PART 7.
Yoochun dan Ren berinisiatif meninggalkan Jaejoong dan
Yunho berdua di kamar.
Mereka meyakinkan Junsu kalau Jaejoong akan baik-baik
saja di dalam sana.
Namja imut itu mengalah.
Ia mendesah kesal dan ikut keluar dari kamar.
Sementara asisten Yunho yang bernama Changmin itu juga
ikut menyusul keluar kamar rawat.
Hening.
Yunho hanya diam dengan kedua tangannya yang mengepal
erat.
Mata musangnya menuntut jawaban dari namja cantik itu.
Jaejoong hanya bungkam sejak tadi.
“Anakku kembar
huh?” Desis Yunho akhirnya.
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Menatap Yunho yang terlihat marah.
“Mereka
anakku” Balas Jaejoong ketus.
“Lalu kenapa
kau menyembunyikan yang satunya dariku?”
“Karena aku
tidak ingin kau merebutnya dariku, seperti yang sudah kau lakukan pada Junhon!”
“Aku tidak
merebutnya darimu, ia yang datang padaku karena kau tidak pernah mempertemukan
kami berdua!”
“Bagaimana
bisa aku mempertemukannya denganmu setelah apa yang kau lakukan pada hidupku,
Jung Yunho?!”
“AKU SUDAH
MINTA MAAF, JAEJOONG AH!”
“MAAFMU TIDAK
BERGUNA! JAEHO DAN JUNHON ADA SEKARANG!”
Yunho dan Jaejoong saling tersengal satu sama lain.
Namja cantik itu menatap tajam mata musang Yunho.
Ia mencengkram erat seprainya ketika Yunho memutuskan
untuk mendorong kursi rodanya agar ia dapat menyentuh tangan namja cantik itu.
“Tidak bisakah
kita melupakan apa yang sudah terjadi di masa lalu, Jae ah?” Bisik Yunho lirih.
Jaejoong bungkam.
Matanya menatap tajam wajah Yunho.
“Aku..Aku
mencarimu selama 4 tahun terakhir..Aku frustasi setiap kali aku gagal
menemukanmu”
“Lalu
bagaimana denganku? Kau pikir aku tidak frustasi huh? Aku terpaksa berhenti
sekolah karena anakmu, dan aku menghabiskan sisa hidupku dengan trauma darimu!”
“…”
“…”
“Apa yang kau
inginkan, Kim Jaejoong? Apa yang harus kulakukan agar kau tidak marah lagi
padaku?”
“Pergi dari
hadapanku dan jangan pernah pedulikan aku seperti dulu”
“Aku tidak
bisa”
“Kenapa?”
“Aku berhasil
menemukanmu setelah ratusan kali mencarimu, dan aku tidak akan meninggalkanmu,
tidak”
“…”
Jaejoong dan Yunho saling terdiam satu sama lain.
Namja cantik itu menghembuskan nafas panjang.
Mengacuhkan Yunho yang menunduk dengan jemari yang
masih mengusap punggung tangan namja cantik itu.
-------
Jung Junhon mengernyitkan dahinya tidak senang.
Mata bulatnya menatap Jaejoong yang duduk di ruang
tengah saat ini.
Ummanya baru saja kembali dari rumah sakit pagi tadi.
Uh.
Namja cherry itu
merasa sangat kesal sekarang.
Ia bahkan mengacuhkan Jaeho yang duduk di sampingnya
saat ini.
“Honchan
waeyo?” Tanya Jaeho menaikkan alisnya.
Namja cherry itu
mempoutkan bibirnya kesal.
“Hon mau Appa”
“Appa ada di
rumahnya”
“Hon mau
ketemu Appa~!”
“Disini sudah
ada Umma, kenapa harus Appa?”
“Hon mau
tinggal dengan Appa~!”
“Ani, kita
tinggal dengan Umma, Appa jahat”
“Hyung
nappeun~! Honchan mau Appa Hyuuunnggg~!”
“Hon tidak
sayang Umma eoh? Kalau begitu Hon tinggal saja dengan Appa, Hyung tinggal
dengan Umma”
“Andwae~
Andwaeee~! Hon sayang Hyuungg~!”
