This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Senin, 16 September 2013

FF/YAOI/YUNJAE/CHAPTER/I SWEAR/PART 6



PART 6.

Yunho membaringkan Junhon di atas ranjangnya.
Ia terdiam mengamati namja cherry itu.
Tanpa sadar jemarinya terulur mengusap lembut pipi gembul Junhon.

Anak ini sangat lucu.

Dan dia seperti replika mini dari Ummanya hm?

CUP.

Yunho mengecup lembut dahi Junhon.
Ia tersenyum.
Untuk pertama kalinya Yunho tersenyum tulus.
Demi Tuhan, menyentuh anak ini membuat tubuhnya bergetar.
Jantungnya berdebar kencang.

  “Appa akan menyayangimu sepenuh hati, boy. Appa berjanji” Bisik Yunho seraya menyurukkan wajahnya pada bahu putranya.


Namja tampan itu merasakan kedua mata musangnya panas.
Beberapa saat kemudian ia terisak memilukan.
Mengingat masa kecilnya yang sangat tidak menyenangkan.
Kenangannya penuh luka.
Hanya karena ia tidak bisa memenuhi tuntutan dari Appanya.

Yunho bersumpah, ia tidak akan menjadi seseorang yang kejam seperti Appanya dulu.
Ia tidak akan pernah menyiksa putranya sendiri.
Tidak.
Ia akan memberikan masa kanak-kanak yang membahagiakan untuk putranya.

Namja tampan itu beranjak bangun perlahan.
Mata musangnya masih betah memandangi wajah damai Junhon.
Kemudian ia kembali tersenyum dan berjalan memasuki kamar mandi.
Mencuci wajahnya yang basah.

Yunho menghela nafas panjang setelahnya.

Ia membuka pintu kamar dan keluar dari sana.
Berjalan menuju kamar satunya yang merangkap sebagai ruang kerja pribadi miliknya.
Yunho segera duduk di kursi dan mendesah pendek meraih sebuah handycam yang tergeletak begitu saja di atas meja.
Jemarinya menekan tombol ON dan mengusap layar yang hidup itu.

Dahi Yunho mengernyit.
Memperhatikan rekaman bejat yang dibuatnya beberapa tahun yang lalu.

Namja tampan itu menahan nafasnya.
Perlahan air matanya kembali mengalir.

Ia salah.
Yunho tahu ia salah.
Salah dalam segala hal, salah ketika ia mendatangi Jaejoong.
Salah untuk menyampaikan kalau ia ingin tinggal bersama anaknya dan juga Ummanya.
Dan Yunho sadar, kalau ia begitu egois dan kekanakan di masa transisi remajanya.

Saat ini Yunho bukan lagi seorang remaja berumur 17 tahun.
Saat ini ia adalah Jung Yunho yang telah berusia 22 tahun.
Pola pikirnya telah berubah.
Segala jenis dendam yang memupuk di relung hatinya telah terkikis secara perlahan oleh waktu.

Yunho tidak pernah membenci Jaejoong.
Ia hanya beranggapan seperti itu karena iri saat Appanya selalu membela namja cantik itu di hadapannya.
Buktinya adalah saat Jung Jinki meninggal.
Pergi membawa dendam yang menggerogoti hati dan perasaannya.

Lamban laun Yunho menjadi sering memperhatikan namja cantik itu.
Memikirkan perbuatan bejat yang telah dilakukannya pada Jaejoong.
Tapi saat itu egonya masih terlalu tinggi untuk mengalah.
Dan Yunho tersiksa saat ia tahu Jaejoong telah menghilang dari kehidupannya waktu itu.

  “Aku terlalu angkuh untuk meminta pengampunanmu, Jae ah..” Lirih Yunho terisak.

Namja tampan itu mencengkram erat handycam yang kini telah dimatikan fungsinya.
Yunho menunduk.
Menumpahkan kesedihannya yang selama ini ia tahan.

  “Aku telah merusak segalanya..Keluargamu..Hidupmu..Perasaanmu..”

