This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 02 November 2013

FF/YAOI/YUNJAE/THREESHOOT/UNEXPECTED/PART 1

Tittle: UNEXPECTED

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: THREESHOOT

Rating: family-romance-hurt-angst-friendship-mpreg

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*
  

-------


Cinta itu, ibarat sepasang sepatu.

PART 1.

Musim semi tahun ini adalah masa-masa tersulit yang pernah dihadapi seorang Kim Jaejoong.
Ia harus segera mengejar gelar sarjananya agar dapat bekerja ekstra untuk membayar biaya sewa rumah mungilnya.
Namja cantik itu mengeluh seraya menyibak kasar halaman berkas untuk skripsinya.

Bibir cherry-nya mempout kesal.
Dasar dosen sialan! Makinya dalam hati.
Bagaimana bisa tiga kali ia mengajukan judul dan tiga kali juga pria paruh baya itu menolaknya eoh?
Aish!
Sekarang ia harus mencari judul lagi agar secepatnya dapat meninggalkan kampus terkutuk ini.


  “Haahhh”

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mendudukkan dirinya di kursi taman belakang kampus seraya mengipasi wajahnya.
Kepalanya sakit kalau ia mengingat stok makanannya sudah hampir habis.
Sepertinya ia memang benar-benar sial karena pimpinan pom bensin tempat ia bekerja tega memotong gajinya untuk bulan ini hanya karena ia terlambat masuk kemarin malam.

Yah, Jaejoong memang namja miskin.

Ia yatim piatu.
Kedua orang tuanya telah tiada sejak ia duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Menjadikannya tumbuh mandiri dan selalu optimis dalam segala kemungkinan pesimis.
Tapi, mengeluh lelah sekali saja tidak apa kan?
Jaejoong sungguh muak dengan kehidupannya belakangan ini.

You know, everything is just about money.

Dan ia kurang dalam hal itu.

  “Siwon Hyung!”

Senyum Jaejoong mendadak merekah.
Ia berdiri dari duduknya dan berlari menghampiri seorang lelaki bertubuh tinggi dengan lesung pipinya yang manis.
Namja berlesung pipi itu menoleh, balas tersenyum pada juniornya yang cerewet.

  “Kuliahmu sudah selesai?” Tanya Jaejoong memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

  “Ne, aku hanya mengurus biaya wisudaku untuk bulan depan” Sahut Siwon tersenyum.

  “Waah~ Kau beruntung sekali, Hyung. Aku masih harus mengulang judul skripsi karena Minho Songsaenim itu tidak memiliki perasaan sama sekali”

Choi Siwon –ketua senat kampus– itu sontak tertawa geli mendengar gerutuan lucu Jaejoong.
Ia menepuk-nepuk gemas kepala namja cantik itu.

  “Aku senang tidak perlu membayarmu untuk melucu hari ini, Jae ah” Ucap Siwon.

  “Mwoya? Hyung pikir aku badut eoh?” Berang Jaejoong manja.

  “Jaa jaa, kutraktir makan hari ini”

  “Hehehe”

Namja cantik itu mengangguk antusias.
Ia segera berjalan di samping Siwon seraya mendekap berkas skripsinya di depan dada.
Senyum manisnya tercetak jelas pada bibir ranumnya.
Ah, dadanya berdebar-debar.

Mata bulat Jaejoong menatap jenaka wajah tampan Siwon.
Namja cantik itu terus memperhatikan namja berlesung pipi itu, menikmati getaran bahagia dari hatinya menyelimuti dirinya.

Jaejoong mencintainya.
Sangat, sangat, dan sangat mencintainya.

Ia telah jatuh cinta pada pandangan pertama pada namja berlesung pipi ini.
Jaejoong ingat, waktu itu ia baru saja diterima di Universitas, dan Siwon berbaik hati mengantarkannya menuju kelas pertama yang ia pilih.
Sejak saat itu Jaejoong selalu mencuri-curi kesempatan agar dapat berbincang panjang dengan laki-laki itu.

Hingga perjuangannya sedikit berbuah manis sekarang.

Ia adalah satu-satunya namja di antara para mahasiswa lainnya yang akrab dengan Siwon.
Well, ia cukup berbangga diri akan hal itu.
Siwon adalah ketua senat di kampus mereka.
Ia pintar, ramah, kaya, dan sempurna.

  “Siwon ah~! Chakka~!”

Jaejoong dan Siwon refleks berbalik ketika suara merdu itu terdengar memanggil nama Siwon.
Namja cantik itu menaikkan alisnya mendapati wakil ketua senat yang berwajah manis itu menghampiri Siwon.

