This zone is only YunJae Fanfictions and this is our world

Sabtu, 27 Juli 2013

FF/YAOI/YUNJAE/ONESHOOT/WANTED



Tittle:WANTED

Genre: YAOI

Author: Shella Rizal a.k.a Park Sooji

Cast: Yunjae and other

Length: ONESHOOT

Rating: family-romance-hurt-sweet-friendship-gelundungan

WARNING: BOY x BOY! Yg ga suka YAOI mending cabut aja dari sini, cos author Cinta damai~
*kibar2 kutang Jae umma*


-------


  I wanna wrap you up, wanna kiss your lips, I wanna make you feel wanted. And I wanna call your mine, wanna hold your hand forever, never let you forget it. I..I just wanna make you feel wanted

.
.
.

Namja cantik itu terlihat seperti mayat hidup saat ini.
Wajah cantiknya pucat, tanpa rona merah yang mengelilingi.
Haaah.
Jaejoong menghela nafas panjang.
Ia menyandarkan punggungnya pada kursi mobil mewahnya.

Kenapa rasanya sangat sakit?

Namja cantik itu mencengkram dada kirinya.
Ia meringis dalam diam.
Kalau tahu akan seperti ini jadinya, ia lebih baik tidak pernah mengenal Choi Siwon.
Brengsek. Gumamnya dalam hati.

  “Tuan, kita sudah sampai”


Jaejoong mengerjapkan matanya sesaat.
Ia melirik jendela dan mengangguk.
Membuka pintu mobil Bentley putihnya dan menarik tas tangannya yang bermodel vintage.
Sementara supirnya yang bermata kodok itu segera membuka bagasi mobil dan menurunkan dua koper milik majikannya.

  “Tuan, anda yakin akan pergi selama itu?” Tanya Minho seraya menyeret koper Jaejoong.

Um.
Namja cantik itu mengangguk lesu.

  “Kami semua akan sangat merindukan Tuan” Ucap Minho lagi.

  “Aku sebenarnya tidak ingin pergi, Minho ah, tapi aku bisa apa? Aku sedang patah hati, dan aku ingin sendiri” Balas Jaejoong lemah.

Minho hanya berdehem pelan.
Namja cantik itu mengangkat wajahnya.
Mata bulatnya membaca sederet ukiran kalimat besar pada sisi kapal pesiar yang kini ada di hadapannya.

Eleanor.
Kapal pesiar termewah dan terbesar yang pernah ada di negerinya.
Hanya orang-orang berdarah bangsawan yang bisa menikmati kapal tersebut.
Ah, Jaejoong mendesah pelan.
Ia akan sangat memanjakan dirinya di tengah laut lepas nanti.
Namja cantik itu tidak memiliki tujuan pasti menaiki kapal ini.

Ia akan ikut sampai kapal ini berhenti di Jepang dan kembali ke Korea.
Ah, dasar orang kaya.
Hanya untuk iseng huh?

  “Aku pergi, Choi Minho, jaga dirimu” Ujar Jaejoong tersenyum kecil.

Minho mengangguk patuh.
Ia sudah menyerahkan barang-barang majikannya kepada staff kapal yang berdiri di tangga.

Namja cantik itu segera berbalik dan berjalan menaiki tangga memasuki kapal besar tersebut.
Menikmati semilir angin laut yang menerpa wajahnya.

Semoga luka hatinya dapat terobati setelah ini.
Amin.


-------


Jaejoong kini duduk bersandar di kursi pantainya.
Mata besarnya memandangi orang-orang yang sedang berenang di kolam renang kapal.
Beberapa pelayan berseliweran mengantarkan pesanan tamu.
Jaejoong bosan.

  Wine-nya, Tuan”

Ah.

Namja cantik itu menoleh.
Mengambil segelas Wine dan tersenyum kecil.
Ia mengacuhkan pelayan yang telah beranjak pergi dari hadapannya.
Jaejoong menyesap minumannya yang sedikit menggigit.
Ia berjalan menuju dek kapal dan bersandar di sana.