Ia meringkuk dalam sepi.
Menyadari dosanya terlalu besar.
Bagaimana cara ia menebusnya?

  “Hueeee~~! Appaaaaa~~!”

DEG.

Yunho terkejut.
Kedua matanya melebar sempurna.
Ia tidak salah dengar.
Namja tampan itu segera mengusap air matanya dan bangkit dengan terburu-buru.

Ia membuka pintu ruang kerjanya dan berlari menuju kamar tidurnya yang tidak jauh dari sana.

CKLEK!

Yunho membuka pintu tersebut dan terdiam mendapati anaknya sudah bangun.
Sepertinya ia kaget karena ia tidak mengenal tempat ini.
Junhon menangis lantang seraya berteriak memanggil Appanya.
Sudah kebiasaannya sejak dulu.

Namja tampan itu berjalan menghampiri Junhon dan segera memeluknya.
Satu tangannya mengusapi punggung namja cherry itu.

  “Sshh..Appa disini sayang, gwenchana, berhentilah menangis” Desis Yunho lembut.

Junhon mengerjapkan mata bulatnya.
Tangisnya mereda perlahan.
Ia mengerutkan dahinya dan mendongakkan wajahnya.
Menatap wajah tampan Yunho yang mengecup lembut dahinya.

  “A-Appa?” Gumam Junhon bingung.

Yunho mengangguk.
Ia memeluk erat namja cherry itu.
Junhon berkedip kaget.
Ia tersenyum lebar dan melompat memeluk punggung Yunho.

  “APPA!” Teriaknya senang.

Yunho tertawa kecil dibuatnya.

  “Appa eodisseo? Kenapa baru sekarang Hon bertemu dengan Appa?”
 
  “Appa bekerja, sayang, Appa mencari uang untukmu dan Umma”

  “Nee? Berarti sekarang Appa punya banyak uang~”

Yunho kembali tertawa.
Ia membaringkan Junhon di ranjang, kemudian ia ikut berbaring di samping namja cherry itu.

  “Mianhae, Appa baru menemuimu sekarang” Bisik Yunho kecil.

Junhon tersenyum lebar.
Pipinya merona.
Appanya sangat tampan!

  “Umma memberikan nama apa untukmu hm?”

  “Junhon! Tapi Hon biasa dipanggil Honchan, otte Appa?”

  “Namamu sangat bagus, Appa suka”

  “Appa wangi~”

Eoh?
Yunho segera merengkuh punggung kecil Junhon dan memeluknya erat.
Ia tersenyum bahagia seraya menghirup wangi bayi yang melekat pada tubuh putranya.


-------


Junsu dan Ren saling berdiri di depan pintu kamar namja cantik itu.
Mereka berdua memandang sendu Jaejoong yang tampak menyedihkan.
Namja cantik itu tidak berhenti menangis sejak beberapa hari yang lalu.
Kedua matanya membengkak.
Pipinya tirus.
Kesehatannya memburuk.

  “Aku khawatir, Minki ah” Ujar Junsu pelan.

Hm?
Ren menoleh.
Menatap Junsu yang baru saja dikenalnya beberapa hari ini.

  “Ia pernah mengalami kondisi seperti ini beberapa waktu yang lalu, dan itu seperti mimpi buruk”

  “Apa yang terjadi?”

  “Joongie Hyung tidak boleh stress, ia akan merusak pola makan dan istirahatnya, dan berujung pada ginjalnya”

  “Mwoya?”

  “Aku takut..Jaeho bilang ia melihat Joongie Hyung muntah darah semalam”

Mata Ren melebar.
Ia segera menghampiri namja cantik itu.
Jaejoong terlelap dengan dahi yang mengernyit tidak tenang.

  “Ia akan semakin tersiksa kalau terus seperti ini, otteyo?” Ujar Ren mendesah.

Junsu ikut duduk di pinggir ranjang.
Ia mengusap lembut rambut almond Hyungnya.

  “Ungh”

Namja cantik itu mengerang lirih.
Ia terbangun dari tidurnya.
Jemarinya segera menahan rasa sakit di pinggangnya.
Ia meringis, membuat Junsu dan Ren semakin khawatir.