Jaeho menghembuskan nafas kesal.
Ia menepuk lembut kepala adik kembarnya gemas.
“Hon, Umma dan
Appa tidak rukun, Hyung tidak mau mereka bertengkar di depan kita” Ujar Jaeho.
Junhon mengerjapkan mata bulatnya.
Ia beringsut masuk ke dalam pelukan Hyungnya.
“Ung~ Kita
bisa membuat Appa dan Umma baikan ne Hyung? Otteyo? Kasihan Appa Hyung”
“Umma juga
kasihan, Hon, Umma sering menangis karena Appa”
“Hyuuunnggg~!”
Jaeho menggeleng.
Wajahnya mengeras tidak senang.
Junhon merengut lucu.
Namja cherry itu
memukul kesal lengan Jaeho.
“Ani” Tolak
Jaeho memalingkan wajahnya.
Junhon kembali memukul lengan namja almond itu.
“Ani” Ucap
Jaeho ketus.
CUP.
Jaeho terkejut.
Junhon menarik wajahnya dan mengecup telak bibir
tipisnya.
Mata musangnya mengerjap-kerjap lucu.
Junhon tersenyum manis sekarang.
“Arasseo” Ujar
Jaeho pelan.
Junhon memekik senang.
Ia memeluk erat Hyungnya dan mengecup bibir tipisnya
berkali-kali.
Membuat Jaeho terkikik geli karenanya.
“Hon sayang
Hyung~”
“Nee Hyung
juga sayang Honchan”
Kedua namja berwajah sama itu melompat dari ranjang.
Mereka berpegangan tangan berjalan menghampiri
Jaejoong.
Namja cantik itu terlihat kaget saat Jaeho
menarik-narik celananya.
“Ne sayang?
Waeyo?”
“Umma, Hon mau
tinggal bersama Appa”
DEG.
M-mwo?
“Jaejae tidak
ingin berpisah dengan Junhon, tapi Jaejae mau tinggal bersama Umma”
Eoh?
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Mencoba menarik kesimpulan dari ucapan putra sulungnya.
Junhon beringsut memeluk kaki Jaejoong.
Ia mengerang manja.
“Ummaaa~ Hon
mau Appaaa~ Mau Appaaa~!”
“Bawa saja dia
ke tempat Appanya kalau begitu”
Jaejoong terkejut.
Ia menoleh menatap Ren yang menerobos masuk ke dalam
rumahnya.
Namja berambut blonde itu duduk di samping Jaejoong
dan memangku Jaeho.
“Junhon tidak
akan berhenti rewel sebelum keinginannya dikabulkan, Jae”
“Tapi, Jaeho
juga Minki ah”
“Kalau begitu
antarkan dia juga”
“Aku tidak
bisa berpisah dengan anakku!”
“Kenapa kau
tidak sekalian ikut saja?”
Jaejoong mempoutkan bibirnya.
Ren tersenyum kecil dan mengusap lembut bahu Jaejoong.
“Bukankah
Yunho sudah meminta maaf padamu?”
“…”
“Ia bahkan
memberikan ginjalnya untukmu, banyak yang ia pertaruhkan untuk itu”
“Aku tidak
memintanya”
“Tapi ia
melakukannya dengan tulus, agar kau tidak merasa kesakitan lagi, tidakkah kau
mengerti itu hm?”
“Minki, kau
tahu betapa brengseknya namja itu ania? Apa yang telah ia lakukan padaku di
masa lalu?”
“Tapi ia sudah
berubah sekarang, come on, Joongie,
tidakkah kau ingin mencobanya? Jaeho dan Junhon membutuhkan Appa mereka”
“Minki”
“Masa lalu
tetaplah masa lalu, tidak akan pernah bisa berubah sampai kapan pun. Jadi,
kenapa kau tidak mencoba untuk memperbaiki masa depan saja?”
Jaejoong terdiam.
Bola matanya bergerak pelan.
Mencerna baik-baik ucapan sahabatnya.
