This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 02 November 2013

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/UNEXPECTED/PART 3 *END*

Karena sepasang sepatu yang tepat, akan membawamu kepada belahan jiwa yang tepat.

PART 3.

Beberapa hari ini Jaejoong tampak lesu tanpa semangat.
Ia menghela nafas panjang seraya memiringkan wajahnya yang bertumpu pada kedua lengannya.
Tepat di pinggir ranjang rawat namja berlesung pipi itu.
Jaejoong menggerakkan bola matanya pelan.

Dan ketika ia mengerjap, air mata itu kembali jatuh.

  “Hyung..” Bisik Jaejoong selirih mungkin.

Suaranya terdengar bergetar.
Jaejoong menenggelamkan wajahnya di antara kedua lengan.
Ia mulai terisak lirih.

  “Hyung..Hiks..Bangunlah, kumohon..Hiks..Hyung”


DDRRTT…DDRRTTT…

Jaejoong tertegun, ponselnya bergetar panjang.
Taemin meneleponnya.

  “Ne Taemin?”

  “Jae, kau baik-baik saja? Kenapa kau tidak hadir belakangan ini? Mrs.Watson terus menggerutu karenamu

  “Mianhae, aku kurang sehat, ung..Aku akan masuk siang nanti..Um..”

  “Hahh..Syukurlah, kami menunggumu Jae

  “Ah, Taemin..Apakah..Apakah Yunho..”

  “Yunho-ssi? Kau bertanya tentangnya? Apa kau tahu kalau ia menjadi pendiam sejak kau tidak ada? Kurasa kau memang tidak boleh absen lebih dari 24 jam

Jaejoong tertawa.
Ia mengusap air matanya dan memutuskan sambungan telepon setelah mengucapkan salam pada Taemin.

Namja cantik itu menoleh, memandang Siwon yang masih terpejam.

  “Hyung..Sekarang bagaimana?” Bisik Jaejoong lirih.


-------


Jaejoong memakai topi putihnya yang tinggi dan segera berjalan memasuki dapur restoran.
Ia berdiri di tempatnya seperti biasa dan mulai membaca pesanan yang tertempel di dinding.
Namja cantik itu menghidupkan kompor seraya mengeluarkan sayur-sayuran segar dari dalam lemari pendingin.

CKLEK.

  “Ah, Yunho-ssi”

DEG.

Jaejoong tersentak ketika mendengar nama itu.
Bola matanya bergerak gelisah, namun ia berusaha untuk tenang.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya, berusaha mengalihkan perhatiannya dengan sayur-sayur itu.

Yunho yang sedang memeriksa para kokinya seperti biasa tertegun menyadari kehadiran namja cantik itu.
Namja tampan itu terdiam memperhatikan Jaejoong.
Rasa rindu membuncah di dadanya.
Tapi ia cukup tahu diri setelah apa yang diperbuatnya malam itu.

TAP TAP TAP.

Jaejoong merasakan tubuhnya bereaksi ketika tapak sepatu Yunho terdengar mendekat.
Ia mencengkram erat pisau itu.
Yunho berhenti di samping Jaejoong.
Ia menyentuh tangan namja cantik itu tanpa melihat wajahnya.

  “Untuk menu yang ini mulai hari ini wortelnya dibentuk seperti daun semanggi” Ujar Yunho pelan.

Jaejoong mengangguk tanpa suara.
Uh.
Suasana terasa begitu canggung.
Mengundang perhatian beberapa koki yang ada di dapur.
Ada apa dengan keduanya?

Yunho merasakan tangan Jaejoong yang ada dalam genggamannya bergetar hebat.
Kemudian ia menoleh, memandang Jaejoong yang menundukkan wajahnya.

Namja tampan itu merasakan hatinya mencelos.
Ia merasa bersalah pada Jaejoong.
Ia terbawa emosi malam itu.
Tapi sungguh, Yunho tak ingin namja cantik ini terluka karenanya.

  “Kalau kau tidak sehat istirahat saja arasseo?” Ujar Yunho.

  “N-Ne” Sahut Jaejoong selirih mungkin.

Yunho melepaskan genggamannya.
Kemudian ia kembali berjalan menelusuri lorong-lorong tempat para kokinya saling bekerja.
Mengacuhkan Jaejoong yang tercekat nafasnya.
Namja cantik itu mencengkram erat pegangan pisau sayurnya seraya menundukkan wajahnya semakin dalam.

Gosh.