  “Ja-Jaeho..Jaeho eodisseo?” Bisik Jaejoong lemah.

  “Ia sedang pergi bersama Yoochun, Hyung, gwenchana” Sahut Junsu lembut.

  “Honchan?”

  “Hyung, istirahatlah”

Jaejoong menggeleng.
Ia ingin anaknya.
Ia ingin Junhon.
Dan Yunho telah merebutnya.

  “Untung saja waktu itu Jaeho sedang bersamaku..Sepertinya Yunho belum tahu kalau Junhon memiliki kembaran” Ujar Ren tiba-tiba.

DEG.

Jaejoong membuka matanya.
Ia mencengkram jemari namja berambut blonde itu.

  “A-Ani..Yunho tidak boleh tahu mengenai Jaeho..Aniya..”

  “Nee, nee, tenang saja, ia tidak akan tahu”

Junsu menghela nafasnya.

  “Hyung, sampai kapan kau akan membiarkan Junhon sendirian disana? Kau harus membawanya kembali”

  “Junsu ah”

  “Kau bisa menunggu sampai Yunho lengah, Hyung, lalu membawa Junhon pergi darinya, kami akan membantumu”

Namja cantik itu baru saja akan membuka mulutnya untuk menyahut.
Tapi mendadak ia terbatuk dan merembeskan darah hingga mengotori seprai.
Junsu dan Ren panik, mereka segera merengkuh Jaejoong dan membantunya memasuki kamar mandi.
Namja cantik itu merasakan perutnya berdenyut-denyut.
Ia merintih lemah sebelum kesadarannya menghilang.


-------


Beberapa hari kemudian.

TING TONG.

  “Appa! Belnya bunyi!”

Yunho yang sedang membuat susu untuk Junhon menolehkan wajahnya.
Ia mengangguk dan segera mencuci tangannya.

  “Hon mau ikut?”

  “Ung! Gendong~!”

Namja tampan itu terkekeh.
Ia segera menggendong Junhon dan berjalan menuju pintu depan.

CKLEK.

DEG.

Yunho terdiam.
Menatap Kim Jaejoong yang berdiri tepat di hadapannya saat ini.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Wajah Jaejoong terlihat sangat pucat.
Mengingatkannya akan insiden muntah darah Jaejoong saat di sekolah dulu.

  “Aku akan tinggal denganmu selama tiga hari, setelah itu aku akan kembali membawa Junhon pulang” Ujar Jaejoong tegas.

Yunho mengangguk.
Ia mempersilahkan Jaejoong memasuki rumahnya.
Junhon hanya mengedipkan matanya lucu.
Ummanya datang sendiri, ia tidak membawa Jaeho.

Tentu saja.

Jaejoong sudah lebih dulu menitipkan putra sulungnya kepada Ren.

  “Duduklah di sana, aku akan membuat susu untuk Junhon”

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia duduk di sofa ruang tengah dan memperhatikan Junhon yang sudah berlari ke sampingnya.
Namja cherry itu duduk di atas hambal dan bermain dengan mainan-mainan barunya yang dibelikan Yunho.

  “Honchan”

  “Ne Umma?”

  “Apa saja yang Hon lakukan selama tinggal disini?”

  “Umm..Hon jalan-jalan bersama Appa, beli mainan baru, makan kue~”

  “Appa?”

  “Nee, Appa bilang Appa itu Appanya Honchan~”

  “La-Lalu?”

  “Hon senang~ Hon suka tidur bersama Appa~ Hehehe”

Jaejoong tersenyum kecut mendengarnya.
Junhon terlihat sangat bahagia hm?
Apakah Yunho menjaga putranya sebaik itu?

  “Jja, Hon, ini susunya”

Junhon menoleh.
Ia menjulurkan tangannya menerima botol susu yang diberikan Appanya.
Jaejoong menahan nafasnya.
Jemarinya bergetar.
Ia mungkin lupa dengan apa yang pernah Yunho lakukan padanya.
Tapi tubuhnya tidak akan lupa.

