Tittle: UNEXPECTED
Genre:
YAOI
Author:
Shella Rizal a.k.a Park Sooji
Cast:
Yunjae and other
Length:
THREESHOOT
Rating:
family-romance-hurt-angst-friendship-mpreg
WARNING:
BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2
kutang Jae umma*
-------
Cinta itu, ibarat sepasang sepatu.
PART 1.
Musim semi tahun
ini adalah masa-masa tersulit yang pernah dihadapi seorang Kim Jaejoong.
Ia harus segera
mengejar gelar sarjananya agar dapat bekerja ekstra untuk membayar biaya sewa
rumah mungilnya.
Namja cantik itu
mengeluh seraya menyibak kasar halaman berkas untuk skripsinya.
Bibir cherry-nya mempout kesal.
Dasar dosen
sialan! Makinya dalam hati.
Bagaimana bisa
tiga kali ia mengajukan judul dan tiga kali juga pria paruh baya itu menolaknya
eoh?
Aish!
Sekarang ia
harus mencari judul lagi agar secepatnya dapat meninggalkan kampus terkutuk
ini.
“Haahhh”
Jaejoong
menghela nafas panjang.
Ia mendudukkan
dirinya di kursi taman belakang kampus seraya mengipasi wajahnya.
Kepalanya sakit
kalau ia mengingat stok makanannya sudah hampir habis.
Sepertinya ia
memang benar-benar sial karena pimpinan pom bensin tempat ia bekerja tega
memotong gajinya untuk bulan ini hanya karena ia terlambat masuk kemarin malam.
Yah, Jaejoong
memang namja miskin.
Ia yatim piatu.
Kedua orang
tuanya telah tiada sejak ia duduk di bangku sekolah menengah pertama.
Menjadikannya
tumbuh mandiri dan selalu optimis dalam segala kemungkinan pesimis.
Tapi, mengeluh
lelah sekali saja tidak apa kan?
Jaejoong sungguh
muak dengan kehidupannya belakangan ini.
You know, everything is just about money.
Dan ia kurang
dalam hal itu.
“Siwon Hyung!”
Senyum Jaejoong
mendadak merekah.
Ia berdiri dari
duduknya dan berlari menghampiri seorang lelaki bertubuh tinggi dengan lesung
pipinya yang manis.
Namja berlesung
pipi itu menoleh, balas tersenyum pada juniornya yang cerewet.
“Kuliahmu sudah selesai?” Tanya Jaejoong
memperlihatkan deretan giginya yang rapi.
“Ne, aku hanya mengurus biaya wisudaku untuk
bulan depan” Sahut Siwon tersenyum.
“Waah~ Kau beruntung sekali, Hyung. Aku masih
harus mengulang judul skripsi karena Minho Songsaenim itu tidak memiliki
perasaan sama sekali”
Choi Siwon
–ketua senat kampus– itu sontak tertawa geli mendengar gerutuan lucu Jaejoong.
Ia menepuk-nepuk
gemas kepala namja cantik itu.
“Aku senang tidak perlu membayarmu untuk
melucu hari ini, Jae ah” Ucap Siwon.
“Mwoya? Hyung pikir aku badut eoh?” Berang
Jaejoong manja.
“Jaa jaa, kutraktir makan hari ini”
“Hehehe”
Namja cantik itu
mengangguk antusias.
Ia segera
berjalan di samping Siwon seraya mendekap berkas skripsinya di depan dada.
Senyum manisnya
tercetak jelas pada bibir ranumnya.
Ah, dadanya
berdebar-debar.
Mata bulat
Jaejoong menatap jenaka wajah tampan Siwon.
Namja cantik itu
terus memperhatikan namja berlesung pipi itu, menikmati getaran bahagia dari
hatinya menyelimuti dirinya.
Jaejoong
mencintainya.
Sangat, sangat,
dan sangat mencintainya.
Ia telah jatuh
cinta pada pandangan pertama pada namja berlesung pipi ini.