  “Ne Kibummie, waeyo?” Tanya Siwon lembut.

Namja Snowy itu tersenyum manis.
Ia mengatur nafasnya yang tersengal dengan menumpukan kedua tangan pada lutut.

  “A-Aku sudah menyelesaikan proposal pengajuan festival Bunkasai yang diminta fakultas Sastra Jepang”

  “Jeongmall? Cepat sekali?”

  “Um, aku tidak ingin membuat mereka semua menunggu”

  “Ah, aku suka kerja kerasmu, Bummie ah”

Namja Snowy itu tersenyum manis.
Ia mengangguk dengan pipi yang merona malu.
Setelah menyerahkan proposal tersebut ia kembali berbalik dan berlari meninggalkan Jaejoong bersama Siwon.

Namja cantik itu mendengus.
Ia kurang suka dengan namja itu.
Menurutnya Kibum hanya berniat mencari perhatian Siwon saja.
Menyebalkan.

  “Hyung----”

DEG.

Nafas Jaejoong tercekat ketika ia menolehkan wajahnya.
Kedua mata bulatnya terpaku pada wajah Siwon.
Meredup sendu kemudian, menyadari ekspresi Siwon yang terlihat bahagia saat ini.
Namja berlesung pipi itu sedang tersenyum lembut masih memperhatikan Kibum dari kejauhan.

Namja cantik itu segera menundukkan wajahnya cepat.
Ia menggigit bibir bawahnya.

  “Kajja, Joongie, kita makan sandwich tuna saja” Ajak Siwon tersenyum.

Jaejoong mengeratkan kepalan jemarinya yang memeluk berkas di dadanya.
Ia menggeleng dengan wajah masih menunduk.

  “Mi-mianhae, Hyung, aku baru ingat, kalau aku harus menemui Minho Sam sekarang juga” Ujarnya lirih.

  “Eh? Tap---”

Ucapan Siwon terputus.
Jaejoong sudah lebih dulu berlari darinya.
Namja cantik itu bahkan tidak menoleh lagi kepada Siwon yang berteriak memanggil namanya.

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Ia menggigit bibir bawahnya semakin erat dengan satu tangan mengusapi air matanya yang mengalir.
Cih, sakit sekali.

Dan kau benar-benar berhasil merebut perhatian Siwon Hyung, Kim Kibum.

Jaejoong meringis.


-------


Yunho sering melihat namja cantik itu akhir-akhir ini.
Pria berkulit putih susu itu selalu saja tampak merenung di kursi sudut restoran miliknya.
Terkadang pria cantik itu hanya memesan secangkir teh madu hangat yang akan disesapnya dua jam kemudian.
Sepertinya ia memiliki masalah yang cukup pelik hm?

Namja tampan itu berjalan memasuki dapur dengan tatapan masih mengunci sosok cantik itu.

  “Sajangnim, Red Hot Velvet spesial sudah terjual habis, tapi nenek berkalung mutiara itu masih saja menagihnya. Apa yang harus kulakukan?”

Yunho terkejut ketika salah seorang kokinya mengadu tepat di hadapan wajahnya.
Namja tampan itu berdehem pelan dan menghela nafasnya.

  “Lanjutkan saja pekerjaanmu, biar aku yang selesaikan”

Yunho melangkahkan kakinya kembali beranjak dari dapur.
Ia memicingkan mata musangnya memperhatikan seorang wanita tua yang berdiri di depan kasir dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
Namja tampan itu membenarkan topi chef-nya dan tersenyum ketika wanita tersebut menoleh padanya.

  “Selamat datang, di restoranku, Mrs. Watson” Sapa Yunho ramah.

  “Aku mau kue pesananku seperti biasa, sekarang, anak muda” Sahut wanita tersebut ketus.

Yunho kembali menarik senyumnya.
Ia membungkuk sekilas pada wanita berdarah Eropa itu.

  “Sayang sekali anda terlambat beberapa menit hari ini, Red Hot Velvet terakhir yang ada sudah terjual kepada pelanggan lain”

  “Aku tidak peduli! Seharusnya kau bisa membuatnya lagi untukku!”

  “Mrs. Kecantikanmu akan berkurang jika kau tidak dapat menahan emosimu”

  “Haish”

  “Bagaimana jika jadwal teh soremu hari ini ditemani cupcakes blueberry terbaik yang pernah ada? Aku akan mengganti kuemu besok dengan cuma-cuma”

Wanita tua itu tampak berpikir.
Ia mendengus dan mengangguk pada akhirnya.
Membuat Yunho mengulas senyum puas dan mengantar wanita itu duduk di tempatnya seperti biasa.

