred, dan aku seorang reporter salah satu stasiun televisi”
Ah.
Yunho mengangguk
cepat.
Wanita itu
tersenyum manis.
“Dan aku ingin mewawancaraimu untuk berita
yang akan disampaikan pada seluruh penduduk Manhattan,
do you mind?”
Yunho terdiam.
Tercengang akan
permintaan wanita tersebut.
Namun setelah Eden dan Chrissy menyenggol lengannya, ia tersentak dan segera mengangguk
pasti.
Membuat wanita
tersebut mendesah lega dan memanggil temannya yang membawa kamera.
Beberapa menit
setelah bersiap sang kameramen sudah menyorot Tiffany dan Yunho.
“Hello
Manhattan, I’m Tiffany Albert, and today I will share you a special story from
Jung Yunho, as the man who can’t be moved”
Yunho tersenyum
kecil ketika kameramen tersebut mengambil gambarnya secara close up.
Sementara Tiffany sudah kembali bersuara.
“So,
Yunho, kau berkemah di sudut Oak’s street
ini sudah hampir setengah tahun. Ada apa denganmu?”
Eden dan Chrissy terkikik geli mendengarnya.
Membuat Yunho
ikut terkekeh pelan.
“Well,
jauh sebelum setengah tahun ini berlalu, aku memiliki seorang tunangan yang
memiliki kedua mata besar yang sangat indah. Namanya Kim Jaejoong” Ujar Yunho.
Eden dan Chrissy saling menatap satu sama lain.
Mereka tidak
menyangka Yunho akan bercerita semudah itu.
Well, mereka juga
terkejut karena bisa mendengar cerita lengkap dari namja tampan itu.
Yang mereka tahu
selama ini adalah, namja tampan itu mencari kekasihnya yang hilang.
“Then I
made a bad mistake. Aku mencintai pekerjaanku lebih dari pada dirinya,
hingga akhirnya ia pergi meninggalkanku seorang diri”
Tiffany masih diam.
Mata birunya
yang indah terus memperhatikan Yunho.
“Aku menyesal. Sangat-sangat menyesal. Aku
mencintainya sepenuh hatiku dan aku telah mengecewakannya. Aku ingin menemuinya
dan memperbaiki semuanya, tapi aku tidak tahu ia berada di mana saat ini”
“Jadi kau memutuskan untuk menunggunya di
sini? Mengapa?”
-------
Rumah besar itu
tampak lengang saat ini.
Hanya terlihat
sesosok pria cantik bernama Kim Jaejoong dan sepupunya yang bernama Shim
Changmin di dapur.
Namja cantik itu
sedang berusaha membuat kue kering dengan takaran gula yang sesuai dengan
keinginan sepupunya itu.
Uh.
Changmin memang
menyebalkan terkadang.
“Jadi, Hyung, bagaimana kabar tunanganmu?”
Jaejoong
menghentikan gerakannya.
Ia berbalik dan
menaikkan alis menatap Changmin.
“Mantan tunanganmu, Hyung” Koreksi Changmin
kemudian.
Namja cantik itu
menghela nafas dan mengangkat bahunya.
Ia kembali
menakar tepung di atas timbangan mungil berwarna orange itu.
Sementara
Changmin membantunya menyisipkan potongan cokelat pada adonan kue yang telah
tercetak.
Namja berwajah
kekanakan itu tahu bahwa Jaejoong sangat merindukan Yunho selama setengah tahun
terakhir ini.
Ia selalu
memergoki namja cantik itu menangis diam-diam di kamarnya saat dini hari tiba.
Tapi Jaejoong
tidak pernah mau mengaku.
Namja cantik itu
terlalu keras kepala.
Well, Changmin tahu
benar apa yang telah terjadi pada hubungan sepupunya itu.
Yunho berubah
menjadi seorang workaholic sehingga
mengabaikan Jaejoong yang pada dasarnya adalah pria manja yang haus kasih
sayang itu.
Membuat namja cantik
itu memutuskan untuk meninggalkannya seorang diri.