Memandangi ombak-ombak kecil yang terbentuk karena pergerakan kapal pesiar ini.
Ah!
Ada lumba-lumba di sana! Girangnya dalam hati.
Jaejoong terlihat sumringah.
Lucu sekali.

Tapi kelucuan itu hanya bisa dinikmati dari jauh huh?
Tidak untuk dibelai secara langsung.

Jaejoong mulai kehilangan mood-nya sekarang.
Wajahnya kembali masam.
Ia menjatuhkan wajah cantiknya pada pegangan besi itu.

Tidak, Kim Jaejoong, kau ke sini bukan untuk memperkeruh suasana hatimu.
Kau ke sini untuk mengobatinya agar tidak sakit lagi.

TAP TAP TAP.

  “Aku ingin memeriksa keadaan kapal, katakan pada Changmin agar menggantikanku menjaga kemudi sebentar”

  “Baik, Kapten”

Sosok tampan itu terlihat begitu memukau saat ini.
Wajah tampannya benar-benar terbentuk sempurna.
Kedua mata musangnya yang tajam, hidung mancungnya yang tegas, dan bibir kissable-nya yang menggoda.
Aigoo.
Wanita-wanita yang melihatnya selalu memekik nyaring.

Memuji postur tubuhnya yang tegap, terutama dengan seragam Kaptennya yang berwarna putih.
Jung Yunho semakin sempurna dengan topi Kaptennya yang berwarna sama.
Membuat rambut cokelatnya hanya terlihat sedikit menyembul dari bawah topi tersebut.

Eoh?

Namja tampan itu menghentikan langkahnya.
Menaikkan alisnya memandangi sosok cantik yang sedang bersandar malas di pinggir kapal.
Bibir ranumnya terlihat mempout lucu.
Rambut almond-nya bergoyang berantakan karena angin.

Manis sekali.

  “Menikmati perjalananmu menuju Jepang?”

DEG.

Jaejoong terkejut.
Ia sontak mengangkat wajahnya dan menoleh ke samping.
Terdiam memandang sosok lelaki tampan yang kini berada di sebelahnya.

  “Hmm, lalu aku akan kembali menikmati perjalanan kembali ke Korea” Ujar Jaejoong tersenyum kecil.

Yunho menyukai senyum itu.

  “Kenapa?” Tanya namja tampan itu ikut bersandar di pinggir kapal.

  “Aku hanya ingin menikmati laut, itu saja” Balas Jaejoong pelan.

  “Kau sedang patah hati?”

  “Hahaha, bagaimana kau bisa tahu?”

  “Kedua matamu, menyiratkan luka..”

Jaejoong tertegun.
Menatap wajah Yunho yang kini menyentuh kedua sisi wajah cantiknya.
Jantungnya berdegup kencang.
Ia tidak pernah disentuh seperti ini oleh siapa pun.
Termasuk mantan kekasihnya yang bernama Choi Siwon itu.

Omo.

Yunho bisa melihat rona merah mulai menjalari wajah cantik itu sekarang.
Benar-benar manis.

  “Maaf” Gumam Yunho seraya menjauhkan kedua tangannya.

  “Gwenchana” Balas Jaejoong berbisik.

Yunho membenarkan topi Kaptennya yang sedikit miring.
Anginnya lumayan kuat siang ini.

  “Kau..Tidak apa berkeliaran seperti ini, Kapten? Siapa yang mengemudi?”

  “Aku punya asisten, Nona---”

  “Jaejoong, Kim Jaejoong, dan aku laki-laki”

  “Ah, ne, namaku Jung Yunho”

Jaejoong tersenyum.
Yunho balas tersenyum.

  “Malam nanti kau ada jadwal?”

