This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 02 November 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/HEART MIND SOUL

Tittle: HEART MIND SOUL

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-incest-friendship-gelundungan

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


Aku yang terluka, kau yang merasakan sakit.
Kau yang terluka, aku yang merasakan sakit.
Kita dilahirkan di hari yang sama, dengan wajah yang berbeda satu sama lain.

Tetapi satu jiwa.
.
.
.

Seoul, when they were in five years old.

Choi Minho tampak memperhatikan dengan seksama potret kedua namja yang kini tertempel pada buku absennya.
Siswa baru dari Tokyo, cucu dari mantan Perdana Menteri di Jepang.
Mata kodok Minho bergerak pelan, kembali meneliti di mana letak kemiripan keduanya.

Mereka kembar.

Tapi berbeda.

  “Minho Sam! Dia menangis lagi!”


Minho terkejut.
Ia menoleh dan menatap salah satu muridnya yang berambut ikal.
Namja bermata kodok itu segera berlari menyusul muridnya menuju lapangan sekolah.
Mengacuhkan buku absen miliknya yang masih tergeletak dengan posisi terbuka di atas meja.

Memperlihatkan potret dua namja yang tertempel rapi di sana.
Dengan wajah angkuh tanpa senyum.

Jung Jaejoong dan Jung Yunho.

  “Appoooo~!”

Suara jeritan namja mungil berwajah cantik itu terdengar lantang.
Minho melihat Jaejoong sedang duduk di tengah lapangan taman kanak-kanak seraya memeluk lututnya.
Wajah gembulnya tampak memerah sedih.
Pipinya basah akan air mata.

Kemudian Minho menoleh, menatap sang kembaran, Jung Yunho, yang berdiri tetap pada posisinya.
Namja bermata musang itu hanya diam memandangi kembarannya.
Wajahnya tidak menunjukkan ekspresi sakit sedikit pun.
Walau lutut kanannya berdarah.

Minho segera menggendong Jaejoong dan membawanya ke ruang kesehatan seraya berteriak meminta Yunho agar namja itu mengikutinya.
Tapi Yunho tidak bergeming.
Ia masih memperhatikan Jaejoong yang berada dalam gendongan gurunya.

Jaejoong mendengus kesal.
Namja cantik itu memicingkan mata bulatnya yang basah menatap Yunho dari balik pundak Minho.
Ia mengulurkan lengan mungilnya dan menggigit keras lengannya hingga memercikkan darah.

  “AAAHHHH!!”

DEG.

Minho menoleh, melihat Yunho yang kini menjerit kesakitan memeluk lengannya.
Wajah kecilnya tampak memerah menahan sakit.

  “Hihihi~”

Namja bermata kodok itu merinding.
Ia merasakan Jaejoong kecil kini terkikik di lehernya.


-------


Seoul, now they are in seventeen years old.

Suara alunan musik beat terdengar dari kamar namja cantik itu.
Tampak Jung Jaejoong yang sedang mengangguk-anggukkan kepalanya seraya melantunkan lirik lagu.
Jemarinya bergerak lincah mengerjakan soal-soal latihan untuk pekerjaan rumahnya.
Saat musik berakhir, namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.

Ia mematikan I-pod-nya dan bersandar pada kursi belajar yang dapat berputar itu.
Menengadahkan kepalanya ke atas, hingga membuat poni almond-nya menjuntai ke belakang.
Kedua mata bulatnya tampak bergerak pelan memandangi langit-langit kamarnya.

Tapi beberapa detik kemudian ia melompat dari kursi dan memakai sandal tidurnya dan berlari menuju pintu.

CKLEK!

DEG!

Kedua pintu kamar yang saling berhadapan itu terbuka serentak.
Jaejoong dan Yunho saling terkejut satu sama lain.
Wajah Jaejoong perlahan menghangat, namun ia berusaha keras menahannya.
Namja cantik itu berbalik dan berlari memasuki kamarnya, mengambil penggaris besi yang tergeletak di meja belajar dan segera menggores kelingkingnya dengan kuat.