-------
“Jae?”
Yunho terkejut ketika ia membuka pintu rumahnya sore
ini.
Mata musangnya mendapati sosok cantik yang berdiri di
teras bersama kedua putra kembarnya.
Junhon memekik, ia segera menjulurkan tangannya ingin
digendong.
Yunho tertawa, namja tampan itu berjongkok dan
menggendong putra bungsunya.
“Junhon ingin
bertemu denganmu” Ujar Jaejoong.
“Kau akan
menginap?” Tanya Yunho penuh harap.
Jaejoong mendesah.
“Aku tidak
bisa membiarkan Jaeho dan Junhon lepas dari pengawasanku”
Yunho tersenyum.
Ia mengajak namja cantik itu masuk ke dalam.
Junhon sudah lebih dulu menarik Hyungnya menuju ruang
tengah dan mengeluarkan semua mainan yang dibelikan Yunho beberapa waktu yang
lalu.
Jaejoong mengerutkan dahinya melihat dapur yang tampak
berantakan.
“Apa yang
terjadi?”
“Dokter bilang
aku harus mengkonsumsi bubur selama seminggu penuh sampai kesehatanku
benar-benar pulih, well, ternyata
bubur yang sederhana memiliki cara membuat yang sangat sulit”
“Ck, kau
merusak pancinya!”
“Jeongmall?”
“Aish, temani
saja Jaeho dan Junhon di depan, aku akan membersihkan ini semua”
“Buatkan makan
malam ne?”
“Arasseo”
Eh?
Jaejoong tertegun.
Apa yang barusan ia katakan?
Namja cantik itu berbalik, menatap Yunho yang sudah
menghilang dari dinding dapur.
Jaejoong menggelengkan kepalanya.
Kenapa ia bisa sok mengurusi rumah ini huh?
Ia bukan siapa-siapa di sini.
Aish, sudahlah.
Sudah terlanjur.
Namja cantik itu segera memutar keran air westafel dan
mencuci piring kotor yang ada.
Membersihkan panci tersebut dan membuka kulkas Yunho
mencari bahan makanan.
Yaish, ia bertingkah seperti istri Yunho saja saat
ini.
“Hon mau buang
air kecil~!”
Yunho tersenyum melihat Junhon yang sudah berlari
memasuki kamar mandi lantai satu.
Namja tampan itu menoleh menatap Jaeho yang tampak
acuh padanya.
Eoh?
Anak ini sangat mirip dengannya.
“Jaejae suka
rumah Appa?” Tanya Yunho lembut.
“Um, Jaejae
suka apa yang Hon suka” Balas Jaeho pelan. Jemarinya sibuk menyatukan mainan
lego berwarna merah.
“Berarti
Jaejae juga sayang Appa ne?”
“Ne, Jaejae
sayang Appa, tapi Jaejae lebih sayang Umma lagi”
Yunho menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil mendengar jawaban putranya.
“Waeyo?”
“Karena Umma selalu
memberikan yang terbaik untuk kami, ungg, masakan Umma juga enak”
“Uri Umma
benar-benar hebat ania?”
“Ne~! Jaejae
sayang Umma~”
“Appa juga
sayang Umma”
“Jeongmallyo?”
Yunho mengangguk membenarkan.
Jaeho tertawa senang dan segera memeluk Appanya erat.
Ia menyukai semua orang yang sayang dengan Ummanya.
“Aahh~! Hyung
jangan dekat-dekat Appaaa~!”
Yunho dan Jaeho menoleh, menatap Junhon yang berlari
ke arah mereka.
Namja almond itu
menjulurkan lidahnya.
“Sirheo~ Hon
masuk saja lagi ke kamar mandi!”
“Sirheo
sirheoo~! Hyung saja yang tinggal di sanaa!”
Yunho menghela nafasnya sekarang.
Namja tampan itu menggendong Jaeho dan menggandeng
jemari mungil Junhon.
“Jja, kita
susul Umma, sebentar lagi makan malam”
Namja cherry itu
mempoutkan bibirnya.
Ia menghentakkan kakinya selama berjalan.
