Karena sepasang sepatu yang tepat, akan membawamu kepada belahan jiwa
yang tepat.
PART 3.
Beberapa hari
ini Jaejoong tampak lesu tanpa semangat.
Ia menghela
nafas panjang seraya memiringkan wajahnya yang bertumpu pada kedua lengannya.
Tepat di pinggir
ranjang rawat namja berlesung pipi itu.
Jaejoong
menggerakkan bola matanya pelan.
Dan ketika ia
mengerjap, air mata itu kembali jatuh.
“Hyung..” Bisik Jaejoong selirih mungkin.
Suaranya
terdengar bergetar.
Jaejoong
menenggelamkan wajahnya di antara kedua lengan.
Ia mulai terisak
lirih.
“Hyung..Hiks..Bangunlah,
kumohon..Hiks..Hyung”
DDRRTT…DDRRTTT…
Jaejoong
tertegun, ponselnya bergetar panjang.
Taemin
meneleponnya.
“Ne Taemin?”
“Jae,
kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak hadir belakangan ini? Mrs.Watson terus
menggerutu karenamu”
“Mianhae, aku kurang sehat, ung..Aku akan
masuk siang nanti..Um..”
“Hahh..Syukurlah,
kami menunggumu Jae”
“Ah, Taemin..Apakah..Apakah Yunho..”
“Yunho-ssi?
Kau bertanya tentangnya? Apa kau tahu kalau ia menjadi pendiam sejak kau tidak
ada? Kurasa kau memang tidak boleh absen lebih dari 24 jam”
Jaejoong
tertawa.
Ia mengusap air
matanya dan memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan salam pada Taemin.
Namja cantik itu
menoleh, memandang Siwon yang masih terpejam.
“Hyung..Sekarang bagaimana?” Bisik Jaejoong
lirih.
-------
Jaejoong memakai
topi putihnya yang tinggi dan segera berjalan memasuki dapur restoran.
Ia berdiri di
tempatnya seperti biasa dan mulai membaca pesanan yang tertempel di dinding.
Namja cantik itu
menghidupkan kompor seraya mengeluarkan sayur-sayuran segar dari dalam lemari
pendingin.
CKLEK.
“Ah, Yunho-ssi”
DEG.
Jaejoong
tersentak ketika mendengar nama itu.
Bola matanya
bergerak gelisah, namun ia berusaha untuk tenang.
Namja cantik itu
menundukkan wajahnya, berusaha mengalihkan perhatiannya dengan sayur-sayur itu.
Yunho yang
sedang memeriksa para kokinya seperti biasa tertegun menyadari kehadiran namja
cantik itu.
Namja tampan itu
terdiam memperhatikan Jaejoong.
Rasa rindu
membuncah di dadanya.
Tapi ia cukup
tahu diri setelah apa yang diperbuatnya malam itu.
TAP TAP TAP.
Jaejoong
merasakan tubuhnya bereaksi ketika tapak sepatu Yunho terdengar mendekat.
Ia mencengkram
erat pisau itu.
Yunho berhenti
di samping Jaejoong.
Ia menyentuh
tangan namja cantik itu tanpa melihat wajahnya.
“Untuk menu yang ini mulai hari ini wortelnya
dibentuk seperti daun semanggi” Ujar Yunho pelan.
Jaejoong
mengangguk tanpa suara.
Uh.
Suasana terasa
begitu canggung.
Mengundang perhatian
beberapa koki yang ada di dapur.
Ada apa dengan
keduanya?
Yunho merasakan
tangan Jaejoong yang ada dalam genggamannya bergetar hebat.
Kemudian ia
menoleh, memandang Jaejoong yang menundukkan wajahnya.
Namja tampan itu
merasakan hatinya mencelos.
Ia merasa
bersalah pada Jaejoong.
Ia terbawa emosi
malam itu.
Tapi sungguh,
Yunho tak ingin namja cantik ini terluka karenanya.