Ia tidak bisa menahan gemetar tubuhnya.
Ia tidak bisa menahan gugup dirinya.
Ia tidak bisa menahan gelisah pikirannya.

Jaejoong menoleh ke belakang dan melihat Yunho yang sedang berbincang dengan salah satu koki di sudut sana.
Kemudian ia menghembuskan nafas panjang dan kembali memandangi sayurnya.

Apa yang telah terjadi padaku?


-------


  “Jaejoongie, gwenchana? Wajahmu pucat sekali”

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Pandangannya tampak memburam.
Ia memijat pelipisnya dan memutuskan untuk berjalan menuju ruang ganti.
Namun ketika hendak membuka pintu dapur, pintu tersebut sudah lebih dulu dibuka oleh Yunho.

  “Jaejoong? Kau kenapa?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

  “Jaejoong sakit, Yunho-ssi!” Teriak Taemin yang sedang menempelkan pesanan dari pelanggan di dinding dapur.

Omo.
Yunho segera menoleh pada Jaejoong.
Ia menangkup wajah namja cantik itu dan meneliti warna pucat dari keseluruhan wajah cantik itu.

  “Badanmu panas, kka, kita ke ruanganku” Ujar Yunho menarik tangan Jaejoong.

Namja cantik itu menghentakkan tangannya.
Membuat Yunho menoleh dan menatap dalam mata bulatnya.
Namja tampan itu mendengus dan menarik satu tangan Jaejoong melingkar di tengkuknya sementara ia merengkuh pinggang ramping itu.
Memapahnya sampai mereka memasuki ruangan Yunho.

  “Kau harus minum obat, Jaejoongie”

Jaejoong membuka mulutnya, membiarkan Yunho menyusupkan sebuah tablet di dalam sana.
Kemudian ia menenggak minuman yang diberikan Yunho.
Namja cantik itu mengeluh gelisah, ia berbaring di sofa milik Yunho sementara namja tampan itu masih berdiri mengawasinya.

  “Apa ada yang kau inginkan, Joongie?” Tanya Yunho penuh khawatir.

Kini ia berlutut di samping Jaejoong.
Namja cantik itu menoleh.
Menatap wajah tampan Yunho cukup lama.
Kemudian Yunho terkejut, mendapati air mata yang mengalir dari mata indah itu.

  “Aku hanya ingin semuanya kembali seperti semula..Saat dimana kecelakaan itu tidak pernah terjadi..” Bisik Jaejoong sakit.

Yunho mengusap sayang rambut almond Jaejoong yang lembab karena keringat.

  “Kecelakaan apa, Jaejoongie?”

  “Siwon Hyung..Hiks..Hyungie..Hiks..”

DEG.

Yunho terdiam.
Mendengar sebuah nama yang keluar dari bibir ranum itu.
Siwon Hyung?

  “Tenanglah Joongie, Hyung disini, gwenchana” Ucap Yunho penuh sabar.

Namun Jaejoong menggeleng kencang.
Tangisnya semakin tumpah disela racau bibirnya.

  “Aniya..Hiks..Hyungie sedang tidur..Ia masih enggan untuk bangun..Hiks..Ani..”

Yunho mengerutkan dahinya.
Mencoba mengerti maksud dari gumaman  namja cantik itu.
Tapi hasilnya nihil.
Yunho menghela nafas panjang.
Namja tampan itu memutuskan untuk memeluk Jaejoong sejenak dan mengecup lembut dahinya.

  “Istirahatlah Jae, kosongkan pikiranmu, agar kau tenang” Bisiknya manis.

Jaejoong mengerang.
Ia mencengkram seragam Yunho erat.
Mengerutkan dahinya.
Lalu kemudian melepaskannya.

Yunho tersenyum dibuatnya.
Namja cantik ini benar-benar menggemaskan di matanya.
Aish.

CUP.

Jaejoong menggumam ketika Yunho mencuri kecupan manis yang cukup basah pada bibir ranumnya.
Kemudian namja tampan itu beranjak bangun dan pergi keluar ruangan.
Ia menjilat bibirnya dan tersenyum kecil.


-------


Yunho menelusuri koridor rumah sakit itu dengan santai.
Sesekali pandangan matanya menjelajah sudut-sudut rumah sakit tersebut.
Beberapa perawat bahkan menyapanya dengan malu-malu.

  “Mianhae”

Ah, seorang perawat berhenti ketika Yunho memanggilnya.
Namja tampan itu terlihat berpikir sebelum ia memutuskan untuk bertanya.