“Appa, Hon mau
gendong” Rajuk Junhon manja.
Yunho mengangguk.
Ia baru saja akan meletakkan Jaeho di kursi, namun
namja almond itu menolak untuk
melepaskan genggamannya pada bahu Yunho.
Aish.
Namja tampan itu menarik nafas panjang dan memutuskan
untuk menggendong keduanya.
“Akh!”
Jaejoong yang sedang mengaduk sup misonya terkejut.
Namja cantik itu berbalik dan menatap horror ke arah
Yunho yang tampak kesakitan.
Jaeho segera melepaskan cengkramannya dan melompat ke
atas meja makan.
Sementara Junhon memeluk kaki Yunho.
“Gwenchana?”
Tanya Jaejoong menghampiri Yunho.
Namja tampan itu tidak menyahut.
Ia hanya meringis sakit memegangi perutnya.
Jaejoong mengulurkan tangannya mengusapi bagian itu
tanpa sadar.
Membuat Jaeho dan Junhon saling menatap satu sama
lain.
“Yunho, jawab
aku, apa rasanya sangat sakit?”
“Uhh, sedikit”
“Benar? Kau
tidak membohongiku kan?”
Yunho menggeleng.
Jaejoong mendengus menatap kedua putranya.
“Jaejae,
Honchan, dengarkan Umma ne? Kalau ingin digendong Appa harus bergantian arra?
Uri Appa sedang sakit”
DEG.
Yunho tertegun.
Ia mengangkat wajahnya menatap Jaejoong tidak percaya.
Apa?
Apa katanya barusan? Uri Appa?
“Jja, lebih
baik kau istirahat saja di kamar, aku akan membawakan makan malammu sebentar
lagi” Ucap Jaejoong.
Yunho mengangguk.
Ia hanya diam membiarkan namja cantik itu memapahnya
menaiki lantai dua menuju kamarnya.
Dadanya berdebar.
Ia bahagia.
-------
“Nghh”
Namja tampan itu mengeluh pelan dalam tidurnya.
Ia membuka kedua mata musangnya dan terkejut mendapati
dua namja berwajah sama itu sedang terlelap seraya mengapit tubuhnya.
Aigoo.
Pantas saja ia merasa sesak.
Yunho menarik nafas panjang.
Ia mengusap lembut rambut Jaeho dan Junhon, kemudian
ia bangkit dan hendak berjalan menuju kamar mandi.
Namun perhatiannya teralihkan melihat Jaeho dan Junhon
menggeliat dalam tidur.
Beberapa detik kemudian mereka saling membuka mata.
“Appa/Umma”
Gumam Jaeho dan Junhon bersamaan.
Namja almond itu
mengerutkan dahinya.
Ia menoleh ke kanan dan kiri.
Ummanya tidak ada.
Jaeho panik.
“UMMAAAAA~!!”
Jerit Jaeho lantang.
Yunho terkejut.
Junhon yang ada di samping Hyungnya ikut menangis.
Beberapa saat kemudian pintu kamar itu terbuka kasar.
Jaejoong memasuki kamar dan segera memeluk putra
sulungnya.
Jaeho balas memeluk Jaejoong, membiarkan namja cantik
itu mengusapi punggungnya lembut.
“Ssshh..Umma
di sini, Jae, gwenchana” Bisik Jaejoong manis.
Yunho yang sudah menenangkan Junhon ikut mengembangkan
senyumnya.
Ia mengulurkan tangannya tanpa sadar, mengusap lembut
rambut almond Jaejoong.
DEG.
Jaejoong tertegun.
Mata besarnya mengerjap menatap Yunho.
“Jaejae mau ke
taman bermain” Ujar Jaeho tiba-tiba.
Eoh?
Jaejoong dan Yunho sontak menunduk, namja cantik itu
mengiyakan permintaan Jaeho sementara Junhon menggosok kedua mata bulatnya dan
tersenyum senang.
“Mereka sangat
manja hm?” Ujar Yunho terkekeh.
Jaejoong memutar bola matanya.
Ia berdecih kepada Yunho.