SSRAK.

Namja cantik itu refleks bergeser menjauh ketika Yunho duduk di sampingnya.
Ia memalingkan wajahnya menolak menatap namja tampan itu.

  “Kau sakit?” Tanya Yunho mengerutkan alisnya.

Cih.
Jaejoong menoleh.
Matanya menyiratkan amarah.

  “Apa pedulimu? Karena kau yang telah menyebabkan rasa sakit padaku hn?” Desis Jaejoong kesal.

Yunho tidak menyahut.
Ia hanya diam memandangi Jaejoong.

  “Jaejoong”

  “Dimana kamarku? Aku ingin istirahat”

  “Aku antar”

  “Ani, aku bisa sendiri”

  “Arasseo, naik saja ke lantai dua, kamar nomor tiga dari kanan”

Jaejoong mendengus.
Ia segera beranjak dan melesat meninggalkan namja tampan itu bersama Junhon yang acuh dengan apa yang baru saja terjadi di dekatnya.
Yunho menghela nafasnya.
Ia duduk di samping Junhon dan mengusap lembut rambut cokelat namja cherry itu.

  “Uri Umma sombong sekali hm?” Gumam Yunho berbisik.

Junhon terkekeh.
Ia menjepit wajah Yunho dengan kedua tangan mungilnya.

  “Umma orang paling baik sedunia~”

  “Nee? Hon sayang siapa? Appa atau Umma?”

  “Un, Hon sayang dua-duanya”

  “Pilih satu?”

Junhon mempoutkan bibir cherry-nya.
Dahinya merengut lucu.
Membuat Yunho tidak bisa menahan dirinya untuk tidak mengecup pipi gembul itu.

  “Hon lebih sayang Appa!”

  “Waeyo? Hon lebih lama tinggal bersama Umma”

  “Appa tampan, hehehe, Hon suka~”

Aish.
Yunho tertawa geli dibuatnya.
Namja tampan itu menggelitiki perut Junhon dan membuatnya terbaring di atas hambal.
Namja cherry itu menjerit.
Ia memukul-mukul Appanya gemas.

Huh.

Jaejoong yang sejak tadi memandangi keduanya dari lantai atas tersenyum miris.


-------


  “Uunngghh~”

Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia baru saja selesai merapikan ranjangnya, namun perhatiannya teralihkan dengan terbukanya pintu kamar dan Junhon yang masuk seraya melenguh manja.
Rambut cokelatnya tampak berantakan.
Membuatnya semakin menggemaskan.

  “Ummaa” Erangnya manja.

Jaejoong berlutut.
Ia memeluk Junhon yang menjatuhkan wajahnya di bahu namja cantik itu.

  “Hon mau Jae Hyung..” Lirih Junhon masih mengantuk.

Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.

  “Hon kangen Hyung..Hon mau Jaejae Hyuungg” Ujar Junhon merengek.

Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut rambut putranya dan membawanya keluar kamar.

  “Nee, Hon akan bertemu dengan Hyung kalau Hon mau ikut Umma pulang”

  “Mwo? Pulang? Dengan Appa?”

  “Ani, ani, berdua saja dengan Umma, Appa tidak ikut”

  “Sirheo~!”

  “Hon tidak ingin bertemu Jae Hyung?”

  “Tapi bersama Appaaa~!”

  “Kalau begitu tidak bisa”

Junhon mengerutkan dahinya kesal.
Ia mendengus saat Jaejoong mendudukkan dirinya di kursi meja makan.

  “Jja, Hon mau sarapan apa hm? Waffle cokelat seperti biasanya?”

  “Sirheo~! Hon mau Hyung~!”

  “Junhon”

  “Hyung~! Hon mau Jae Hyung~!”

Aish.
Namja cantik itu merasakan kepalanya pusing.
Perutnya mendadak sakit.
Matanya berkunang-kunang.
Jaejoong baru saja akan mendekati Junhon dan membuatnya tenang, namun ia terjatuh ketika menggerakkan kakinya.

Junhon kaget.