Jaejoong ingat,
waktu itu ia baru saja diterima di Universitas, dan Siwon berbaik hati
mengantarkannya menuju kelas pertama yang ia pilih.
Sejak saat itu
Jaejoong selalu mencuri-curi kesempatan agar dapat berbincang panjang dengan
laki-laki itu.
Hingga
perjuangannya sedikit berbuah manis sekarang.
Ia adalah
satu-satunya namja di antara para mahasiswa lainnya yang akrab dengan Siwon.
Well, ia cukup
berbangga diri akan hal itu.
Siwon adalah
ketua senat di kampus mereka.
Ia pintar,
ramah, kaya, dan sempurna.
“Siwon ah~! Chakka~!”
Jaejoong dan
Siwon refleks berbalik ketika suara merdu itu terdengar memanggil nama Siwon.
Namja cantik itu
menaikkan alisnya mendapati wakil ketua senat yang berwajah manis itu
menghampiri Siwon.
“Ne Kibummie, waeyo?” Tanya Siwon lembut.
Namja Snowy itu tersenyum manis.
Ia mengatur
nafasnya yang tersengal dengan menumpukan kedua tangan pada lutut.
“A-Aku sudah menyelesaikan proposal pengajuan
festival Bunkasai yang diminta
fakultas Sastra Jepang”
“Jeongmall? Cepat sekali?”
“Um, aku tidak ingin membuat mereka semua
menunggu”
“Ah, aku suka kerja kerasmu, Bummie ah”
Namja Snowy itu tersenyum manis.
Ia mengangguk
dengan pipi yang merona malu.
Setelah menyerahkan
proposal tersebut ia kembali berbalik dan berlari meninggalkan Jaejoong bersama
Siwon.
Namja cantik itu
mendengus.
Ia kurang suka
dengan namja itu.
Menurutnya Kibum
hanya berniat mencari perhatian Siwon saja.
Menyebalkan.
“Hyung----”
DEG.
Nafas Jaejoong
tercekat ketika ia menolehkan wajahnya.
Kedua mata
bulatnya terpaku pada wajah Siwon.
Meredup sendu
kemudian, menyadari ekspresi Siwon yang terlihat bahagia saat ini.
Namja berlesung
pipi itu sedang tersenyum lembut masih memperhatikan Kibum dari kejauhan.
Namja cantik itu
segera menundukkan wajahnya cepat.
Ia menggigit
bibir bawahnya.
“Kajja, Joongie, kita makan sandwich tuna saja” Ajak Siwon
tersenyum.
Jaejoong
mengeratkan kepalan jemarinya yang memeluk berkas di dadanya.
Ia menggeleng
dengan wajah masih menunduk.
“Mi-mianhae, Hyung, aku baru ingat, kalau aku
harus menemui Minho Sam sekarang juga” Ujarnya lirih.
“Eh? Tap---”
Ucapan Siwon
terputus.
Jaejoong sudah
lebih dulu berlari darinya.
Namja cantik itu
bahkan tidak menoleh lagi kepada Siwon yang berteriak memanggil namanya.
Jaejoong
mengangkat wajahnya.
Ia menggigit
bibir bawahnya semakin erat dengan satu tangan mengusapi air matanya yang
mengalir.
Cih, sakit
sekali.
Dan kau benar-benar berhasil merebut perhatian Siwon
Hyung, Kim Kibum.
Jaejoong
meringis.
-------
Yunho sering
melihat namja cantik itu akhir-akhir ini.
Pria berkulit
putih susu itu selalu saja tampak merenung di kursi sudut restoran miliknya.
Terkadang pria
cantik itu hanya memesan secangkir teh madu hangat yang akan disesapnya dua jam
kemudian.
Sepertinya ia
memiliki masalah yang cukup pelik hm?
Namja tampan itu
berjalan memasuki dapur dengan tatapan masih mengunci sosok cantik itu.
“Sajangnim, Red Hot Velvet spesial sudah terjual habis, tapi nenek berkalung
mutiara itu masih saja menagihnya. Apa yang harus kulakukan?”