“Bukan aku
yang menurunkan sifat itu” Ucapnya.
Yunho menaikkan alisnya.
Jaejoong sudah lebih dulu menggendong Jaeho dan membawanya
keluar kamar.
Namja tampan itu kembali tersenyum dan mengajak Junhon
untuk mandi.
-------
“Janji jangan
jauh-jauh dari Umma arra?”
“Ung!”
Jaeho dan Junhon tersenyum senang seraya berpegangan
tangan.
Keduanya segera berlari memasuki arena bermain
anak-anak yang tidak jauh dari kursi panjang di sudut taman.
Jaejoong menghela nafas panjang.
Namja cantik itu berbalik dan mendudukkan dirinya di
atas kursi tersebut.
Sementara Yunho hanya diam mengikutinya.
“Apa saja yang
kau lakukan selama ini?”
Jaejoong mendengus, ia melirik Yunho sedikit dan
kembali menatap lurus ke depan.
“Membesarkan
JaeHon, apa lagi? Aku bahkan terpaksa berhenti bermimpi untuk kuliah karena
mereka”
“Kau..Menyesal?”
Jaejoong diam.
Ia tidak menyahut pertanyaan Yunho.
Namja tampan itu menghela nafasnya.
Ia memberanikan diri menggenggam tangan Jaejoong,
membuat namja cantik itu terkejut dan sontak menatap mata musangnya.
“Jae..Apakah..Apakah kau sudah memaafkan aku?” Cicit Yunho lirih.
“Apa yang
harus kumaafkan?” Bisik Jaejoong tersenyum miring.
Air matanya menetes perlahan.
“Perlakuan
burukmu kepadaku? Paksaan di hotel waktu itu? Memisahkan aku dengan Junhon
sebelum ini? Membuat Appa mengusirku dari rumah sekaligus melarang Junsu
menemuiku? Adanya Jaeho dan Junhon? Mana Yunho? Yang mana yang harus
kumaafkan?” Isak Jaejoong menuntut.
Yunho menundukkan wajahnya.
Ia merasakan kedua matanya panas dan basah sekarang.
Melupakan keberadaan mereka yang kini di tempat umum.
“Semuanya, Kim
Jaejoong..Semuanya” Desah Yunho semakin erat menggenggam tangan namja cantik
itu.
“Kau tidak
berubah, tetap egois seperti dulu” Ucap Jaejoong sarkastik.
Yunho mendekatkan dirinya pada Jaejoong.
Ia menyentuh rambut namja cantik itu dan menarik
kepalanya agar lebih dekat dalam pandangannya.
“Tapi kau
mencintaiku..” Bisik Yunho kemudian.
Cih.
Namja cantik itu terkekeh kecil.
Ia membenturkan pelan dahinya dengan dahi Yunho.
“Sudah kuduga,
Kim Junsu pasti ember” Ujarnya.
Yunho tersenyum mendapati perlakuan Jaejoong yang
kekanakan.
Namja cantik itu mendengus.
Ia menahan nafasnya.
“Aku terlalu
sakit karenamu, Jung. Terlalu banyak luka yang kau tinggalkan pada hatiku.
Hanya orang bodoh yang bisa melupakan kesalahan di masa lalu begitu saja” Ucap
Jaejoong.
“…” Yunho
terdiam. Ia menatap dalam kedua mata bulat Jaejoong yang basah.
“Aku akan
memberikanmu maaf, kalau kau bersumpah tidak akan pernah menyakitiku lagi, dan
bersumpah kalau kau akan memberi Jaeho dan Junhon kasih sayang yang tak akan
putus sampai kapan pun”
“Aku
bersumpah, Jae..I Swear”
“Aku orang
bodoh sekarang”
Yunho tertawa kecil mendengar gerutuan Jaejoong.
Ia mengusap lembut pipi Jaejoong yang basah.
Namja tampan itu tersenyum.
Merasakan hatinya ringan sekarang.
Namja tampan itu mengecup singkat bibir Jaejoong
tiba-tiba.
Mata musangnya mengawasi reaksi namja cantik itu.