“Kalau kau tidak sehat istirahat saja
arasseo?” Ujar Yunho.
“N-Ne” Sahut Jaejoong selirih mungkin.
Yunho melepaskan
genggamannya.
Kemudian ia
kembali berjalan menelusuri lorong-lorong tempat para kokinya saling bekerja.
Mengacuhkan
Jaejoong yang tercekat nafasnya.
Namja cantik itu
mencengkram erat pegangan pisau sayurnya seraya menundukkan wajahnya semakin
dalam.
Gosh.
Ia tidak bisa
menahan gemetar tubuhnya.
Ia tidak bisa
menahan gugup dirinya.
Ia tidak bisa
menahan gelisah pikirannya.
Jaejoong menoleh
ke belakang dan melihat Yunho yang sedang berbincang dengan salah satu koki di
sudut sana.
Kemudian ia
menghembuskan nafas panjang dan kembali memandangi sayurnya.
Apa yang telah terjadi padaku?
-------
“Jaejoongie, gwenchana? Wajahmu pucat sekali”
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
Pandangannya
tampak memburam.
Ia memijat
pelipisnya dan memutuskan untuk berjalan menuju ruang ganti.
Namun ketika
hendak membuka pintu dapur, pintu tersebut sudah lebih dulu dibuka oleh Yunho.
“Jaejoong? Kau kenapa?” Tanya Yunho menaikkan
alisnya.
“Jaejoong sakit, Yunho-ssi!” Teriak Taemin
yang sedang menempelkan pesanan dari pelanggan di dinding dapur.
Omo.
Yunho segera
menoleh pada Jaejoong.
Ia menangkup
wajah namja cantik itu dan meneliti warna pucat dari keseluruhan wajah cantik
itu.
“Badanmu panas, kka, kita ke ruanganku” Ujar
Yunho menarik tangan Jaejoong.
Namja cantik itu
menghentakkan tangannya.
Membuat Yunho
menoleh dan menatap dalam mata bulatnya.
Namja tampan itu
mendengus dan menarik satu tangan Jaejoong melingkar di tengkuknya sementara ia
merengkuh pinggang ramping itu.
Memapahnya
sampai mereka memasuki ruangan Yunho.
“Kau harus minum obat, Jaejoongie”
Jaejoong membuka
mulutnya, membiarkan Yunho menyusupkan sebuah tablet di dalam sana.
Kemudian ia
menenggak minuman yang diberikan Yunho.
Namja cantik itu
mengeluh gelisah, ia berbaring di sofa milik Yunho sementara namja tampan itu
masih berdiri mengawasinya.
“Apa ada yang kau inginkan, Joongie?” Tanya
Yunho penuh khawatir.
Kini ia berlutut
di samping Jaejoong.
Namja cantik itu
menoleh.
Menatap wajah
tampan Yunho cukup lama.
Kemudian Yunho
terkejut, mendapati air mata yang mengalir dari mata indah itu.
“Aku hanya ingin semuanya kembali seperti
semula..Saat dimana kecelakaan itu tidak pernah terjadi..” Bisik Jaejoong
sakit.
Yunho mengusap
sayang rambut almond Jaejoong yang
lembab karena keringat.
“Kecelakaan apa, Jaejoongie?”
“Siwon Hyung..Hiks..Hyungie..Hiks..”
DEG.
Yunho terdiam.
Mendengar sebuah
nama yang keluar dari bibir ranum itu.
Siwon Hyung?
“Tenanglah Joongie, Hyung disini, gwenchana”
Ucap Yunho penuh sabar.
Namun Jaejoong
menggeleng kencang.
Tangisnya
semakin tumpah disela racau bibirnya.
“Aniya..Hiks..Hyungie sedang tidur..Ia masih
enggan untuk bangun..Hiks..Ani..”
Yunho
mengerutkan dahinya.
Mencoba mengerti
maksud dari gumaman namja cantik itu.
Tapi hasilnya
nihil.
