PART 6.
Yunho membaringkan Junhon di atas ranjangnya.
Ia terdiam mengamati namja cherry itu.
Tanpa sadar jemarinya terulur mengusap lembut pipi
gembul Junhon.
Anak ini sangat lucu.
Dan dia seperti replika mini dari Ummanya hm?
CUP.
Yunho mengecup lembut dahi Junhon.
Ia tersenyum.
Untuk pertama kalinya Yunho tersenyum tulus.
Demi Tuhan, menyentuh anak ini membuat tubuhnya
bergetar.
Jantungnya berdebar kencang.
“Appa akan
menyayangimu sepenuh hati, boy. Appa
berjanji” Bisik Yunho seraya menyurukkan wajahnya pada bahu putranya.
Namja tampan itu merasakan kedua mata musangnya panas.
Beberapa saat kemudian ia terisak memilukan.
Mengingat masa kecilnya yang sangat tidak
menyenangkan.
Kenangannya penuh luka.
Hanya karena ia tidak bisa memenuhi tuntutan dari
Appanya.
Yunho bersumpah, ia tidak akan menjadi seseorang yang
kejam seperti Appanya dulu.
Ia tidak akan pernah menyiksa putranya sendiri.
Tidak.
Ia akan memberikan masa kanak-kanak yang membahagiakan
untuk putranya.
Namja tampan itu beranjak bangun perlahan.
Mata musangnya masih betah memandangi wajah damai
Junhon.
Kemudian ia kembali tersenyum dan berjalan memasuki
kamar mandi.
Mencuci wajahnya yang basah.
Yunho menghela nafas panjang setelahnya.
Ia membuka pintu kamar dan keluar dari sana.
Berjalan menuju kamar satunya yang merangkap sebagai
ruang kerja pribadi miliknya.
Yunho segera duduk di kursi dan mendesah pendek meraih
sebuah handycam yang tergeletak
begitu saja di atas meja.
Jemarinya menekan tombol ON dan mengusap layar yang hidup itu.
Dahi Yunho mengernyit.
Memperhatikan rekaman bejat yang dibuatnya beberapa
tahun yang lalu.
Namja tampan itu menahan nafasnya.
Perlahan air matanya kembali mengalir.
Ia salah.
Yunho tahu ia salah.
Salah dalam segala hal, salah ketika ia mendatangi
Jaejoong.
Salah untuk menyampaikan kalau ia ingin tinggal
bersama anaknya dan juga Ummanya.
Dan Yunho sadar, kalau ia begitu egois dan kekanakan
di masa transisi remajanya.
Saat ini Yunho bukan lagi seorang remaja berumur 17
tahun.
Saat ini ia adalah Jung Yunho yang telah berusia 22
tahun.
Pola pikirnya telah berubah.
Segala jenis dendam yang memupuk di relung hatinya
telah terkikis secara perlahan oleh waktu.
Yunho tidak pernah membenci Jaejoong.
Ia hanya beranggapan seperti itu karena iri saat
Appanya selalu membela namja cantik itu di hadapannya.
Buktinya adalah saat Jung Jinki meninggal.
Pergi membawa dendam yang menggerogoti hati dan
perasaannya.
Lamban laun Yunho menjadi sering memperhatikan namja
cantik itu.
Memikirkan perbuatan bejat yang telah dilakukannya
pada Jaejoong.
Tapi saat itu egonya masih terlalu tinggi untuk
mengalah.
Dan Yunho tersiksa saat ia tahu Jaejoong telah
menghilang dari kehidupannya waktu itu.
“Aku terlalu
angkuh untuk meminta pengampunanmu, Jae ah..” Lirih Yunho terisak.
Namja tampan itu mencengkram erat handycam yang kini telah dimatikan fungsinya.
Yunho menunduk.
Menumpahkan kesedihannya yang selama ini ia tahan.
“Aku telah
merusak segalanya..Keluargamu..Hidupmu..Perasaanmu..”
Ia meringkuk dalam sepi.
Menyadari dosanya terlalu besar.
Bagaimana cara ia menebusnya?
“Hueeee~~!
Appaaaaa~~!”
DEG.