SRET.

Chef tampan itu mengalihkan tatapannya pada kursi yang ada di sudut restoran.
Ah, namja cantik itu sudah pergi.


-------


Jaejoong menggerutu menyadari kalau dua ribu won teh madu barusan adalah uangnya yang terakhir.
Ish, tahu begitu ia tidak akan mampir ke restoran tersebut hari ini.

Ck.

Sekarang ia harus berjalan kaki selama lima belas menit untuk pulang.

  “Hei cantik, kakimu akan menangis kalau kau menolak menaiki mobilku yang nyaman ini”

Eoh?

Jaejoong sontak menoleh dan menaikkan alisnya.
Melihat Siwon yang tertawa geli dari balik jendela.
Uh.
Namja cantik itu mempoutkan bibirnya.

  “Hyung menguntitku eoh? Menyebalkan!”

  “Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu, Joongie”

  “Dan aku tidak cantik! Aku tampan!”

Siwon tertawa lantang.
Jaejoong mendengus dan segera masuk ke dalam mobil namja berlesung pipi itu.

  “Ada apa denganmu, Jae? Kau meninggalkanku tanpa sebab tadi siang”

  “Nope

  “Jeongmall?”

Jaejoong melotot pada Siwon.
Membuat namja berlesung pipi itu tidak bisa menahan senyumnya.

  “Kenapa Hyung repot-repot mengantarku pulang? Kupikir Hyung akan pulang bersama Kibum hari ini” Cetus Jaejoong kesal.

  “Dosen Hwang memanggilnya” Jawab Siwon santai.

Jaejoong seketika terdiam.
Ia mengalihkan pandangannya pada jendela dan tersenyum kecut.
Jadi kalau Dosen itu tidak memanggilnya mereka akan pulang berdua huh?
Ia hanya pengganti.

  “Jadi, bagaimana dengan Sandwich tuna-nya?” Tanya Siwon lembut.

Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia mengerutkan dahinya.

  “Aku lelah, aku ingin tidur di rumah saja” Tolaknya.

  “Well, mungkin lain kali saja” Sahut Siwon segera melajukan mobilnya.

Namja cantik itu tidak banyak bicara selama Siwon mengemudi.
Ia hanya termenung menatap keluar jendela seraya menghela nafas sesekali.
Perhatiannya baru teralihkan ketika ponsel milik namja berlesung pipi itu bergetar panjang.

  “Ne Kibummie?”

DEG.

Jemari Jaejoong sontak mengepal erat.
Ia menahan nafasnya.
Aish, tidak bisakah namja menyebalkan itu berhenti mengusik kebersamaannya dengan Siwon satu menit saja?

CKIIITT!

Jaejoong tersentak kaget ketika Siwon mendadak menginjak rem dengan kuat.
Membuatnya hampir saja terpental kalau ia tidak menggunakan sabuk pengaman.
Namja cantik itu mengernyit bingung menatap Seniornya.
Sementara Siwon tampak takjub dengan mimik kaget.

  “Ka-Kau serius?”

Jaejoong merasakan firasat buruk.
Ia menelan salivanya saat sambungan telepon itu terputus.
Hening untuk beberapa saat.
Namja cantik itu baru saja akan memutuskan untuk bertanya, namun Siwon sudah lebih dulu menoleh padanya dan berseru lantang.

  “KIBUM MENGATAKAN KALAU IA MENCINTAIKU!”

Jaejoong terhenyak.
Kedua mata besarnya meredup sayu.
Namja cantik itu semakin erat mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan tangisnya yang akan tumpah.
Ia terdiam.
Memandangi ekspresi Siwon yang terlihat sangat berseri.
Membuat hatinya berdenyut sakit.

  “Jaejoongie? Kau baik-baik saja?” Tanya Siwon menaikkan alisnya.

Jaejoong menarik senyum paksa pada sudut bibirnya yang bergetar.
Ia menggeleng dan berusaha mengatur agar suaranya tidak pecah.

  “Chu-chukkae Hyung..” Bisiknya lirih.

GREPP!

Jaejoong melebarkan kedua mata bulatnya saat Siwon mendadak memeluk dirinya.
Namja berlesung itu tersenyum senang.
Tanpa menyadari bulir bening yang kini jatuh membasahi pipi Jaejoong.

Apa yang harus kulakukan?
Apa yang harus kulakukan?
Apa?