Ia ingin Yunho
menyesal.
Ia ingin Yunho
sakit.
Ia ingin Yunho
menyadari kesalahannya.
“Yunho Hyung pasti frustasi karenamu, kau
menghilang begitu saja tanpa jejak” Ucap Changmin.
“Oh ya? Kupikir justru sebaliknya. Ia masih
tenggelam bersama berkas-berkas kesayangannya dan melupakanku begitu saja. Lagi
pula, kalau aku meninggalkan jejak, ia pasti akan terus menggangguku dengan
permintaan maafnya agar aku kembali padanya” Sahut Jaejoong ketus.
Hu-uh?
Changmin
menaikkan alisnya.
Tersenyum jahil
pada Jaejoong.
“Benarkah? Tapi bukankah kau bilang ia pasti
melupakanmu? Kalau begitu ia tidak akan mau repot-repot membujukmu agar kembali
padanya hm?”
TAK!
Cetakan kue
kering itu dihentak keras oleh Jaejoong.
Membuat Changmin
terlonjak kaget karenanya.
Ish.
Jaejoong tahu
sepupunya benar.
Dan tidak ada
yang salah dengan komentar acuhnya.
Tapi kenapa
terasa menusuk jantungnya?
Kedua mata besar
Jaejoong dalam sekejap tampak berkaca-kaca.
Ia menahan
nafasnya kuat.
Berusaha keras
agar air matanya tidak jatuh membasahi pipinya.
Tidak!
Ia tidak ingin
menjadi bahan ledekan Changmin!
Tapi memikirkan
bahwa Yunho benar-benar melakukan hal itu membuatnya kembali merasakan sakit.
“A-Aku merindukannya..Tapi ia tidak
menemukanku..Ia tidak mencariku” Gumam Jaejoong lirih.
Changmin
menyadari kesalahannya.
Namja berwajah
kekanakan itu segera mencuci kedua tangannya di westafel dan beralih merengkuh
bahu sepupunya.
Mengusapnya
pelan dan menepuk lembut kepalanya sesekali.
“Hey,
don’t be sad, Hyung, gwenchana” Bujuknya.
Jaejoong mulai
terisak.
Ia berbalik dan
memeluk Changmin dengan erat.
Mengacuhkan
pakaian namja berwajah kekanakan itu kini ternoda oleh tepung yang menempel
pada tangannya.
“Ia pasti mencarimu, karena aku tahu seperti
apa perasaannya padamu”
“..Hiks..Aku jadi tidak mood lagi membuat kue-kue ini”
“Jja, tinggalkan saja kue-kue bodoh itu,
duduklah di ruang tengah, aku akan membuatkan secangkir cokelat hangat untukmu”
Jaejoong
mengulas senyumnya.
Ia mengangguk
dan mencuci kedua tangannya, kemudian ia segera mengikuti perintah Changmin.
“Oh hey, bagaimana cookies-nya? Sudah selesai? Aku benar-benar lapar!”
Kekasih Changmin
yang bernama Kyuhyun itu mendongakkan wajahnya ketika menyadari Jaejoong telah
duduk di sampingnya.
Namja cantik itu
menggeleng pelan.
Membuat Kyuhyun
menaikkan alisnya dan hendak bertanya lagi, namun suara dehaman Changmin
membuatnya mengurungkan niat.
Namja berwajah
kekanakan itu meletakkan cangkir milik Jaejoong di atas meja, kemudian ia duduk
di samping Kyuhyun dan mengecup lembut dahinya.
“Apa yang kau tonton?” Tanya Changmin
menaikkan alisnya.
Kyuhyun
berdengung.
“Satu berita terbaru tentang seorang lelaki
yang menunggu kekasihnya di sudut jalan Oak’s
street” Ucapnya santai.
DEG.
Jaejoong
tertegun.
Kedua matanya
mengerjap dalam sekejap.
Oak’s street?
Hey! Ia tahu
tempat itu!
“Oh ya? Aku ingin lihat, tukar lagi
siarannya” Ujar Changmin semangat.