Yunho terkejut.
Kedua matanya melebar sempurna.
Ia tidak salah dengar.
Namja tampan itu segera mengusap air matanya dan
bangkit dengan terburu-buru.
Ia membuka pintu ruang kerjanya dan berlari menuju
kamar tidurnya yang tidak jauh dari sana.
CKLEK!
Yunho membuka pintu tersebut dan terdiam mendapati
anaknya sudah bangun.
Sepertinya ia kaget karena ia tidak mengenal tempat
ini.
Junhon menangis lantang seraya berteriak memanggil
Appanya.
Sudah kebiasaannya sejak dulu.
Namja tampan itu berjalan menghampiri Junhon dan
segera memeluknya.
Satu tangannya mengusapi punggung namja cherry itu.
“Sshh..Appa
disini sayang, gwenchana, berhentilah menangis” Desis Yunho lembut.
Junhon mengerjapkan mata bulatnya.
Tangisnya mereda perlahan.
Ia mengerutkan dahinya dan mendongakkan wajahnya.
Menatap wajah tampan Yunho yang mengecup lembut
dahinya.
“A-Appa?”
Gumam Junhon bingung.
Yunho mengangguk.
Ia memeluk erat namja cherry itu.
Junhon berkedip kaget.
Ia tersenyum lebar dan melompat memeluk punggung Yunho.
“APPA!”
Teriaknya senang.
Yunho tertawa kecil dibuatnya.
“Appa
eodisseo? Kenapa baru sekarang Hon bertemu dengan Appa?”
“Appa bekerja,
sayang, Appa mencari uang untukmu dan Umma”
“Nee? Berarti
sekarang Appa punya banyak uang~”
Yunho kembali tertawa.
Ia membaringkan Junhon di ranjang, kemudian ia ikut
berbaring di samping namja cherry itu.
“Mianhae, Appa
baru menemuimu sekarang” Bisik Yunho kecil.
Junhon tersenyum lebar.
Pipinya merona.
Appanya sangat tampan!
“Umma
memberikan nama apa untukmu hm?”
“Junhon! Tapi
Hon biasa dipanggil Honchan, otte Appa?”
“Namamu sangat
bagus, Appa suka”
“Appa wangi~”
Eoh?
Yunho segera merengkuh punggung kecil Junhon dan
memeluknya erat.
Ia tersenyum bahagia seraya menghirup wangi bayi yang
melekat pada tubuh putranya.
-------
Junsu dan Ren saling berdiri di depan pintu kamar
namja cantik itu.
Mereka berdua memandang sendu Jaejoong yang tampak
menyedihkan.
Namja cantik itu tidak berhenti menangis sejak
beberapa hari yang lalu.
Kedua matanya membengkak.
Pipinya tirus.
Kesehatannya memburuk.
“Aku khawatir,
Minki ah” Ujar Junsu pelan.
Hm?
Ren menoleh.
Ren menoleh.
Menatap Junsu yang baru saja dikenalnya beberapa hari
ini.
“Ia pernah
mengalami kondisi seperti ini beberapa waktu yang lalu, dan itu seperti mimpi
buruk”
“Apa yang
terjadi?”
“Joongie Hyung
tidak boleh stress, ia akan merusak pola makan dan istirahatnya, dan berujung
pada ginjalnya”
“Mwoya?”
“Aku takut..Jaeho
bilang ia melihat Joongie Hyung muntah darah semalam”
Mata Ren melebar.
Ia segera menghampiri namja cantik itu.
Jaejoong terlelap dengan dahi yang mengernyit tidak
tenang.
“Ia akan
semakin tersiksa kalau terus seperti ini, otteyo?” Ujar Ren mendesah.
Junsu ikut duduk di pinggir ranjang.
Ia mengusap lembut rambut almond Hyungnya.
“Ungh”
Namja cantik itu mengerang lirih.
Ia terbangun dari tidurnya.
Jemarinya segera menahan rasa sakit di pinggangnya.
Ia meringis, membuat Junsu dan Ren semakin khawatir.
“Ja-Jaeho..Jaeho eodisseo?” Bisik Jaejoong lemah.