Jaejoong memejamkan matanya erat.
Berusaha untuk kuat.
Ketika Siwon baru saja akan melepaskan pelukannya Jaejoong sudah lebih dulu mendorongnya sedikit kasar dan melepaskan sabuk pengamannya seraya membuka pintu.

  “A-Aku baru ingat kalau minuman di restoran tadi belum kubayar, Hyung, mianhae” Gumam Jaejoong berdengung.

Eh?
Siwon mengerjap kaget.
Ia mengerutkan dahinya menatap Jaejoong yang memalingkan wajah seraya membanting pintu mobilnya.

  “Joongie? Yah! Kita kembali bersama saja! Jaejoongie!” Teriaknya lantang.

Terlambat.
Jaejoong sudah lebih dulu berlari menjauh darinya.
Namja cantik itu terisak lirih seraya mengusapi air matanya yang terus mengalir.
Hatinya terasa sakit.
Sakit sekali.

Kenapa dunia tidak adil?
Aku yang lebih dulu bertemu dengan Siwon Hyung.
Aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya.
Tapi kenapa malah dia yang menjadi kekasihnya?


-------


TAP TAP TAP.

Suara langkah kaki itu terdengar tidak bersemangat hari ini.
Jaejoong lebih memilih menundukkan wajahnya menyembunyikan kedua matanya yang sembab dan membengkak.
Ia akan memutuskan untuk berhenti menangis setelah beberapa hari ini.
Namja cantik itu menghela nafas ketika ia tiba di ruangan dosen pembimbingnya.

CKLEK.

  “Jeosonghamnida, Songsaenim, aku sudah menemukan judul yang baru” Lapor Jaejoong dari balik pintu.

Choi Minho menoleh, lalu ia mengangguk dan meminta Jaejoong masuk ke dalam.
Namja cantik itu segera duduk di hadapan Minho seraya meletakkan berkas skripsinya di atas meja.

  “Kim Jaejoong? Kau baik-baik saja?” Ujar Minho bingung.

  “Gwenchana Sam, aku hanya kelelahan” Sahut Jaejoong tersenyum kecil.

  “Kau menangis bukan karena judul skripsi ini kan?”

  “Aku tidak menangis, Sam!”

Minho tersenyum geli dibuatnya.
Namja bermata kodok itu hanya mengangguk pelan dan segera menyibak halaman berkas milik mahasiswanya.
Jaejoong menanti penuh harap.
Semoga saja diterima.

  “Otte Sam?”

  “Ini dia judul yang kuinginkan, jja, kau sudah bisa memulai semuanya sekarang”

  “Omo, gomawo Sam!”

Jaejoong tersenyum senang dan segera mengambil kembali berkasnya.
Ia membungkuk dan berbalik meninggalkan ruangan.
Namja cantik itu berlari kencang menuju pohon Maple yang ada di belakang kampus.
Tempatnya dan Siwon menghabiskan waktu bersama.

Namja berlesung pipi itu pasti tidak akan percaya kalau judulnya diterima kali ini.

Jaejoong tersenyum sumringah mendekati pohon besar itu.
Namun kemudian langkahnya terhenti.
Ia terdiam melihat Siwon tidak sendiri di sana.
Ada Kibum yang sedang membaca di sampingnya.

  “Jaejoongie?”

Jaejoong mengerjap cepat mendengar panggilan dari Siwon.
Ia menghembuskan nafas diam-diam dan bersuara setenang mungkin.

  “Judulku diterima, Hyung”

  “Jeongmall? Yah! Kita harus merayakannya! Bagaimana kalau kita makan siang bersama?”

  “Ne?”

  “Bummie, kau ikut bersama kami?”

Senyum Jaejoong menghilang perlahan.
Mata bulatnya beralih kepada Kibum yang kini mengangguk manja pada kekasihnya.

  “Aku tidak bisa ikut, Hyung, maaf, aku baru ingat kalau Minho Sam memintaku untuk menemuinya lagi siang nanti” Ujar Jaejoong pelan.

Namja cantik itu tersenyum kecil dan segera berjalan meninggalkan keduanya.
Ia menggigit bibirnya menahan sedih.

Yang aku inginkan hanya kita berdua.
Tanpa namja bernama Kim Kibum itu.
Tidak bisakah kita bersanding bersama seperti dulu lagi, Hyung?

Rasanya sakit sekali.
Aku seperti orang bodoh.

Jaejoong menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya.
Namja cantik itu tertegun ketika langkahnya berhenti di depan sebuah restoran bernama La Pomme.
Eoh?
Bukankah ini restoran langganannya?
Kenapa ia bisa berjalan sampai ke sini?