Yunho menghela
nafas panjang.
Namja tampan itu
memutuskan untuk memeluk Jaejoong sejenak dan mengecup lembut dahinya.
“Istirahatlah Jae, kosongkan pikiranmu, agar
kau tenang” Bisiknya manis.
Jaejoong
mengerang.
Ia mencengkram
seragam Yunho erat.
Mengerutkan
dahinya.
Lalu kemudian
melepaskannya.
Yunho tersenyum
dibuatnya.
Namja cantik ini
benar-benar menggemaskan di matanya.
Aish.
CUP.
Jaejoong
menggumam ketika Yunho mencuri kecupan manis yang cukup basah pada bibir
ranumnya.
Kemudian namja
tampan itu beranjak bangun dan pergi keluar ruangan.
Ia menjilat
bibirnya dan tersenyum kecil.
-------
Yunho menelusuri
koridor rumah sakit itu dengan santai.
Sesekali pandangan
matanya menjelajah sudut-sudut rumah sakit tersebut.
Beberapa perawat
bahkan menyapanya dengan malu-malu.
“Mianhae”
Ah, seorang
perawat berhenti ketika Yunho memanggilnya.
Namja tampan itu
terlihat berpikir sebelum ia memutuskan untuk bertanya.
“Apakah disini ada pasien yang bernama
Siwon?”
“Ne, Choi Siwon nama lengkapnya. Kau?”
“Aku Yunho, Jung Yunho. Teman dari Kim
Jaejoong”
“Oh, teman Jaejoongie? Kau ingin menjenguk
Siwon ya? Aigoo, kka kka, aku antarkan”
Yes.
Tidak sia-sia ia
menginterogasi Taemin ke arah mana Jaejoong pulang setiap kali mereka keluar
dari restoran.
Dan siapa sangka
ternyata Jaejoong selalu mengunjungi rumah sakit ini hn?
Yunho tahu
Jaejoong tidak mengalami sakit apa pun.
Tapi yang
membuatnya tidak tenang adalah sepenggal nama yang tersebutkan oleh igauan
tidur namja cantik itu beberapa waktu lalu.
“Ini kamarnya”
“Um, kalau aku boleh tahu, Siwon sakit apa?”
Eoh?
Perawat itu
tersenyum mendengar pertanyaan Yunho.
Ia mendongak
menatap langsung mata musang namja itu.
“Ia mengalami kecelakaan dan koma sejak
setahun yang lalu”
“M-mwo? Setahun?”
“Dan ia dinyatakan lumpuh akibat kerusakan
otak kecilnya”
Yunho terpaku.
Mata musangnya
bergerak mengintip jendela kamar rawat yang tampak buram.
Kemudian ia memutuskan
untuk masuk ke dalam sana.
Jantungnya
berdebar semakin ia mendekati sosok yang kini terpejam itu.
Iakah?
Iakah orangnya?
[ “Hatiku
sudah dimiliki Yunho ah” ]
[ “Siwon
Hyung..Hiks..Hyungie..” ]
[ “Hyungie
sedang tidur..Ia masih enggan untuk bangun” ]
“Hei, Choi Siwon” Panggil Yunho tersenyum
kecut.
Ia mendudukkan
dirinya di pinggir ranjang.
“Seharusnya kau cepat sadar dan bersiap
menerima pukulan dariku karena telah membuat Jaejoongku jatuh cinta padamu”
-------
“Hoekk~!”
“Hoekk~!”
Yunho dan para
karyawan lainnya menoleh menatap Jaejoong yang sedang memuntahkan isi
lambungnya di westafel.
Namja tampan itu
segera menghampiri namja cantik itu dan memijat tengkuknya dengan lembut.
“Jaejoongie gwenchana? Kau masih sakit?”
“Ung..Ani..Urrgghhh..”
“Katakan padaku, bagian mana yang tidak
nyaman?”
“Pe-perutku..Uh..”