“Ia sedang
pergi bersama Yoochun, Hyung, gwenchana” Sahut Junsu lembut.
“Honchan?”
“Hyung,
istirahatlah”
Jaejoong menggeleng.
Ia ingin anaknya.
Ia ingin Junhon.
Dan Yunho telah merebutnya.
“Untung saja
waktu itu Jaeho sedang bersamaku..Sepertinya Yunho belum tahu kalau Junhon
memiliki kembaran” Ujar Ren tiba-tiba.
DEG.
Jaejoong membuka matanya.
Ia mencengkram jemari namja berambut blonde itu.
“A-Ani..Yunho
tidak boleh tahu mengenai Jaeho..Aniya..”
“Nee, nee, tenang
saja, ia tidak akan tahu”
Junsu menghela nafasnya.
“Hyung, sampai
kapan kau akan membiarkan Junhon sendirian disana? Kau harus membawanya
kembali”
“Junsu ah”
“Kau bisa
menunggu sampai Yunho lengah, Hyung, lalu membawa Junhon pergi darinya, kami
akan membantumu”
Namja cantik itu baru saja akan membuka mulutnya untuk
menyahut.
Tapi mendadak ia terbatuk dan merembeskan darah hingga
mengotori seprai.
Junsu dan Ren panik, mereka segera merengkuh Jaejoong
dan membantunya memasuki kamar mandi.
Namja cantik itu merasakan perutnya berdenyut-denyut.
Ia merintih lemah sebelum kesadarannya menghilang.
-------
Beberapa hari kemudian.
TING TONG.
“Appa! Belnya
bunyi!”
Yunho yang sedang membuat susu untuk Junhon menolehkan
wajahnya.
Ia mengangguk dan segera mencuci tangannya.
“Hon mau
ikut?”
“Ung!
Gendong~!”
Namja tampan itu terkekeh.
Ia segera menggendong Junhon dan berjalan menuju pintu
depan.
CKLEK.
DEG.
Yunho terdiam.
Menatap Kim Jaejoong yang berdiri tepat di hadapannya
saat ini.
Namja tampan itu menaikkan alisnya.
Wajah Jaejoong terlihat sangat pucat.
Mengingatkannya akan insiden muntah darah Jaejoong
saat di sekolah dulu.
“Aku akan
tinggal denganmu selama tiga hari, setelah itu aku akan kembali membawa Junhon
pulang” Ujar Jaejoong tegas.
Yunho mengangguk.
Ia mempersilahkan Jaejoong memasuki rumahnya.
Junhon hanya mengedipkan matanya lucu.
Ummanya datang sendiri, ia tidak membawa Jaeho.
Tentu saja.
Jaejoong sudah lebih dulu menitipkan putra sulungnya
kepada Ren.
“Duduklah di
sana, aku akan membuat susu untuk Junhon”
Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia duduk di sofa ruang tengah dan memperhatikan Junhon
yang sudah berlari ke sampingnya.
Namja cherry itu
duduk di atas hambal dan bermain dengan mainan-mainan barunya yang dibelikan
Yunho.
“Honchan”
“Ne Umma?”
“Apa saja yang
Hon lakukan selama tinggal disini?”
“Umm..Hon
jalan-jalan bersama Appa, beli mainan baru, makan kue~”
“Appa?”
“Nee, Appa
bilang Appa itu Appanya Honchan~”
“La-Lalu?”
“Hon senang~
Hon suka tidur bersama Appa~ Hehehe”
Jaejoong tersenyum kecut mendengarnya.
Junhon terlihat sangat bahagia hm?
Apakah Yunho menjaga putranya sebaik itu?
“Jja, Hon, ini
susunya”
Junhon menoleh.
Ia menjulurkan tangannya menerima botol susu yang
diberikan Appanya.
Jaejoong menahan nafasnya.
Jemarinya bergetar.
Ia mungkin lupa dengan apa yang pernah Yunho lakukan
padanya.
Tapi tubuhnya tidak akan lupa.
SSRAK.
Namja cantik itu refleks bergeser menjauh ketika Yunho
duduk di sampingnya.
