This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 02 November 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/THE MAN WHO CAN’T BE MOVED

Tittle: THE MAN WHO CAN’T BE MOVED

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-angst-hurt-friendship

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Going back to the corner, where I first saw you.
Gonna camp in my sleeping bag, I’m not gonna move.

.
.
.

Namja tampan itu membuka kedua mata musangnya ketika jam bekernya berbunyi nyaring pertanda pagi telah tiba.
Yunho mengerang.
Meringis merasakan bagian kosong pada sisi ranjangnya.
Dan pada hatinya.

Ia mematikan jam beker tersebut dan menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
Kemudian ia beranjak ke kamar mandi dan membersihkan tubuhnya di sana.
Namja tampan itu menggigil ketika ia selesai mandi.
Hanya menggunakan selembar handuk yang melilit pada pinggangnya, ia membuka lemari dan mencari pakaian untuk hari ini.


Dahi Yunho mengernyit ketika ia menyadari bahwa dirinya tidak bisa menentukan apa yang harus dikenakannya hari ini.
Biasanya segala yang ia butuhkan telah tersedia di atas ranjang.
Tapi sekarang tidak lagi.
Membuatnya menghela nafas panjang.

Yunho mengambil asal kaus putih pada bagian teratas lipatan pakaiannya dan celana training berwarna hitam.
Ck, untuk apa ia berdandan rapi?
Tidak ada yang akan memandang dan memuji ketampanannya lagi sekarang.

TAP TAP TAP.

Yunho berjalan menuruni tangga perlahan.
Mengedarkan pandangannya pada rumah besar yang tampak lengang itu.

  [ “Hey handsome~ Mimpi indah semalam?” ]

Yunho mengerjapkan matanya.
Mencoba menyadarkan kepalanya kalau dapur itu tidak lagi memperlihatkan sosok seorang namja cantik yang dulu selalu memasak di sana.
Ia tersenyum kecut dan membuka kulkas.
Ada beberapa sayur yang tampak layu di sana.

Yunho memang sengaja tidak membuang semua itu.
Karena ia masih berharap suatu saat nanti sayur-sayur layu itu akan terganti oleh yang baru.
Seseorang akan menggantinya.
Yunho masih percaya itu.

Setelah menyeduh secangkir kopi susu hangat, Yunho memutuskan untuk duduk di sofa ruang tengah dan menonton televisi.
Tidak ada lagi hal spesial yang dapat dilakukannya di hari libur seperti ini selain itu.

  [ “Hmm, aroma kopi susunya nikmat sekali, boleh aku mencicipinya?” ]

SLRUP.

Yunho menyeruput sedikit bagian dari minuman hangatnya.
Ia mengangguk dalam diam.
Kemudian ia menoleh ke samping, dan merasakan kedua matanya panas.
Basah.
Dan memerah.

  “Maafkan aku..Karena aku merindukanmu” Bisik Yunho lirih.

Mengapa penyesalan selalu datang terlambat?
Hukum alam mana yang menyatakan hal seperti itu pada kaum Adam?

Yunho meletakkan cangkirnya di atas meja.
Lalu ia menekuk kedua lututnya dan terisak lirih tanpa suara.
Bahunya tampak bergetar.
Ia sendirian sekarang.

Yunho tahu ia salah.
Yunho sadar akan hal itu.

Seharusnya ia tidak terobsesi dengan pekerjaannya.
Seharusnya ia tidak menjelma menjadi seorang workaholic.
Seharusnya ia tidak mempedulikan dokumen-dokumen sialan itu.

  [ “I’m out! Just marry those fucking damn files!!” ]

Kekasihnye menjerit.
Melemparkan cincin pertunangan mereka yang selalu melekat indah pada jari lentiknya.
Wajahnya memerah penuh amarah.
Tangis kekecewaannya mengalir tanpa henti.

Itu adalah malam terburuk dalam hidup Yunho.

  “Jaejoong ah..” Lirihnya sakit.

Yunho mendongakkan wajahnya seraya menyandarkan kepalanya pada sandaran sofa.
Ia menghembuskan nafas panjang.
Kedua matanya bergerak nanar memandangi langit-langit rumah tersebut.
Mengingat beberapa klise manis ketika mereka berhubungan dulu.