Jaejoong
mendesah pendek saat Yunho segera menyusupkan jemarinya ke dalam seragam namja
cantik itu dan mengusap lembut perutnya.
Namja cantik itu
menggenggam lengan Yunho erat seraya menggigit bibir ranumnya.
Mengacuhkan para
koki dan pelayan yang kini saling memalingkan wajah mereka yang memerah.
“Otteyo? Sudah berkurang?” Tanya Yunho
khawatir.
Jaejoong
mengangkat wajahnya, menatap langsung kedua mata musang tersebut.
DEG.
Namja cantik itu
tertegun.
Bola matanya
melebar dalam sekejap.
Gosh, ia dapat
merasakan jantungnya berdegup kencang.
Pipinya mulai
terasa panas.
“Ne” Gumam Jaejoong nyaris tidak terdengar.
Yunho menghela
nafasnya.
Ia baru saja akan
menarik kembali tangannya, namun Jaejoong menahan pergelangan tangan Yunho
dengan erat.
Namja cantik itu
menundukkan wajahnya ketika Yunho melemparkan pandangan bingung.
Tapi kemudian
Yunho tersenyum kecil karenanya.
“Kau istirahat di ruanganku saja ne?”
Jaejoong
menggeleng.
Yunho
menepuk-nepuk punggung Jaejoong dengan satu tangannya yang bebas.
Ia mengecup dahi
Jaejoong kemudian.
“Kau harus istirahat, Joongie, aku tidak
ingin sakitmu semakin parah” Bisik Yunho.
Namja cantik itu
menundukkan wajahnya.
Memikirkan
bagaimana bisa ia berdebar-debar seperti ini.
Ya Tuhan,
bukankah debaran ini hanya muncul saat ia bersama Siwon?
Kenapa sekarang…
“Joongie”
“Um..”
Yunho
mengeluarkan tangannya dari balik seragam Jaejoong dan beralih merengkuh pinggangnya,
lalu ia menggiring namja cantik itu berjalan keluar dapur menuju ruangan
pribadinya.
“Aku akan
menelepon dokter untuk memeriksamu”
-------
Namja cantik itu
berdiri di depan pintu ruang rawat Siwon.
Ia hanya diam di
sana sejak tadi.
Merasa ragu
untuk membukanya dan masuk ke dalam.
Jaejoong
bingung.
Masih pantaskah
ia berada di sana?
Setelah apa yang
sudah terjadi pada hati dan perasaannya?
Setelah apa yang
sudah terjadi pada jiwa dan raganya?
Jaejoong menarik
nafas panjang.
Ia sadar bahwa
Siwon akan sendirian jika ia melakukan ini.
Tapi ia tidak
punya pilihan aniya?
Cepat atau
lambat semuanya akan terungkap.
CKLEK.
Namja cantik itu
melangkah masuk ke dalam ruangan, memandang Siwon yang masih terpejam setelah
ia koma selama setahun empat bulan.
“Siwon Hyung” Panggil Jaejoong pelan.
Ia menggenggam
jemari namja berlesung pipi itu.
“Aku mencintaimu Hyung..Aku sangat
mencintaimu” Bisiknya lirih.
Ia mulai
menundukkan wajahnya, merasakan kedua mata bulatnya memanas.
“Tapi itu dulu..Jauh sebelum aku mengenal
Yunho..”
“…”
“Maafkan aku Hyung..Aku terlalu sakit
karenamu..Hingga hatiku memilih untuk berpaling..”
“…”
“Yunho melamarku kemarin malam..Ia memintaku
untuk menikah dengannya..”
“…”
“Dan aku..Memutuskan untuk menerima
lamarannya, karena aku telah mengandung anaknya..”
Jaejoong menahan
nafas.
Ia mengusap air
matanya yang mengalir membasahi pipinya.
Namja cantik itu
berdiri dari duduknya.
Ia menutup
mulutnya dengan punggung tangan dan segera berjalan cepat meninggalkan namja
berlesung pipi itu.