Yunho yang masih berdiri di depan pintu meringis kesakitan.
Kelingkingnya terasa berdenyut-denyut.
Namja tampan itu menggeram kesal pada kembarannya.

  “JUNG JAEJOONG! BISAKAH KAU BERHENTI MENYAKITIKU?!” Teriak Yunho marah.

Jaejoong mendengus lega.
Seulas senyum terukir pada sudut bibir cherry-nya.
Ia berbalik dan menutup pintu kamar, tersenyum kepada Yunho dan segera berlari menuruni tangga.
Meninggalkan Yunho yang mengumpat kesal padanya.

  “Omo, Jaejoongie, lagi-lagi kau berdarah” Jerit Heechul, menghampiri putranya.

Jaejoong menghembuskan nafasnya.
Membiarkan sang Umma kembali menggerutu dan mengobati lukanya.

  “Kenapa kau selalu melakukan ini? Kau memiliki masalah dengan Yunnie?” Tanya Heechul kesal.

Jaejoong tidak menyahut.
Ia hanya mempoutkan bibirnya.
Mata bulatnya diam-diam melirik Yunho yang kini berjalan menuruni tangga menuju ruang makan.

  “Yunnie! Bagaimana jarimu? Sakit?” Rentet Heechul khawatir.

Yunho menggeleng.
Ia menatap tajam namja cantik itu.
Membuat wajah Jaejoong kembali menghangat.
Ops, pipinya hampir saja memerah, ia segera meraih garpu yang ada di atas meja makan dan menusuk luka yang baru saja dibuatnya.

  “AKHH!!” Jerit Yunho kesakitan.

Jung Heechul melotot.
Ia berteriak kepada putranya.

  “JUNG JAEJOONG!!”

Aish, Jaejoong meringis.


-------


Yunho sedang dalam keadaan yang sangat-sangat buruk siang ini.
Ia sama sekali tidak memperhatikan Yoonhye Songsaenim yang sedang memberikan materi di depan kelas.
Namja tampan itu masih kesal dengan perbuatan Jaejoong kemarin malam.

Aish.

Ada apa dengan kembarannya itu eoh?
Beberapa bulan belakangan ini Jaejoong senang sekali menyiksa dirinya.
Padahal mereka sangat jarang berinteraksi.

Entahlah, Yunho sendiri tidak mengerti.
Jaejoong seakan menggariskan jarak di antara mereka.

DEG DEG DEG.

Yunho tertegun.
Ia refleks menunduk dan menyentuh dada kirinya.
Lagi-lagi ia berdebar.
Debaran yang sangat kencang.
Namja tampan itu menoleh ke belakang dan mendapati kembarannya sedang bercengkrama bersama Siwon, ketua kelas mereka.

Oh shit.

Yunho benci saat-saat seperti ini.
Ia akan ikut merasakan segala yang dirasakan Jaejoong.
Mata musang Yunho memicing tajam.
Memperhatikan bagaimana pipi namja cantik itu merona merah menggemaskan.
Binar mata bulatnya ketika memandang Siwon.

GRT.

Yunho mencengkram erat pensilnya.
Ia benci pemandangan itu.
Jaejoong menyukai Siwon eh?
Sampai setiap kali ia berbincang dengan namja tinggi itu jantungnya akan berdebar kencang?

Yunho kembali memalingkan wajahnya menghadap papan tulis.
Mood-nya semakin memburuk.

Bel pulang sekolah berbunyi lantang, mengundang sorak bahagia dari para siswa.
Songsaenim segera beranjak keluar dari kelas dan meninggalkan siswa-siswa yang kini membereskan barang-barang mereka.
Jaejoong memutuskan pembicaraannya dengan sang ketua kelas dan beralih menyusun bukunya kembali ke dalam tas.

Ia tidak bisa berhenti tersenyum sampai saat ini.

Namja cantik itu meraih tasnya dan berjalan cepat keluar kelas, meninggalkan Yunho yang memperhatikannya sejak tadi.

TAP TAP TAP.