Kyuhyun menekan
tombol remote dan membenarkan posisi
duduknya ketika ia telah menemukan siaran sebelumnya.
Changmin
terkejut.
Sementara
Jaejoong terkesiap.
Layar televisi
itu penuh akan wajah seorang wanita asing yang sedang duduk di samping seorang
pria berwajah tampan.
“Jadi
kau memutuskan untuk menunggunya di sini? Mengapa?” Tanya reporter cantik
itu.
Lelaki tampan
yang duduk di sampingnya itu tersenyum kecil.
Ia menoleh
kepada kamera dan menatap intens kamera tersebut seolah ia sedang berbicara
langsung dengan kekasihnya.
“Cause
if one day he wake up and find that he’s missing me, and his heart starts to
wonder where on this earth I could be. Thinkin may be he’ll comeback here to
the place that we’d meet. And he’ll see me waiting for him on the corner of the
street”
DEG.
Air mata
Jaejoong merebak.
Changmin
terdiam.
Sementara
Kyuhyun masih duduk santai pada posisinya.
Namja cantik itu
merasakan jantungnya berdegup kencang.
Bibirnya
bergetar.
“And
may be I’ll get famous as the man who can’t be moved. May be he won’t mean to
but he’ll see me on the news and he’ll running to the corner cause he know it’s
just for him”
SSRAK!
Jaejoong beranjak
bangkit dari duduknya dengan berantakan.
Membuat Changmin
dan Kyuhyun tersentak kaget.
Namja cantik itu
segera berlari meninggalkan rumah besar itu.
Nafasnya
tersengal.
Bola matanya
bergerak-gerak gelisah.
Tangisnya pecah.
Jadi selama ini
Yunho mencarinya?
Selama ini Yunho
menunggunya?
Berkemah selama
setengah tahun di sudut jalan yang hanya beberapa blok dari tempat tinggalnya
yang sekarang.
Apakah Tuhan
sedang mempermainkan benang takdir mereka?
DRAP DRAP DRAP!
Jaejoong
merasakan nafasnya hampir habis.
Ia berlari
sekuat tenaga menuju ujung jalan penuh kenangan itu.
Namja cantik itu
berhenti di seberang jalan.
Wajahnya basah
oleh air mata.
Sementara
pelipis dan poninya basah karena peluh.
Ia menumpukan
kedua tangannya pada kedua lututnya.
Mendongak
memperhatikan sesosok pria tampan yang terlihat duduk manis di trotoar bersama seorang bocah berambut
pirang.
Namja tampan itu
memegang sebuah potret dan sebuah papan tulis di tangan kiri dan kanannya.
Tangis Jaejoong
kembali mengalir.
Merutuki dirinya
mengapa ia bisa begitu bodoh selama ini.
Yunhonya rela
berkemah hanya untuknya.
Merasakan
dinginnya salju yang menusuk tulang hanya untuknya.
Dan mengabaikan
lelah yang mendera hanya untuknya.
Apa lagi yang
harus ia tuntut dari Yunho?
Namja tampan
yang sedang bercengkrama dengan bocah bermata hijau itu tertegun ketika mata
musangnya menangkap sepasang sendal rumahan yang terlihat kotor karena salju.
Pandangannya
terus naik ke atas, hingga ia menemukan sepasang mata besar yang basah dan
sembab kini menatap lurus padanya.
DEG.
Nafas Yunho
tercekat.
Sontak ia
berdiri dan membulatkan kedua mata musangnya tidak percaya.
Jaejoong?
GREPP!
Namja cantik itu
menangis.
Ia memeluk erat
tubuh kekasihnya dan memecahkan tangisnya di sana.
Sementara Yunho
masih shock.
Apakah ini efek
dari wawancaranya bersama Tiffany Albert dua
hari yang lalu?
“You’re
such a stupid man! Moron! Baka! Kuso! Pabo!!” Erang Jaejoong di sela
tangisnya.
Dada Yunho
berdebar.
Telinganya
mendengung.
Ia begitu
bahagia dapat mendengar suara merdu itu lagi.