Yunho terkejut
ketika salah seorang kokinya mengadu tepat di hadapan wajahnya.
Namja tampan itu
berdehem pelan dan menghela nafasnya.
“Lanjutkan saja pekerjaanmu, biar aku yang
selesaikan”
Yunho
melangkahkan kakinya kembali beranjak dari dapur.
Ia memicingkan
mata musangnya memperhatikan seorang wanita tua yang berdiri di depan kasir
dengan raut wajah yang tidak bersahabat.
Namja tampan itu
membenarkan topi chef-nya dan
tersenyum ketika wanita tersebut menoleh padanya.
“Selamat datang, di restoranku, Mrs. Watson” Sapa Yunho ramah.
“Aku mau kue pesananku seperti biasa,
sekarang, anak muda” Sahut wanita tersebut ketus.
Yunho kembali
menarik senyumnya.
Ia membungkuk
sekilas pada wanita berdarah Eropa itu.
“Sayang sekali anda terlambat beberapa menit
hari ini, Red Hot Velvet terakhir
yang ada sudah terjual kepada pelanggan lain”
“Aku tidak peduli! Seharusnya kau bisa
membuatnya lagi untukku!”
“Mrs.
Kecantikanmu akan berkurang jika kau tidak dapat menahan emosimu”
“Haish”
“Bagaimana jika jadwal teh soremu hari ini
ditemani cupcakes blueberry terbaik yang pernah ada? Aku akan
mengganti kuemu besok dengan cuma-cuma”
Wanita tua itu
tampak berpikir.
Ia mendengus dan
mengangguk pada akhirnya.
Membuat Yunho
mengulas senyum puas dan mengantar wanita itu duduk di tempatnya seperti biasa.
SRET.
Chef tampan itu
mengalihkan tatapannya pada kursi yang ada di sudut restoran.
Ah, namja cantik
itu sudah pergi.
-------
Jaejoong
menggerutu menyadari kalau dua ribu won teh madu barusan adalah uangnya yang
terakhir.
Ish, tahu begitu
ia tidak akan mampir ke restoran tersebut hari ini.
Ck.
Sekarang ia
harus berjalan kaki selama lima belas menit untuk pulang.
“Hei cantik, kakimu akan menangis kalau kau
menolak menaiki mobilku yang nyaman ini”
Eoh?
Jaejoong sontak
menoleh dan menaikkan alisnya.
Melihat Siwon
yang tertawa geli dari balik jendela.
Uh.
Namja cantik itu
mempoutkan bibirnya.
“Hyung menguntitku eoh? Menyebalkan!”
“Aku hanya kebetulan lewat dan melihatmu,
Joongie”
“Dan aku tidak cantik! Aku tampan!”
Siwon tertawa
lantang.
Jaejoong mendengus
dan segera masuk ke dalam mobil namja berlesung pipi itu.
“Ada apa denganmu, Jae? Kau meninggalkanku
tanpa sebab tadi siang”
“Nope”
“Jeongmall?”
Jaejoong melotot
pada Siwon.
Membuat namja
berlesung pipi itu tidak bisa menahan senyumnya.
“Kenapa Hyung repot-repot mengantarku pulang?
Kupikir Hyung akan pulang bersama Kibum hari ini” Cetus Jaejoong kesal.
“Dosen Hwang memanggilnya” Jawab Siwon
santai.
Jaejoong
seketika terdiam.
Ia mengalihkan
pandangannya pada jendela dan tersenyum kecut.
Jadi kalau Dosen
itu tidak memanggilnya mereka akan pulang berdua huh?
Ia hanya
pengganti.
“Jadi, bagaimana dengan Sandwich tuna-nya?” Tanya Siwon lembut.
Jaejoong
menghela nafas panjang.
Ia mengerutkan
dahinya.
“Aku lelah, aku ingin tidur di rumah saja”
Tolaknya.