  “Ah, sudahlah”

Jaejoong mendengus.
Ia mendorong pintu putar itu dan memilih tempat duduk di sudut jendela seperti biasanya.
Memesan secangkir teh madu dan tenggelam dalam lamunannya yang kesekian kali.
Tanpa menyadari sepasang mata musang yang tajam kini teralih padanya.


-------


Namja cantik itu berlari kencang memasuki koridor rumah sakit pusat itu dengan gelisah.
Keringatnya bercucuran.
Sementara air matanya telah mengalir tanpa diperintah.
Jemarinya terus mencengkram ponselnya yang masih menampilkan sebuah pesan dari pihak kepolisian mengenai tabrakan beruntun yang menimpa Seniornya.

CKLEK!

Jaejoong membuka kasar pintu ICU itu.
Ia tersentak kaget mendapati Siwon terbaring lemah di atas ranjang rawat, dengan berbagai macam alat kedokteran yang melekat di tubuhnya.
Sementara beberapa perawat sedang membersihkan darahnya yang bersimbah.

  “Apakah kau keluarganya?” Tanya seorang dokter berambut ikal.

Jaejoong menelan salivanya.
Ia mengusap air matanya yang mengalir.
Kemudian ia mengangguk cepat.

  “Kami akan segera melakukan pemeriksaan lebih lanjut mengenai pasien, kau bisa menunggu di luar untuk sementara”

  “Hyu-Hyungku baik-baik saja kan?”

  “Semoga saja begitu”

Jaejoong mengalihkan pandangannya, memandang sosok Siwon yang masih terpejam dengan deru nafas yang melemah.
Namja cantik itu melangkah lemas keluar ruangan.
Ia terduduk di kursi tunggu seraya menangkupkan kedua tangannya yang bergetar.

Tiga puluh menit seakan 3 jam lamanya untuk Jaejoong.

Namja cantik itu tidak berhenti mengawasi pintu ruangan tersebut sampai kemudian pintu itu terbuka dan seorang dokter keluar dari sana.
Ia mengangguk pada Jaejoong dan menuntunnya agar mengikutinya memasuki ruang kerjanya.

  “O-Otteyo?” Lirih Jaejoong takut.

Yeoja berambut ikal itu menghela nafas.
Ia meletakkan stetoskopnya di atas meja.
Kemudian ia menatap langsung kedua mata bulat Jaejoong yang sembab.

  “Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa otak kecilnya terjepit sehingga menyebabkan keseimbangan tubuhnya tidak lagi sempurna”

Jaejoong tercekat.

  “Pasien mengalami koma dan kelumpuhan pada kedua kakinya”

DEG.

Mata Jaejoong melebar sempurna.
Air matanya merebak.
Ia tidak bisa bernapas.

Apa?

Apa katanya?

Koma?

Lumpuh?

  “A-A-Aku ingin bertemu dengannya!” Seru Jaejoong terbata.

Namja cantik itu segera bangkit dan membuka pintu dengan tergesa-gesa.
Jaejoong berlari memasuki ruang ICU dan berlutut lemas di samping ranjang.
Pandangannya semakin memburam.
Air matanya berjatuhan tanpa henti.

  “H-Hyung..Hiks..Kenapa harus kau?” Lirih Jaejoong tercekat.

Namja cantik itu menggenggam tangan Siwon dan mengecupnya pelan.
Bibirnya bergetar hebat.

  “Mianhae Kibum-ssi, kami harus memindahkan pasien ke ruang rawat intensif”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia mendongak menatap seorang perawat yang memandangnya.

  “Ah, namamu Kibum aniya? Pasien sempat menyebutkan namamu beberapa kali”

Namja cantik itu merasakan dadanya sesak.
Ia beralih menatap Siwon yang terpejam.

Kibum?
Hanya dia?
Tidak ada namaku, Hyung?

Jaejoong berusaha berdiri dengan benar.
Ia menggeleng dan tersenyum miris pada perawat itu.

  “Aniya, namaku Jaejoong, Kim Jaejoong”

Perawat tersebut tersenyum kikuk.
Kemudian ia dan beberapa perawat lainnya segera mendorong ranjang rawat milik Siwon dan tabung oksigennya bersamaan keluar ruangan.
Meninggalkan Jaejoong yang masih terdiam di sana.

Ia berlutut, menumpahkan tangisnya di balik telapak tangannya yang menutupi wajah.


TBC :D

Tidak ada komentar:

Posting Komentar