Suara yang
selama ini hanya dapat dimimpikannya setiap malam.
Perlahan Yunho
tersenyum lega.
Kedua matanya
berkaca-kaca.
Ia balas memeluk
erat punggung kekasihnya.
Merasakan hangat
tubuhnya dan wangi aroma vanilla pada
lekuk lehernya.
“Aku mencintaimu..I love you, I’m really really loving you so much, bear..” Isak
Jaejoong lemah.
Yunho
mengangguk.
Ia mengecup
penuh perasaan puncak kepala namja cantik itu.
“Kembalilah padaku, Jaejoongie, dan
menikahlah denganku..Sudah cukup selama ini..Aku tersiksa, Jae, sangat sangat
tersiksa tanpamu”
Jaejoong
mengangguk.
Semakin
menyurukkan wajahnya pada dada bidang namja tampan itu.
Yunho menyentuh
leher jenjang kekasihnya.
Mengusapnya
pelan dan melonggarkan sedikit pelukan erat mereka.
Kemudian ia
memiringkan wajahnya, menempelkan bibir keduanya dengan perlahan.
Jaejoong
melenguh, ia mencengkram erat kerah jaket Yunho.
Membuka bibir cherry-nya meraup bibir tebal namja
tampan itu.
Meluapkan rasa
rindu yang saling membuncah satu sama lain.
Mengacuhkan
orang-orang yang kini berhenti dari langkah mereka.
Dan ikut
tersenyum bahagia menyadari bahwa pria yang selama ini ditunggu oleh namja itu
telah berada dalam pelukannya.
Usai berciuman
mesra, Yunho menangkup kedua sisi wajah cantik kekasihnya.
Ia hendak
mengatakan sesuatu, namun perhatiannya teralihkan pada sesosok bocah bermata
hijau yang ternyata memandangi mereka berdua tanpa berkedip sejak tadi.
Bibir tipisnya
terbuka dengan jemari mungilnya yang masih memegang permen bundarnya.
“Euwh” Erang Eden setelah ia sadar dari keterkejutannya.
Yunho terkekeh.
Ia melepaskan
pelukannya pada punggung Jaejoong dan beralih memeluk pinggangnya dengan satu
tangan.
Jaejoong
menaikkan alisnya.
“Bukankah kau sangat ingin bertemu dengan
pria yang selalu kutunggu, Eden? Kau
melihatnya sekarang” Ujar Yunho lembut.
Jaejoong
menghapus bekas air matanya dengan punggung tangan.
Ia tersenyum
manis pada bocah kecil itu dan berjongkok di hadapannya.
“Hi Eden,
namaku Jaejoong, Kim Jaejoong” Ucap Jaejoong memperlihatkan deretan gigi
rapinya.
Eden terpesona.
Ia mengerjapkan
kedua mata hijaunya dan mendongak pada Yunho.
“Hyong, sekarang aku mengerti mengapa kau
mencarinya” Ungkapnya polos.
Yunho menaikkan
alisnya.
Kemudian ia
tertawa dan mengacak gemas rambut pirang namja kecil itu.
People talk about the guy that’s waiting on a man,
There are no holes in his shoes but a big hole in his
world,
How can I move on, when I’m still in love with you?
I’m the man who can’t be moved.
Im the man who can’t be moved.
So im not moving,
Im not moving.
END.
Gomawo Sella, nick chat q ZombieN or nunoel31 di ffnet.
BalasHapusCeritanya keren bgt, biarpun agst tp tetep keren. . . walau ad beberapa kata yg gak tau arti nya . .
Maksh bwt ff nya. . Figting. .!!
Aaaaakkkkkkk!!! This is more than sweet!!!
BalasHapusIt's cute, walopun gak bisa ngebyangin kalo beneran cuma ditenda pas winter, karna itu gak mungkin bgt.. hihihi..
I adore u so much shell!!!
Keep writting ne..
Kimmy♥
Gyaaaaaa!!!!! Omo! Ini terlalu sweet >.< manis diabetes! Gyaaa
BalasHapus