“Well,
mungkin lain kali saja” Sahut Siwon segera melajukan mobilnya.
Namja cantik itu tidak banyak bicara selama Siwon
mengemudi.
Ia hanya termenung menatap keluar jendela seraya
menghela nafas sesekali.
Perhatiannya baru teralihkan ketika ponsel milik namja
berlesung pipi itu bergetar panjang.
“Ne Kibummie?”
DEG.
Jemari Jaejoong sontak mengepal erat.
Ia menahan nafasnya.
Aish, tidak bisakah namja menyebalkan itu berhenti
mengusik kebersamaannya dengan Siwon satu menit saja?
CKIIITT!
Jaejoong
tersentak kaget ketika Siwon mendadak menginjak rem dengan kuat.
Membuatnya
hampir saja terpental kalau ia tidak menggunakan sabuk pengaman.
Namja cantik itu
mengernyit bingung menatap Seniornya.
Sementara Siwon
tampak takjub dengan mimik kaget.
“Ka-Kau serius?”
Jaejoong
merasakan firasat buruk.
Ia menelan
salivanya saat sambungan telepon itu terputus.
Hening untuk
beberapa saat.
Namja cantik itu
baru saja akan memutuskan untuk bertanya, namun Siwon sudah lebih dulu menoleh
padanya dan berseru lantang.
“KIBUM MENGATAKAN KALAU IA MENCINTAIKU!”
Jaejoong
terhenyak.
Kedua mata
besarnya meredup sayu.
Namja cantik itu
semakin erat mengepalkan kedua tangannya berusaha menahan tangisnya yang akan
tumpah.
Ia terdiam.
Memandangi
ekspresi Siwon yang terlihat sangat berseri.
Membuat hatinya
berdenyut sakit.
“Jaejoongie? Kau baik-baik saja?” Tanya Siwon
menaikkan alisnya.
Jaejoong menarik
senyum paksa pada sudut bibirnya yang bergetar.
Ia menggeleng
dan berusaha mengatur agar suaranya tidak pecah.
“Chu-chukkae Hyung..” Bisiknya lirih.
GREPP!
Jaejoong
melebarkan kedua mata bulatnya saat Siwon mendadak memeluk dirinya.
Namja berlesung
itu tersenyum senang.
Tanpa menyadari
bulir bening yang kini jatuh membasahi pipi Jaejoong.
Apa yang harus kulakukan?
Apa yang harus kulakukan?
Apa?
Jaejoong
memejamkan matanya erat.
Berusaha untuk
kuat.
Ketika Siwon
baru saja akan melepaskan pelukannya Jaejoong sudah lebih dulu mendorongnya
sedikit kasar dan melepaskan sabuk pengamannya seraya membuka pintu.
“A-Aku baru ingat kalau minuman di restoran
tadi belum kubayar, Hyung, mianhae” Gumam Jaejoong berdengung.
Eh?
Siwon mengerjap
kaget.
Ia mengerutkan
dahinya menatap Jaejoong yang memalingkan wajah seraya membanting pintu
mobilnya.
“Joongie? Yah! Kita kembali bersama saja!
Jaejoongie!” Teriaknya lantang.
Terlambat.
Jaejoong sudah
lebih dulu berlari menjauh darinya.
Namja cantik itu
terisak lirih seraya mengusapi air matanya yang terus mengalir.
Hatinya terasa
sakit.
Sakit sekali.
Kenapa dunia tidak adil?
Aku yang lebih dulu bertemu dengan Siwon Hyung.
Aku yang lebih dulu jatuh cinta padanya.
Tapi kenapa malah dia yang menjadi kekasihnya?
-------
TAP TAP TAP.
Suara langkah
kaki itu terdengar tidak bersemangat hari ini.
Jaejoong lebih
memilih menundukkan wajahnya menyembunyikan kedua matanya yang sembab dan
membengkak.
Ia akan
memutuskan untuk berhenti menangis setelah beberapa hari ini.