  [ “Mungkin ini tidak terlalu romantis, tapi suatu hari nanti aku akan melamarmu di sini, di sudut jalan ini, karena kita dipertemukan di sini” ]

Yunho tersentak.
Tubuhnya terasa tegang.
Namja tampan itu segera melompat dari sofa dan berlari menaiki tangga.
Mencari kemah kempingnya dan sleeping bag kepompongnya.
Ia membuka kasar pintu lemari dan mengambil sebuah tas besar.

Mengisi pakaian dan hal yang diperlukannya di dalam sana.

Yah.
Hatinya benar.

Kenapa ia tidak menunggu di sana?
Dan takdir akan kembali mengikat keduanya.

  “Jaejoong ah, tunggu aku” Gumam Yunho pelan.

Nyaris tidak terdengar.


-------


Beberapa orang yang sedang berlalu lalang di seberang Oak’s street itu tampak mengerutkan dahi mereka.
Sebagian terlihat kaget, dan sisanya hanya melengos acuh.
Memandang sesuatu yang terlihat menarik perhatian di sudut jalan sana.

Sesosok pria tampan yang sedang membangun kemahnya di sana.

  “Tuan, kau baik-baik saja?”

Pria tampan bernama Jung Yunho itu menoleh, memandang seorang bocah yang sedang menjilati permen Lollipop jeruknya.

  “Sure, I’m okay, little kid” Sahut Yunho tersenyum.

Bocah tampan itu hanya memiringkan kepalanya.
Mata hijaunya terus memperhatikan Yunho yang membenahi barang-barangnya.
Hingga lima menit kemudian segalanya telah tertata rapi.
Kini ia duduk di samping kemahnya, di atas trotoar.

Yunho mengeluarkan sebuah papan tulis mungil berwarna hitam.
Ia mengambil kapur yang tersimpan di belakang papan tersebut dan mulai menuliskan sesuatu di sana.
Kemudian ia meraih selembar foto dari saku jaketnya dan memperlihatkan potret sosok lelaki cantik berambut almond dengan bibir cherry dan mata bulatnya yang tampak mempesona di sana kepada para pejalan kaki menggunakan tangan kanannya.

Sementara tangan kirinya memperlihatkan kalimat yang tertulis pada papan hitam tersebut.

  ‘If you see this guy, can you tell him where I am?

  “Oh, kau mencari seseorang?” Tanya bocah tadi.

Yunho menoleh, tersenyum dan mengangguk pasti.

  “Siapa namamu?” Balas Yunho bertanya.

  “Eden, Eden Costanza” Sahut bocah bermata hijau itu.

  “So, Eden, kau pernah melihat lelaki cantik ini sebelumnya?”

  “Nope

  “Kalau kau melihatnya kau harus segera memberitahuku, got it?

Eden mengangguk.
Ia tersenyum manis.

  “Kenapa kau mencarinya? Apa ia memiliki hutang padamu?”

Yunho tersenyum geli mendengarnya.
Ia menggeleng pelan.

  “No, aku mencarinya karena hatiku ada padanya”

  “Aku tidak mengerti”

  “Kau akan mengerti suatu hari nanti, Eden

Bocah bermata hijau itu hanya mengangguk pelan.
Ia mulai menggigiti pinggiran permen bundarnya.

  “Tapi kuharap orang yang kau cari akan segera mengingatmu dan hatimu, Sir” Gumamnya kemudian.

Yunho tertegun.


-------


  “Hey! Where do you wanna go?

  “As usual, Mom~

  “Hu-uh?

  “I wanna meet the man who can’t be moved at Oak’s street

Namja kecil bermata hijau itu meraih sepeda mungilnya dan menggenggam erat dua batang permen Lollipop kesukaannya.
Ia mengayuh pedal dengan sekuat tenaga setelah berpamitan pada ibunya.
Eden menyipitkan mata indahnya, memperhatikan sosok pria tampan yang masih setia duduk di samping kemahnya.

  “Yunho Hyong!”