Jaejoong berjalan terlalu cepat.
Sangat cepat hingga ia bisa merasakan dunia seakan miring.
Oh gosh.
Seperti inikah rasanya jatuh cinta?
Ia harus susah payah menjaga perasaannya agar tidak terlihat.

Namja cantik itu berlari menuju pilar di samping parkiran.
Kemudian ia bersembunyi di sana.
Menjulurkan kepalanya sedikit agar dapat mengintip seseorang yang dicintainya dari sana.

  “Yosh! Sampai besok, Yunho ah!”

DEG DEG DEG.

Jaejoong kembali merasakan jantungnya berdebar kencang.
Ia mencengkram erat dada kirinya berharap jantungnya bisa tenang.
Mata bulatnya terus memperhatikan kembarannya dengan seduktif.

Jaejoong dapat melihat Yunho yang menunduk dan menyentuh dadanya lagi.
Ia pasti merasakan debaran kencang milik Jaejoong.
Gosh!
Jaejoong sampai terpaksa mengajak Siwon untuk berbincang di kelas agar Yunho tidak tahu kalau debaran itu untuknya.

Ia bahkan terpaksa menyakiti Yunho berkali-kali dengan lukanya setiap kali mereka bertatap muka terlalu lama.
Ia tidak ingin Yunho menyadari debaran kencang itu.

Demi Tuhan, ia jatuh cinta pada saudaranya sendiri!

Jaejoong menarik nafas panjang.
Berusaha menenangkan dirinya.
Ia berlari di tempat dan mengusap wajahnya.
Kemudian ia berjalan keluar dari tempat persembunyiannya.

  “Dari mana saja kau?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Kantin” Sahut Jaejoong pelan.

  “Dengan siapa?”

  “Siwon”

Yunho menggertakkan giginya.
Namja tampan itu membuka pintu mobil dan segera masuk ke dalam.
Diikuti Jaejoong yang kini duduk di sampingnya.


-------


Yunho menguap.
Ia mendongakkan wajahnya dan memperhatikan jam yang sudah menunjukkan pukul dua pagi.
Aish, catatan Biologi ini membuatnya terpaksa terjaga sampai sekarang.
Namja tampan itu memutuskan untuk beranjak dari meja belajarnya dan meregangkan tubuhnya.

Ia kembali menguap dan berjalan keluar kamar.
Menuruni tangga menuju dapur.
Suasana rumah besar itu tampak lengang dan remang-remang.
Tentu saja, semuanya sudah tidur.

Yunho membuat secangkir kopi susu hangat dan kembali berjalan menuju kamarnya.

TAP.

Langkah namja tampan itu mendadak berhenti.
Ketika ia hampir saja membuka pintu kamarnya.
Yunho menoleh, memperhatikan pintu kamar kembarannya yang tertutup rapat.
Namja tampan itu merasakan dadanya berdebar ringan.

Ia meletakkan cangkir kopinya di lantai dan beralih memasuki kamar Jaejoong secara diam-diam.

CKLEK.

Pintu tersebut terbuka pelan.
Yunho menongolkan wajahnya, memastikan Jaejoong sudah tertidur pulas.

Namja tampan itu tersenyum dan berjalan menghampiri ranjang kembarannya.
Yunho berlutut di pinggir ranjang.
Menumpukan kedua lengannya di sana.
Mata musangnya bergerak pelan memperhatikan wajah damai Jaejoong yang terlelap.

Yunho menghembuskan nafas sepelan mungkin.
Memberanikan jemarinya untuk bergerak mengusap lembut rambut Jaejoong.
Membuat seulas senyum manis terukir pada bibirnya.
Yunho beranjak mencondongkan tubuhnya, memejamkan kedua mata musangnya dan mengecup lembut bibir Jaejoong.

Mengecup-kecup setiap bagian bibir penuh itu.
Kemudian ia menghisap lembut bibir atas bawah Jaejoong bergantian.
Membuat bibir cherry tersebut basah akan salivanya.

Yunho memindahkan kecupannya pada dahi Jaejoong, kemudian ia berdiri dan memandang lama wajah cantik itu.

DEG DEG DEG.