Jaejoong tersenyum kecil.
Membuat Yunho balas tersenyum padanya dan kembali
menabrakkan bibir mereka.
Tidak peduli hari sudah menjelang siang, tidak peduli
akan keramaian orang, keduanya saling mengungkapkan perasaan masing-masing
melalui ciuman manis yang mesra itu.
-------
Jaejoong dan Yunho saling menggenggam tangan Jaeho dan
Junhon.
Namja cantik itu menarik nafas panjang berkali-kali
dan menghembuskannya berat.
Membuat Yunho menoleh padanya.
“Tenanglah
Jae”
“Bagaimana
bisa aku tenang? Aku takut Appa akan mengusirku untuk yang kedua kalinya dan
menghajarku lagi!”
“Yah, kalau ia
memang melakukannya pasti setelah itu ia akan membunuhku dengan sadis, karena
akulah akar permasalahannya”
Jaejoong menepuk kesal bahu Yunho.
Namja cantik itu menggendong Jaeho dan membiarkan
namja almond itu memencet bel rumah
kediaman Kim.
Tidak lama kemudian, pintu besar itu terbuka.
Menampilkan sesosok pria paruh baya dengan lesung pipi
yang manis.
“Joongie?”
“Jungsoo
Ahjussi!”
Kepala pelayan itu terkejut.
Jaejoong segera memeluknya dengan erat.
Membuatnya sedikit terhuyung ke belakang.
Jungsoo tersenyum merasakan kedua matanya panas dan berkaca-kaca.
Ia sama sekali tidak menyangka kalau Tuan Mudanya yang
sulung akan kembali ke rumah ini.
“Jussi..Aku
ingin bertemu Appa” Ucap Jaejoong pelan.
Jungsoo mengangguk.
Namja paruh baya itu menuntun Jaejoong menaiki tangga,
mata sipitnya melirik Yunho dan kedua namja kembar yang mengekor di belakang
mereka.
Omo.
Apakah itu anak Jaejoong?
CKLEK.
Pintu kamar Hangeng terbuka pelan.
Jaejoong mendesah pendek.
Ia memberanikan diri memasuki ruangan luas itu.
“A—Appa”
Panggil Jaejoong gugup.
Hangeng Kim yang sedang beristirahat di atas ranjang
tersentak kaget.
Namja berperawakan Cina itu menoleh.
Terdiam mendapati putra sulungnya yang begitu ia
rindukan kini hadir di hadapannya.
Ia mengulurkan tangannya seraya memanggil nama
Jaejoong.
“Appa..Mianhae,
aku melanggar perintahmu..Junsu memintaku untuk menemui Appa, dan aku---”
“Kenapa kau
baru pulang sekarang, Jae?”
DEG.
Jaejoong tertegun.
Ia mengangkat wajahnya dan menatap Hangeng yang kini
meneteskan air mata.
Namja cantik itu merasakan bibirnya bergetar.
Ia terisak dan menjatuhkan wajahnya di atas tangan
Appanya.
“Mianhae
Appa..Hiks..Mian..Maafkan aku..”
Namja berperawakan Cina itu tidak menyahut.
Ia hanya diam membiarkan tangisnya ikut mengalir.
Satu tangannya ia gerakkan mengusapi kepala putranya.
“Haraboji~!”
Jaejoong mengangkat wajahnya.
Ia mengusap sudut matanya dan tersenyum kecil melihat
Appanya terkejut ketika Jaeho dan Junhon berlari dan melompat ke atas tubuhnya.
Namja cantik itu berbalik, melihat Yunho yang
menghampirinya dan Junsu yang kini bersandar di pintu kamar.
Namja imut itu tersenyum kecil.
Jaejoong bisa melihat wajah lucunya yang memerah
menahan tangis.
“Kau---”
Hangeng kembali terkejut ketika Yunho berdiri di
hadapannya.
Namja tampan itu berlutut di samping Jaejoong dan
menggenggam tangan Hangeng yang bebas dari infus.
Yunho menarik nafas panjang.
“Aboji,
ijinkan aku menikahi putramu yang bernama Kim Jaejoong”
“M—mwo?”
“Kumohon
Aboji, aku berjanji akan membuatnya bahagia”
Namja berperawakan Cina itu baru saja akan membuka
suaranya lagi, tapi Jaeho dan Junhon sudah lebih dulu memotongnya.
“Haraboji
harus setuju! Kalau tidak infusnya kami cabut!” Ujar mereka kompak.
Hangeng melotot kepada kedua cucunya.
Sementara Junsu dan Jaejoong tertawa kecil diam-diam.
Appa kedua Kim bersaudara itu menghembuskan nafas
panjang.
Ia menoleh menatap Jaejoong yang kini menundukkan
wajahnya.
Kemudian Yunho yang masih menunggu persetujuan
darinya.
“Yah..Aku
harus bilang apa?” Ujar Hangeng lucu.
Yunho tersenyum.
Ia memiringkan wajahnya.
“Tentu saja
iya”
“Arra, kau
sudah mewakili kata-kataku, jadi jangan paksa aku mengucapkannya”
Jaejoong mendengus.
Appanya tidak pernah berubah.
Yunho yang mendengar itu semakin melebarkan senyumnya.
Ia mengecup lembut pinggir dahi Jaejoong sebelum
mengaduh merasakan pukulan Junsu dari belakang.
“Walaupun kau
akan menikah dengan Hyungku belum tentu aku akan memaafkanmu, Jung Yunho!”
Ne?
Yunho menaikkan alisnya.
Junsu mempoutkan bibirnya saat mendapat tatapan maut dari
Jaejoong.
“Kecuali kalau
kau memberitahuku apa yang sudah kau lakukan pada Ahjussi Choi”
Huh?
Namja tampan itu mengulas seringai miringnya.
Membuat Junsu sempat bergidik melihatnya.
“Kau sungguh
ingin tahu?”
Jaejoong mengendus kesal. Ia memutar bola matanya
jengah.
“Yunho,
sudahlah”
“Waeyo? Adik
iparku ingin tahu apa yang sudah kulakukan pada namja bejat itu Jae”
“Aish, kau
juga sama brengseknya”
“Tapi kau
mencintaiku”
“Tentu saja
aku mencintaimu”
“Dan aku juga
mencintaimu, Jaejoongie”
Aishh.
Junsu mengerutkan dahinya kesal.
Sementara Hangeng yang sudah bercanda bersama Jaeho
dan Junhon mengacuhkan mereka bertiga.
Namja imut itu menghentakkan kakinya.
“Kau jadi
memberitahuku tidak, Jung Yunho?” Erangnya kesal.
Yunho tertawa.
I will hurt you, I Swear.
I will pain you, I Swear.
I will injured you, I Swear.
And I will love you and give you much happiness, I Swear.
END.
Gomawo Sella. . .
BalasHapusAkhirnya update jga. . :-D
Emm endingnya kurang greget kak. . tp sofar keren n bgus kok critanya kak. .
sekali lg maksh. . . Figting kak.
Sebenernya baca ff shella tuh gak usah khwatir, karna ujungnya pasti happy ending.. hahahaha..aku suka "i swear" tapi ini konflik sama endingnya terlalu jomplang..
BalasHapusKonfliknya heboh plus nyesekin bgt, tp endingnya santai dan terkesan uri umma kitty pasrah bgt gitu, ish.. kan jadi sebel.. hahaha..
Uri Appa gak ada menderita2nya dikit kek gitu.. hiks..
Ah, yauwis lah.. hihi.. makasihhhh bykkkk udh post ff yg kece2 shell^-^
Giilaaaaa.. akhirnya setelah penantian yang puanjuaang... muncul juga ff kesayangan.
BalasHapusAlurnya bagus, disksinya bagus, kurang penekanan karakternya yaaaa..
Semangat!!!!
happy end... yeay
BalasHapusPenantiannya sepadan banget sama hasilnya >.< Happy ending! Feel Dapet! Ff eonni ngga pernah mengecewakan! Terus berkarya, eon! Fighting!
BalasHapus