  “Apakah disini ada pasien yang bernama Siwon?”

  “Ne, Choi Siwon nama lengkapnya. Kau?”

  “Aku Yunho, Jung Yunho. Teman dari Kim Jaejoong”

  “Oh, teman Jaejoongie? Kau ingin menjenguk Siwon ya? Aigoo, kka kka, aku antarkan”

Yes.
Tidak sia-sia ia menginterogasi Taemin ke arah mana Jaejoong pulang setiap kali mereka keluar dari restoran.
Dan siapa sangka ternyata Jaejoong selalu mengunjungi rumah sakit ini hn?
Yunho tahu Jaejoong tidak mengalami sakit apa pun.
Tapi yang membuatnya tidak tenang adalah sepenggal nama yang tersebutkan oleh igauan tidur namja cantik itu beberapa waktu lalu.

  “Ini kamarnya”

  “Um, kalau aku boleh tahu, Siwon sakit apa?”

Eoh?
Perawat itu tersenyum mendengar pertanyaan Yunho.
Ia mendongak menatap langsung mata musang namja itu.

  “Ia mengalami kecelakaan dan koma sejak setahun yang lalu”

  “M-mwo? Setahun?”

  “Dan ia dinyatakan lumpuh akibat kerusakan otak kecilnya”

Yunho terpaku.
Mata musangnya bergerak mengintip jendela kamar rawat yang tampak buram.
Kemudian ia memutuskan untuk masuk ke dalam sana.
Jantungnya berdebar semakin ia mendekati sosok yang kini terpejam itu.

Iakah?
Iakah orangnya?

  [ “Hatiku sudah dimiliki Yunho ah” ]

  [ “Siwon Hyung..Hiks..Hyungie..” ]

  [ “Hyungie sedang tidur..Ia masih enggan untuk bangun” ]

  “Hei, Choi Siwon” Panggil Yunho tersenyum kecut.

Ia mendudukkan dirinya di pinggir ranjang.

  “Seharusnya kau cepat sadar dan bersiap menerima pukulan dariku karena telah membuat Jaejoongku jatuh cinta padamu”


-------


  “Hoekk~!”

  “Hoekk~!”

Yunho dan para karyawan lainnya menoleh menatap Jaejoong yang sedang memuntahkan isi lambungnya di westafel.
Namja tampan itu segera menghampiri namja cantik itu dan memijat tengkuknya dengan lembut.

  “Jaejoongie gwenchana? Kau masih sakit?”

  “Ung..Ani..Urrgghhh..”

  “Katakan padaku, bagian mana yang tidak nyaman?”

  “Pe-perutku..Uh..”

Jaejoong mendesah pendek saat Yunho segera menyusupkan jemarinya ke dalam seragam namja cantik itu dan mengusap lembut perutnya.
Namja cantik itu menggenggam lengan Yunho erat seraya menggigit bibir ranumnya.
Mengacuhkan para koki dan pelayan yang kini saling memalingkan wajah mereka yang memerah.

  “Otteyo? Sudah berkurang?” Tanya Yunho khawatir.

Jaejoong mengangkat wajahnya, menatap langsung kedua mata musang tersebut.

DEG.

Namja cantik itu tertegun.
Bola matanya melebar dalam sekejap.
Gosh, ia dapat merasakan jantungnya berdegup kencang.
Pipinya mulai terasa panas.

  “Ne” Gumam Jaejoong nyaris tidak terdengar.

Yunho menghela nafasnya.
Ia baru saja akan menarik kembali tangannya, namun Jaejoong menahan pergelangan tangan Yunho dengan erat.
Namja cantik itu menundukkan wajahnya ketika Yunho melemparkan pandangan bingung.
Tapi kemudian Yunho tersenyum kecil karenanya.

  “Kau istirahat di ruanganku saja ne?”

Jaejoong menggeleng.
Yunho menepuk-nepuk punggung Jaejoong dengan satu tangannya yang bebas.
Ia mengecup dahi Jaejoong kemudian.

  “Kau harus istirahat, Joongie, aku tidak ingin sakitmu semakin parah” Bisik Yunho.

Namja cantik itu menundukkan wajahnya.
Memikirkan bagaimana bisa ia berdebar-debar seperti ini.
Ya Tuhan, bukankah debaran ini hanya muncul saat ia bersama Siwon?
Kenapa sekarang…

  “Joongie”

  “Um..”

Yunho mengeluarkan tangannya dari balik seragam Jaejoong dan beralih merengkuh pinggangnya, lalu ia menggiring namja cantik itu berjalan keluar dapur menuju ruangan pribadinya.