Tepat setelah
pintu ditutup, ranjang rawat tersebut berderit pelan.
Choi Siwon
membuka kedua matanya.
-------
Namja tampan itu
tersenyum manis melirik Jaejoong yang sedang bersiap di dalam ruangan sang
mempelai wanita.
Mata musangnya
mengerjap pelan.
Jaejoong sungguh
mempesona.
Balutan gaun
pengantin itu terlihat indah di tubuhnya.
Yunho sama
sekali tidak menyangka akan jawaban yang diberikan Jaejoong saat ia melamar
namja cantik itu beberapa minggu yang lalu.
Namja tampan itu
merasa bertanggung jawab, setelah ia mengetahui mengenai kehamilan Jaejoong
saat ia memanggil dokter ke restorannya.
“Yunho-ssi, kau harus berada di atas mimbar
gereja sekarang”
Ah, Yunho
menoleh, tersenyum kepada Taemin dan memilih melangkahkan kaki menjauh.
Sementara itu,
Jaejoong menahan nafasnya yang tercekat.
Ia benar-benar
gugup.
Berkali-kali ia
melirik cermin yang memantulkan bayangan dirinya.
Ya Tuhan, kenapa
ia harus mengenakan gaun wanita?
Ia pasti
terlihat aneh!
“Kau cantik, Jaejoongie” Puji Mrs.Watson yang membantunya berpakaian.
Namja cantik itu
mempoutkan bibir ranumnya.
Ia mendesis
sebal.
DDRRTT…DDRRTTT…
Jaejoong
berbalik, mendekati ponselnya yang bergetar di atas nakas.
Ia menaikkan
alisnya mendapati nomor rumah sakit yang menghubungi ponselnya.
Mendadak
jantungnya berdebar kencang.
Gosh, apakah
terjadi sesuatu pada Siwon?
“Ne, yeoboseyo?”
“Jaejoongie..”
DEG.
Mata Jaejoong
melebar.
Nafasnya
tercekat.
“Ini
aku, Joongie..”
“Si-Siwon Hyung?”
BRAKK!
Jaejoong
terlihat linglung.
Ponselnya
terjatuh tanpa sadar.
Wajahnya
terlihat shock.
Ia menoleh
kepada wanita paruh baya yang terlihat bingung itu.
“Joongie? Ada apa?”
“M-Mrs.
Aku harus pergi sekarang juga!”
“M-mwo? Yah yah! Jaejoongie! Kau akan menikah
lima menit lagi!!”
BLAMM!
Pintu ruang
ganti itu terbanting karena Jaejoong.
Namja cantik itu
berlari seraya mengangkat gaunnya.
Tangisnya
mengalir.
Nafasnya
tersengal.
Demi Tuhan,
namja itu sadar!
Ia bangun dari
komanya!
Jaejoong terus berlari
dan berlari, melupakan segala yang ada, hanya Siwon yang terfokus dalam
pikirannya.
“Lho? Jaejoong?”
Beberapa perawat
menatap bingung namja cantik itu.
Mengapa ia
mengenakan pakaian pengantin?
Dan mengapa ia
malah berada di sini?
BRAKK!
Pintu kamar
rawat itu terbuka kasar.
Memunculkan
sesosok namja cantik dengan keringat yang membasahi pelipisnya.
Nafasnya
berantakan, jantungnya berdebar kencang.
Mata bulatnya
bergerak cepat menatap sosok berlesung pipi yang kini duduk bersandar di
ranjang rawatnya.
“HYUNG!” Pekik Jaejoong lantang.
Namja cantik itu
segera menubruk Siwon dan menangis di pelukannya.
Sementara Siwon
hanya tersenyum kecil.
“Aku merindukanmu Hyung..Hiks..Aku sangat
merindukanmu..”
“Aku juga..Merindukanmu..”
-------
Para undangan
mulai berbisik-bisik.
Sang Pastor
tampak bingung.