Namja mungil itu menjerit lantang melihat Ummanya terbatuk di lantai.
Mata besarnya bergerak ketakutan saat Jaejoong memuntahkan darah yang sangat banyak.

  “Appa! Appaaaaa~!”

Yunho yang sedang menuruni tangga mengerutkan dahinya mendengar suara jeritan putranya.
Namja tampan itu segera menyusul ke dapur dan membelalak kaget melihat Jaejoong yang terbatuk di lantai.

Yunho merinding.

  “Jaejoong ah! Kau kenapa?!”

Jaejoong merintih.
Pandangannya memburam.
Mulutnya basah.
Ia menggerakkan tangannya mencengkram piyama Yunho dengan tangannya yang terkena darah.

  “Yah! Jaejoong ah! Gwenchana?!”

  “Uuhh..Hnnh..A-Appo..”

Namja tampan itu segera merengkuh Jaejoong ke dalam pelukannya.
Ia menyuruh Junhon melompat dari kursi dapur dan mengambilkan ponselnya yang ada di dalam kamar.
Junhon menurut patuh.
Ia segera berlari dan kembali dengan ponsel Yunho di tangannya.

Namja tampan itu segera menelepon dokter pribadi keluarganya dengan panik.


-------


  “Gagal ginjal?”

Yunho merasakan waktu seakan berhenti ketika dokter itu mendiagnosa penyakit Jaejoong.
Namja tampan itu terduduk di sofa ruang tengah.
Kedua tangannya menumpukan dahinya di atas lutut.
Ia meringis.

Dulu, beberapa tahun yang lalu, Jaejoong juga pernah mengalami hal seperti ini seingatnya.
Bukankah itu berarti ginjalnya sudah lama bermasalah?

Gosh.

  “Appa”

Yunho menoleh.
Menatap Junhon yang memanggilnya.
Namja tampan itu segera menggendong putranya dan membawanya memasuki kamar Jaejoong.

  “Uunnhh..hh..”

Namja cantik itu merintih lemah di sana.
Air matanya terus menetes setiap kali rasa sakit menyerangnya.
Yunho menatap sendu namja cantik itu.
Ia duduk di pinggir ranjang seraya menggenggam jemari Jaejoong.

  “Maafkan aku..” Bisik Yunho lirih.

DEG.

Kedua mata Jaejoong terbuka lebar.
Dahinya mengernyit menahan sakit.
Wajahnya pucat.
Namja cantik itu menatap Yunho dengan tatapan yang tidak bisa diartikan.

Yunho mengecup punggung tangan Jaejoong dengan lembut.

  “Karena aku, kau jadi seperti ini..Mianhae..”

Jaejoong bisa melihat Yunho menangis.
Apakah ia berhalusinasi?

  “Aku benar-benar minta maaf, Kim Jaejoong..Hiks..Mian..”

Yunho terisak pilu.
Ia menundukkan wajahnya dengan jemari yang masih menggenggam erat tangan namja cantik itu.
Sementara Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya mengerjap sedih memandangi Yunho yang kini memohon maaf padanya.

  “Sakit, Yunho ah..” Gumam Jaejoong lemah.

Kedua mata bulatnya tampak berkaca-kaca.
Yunho semakin terisak.
Ia semakin erat menggenggam jemari Jaejoong.
Wajahnya ia tenggelamkan di bahu namja cantik itu.

  “Maafkan aku..Maafkan aku..Maaf..” Lirih Yunho berkali-kali.

Jaejoong memejamkan matanya pelan, membiarkan air matanya menetes membasahi sudut matanya.

  “Aku menyesal Jaejoong ah..Kumohon..Maafkan aku..”

Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia masih bungkam membiarkan Yunho terus merapalkan permintaan maaf diiringi tangisnya.
Bahkan Jaejoong tetap merapatkan bibirnya ketika Yunho akhirnya terjatuh tidur dengan gumaman tidak jelasnya.


-------


Namja cantik itu mengerjap-kerjapkan mata beningnya cukup lama.
Menyesuaikan retinanya dengan lampu terang yang ada tepat di atas wajahnya.
Jaejoong merintih ketika ia hendak bergerak.
Detik selanjutnya ia tersentak.