Namja tampan itu menoleh, tersenyum mendapati Eden yang turun dari sepeda kecilnya dan ikut duduk di sampingnya.
Yunho mengusap lembut rambut pirang namja kecil itu.

  “Yunho Hyung, Eden” Ujar Yunho membenarkan.

Bocah kecil itu hanya menggumam tidak jelas dan menyerahkan satu permen bundarnya untuk Yunho.
Membuat namja tampan itu tidak bisa menahan senyum manisnya.

  “Thanks” Ujar Yunho berbisik.

Eden mengangguk.
Ia mulai membuka permennya dan menghisap benda itu pelan.

Sudah hampir tiga bulan selama ia melihat Yunho dan mengenal baik namja tampan ini.
Namja kecil itu pasti akan selalu menemani Yunho duduk di trotoar setiap sore.
Membawakan sebatang permen Lollipop jeruk untuknya.
Ia sangat penasaran dengan sosok pria yang ditunggu oleh Yunho.

Seperti apa rupa aslinya hingga namja tampan yang duduk di sampingnya ini rela ‘tinggal’ di sudut jalan seperti itu hanya untuk bertemu dengannya.

KRING KRING.

Yunho dan Eden menoleh kompak ketika mendengar suara dering bel sepeda.
Seorang pria asing dengan seragam polisinya menghampiri mereka dan berlutut di hadapan namja tampan itu.
Mata musang Yunho memperhatikan name-tag polisi tersebut.

  ‘Robert Grinson

  “Son, you can’t stay here” Ucap polisi itu.

Yunho mendesah pendek.
Ia sudah bosan mendengar ucapan itu setiap minggunya.

  “Please Sir” Gumam Yunho melemah.

Polisi itu menggeleng tegas.
Ia menatap tajam mata musang Yunho dengan kedua mata birunya.
Eden menggumam tidak jelas.
Sementara Yunho kini mengusap wajahnya.

  “There’s someone I’m waiting for. If it’s a day, a month, a year, even there’s rain or snow” Ujar Yunho tegas.

Polisi itu terdiam.
Ia menghela nafas dan menatap Eden yang balas memandangnya polos.
Namja berseragam itu berdiri dan berkacak pinggang.
Menatap tajam pada Yunho.

  “Aku tidak mengerti bagaimana cinta bisa membuatmu menjadi seperti ini” Komentarnya.

Yunho hanya tersenyum kecil.
Polisi itu menggeleng dan kembali menuju sepedanya, lalu ia mengayuhnya menjauhi Yunho dan Eden.

  “Hyong, aku baru ingat kalau aku berjanji pada Chrissy untuk menemaninya bermain basket di lapangan dekat rumah”

  “Then just go, I’m okay

  “Are you sure?

  “Hu-um

Eden mengangguk.
Namja bermata hijau itu bangun dan berlari menuju sepeda mungilnya.
Ia menaiki benda itu dan mengayuhnya kencang.
Meninggalkan Yunho yang masih setia memperlihatkan potret Jaejoongnya beserta sebuah papan tulis berwarna hitam yang bertuliskan kapur putih.

CRING~

Eh?

Yunho terkejut ketika seorang wanita meletakkan beberapa koin dan 20 dollar di atas pangkuannya.
Namja tampan itu mendongak pada si wanita.
Wanita itu tersenyum kecil dan kembali melanjutkan langkahnya.
Huh.
Yunho tersenyum kecut.
Ia menggeleng pelan.

  “You don’t understand. I’m not broke, I’m just a broken hearted man” Gumam Yunho lirih.

Nyaris tidak terdengar.


-------


Eden dan Chrissy tampak duduk mengapit Yunho yang berada di tengah seraya terkikik geli.
Mereka baru saja membicarakan sebuah lelucon konyol yang ringan.
Lidah mereka terjulur sesekali menjilati permen bundar dengan rasa jeruk itu.
Yunho merasa dirinya begitu menyedihkan.
Tapi ia juga merasa bahagia di saat yang bersamaan.

Ia sendirian.
Tapi ditemani oleh tawa dua bocah kecil yang manis.

  “Hyong, orang itu terus mengawasimu sejak tadi” Adu Eden berbisik.

