Tittle: FLYPAPER
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
ONESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-friendship-angst
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
“Aku hanya bisa menjadi selembar kertas
tempatmu mencurahkan isi hati”
.
.
.
Namja cantik itu
tampak diam memperhatikan sahabat sejak kecilnya, Jung Yunho, yang sedang bertengkar
dengan kekasihnya di ujung koridor kampus.
Mata besarnya
bergerak pelan, melihat wajah Yunho yang tampak memerah karena marah.
Sementara sang
kekasih yang berambut brunette itu
terlihat acuh.
Bahkan beberapa
penghuni kampus yang berlalu lalang menoleh kepada keduanya.
“Bertengkar lagi?”
Jaejoong
berbalik, menatap Yoochun yang bertanya padanya.
Namja cantik itu
mengangguk dengan senyum kecilnya.
Yoochun hanya
tersenyum miring.
“Kalau aku jadi Yunho, namja itu sudah lama
kuputuskan” Ungkap Yoochun.
“Yah, kalau rasa cintamu sama seperti Yunho,
kau juga tidak akan meninggalkan Karam begitu saja” Sambung Jaejoong.
“Kau tidak merasakan sakit berbicara seperti
itu?”
“Aku sudah terbiasa Yoochun ah”
“Hn, seharusnya Yunho memilihmu, bukan dia”
Jaejoong kembali
tersenyum kecut.
Namja cantik itu
memalingkan wajahnya dan mengeratkan pegangannya pada setumpuk buku yang sedari
tadi didekap olehnya.
“Setelah ini Yunho pasti akan berlari padamu
dan memaksamu mendengarkan ceritanya, tanpa peduli akan hati dan perasaanmu”
“Aku..Masih ada kelas, sampai jumpa Chun ah”
Huh.
Yoochun
tersenyum miring.
Namja chubby itu
memandang Jaejoong yang sudah meninggalkannya seorang diri.
Kemudian ia
kembali melihat Yunho yang sedang mengepalkan kedua tangannya dengan erat.
Namja chubby itu
menggumam pelan.
“Kau bodoh, Yunho ah”
TAP TAP TAP.
Jaejoong
berjalan cepat di sepanjang koridor kampus.
Seakan Yoochun akan
segera mengejarnya dan kembali berkata pedas di hadapannya.
Namja cantik itu
merasakan dadanya sesak, ucapan Yoochun terus terngiang di kepalanya.
Bahkan ia
menggigit bibir bawahnya sekarang.
Berusaha menahan
tangis yang menggenang.
Yah, Yoochun benar.
Seharusnya Yunho
memilih Jaejoong.
Memilih Jaejoong
untuk menjadi kekasihnya, bukan sahabatnya.
Memilih Jaejoong
yang setia bersamanya selama sepuluh tahun terakhir.
Memilih Jaejoong
yang melindunginya selama sepuluh tahun terakhir.
Memilih Jaejoong
yang mencintainya selama sepuluh tahun terakhir.
Jaejoong masih
ingat dengan jelas, hari dimana ia memberanikan diri untuk menyatakan
perasaannya pada Yunho saat mereka masih duduk di bangku sekolah.
Namja tampan itu
menolaknya mentah-mentah.
Mengatakan bahwa
ia hanya menyayangi Jaejoong sebagai sahabatnya, tidak lebih.
Tapi ia tidak
pernah sadar, kalau perlakuannya kepada Jaejoong bahkan melebihi ikrar persahabatan.
Ah, tidak.
Jaejoong
bukanlah sahabatnya.
Namja cantik itu
adalah kertasnya.
-------
“Joongie, apa kau di dalam?”
Jaejoong membuka
kedua mata besarnya yang tampak sembab dan membengkak.
Ia menghabiskan
waktunya untuk menangis semalaman.
Memikirkan
betapa menyedihkan dirinya.
“Ne, masuklah Yun”
CKLEK.
Pintu berwarna
putih itu terbuka pelan.
Memperlihatkan
sesosok namja berambut cokelat dengan kedua mata musangnya yang tajam melangkah
masuk ke dalam kamarnya.
Jaejoong
tersenyum saat Yunho duduk di sampingnya.
“Ada apa?” Tanya namja cantik itu lembut.
Yunho mendesah panjang.
Ia mengusap
wajahnya kemudian merebahkan punggungnya di sana.
Merasakan
empuknya ranjang namja cantik itu.
“Aku bertengkar dengan Karam” Adu Yunho.
Hmm.
Jaejoong hanya
diam.
Masih dengan
senyum lembutnya.
“Ia mengacuhkanku akhir-akhir ini, aku
bertanya padanya dengan cara baik-baik, tapi ia malah berteriak memarahiku”
Keluh namja tampan itu.
Yunho mendesah
pendek.
Ia beringsut
mendekati Jaejoong dan memeluk kaki namja cantik itu seraya menempelkan
hidungnya di paha Jaejoong.
“Apa aku salah, BooJae yah? Aku hanya terlalu
khawatir padanya”
Jaejoong
tersenyum miris.
Mengusapi rambut
Yunho yang menggelitiki kakinya.
Ne Yunnie yah.
Kau memang salah.
Bahkan kesalahan terbesarmu adalah jatuh cinta pada
namja bernama Karam itu.
“Apa yang harus kulakukan setelah ini? Ia
tidak mau bicara padaku lagi” Gumam Yunho.
“Kau bisa memberikannya sebuket bunga
lili—maksudku, sebuket bunga mawar, Yun ah” Sahut Jaejoong kikuk.
“Nde? Menurutmu itu akan bekerja?”
“Yah, itu berhasil terhadap beberapa orang”
Seperti aku, misalnya.
“Gomawo Boo, kau selalu mengerti aku”
Tapi kau yang tidak mengerti aku, Yun.
“Ne, gwenchana, lagi pula, kalau bukan aku
yang menceramahimu, siapa lagi hm?”
“Hahaha, kau yang terbaik, BooJae ah~”
Terbaik tapi bukan di hatimu.
Jaejoong
menggigit erat bibir bawahnya.
Merutuki dirinya
mengapa ia bisa membiarkan hatinya kembali berkecamuk karena namja tampan itu.
Dan sekarang
matanya panas.
Basah.
Air matanya
telah menggenang.
Rasanya sungguh
menyakitkan.
“Boo? Kau menangis?”
DEG.
Jaejoong
merasakan tubuhnya tegang.
Bagaimana Yunho
bisa tahu?
Namja tampan itu
segera beranjak duduk dari baringnya.
Menangkup wajah
cantik sahabatnya dengan kedua telapak tangan.
Mata musangnya meneliti
pipi yang telah basah akan air mata itu.
“Ada apa? Ceritakan padaku” Pinta Yunho
memelas lembut.
Namja tampan itu
berharap tangis Jaejoong akan mereda dengan perhatiannya.
Tapi yang ada
malah tangis menyedihkan itu semakin pecah.
Jaejoong tidak
kuasa menahan rasa sakitnya.
“Kim Jaejoong, katakan padaku, kenapa?” Tanya
Yunho mulai khawatir.
Huh.
Jaejoong
perlahan tersenyum kecut.
Ia meremas
rambut hitamnya yang legam.
Seraya berbisik
lirih dengan suara seraknya.
“Gwenchana Yunnie ah..”
“Apanya
yang baik-baik saja? Katakan padaku kenapa kau menangis?”
“Bukan hal penting..Aku menangis hanya
karena..Selembar kertas”
Dahi Yunho
mengernyit.
Sementara
Jaejoong masih dengan senyum mirisnya.
-------
TAP TAP TAP.
Jaejoong
berjalan cepat menuruni tangga.
Ia ada kelas
pagi ini.
Namja cantik itu
merapikan rambut hitamnya seraya memijat kedua matanya yang baru saja ia
kompres semalaman penuh.
Uh, konyol
sekali.
Bagaimana bisa
ia menangis seperti itu di hadapan Yunho?
“Ah, itu dia”
Eoh?
Jaejoong
menolehkan wajahnya ketika sang Umma memekik kecil.
Mata besarnya
menangkap tanda dari Hangeng agar ia menyusul kedua orang tuanya yang sedang
duduk di ruang tengah.
“Ne Appa? Waeyo?” Tanya Jaejoong tersenyum.
Heechul
tersenyum lebar.
Pipinya sampai
merona.
Yeoja berwajah
angkuh itu segera memeluk erat putra tunggalnya dan memekik manis.
“Keluarga Kim ingin menikahkan putrinya
denganmu, sayang!”
DEG.
Kedua mata
Jaejoong melebar sempurna.
Ia melonggarkan
pelukan dari Ummanya dan menatap horror
yeoja cantik itu.
“Umma bercanda?!” Pekiknya kaget.
Heechul dan
Hangeng saling menatap satu sama lain.
Mereka tersenyum
kompak.
“Seohyun, Kim Seohyun, kau ingat yeoja itu,
Jaejoongie? Tetangga kita saat kita tinggal di Jepang dulu! Aigoo~ Umma memang
memimpikan seorang menantu yang seperti dirinya~” Ungkap Heechul.
“Ta-Tapi..Kalian tidak melupakan kelainanku
anitji? Aku gay, Umma, Appa!” Ucap
Jaejoong mengerutkan dahinya.
Hangeng
mengangguk.
Ia menepuk pelan
bahu putranya itu.
“Maka dari itu kami justru menerimanya,
Jaejoongie, kami pikir kelainanmu itu mungkin akan berhenti suatu hari nanti
dengan menikah bersama Seohyun. Ia gadis yang tepat untukmu”
“Ta-Tapi Appa?”
“Kalau kau bisa, kenapa kau tidak mencobanya
dulu, sayang? Kau tahu semua orang tua hanya ingin yang terbaik untuk putra
putri mereka”
DEG.
Hati Jaejoong
mencelos.
Tatapannya
meredup sayu.
Ia mengepalkan
kedua jemarinya erat.
Memperhatikan
betapa berserinya wajah kedua orang tuanya.
“Kau masih bisa memikirkannya sampai nanti
malam, Jaejoongie, jja, kau harus berangkat sekarang atau terlambat masuk kelas
pagimu” Ujar Heechul mengecup dahi putranya.
Jaejoong
mendesah.
Ia mengangguk
pasrah.
-------
Yoochun
menumpukan kedua tangannya di atas meja kantin.
Mata sipitnya
memperhatikan sahabatnya sejak tadi.
Jaejoong
terlihat begitu muram hari ini.
“Bagaimana menurutmu?” Gumam Jaejoong pelan.
Nyaris tidak
terdengar.
“Appamu benar, kau bisa mencobanya” Sahut
Yoochun tersenyum.
“Apa?” Ketus Jaejoong menaikkan alisnya.
“Kau tahu kalau kekasihku Junsu adalah teman
sekelas calon istrimu itu di Jepang, aku selalu mendengar cerita darinya
mengenai gadis itu. Dan menurutku ia adalah gadis yang cukup baik untukmu”
“Tapi Chun ah---”
“Ada banyak gay yang berhasil menjadi normal setelah ia menikahi seorang wanita
di dunia ini, Jaejoongie, kau bisa mencobanya”
“Apa kau gila? Aku bahkan tidak pernah
berpikir akan seperti itu nantinya!”
“Yah, sulit memang, tapi itu lebih baik dari
pada terus disakiti oleh Yunho aniya?”
DEG.
Jaejoong
terdiam.
Tenggorokannya
terasa tercekat.
Kenapa Yoochun
selalu saja menohok hatinya?
“Sampai kapan pun kau menunggu, Yunho tidak
akan pernah berpaling padamu. Kau tahu kan sebesar apa cintanya pada Karam?”
Seringai Yoochun.
Jaejoong
tersenyum kecut.
“Ia memilih Karam yang bukan sahabatnya sejak
kecil karena Karam lebih baik darimu. Ia memilih Karam yang bukan mencintainya
sejak sepuluh tahun terakhir karena Karam lebih baik darimu. Dan ia memilih
Karam yang bukan dirimu karena Karam lebih baik darimu”
Namja cantik itu
merasakan dadanya semakin sesak.
Ia sulit
bernafas.
Dengan kedua mata
besarnya yang memerah dan basah, ia menatap tajam namja chubby itu.
“Terima kasih, Park Yoochun, untuk tidak
pernah lupa menabur garam di atas lukaku” Desisnya tajam.
Hmp.
Yoochun mengusap
lembut kepala sahabatnya.
Ia tersenyum
kecil.
“Sama-sama, Kim Jaejoong” Cengirnya.
Jaejoong
mendengus.
Mencoba
menjauhkan diri dari namja chubby itu.
“Kau tahu kan kalau seorang sahabat yang baik
adalah sahabat yang selalu berkata jujur walaupun hal itu menyakitkan?” Tanya Yoochun kemudian.
“Aku tahu, itu Park, aku cukup tahu..” Sahut
Jaejoong lirih.
DDRRTT…DDRRRTT…
Jaejoong dan
Yoochun sama-sama memandang ponsel touch yang
kini bergetar panjang itu.
Namja cantik itu
segera meraihnya dan mengusap layarnya.
“Ne Yunnie ah?”
“Ja-Jaejoongie..Bisakah
kau ke perpustakaan?”
“Yunnie?”
“Aku..Aku
membutuhkanmu..Please..”
“Tu-Tunggu aku di sana, Yunnie ah! Aku
datang!”
Jaejoong
terlihat panik.
Ia segera
membereskan barang-barangnya yang berserakan di atas meja dengan cepat.
Membuat Yoochun
mendongak padanya.
“Ada apa?”
“Aku tidak tahu, tapi..Yang aku tahu Yunho
membutuhkan aku di sampingnya sekarang!”
Oh?
Yoochun mendesah
pendek dan bersandar pada sandaran kursi miliknya.
Ia menggeleng
pelan.
“Ia tidak ada di sampingmu saat kau
membutuhkannya dan sekarang ia menagih kehadiranmu? Aku akan bunuh diri kalau
jadi kau”
Jaejoong
memicingkan matanya.
Mulut sahabatnya
yang satu ini memang pedas.
Yoochun hanya
mengangkat bahunya.
Mengacuhkan
Jaejoong yang kini berlari meninggalkan kantin.
Namja cantik itu
menelusuri koridor-koridor panjang yang seakan tidak ada habisnya.
Kemudian ia
menaiki tangga tanpa mempedulikan nafasnya yang seakan habis.
Membuka pintu
perpustakaan dengan sedikit sentakan keras.
Mata besarnya
segera menjelajah seluruh sudut perpustakaan yang besar itu.
TAP TAP TAP.
Jaejoong
berjalan cepat menuju sudut kanan perpustakaan yang paling ujung.
Bagian yang
hampir tidak pernah dikunjungi oleh para mahasiswa.
Namja cantik itu
menemukan Yunho.
Ia bisa melihat namja
tampan itu tampak sedang duduk bersandar pada dinding seraya menutupi wajahnya.
“Yunnie” Bisik Jaejoong lirih.
Yunho tertegun.
Ia menyingkap
pandangannya mendongak pada Jaejoong.
Oh.
Wajah Yunho
tampak memelas sendu.
Membuat hati
Jaejoong tergores sakit.
Namja cantik itu
segera berlutut di hadapan Yunho dan memeluknya dengan erat.
Sangat erat
hingga ia ingin bersumpah untuk tidak akan pernah meninggalkan namja tampan
ini.
“Gwenchana, Yunnie ah..Ada aku di
sini..Gwenchana” Bisik Jaejoong dengan suaranya yang tercekat.
Yunho memejamkan
kedua matanya perlahan.
Membalas pelukan
dari sahabatnya.
Menghirup aroma
vanilla yang manis dari tubuh namja cantik itu.
Aroma yang
selalu membuatnya merasakan tenang.
“Hatiku sakit, BooJae ah” Bisik Yunho
bergetar.
Jaejoong menahan
nafasnya.
Mengusapi rambut
cokelat sahabatnya.
“Karam berkata padaku kalau Eunjae bahkan
lebih baik dariku. Aku hanya tidak mengerti..Di mana letak kesalahanku, Boo?”
Kesalahanmu?
Bukankah sudah kukatakan kalau kesalahanmu adalah
mencintai namja bernama Karam itu?
“Ia mengacuhkanku hampir sebulan ini..Dan teman-temanku mengadu kalau
mereka sering melihatnya bersama namja selain aku..”
“Jangan dengarkan mereka, Yunnie ah..Andwae,
Karam mencintaimu, ia tidak akan mengkhianatimu..Kau harus mengingat itu”
Mengingatnya sampai kau lupa akan dirinya.
Itu yang seharusnya kau lakukan.
“Kau yakin? Benar seperti itu? Ia tidak
sedang bermain di belakangku, Boo?”
“Ne Yunnie, jangan dengarkan apa yang belum
pasti..Kau harus percaya padanya..Mungkin saja Karam sedang banyak masalah
akhir-akhir ini, hingga ia mengacuhkanmu”
Yunho mendesah
lega.
Ucapan Jaejoong
selalu menjadi energi positif untuknya.
Namja tampan itu
mengusap lembut punggung Jaejoong dan mengecup bahunya pelan.
Kemudian ia
melonggarkan pelukan mereka dan memandang penuh kasih kedua mata besar itu.
“Gomawo BooJae yah..Kau selalu bisa membuatku
kembali lega” Bisiknya manis.
Jaejoong ingin
tersenyum.
Tapi air matanya
yang lebih dulu jatuh.
Membuat Yunho
terkejut karenanya.
Namja cantik itu
menunduk cepat, ia mengusapi kasar kedua matanya yang basah.
Merutuki dirinya
bagaimana bisa ia menangis seperti ini.
Kenapa?
Kenapa rasa sakitnya semakin melebar setiap hari?
Kenapa rasa perihnya terus menggerogoti hati dan
perasaanku?
Kenapa aku tidak bisa berpura-pura kuat seperti dulu?
Apakah karena luka yang ada pada hatiku sudah terlalu
besar?
“Yah, Boo, apa kau juga memiliki masalah?
Kenapa kau menangis?” Rentet Yunho khawatir.
Namja tampan itu
mengulurkan jemarinya menyeka air mata namja cantik itu.
Suaranya
terdengar begitu khawatir.
Jaejoong
menggeleng.
Ia menghembuskan
nafas panjang dan berusaha memaksakan senyumnya yang terlihat menyedihkan.
“Oppssoyo..Aku menangis..Hanya karena sebuah tiang..”
Bisik Jaejoong pelan.
Membuat Yunho
kembali mengerutkan dahinya.
-------
Jaejoong menatap
bayangan wajahnya yang terpantul pada kaca jendela restoran mewah itu saat ini.
Memperhatikan
betapa cantik dan tampannya ia.
Jemari lentik
itu terulur, membenarkan dasinya yang terlihat miring.
Kemudian ia
mendesah.
Malam ini ia
akan bertemu dengan gadis itu.
Gadis bernama
Seohyun yang akan dijodohkan dengannya.
Jaejoong
meringis.
Mengingat hanya
Yoochun yang mengetahui mengenai hal ini.
Ia tidak memberitahu
Yunho.
Ah, dan bahkan
ia tidak ingin namja tampan itu tahu.
Ia tidak ingin
mendapatkan ucapan selamat serta raut wajah berseri yang sudah terbayangkan
olehnya terlebih dahulu.
Ia hanya tidak
ingin semakin merasa sakit.
“Oppa, kau sudah menunggu lama?”
Jaejoong
tertegun.
Namja cantik itu
menoleh ke samping dan memandang kagum pada sosok yeoja keroro yang terlihat
manis di sana.
Rambut
panjangnya yang berwarna cokelat gelap tampak tergerai indah dengan kedua sisi
bagian tengahnya diikat ke belakang.
Gaun selututnya
yang berwarna putih dengan jaring bertumpuk pada bagian bawah rok tersebut
membuat kaki jenjangnya terlihat indah.
Jemari indahnya
mencengkram erat tas tangan yang mungil itu.
Ia terlihat
gugup.
“Seingatku dulu kau tidak secantik ini, Seo
ah” Puji Jaejoong tersenyum.
Wajah yeoja itu
tampak merona malu.
Ia tersenyum dan
duduk di hadapan Jaejoong.
Kedua mata
bulatnya juga berbinar memperhatikan namja cantik itu.
“Kau juga berubah, Oppa yah” Gumamnya.
“Ne? Apakah aku semakin tampan?” Sahut
Jaejoong memperlihatkan deretan gigi putihnya yang rapi.
Eoh?
Seohyun
tergelak.
Ia benar-benar
merasa geli.
“Kau bahkan terlihat semakin cantik, Jae
Oppa!” Tawanya manis.
Jaejoong
mengerutkan dahinya tidak senang.
Ia mendecih.
Tapi kemudian ia
ikut tersenyum dan tertawa bersama gadis cantik itu.
Suasana yang
sebelumnya kaku kini menjadi cair dan terasa menyenangkan.
Jaejoong sungguh
tidak menyangka wanita yang dulunya pendiam itu kini bisa menjadi seorang yeoja
yang lumayan cerewet di hadapannya.
Bahkan ia tidak
segan untuk tertawa tulus.
Bukan tawa yang
dibuat manis seperti wanita pada umumnya.
“Oppa”
“Ne?”
“Aku sangat senang dengan keputusan keluarga
kita berdua”
“Seo”
“Ah, aku selalu membayangkan bagaimana wajah
anak-anak kita nanti yah? Aku yang manis dan kau yang cantik begitu cocok, kita
akan menghasilkan wajah-wajah sempurna yang tidak ada tandingannya”
“Mwoya? Apa kau tidak tahu seterluka apa
harga diriku dengan kata cantik itu eoh?”
“Tidak, hahaha”
Aish.
Jaejoong
mencebilkan bibirnya.
Ia melahap makan
malamnya dengan sedikit ketus.
Yeoja cantik itu
tersenyum manis.
Ia menumpukan
kedua tangannya di atas meja seraya menahan kedua sisi pipinya.
“Kau tahu kan kalau aku gay?” Tanya Jaejoong kemudian.
“Ne, Umma dan Appamu sudah memberitahuku
terlebih dahulu” Sahut Seohyun santai.
“Lalu?”
“Lalu aku yakin kalau suatu hari nanti aku
pasti bisa membuatmu jatuh cinta padaku”
“Kau tahu ini tidak segampang yang
dipikirkan, Seo ah..”
“Aku tahu, memang butuh waktu lama..Lima
tahun, sepuluh tahun, atau bahkan berpuluh-puluh tahun pun aku akan tetap
sabar”
“Bagaimana kalau aku tidak akan pernah bisa
berubah seumur hidupku?”
“Maka kau harus selalu terikat bersamaku”
Jaejoong
menghembuskan nafas pendek.
Kemudian ia
kembali mengangkat wajahnya.
“Waeyo? Kenapa kau begitu bersikeras ingin
menikah denganku yang jelas-jelas tidak akan bisa membahagiakanmu nanti? Apa
kau tahu seberapa banyak sakit hati yang sering kau rasakan nanti?”
Hu-uh.
Yeoja keroro itu
menarik nafas panjang.
Ia memiringkan
wajahnya seraya tersenyum khas.
“Karena aku percaya, kalau cinta datang
karena terbiasa. Dan karena aku percaya, semakin banyak sakit yang kurasakan,
maka semakin besar kebahagiaan yang menantiku nantinya”
DEG.
Jaejoong
terhenyak.
Mendengar
sepotong kalimat yang begitu menusuk jiwa dan raganya.
Kedua mata
besarnya terpaku.
Ia perlahan
menunduk.
Gadis ini benar.
Ia sepenuhnya benar.
Tapi masalahnya sekarang adalah..
Apakah hal itu juga berlaku padaku dan Yunho?
“Aku juga ingin menikah denganmu karena ingin
menghabiskan setiap pagi memasak sarapan bersamamu, Oppa” Cengir Seohyun lucu.
Eoh?
Jaejoong
menaikkan alisnya.
Ia balas
tersenyum geli.
“Kau tidak tahu kalau aku lebih senang
memasak sendirian, Seo ah” Ujarnya manis.
-------
“Jadi kau akan segera menikah dalam bulan
ini?”
Jaejoong
tersenyum.
Menatap Yoochun
yang terlihat kaget.
“Ummaku begitu bersemangat” Gumamnya.
Namja chubby itu
menggeleng tidak percaya.
Ia masih
menelisik wajah Jaejoong dengan tatapan tajamnya.
Membuat Jaejoong
merasakan jengah.
“Yah, hentikan itu, Park Yoochun”
“Apa yang gadis itu pikirkan?”
“Aku sudah memberitahunya segalanya, dan ia
memutuskan untuk menerimaku apa adanya dan menerima segala rasa sakit yang akan
muncul nantinya”
“Masalahnya adalah, ia seorang wanita,
Jaejoong ah. Perasaannya seratus kali lebih sensitif. Aku jadi kasihan padanya”
Eoh?
Jaejoong
menaikkan alisnya.
Tersenyum kecil
pada Yoochun yang mulai berkeluh kesah.
“Bukankah ada aku?” Ucapnya lucu.
Yoochun tertegun.
Merasakan
cerahnya senyum Jaejoong saat ini.
Namja chubby itu
lama terdiam.
Memikirkan
mungkin ini memang jalan terbaik untuk sahabatnya.
Mungkin Jaejoong
sudah memikirkan keputusannya ini dengan matang.
Dan mungkin
Jaejoong ingin berhenti dari rasa lelah dan sakit yang terus menghantui dirinya
selama beberapa tahun terakhir.
“Kau benar, yeoja itu tidak akan sempat untuk
meneteskan air matanya selama ada kau di sana” Ujar Yoochun memperlihatkan
deretan giginya yang rapi.
Jaejoong
tersenyum.
“Lalu, apakah Yunho sudah tahu?”
DEG.
Jaejoong
terdiam.
Menolak untuk
memberitahu Yoochun jawaban atas pertanyaannya.
“Jaejoong?” Tuntut Yoochun.
“Te-tentu saja..Aku akan memberitahunya..”
Bisik Jaejoong pelan.
Nyaris tidak
terdengar.
-------
CKLEK!
Jaejoong
terlonjak kaget ketika pintu kamarnya terbuka kasar dari luar.
Namja cantik itu
memandang Yunho yang terlihat berantakan.
Namja tampan itu
menghambur kepada Jaejoong.
Memeluknya erat
hingga Jaejoong terdorong ke belakang.
“Y-Yah! Yun! Ada apa eoh?” Erang Jaejoong
kaget.
Namja tampan itu
berdecak kesal.
Ia melepas
pelukannya dan memilih untuk membanting dirinya di atas ranjang namja cantik
itu.
Mendesah keras
seraya mengepalkan kedua jemarinya.
“Ada apa?” Ulang Jaejoong lagi.
Mengulurkan
jemari lentiknya mengusapi rambut cokelat itu agar ia merasa sedikit tenang.
“Kau salah, Jaejoong ah” Gumam Yunho
tersenyum kecut.
“Ne?” Bingung namja cantik itu menaikkan
alisnya.
“Kau salah total..Tidak satu pun yang benar”
“…”
“Karam memang bermain di belakangku. Ia
mengkhianatiku. Kau dengar itu?”
“…”
“Aku memergokinya sedang bermesraan bersama
Eunjae di perpustakaan! Dan ia bahkan tidak menunjukkan rasa bersalahnya
sedikit pun kepadaku!”
Yunho mengerang
lantang.
Meringis kesal.
Mencengkram dada
kirinya.
Sementara
Jaejoong hanya menatap sendu dirinya sejak tadi.
“Jangan menangis” Bisik Jaejoong lembut.
Karena kalau kau menangis, maka aku juga akan
menangis.
“Aku sungguh mencintainya, Kim Jaejoong!
Bagaimana bisa aku tidak sakit? Bagaimana bisa aku tidak lemah?”
“Tenanglah Yunnie..Jangan seperti ini”
“Seharusnya aku mendengarkan teman-temanku
dan segera bertanya padanya waktu itu, apakah gosip itu benar atau tidak..Aku
benar-benar bodoh”
“…”
“Dia cinta pertamaku..Dia kekasih
pertamaku..Dan dia juga kesalahan pertamaku..Rasanya sangat sakit, BooJae ah.
Ketika pertama kalinya kau memulai sebuah hubungan dan pertama kalinya juga kau
dikhianati dalam hubungan tersebut”
Jaejoong
mendesah pendek.
Mengangguk pelan
pada Yunho.
“Aku tahu, Yun, I know that feel” Bisiknya.
Hening.
Mereka berdua
terdiam.
Jaejoong hanya
termenung memikirkan nasibnya setelah ini.
Jemarinya masih
mengusap kepala Yunho, sesekali ia menunduk dan menyeka air mata namja tampan
itu pelan.
Hatinya semakin
terasa sakit.
Miris.
Air mata Yunho
adalah air matanya.
Kepedihan Yunho
adalah kepedihannya.
Kenapa aku bisa begitu dalam mencintaimu?
Kau bahkan tidak pernah melihatku.
DEG.
Yunho tertegun
setelah ia memandangi meja nakas Jaejoong.
Namja tampan itu
beranjak bangun dari duduknya dan meraih benda yang tergeletak di sana.
Ia mengerutkan
dahinya.
“Undangan pernikahan? Boo? Apa maksudnya
ini?” Tanya Yunho kaget.
Jaejoong tidak
menyahut.
Ia hanya
tersenyum kecut.
Membiarkan air
matanya yang kesekian mengalir tanpa perintah.
Cepat atau
lambat Yunho akan tahu ani?
“B-Boo? Mengapa kau menangis?”
Yunho meletakkan
undangan itu kembali di atas meja.
Perhatiannya
kini teralihkan pada Jaejoong.
Namja tampan itu
memeluk sayang pundak namja cantik itu.
Ia mengusap
lembut pipi basahnya.
Demi Tuhan, ini
adalah tangis paling menyedihkan yang pernah Yunho lihat dari namja cantik ini.
Sebenarnya ada
apa?
“A-Aku tidak kenapa-napa Yunnie,
maaf..Hiks..Sudah membuatmu khawatir” Isak Jaejoong lirih.
Yunho masih
tidak mengerti.
Jaejoong menutup
wajah cantiknya dengan kedua telapak tangan.
“Aku menangis karena sehelai saputangan..”
Lirih Jaejoong sedih.
Namja tampan itu
terdiam.
-------
Gereja besar itu
terlihat ramai hari ini.
Para undangan
telah hadir di tempat.
Sang Pastor
berdiri di depan mimbar bersiap melaksanakan tugasnya.
Sementara
mempelai wanita dan pria sedang berada di dalam ruangannya masing-masing.
Jaejoong duduk
diam di sofa.
Mengusapi foto
dirinya bersama Yunho yang tercetak pada layar ponselnya.
Beginikah?
Hanya begini
saja perjalanan cintanya?
Terus disesapi
bumbu yang menyakitkan?
Ternyata kisah
cinta yang ada di buku cerita itu hanya dongeng belaka.
Semuanya dusta.
CKLEK.
Jaejoong
menoleh, memandang Yunho yang memasuki ruangan tersebut.
Namja tampan itu
benar-benar mempesona hari ini.
Ia memakai
setelan resmi berwarna hitam dan putih.
Membuat radius
ketampanannya meningkat seratus persen.
Namja cantik itu
tersenyum kecil.
Bahkan terlihat
dipaksakan.
“Jadi..Kau akan menikah” Gumam Yunho
kemudian.
Jaejoong
menunduk.
“BooJae..Apakah..Apakah setelah ini kita
masih bisa bersama?”
DEG.
Jaejoong
tertegun.
Ia mendongakkan
wajahnya.
Menatap langsung
mata musang itu.
“Apakah setelah ini kau masih bisa menjadi
sahabatku? Masih bisa terus ada di sampingku?” Bisik Yunho pelan.
Mulai
kehilangan.
“Kau tahu, mengapa aku menjadikan selembar
kertas, sebuah tiang, dan sehelai saputangan sebagai alasan di setiap
tangisku?” Gumam Jaejoong kemudian.
Yunho merapatkan
bibirnya.
Ia menggeleng.
Namja cantik itu
berdiri, ia menahan nafasnya dan bersusah payah agar dirinya tidak menangis
lagi.
“Aku hanya bisa menjadi selembar kertas
tempatmu mencurahkan isi hati”
Yunho tertegun.
Sementara
Jaejoong kini mengepalkan kedua tangannya.
“Aku hanya menjadi tiang tempatmu bersandar”
“…”
“Aku hanya menjadi saputangan yang mengapus
air matamu”
Namja tampan itu
mengerutkan dahinya.
Berusaha
menyelami kasih sayang melalui tatapannya pada Jaejoong.
“Lalu..Apa yang kau inginkan?” Tanyanya
hati-hati.
Huh.
Apa yang kuinginkan?
“Aku ingin menjadi suara yang akan membalas
setiap curahan hatimu, dan bukan hanya diam seperti kertas..Aku hanya ingin
menjadi tubuh yang membuatmu bersandar dengan hangat, bukan tiang yang begitu
keras tanpa bisa membalas pelukanmu saat kau bersandar..Aku ingin menjadi air
mata agar aku juga mampu merasakan setiap kesedihan yang kau alami..Karena
aku..Hanya ingin menjadi bagian terpenting dalam hidupmu..”
DEG.
Yunho terdiam.
Benar-benar
terdiam.
Bibirnya kelu,
tenggorokannya tercekat.
“Aku mencintaimu dengan sepenuh hatiku,
Yunnie ah..Kenapa kau tidak pernah bisa melihatku?” Isak Jaejoong.
Tangisnya pecah.
Membuat Yunho
membuka mata hatinya.
Menyadari
sedalam apa perasaan Jaejoong padanya selama ini.
Menyadari
sedalam apa rasa sakit yang dipendamnya selama ini.
“J-Jaejoongie” Desis Yunho bergetar.
Ia hendak
mengulurkan tangannya memeluk Jaejoong, namun namja cantik itu menolak.
Ia sudah lebih
dulu menahan tangan Yunho dan menghapus air matanya sesegera mungkin.
“Rasa sakitku begitu besar, hingga aku ingin
menghentikan segalanya Yun..Aku akan menikah dengan Seohyun, apa pun yang
terjadi” Tegas Jaejoong kemudian.
Namja cantik itu
berjalan mendahului Yunho.
Membuka pintu
ruangan tersebut dan segera menutupnya kasar.
Meninggalkan
Yunho yang kini terduduk di lantai.
Tubuhnya terasa
lemas.
Jantungnya
berdebar kencang.
Matanya bergerak
tidak tenang.
Namja tampan itu
mencengkram rambut cokelatnya.
Menunduk,
meringis.
Membiarkan
dirinya kembali menangis.
“Maafkan aku Jaejoong ah..” Lirihnya percuma.
Seharusnya aku melihatmu yang bagaikan hamparan kertas
terbengkalai.
Seharusnya aku merengkuhmu menjadikan hamparan
perasaanmu sebuah buku.
Seharusnya aku membalas cintamu, memeluk erat ratusan
buku milikmu.
Tapi aku terlalu bodoh.
Terlalu bodoh hingga membuat hamparan kertas itu
berhamburan.
Melayang dengan berantakan.
Memisahkannya satu persatu hingga menjadi selembar
kertas.
Selembar kertas yang akan menjadi usang.
Selembar kertas yang seharusnya kugenggam.
Selembar kertas yang akan selalu mengingatkanku,
Kalau aku seharusnya mencintaimu.
Dan membalas cintamu.
END.
Eungggg... eungggg.. gak maoooooooo.. hueeee..
BalasHapusT^T
Gak redo, gak rela, gak iklas..
Sebel sebel sbel..
Hikss.. hikkss..
YJ forever lah pokoknya, uri umma sama appa!!! Berdua!! Yang lain get your feet out!!! *terbawasuasana*
Good job shell^-^
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapusasli nyesek bacanye sampek netesin air mata
BalasHapusffnya keren bgt feelnya dapet abis
ditunggu karya2 selanjutnya ya :)
Huueeeeeeee T^T author, i ran out of tissue ;-; keren banget! Ff eonni memang ngga pernah mengecewakan! Daebak!
BalasHapus