Ia memalingkan wajahnya menolak menatap namja tampan
itu.
“Kau sakit?”
Tanya Yunho mengerutkan alisnya.
Cih.
Jaejoong menoleh.
Matanya menyiratkan amarah.
“Apa pedulimu?
Karena kau yang telah menyebabkan rasa sakit padaku hn?” Desis Jaejoong kesal.
Yunho tidak menyahut.
Ia hanya diam memandangi Jaejoong.
“Jaejoong”
“Dimana
kamarku? Aku ingin istirahat”
“Aku antar”
“Ani, aku bisa
sendiri”
“Arasseo, naik
saja ke lantai dua, kamar nomor tiga dari kanan”
Jaejoong mendengus.
Ia segera beranjak dan melesat meninggalkan namja
tampan itu bersama Junhon yang acuh dengan apa yang baru saja terjadi di dekatnya.
Yunho menghela nafasnya.
Ia duduk di samping Junhon dan mengusap lembut rambut
cokelat namja cherry itu.
“Uri Umma
sombong sekali hm?” Gumam Yunho berbisik.
Junhon terkekeh.
Ia menjepit wajah Yunho dengan kedua tangan mungilnya.
“Umma orang
paling baik sedunia~”
“Nee? Hon
sayang siapa? Appa atau Umma?”
“Un, Hon
sayang dua-duanya”
“Pilih satu?”
Junhon mempoutkan bibir cherry-nya.
Dahinya merengut lucu.
Membuat Yunho tidak bisa menahan dirinya untuk tidak
mengecup pipi gembul itu.
“Hon lebih
sayang Appa!”
“Waeyo? Hon
lebih lama tinggal bersama Umma”
“Appa tampan,
hehehe, Hon suka~”
Aish.
Yunho tertawa geli dibuatnya.
Namja tampan itu menggelitiki perut Junhon dan
membuatnya terbaring di atas hambal.
Namja cherry itu
menjerit.
Ia memukul-mukul Appanya gemas.
Huh.
Jaejoong yang sejak tadi memandangi keduanya dari
lantai atas tersenyum miris.
-------
“Uunngghh~”
Jaejoong menaikkan alisnya.
Ia baru saja selesai merapikan ranjangnya, namun
perhatiannya teralihkan dengan terbukanya pintu kamar dan Junhon yang masuk
seraya melenguh manja.
Rambut cokelatnya tampak berantakan.
Membuatnya semakin menggemaskan.
“Ummaa”
Erangnya manja.
Jaejoong berlutut.
Ia memeluk Junhon yang menjatuhkan wajahnya di bahu namja
cantik itu.
“Hon mau Jae
Hyung..” Lirih Junhon masih mengantuk.
Eoh?
Jaejoong menaikkan alisnya.
Jaejoong menaikkan alisnya.
“Hon kangen
Hyung..Hon mau Jaejae Hyuungg” Ujar Junhon merengek.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia mengusap lembut rambut putranya dan membawanya
keluar kamar.
“Nee, Hon akan
bertemu dengan Hyung kalau Hon mau ikut Umma pulang”
“Mwo? Pulang?
Dengan Appa?”
“Ani, ani,
berdua saja dengan Umma, Appa tidak ikut”
“Sirheo~!”
“Hon tidak
ingin bertemu Jae Hyung?”
“Tapi bersama
Appaaa~!”
“Kalau begitu
tidak bisa”
Junhon mengerutkan dahinya kesal.
Ia mendengus saat Jaejoong mendudukkan dirinya di
kursi meja makan.
“Jja, Hon mau
sarapan apa hm? Waffle cokelat
seperti biasanya?”
“Sirheo~! Hon
mau Hyung~!”
“Junhon”
“Hyung~! Hon
mau Jae Hyung~!”
Aish.
Namja cantik itu merasakan kepalanya pusing.
Perutnya mendadak sakit.
Matanya berkunang-kunang.
Jaejoong baru saja akan mendekati Junhon dan
membuatnya tenang, namun ia terjatuh ketika menggerakkan kakinya.
Junhon kaget.
Namja mungil itu menjerit lantang melihat Ummanya
terbatuk di lantai.