  “Aku datang sendiri dalam keadaan menyedihkan, Kapten Jung, tidak mungkin aku sesibuk itu”

  “Hahaha, kalau begitu kau tidak punya alasan untuk menolak makan malam bersamaku di restoran kapal nanti malam”

  “Arasseo, aku sudah terlanjur jujur kepadamu”

Yunho tertawa renyah.
Ia mengusap pundak Jaejoong pelan dan berjalan meninggalkan namja cantik itu.

Jaejoong masih diam di tempatnya.
Kedua mata besarnya terus mengawasi punggung Yunho sampai namja tampan itu menghilang dari hadapannya.
Omo.
Jantungnya masih berdebar-debar.

Makan malam?

Jaejoong tersenyum lebar sekarang.


-------


Mata besar Jaejoong menjelajah seluruh sudut restoran besar di lantai dua kapal saat ini.
Mengacuhkan tatapan kagum dari orang-orang yang ada di sana kepadanya.
Ah, ia memang terlihat sangat mempesona dengan jas mahalnya yang berwarna merah bata.

  “Tuan Kim Jaejoong?”

  “Ah, ne”

  “Kapten Jung sudah menunggu anda di tempatnya”

Jaejoong mengangguk.
Menjawab uluran tangan pelayan restoran tersebut dan mengikuti dirinya.
Namja cantik itu menelan saliva gugup ketika ia mendapati Yunho yang sedang meneguk Wine-nya di sana.
Hmm, seragam Kapten itu benar-benar pas untuknya. Pikir Jaejoong terpesona.

  “Kau menawan sekali, Jaejoong-ssi” Puji Yunho tersenyum.

Jaejoong terkekeh kecil.
Ia segera duduk di hadapan Yunho.

  “Terima kasih, Joongie saja sudah cukup”

  “Kau sudah lapar, Joongie?”

  “Hmm, aku masih bisa menunggu beberapa menit lagi, Wine ini sangat menggodaku”

Yunho tersenyum.
Pelayan yang berdiri di samping meja mereka segera menuangkan Wine di gelas kaca milik Jaejoong.
Namja cantik itu mengangkatnya dan segera menyesap minumannya.
Ah, manis, dan menggigit.

  “Menikmati perjalananmu menuju Jepang?”

Jaejoong tertawa tanpa sadar.
Pertanyaan itu lagi.
Ia merasa geli.
Sampai tidak menyadari tatapan kagum dari namja tampan itu akan tawanya yang indah.

  “Hampir”

  “Kenapa?”

  “Karena kau mengundangku makan malam, Kapten”

  “Huh? Kau pasti sudah terbiasa dengan makan malam seperti ini ania?”

  Nope, ini makan malam pertamaku dengan orang lain”

  “Tapi kupikir kau---”

  “Mantan kekasihku terlalu sibuk untuk mengajakku makan malam”

  “Bodoh sekali”

  “Hmm?”

  “Ne, kalau aku menjadi namja beruntung itu, aku pasti akan selalu mengajakmu makan bersama sampai kau bosan”

Jaejoong terkekeh.
Ia menggeleng pelan menatap Yunho.
Sementara namja tampan itu hanya balas tersenyum kepadanya.

  Sirloin steak-nya, Kapten”

Yunho dan Jaejoong saling menoleh kepada sang pelayan yang meletakkan dua piring Sirloin steak hangat di atas meja.

  “Kau tidak memiliki alergi apa pun, ania? Aku memesankannya untukmu karena ini yang terbaik”

  “Ani, gwenchana, aku bisa makan apa saja, hmm, wanginya lezat sekali”

  “Jja, cobalah, dan kau akan menyesal karena baru menikmatinya sekarang”

Jaejoong mengangguk.
Ia segera memotong steak tersebut dan melahapnya.
Omooo~
Jaejoong memejamkan matanya gemas.
Bibirnya tertarik membentuk senyuman.
Ini benar-benar lezat, pikirnya.

Yunho hanya bisa tersenyum terpesona pada namja cantik itu.
Raut wajahnya yang sedang menikmati benar-benar lucu dan menggemaskan.
Ah, ia menyukai namja cantik ini.