Gawat!
Yunho mencengkram dadanya erat.
Ia segera berbalik dan berlari keluar kamar Jaejoong.
Namja tampan itu segera memasuki kamarnya dan melompat ke atas ranjang.
Berharap debarannya akan segera hilang ketika ia memasuki alam mimpi.

Keesokan paginya Jaejoong bangun dengan wajah segar.
Ia segera membersihkan diri di kamar mandi dan memakai seragamnya.
Namja cantik itu bersiul pelan dan meraih tasnya.
Kemudian ia membuka pintu kamar.

CKLEK.

Eoh?

Dahi Jaejoong mengerut bingung.
Mata bulatnya menatap secangkir kopi susu yang sudah dingin di atas lantai.
Apa itu punya Yunho?
Tidak mungkin.
Setahunya Yunho tidak seceroboh itu sampai meninggalkan minumannya di lantai.

Jaejoong menggeleng pelan dan mengambil cangkir tersebut.
Lalu ia berjalan menuruni tangga.

  “Yunnie, habiskan sarapanmu, nanti kau terlambat”

Namja cantik itu menaikkan alisnya, ia mendengar suara Ummanya dari ruang makan.

  “Sedikit lagi, Umma! Catatanku belum selesai!” Erang Yunho kesal.

Jaejoong berdengung tidak jelas.
Ia memasuki ruang makan dan duduk di hadapan Yunho yang terlihat serius dengan catatannya.

  “Bukankah semalam kau bilang tidak akan tidur dan menyelesaikan catatanmu hah?” Omel Heechul kesal.

  “Aish, tadinya begitu, tapi aku ketiduran” Sahut Yunho malas.

Jaejoong tersentak.
Ia hampir saja melupakan sesuatu.

  “Aku menemukan kopi susu di lantai atas, apa ini punyamu?”

DEG.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap cangkir yang disodorkan Jaejoong di atas meja.
Namja tampan itu menelan salivanya.
Ck!
Kalau ia jujur Umma dan Appanya pasti akan bertanya-tanya mengapa ia bisa meninggalkan minuman itu di tempat yang tidak lazim.

  “Ani, itu bukan milikku” Sahut Yunho datar.

Eoh?
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Memperhatikan Yunho yang berusaha terlihat tenang.
Ah, ia tahu Yunho berbohong.

  “Kalau begitu kurasa ini milikku, semalam aku bermimpi terbangun karena haus” Ucap Jaejoong asal.

Heechul dan Hangeng saling menatap satu sama lain.
Mengernyitkan dahi mereka bingung.
Sementara Yunho terdiam.

Tidak percaya kalau Jaejoong baru saja menolongnya.


-------


Jaejoong merasakan kepalanya pusing saat ini.
Perutnya mual.
Wajahnya mulai terlihat pucat.
Namja cantik itu meringis mengingat ia masih baik-baik saja setelah jam pelajaran olahraga pagi tadi.

Omo, jangan-jangan yang sebenarnya sakit itu..

  “Unh”

Jaejoong menoleh, memandang kembarannya yang terlihat juga terlihat pucat berjalan memasuki kelas seraya mengeluh.
Namja cantik itu menyipitkan matanya.
Firasatnya tidak pernah salah.
Yunho yang sakit.

BRAK.

Jaejoong berdiri dari duduknya dan menghampiri Yunho.
Ia memukul kepala namja tampan itu.

  “Bangun! Kita ke ruang kesehatan sekarang!” Teriaknya kesal.

Yunho mendengus.
Ia mengangkat wajahnya.

  “Apa kau tidak tahu kalau kau menyusahkanku eoh?! Bangun sekarang juga!” Ucap Jaejoong lagi.

Yunho menatap nyalang mata bulat itu.
Kalimat Jaejoong barusan benar-benar menyakitkan untuknya.
Begitukah? Jadi selama ini ia telah menyusahkan Jaejoong dengan segala kesamaan mereka, begitu?