Yunho dan Chrissy menoleh ke seberang jalan.
Eden benar.
Ada seseorang yang tampak mengawasi mereka sejak tadi.
Ah, dan orang itu berjalan menyebrangi jalanan.
Menghampiri mereka bertiga.

  “Excuse me” Ujar wanita berambut pirang itu.

Yunho mendongak.
Sedikit terperangah menyadari bahwa wanita asing yang ada di hadapannya saat ini terlihat rapi dengan blus biru gelapnya dan rambut panjangnya yang digulung rapi ke belakang.
Namja tampan itu mengangguk.
Memberikan wanita tersebut izin untuk berbicara.

  “Aku Tiffany Alfred, dan aku seorang reporter salah satu stasiun televisi”

Ah.
Yunho mengangguk cepat.
Wanita itu tersenyum manis.

  “Dan aku ingin mewawancaraimu untuk berita yang akan disampaikan pada seluruh penduduk Manhattan, do you mind?

Yunho terdiam.
Tercengang akan permintaan wanita tersebut.
Namun setelah Eden dan Chrissy menyenggol lengannya, ia tersentak dan segera mengangguk pasti.
Membuat wanita tersebut mendesah lega dan memanggil temannya yang membawa kamera.

Beberapa menit setelah bersiap sang kameramen sudah menyorot Tiffany dan Yunho.

  “Hello Manhattan, I’m Tiffany Albert, and today I will share you a special story from Jung Yunho, as the man who can’t be moved

Yunho tersenyum kecil ketika kameramen tersebut mengambil gambarnya secara close up.
Sementara Tiffany sudah kembali bersuara.

  “So, Yunho, kau berkemah di sudut Oak’s street ini sudah hampir setengah tahun. Ada apa denganmu?”

Eden dan Chrissy terkikik geli mendengarnya.
Membuat Yunho ikut terkekeh pelan.

  “Well, jauh sebelum setengah tahun ini berlalu, aku memiliki seorang tunangan yang memiliki kedua mata besar yang sangat indah. Namanya Kim Jaejoong” Ujar Yunho.

Eden dan Chrissy saling menatap satu sama lain.
Mereka tidak menyangka Yunho akan bercerita semudah itu.
Well, mereka juga terkejut karena bisa mendengar cerita lengkap dari namja tampan itu.
Yang mereka tahu selama ini adalah, namja tampan itu mencari kekasihnya yang hilang.

  “Then I made a bad mistake. Aku mencintai pekerjaanku lebih dari pada dirinya, hingga akhirnya ia pergi meninggalkanku seorang diri”

Tiffany masih diam.
Mata birunya yang indah terus memperhatikan Yunho.

  “Aku menyesal. Sangat-sangat menyesal. Aku mencintainya sepenuh hatiku dan aku telah mengecewakannya. Aku ingin menemuinya dan memperbaiki semuanya, tapi aku tidak tahu ia berada di mana saat ini”

  “Jadi kau memutuskan untuk menunggunya di sini? Mengapa?”


-------


Rumah besar itu tampak lengang saat ini.
Hanya terlihat sesosok pria cantik bernama Kim Jaejoong dan sepupunya yang bernama Shim Changmin di dapur.
Namja cantik itu sedang berusaha membuat kue kering dengan takaran gula yang sesuai dengan keinginan sepupunya itu.

Uh.

Changmin memang menyebalkan terkadang.

  “Jadi, Hyung, bagaimana kabar tunanganmu?”

Jaejoong menghentikan gerakannya.
Ia berbalik dan menaikkan alis menatap Changmin.

  “Mantan tunanganmu, Hyung” Koreksi Changmin kemudian.

Namja cantik itu menghela nafas dan mengangkat bahunya.
Ia kembali menakar tepung di atas timbangan mungil berwarna orange itu.
Sementara Changmin membantunya menyisipkan potongan cokelat pada adonan kue yang telah tercetak.

Namja berwajah kekanakan itu tahu bahwa Jaejoong sangat merindukan Yunho selama setengah tahun terakhir ini.
Ia selalu memergoki namja cantik itu menangis diam-diam di kamarnya saat dini hari tiba.
Tapi Jaejoong tidak pernah mau mengaku.
Namja cantik itu terlalu keras kepala.