Sementara Yunho
gelisah.
Mata musangnya
tidak berhenti mengawasi pintu utama yang tertutup itu.
Ada apa?
Apa yang
terjadi?
Kenapa Jaejoong
lama sekali?
CKLEK.
Yunho hampir
saja mendesah lega saat pintu tersebut terbuka.
Namun ia
terpaksa menelan kembali kelegaannya saat menangkap bayang Mrs.Watson di sana.
Wanita paruh
baya itu berlari tergepoh-gepoh menghampiri Yunho.
Raut wajahnya
terlihat panik.
“Jaejoongie---Jaejoongie---Ia pergi!” Ujarnya
terbata.
DEG.
Mata Yunho
melebar sempurna.
Nafasnya
tertahan.
Tubuhnya
mendadak kejang.
Pergi? Apa
maksudnya?
“Aku—Aku tidak tahu ia kemana..Yang kutahu ia
mendapat panggilan dari seseorang dan..Dan ia menyebutkan nama Siwon”
Jemari Yunho terkepal
erat.
Rahangnya
mengeras.
Wajah tampannya
tampak memerah emosi.
Ia berjalan
turun dari mimbar dan beranjak keluar gereja.
Meninggalkan
para undangan dan Pastor yang saling menatap bingung satu sama lain.
Sementara itu
Jaejoong tampak lebih tenang dari sebelumnya.
Ia kini duduk di
samping ranjang Siwon.
Membiarkan namja
berlesung pipi itu terus menatapnya sejak tadi.
“Jadi..Kibum sudah lama meninggalkanku?”
Bisik Siwon lirih.
Jaejoong
mengangguk. Ia sedikit merasa bersalah sekarang.
Namja berlesung
pipi itu terdiam.
Kemudian ia
tersenyum kecut.
“Dan kau juga akan menikah?”
Jaejoong
mengangguk.
Menatap dalam
mata sipit Siwon.
“Lalu aku akan ditinggalkan sendirian..”
“Hyung”
“Aku benar kan, Jae? Kuliahku tidak selesai,
waktuku terbuang lebih dari setahun, dan aku lumpuh!”
“Hyung!”
Namja berlesung
pipi itu menumpahkan tangisnya.
Ia menutup
wajahnya dengan kedua tangan.
Terisak lirih
ikut mengundang tangis Jaejoong.
“Jaejoongie..Hanya kau yang kini
kumiliki..Kumohon, jangan tinggalkan aku..” Ujar Siwon lirih.
“Hyungie..Hiks..” Isak Jaejoong menggigit
bibirnya.
“Batalkan pernikahanmu..Kumohon..”
Jaejoong
mengerutkan dahinya.
Terkejut akan
permohonan dari namja berlesung pipi itu.
Siwon menatap
penuh harap pada Jaejoong.
Ia menggenggam
jemari namja cantik itu kini.
Tangis Jaejoong
kembali mengalir dalam hening.
Namja cantik itu
menggeleng setelah beberapa menit ia merapatkan bibir.
“Dulu aku memang mencintaimu, sampai aku
melupakan jiwa dan ragaku. Tapi kini aku sadar, bahwa kau bukan untukku dan aku
bukan untukmu, kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersatu, Hyung..”
Choi Siwon
menundukkan wajahnya.
Mengerutkan
dahi, menyesali apa yang sudah terjadi pada kehidupannya.
Seandainya saja
ia tidak mengabaikan Jaejoong.
Seandainya saja
ia lebih cepat menyadari perasaan Jaejoong.
Seandainya
saja..
SSRAK.
Jaejoong
beranjak dari duduknya.
Mengundang tatap
penuh tanya dari Siwon.
Namja cantik itu
tersenyum kecil dan mengusap air matanya.
“Aku harus menikah dengan Yunho sekarang,
Hyung..Aku akan menemuimu lagi nanti..” Ujarnya pelan.
Ia berjalan
membuka kenop pintu, dan saat ia menutup pintu itu, ia tertegun.