  “Otteyo?” Tanya Yunho menaikkan alisnya.

Jaejoong tertawa.

  “Aku akan selalu makan malam di sini dengan menu yang sama mulai besok” Sahutnya geli.

Yunho ikut terkekeh.
Ia mulai menggerakkan garpu dan pisaunya.
Suasana tenang di restoran mahal itu membuat Jaejoong merasa nyaman.
Dengan cahaya lilin yang berpendar di atas meja mereka, bunga mawar yang indah di atas vas mungil bercorak kuno.
Ah, ia jatuh cinta pada Eleanor.

  “Boleh aku mendengar ceritamu, Joongie? Kenapa kau bisa ditinggalkan oleh mantan kekasihmu yang bodoh itu?”

Jaejoong mengangkat wajahnya.
Memandang Yunho yang kini menatap langsung kedua mata besarnya.
Piring kotor mereka sudah dipindahkan oleh sang pelayan.
Hanya tersedia dua gelas Wine milik mereka di sana.

Waktu yang tepat untuk berbagi cerita hm?

  Well, sebenarnya aku yang bodoh, karena aku terlalu berharap kepadanya. Mantan kekasihku tidak pernah menginginkan aku secara tulus”

  “Maksudmu?”

  “Hm, dia bersamaku karena ingin mendapatkan sebuah mobil mewah keluaran terbaru tahun ini dari temannya”

  “Dia..Mempertaruhkan dirimu?”

  “Itu sudah biasa, aku memang selalu tidak diinginkan siapa pun”

  “Tapi kau tersakiti, Joongie”

  “Aku bersahabat dengan rasa sakit”

Jaejoong tertawa pahit.
Membuat Yunho menatapnya dengan iba.
Namja tampan itu mengulurkan tangannya ke atas meja.
Menggenggam jemari lentik Jaejoong dan mengusapnya lembut.

  “Menangislah, aku akan menyeka air matamu untukmu” Bisik Yunho pelan.

Jaejoong terdiam.
Ia menatap Yunho dengan sedih.
Perlahan namja cantik itu menundukkan wajahnya seraya mencengkram genggaman Yunho pada tangannya.
Ia terisak pelan.
Membiarkan air mata yang selama ini ditahannya tumpah seketika.

Yunho beranjak dari duduknya.
Ia menghampiri Jaejoong dan menggiring namja cantik itu pergi meninggalkan restoran.
Namja cantik itu menjatuhkan wajahnya di pundak Yunho.
Membiarkan sang Kapten merengkuh pinggangnya dan membawanya menuju dek kapal.

  “Terima kasih” Gumam Jaejoong pelan.

Setelah ia menghabiskan waktunya menangis hampir 10 menit.
Yunho hanya tersenyum kecil.
Ia mengusap bahu Jaejoong yang masih bersandar di sampingnya.

  “Aku benar-benar merasa konyol sekarang”

  “Kau merasa lega?”

  “Karena itu aku berterima kasih”

Yunho tertawa.
Mata musangnya memperhatikan laut yang berwarna gelap saat ini.
Ombak terbentuk diiringi semilir angin malam yang kuat.
Ia semakin mempererat rengkuhannya pada bahu Jaejoong.

  “Kau kedinginan?”

  “Aku baik-baik saja, sungguh”

  “Angin malam ini tidak selembut biasanya”

  “Hmm, mungkin karena perasaanku sedang kacau”

  “Apa kau penyihir?”

Kini Jaejoong yang tertawa.
Mereka berdua saling mengisi hening semenit kemudian.
Menikmati waktu yang menghampiri keduanya.

  “Kapten Jung”

  “Ne?”

  “Apa kau selalu seperti ini kepada penumpangmu yang patah hati?”

  “Kenapa kau bertanya seperti itu?”

  “Aku hanya ingin diperhatikan, itu saja”

  “Tidak, ini pertama kalinya aku memperhatikan seseorang sepertimu”

  “Kau menginginkanku?”