Well, Changmin tahu benar apa yang telah terjadi pada hubungan sepupunya itu.

Yunho berubah menjadi seorang workaholic sehingga mengabaikan Jaejoong yang pada dasarnya adalah pria manja yang haus kasih sayang itu.
Membuat namja cantik itu memutuskan untuk meninggalkannya seorang diri.
Ia ingin Yunho menyesal.
Ia ingin Yunho sakit.
Ia ingin Yunho menyadari kesalahannya.

  “Yunho Hyung pasti frustasi karenamu, kau menghilang begitu saja tanpa jejak” Ucap Changmin.

  “Oh ya? Kupikir justru sebaliknya. Ia masih tenggelam bersama berkas-berkas kesayangannya dan melupakanku begitu saja. Lagi pula, kalau aku meninggalkan jejak, ia pasti akan terus menggangguku dengan permintaan maafnya agar aku kembali padanya” Sahut Jaejoong ketus.

Hu-uh?

Changmin menaikkan alisnya.
Tersenyum jahil pada Jaejoong.

  “Benarkah? Tapi bukankah kau bilang ia pasti melupakanmu? Kalau begitu ia tidak akan mau repot-repot membujukmu agar kembali padanya hm?”

TAK!

Cetakan kue kering itu dihentak keras oleh Jaejoong.
Membuat Changmin terlonjak kaget karenanya.
Ish.
Jaejoong tahu sepupunya benar.
Dan tidak ada yang salah dengan komentar acuhnya.

Tapi kenapa terasa menusuk jantungnya?

Kedua mata besar Jaejoong dalam sekejap tampak berkaca-kaca.
Ia menahan nafasnya kuat.
Berusaha keras agar air matanya tidak jatuh membasahi pipinya.
Tidak!
Ia tidak ingin menjadi bahan ledekan Changmin!

Tapi memikirkan bahwa Yunho benar-benar melakukan hal itu membuatnya kembali merasakan sakit.

  “A-Aku merindukannya..Tapi ia tidak menemukanku..Ia tidak mencariku” Gumam Jaejoong lirih.

Changmin menyadari kesalahannya.
Namja berwajah kekanakan itu segera mencuci kedua tangannya di westafel dan beralih merengkuh bahu sepupunya.
Mengusapnya pelan dan menepuk lembut kepalanya sesekali.

  “Hey, don’t be sad, Hyung, gwenchana” Bujuknya.

Jaejoong mulai terisak.
Ia berbalik dan memeluk Changmin dengan erat.
Mengacuhkan pakaian namja berwajah kekanakan itu kini ternoda oleh tepung yang menempel pada tangannya.

  “Ia pasti mencarimu, karena aku tahu seperti apa perasaannya padamu”

  “..Hiks..Aku jadi tidak mood lagi membuat kue-kue ini”

  “Jja, tinggalkan saja kue-kue bodoh itu, duduklah di ruang tengah, aku akan membuatkan secangkir cokelat hangat untukmu”

Jaejoong mengulas senyumnya.
Ia mengangguk dan mencuci kedua tangannya, kemudian ia segera mengikuti perintah Changmin.

  “Oh hey, bagaimana cookies-nya? Sudah selesai? Aku benar-benar lapar!”

Kekasih Changmin yang bernama Kyuhyun itu mendongakkan wajahnya ketika menyadari Jaejoong telah duduk di sampingnya.
Namja cantik itu menggeleng pelan.
Membuat Kyuhyun menaikkan alisnya dan hendak bertanya lagi, namun suara dehaman Changmin membuatnya mengurungkan niat.

Namja berwajah kekanakan itu meletakkan cangkir milik Jaejoong di atas meja, kemudian ia duduk di samping Kyuhyun dan mengecup lembut dahinya.

  “Apa yang kau tonton?” Tanya Changmin menaikkan alisnya.

Kyuhyun berdengung.

  “Satu berita terbaru tentang seorang lelaki yang menunggu kekasihnya di sudut jalan Oak’s street” Ucapnya santai.