Melihat Siwon
yang tersenyum kecut padanya.
“Chukkae” Bisik namja berlesung pipi itu
tanpa suara.
DRAP DRAP DRAP!
Jaejoong berlari
kencang menelusuri koridor rumah sakit.
Ia menyeret
gaunnya yang panjang dengan susah payah.
Dadanya berdebar
kencang.
Berharap Yunho
masih setia menunggunya di sana.
TAP!
Langkah Jaejoong
terhenti seketika.
Ia tersentak di
sana.
Menatap tidak
percaya sosok tampan yang kini berdiri di hadapannya.
“Y-Yunho ah?” Panggil Jaejoong kaget.
Huh.
Namja tampan itu
tersenyum miris.
Benar dugaannya,
Jaejoong memang ada di sini.
Ia melanjutkan
langkahnya, mendekati namja cantik itu dan berdiri tepat di hadapannya.
“Kau pernah mendengar tentang pepatah yang
mengatakan bahwa cinta itu ibarat sepasang sepatu?” Tanya Yunho dalam hening.
Jaejoong
terdiam.
“Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Tapi
kini aku telah lelah untuk berlari mengejarmu yang terlalu jauh untuk kugapai.
Sepatuku sudah rusak, Jae ah. Aku akan meninggalkan sepatuku bersamamu, semoga
kau bahagia bersamanya”
Namja cantik itu
tercenung tidak percaya.
Memandang Yunho
yang kini berbalik meninggalkan dirinya.
Mwo?
Mwoya?
Apa-apaan itu?
Jaejoong
mengerjapkan kedua matanya dan meringis kesal.
Ia mengusap air
matanya seraya berteriak lantang.
“Tidak! Jangan pergi, Yunho ah! Kau tidak
mengerti! Kau..Kau tidak pernah tahu, kalau tidak hanya sepatumu yang rusak,
tapi juga milikku! Aku berlari mengejar Siwon sejak dulu, tapi dia terlalu
jauh, dan ketika aku bertemu denganmu..Aku..Aku telah menemukan sepatu yang
baru..Hiks..Kumohon..Jangan pergi..”
Jaejoong menutup
wajahnya dengan kedua tangan.
Ia menangis
tersedu.
Membuat Yunho
yang melangkah, menghentikan gerakannya dan berdecih.
Kemudian ia
berbalik dan segera memeluk erat namja cantik itu.
“Jangan menangis, berhentilah menangis” Ujar
Yunho.
Tangis Jaejoong
semakin pecah.
Ia mencengkram
erat tuksedo namja tampan itu.
“Aku mencintaimu Yunho ah..Aku mencintaimu..”
Isaknya.
“Aku juga mencintaimu Jaejoongie” Bisik Yunho
tersenyum.
Namja tampan itu
mengusap punggung Jaejoong.
Ia mengecup
puncak kepala namja cantik itu berkali-kali.
Berusaha membuat
tangisnya mereda.
“Kkaja, kita menikah sekarang”
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Terkekeh kecil
karena ajakan Yunho.
Ia mengangguk
dan menggenggam jemari namja tampan itu.
Mengacuhkan
kalau ia dan Yunho masih berada di rumah sakit dengan beberapa perawat yang
memandangi keduanya sejak tadi.
Aigoo.
Jaejoong
merasakan wajahnya memanas.
Ia mengusap air
matanya dengan punggung tangan.
“Yunho ah”
“Ne?”
“Sekarang aku tahu sepatuku tepat”
“Apa?”
“Aku pernah mendengar, kalau sepatu yang
tepat, tidak hanya membawamu ke tempat yang indah. Tapi juga akan membawamu
kepada belahan jiwa yang tepat”
Huh.
Yunho hanya
tersenyum kecil mendengarnya.
Sometimes we should look around.
And sometimes we should remember.
That our mate, is an un-expected person.
END.
nasibnya siwon gantung.... *lol
BalasHapus