  “Aku akan menelepon dokter untuk memeriksamu”


-------


Namja cantik itu berdiri di depan pintu ruang rawat Siwon.
Ia hanya diam di sana sejak tadi.
Merasa ragu untuk membukanya dan masuk ke dalam.
Jaejoong bingung.

Masih pantaskah ia berada di sana?

Setelah apa yang sudah terjadi pada hati dan perasaannya?
Setelah apa yang sudah terjadi pada jiwa dan raganya?

Jaejoong menarik nafas panjang.
Ia sadar bahwa Siwon akan sendirian jika ia melakukan ini.
Tapi ia tidak punya pilihan aniya?
Cepat atau lambat semuanya akan terungkap.

CKLEK.

Namja cantik itu melangkah masuk ke dalam ruangan, memandang Siwon yang masih terpejam setelah ia koma selama setahun empat bulan.

  “Siwon Hyung” Panggil Jaejoong pelan.

Ia menggenggam jemari namja berlesung pipi itu.

  “Aku mencintaimu Hyung..Aku sangat mencintaimu” Bisiknya lirih.

Ia mulai menundukkan wajahnya, merasakan kedua mata bulatnya memanas.

  “Tapi itu dulu..Jauh sebelum aku mengenal Yunho..”

  “…”

  “Maafkan aku Hyung..Aku terlalu sakit karenamu..Hingga hatiku memilih untuk berpaling..”

  “…”

  “Yunho melamarku kemarin malam..Ia memintaku untuk menikah dengannya..”

  “…”

  “Dan aku..Memutuskan untuk menerima lamarannya, karena aku telah mengandung anaknya..”

Jaejoong menahan nafas.
Ia mengusap air matanya yang mengalir membasahi pipinya.
Namja cantik itu berdiri dari duduknya.
Ia menutup mulutnya dengan punggung tangan dan segera berjalan cepat meninggalkan namja berlesung pipi itu.

Tepat setelah pintu ditutup, ranjang rawat tersebut berderit pelan.

Choi Siwon membuka kedua matanya.


-------


Namja tampan itu tersenyum manis melirik Jaejoong yang sedang bersiap di dalam ruangan sang mempelai wanita.
Mata musangnya mengerjap pelan.
Jaejoong sungguh mempesona.
Balutan gaun pengantin itu terlihat indah di tubuhnya.

Yunho sama sekali tidak menyangka akan jawaban yang diberikan Jaejoong saat ia melamar namja cantik itu beberapa minggu yang lalu.
Namja tampan itu merasa bertanggung jawab, setelah ia mengetahui mengenai kehamilan Jaejoong saat ia memanggil dokter ke restorannya.

  “Yunho-ssi, kau harus berada di atas mimbar gereja sekarang”

Ah, Yunho menoleh, tersenyum kepada Taemin dan memilih melangkahkan kaki menjauh.
Sementara itu, Jaejoong menahan nafasnya yang tercekat.
Ia benar-benar gugup.
Berkali-kali ia melirik cermin yang memantulkan bayangan dirinya.
Ya Tuhan, kenapa ia harus mengenakan gaun wanita?

Ia pasti terlihat aneh!

  “Kau cantik, Jaejoongie” Puji Mrs.Watson yang membantunya berpakaian.

Namja cantik itu mempoutkan bibir ranumnya.
Ia mendesis sebal.

DDRRTT…DDRRTTT…

Jaejoong berbalik, mendekati ponselnya yang bergetar di atas nakas.
Ia menaikkan alisnya mendapati nomor rumah sakit yang menghubungi ponselnya.
Mendadak jantungnya berdebar kencang.
Gosh, apakah terjadi sesuatu pada Siwon?

  “Ne, yeoboseyo?”

  “Jaejoongie..

DEG.

Mata Jaejoong melebar.
Nafasnya tercekat.

  “Ini aku, Joongie..

  “Si-Siwon Hyung?”

BRAKK!

Jaejoong terlihat linglung.
Ponselnya terjatuh tanpa sadar.
Wajahnya terlihat shock.
Ia menoleh kepada wanita paruh baya yang terlihat bingung itu.

  “Joongie? Ada apa?”

  “M-Mrs. Aku harus pergi sekarang juga!”

  “M-mwo? Yah yah! Jaejoongie! Kau akan menikah lima menit lagi!!”

BLAMM!