DEG.

Jaejoong tertegun.
Kedua matanya mengerjap dalam sekejap.
Oak’s street?
Hey! Ia tahu tempat itu!

  “Oh ya? Aku ingin lihat, tukar lagi siarannya” Ujar Changmin semangat.

Kyuhyun menekan tombol remote dan membenarkan posisi duduknya ketika ia telah menemukan siaran sebelumnya.
Changmin terkejut.
Sementara Jaejoong terkesiap.

Layar televisi itu penuh akan wajah seorang wanita asing yang sedang duduk di samping seorang pria berwajah tampan.

  “Jadi kau memutuskan untuk menunggunya di sini? Mengapa?” Tanya reporter cantik itu.

Lelaki tampan yang duduk di sampingnya itu tersenyum kecil.
Ia menoleh kepada kamera dan menatap intens kamera tersebut seolah ia sedang berbicara langsung dengan kekasihnya.

  “Cause if one day he wake up and find that he’s missing me, and his heart starts to wonder where on this earth I could be. Thinkin may be he’ll comeback here to the place that we’d meet. And he’ll see me waiting for him on the corner of the street

DEG.

Air mata Jaejoong merebak.
Changmin terdiam.
Sementara Kyuhyun masih duduk santai pada posisinya.
Namja cantik itu merasakan jantungnya berdegup kencang.
Bibirnya bergetar.

  “And may be I’ll get famous as the man who can’t be moved. May be he won’t mean to but he’ll see me on the news and he’ll running to the corner cause he know it’s just for him

SSRAK!

Jaejoong beranjak bangkit dari duduknya dengan berantakan.
Membuat Changmin dan Kyuhyun tersentak kaget.
Namja cantik itu segera berlari meninggalkan rumah besar itu.
Nafasnya tersengal.
Bola matanya bergerak-gerak gelisah.

Tangisnya pecah.

Jadi selama ini Yunho mencarinya?
Selama ini Yunho menunggunya?
Berkemah selama setengah tahun di sudut jalan yang hanya beberapa blok dari tempat tinggalnya yang sekarang.

Apakah Tuhan sedang mempermainkan benang takdir mereka?

DRAP DRAP DRAP!

Jaejoong merasakan nafasnya hampir habis.
Ia berlari sekuat tenaga menuju ujung jalan penuh kenangan itu.
Namja cantik itu berhenti di seberang jalan.
Wajahnya basah oleh air mata.
Sementara pelipis dan poninya basah karena peluh.

Ia menumpukan kedua tangannya pada kedua lututnya.

Mendongak memperhatikan sesosok pria tampan yang terlihat duduk manis di trotoar bersama seorang bocah berambut pirang.
Namja tampan itu memegang sebuah potret dan sebuah papan tulis di tangan kiri dan kanannya.

Tangis Jaejoong kembali mengalir.
Merutuki dirinya mengapa ia bisa begitu bodoh selama ini.
Yunhonya rela berkemah hanya untuknya.
Merasakan dinginnya salju yang menusuk tulang hanya untuknya.
Dan mengabaikan lelah yang mendera hanya untuknya.

Apa lagi yang harus ia tuntut dari Yunho?

Namja tampan yang sedang bercengkrama dengan bocah bermata hijau itu tertegun ketika mata musangnya menangkap sepasang sendal rumahan yang terlihat kotor karena salju.
Pandangannya terus naik ke atas, hingga ia menemukan sepasang mata besar yang basah dan sembab kini menatap lurus padanya.

DEG.

Nafas Yunho tercekat.
Sontak ia berdiri dan membulatkan kedua mata musangnya tidak percaya.

Jaejoong?

GREPP!

Namja cantik itu menangis.
Ia memeluk erat tubuh kekasihnya dan memecahkan tangisnya di sana.
Sementara Yunho masih shock.
Apakah ini efek dari wawancaranya bersama Tiffany Albert dua hari yang lalu?

  “You’re such a stupid man! Moron! Baka! Kuso! Pabo!!” Erang Jaejoong di sela tangisnya.

Dada Yunho berdebar.
Telinganya mendengung.
Ia begitu bahagia dapat mendengar suara merdu itu lagi.
Suara yang selama ini hanya dapat dimimpikannya setiap malam.

Perlahan Yunho tersenyum lega.
Kedua matanya berkaca-kaca.
Ia balas memeluk erat punggung kekasihnya.
Merasakan hangat tubuhnya dan wangi aroma vanilla pada lekuk lehernya.

  “Aku mencintaimu..I love you, I’m really really loving you so much, bear..” Isak Jaejoong lemah.

Yunho mengangguk.
Ia mengecup penuh perasaan puncak kepala namja cantik itu.

  “Kembalilah padaku, Jaejoongie, dan menikahlah denganku..Sudah cukup selama ini..Aku tersiksa, Jae, sangat sangat tersiksa tanpamu”

Jaejoong mengangguk.
Semakin menyurukkan wajahnya pada dada bidang namja tampan itu.

Yunho menyentuh leher jenjang kekasihnya.
Mengusapnya pelan dan melonggarkan sedikit pelukan erat mereka.
Kemudian ia memiringkan wajahnya, menempelkan bibir keduanya dengan perlahan.
Jaejoong melenguh, ia mencengkram erat kerah jaket Yunho.
Membuka bibir cherry-nya meraup bibir tebal namja tampan itu.

Meluapkan rasa rindu yang saling membuncah satu sama lain.

Mengacuhkan orang-orang yang kini berhenti dari langkah mereka.
Dan ikut tersenyum bahagia menyadari bahwa pria yang selama ini ditunggu oleh namja itu telah berada dalam pelukannya.

Usai berciuman mesra, Yunho menangkup kedua sisi wajah cantik kekasihnya.
Ia hendak mengatakan sesuatu, namun perhatiannya teralihkan pada sesosok bocah bermata hijau yang ternyata memandangi mereka berdua tanpa berkedip sejak tadi.
Bibir tipisnya terbuka dengan jemari mungilnya yang masih memegang permen bundarnya.

  “Euwh” Erang Eden setelah ia sadar dari keterkejutannya.

Yunho terkekeh.
Ia melepaskan pelukannya pada punggung Jaejoong dan beralih memeluk pinggangnya dengan satu tangan.
Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Bukankah kau sangat ingin bertemu dengan pria yang selalu kutunggu, Eden? Kau melihatnya sekarang” Ujar Yunho lembut.

Jaejoong menghapus bekas air matanya dengan punggung tangan.
Ia tersenyum manis pada bocah kecil itu dan berjongkok di hadapannya.

  “Hi Eden, namaku Jaejoong, Kim Jaejoong” Ucap Jaejoong memperlihatkan deretan gigi rapinya.

Eden terpesona.
Ia mengerjapkan kedua mata hijaunya dan mendongak pada Yunho.

  “Hyong, sekarang aku mengerti mengapa kau mencarinya” Ungkapnya polos.

Yunho menaikkan alisnya.
Kemudian ia tertawa dan mengacak gemas rambut pirang namja kecil itu.

People talk about the guy that’s waiting on a man,
There are no holes in his shoes but a big hole in his world,

How can I move on, when I’m still in love with you?

I’m the man who can’t be moved.
Im the man who can’t be moved.

So im not moving,
Im not moving.

END.

-The Script, The Man Who Can’t Be Moved-

3 komentar:

  1. Gomawo Sella, nick chat q ZombieN or nunoel31 di ffnet.

    Ceritanya keren bgt, biarpun agst tp tetep keren. . . walau ad beberapa kata yg gak tau arti nya . .

    Maksh bwt ff nya. . Figting. .!!

    BalasHapus
  2. Aaaaakkkkkkk!!! This is more than sweet!!!
    It's cute, walopun gak bisa ngebyangin kalo beneran cuma ditenda pas winter, karna itu gak mungkin bgt.. hihihi..

    I adore u so much shell!!!
    Keep writting ne..

    Kimmy♥

    BalasHapus
  3. Gyaaaaaa!!!!! Omo! Ini terlalu sweet >.< manis diabetes! Gyaaa

    BalasHapus