Mata besarnya bergerak ketakutan saat Jaejoong
memuntahkan darah yang sangat banyak.
“Appa!
Appaaaaa~!”
Yunho yang sedang menuruni tangga mengerutkan dahinya
mendengar suara jeritan putranya.
Namja tampan itu segera menyusul ke dapur dan
membelalak kaget melihat Jaejoong yang terbatuk di lantai.
Yunho merinding.
“Jaejoong ah!
Kau kenapa?!”
Jaejoong merintih.
Pandangannya memburam.
Mulutnya basah.
Ia menggerakkan tangannya mencengkram piyama Yunho
dengan tangannya yang terkena darah.
“Yah! Jaejoong
ah! Gwenchana?!”
“Uuhh..Hnnh..A-Appo..”
Namja tampan itu segera merengkuh Jaejoong ke dalam
pelukannya.
Ia menyuruh Junhon melompat dari kursi dapur dan
mengambilkan ponselnya yang ada di dalam kamar.
Junhon menurut patuh.
Ia segera berlari dan kembali dengan ponsel Yunho di
tangannya.
Namja tampan itu segera menelepon dokter pribadi
keluarganya dengan panik.
-------
“Gagal
ginjal?”
Yunho merasakan waktu seakan berhenti ketika dokter
itu mendiagnosa penyakit Jaejoong.
Namja tampan itu terduduk di sofa ruang tengah.
Kedua tangannya menumpukan dahinya di atas lutut.
Ia meringis.
Dulu, beberapa tahun yang lalu, Jaejoong juga pernah
mengalami hal seperti ini seingatnya.
Bukankah itu berarti ginjalnya sudah lama bermasalah?
Gosh.
“Appa”
Yunho menoleh.
Menatap Junhon yang memanggilnya.
Namja tampan itu segera menggendong putranya dan
membawanya memasuki kamar Jaejoong.
“Uunnhh..hh..”
Namja cantik itu merintih lemah di sana.
Air matanya terus menetes setiap kali rasa sakit
menyerangnya.
Yunho menatap sendu namja cantik itu.
Ia duduk di pinggir ranjang seraya menggenggam jemari
Jaejoong.
“Maafkan
aku..” Bisik Yunho lirih.
DEG.
Kedua mata Jaejoong terbuka lebar.
Dahinya mengernyit menahan sakit.
Wajahnya pucat.
Namja cantik itu menatap Yunho dengan tatapan yang
tidak bisa diartikan.
Yunho mengecup punggung tangan Jaejoong dengan lembut.
“Karena aku,
kau jadi seperti ini..Mianhae..”
Jaejoong bisa melihat Yunho menangis.
Apakah ia berhalusinasi?
“Aku
benar-benar minta maaf, Kim Jaejoong..Hiks..Mian..”
Yunho terisak pilu.
Ia menundukkan wajahnya dengan jemari yang masih
menggenggam erat tangan namja cantik itu.
Sementara Jaejoong terdiam.
Mata bulatnya mengerjap sedih memandangi Yunho yang
kini memohon maaf padanya.
“Sakit, Yunho
ah..” Gumam Jaejoong lemah.
Kedua mata bulatnya tampak berkaca-kaca.
Yunho semakin terisak.
Ia semakin erat menggenggam jemari Jaejoong.
Wajahnya ia tenggelamkan di bahu namja cantik itu.
“Maafkan
aku..Maafkan aku..Maaf..” Lirih Yunho berkali-kali.
Jaejoong memejamkan matanya pelan, membiarkan air
matanya menetes membasahi sudut matanya.
“Aku menyesal
Jaejoong ah..Kumohon..Maafkan aku..”
Namja cantik itu tidak menyahut.
Ia masih bungkam membiarkan Yunho terus merapalkan
permintaan maaf diiringi tangisnya.
Bahkan Jaejoong tetap merapatkan bibirnya ketika Yunho
akhirnya terjatuh tidur dengan gumaman tidak jelasnya.
-------
Namja cantik itu mengerjap-kerjapkan mata beningnya cukup
lama.
Menyesuaikan retinanya dengan lampu terang yang ada
tepat di atas wajahnya.
Jaejoong merintih ketika ia hendak bergerak.
Detik selanjutnya ia tersentak.
Dimana ini?
Namja cantik itu menatap pergelangan tangannya yang
terinfus.
Pakaiannya sudah berganti mengenakan seragam rumah
sakit.
Eoh?
Jaejoong mengernyit bingung.
Ia menolehkan wajahnya dan terkejut mendapati Ren yang
tertidur di sofa dekat dinding.
“Mi-Minki yah”
Gumam Jaejoong lemah.
Suaranya terdengar serak.
Jaejoong meringis.
“Choi Minki!”
Erang Jaejoong sekuat mungkin.
DEG.
Ren tersentak kaget.
Ia terbangun dari baringnya.
Matanya membulat menatap Jaejoong yang sudah bangun.
“Joongie! Kau
sadar!” Ujar Ren sumringah.
Jaejoong mendesah pendek.
Menahan tangan Ren yang membantunya untuk bangun.
“A-Apa yang
terjadi? Kenapa aku bisa ada di sini? Seingatku aku masih tinggal bersama Yunho
dan----”
“Tenanglah,
semuanya baik-baik saja”
Jaejoong merapatkan bibirnya.
Menatap dalam mata bulat Ren.
“Asisten Yunho
mendatangiku, ia bilang Yunho yang membawamu ke rumah sakit setelah melihat
hasil pemeriksaan lebih lanjut mengenai ginjalmu”
Jaejoong mengerutkan dahinya menatap Ren yang kini
terdiam.
Ia mengusap lengan namja berambut blonde itu mencari
tahu kenapa.
Ren menarik nafas panjang.
Ia menatap sayang mata bulat Jaejoong.
“Kau dioperasi
kemarin malam, Yunho mendonorkan satu ginjalnya untukmu” Ucap Ren pelan.
DEG.
Kedua mata Jaejoong membulat sempurna.
Ia begitu kaget.
Seingatnya terakhir kali ia melihat namja tampan itu,
Yunho menangis meminta maaf padanya.
Dan sekarang ia dikejutkan dengan ucapan Ren.
CKLEK.
Jaejoong dan Ren menoleh ke arah pintu.
Junsu dan Yoochun beranjak masuk ke dalam kamar rawat
diiringi Jaeho yang berlari mendekati Jaejoong.
“Ummaaaa~!”
Jeritnya lantang.
Jaejoong mendesah pendek.
Ia tersenyum lembut dan membantu Jaeho duduk di
sampingnya.
Namja almond itu
segera memeluk erat pinggangnya. Seakan tidak ingin lepas lagi dari sana.
CKLEK.
Namja cantik itu kembali menoleh ketika pintu kamar
rawatnya terbuka lagi.
Dan detik itu juga ia menahan nafasnya.
Mata bulatnya menatap Yunho yang duduk di kursi roda
dengan seragam pasien yang sama dengannya.
Tampak sesosok namja berwajah kekanakan yang mendorong
kursi roda tersebut.
Junhon yang duduk di pangkuan Yunho menjerit gemas
saat matanya menangkap sosok yang dirindukannya selama ini.
“Hyung~!”
Panggilnya.
Jaeho menoleh, membuat Yunho terkejut saat itu juga.
Anak itu..Omo, kembaran Junhonkah? Kembar? Putranya
ada dua??
“Honchan~!”
Balas Jaeho tersenyum lebar.
Junhon melompat dari pangkuan Yunho. Ia segera berlari
menghampiri Hyungnya.
Mengacuhkan Jaejoong dan Yunho yang kini saling
bertatap-tatapan satu sama lain.
“Apa yang kau
sembunyikan dariku, Kim Jaejoong?” Desis Yunho mengernyitkan dahinya.
Ahhhh.. i'm going insane,
BalasHapusBaca ffmu itu kayak naik roller coaster, sbntr tegang, sbntr ngeri, sbntar lemes, sebntar kaget, sebntar senyum.. huahhh..
KERENNNNN!!!
lanjuuuutttt
BalasHapusShella kok ff yang ini gak dilanjut? padahal ceritanya keren bgt...
BalasHapus