  “Aku tertarik padamu”

  “Hmm..”

Jaejoong tersenyum kecut.
Ia semakin merebahkan tubuhnya di pelukan namja tampan itu.
Menikmati aroma segar dari tubuh sang Kapten.
Ia merasa nyaman.

  I just feel that I’m not wanted” Bisik Jaejoong lirih.


-------


Jaejoong merasa lebih baik pagi ini.
Ia mengancing sweater rajutnya yang berwarna hijau toska seraya berjalan menaiki tangga menuju ruang kemudi kapal.
Ah, ia selalu suka angin laut yang menyapa wajahnya.
Namja cantik itu mengintip dari balik jendela.

Kedua matanya berbinar memandang Yunho yang sedang mengemudikan kapal dengan serius.
Tampan.

  “Boleh aku bertemu dengan Kapten Jung?”

Asisten Yunho yang berwajah kekanakan itu mengangguk.
Jaejoong tersenyum dan segera masuk ke dalam.

Yunho menoleh.
Menaikkan alisnya mendapati sosok cantik itu di sampingnya.

  “Sepertinya menyenangkan” Ujar Jaejoong melirik kemudi kapal.

  “Hm? Kau ingin mencobanya?” Kekeh Yunho geli.

  “Ani, aku tidak ingin membahayakan nyawa penumpang yang ada”

  “Itu bagus”

  “Jadi..Kau selalu berada di sini? Menikmati pemandangan laut lepas dari jendela ini?”

  “Ne, terkadang aku melihat berbagai jenis ikan yang terbawa ombak, atau melompat di udara”

  “Wow”

Namja cantik itu mengedarkan pandangannya.
Kapal ini benar-benar canggih.
Selain kemudi utama, ada banyak deretan tombol dan layar untuk berkomunikasi dengan pusat dari pelabuhan.

  “Lalu, kau tidur dimana kalau begitu?”

  “Kau ingin melihatnya?”

  “Hmm, aku cukup penasaran”

  “Nanti malam tunggu aku di depan kamarmu, kau bisa melihatnya sendiri”

Jaejoong tersenyum lebar.
Memperlihatkan deretan giginya yang rapi.

  “Kau tahu Kapten? Aku senang bisa bertemu denganmu”

  “Benarkah? Kupikir kau masih mengingat mantan kekasihmu”

  “Karena itu aku senang bersamamu, aku melupakannya begitu saja saat aku di sampingmu”

  “Aku senang mendengarnya”

  “Hmm”

  “Besok malam akan ada pesta dansa di ruang utama kapal, kau mau pergi bersamaku?”

  “Omo, tentu saja! Aku suka pesta~”

  “Aku akan menjemputmu jam delapan malam”

Jaejoong mengangguk patuh.
Ia menghirup nafas panjang dan menghembuskannya perlahan.


-------


  “Kau memakai piyama?”

Yunho menaikkan alisnya.
Menatap Jaejoong yang berdiri di depan pintu kamarnya saat ini.

  “Dan kau memakai seragam? Ini sudah malam, Kapten”

  “Aku baru akan kembali ke kamarku dan mengganti pakaian, Joongie”

  “Jja, aku sangat penasaran dengan kamarmu”

  “Sama saja dengan kamarmu”

  “Oh ya? Orang-orang bilang kamar seorang Kapten selalu dua kali lebih baik dari kamar penumpang biasa”

Yunho hanya tersenyum kecil mendengarnya.
Ia menggandeng tangan Jaejoong dan membawanya menuju lantai tiga.
Memasuki lorong tertentu, yang hanya terdapat sebuah pintu berwarna putih di ujung sana.
Jaejoong memicingkan matanya.
Sepi dan tenang sekali di sini.

  “Bukalah” Ujar Yunho.

Jaejoong melepaskan genggaman tangannya.
Ia meraih kenop pintu tersebut dan membukanya ketika Yunho selesai menggesek kartu platinumnya.

  “OMO” Gumam Jaejoong melebarkan mata besarnya.