Namja cantik itu
menghela nafas ketika ia tiba di ruangan dosen pembimbingnya.
CKLEK.
“Jeosonghamnida, Songsaenim, aku sudah
menemukan judul yang baru” Lapor Jaejoong dari balik pintu.
Choi Minho
menoleh, lalu ia mengangguk dan meminta Jaejoong masuk ke dalam.
Namja cantik itu
segera duduk di hadapan Minho seraya meletakkan berkas skripsinya di atas meja.
“Kim Jaejoong? Kau baik-baik saja?” Ujar
Minho bingung.
“Gwenchana Sam, aku hanya kelelahan” Sahut
Jaejoong tersenyum kecil.
“Kau menangis bukan karena judul skripsi ini
kan?”
“Aku tidak menangis, Sam!”
Minho tersenyum
geli dibuatnya.
Namja bermata
kodok itu hanya mengangguk pelan dan segera menyibak halaman berkas milik
mahasiswanya.
Jaejoong menanti
penuh harap.
Semoga saja
diterima.
“Otte Sam?”
“Ini dia judul yang kuinginkan, jja, kau
sudah bisa memulai semuanya sekarang”
“Omo, gomawo Sam!”
Jaejoong
tersenyum senang dan segera mengambil kembali berkasnya.
Ia membungkuk
dan berbalik meninggalkan ruangan.
Namja cantik itu
berlari kencang menuju pohon Maple
yang ada di belakang kampus.
Tempatnya dan
Siwon menghabiskan waktu bersama.
Namja berlesung
pipi itu pasti tidak akan percaya kalau judulnya diterima kali ini.
Jaejoong
tersenyum sumringah mendekati pohon besar itu.
Namun kemudian
langkahnya terhenti.
Ia terdiam
melihat Siwon tidak sendiri di sana.
Ada Kibum yang
sedang membaca di sampingnya.
“Jaejoongie?”
Jaejoong
mengerjap cepat mendengar panggilan dari Siwon.
Ia menghembuskan
nafas diam-diam dan bersuara setenang mungkin.
“Judulku diterima, Hyung”
“Jeongmall? Yah! Kita harus merayakannya!
Bagaimana kalau kita makan siang bersama?”
“Ne?”
“Bummie, kau ikut bersama kami?”
Senyum Jaejoong
menghilang perlahan.
Mata bulatnya
beralih kepada Kibum yang kini mengangguk manja pada kekasihnya.
“Aku tidak bisa ikut, Hyung, maaf, aku baru
ingat kalau Minho Sam memintaku untuk menemuinya lagi siang nanti” Ujar
Jaejoong pelan.
Namja cantik itu
tersenyum kecil dan segera berjalan meninggalkan keduanya.
Ia menggigit
bibirnya menahan sedih.
Yang aku inginkan hanya kita berdua.
Tanpa namja bernama Kim Kibum itu.
Tidak bisakah kita bersanding bersama seperti dulu
lagi, Hyung?
Rasanya sakit sekali.
Aku seperti orang bodoh.
Jaejoong
menghela nafas panjang dan mengusap wajahnya.
Namja cantik itu
tertegun ketika langkahnya berhenti di depan sebuah restoran bernama La Pomme.
Eoh?
Bukankah ini
restoran langganannya?
Kenapa ia bisa
berjalan sampai ke sini?
“Ah, sudahlah”
Jaejoong
mendengus.
Ia mendorong
pintu putar itu dan memilih tempat duduk di sudut jendela seperti biasanya.
Memesan
secangkir teh madu dan tenggelam dalam lamunannya yang kesekian kali.
Tanpa menyadari
sepasang mata musang yang tajam kini teralih padanya.
-------
Namja cantik itu
berlari kencang memasuki koridor rumah sakit pusat itu dengan gelisah.
Keringatnya
bercucuran.
Sementara air
matanya telah mengalir tanpa diperintah.
Jemarinya terus
mencengkram ponselnya yang masih menampilkan sebuah pesan dari pihak kepolisian
mengenai tabrakan beruntun yang menimpa Seniornya.
CKLEK!
Jaejoong membuka
kasar pintu ICU itu.
Ia tersentak
kaget mendapati Siwon terbaring lemah di atas ranjang rawat, dengan berbagai
macam alat kedokteran yang melekat di tubuhnya.
Sementara
beberapa perawat sedang membersihkan darahnya yang bersimbah.
“Apakah kau keluarganya?” Tanya seorang
dokter berambut ikal.
Jaejoong menelan
salivanya.
Ia mengusap air
matanya yang mengalir.
Kemudian ia
mengangguk cepat.
“Kami akan segera melakukan pemeriksaan lebih
lanjut mengenai pasien, kau bisa menunggu di luar untuk sementara”
“Hyu-Hyungku baik-baik saja kan?”
“Semoga saja begitu”
Jaejoong
mengalihkan pandangannya, memandang sosok Siwon yang masih terpejam dengan deru
nafas yang melemah.
Namja cantik itu
melangkah lemas keluar ruangan.
Ia terduduk di
kursi tunggu seraya menangkupkan kedua tangannya yang bergetar.
Tiga puluh menit
seakan 3 jam lamanya untuk Jaejoong.
Namja cantik itu
tidak berhenti mengawasi pintu ruangan tersebut sampai kemudian pintu itu
terbuka dan seorang dokter keluar dari sana.
Ia mengangguk
pada Jaejoong dan menuntunnya agar mengikutinya memasuki ruang kerjanya.
“O-Otteyo?” Lirih Jaejoong takut.
Yeoja berambut
ikal itu menghela nafas.
Ia meletakkan
stetoskopnya di atas meja.
Kemudian ia
menatap langsung kedua mata bulat Jaejoong yang sembab.
“Hasil pemeriksaan memperlihatkan bahwa otak
kecilnya terjepit sehingga menyebabkan keseimbangan tubuhnya tidak lagi
sempurna”
Jaejoong
tercekat.
“Pasien mengalami koma dan kelumpuhan pada
kedua kakinya”
DEG.
Mata Jaejoong
melebar sempurna.
Air matanya
merebak.
Ia tidak bisa
bernapas.
Apa?
Apa katanya?
Koma?
Lumpuh?
“A-A-Aku ingin bertemu dengannya!” Seru
Jaejoong terbata.
Namja cantik itu
segera bangkit dan membuka pintu dengan tergesa-gesa.
Jaejoong berlari
memasuki ruang ICU dan berlutut lemas di samping ranjang.
Pandangannya
semakin memburam.
Air matanya
berjatuhan tanpa henti.
“H-Hyung..Hiks..Kenapa harus kau?” Lirih
Jaejoong tercekat.
Namja cantik itu
menggenggam tangan Siwon dan mengecupnya pelan.
Bibirnya
bergetar hebat.
“Mianhae Kibum-ssi, kami harus memindahkan
pasien ke ruang rawat intensif”
DEG.
Jaejoong
terkejut.
Ia mendongak
menatap seorang perawat yang memandangnya.
“Ah, namamu Kibum aniya? Pasien sempat
menyebutkan namamu beberapa kali”
Namja cantik itu
merasakan dadanya sesak.
Ia beralih
menatap Siwon yang terpejam.
Kibum?
Hanya dia?
Tidak ada namaku, Hyung?
Jaejoong
berusaha berdiri dengan benar.
Ia menggeleng
dan tersenyum miris pada perawat itu.
“Aniya, namaku Jaejoong, Kim Jaejoong”
Perawat tersebut
tersenyum kikuk.
Kemudian ia dan
beberapa perawat lainnya segera mendorong ranjang rawat milik Siwon dan tabung
oksigennya bersamaan keluar ruangan.
Meninggalkan
Jaejoong yang masih terdiam di sana.
Ia berlutut,
menumpahkan tangisnya di balik telapak tangannya yang menutupi wajah.
TBC :D
Tidak ada komentar:
Posting Komentar