Seisi kelas menahan nafas mereka ketika Yunho mengobrak-abrik tempat pensilnya dengan kasar.
Mereka memekik saat Yunho meraih pulpen dengan ujung yang tipis dan menusukkannya pada ibu jarinya berkali-kali.

Jaejoong terduduk lemas di lantai.
Kepalanya semakin pusing.
Keringat dingin mengalir dari pelipisnya.
Ia mencengkram erat ibu jarinya yang berdenyut-denyut menyakitkan.

  “Yu—Yunnie..hh..Kumohon, hentikan..” Bisik Jaejoong lirih.

Yunho terdiam.
Perutnya mulai terasa mual, kesehatannya sedang tidak baik hari ini.

  “JAEJOONG-AH!”

Seisi kelas berteriak kaget ketika Jaejoong jatuh pingsan.
Yunho terkejut dan segera melemparkan pulpennya.
Namja tampan itu refleks berlutut dan meraih tubuh kembarannya.
Shit.
Ia lupa kalau Jaejoong juga akan sakit sepertinya.

Namja tampan itu meminta bantuan teman-temannya untuk membawa Jaejoong ke ruang kesehatan.
Songsaenim yang berjaga di sana dengan sigap memerintahkan anak-anak kelas agar membaringkan Jaejoong di atas ranjang.

Yunho berterima kasih kepada teman-temannya.
Kemudian ia duduk lemas di pinggir ranjang yang bersebrangan dengan Jaejoong.
Songsaenim tersebut segera memeriksakan kembarannya.

  “O-otteyo? Jaejoong tidak apa kan?”

  “Hm, gwenchana, ia hanya demam biasa”

  “Hh..Syukurlah”

  “Kau juga demam kan? Kka, segera berbaring!”

Yunho mengangguk.
Namja tampan itu baru saja akan berbaring di atas ranjangnya, namun suara Taemin Songsaenim sudah lebih dulu mendominasi.

  “Kau tidak ingin berbaring di samping Jaejoong? Ia kembaranmu kan?”

DEG.

Perasaan Yunho menghangat mendengar pertanyaan sederhana itu.
Ia tertegun menatap sang guru.
Songsaenim berambut jamur itu hanya tersenyum dan segera membereskan kotak obatnya.
Namja tampan itu segera berpindah menuju ranjang Jaejoong dan berbaring di sana.

DEG DEG DEG.

Yunho merasakan jantungnya berdebar kencang.
Ia gugup.
Sejak jarak di antara mereka terbentang, ini adalah kali pertama ia tidur bersama Jaejoong.
Gosh.
Yunho tersenyum lebar, ia menggeser tubuhnya agar merapat pada Jaejoong.
Kemudian ia memejamkan kedua mata musangnya seraya memeluk namja cantik itu.

TIK TIK TIK.

Suara detak jam terdengar jelas di dalam ruang kesehatan tersebut.
Saat ini jam pelajaran kelima sedang berlangsung.
Guru kesehatan sedang pergi mengambil stok obat sakit kepala di apotik sekolah.
Dan kedua mata besar Jaejoong terbuka pelan di tengah heningnya suasana.

DEG!

Jaejoong tersentak kaget saat menyadari siapa yang sedang berbaring di sampingnya.
Namja cantik itu refleks hendak terduduk, namun gerakannya terhenti saat ia menyadari bahwa Yunho terlelap seraya mendekap erat dirinya.

Wajah Jaejoong terbakar.

Namja cantik itu berkali-kali menelan salivanya.
Perlahan ia kembali membaringkan tubuhnya dan menahan nafasnya.
Tubuh Jaejoong seakan kaku.
Demi Tuhan, ia tidak pernah bermimpi bisa sedekat ini dengan Yunho!

Jaejoong menghembuskan nafas perlahan, kemudian ia menolehkan wajahnya dan membalik posisinya menjadi menghadap Yunho.
Kedua bola mata Jaejoong berbinar-binar memperhatikan lekuk sempurna wajah kembarannya saat ini.

Ia mengulurkan satu tangannya mengusapi pelipis Yunho, hidungnya, pipinya, kemudian rahangnya.
Jaejoong terlalu terkesima, hingga ia tak sadar bahwa Yunho terbangun akan perbuatannya dan menabrak pandangannya dengan tatapan tajam mata musang itu.