Yunho tertawa kecil.
Ia meletakkan topinya di atas meja nakas dan membuka kancing seragamnya.
Jaejoong menolehkan pandangannya, menyapu seluruh sudut kamar yang luas ini.
Mewah sekali.
Dua kali lipat dari kamarnya.
Perabotan modern yang tertata rapi di pinggir dinding.

Kulkas mini penyimpan minuman.
TV layar raksasa yang tergantung manis di dekat ranjang.
Ah, ranjangnya besar dan luas sekali.
Seluruh isi kamar ini berwarna putih bersih.

Segar, Jaejoong suka.

  “Orang-orang tidak berbohong” Ujar Jaejoong menatap Yunho.

Namja tampan itu tertawa.
Ia memperhatikan Jaejoong yang kini berada di hadapannya.
Membantu namja tampan itu melepaskan seragamnya.

  “Kau ingin mencoba kamar ini?”

  “Aku boleh menginap?”

  “Kupikir itu alasan utamamu mengenakan piyama”

Jaejoong terkikik.
Ia sudah melepaskan seragam namja tampan itu dari tempatnya.
Kini tangannya mengusap lembut pundak Yunho.
Menyusup dan menarik pelan tali singlet putih namja tampan itu.

  “Kau tahu Kapten, ini pertama kalinya untukku”

  “Apa kita sedang membicarakan ‘pertama kali’ yang sama?”

  “Hahaha, ini pertama kalinya aku menginap di kamar orang lain”

  “Dan ini pertama kalinya aku tidur bersama orang lain”

  “Hmm? Apakah kita sedang memikirkan ‘tidur’ yang sama?”

Yunho tertawa kecil.
Ia menyentuh tangan Jaejoong yang terus mengusapi pundaknya, yang kini merambat menuju lehernya.
Namja tampan itu berdiri, menghadap Jaejoong, dan menuntun namja cantik itu agar ia berbaring di tengah ranjang.

Jaejoong tersenyum kecil.
Yunho membuka kancing piyama namja cantik itu perlahan.
Bibirnya mendarat di leher jenjang namja cantik itu.
Menghirup wangi vanilla yang manis dari sana dan mengecupnya lembut.

Membuat Jaejoong mendesah tertahan.

  “Kau percaya padaku?” Bisik Yunho pelan.

  “Apa lagi yang bisa kulakukan selain itu?” Balas Jaejoong tertahan.

Yunho mengangkat wajahnya.
Menatap wajah cantik Jaejoong yang merona hebat.
Satu tangannya kini mengusapi dada Jaejoong.
Sementara satu tangan yang lain menyangga tubuhnya.

Namja tampan itu mengecup pipi Jaejoong lembut.
Menggigitnya sensual hingga Jaejoong merintih geli.

  “Kau harus percaya padaku, Jaejoong” Bisik Yunho sebelum ia melumat bibir ranum namja cantik itu.


-------


Yunho mengerjapkan mata musangnya malam ini.
Mengagumi sosok cantik Kim Jaejoong yang berdiri di hadapannya.
Namja cantik itu tersenyum kecil.
Ia merapikan poni almond-nya yang tergerai begitu saja.

  “Otteyo? Cukup pantas untuk pesta dansa malam ini aniya?” Tanya Jaejoong tertawa.

Yunho mengangguk.
Ia merengkuh pinggang namja cantik itu dan mengecup bibir ranumnya.

  “Kau harus selalu berada di dekatku, karena kau pasanganku malam ini” Ujarnya.

Jaejoong kembali tertawa.

  “Jja, aku akan menyambut tamu yang baru saja tiba di pesta nanti” Ujar Yunho menggandeng tangan Jaejoong.

  “Tamu?”

  “Pesta malam ini diadakan untuk para pemegang saham atas Eleanor, dan tamu yang baru saja tiba beberapa menit yang lalu itu adalah anak dari salah satu pemegang saham”

  “Dengan apa ia ke sini?”

  “Tentu saja helikopter”

  “Tapi aku tidak mendengar suara mesin apa pun sejak tadi”

  “Itu hebatnya Eleanor, Joongie”

Jaejoong mencibir.
Membuat Yunho terkekeh karenanya.

Namja tampan itu tersenyum kepada penjaga pintu ruang utama.
Kedua penjaga tersebut tersenyum lembut dan membukakan pintu bercorak emas itu.
Jaejoong terpesona.
Seluruh penumpang kapal pesiar ini berkumpul di ruang utama kapal yang benar-benar luas dan indah.

Suara musik klasik mendominasi ruangan.
Para wanita tampak cantik dengan gaun mereka.
Beberapa terlihat sedang berdansa di tengah ruangan bersama pasangan masing-masing.

  “Kau ingin menemaniku menyapa tamu baruku?”

Jaejoong mengangguk.
Ia mengikuti Yunho menuju beberapa pria paruh baya yang sedang berbincang di pinggir ruangan.

DEG.

Jaejoong terkejut.
Tidak percaya dengan apa yang dilihatnya saat ini.

Itu..
Namja itu, bukankah itu Choi Siwon?
mantan kekasihnya?

  “Selamat malam, Tuan Choi, aku Jung Yunho, Kapten Eleanor” Sapa Yunho tersenyum ramah.

Ah.
Namja tinggi itu mengangguk.
Ia baru saja balas tersenyum, namun mendadak senyumnya hilang mendapati sosok cantik yang berada dalam genggaman sang Kapten.

  “Kenalkan, pasanganku malam ini, Kim Jaejoong” Ujar Yunho.

  “Ah, ne, salam kenal, Tuan Kim” Balas Siwon gugup.

Jaejoong mengangguk.
Siwon berpura-pura tidak mengenalnya. Ia tahu itu.

  “Anda menikmati Eleanor, Tuan Choi?” Tanya Yunho lagi.

  “Hmm, ini seperti rumah kedua bagiku, nyaman sekali” Jawab Siwon tersenyum.

  “Anda berencana menginap di sini? Asistenku akan menyiapkan kamar khusus untuk anda”

  “Ah, ani, aku harus segera kembali tengah malam nanti, ada proyek kecil yang tidak bisa ditinggalkan begitu lama”

  “Aku mengerti”

Namja tampan itu masih tersenyum.
Ia tahu Siwon diam-diam melirik Jaejoong saat ini.

  “Anda tidak turun ke lantai dansa, Tuan Choi?”

  “Ah, tidak, tidak”

  “Kalau begitu aku dan pasanganku permisi”

Siwon mengangguk.
Masih terdiam memandangi mantan kekasihnya yang mengikuti Kapten kapal tersebut.
Yunho segera merengkuh pinggang Jaejoong sementara satu tangannya yang bebas menggenggam tangan namja cantik itu.
Jaejoong mengangkat wajahnya.

Mendengus menatap Yunho.

  “Kau tidak bilang padaku” Ujarnya ketus.

  “Kejutan untukmu” Balas Yunho tertawa.

Mereka berdua bergerak pelan, mengikuti irama musik.

  “Jadi, bagaimana perasaanmu?”

  “Biasa saja, tidak separah dulu”

  “Benarkah? Bukankah kau mencintainya?”

  “Itu cerita lama, Kapten”

  “Jadi, apa cerita barunya?”

Jaejoong tersenyum kecil.

  “Dia memperhatikan kita”

  “Biarkan saja”

  “Hm? Kau tidak takut ia akan merebutmu dariku, Joongie?”

  “Dia bukan siapa-siapa, Kapten, tidak mungkin ia melakukannya”

Yunho menggumam pelan.
Irama musik berubah menjadi lembut dan memabukkan.
Namja tampan itu melepaskan genggamannya pada satu tangan Jaejoong.
Ia merengkuh pinggang namja cantik itu dengan kedua tangannya.
Sementara Jaejoong sudah menjatuhkan wajahnya pada dada bidang namja tampan itu.

Kedua tangannya balas menahan sisi pinggang Yunho.

Hmm.
Rasanya nyaman sekali.

Namja cantik itu masih mengikuti irama musik bersama Yunho.
Dua langkah ke depan, dua langkah ke belakang, dan satu kiri kembali ke tempat.
Ia tersenyum kecil diam-diam, Siwon pasti sangat terkejut saat ini hm?
Namja tinggi itu selalu berpikir kalau Jaejoong tidak akan pernah bisa melupakan dirinya.

  “Jaejoongie”

Jaejoong menggumam.
Yunho memanggilnya.
Namja cantik itu mengangkat wajahnya.
Ia refleks memejamkan kedua matanya saat bibir Yunho menempel pada bibir ranumnya.
Kedua tangannya kini berpindah memeluk leher Yunho.

Namja tampan itu memiringkan wajahnya, melumat lembut bibir atas bawah Jaejoong.
Menghisap bibir atasnya terkadang dan menarik bibir bawahnya dengan giginya pelan.
Membuat Jaejoong melenguh nyaman dalam ciuman memabukkan darinya.

Kedua namja itu saling menikmati rasa masing-masing.
Mengacuhkan para undangan pesta yang kini memperhatikan keduanya.
Berbisik-bisik kagum pada pasangan yang serasi itu.
Siwon mencengkram gelas Wine-nya.
Mata sipitnya menatap emosi kedua namja itu.

Tapi ia tidak bisa melakukan apa pun.
Ia bukan lagi kekasih Jaejoong saat ini.

  “Mckk”

Suara kecapan terdengar jelas saat Yunho melepas ciumannya.
Ia menjilat bibirnya dan tersenyum kecil mendapati wajah Jaejoong yang merona merah saat ini.
Namja tampan itu melepaskan rengkuhannya pada Jaejoong perlahan.
Musik berhenti mengalun.

Membiarkan hening mengisi ruangan.

Yunho merogoh kantung seragamnya, mengeluarkan sebuah kotak beledu berwarna merah dari sana.
Jaejoong tertegun.

  I love you, Kim Jaejoong” Ujar Yunho tersenyum.

  “…” Jaejoong terdiam. Mengerjapkan matanya tidak percaya.

  I wanna wrap you up, wanna kiss your lips, I wanna make you feel wanted. And I wanna call your mine, wanna hold your hand forever, never let you forget it. I..I just wanna make you feel wanted

  “Yunho ah..”

Yunho tersenyum manis.
Ia mengecup dahi namja cantik itu dan menaikkan alisnya menanti jawaban.

Jaejoong merasakan pipinya basah.
Ia menatap jari manisnya yang kini tersemat cincin berlian dari Yunho.
Namja cantik itu menoleh, menatap mantan kekasihnya yang balas memandang tajam ke arahnya.

Jaejoong tersenyum kecil.
Ia berbalik menatap Yunho dan menganggukkan wajahnya.

  “Kau sudah mengambil segalanya dariku malam itu, so I must say I do love you, Yunho ah” Kekeh Jaejoong geli.

Para undangan saling bertepuk tangan dan ikut tersenyum bahagia untuk mereka.
Siwon menggeram kesal.
Ia berbalik dan beranjak keluar dari ruang utama kapal tersebut.
Mengacuhkan Yunho yang tersenyum penuh kemenangan di sana.

Namja tampan itu kembali meraih wajah Jaejoong, mencium telak bibir ranumnya yang basah.
Musik kembali mengalun merdu.
Para undangan kembali melanjutkan dansa mereka.

Sesekali tersenyum kecil mengintip pasangan yang sedang berciuman mesra itu.

I wanna make you feel better.
Better than your fairy tales,
Better than your best dreams.

You’re more than everything I need.
You’re all I ever wanted.

All I ever wanted.

END.

-Hunter Hayes, Wanted-

Tidak ada komentar:

Posting Komentar