Pintu ruang ganti itu terbanting karena Jaejoong.
Namja cantik itu berlari seraya mengangkat gaunnya.
Tangisnya mengalir.
Nafasnya tersengal.
Demi Tuhan, namja itu sadar!
Ia bangun dari komanya!

Jaejoong terus berlari dan berlari, melupakan segala yang ada, hanya Siwon yang terfokus dalam pikirannya.

  “Lho? Jaejoong?”

Beberapa perawat menatap bingung namja cantik itu.
Mengapa ia mengenakan pakaian pengantin?
Dan mengapa ia malah berada di sini?

BRAKK!

Pintu kamar rawat itu terbuka kasar.
Memunculkan sesosok namja cantik dengan keringat yang membasahi pelipisnya.
Nafasnya berantakan, jantungnya berdebar kencang.
Mata bulatnya bergerak cepat menatap sosok berlesung pipi yang kini duduk bersandar di ranjang rawatnya.

  “HYUNG!” Pekik Jaejoong lantang.

Namja cantik itu segera menubruk Siwon dan menangis di pelukannya.
Sementara Siwon hanya tersenyum kecil.

  “Aku merindukanmu Hyung..Hiks..Aku sangat merindukanmu..”

  “Aku juga..Merindukanmu..”


-------


Para undangan mulai berbisik-bisik.
Sang Pastor tampak bingung.
Sementara Yunho gelisah.
Mata musangnya tidak berhenti mengawasi pintu utama yang tertutup itu.
Ada apa?

Apa yang terjadi?

Kenapa Jaejoong lama sekali?

CKLEK.

Yunho hampir saja mendesah lega saat pintu tersebut terbuka.
Namun ia terpaksa menelan kembali kelegaannya saat menangkap bayang Mrs.Watson di sana.
Wanita paruh baya itu berlari tergepoh-gepoh menghampiri Yunho.
Raut wajahnya terlihat panik.

  “Jaejoongie---Jaejoongie---Ia pergi!” Ujarnya terbata.

DEG.

Mata Yunho melebar sempurna.
Nafasnya tertahan.
Tubuhnya mendadak kejang.
Pergi? Apa maksudnya?

  “Aku—Aku tidak tahu ia kemana..Yang kutahu ia mendapat panggilan dari seseorang dan..Dan ia menyebutkan nama Siwon”

Jemari Yunho terkepal erat.
Rahangnya mengeras.
Wajah tampannya tampak memerah emosi.
Ia berjalan turun dari mimbar dan beranjak keluar gereja.
Meninggalkan para undangan dan Pastor yang saling menatap bingung satu sama lain.

Sementara itu Jaejoong tampak lebih tenang dari sebelumnya.
Ia kini duduk di samping ranjang Siwon.
Membiarkan namja berlesung pipi itu terus menatapnya sejak tadi.

  “Jadi..Kibum sudah lama meninggalkanku?” Bisik Siwon lirih.

Jaejoong mengangguk. Ia sedikit merasa bersalah sekarang.

Namja berlesung pipi itu terdiam.
Kemudian ia tersenyum kecut.

  “Dan kau juga akan menikah?”

Jaejoong mengangguk.
Menatap dalam mata sipit Siwon.

  “Lalu aku akan ditinggalkan sendirian..”

  “Hyung”

  “Aku benar kan, Jae? Kuliahku tidak selesai, waktuku terbuang lebih dari setahun, dan aku lumpuh!”

  “Hyung!”

Namja berlesung pipi itu menumpahkan tangisnya.
Ia menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Terisak lirih ikut mengundang tangis Jaejoong.

  “Jaejoongie..Hanya kau yang kini kumiliki..Kumohon, jangan tinggalkan aku..” Ujar Siwon lirih.

  “Hyungie..Hiks..” Isak Jaejoong menggigit bibirnya.

  “Batalkan pernikahanmu..Kumohon..”

Jaejoong mengerutkan dahinya.
Terkejut akan permohonan dari namja berlesung pipi itu.
Siwon menatap penuh harap pada Jaejoong.
Ia menggenggam jemari namja cantik itu kini.

Tangis Jaejoong kembali mengalir dalam hening.

Namja cantik itu menggeleng setelah beberapa menit ia merapatkan bibir.

  “Dulu aku memang mencintaimu, sampai aku melupakan jiwa dan ragaku. Tapi kini aku sadar, bahwa kau bukan untukku dan aku bukan untukmu, kita tidak pernah ditakdirkan untuk bersatu, Hyung..”