Mereka berdua terdiam.

Masih dengan jemari Jaejoong di wajah Yunho dan lengan Yunho pada pinggang kembarannya.

DEG DEG DEG.

Yunho menyentuh dadanya tanpa mengalihkan pandangannya dari wajah Jaejoong.
Kemudian ia menyentuh dada kiri namja cantik itu.
Sama.
Debaran yang mereka miliki sama.
Membuat Yunho frustasi, debaran milik siapa ini?
Miliknya? Atau milik Jaejoongkah?

  “Debaran ini milikku” Bisik Jaejoong pelan.

Seakan tahu apa yang sedang dipikirkan namja tampan itu.
Yunho tertegun.
Menatap lama mata bulat Jaejoong yang sangat disukainya.
Kemudian ia tersenyum kecil.

  “Bukan, ini milikku” Balasnya berbisik.

Jaejoong ikut tersenyum.

Yunho memindahkan jemarinya perlahan, merangkak naik menuju leher kembarannya.
Mengelus dan mengusapnya lembut.
Jaejoong mengerjapkan matanya tanpa sadar, melenguh manja akan belaian sayang dari Yunho.

  “Ini pertama kalinya kita berbaring bersama” Bisik Yunho.

  “Ini pertama kalinya kita sedekat ini” Balas Jaejoong.

Yunho terkekeh pelan, menikmati suasana manis yang baru kali ini terjadi.
Jaejoong melebarkan senyumnya.
Namja tampan itu mencondongkan tubuhnya, mengecup lembut dahi kembarannya.

  “We have the same heart” Ungkap Yunho.

Jaejoong mengangguk.

  “We have the same mind” Ujarnya.

Jaejoong dan Yunho saling terkekeh satu sama lain.
Berharap hubungan dingin ini akan menghangat nantinya.

  “And we are the one soul, one and only one” Bisik keduanya kompak.

Mungkin ini saatnya untuk memperbaiki apa yang telah terpisahkan selama ini. Pikir mereka dalam hati masing-masing.


-------


CKLEK.

Jaejoong dan Yunho membuka pintu kamar masing-masing dengan kompak, seperti biasanya.
Namun yang tidak biasa pagi ini adalah, keduanya saling tersenyum satu sama lain.

  “Selamat pagi” Sapa Jaejoong dan Yunho serentak.

Namja tampan itu mengecup manis dahi kembarannya.
Kemudian mereka beranjak menuruni tangga bersama.
Membuat Heechul yang sedang menata meja makan menaikkan alis kaget.

  “Umma, punyaku telur mata sapi!” Ucap Jaejoong menatap meja makan.

Yunho yang baru saja duduk di kursinya beralih memandang Jaejoong.
Kemudian ia menunduk, menyadari bahwa hanya miliknya yang berbeda.
Namja tampan itu mengambil piring nasi goreng Jaejoong dan menukarnya dengan nasinya.

  “Gomawo” Cengir Jaejoong lebar.

Yunho hanya tersenyum.

Heechul menyentuh dadanya.
Matanya membulat tidak percaya.
Omo omo!
Yeoja cantik itu merasakan dadanya sesak.
Oh gosh!
Akhirnya, setelah beberapa tahun jarak di antara mereka, akhirnya impiannya terkabul.
Melihat kedua putra kembarnya akrab dan kompak.

Yeoja cantik itu segera berlari memasuki kamarnya untuk memanggil sang suami.
Ia bahkan meneteskan air mata harunya.

Sementara itu, Jaejoong tampak melahap sarapannya dengan santai.
Ia dapat tenang untuk sementara waktu, karena Yunho sama sekali tidak tahu milik siapa debaran kencang yang selalu berdentam di dadanya.
Jaejoong bersyukur untuk itu.
Sekarang ia dapat menggenggam tangan Yunho, mendapat kecupan manis di dahi atau pipinya dari Yunho, dan selalu melihat senyuman Yunho tiap kali pandangan mereka bertemu.

  “Jja, kita berangkat sekarang”

Jaejoong mengangguk.
Namja cantik itu segera meneguk susunya sampai habis dan segera berlari kecil menyusul Yunho.
Memakai sepatunya dan masuk ke dalam mobil.


-------


Tapi Yunho tidak sebahagia Jaejoong hari ini.
Aish, bagaimana bisa ia senang?
Melihat kembarannya lagi-lagi berbincang akrab dengan ketua kelas mereka yang bermarga Choi itu.
Namja tampan itu berusaha meredakan amarahnya.

Berusaha menahan rasa cemburunya.

Jaejoong tidak boleh tahu mengenai perasaan terlarangnya pada  namja cantik itu.
Ia tidak boleh merusak semuanya, setelah –entah bagaimana– ia berhasil berdamai dengan Jaejoong dan memiliki namja cantik itu separuhnya.

  “Yunnie, aku pinjam pulpenmu”

Ah.
Yunho terkejut saat Jaejoong mendadak menyapanya.
Namja tampan itu mengangkat wajahnya, menatap Jaejoong yang berdiri di hadapannya.
Namja cantik itu terlihat acuh, ia segera merogoh tempat pensil milik Yunho dan kembali berdiri bersama Siwon di samping jendela.

  “Jja, ini pulpennya” Ujar Jaejoong tersenyum.

Namja tinggi itu mengangguk.
Mengambil pulpen di tangan Jaejoong dan melebarkan telapak tangan namja cantik itu.
Kemudian ia menulis sesuatu di atas sana.

Yunho menahan nafasnya.
Dadanya terasa sesak.
Mata musangnya tidak berhenti memandang mereka berdua.

 “Hihihi~ geli Won ah” Kikik Jaejoong lucu.

Siwon hanya tersenyum.
Ia kembali menulis sesuatu di sana.

Wajah Yunho memerah kesal.
Rasa cemburunya meledak-ledak.
Ia tidak suka melihat rona bahagia pada wajah kembarannya karena orang selain dirinya.
Namja cantik yang tadinya tertawa itu mendadak terdiam.

Dahinya mengernyit.
Ia sulit bernafas.
Hatinya terasa sakit.
Sangat sakit.

Namja cantik itu mengernyit bingung.
Ia menoleh kepada Yunho dan terkejut mendapati Yunho yang sedang menatap nyalang dirinya.

  “Yu-Yunnie” Gumam Jaejoong lirih.

Siwon yang masih menulis mendadak berhenti.
Ia mendongak dan ikut memandang kepada Yunho.
Jaejoong merasakan nafasnya tersendat.
Ia bingung.

Apa ini?
Perasaan apa ini?
Ia tidak pernah merasakan yang seperti ini sebelumnya.
Rasanya menyakitkan.
Apakah ini milik Yunho?

Namja tampan itu menggeram marah.
Ia menghampiri kembarannya.

  “Kau bilang kita adalah satu, tapi kau memisahkan diri dariku!” Ujar Yunho.

  “Apa maksudmu?” Balas Jaejoong kesal.

  “Kalau memang kita adalah satu, maka kau tidak berhak bahagia bersama orang selain aku!”

  “Yu-Yunnie”

CRASH!

  “AAAKKHHH!!”

Jaejoong menjerit kesakitan.
Ia merasakan kedua kakinya lemas saat Yunho menggores lengan kirinya dengan penggaris besi.
Membuat darah merembes pada lengannya.
Membuat Jaejoong yang merasakan sakitnya.

Siwon yang melihat itu segera memundurkan langkahnya ketika Yunho berjalan mendekat.
Jaejoong meringis mencengkram lengannya.
Tangisnya mengalir tanpa diperintah.
Namja cantik itu bersandar pada dinding.

  “Ke-Kenapa? Kupikir kita tidak akan pernah saling melukai lagi..” Desis Jaejoong pada Yunho yang kini tepat di hadapannya.

  “Kupikir juga begitu, tapi kau yang lebih dulu memulai” Ucap Yunho tajam.

Jaejoong mengerutkan dahinya.

  “Kau menyiksaku, menyiksaku berkali-kali lipat dari biasanya..Kau membuatku tersiksa karena rasa cemburu” Bisik Yunho di telinga Jaejoong.

DEG.

Kedua mata Jaejoong melebar sempurna.
Ia bergetar hebat meresapi maksud dari kalimat kembarannya.
Yunho menggenggam jemari Jaejoong, ia segera menyeret namja cantik itu keluar dari kelas dan memasuki ruang kesehatan.
Meminta Taemin Songsaenim untuk meninggalkan mereka sebentar.

BRUK.

Jaejoong terkejut.
Yunho mendudukkannya di atas ranjang kesehatan sementara ia berdiri tepat di hadapannya.

  “Sekarang aku tahu mengapa kau selalu menorehkan luka ketika berhadapan denganku” Bisik Yunho.

Jaejoong terdiam.

  “Sekarang aku tahu mengapa aku selalu merasakan sakit yang berlebihan saat melihatmu bersama namja lain” Lanjut Yunho lagi.

Namja tampan itu meraih tengkuk Jaejoong, membuat namja cantik itu mendongak menatapnya.

  “Karena kau mencintaiku, dan karena aku juga mencintaimu..”

Air mata Jaejoong kembali jatuh mendengar ucapan kembarannya.
Ia hanya bisa menatap nanar namja tampan itu.
Yunho menghembuskan nafas pelan dari hidungnya.
Ia mengusap lembut pipi Jaejoong yang basah.

Kemudian ia mendekatkan wajah mereka berdua.
Jaejoong memejamkan kedua mata bulatnya perlahan saat bibir Yunho menyentuh bibirnya dengan lembut.
Namja cantik itu segera mengalungkan lengannya di leher Yunho.
Membuat namja tampan itu memiringkan wajahnya melumat bibir kembarannya seraya mendorong Jaejoong agar berbaring di ranjang kesehatan.

Namja cantik itu melenguh saat Yunho mengisap dan melumat bibirnya dengan kuat.
Ia bisa merasakan debaran di jantungnya semakin menggila, dan begitu pula dengan Yunho.

  “A-aah” Desah Jaejoong geli, merasakan saliva mereka mengalir membasahi rahangnya.

Yunho menurunkan kecupannya, menuju leher Jaejoong dan mengecup-kecupnya kuat.
Kemudian ia menarik kembali wajahnya.
Memandang wajah merah kembarannya yang tersengal-sengal.

  “Hanya kau dan aku yang tahu..Hanya kita berdua..Karena kita satu jiwa..”

Jaejoong mengangguk.
Benaknya masih terlalu kaget dengan apa yang terjadi.
Namja cantik itu mengulurkan jemarinya mengusap pipi Yunho yang berada di atas tubuhnya.
Ia menahan nafas.

  “Yunnie, aku masih tidak percaya..”

  “Kau bisa percaya..Because we are one in heart, mind, and soul

Jaejoong memejamkan kedua matanya yang meneteskan air mata.
Membiarkan Yunho mengecup sudut mata bulatnya yang basah.

You are mine and I am yours.
You are me and I am You.
We are the one, one and the only one.


END.

4 komentar:

  1. Walaaaaaaa~ aku heran, walaupun crita kayak gini mustahil bakal ada di dunia nyata, tapi kok klo shella yg bkin ya jadi nyata bacanya.. hahahahahaa..

    You are really daebak shell!!!^-^

    YunJae saranghae♥♥♥♥

    BalasHapus
  2. Keren ... suka ceritanya. Akhirnya mereka menyadari perasaan mereka. Kalau incestnya yunjae asyik2 aja :) lanjut kk shella bikinin ff ky gini lagi.

    BalasHapus
  3. Yunjae saranghae ♡♥♡♥
    Gomawo kak shell

    BalasHapus
  4. Daebak,. Jinjjaa,.
    Ide yg brillian.
    Gak nyangka, bisa ada ff yg seperti ini.
    Shella kereenn!
    Two tumbs up..

    BalasHapus