Dimana ini?

Namja cantik itu menatap pergelangan tangannya yang terinfus.
Pakaiannya sudah berganti mengenakan seragam rumah sakit.
Eoh?
Jaejoong mengernyit bingung.

Ia menolehkan wajahnya dan terkejut mendapati Ren yang tertidur di sofa dekat dinding.

  “Mi-Minki yah” Gumam Jaejoong lemah.

Suaranya terdengar serak.
Jaejoong meringis.

  “Choi Minki!” Erang Jaejoong sekuat mungkin.

DEG.

Ren tersentak kaget.
Ia terbangun dari baringnya.
Matanya membulat menatap Jaejoong yang sudah bangun.

  “Joongie! Kau sadar!” Ujar Ren sumringah.

Jaejoong mendesah pendek.
Menahan tangan Ren yang membantunya untuk bangun.

  “A-Apa yang terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini? Seingatku aku masih tinggal bersama Yunho dan----”

  “Tenanglah, semuanya baik-baik saja”

Jaejoong merapatkan bibirnya.
Menatap dalam mata bulat Ren.

  “Asisten Yunho mendatangiku, ia bilang Yunho yang membawamu ke rumah sakit setelah melihat hasil pemeriksaan lebih lanjut mengenai ginjalmu”

Jaejoong mengerutkan dahinya menatap Ren yang kini terdiam.
Ia mengusap lengan namja berambut blonde itu mencari tahu kenapa.
Ren menarik nafas panjang.
Ia menatap sayang mata bulat Jaejoong.

  “Kau dioperasi kemarin malam, Yunho mendonorkan satu ginjalnya untukmu” Ucap Ren pelan.

DEG.

Kedua mata Jaejoong membulat sempurna.
Ia begitu kaget.
Seingatnya terakhir kali ia melihat namja tampan itu, Yunho menangis meminta maaf padanya.
Dan sekarang ia dikejutkan dengan ucapan Ren.

CKLEK.

Jaejoong dan Ren menoleh ke arah pintu.
Junsu dan Yoochun beranjak masuk ke dalam kamar rawat diiringi Jaeho yang berlari mendekati Jaejoong.

  “Ummaaaa~!” Jeritnya lantang.

Jaejoong mendesah pendek.
Ia tersenyum lembut dan membantu Jaeho duduk di sampingnya.
Namja almond itu segera memeluk erat pinggangnya. Seakan tidak ingin lepas lagi dari sana.

CKLEK.

Namja cantik itu kembali menoleh ketika pintu kamar rawatnya terbuka lagi.
Dan detik itu juga ia menahan nafasnya.
Mata bulatnya menatap Yunho yang duduk di kursi roda dengan seragam pasien yang sama dengannya.
Tampak sesosok namja berwajah kekanakan yang mendorong kursi roda tersebut.
Junhon yang duduk di pangkuan Yunho menjerit gemas saat matanya menangkap sosok yang dirindukannya selama ini.

  “Hyung~!” Panggilnya.

Jaeho menoleh, membuat Yunho terkejut saat itu juga.
Anak itu..Omo, kembaran Junhonkah? Kembar? Putranya ada dua??

  “Honchan~!” Balas Jaeho tersenyum lebar.

Junhon melompat dari pangkuan Yunho. Ia segera berlari menghampiri Hyungnya.
Mengacuhkan Jaejoong dan Yunho yang kini saling bertatap-tatapan satu sama lain.

  “Apa yang kau sembunyikan dariku, Kim Jaejoong?” Desis Yunho mengernyitkan dahinya.

TBC :D

3 komentar:

  1. Ahhhh.. i'm going insane,
    Baca ffmu itu kayak naik roller coaster, sbntr tegang, sbntr ngeri, sbntar lemes, sebntar kaget, sebntar senyum.. huahhh..

    KERENNNNN!!!

    BalasHapus
  2. Shella kok ff yang ini gak dilanjut? padahal ceritanya keren bgt...

    BalasHapus