Choi Siwon menundukkan wajahnya.
Mengerutkan dahi, menyesali apa yang sudah terjadi pada kehidupannya.
Seandainya saja ia tidak mengabaikan Jaejoong.
Seandainya saja ia lebih cepat menyadari perasaan Jaejoong.
Seandainya saja..

SSRAK.

Jaejoong beranjak dari duduknya.
Mengundang tatap penuh tanya dari Siwon.
Namja cantik itu tersenyum kecil dan mengusap air matanya.

  “Aku harus menikah dengan Yunho sekarang, Hyung..Aku akan menemuimu lagi nanti..” Ujarnya pelan.

Ia berjalan membuka kenop pintu, dan saat ia menutup pintu itu, ia tertegun.
Melihat Siwon yang tersenyum kecut padanya.

  “Chukkae” Bisik namja berlesung pipi itu tanpa suara.

DRAP DRAP DRAP!

Jaejoong berlari kencang menelusuri koridor rumah sakit.
Ia menyeret gaunnya yang panjang dengan susah payah.
Dadanya berdebar kencang.
Berharap Yunho masih setia menunggunya di sana.

TAP!

Langkah Jaejoong terhenti seketika.
Ia tersentak di sana.
Menatap tidak percaya sosok tampan yang kini berdiri di hadapannya.

  “Y-Yunho ah?” Panggil Jaejoong kaget.

Huh.
Namja tampan itu tersenyum miris.
Benar dugaannya, Jaejoong memang ada di sini.
Ia melanjutkan langkahnya, mendekati namja cantik itu dan berdiri tepat di hadapannya.

  “Kau pernah mendengar tentang pepatah yang mengatakan bahwa cinta itu ibarat sepasang sepatu?” Tanya Yunho dalam hening.

Jaejoong terdiam.

  “Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku. Tapi kini aku telah lelah untuk berlari mengejarmu yang terlalu jauh untuk kugapai. Sepatuku sudah rusak, Jae ah. Aku akan meninggalkan sepatuku bersamamu, semoga kau bahagia bersamanya”

Namja cantik itu tercenung tidak percaya.
Memandang Yunho yang kini berbalik meninggalkan dirinya.

Mwo?

Mwoya?

Apa-apaan itu?

Jaejoong mengerjapkan kedua matanya dan meringis kesal.
Ia mengusap air matanya seraya berteriak lantang.

  “Tidak! Jangan pergi, Yunho ah! Kau tidak mengerti! Kau..Kau tidak pernah tahu, kalau tidak hanya sepatumu yang rusak, tapi juga milikku! Aku berlari mengejar Siwon sejak dulu, tapi dia terlalu jauh, dan ketika aku bertemu denganmu..Aku..Aku telah menemukan sepatu yang baru..Hiks..Kumohon..Jangan pergi..”

Jaejoong menutup wajahnya dengan kedua tangan.
Ia menangis tersedu.
Membuat Yunho yang melangkah, menghentikan gerakannya dan berdecih.
Kemudian ia berbalik dan segera memeluk erat namja cantik itu.

  “Jangan menangis, berhentilah menangis” Ujar Yunho.

Tangis Jaejoong semakin pecah.
Ia mencengkram erat tuksedo namja tampan itu.

  “Aku mencintaimu Yunho ah..Aku mencintaimu..” Isaknya.

  “Aku juga mencintaimu Jaejoongie” Bisik Yunho tersenyum.

Namja tampan itu mengusap punggung Jaejoong.
Ia mengecup puncak kepala namja cantik itu berkali-kali.
Berusaha membuat tangisnya mereda.

  “Kkaja, kita menikah sekarang”

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Terkekeh kecil karena ajakan Yunho.
Ia mengangguk dan menggenggam jemari namja tampan itu.
Mengacuhkan kalau ia dan Yunho masih berada di rumah sakit dengan beberapa perawat yang memandangi keduanya sejak tadi.

Aigoo.

Jaejoong merasakan wajahnya memanas.
Ia mengusap air matanya dengan punggung tangan.

  “Yunho ah”

  “Ne?”

  “Sekarang aku tahu sepatuku tepat”

  “Apa?”

  “Aku pernah mendengar, kalau sepatu yang tepat, tidak hanya membawamu ke tempat yang indah. Tapi juga akan membawamu kepada belahan jiwa yang tepat”

Huh.
Yunho hanya tersenyum kecil mendengarnya.

Sometimes we should look around.
And sometimes we should remember.

That our mate, is an un-expected person.

END.


1 komentar: